LEMBAR JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN
RANCANGAN AKSI PERUBAHAN KUALITAS PELAYANAN PUBLIK
COACH PESERTA
(Dr. Ir. Anna Indria Witasari, M.Sc.) (Eko Susanto, S.Si., M.A., M.Ec.Dev.)
NIP. 196704031992032004 NIP. 197306262000031003
PENGUJI MENTOR
KATA PENGANTAR
Penyusun
APKPP Eko Susanto PKP KLHK 2023 | iv
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Balai Taman Nasional Tanjung Puting (Balai TNTP) memiliki tugas fungsi
melaksanakan penyelenggaraan konservasi sumber daya alam dan ekosistemnya di
Taman Nasional Tanjung Puting melalui kegiatan pengelolaan kawasan,
pemanfaatan berkelanjutan jasa lingkungan di taman nasional, penyelenggaraan
kerja sama, dan penyediaan data informasi konservasi sumber daya alam dan
ekosistemnya di taman nasional. Dalam melaksanakan tugas pengelolaan kawasan
dilakukan dengan kegiatan perlindungan, pengawetan dan pemanfaatan yang lestari.
Bentuk kegiatan perlindungan berupa penjagaan pos, patroli rutin, sosialisasi/
penyuluhan, pemasangan papan himbauan/larangan, pemeliharaan pal batas dan
anjangsana.
Khusus di wilayah kerja Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah I (SPTN
Wilayah I) menitikberatkan pada kegiatan perlindungan dan layanan data dan
informasi. Hal ini tidak lepas dari potensi ancaman terhadap keutuhan kawasan
berupa perambahan, penambangan emas ilegal, dan penebangan liar. Ancaman
yang memiliki dampak besar dan penanganan yang tidak mudah adalah perambahan
yang dimulai dari klaim lahan melalui penerbitan SKT (Surat Keterangan Tanah). SKT
diterbitkan oleh Perangkat Desa berdasarkan permohonan dan pengakuan
masyarakat. Klaim lahan tersebut menjadi aksi perambahan yang dapat pemicu
tindak pidana lain yaitu penebangan liar dan pendudukan hutan. Selain itu,
perubahan bentang alam menjadi kebun sawit membuat upaya pemulihan
ekosistemnya menjadi lama dan berbiaya tinggi.
Melihat Pasal 18 Peraturan Menteri LHK No. 17 Tahun 2022 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Direktorat Jenderal KSDAE
menyebutkan bahwa tugas seorang Kepala SPTN Wilayah adalah:
1. melaksanakan kegiatan inventarisasi potensi;
2. penataan kawasan dan penyusunan rencana pengelolaan;
3. perlindungan dan pengamanan kawasan serta pemeliharaan batas;
4. pengendalian dampak kerusakan sumber daya alam hayati;
5. pengendalian kebakaran hutan;
APKPP Eko Susanto PKP KLHK 2023 | 2
6. pemanfaatan berkelanjutan spesies tumbuhan dan satwa liar serta sumber daya
genetik;
7. pengawetan spesies tumbuhan dan satwa liar beserta habitatnya serta sumber
daya genetik dan pengetahuan tradisional di taman nasional;
8. pengelolaan keamanan hayati, surveilans, dan pengendalian penyakit infeksi
bersumber dari satwa liar, dan pengendalian jenis invasif;
9. pemanfaatan berkelanjutan jasa lingkungan;
10. evaluasi pengelolaan dan kesesuaian fungsi taman nasional;
11. pemulihan ekosistem dan penutupan kawasan;
12. penyediaan data dan informasi konservasi sumber daya alam dan ekosistem;
13. penyelenggaraan kerja sama bidang konservasi sumber daya alam dan
ekosistem;
14. pelaksanaan bina cinta alam dan penyuluhan konservasi sumber daya alam dan
ekosistem;
15. penyelenggaraan kemitraan konservasi; dan
16. pemberdayaan masyarakat di dalam dan sekitar taman nasional serta
pengelolaan kawasan taman nasional.
Berdasarkan uraian diatas, maka rancangan aksi perubahan kualitas pelayanan
publik berupa penyusunan SOP Surat Keterangan Batas Kawasan TNTP merupakan
perwujudan tugas seorang Kepala SPTN Wilayah, khususnya mengenai
perlindungan dan pengamanan kawasan serta pemeliharaan batas. SOP tersebut
dapat mendukung kebijakan penanganan konflik tenurial melalui pencegahan
terjadinya kesalahan dalam penerbitan dokumen tanah oleh instansi berwenang,
termasuk penerbitan SKT. Dengan demikian SOP tersebut dapat mencegah
terjadinya perambahan dengan modus klaim lahan berdasarkan dokumen SKT di
kemudian hari.
Sejak tahun 2015 telah terjadi klaim lahan dan perambahan. Dari tahun ke
tahun selalu mengalami penambahan luas perambahan sebagaimana tabel berikut.
ditemukan masyarakat. Ketidaktahuan batas ini diperparah oleh sikap oknum kepala
desa yang dalam membuat SKT (Surat Keterangan Tanah) tidak melakukan cek
lapangan terhadap lokasi lahan yang dimohonkan warganya. Jika dilakukan cek
lokasi kadang tidak melibatkan petugas TNTP yang mengelola kawasan konservasi
di sebelah lahan yang dimohonkan. Kondisi ini membuat masyarakat masuk ke dalam
kawasan untuk mengolah lahan, maupun terkait alih kelola lahan, jual beli lahan, atau
pembuatan SKT lahan yang mereka kelola.
Untuk mengurangi kejadian tersebut perlu upaya pencegahan yang lebih
komprehensif dan melibatkan komitmen berbagai pihak yang terkait legalitas hukum
tanah. Sesuai UU No. 5 Tahun 1960 tentang Pokok-Pokok Agraria dan PP 24 Tahun
2016 tentang Perubahan PP No. 37 Tahun 1998 tentang Pendaftaran Tanah, maka
pihak-pihak yang bersebelahan dengan lokasi yang dimohonkan dokumen tanahnya
wajib bersaksi atau memberikan pernyataan mengenai batas lahan. Hal ini juga
sesuai peraturan tentang kawasan hutan khususnya kawasan konservasi, dimana
pengelola kawasan menjadi wakil pemerintah di tingkat tapak dalam membuat
keputusan atau pernyataan. Hasil berpikir kreatif terhadap analisis masalah
menghasilkan inovasi proses berupa penyusunan SOP (Standar Operasional
Prosedur) Surat Keterangan Batas Kawasan TNTP. SOP itu diharapkan disetujui oleh
semua pihak terkait dan menghasilkan produk dokumen resmi berupa Surat
Keterangan Batas Kawasan TNTP yang menjadi syarat dalam proses pendaftaran
tanah serta pembuatan SKT yang diakui hukum. Dengan optimalisasi layanan publik
ini diharapkan mampu mencegah penerbitan dokumen tanah yang salah lokasi dan
selanjutnya mampu mencegah terjadinya klaim masyarakat dan perambahan di
kawasan TNTP.
B. TUJUAN
1. Tujuan Jangka Pendek
Tersusunnya SOP Surat Keterangan Batas Kawasan TNTP yang telah
disahkan Kepala Balai TNTP.
2. Tujuan Jangka Menengah
Terlaksananya implementasi SOP Surat Keterangan Batas Kawasan TNTP
3. Tujuan Jangka Panjang
Terintegrasikannya SOP Surat Keterangan Batas Kawasan TNTP ke dalam
aplikasi SITANPAN.
APKPP Eko Susanto PKP KLHK 2023 | 5
D. RUANG LINGKUP
Pelayanan publik terkait data dan informasi batas kawasan merupakan salah
satu tugas fungsi Pejawat Pengawas SPTN Wilayah I dan sekaligus melaksanakan
tugas fungsi perlindungan dan pengamanan kawasan. Oleh sebab itu untuk
memberikan dampak aksi perubahan yang spesifik maka ruang lingkup aksi
perubahan ini meliputi:
1. kesesuaian dengan tugas pokok dan fungsi jabatan pengawas Kepala SPTN
Wilayah I;
2. lokasi aksi perubahan berada di wilayah kerja SPTN Wilayah I khususnya rawan
yang berada di wilayah kerja Resort Pembuang Hulu;
3. penentuan stakeholder juga diutamakan yang terkait langsung dengan wilayah
aksi perubahan, khususnya desa-desa sekitar Resort Pembuang Hulu;
4. data informasi yang digunakan sejak tahun 2015 pada saat kejadian perambahan
yang menggunakan modus SKT.
Aksi perubahan ini difokuskan pada peletakan fondasi untuk implementasi
inovasi proses, sehingga pelaksanaan tusi pejabat pengawas terkait aksi perubahan
ini nantinya akan memiliki pedoman/landasan hukum di tingkat pelaksana atau di
lapangan. Hasil dari aksi perubahan ini diharapkan mendapatkan pengakuan oleh
stakeholder terkait di lokasi kegiatan dan memberikan produk administrasi yang
terstandar.
APKPP Eko Susanto PKP KLHK 2023 | 7
A. PROFIL ORGANISASI
Kawasan TNTP terakhir ditetapkan tahun 2022 melalui SK MenLHK No.
SK.332/MENLHK-PKTL/PPPKH/PLA.02/1/2022 tentang Penetapan kawasan hutan
TNTP seluas sekitar 410.411, 57 hektar. Dalam pengelolaannya TNTP dibagi menjadi
8 zona, yaitu zona inti, zona rimba, zona pemanfaatan, zona religi dan budaya, zona
rehabilitasi, zona perlindungan bahari, zona tradisional dan zona khusus. TNTP
terbagi dalam 3 Seksi Pengelolaan Taman Nasional dan 11 Resort Pengelolaan.
Jumlah PNS sebanyak 54 orang, PPPK sebanyak 7 orang dan PPNPN sebanyak 59
orang. Sarana prasarana yang dimiliki diantaranya perkantoran 14 unit, kendaraan
roda 4 hanya 8 unit, kendaraan roda 2 sebanyak 35 unit, speedboat sebanyak 4 unit,
ATV sebanyak 3 unit, peralatan pemadaman kebakaran, peralatan GIS, drone dan
lain sebagainya dengan jumlah yang terbatas.
Wilayah kerja SPTN Wilayah I Pembuang Hulu terletak di sebelah Utara dari
Taman Nasional Tanjung Puting. Secara administratif wilayah ini berada di 2
Kabupaten yaitu: Kabupaten Kotawaringin Barat dan Kabupaten Seruyan.
Sedangkan pada administratif Kecamatan wilayah ini masuk dalam 5 Kecamatan
yaitu: Kecamatan Kumai dan Pangkalan Banteng di Kabupaten Kotawaringin Barat
serta Kecamatan Hanau, Danau Sembuluh dan Seruyan Hilir di Kabupaten Seruyan.
Luas seluruh kawasan Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah I
Pembuang Hulu sebesar ±61.000 Ha yang terbagi dalam 4 Resort, yaitu: Resort
Pembuang Hulu dengan luas ±26.440 Ha, Resort Telaga Pulang dengan luas
±19.760 Ha, Resort Sungai Kole seluas ±8.400 Ha dan Resort Pondok Ambung
dengan luas ±6.400 Ha. Adapun jumlah pegawai yang ditempatkan di SPTN Wilayah
I sebanyak 10 PNS, 1 PPPK, dan 13 PPNPN. Sarpras yang dimiliki berupa 1 kantor
SPTN, 4 kantor resort, 1 mobil operasional (pickup), 11 sepeda motor dan 2 perahu
motor. Anggaran pengelolaan kawasan di wilayah kerja SPTN Wilayah satu berkisar
Rp. 701.896.000 dengan bentuk kegiatan berupa patroli terestrial, patroli bersama
MMP, patroli pencegahan karhutla, inventarisasi TSL, operational resort, dan
pemulihan ekosistem dengan mekanisme suksesi alami.
Dari hasil analisa lahan dengan citra satelit spot IV tahun 2005 tutupan lahan
yang berupa hutan pada wilayah SPTN I sebesar 73,7% yaitu seluas 44.950 Ha baik
APKPP Eko Susanto PKP KLHK 2023 | 8
hutan dipterocarp, hutan rawa gambut, hutan kerangas maupun hutan sekunder.
Sementara 26,3 % lainnya adalah area terbuka seluas 16.050 Ha dengan tutupan
lahan berupa semak belukar, semak padang maupun semak rawa atau alang-alang.
Tantangan pengelolaan di SPTN Wilayah I merupakan dampak dari ulah
manusia, diantaranya penambangan emas tanpa ijin, perambahan, dan penebangan
liar. Pelanggaran yang termasuk tindak pidana kehutanan tersebut masih
berlangsung sampai saat ini meskipun volumenya mengalami penurunan. Pola
penanganannya telah mengacu pada semua bentuk pengamanan, mulai dari upaya
preemtif, upaya preventif dan upaya represif. Sampai tahun ini sudah dilakukan
penyidikan sampai P-21 dan putusan pengadilan sebanyak 13 kasus.
KEPALA BALAI
KELOMPOK
B. ANALISA MASALAH
Sebagaimana dijelaskan pada latar belakang, maka salah satu masalah yang
dihadapi Balai TNTP, khususnya di SPTN Wilayah I adalah terjadinya peningkatan
luas perambahan di kawasan TNTP oleh masyarakat. Penyebab penambahan
perambahan tersebut adalah adanya klaim masyarakat berdasarkan SKT (Surat
Keterangan Tanah) yang dikeluarkan oleh perangkat desa dan klaim sepihak oknum
masyarakat berdasarkan pengakuan saja. Akar masalah dari klaim dan perambahan
adalah ketidaktahuan masyarakat mengenai batas kawasan TNTP di lapangan. Hal
itu diperparah ketika pembuatan SKT oleh kepala desa tidak mensyaratkan
pernyataan dari pihak yang berbatasan dengan lahan yang dimohonkan SKT. Selain
itu juga tidak dilakukan cek lokasi dan jika dilakukan cek lokasi jarang mengundang
pihak TNTP selaku pengelola kawasan yang berbatasan. Kondisi inilah yang
membuat klaim dan perambahan terjadi setiap tahunnya.
Kondisi internal organisasi sedikit banyak juga turut berperan meski upaya
preemtif dan preventif sudah dilakukan. Jumlah dan kapasitas pegawai bidang
pemetaan masih sedikit. Sarana prasarana untuk pengukuran lahan dan batas
kawasan TNTP yang memenuhi standar masih sangat terbatas. Prosedur cek lokasi
lahan juga belum dimiliki oleh Balai TNTP. Ketersediaan anggaran untuk
pemeliharaan pal batas belum bisa tersedia secara rutin sehingga penggantian pal
batas yang rusak maupun hilang belum terlaksana secara keseluruhan. Kondisi
internal yang cukup berpengaruh adalah belum adanya pedoman yang memandu
kegiatan layanan data informasi batas kawasan TNTP dari permohonan layanan
sampai dokumen produknya.
Dari uraian di atas dapat digambarkan dalam tabel diagnosis organisasi di
berikut ini.
Berdasarkan tabel di atas diketahui gap antara kondisi yang diinginkan dengan
kondisi saat ini. Gap itulah yang menyebabkan kondisi yang diinginkan belum
terwujud. Agar gap yang ada bisa dihilangkan melalui aksi perubahan maka perlu
dilakukan skoring (+/-) terhadap kondisi saat ini dan faktor yang mempengaruhi
sebagaimana pada tabel di bawah ini.
APKPP Eko Susanto PKP KLHK 2023 | 12
Kebijakan Masyarakat yang Ketidaktahuan Seluruh desa sekitar Luas kawasan TNTP UU No. 5 Tahun 1960 tentang
resolusi konflik kehilangan uang akibat masyarakat tentang kawasan sudah yang dibuka masyarakat Pokok-Pokok Agraria (+)
tenurial (+) membeli tanah yang batas kawasan TNTP terjangkau sinyal akibat ketidaktahuan
berada di dalam dan menjadi dasar klaim telekomunikasi (+) batas kawasan TNTP UU No. 5 Tahun 1990 tentang
kawasan TNTP (-) mendegradasi fungsi KSDAE (+)
berkurang (+) hutan (-)
Kebijakan Prosedur cek lokasi Keinginan masyarakat Masyarakat sekitar Tanah di sekitar PP No. 24 Tahun 2016 tentang
pendaftaran batas kawasan dapat meningkat terhadap kawasan sudah familier kawasan TNTP yang Perubahan PP No. 37 Tahun
tanah (+) menambah biaya yang keabsahan dokumen menggunakan WA (+) dibuka untuk kebun 1998 tentang Pendaftaran
dikeluarkan masyarakat tanah yang dimiliki (+) sawit dapat mengurangi Tanah (+)
untuk membuat habitat hidupan liar (-)
dokumen tanah (-)
Tabel 6. Indikator Kinerja Kegiatan pada Balai TNTP 2023 dan tergetnya.
NO IKK TARGET ANGGARAN
1 Jumlah unit kawasan konservasi yang 1 Unit KK 80.000.000
dilakukan pemantapan (prakondisi) status
dan fungsi
2 Luas penanganan konflik tenurial di 37 hektar 75.000.000
kawasan konservasi
3 Jumlah kawasan konservasi yang 1 Unit KK 900.000.000
ditingkatkan perlindungan hutan
Dari tabel 5 diketahui bahwa luas perambahan yang ada di kawasan TNTP
sampai akhir tahun 2022 adalah sekitar 562 hektar, namun anggaran yang disediakan
eselon I hanya untuk penanganan 75 hektar saja. Ketimpangan anggaran inilah yang
harus dipikirkan secara kreatif guna menangani ancaman perambahan di tahun yang
akan datang. Solusi inovasi yang ditawarkan dalam aksi perubahan ini adalah dengan
adanya SOP Surat Keterangan Batas Kawasan TNTP agar perambahan dapat
dicegah sejak dini. SOP tersebut termasuk dalam inovasi proses yang sekaligus
menjawab kelemahan dari sistem layanan data informasi batas kawasan yang ada di
TNTP.
Faktor internal berikutnya yang berperan negatif adalah kapasitas SDM
pegawai TNTP. Berdasarkan Keputusan Menteri LHK RI Nomor
SK.946/MENLHK/SETJEN/PLA.2/10/2019 tentang Hasil Analisa Bebean Kerja
Lingkup KLHK Tahun 2020-2024 disebutkan bahwa jumlah pegawai TNTP yang
sesuai dengan beban kerja di kawasan seluas 410,411,59 hektar adalah 192 orang.
Namun kondisi saat ini baru memiliki 52 orang PNS. Selain ketimpangan itu,
kapasitas SDM juga didominasi oleh pendidikan tingkat SLTA serta level golongan II
APKPP Eko Susanto PKP KLHK 2023 | 16
dan III. Hal ini sedikit banyak dapat menghambat pelaksanaan layanan publik
khususnya di era digital atau butuh usaha lebih untuk upaya peningkatan kapastias
SDM pegawainya.
Kelemahan nilai standar ASN di lingkup Balai TNTP yang belum optimal
dipengaruhi oleh kondisi alam dan lokasi kerja yang jauh dari teknologi dan jauh dari
jangkauan sinyal komunikasi. Kondisi ini membaut pimpinan sulit memantau kinerja
pegawaianya pada saat di lapangan/hutan. Informasi terkini dari pengawasan
pelaksanaan kegiatan pegawai hanya dapat dilakukan pada saat posisi pegawai
berada di dekat desa yang terjangkau sinyal komunikasi. Namun kondisi ini bukan
faktor utama dari belum optimalnya standar nilai dasar ASN. Faktor lain dari nilai
standar ASN yang belum optimal adalah tingkat kepercayaan terhadap pelaksanaan
kegiatan dan hasilnya masih perlu ditingkatkan. Tingkat kepercayaan ini berkaitan
dengan nilai dasar ASN yaitu BerAHKLAK, diantarnya berorientasi pelayanan dan
kompeten. Jika pegawai belum memiliki keyakinan dalam melaksanakan pelayanan
publik yang sesuai dengan kompetensinya, maka akan banyak informasi di
masyarakat yang salah persepsi terhadap kinerja organisasi dan bahkan bisa
menimbulkan ketidakpercayaan. Hal ini harus diantisipasi khususnya yang terkait
dengan layanan publik data dan informasi batas kawasan TNTP.
Berdasarkan analisis strategis dengan menggunakan SWOT yang
menerjemahkan faktor internal dan faktor eksternal organisasi, maka diperoleh 4
strategi yang memanfaatkan kekuatan dan kelemahan faktor internal dengan melihat
peluang dan ancaman dari faktor eksternal. Strategi tersebut adalah:
1. menyusun SOP terkait batas kawasan TNTP guna mendukung kegiatan
pendaftaran tanah/SKT dan mengintegrasikan ke aplikasi SITANPAN (SO);
2. menyusun kebijakan anggaran yang mendukung standar layanan data dan
informasi batas kawasan termasuk standarisasi peralatan, penyusunan SOP, dan
kapasitas SDM pendukungnya (WO);
3. melakukan sosialisasi kebijakan tenurial dan kawasan konservasi (ST);
4. memantau pelaksanaan layanan data informasi tenurial terkait batas kawasan
TNTP melalui komunikasi aktif termasuk dengan media online (WT).
Melihat hasil analisis tersebut, maka gagasan kreatif menyusun SOP Surat
Keterangan Batas Kawasan TNTP guna mencegah penambahan perambahan
sekaligus meningkatkan layanan data informasi kepada masyarakat dapat
memberikan perubahan pada organisasi ke arah yang lebih baik.
APKPP Eko Susanto PKP KLHK 2023 | 17
PENYEBAB LEVEL 2
Ketidaktahuan masyarakat
dan perangkat desa
tentang batas kawasan
TNTP dan prosedur
pendaftaran tanah
PENYEBAB LEVEL 3
A. TEROBOSAN INOVASI
Kepala SPTN Wilayah I merupakan jabatan pengawas yang memiliki tugas
untuk melaksanakan kegiatan pengawetan, pengamanan kawasan dan pemanfaatan
berkelanjutan di wilayah kerjanya. Khusus kegiatan pengamanan kawasan
diantaranya berupa menyusun rencana pengelolaan, melakukan kegiatan
perlindungan (patroli, penjagaan dan lainnya), pemeliharaan batas kawasan,
pengendalian dampak kerusakan, pengendalian kebakaran hutan, pengelolaan
keamanan hayati, dan penyediaan data informasi. Terkait hal tersebut maka kegiatan
layanan data dan informasi batas kawasan TNTP merupakan pelaksanaan dari tugas
bidang pengamanan kawasan.
Layanan data informasi batas kawasan TNTP selama ini dilakukan secara
manual dengan interpretasi masing-masing. Hal itu dikarenakan belum adanya
pedoman (SOP) layanan publik. Melihat hasil diagnosis organisasi dan analisis
masalah, maka dibutuhkan inovasi proses agar layanan data informasi batas
kawasan TNTP memiliki standar baku layanan, jaminan mutu layanan yang diakui
instansi terkait, transparan, mudah diakses, memenuhi harapan konsumen dan sah
di mata hukum (sesuai peraturan yang berlaku).
APKPP Eko Susanto PKP KLHK 2023 | 21
8. Mitra Kerja: 7. Kegiatan Utama: 2. Nilai Yang 4. Hubungan Klien: 1. Target Klien:
BPKH Wilayah XXI Survei lokasi Ditawarkan: Konsultasi Masyarakat
Perangkat Desa Pengelolaan GIS Kepastian hukum Koordinasi Perangkat Desa
Kecamatan Pengelolaan komunikasi batas tanah Pelayanan publik Notaris
Kantor ATR Penerbitan dokumen Dokumen kepada
Kantor Dinas terstandar aturan konsumen
PMPSA Transparan Sosialisasi
Notaris Mudah diakses
Dewan Adat 6. Sumber Daya: Layanan 3. Pelayanan:
Daerah Tenaga lapangan terstandar Media
Sarana pendukung GIS komunikasi
Anggaran Call center
Narasumber ahli Media online
C. SUMBER DAYA
Tim kerja sangat dibutuhkan dalam penyusunan SOP Surat Keterangan Batas Kawasan TNTP, karena implementasi SOP ini
berkaitan erat dengan tugas instansi lain yang terkait. Selain itu dalam sebuah organisasi yang efektif sangat dibutuhkan kerja sama
semua komponen organisasi, sehingga tugas organisasi dapat berjalan baik. Oleh sebab itu dibutuhkan analisis stakeholder yang
nantinya dapat membentuk tim kerja yang efektif. Salah satunya dengan metode kuadran stakeholder.
INFLUENT
LATENS: PROMOTERS:
Kepala Dinas PMPSA Kepala Balai TNTP
BKPH Wilayah XXI
KSBTU
Kepala Kantor ATR/BPN
Kecamatan I
Kepala Desa N
T
E
R
DEFENDERS: E
APATHETIC:
Notaris S
Mantir Adat
T
Keterangan Batas Kawasan TNTP. Komunikasi tersebut akan menjadi bagian dari
tahapan SOP yang akan disusun.
Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Satu Atap memiliki pengaruh
kebijakan terkait perizinan namun tidak berhubungan langsung dengan batas
kawasan TNTP. Perangkat adat daya (Mantir Adat) secara hukum tidak memiliki
tugas terkait pengelolaan tanah, karena sampai saat ini belum ada aturan pemerintah
Kabupaten Seruyan yang menetapkan tanah adat maupun hutan adat. Disamping itu
penggunaan denda adat juga tidak selalu menjadi pilihan karena masyarakat sudah
heterogen. Kelompok defender yang memiliki kepentingan individu/kelompok kecil
dan dapat menyuarakan dukungannya dalam komunitas, tetapi kekuatannya kecil
untuk mempengaruhi rencana aksi perubahan. Hal ini dialami notaris karena
sebagian besar masyarakat belum menganggap penting tentang pendaftaran tanah
untuk mendapatkan SHM (Sertipikat Hak Milik) selama masih memiliki SKT. Oleh
sebab itu di Kecamatan Hanau hanya ada 1 notaris saja.
Para stakeholder memegang peranan penting dalam pelaksanaan SOP
nantinya, karena mereka akan turut melayani masyarakat dalam memenuhi
kebutuhan dokumen tanah dan persyaratannya. Oleh sebab itu dalam proses aksi
perubahan ini diperlukan pemahaman konsepsi yang baik dan komprehensif
berdasarkan aturan yang berlaku. Selain itu juga diperlukan komunikasi yang efektif
dan saling memahami tugas fungsi masing-masing. Hal ini untuk memfokuskan
pesan yang ingin disampaikan dan untuk menghindari kesalahpahaman yang
nantinya dapat menghambat proses aksi perubahan layanan publik dan bahkan dapat
menghambat tercapainya tujuan inovasi. Adapun bentuk komunikasinya akan
disesuaikan dengan hasil analisis stakeholder, baik itu melalui bentuk komunikasi
berupa koordinasi, konsultasi, kolaborasi, diskusi, dan sosialisasi.
Hubungan tata kerja masing-masing stakeholder dalam aksi perubahan
penyusunan SOP Surat Keterangan Batas kawasan TNTP secara garis besar dapat
digambarkan di bawah ini.
APKPP Eko Susanto PKP KLHK 2023 | 29
Stakeholder
Keterangan:
: instruksi
: koordinasi
2. Mempelajari konsep dasar pelayanan prima dalam sektor publik sesuai proses
layanan yang diberikan;
Adapun pengembangan melalui penugasan berupa:
1. Menyusun MoU dengan Kantor ATR/BPN;
2. Menyusun SOP pelayanan data informasi tentang batas kawasan TNTP.
APKPP Eko Susanto PKP KLHK 2023 | 35
Tabel 11. Rencana Strategi Pengembangan Potensi Diri Peserta Pelatihan Kepemimpinan Pengawas (PKP)
RENCANA STRATEGI PENGEMBANGAN POTENSI DIRI PESERTA PELATIHAN KEPEMIMPINAN PENGAWAS (PKP)
Uraian Gap Potensi Diri Berdasarkan Kompetensi Kompetensi (Aspek) Sub Aspek
Mempelajari kebutuhan untuk melakukan
perubahan, mengenali hal-hal yang terkait
Perlu mengembangkan potensi diri dalam pengelolaan perubahan pelayanan
Mengelola Perubahan dengan orientasi pelayanan, adatabilitas dan
publik
orientasi pelayanan terhadap hasil aksi
perubahan
Dampak Bagi
Strategi Pengembangan Potensi Waktu Parapihak Pembiayaan Peningkatan
Output yang Diharapkan
Diri Pelaksanaan Terlibat Jumlah Kualitas Pelayanan
(Rp) Sumber Unit Kerja
A. Pengembangan Mandiri:
1 Mempelajari bidang ilmu Swadaya
yang terkait tugas dan
- Meningkatnya
fungsi Kepala SPTN
kemampuan
Wilayah I Meningkatnya kemampuan 11 - 27
komunikasi personal
2 Mempelajari konsep dasar komunikasi dalam September Tim Efeketif Swadaya
dalam upaya
pelayanan prima dalam mengelola perubahan 2023
meningkatkan kualitas
sektor publik sesuai -
pelayanan publik
proses layanan yang
diberikan
APKPP Eko Susanto PKP KLHK 2023 | 36
B. Pengembangan Melalui
Penugasan:
1 Menyusun MoU dengan Terciptanya
Kantor ATR/BPN 8 - 30 perubahan positif
- Swadaya
Oktober
Peningkatan kemampuan Tim efektif dan dengan adanya
2 Menyusun SOP pelayanan pengelolaan perubahan 21 - 30 Kantor ATR/BPN mekanisme pelayanan
data informasi tentang Oktober - Swadaya yang efektif, mudah
batas kawasan TNTP
dan nyaman
Eko Susanto, S.Si., M.A., M.Ec.Dev. Murlan Dameria Pane, S.Hut., M.Si. Dr. Ir. Anna Indria Witasari, M.Sc
NIP. 197306262000031003 NIP. 197107171998032001 NIP. 196704031992032000
APKPP Eko Susanto PKP KLHK 2023 | 37
DAFTAR PUSTAKA
Ariyanto, E. dan Affan Alqudus. 2022. Skripsi: Analisis Penerapan SOP Dalam
Rangka Optimalisasi Pelayanan Pegawai Di Kantor Kecamatan Simpang Kiri
Kabupaten Subulussalam. Umsu. Medan.
Bachtiar, H. 2022. Laporan Aksi Perubahan Kinerja Pelayanan Publik: Peningkatan
Kinerja Usulan Kegiatan Balai Satu Pintu Melalui Penyusunan SOP Dengan
Pemanfaatan Platform Digital Sebagai Sarana Arsip Dokumen. LAN. Jakarta.
Budi, S. dan Damayanti Tyastianti. 2021. Modul Pelatihan Kepemimpinan Pengawas:
Manajemen Mutu. LAN. Jakarta.
Budi, S. dan Erna Irawati. 2021. Modul Pelatihan Kepemimpinan Pengawas:
Diagnosa Organisasi. LAN. Jakarta.
Darmawan, C., dkk. 2021. Modul Pelatihan Kepemimpinan Pengawas: Bela Negara
Kepemimpinan Pancasila. LAN. Jakarta.
Darmawan, C., dkk. 2021. Modul Pelatihan Kepemimpinan Pengawas: Etika dan
Integritas Kepemimpinan Pancasila. LAN. Jakarta.
Hapsari, W.I. 2021. Modul Pelatihan Kepemimpinan Pengawas: Komunikasi Dalam
pelayanan Publik. LAN. Jakarta.
Iriyanto, H. 2021. Modul Pelatihan Kepemimpinan Pengawas: Perencanaan Kegiatan
Pelayanan Publik. LAN. Jakarta.
Ismayanti, DMF. Dan Annisa Nurul Faidi Firdaus. 2021. Modul Pelatihan
Kepemimpinan Pengawas: Pelayanan Publik Digital. LAN. Jakarta.
Marpaung, P.M. dan Agus Supriyono. 2021. Modul Pelatihan Kepemimpinan
Pengawas: Membangun Tim Efektif Di Era New Normal. LAN. Jakarta.
Rahayu, A. dan Hary Wahyudi. 2021. Modul Pelatihan Kepemimpinan Pengawas:
Kepemimpinan Dalam Melaksanakan Pekerjaan. LAN. Jakarta.
Riyadi. 2021. Modul Pelatihan Kepemimpinan Pengawas: Manajemen Pengawasan.
LAN. Jakarta.
Suprapti, W. 2021. Modul Pelatihan Kepemimpinan Pengawas: Berpikir Kreatif Dalam
Pelayanan. LAN. Jakarta.
Tim Editorial Rumah.com. 2023. SKT Tanah: Penjelasan, Cara Buat dan Syaratnya.
Artikel. Diunduh tanggal 5 September 2023 pukul 16.39 WIB dengan alamat
SKT Tanah: Penjelasan, Cara Buat, dan Syaratnya (rumah.com)
APKPP Eko Susanto PKP KLHK 2023 | 39
LAMPIRAN
APKPP Eko Susanto PKP KLHK 2023 | 40
DISUSUN OLEH
EKO SUSANTO, S.Si., M.A., M.Ec.Dev.
NIP. 197306262000031003
KEPALA SEKSI PENGELOLAAN TAMAN NASIONAL WILAYAH I
BALAI TAMAN NASIONAL TANJUNG PUTING
I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Balai Taman Nasional Tanjung Puting (Balai TNTP) memiliki tugas fungsi
melaksanakan penyelenggaraan konservasi sumber daya alam dan ekosistemnya di
Taman Nasional Tanjung Puting melalui kegiatan pengelolaan kawasan,
pemanfaatan berkelanjutan jasa lingkungan di taman nasional, penyelenggaraan
kerja sama, dan penyediaan data informasi konservasi sumber daya alam dan
ekosistemnya di taman nasional. Dalam melaksanakan tugas pengelolaan kawasan
dilakukan dengan kegiatan perlindungan, pengawetan dan pemanfaatan yang lestari.
Bentuk kegiatan perlindungan berupa penjagaan pos, patroli rutin, sosialisasi/
penyuluhan, pemasangan papan himbauan/larangan, dan pemeliharaan pal batas.
Khusus di wilayah kerja Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah I (SPTN
Wilayah I) menitikberatkan pada kegiatan perlindungan dan pengawetan. Hal ini tidak
lepas dari potensi ancaman terhadap keutuhan kawasan berupa perambahan,
penambangan emas ilegal, perburuan, penebangan liar dan kebakaran hutan.
Ancaman yang memiliki dampak besar dan penanganan yang tidak mudah adalah
perambahan. Klaim lahan dan perambahan menjadi pemicu tindak pidana lain yaitu
penebangan liar dan kebakaran hutan. Keduanya dilakukan saat oknum masyarakat
melakukan pembersihan lahan. Selain itu, perubahan bentang alam menjadi kebun
sawit membuat upaya pemulihan ekosistemnya menjadi lama dan berbiaya tinggi.
Sejak tahun 2015 telah terjadi klaim lahan dan perambahan. Dari tahun ke
tahun selalu mengalami penambahan luas perambahan sebagaimana tabel berikut.
TNTP yang menjadi syarat dalam proses pendaftaran tanah serta pembuatan SKT
yang diakui hukum. Dengan optimalisasi layanan publik ini diharapkan mampu
mencegah penerbitan dokumen tanah yang salah lokasi dan selanjutnya mampu
mencegah terjadinya klaim masyarakat dan perambahan di kawasan TNTP.
tahun ini sudah dilakukan penyidikan sampai P-21 dan putusan pengadilan sebanyak
13 kasus.
C. ANALISA MASALAH
Sebagaimana dijelaskan pada latar belakang, maka salah satu masalah yang
dihadapi Balai TNTP, khususnya di SPTN Wilayah I adalah terjadinya peningkatan
luas perambahan di kawasan TNTP oleh masyarakat. Penyebab penambahan
perambahan tersebut adalah adanya klaim masyarakat berdasarkan SKT (Surat
Keterangan Tanah) yang dikeluarkan oleh perangkat desa dan klaim sepihak oknum
masyarakat berdasarkan pengakuan saja. Akar masalah dari klaim dan perambahan
adalah ketidaktahuan masyarakat mengenai batas kawasan TNTP di lapangan. Hal
itu diperparah ketika pembuatan SKT oleh kepala desa tidak mensyarakan
pernyataan dari pihak yang berbatasan dengan lahan yang dimohonkan SKT. Selain
itu juga tidak dilakukan cek lokasi dan jika dilakukan cek lokasi jarang mengundang
pihak TNTP selaku pengelola kawasan yang berbatasan. Kondisi inilah yang
membuat klaim dan perambahan terjadi setiap tahunnya.
Kondisi internal organisasi sedikit banyak juga turut berperan meski upaya
preemtif dan preventif sudah dilakukan. Jumlah dan kapasitas pegawai bidang
pemetaan masih sedikit. Sarana prasarana untuk pengukuran lahan dan batas
kawasan TNTP yang memenuhi standar masih sangat terbatas. Prosedur cek lokasi
lahan juga belum dimiliki oleh Balai TNTP. Ketersediaan anggaran untuk
pemeliharaan pal batas belum bisa tersedia secara rutin sehingga penggantian pal
batas yang rusak maupun hilang belum terlaksana secara keseluruhan. Kondisi
internal yang cukup berpengaruh adalah belum adanya pedoman yang memandu
APKPP Eko Susanto PKP KLHK 2023 | 46
kegiatan layanan data informasi batas kawasan TNTP dari permohonan layanan
sampai dokumen produknya.
B. TIM EFEKTIF
Tim kerja sangat dibutuhkan dalam penyusunan SOP Surat Keterangan Batas
Kawasan TNTP, karena implementasi SOP ini berkaitan erat dengan tugas instansi
lain yang terkait. Selain itu dalam sebuah organisasi yang efektif sangat dibutuhkan
kerja sama semua komponen organisasi, sehingga tugas organisasi dapat berjalan
baik. Oleh sebab itu dibutuhkan analisis stakeholder yang nantinya dapat membentuk
tim kerja yang efektif. Salah satunya dengan metode kuadran stakeholder.
Guna tercipta stakeholder yang memiliki identifikasi seperti tabel di atas, maka
diperlukan pemahaman konsepsi yang baik dan komprehensif berdasarkan aturan
yang berlaku. Selain itu juga diperlukan komunikasi yang efektif dan saling
memahami tugas fungsi masing-masing. Hal ini untuk memfokuskan pesan yang
ingin disampaikan dan untuk menghindari kesalahpahaman yang dapat menghambat
proses perubahan layanan publik dan tercapainya tujuan inovasi perubahan.
Langkah selanjutnya adalah membangun kerja sama tim kerja yang terdiri dari
para stakeholder yang teridentifikasi memiliki pengaruh, kepentingan, kekuatan dan
dukungan yang tinggi/sedang. Selain itu dilakukan pula kerja sama dengan
stakeholder yang memiliki tugas fungsi terkait legalitas lahan/tanah dan tata ruang,
serta termasuk juga narasumber ahli lainnya. Untuk itu diperlukan agenda kegiatan
jangka pendek berupa:
1. Membangun komitmen bersama;
2. Membangun komunikasi efektif yang jujur dan tidak tendensius;
3. Membentuk tim kerja efektif;
4. Menyusun SOP Surat Keterangan Batas Kawasan TNTP;
5. Mendukung sosialisasi dan implementasi SOP.
APKPP Eko Susanto PKP KLHK 2023 | 53
APKPP Eko Susanto PKP KLHK 2023 | 54
LAMPIRAN
Nama Peserta : Eko Susanto, S.Si., M.A., M.Ec.Dev. Nama Mentor : Murlan Dameria Pane, S.Hut., M.Si.
NIP : 197306262000031003 NIP: : 197107171998032001
Kepala Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah
Jabatan : I Jabatan : Kepala Balai
Instansi : Balai Taman Nasional Tanjung Puting Instansi : Balai Taman Nasional Tanjung Puting
Program : Pelatihan Kepemimpinan Pengawas LHK 2023
Nilai Komponen
Kualifikasi
Sub Komponen Sub Komponen Sub Komponen Rata-Rata Total Total Sub
Integritas Kerjasama Mengelola Perubahan Sub Komponen Komponen
Peserta 7.87 7.72 7.68 7.76 Baik
Mentor 8.17 8.00 8.00 8.06 Baik
Nilai Rata-Rata Per
Sub Komponen 8.08 7.92 7.90 7.97 Baik
Kurang : Memperhatikan nilai pada sub komponen pada Formulir Peserta atau Mentor dan Rekap nilai gabungan, peserta
Sangat Kurang : perlu diberikan program pengembangan potensi diri dalam bentuk kegiatan-kegiatan yang terukur pada saat
melaksanakan aksi perubahannya dengan bimbingan, pendampingan yang sangat ketat dan sebaiknya agar
melibatkan unit pengelola kepegawaian instansi asal peserta sebagai bekal penguatan sikap perilaku dalam
menduduki jabatan pengawas
NIP. 196704031992032004
Lampiran 5. Rencana Strategi Pengembangan Potensi Diri Peserta
APKPP Eko Susanto PKP KLHK 2023 | 61