PADA
Di susun oleh :
Dr. EVI WULANSARI, MM
NDH 01 ANGKATAN 2
Puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan karunia-
Nya, sehingga Laporan Studi Lapangan (STULA) yang dilaksanakan pada tanggal 06
September 2022 sampai dengan 08 September 2022 yang berlokus pada Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota Yogyakarta Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta dapat terselesaikan.
Terlaksananya penyusunan Laporan Stula ini dengan baik dan efektif, atas
bimbingan, bantuan, masukan dan saran atau ide-ide dari berbagai pihak. Pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghormatan setinggi-tingginya
kepada pihak-pihak yang telah mendukung laporan stula ini, yaitu :
1. Ibu DR. Tati Iriani, SH, MM. selaku pendamping Stula yang telah membimbing dan
mengarahkan penulis berkaitan dengan Laporan Studi Lapangan.
2. Pemerintah Daerah Kota Cirebon yang telah memberikan tugas untuk mengikuti
Pendidikan Kepempinan Administrator;
3. BPSDM Provinsi Jawa Barat yang telah memfasilitasi terlaksananya studi lapangan;
4. Bapak dan Ibu Widyaiswara yang dengan sabar membimbing dan memberikan arahan
kepada penulis;
5. Rekan-rekan Peserta Diklat PKA Angkatan II Tahun 2022, khususnya kelompok 1 dan 2.
Halaman
1. LATAR BELAKANG………………………………………………………….……………....................... 1
2. PROFIL BAPPEDA KOTA YOGYAKARTA ………………………..……………………………. 2
2.1 KINERJA BAPPEDA KOTA YOGYAKARTA …………………………………………….. 6
2.2 INOVASI BAPPEDA KOTA YOGYAKARTA ……………………………………………….. 7
2.3 “ KEY SUCCESS FACTOR ” BAPPEDA KOTA YOGYKARTA……………………………………8
3. ANALISIS MASALAH KINERJA PELAYANAN
4. STRATEGI PENYELESAIAAN MASALAH
4.1. TEROBOSAN/INOVASI
4.2. TAHAPAN KEGIATAN
4.3. SUMBERDAYA ( PETA DAN PEMANFAATAN )
4.4. MANAJEMEN RESIKO
5. ACTION PLAN ………………………………………...................................................... 13
6. PENUTUP …………………………………………………………………………………................. 15
1. LATAR BELAKANG
Berdirinya Kota Yogyakarta berawal dari adanya Perjanjian Gianti pada Tanggal 13
Februari 1755 yang ditandatangani Kompeni Belanda di bawah tanda tangan Gubernur
Nicholas Hartingh atas nama Gubernur Jendral Jacob Mossel. Isi Perjanjian Gianti:
Negara Mataram dibagi dua: Setengah masih menjadi Hak Kerajaan Surakarta,
setengah lagi menjadi Hak Pangeran Mangkubumi. Dalam perjanjian itu pula Pengeran
Mangkubumi diakui menjadi Raja atas setengah daerah Pedalaman Kerajaan Jawa
dengan Gelar Sultan Hamengku Buwono Senopati Ing Alega Abdul Rachman Sayidin
Panatagama Khalifatullah.
Setelah selesai Perjanjian Pembagian Daerah itu, Pangeran Mangkubumi yang bergelar
Sultan Hamengku Buwono I segera menetapkan bahwa Daerah Mataram yang ada di
dalam kekuasaannya itu diberi nama Ngayogyakarta Hadiningrat dan beribukota di
Ngayogyakarta (Yogyakarta). Ketetapan ini diumumkan pada tanggal 13 Maret 1755.
Tempat yang dipilih menjadi ibukota dan pusat pemerintahan ini ialah Hutan yang
disebut Beringin, dimana telah ada sebuah desa kecil bernama Pachetokan, sedang
disana terdapat suatu pesanggrahan dinamai Garjitowati, yang dibuat oleh Susuhunan
Paku Buwono II dulu dan namanya kemudian diubah menjadi Ayodya. Setelah
penetapan tersebut diatas diumumkan, Sultan Hamengku Buwono segera
memerintahkan kepada rakyat membabad hutan tadi untuk didirikan Kraton.
Meskipun Kota Yogyakarta baik yang menjadi bagian dari Kesultanan maupun yang
menjadi bagian dari Pakualaman telah dapat membentuk suatu DPR Kota dan Dewan
Pemerintahan Kota yang dipimpin oleh kedua Bupati Kota Kasultanan dan Pakualaman,
tetapi Kota Yogyakarta belum menjadi Kota Praja atau Kota Otonom, sebab kekuasaan
otonomi yang meliputi berbagai bidang pemerintahan masih berada di tangan
Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta.
Kota Yogyakarta yang meliputi daerah Kasultanan dan Pakualaman baru menjadi Kota
Praja atau Kota Otonomi dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1947,
dalam pasal I menyatakan bahwa Kabupaten Kota Yogyakarta yang meliputi wilayah
Kasultanan dan Pakualaman serta beberapa daerah dari Kabupaten Bantul yang
sekarang menjadi Kecamatan Kotagede dan Umbulharjo ditetapkan sebagai daerah
yang berhak mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. Daerah tersebut
dinamakan Haminte Kota Yogyakarta.
Walikota pertama yang menjabat, Ir. Moh Enoh, mengalami kesulitan karena wilayah
tersebut masih merupakan bagian dari Daerah Istimewa Yogyakarta dan statusnya
belum dilepas. Hal itu semakin nyata dengan adanya Undang-undang Nomor 22 Tahun
1948 tentang Pokok-pokok Pemerintahan Daerah, di mana Daerah Istimewa Yogyakarta
sebagai Tingkat I dan Kotapraja Yogyakarta sebagai Tingkat II yang menjadi bagian
Daerah Istimewa Yogyakarta.
Dengan kembali ke UUD 1945 melalui Dekrit Presiden 5 Juli 1959, maka Undang-
undang Nomor 1 Tahun 1957 diganti dengan Undang-undang Nomor 18 Tahun 1965
tentang pokok-pokok Pemerintahan di Daerah, tugas Kepala Daerah dan DPRD
dipisahkan dan dibentuk Wakil Kepala Daerah dan badan Pemerintah Harian serta
sebutan Kota Praja diganti Kotamadya Yogyakarta.
Secara garis besar Kota Yogyakarta merupakan dataran rendah dimana dari barat ke
timur relatif datar dan dari utara ke selatan memiliki kemiringan ± 1 derajat, serta
terdapat 3 (tiga) sungai yang melintas Kota Yogyakarta, yaitu:
1. Sebelah timur adalah Sungai Gajah Wong
2. Bagian tengah adalah Sungai Code
3. Sebelah barat adalah Sungai Winongo
Kondisi tanah Kota Yogyakarta cukup subur dan memungkinkan ditanami berbagai
tanaman pertanian maupun perdagangan. Namun sejalan dengan perkembangan
perkotaan dan pemukiman yang pesat, lahan pertanian kota setiap tahun mengalami
penyusutan. Data tahun 1999 menunjukkan penyusutan 7,8% dari luas area Kota
Yogyakarta (3.249,75) karena beralih fungsi.
2. PROFIL BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA
Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 11 Tahun 2017 tentang RPJMD Kota
Yogyakarta Tahun 2017-2022, telah menetapkan Visi, Misi, Tujuan, Sasaran dan Strategi
yang dijabarkan lebih lanjut untuk masing-masing Perangkat Daerah Kota Yogyakarta.
Terkait dengan Bappeda Kota Yogyakarta dijelaskan sesuai uraian di bawah.
Visi
“Meneguhkan Kota Yogyakarta sebagai Kota Nyaman Huni dan Pusat Pelayanan Jasa yang
Berdaya Saing Kuat untuk Keberdayaan Masyarakat dengan Berpijak pada Nilai
Keistimewaan".
Misi
Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dalam mewujudkan visi, misi Bappeda Kota
Yogyakarta adalah mewujudkan perencanaan pembangunan daerah yang lebih
berkualitas.
Sasaran
Mengacu kepada Peraturan Walikota Yogyakarta (Perwal) Nomor 111 Tahun 2021
tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas, Fungsi, Dan Tata Kerja Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah, bahwa Kedudukan, Tugas dan Fungsi, dan Susunan
Organisasi Bappeda Kota Yogyakarta diuraikan lebih detil sesuai penjelasan di bawah.
Kedudukan
21. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh pimpinan sesuai dengan bidang tugas
Badan.
Dalam menjalankan tugas dan fungsi, Kepala Badan dibantu oleh Sekretaris, Kepala
Bidang Perencanaan Pembangunan Daerah, Kepala Bidang Perekonomian, Kepala Bidang
Pemerintahan dan Pembangunan Manusia, Kepala Bidang Infrastruktur dan
Pengembangan Wilayah serta Kepala Bidang Penelitian Pengembangan Inovasi dan
Pengendalian.
2.1. KINERJA BAPPEDA KOTA YOGYAKARTA
Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 11 Tahun 2017 tentang RPJMD Kota
Yogyakarta Tahun 2017-2022, bahwa sasaran kinera Bappeda Kota Yogyakarta adalah
meningkatnya kinerja Perencanaan Pembangunan Daerah. Adapun cascading kinerja
Bappeda Kota Yogyakarta dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 1
Cascading Kinerja Bappeda Kota Yogyakarta
Misi/Tujuan/Sasaran Indikator
Misi ke-7. Meningkatkan tatakelola pemerintah yang baik dan bersih
Tujuan
Meningkatkan tata kelola pemerintah yang Indeks Reformasi Birokrasi
baik dan bersih
Indeks Reformasi yang telah dicapai oleh Pemerintah Kota Yogyakarta pada
Tahun 2018-2021 mengalami peningkatan dari 70,63 (Kategori BB) pada tahun 2018
menjadi 76,17 (Kategori BB) pada tahun 2021.
Nilai Akintabilitas Kinerja Pemerintah yang telah dicapai oleh Pemerintah Kota
Yogyakarta pada Tahun 2018-2021 mengalami peningkatan dari Kategori BB pada tahun
2018 menjadi Kategori A
Perencanaan Pembangunan
Beberapa inovasi daerah yang dilakukan oleh Bappeda Kota Yogyakarta dan masih
berlangsung sampai saat ini adalah sebagai berikut :
Corpu Bappeda ini nantinya tidak hanya sekedar untuk meningkatkan kompetensi
pegawai, melainkan untuk mencapai target kinerja organisasi, sehingga mampu
menciptakan Bappeda yang unggul, adaptif, serta mampu menghasilkan kebijakan
yang solutif. Melalui Corpu Bappeda nanti harapannya dapat tercipta pola
pengembangan ASN yang terintegrasi, berkolaborasi tidak hanya dari unsur
pemerintah tetapi dengan stakeholder-stakeholder Swasta dan Perguruan Tinggi
sehingga penguatan Smart Government dapat diwujudkan.
Bappeda Kota Yogyakarta selanjutnya secara rutin mengimplementasikan Corpu
dengan diskusi lintas bidang untuk mendukung proses berjalannya Corpu di tingkat
Kota Yogyakarta. Bappeda Corpu ini akan diadakan setiap dua minggu sekali dengan
menghadirkan narasumber dari masing-masing bidang dan mengangkat tema terkait
isu pembangunan, ataupun substansi perencanaan. Adapun yel-yel Bappeda
Yogyakarta Corpu : Belajar Tanpa Batas, Kinerja Berkualitas.
C. SIMONEVA
SIMONEVA (Sistem Informasi Monitoring & Evaluasi) merupakan integrasi dua sistem
informasi yakni SIM Monev dan SIM E-LKIP. Tujuannya adalah mewujudkan
pengukuran kinerja yang komprehensif dimulai dari visi-misi-tujuan-sasaran daerah
sampai dengan sasaran, program dan kegiatan perangkat daerah. Aplikasi ini dapat
diakses melalui website :
https://simoneva.jogjakota.go.id/index.php/system/Login/index/#
D. Smart DSS (Decision Support System)
Smart DSS merupakan inovasi oleh Bappeda Kota Yogyakarta. Aplikasi berbasis website
untuk melakukan inventarisasi hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan sebagai basis
dalam perencanaan. Peta spasial dipakai perguruan tinggi yang akan menerjunkan KKN
untuk melakukan dan memetakan permasalahan wilayah sebagai modal program KKN
Mahasiswa dan MBKM Universitas di Kota Yogyakarta. Perusahaan yang akan
melakukan intervensi melalui dana CSR juga dapat mengetahui lokasi dan program
yang akan dibawa untuk masyarakat. Aplikasi ini dapat diakses melalui website
https://kajian.jogjakota.go.id/
Pemerintah Kota Cirebon dalam hal ini yang menjadi Instansi Pengusul RSD
Gunung Jati dapat belajar dari BAPPEDA KOTA YOGYAKARTA dalam hal :
1. Manajemen Perubahan
Pemilihan prioritas yang benar, akan menjadikan sebuah program inovasi
dijalankan dengan maksimal sesuai kebutuhan masyarakat.
Pembelajaran yang bisa diambil dari proses inovasi di Kota Yogyakarta adalah
konsistensi dalam mengembangkan inovasi yang sudah ditetapkan.
3. LESSON LEARNT
Lesson learnt adalah inti dari pengalaman suatu kegiatan, baik itu berupa proyek,
program, event, yang dapat digunakan menjadi pembelajaran pada kegiatan
berikutnya. Selanjutnya setiap orang dan fungsi dari organisasi pasti mempunyai
lessons learnt.
1) PERAN KEPEMIMPINAN
Peran kepemimpinan Bappeda Kota Yogyakarta dalam merancang inovasi
menggerakan tim efektif sangat dominan, Bappeda membentuk tim
efektif internal dan dijadikan sekretariat program dalam membangun
suatu inovasi. Kepala Bappeda menjadi project leaders dalam
merealisasikan menjadi semua inovasi yang mengandung kebaharuan,
bermanfaat, kompatibel dengan sistem serta dapat direplikasi dan
ditindak lanjuti.
Pelaksanaan kebijakan yang didasari visi misi Kepala Daerah dibentuk
berupa regulasi dan diterjemahkan oleh Kepala Bappeda dalam bentuk
perencanaan berupa masterplan, sebagai pedoman atau acuan
pelaksanaan kegiatan. Peran Kepala Bappeda untuk mempengaruhi
performance keorganisasian, disamping dapat mempengaruhi karyawan
karyawati Bappeda termasuk stakeholder terkait lain tidak sekedar
mengandalkan wewenang yang diberikan, tetapi mulai merubah ’mindset’
dari ’wewenang’ menjadi ’peranan’. Artinya menunjukkan perannya di
mata publik atau bawahannya sesuai tugas pokok dan fungsinya secara
baik dan berkualitas sehingga inovasi dapat berjalan dan berkelanjutan.
2) PENERAPAN MANAJEMEN STRATEGI
Dalam melaksanakan inovasi dirancang strategi dan manajemen resiko
dari pelaksanaan inovasi sehingga hambatan yang ada dapat diatasi
3) PENERAPAN MANAJEMEN KINERJA
Menganalisis masalah serta mengambil keputusan solusi yang tepat
4) PENERAPAN WAWASAN PANCASILA DAN BELA NEGARA
Meningkatkan wawasan bela negara dan penerapan nilai-nilai Pancasila
dalam mempraktikkan konsep layanan prima dalam tugas sehari-hari
sesuai dengan perannya;
1. Meningkatkan kemampuan inspiration motivation dan intrapersonal serta
interpersonal skill;
2. Mampu berpikir terbuka (open minded) dan melakukan kegiatan inovatif;
3. Kerjasama dan kolaborasi dalam kelompok
4. Memiliki wawasan tentang kepempinan yang memberdayakan lingkungan
sehingga dapat menjadi pemimpin yang menggerakkan;
5. Meningkatkan integritas moral (tanggung jawab, kejujuran, etika dan loyalitas);
dan
6. Memiliki jiwa enterpreneur.
4. ACTION PLAN
Dalam kegiatan studi lapangan ini penulis mendapat lesson learnt, serta dapat
mengadopsi dan mengadaptasi keunggulan strategi dan manajemen kinerja
organisasi pelayanan publik sesuai lokus yang dikunjungin peserta Pelatihan
Kepemimpinan Administrator.
Dari beberapa inovasi yang merupakan hasil Aksi perubahan yang dilakukan oleh
BAPPEDA Kota Yogyakarta ini yang penulis mengambil salah satu yang dapat menjadi
unggulan dalam layanan public adalah GANDENG GENDONG (gerakan bersama yang
melibatkan seluruh elemen pembangunan dalam rangka pemberdayaan dan
peningkatan ekonomi masyarakat, khususnya percepatan penanggulangan
kemiskinan dengan lebih menekankan pada pemberdayaan masyarakat).
Kata 'gandeng', bermakna bahwa semua elemen masyarakat saling bergandengan
tangan dengan niat saling membantu agar semua pihak dapat maju bersama.
Sedangkan kata 'gendong' memiliki makna masyarakat membantu warga lain yang
tidak mampu berjalan. Kekuatan akan muncul jika semua unsur masyarakat dalam
kebersamaan. Konsep Gandeng Gendong bisa diterapkan di seluruh aspek
pembangunan mulai dari pembangunan di bidang ekonomi, pengentasan kemiskinan,
hingga pemberdayaan pelaku usaha kecil dan mikro. Meskipun bantuan yang diberikan
tidak terlalu besar, namun jika dilakukan secara bergotong royong akan memberikan
dampak yang besar.
ASPEK DESKRIPSI
Jabatan Wakil Direktur Umum dan Keuangan RSD Gunung Jati Kota
Cirebon
Kewenangan Jabatan Sesuai Perwal Kota Cirebon No 106 Tahun 2021
a. Penyiapan bahan penyusunan rencana kerja;
b. Pengoordinasian penyiapan kebijakan umum dan teknis
operasional umum, program dan evaluasi serta keuangan;
c. Pengoordinasian penyiapan bahan penyusunan
penyusunan perencanaan Rumah Sakit lingkup umum,
program dan evaluasi serta keuangan;
d. Pengoordinasian penyiapan bahan perumusan kebijakan
dan teknis operasional umum, program dan evaluasi serta
keuangan;
e. Pengoordinasian penyelenggaraan tugas Rumah Sakit
lingkup umum, program dan evaluasi serta keuangan;
f. Penyiapan bahan bimbingan dan pengendalian teknis
Rumah Sakit lingkup umum, program dan evaluasi serta
keuangan;
g. Pengoordinasian penyiapan bahan penyusunan laporan
tugas Rumah Sakit lingkup umum, program dan evaluasi
serta keuangan;
h. Pengelolaan urusan umum, program dan evaluasi serta
keuangan;
i. Pelaksanaan pengendalian, evaluasi dan pelaporan
pelaksanaan umum, program dan evaluasi serta keuangan;
j. Pelaksanaan tugas lain berdasarkan kebijakan Wali Kota
serta ketentuan peraturan perundang-undang.
Sasaran Perubahan Siapa2 yang dilibatkan pada aksi rencana aksi perubahan
Pemanfaat IT Aksi Perubahan dengan membangun Aplikasi Sistem
Pengendalian Jaminan Pembiayaan Pelayanan Kesehatan
(SEGA JAMBLANK) di RSD Gunung Jati Kota Cirebon
5. PENUTUP
1. Untuk melakukan perubahan besar dalam rangka peningkatan layanan publik
dan kesejahteraan masyarakat, dalam hal ini seperti yang dilakuakan oleh
BAPPEDA Kota Yogyakarta, maka beberapa usaha strategis dilakukan yaitu :
a) Perencanaan dan pembentukan regulasi baik berupa aturan, panduan,
juknis, juklak dan pedoman pelaksanaan program inovatif.
b) Pengembangan sumber daya
c) Anggaran biaya
d) Komunikasi
2. Sinergis kolaboratif diperlukan dengan membangun jejaring dan komunikasi yang
efektif dalam rangka menyamakan persepsi akan pencapaian tujuan dan sasaran
yang jelas terhadap program inovatif.
3. Agar program berjalan dengan baik tentunya harus dilakukan pengendalian
melalui supervisi, monitoring dan evaluasi secara berkelanjutan.
4. Untuk mencapai hasil yang lebih baik sesuai kebutuhan jaman, perlu dilakukan
Countinues Quality Improvent sehingga, aplikasi yang ada terus dikembangkan
agar layanan BAPPEDA Kota Yogyakarta dapat memberikan layanan yang lebih
baik.