I. PENDAHULUAN
Melesatnya kemajuan teknologi dan informasi di tengah era globalisasi saat ini
mengakibatkan perubahan lingkungan eksternal dan internal terjadi begitu cepat serta
dinamis. Kemajuan teknologi dan informasi tersebut juga mengakibatkan terjadinya
peningkatan penyebaran dan pemahaman akan ilmu dan pengetahuan. Perubahan yang
terjadi begitu cepat dan dinamis tersebut tentunya menuntut sumber daya manusia yang
berkualitas agar mampu mengelola organisasi dengan baik. Oleh karenanya, pemimpin
dalam ruang lingkup ASN perlu untuk terus menjadi pembelajar, mencari serta memfilter
informasi yang dibutuhkan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan.
Tanpa kompetensi yang memadai dalam mencari serta memfilter informasi serta tanpa
kemampuan yang memadai dalam menganalisis informasi tersebut, dikhawatirkan
pemimpin ASN dapat melakukan kekeliruan bahkan kurang tepat dalam menilai kondisi
pelayanan publik di internalnya. Selain itu juga, dikhawatirkan tidak dapat membaca
potensi ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan (AGHT) yang muncul akibat
terjadinya perubahan lingkungan strategis yang begitu cepat.
Salah satu ancaman serius di lingkungan Aparatur Sipil Negara (ASN) saat ini yaitu terkait
masalah korupsi. Berdasarkan data yang dirilis oleh Transparency Global, dalam satu
dekade terakhir yaitu sejak tahun 2012 hingga tahun 2021 Indeks Persepsi Korupsi (IPK)
di Indonesia cenderung meningkat setiap tahunnya. Puncaknya yaitu pada tahun 2019,
IPK Indonesia dengan skor 40 yang merupakan IPK tertinggi yang dicapai Indonesia
dalam sejarah. Sedangkan tiga tahun terakhir, yaitu tahun 2020 sampai tahun 2022
terjadi penurunan skor IPK. Semakin tinggi skor IPK artinya tingkat korupsi di negara
tersebut semakin baik. Sebaliknya, bila skor IPK semakin turun, artinya tingkat
korupsinya semakin tinggi. Pada tahun 2021 skor IPK Indonesia sebesar 38 atau secara
global berada di peringkat 96 dari 180 negara di dunia. Sedangkan tahun 2022 IPK
Indonesia sebesar 34 atau turun 4 poin, sehingga turun ke peringat 110 secara global.
Sementara itu, apabila dilihat dari sisi profesi, korupsi di Indonesia dilakukan oleh
berbagai macam profesi, diantaranya adalah ASN, Kepala Daerah, Politisi dan bahkan
pihak swasta. Apabila tidak ada upaya serius untuk mengatasi permasalahan ini, maka
praktik korupsi dapat mengancam keberlangsungan sebuah negara. Berdasarkan fakta
dan isu aktual yang terjadi saat ini, maka Kepemimpinan Pancasila yang diterjemahkan
secara spesifik melalui wawasan kebangsaan serta bela negara menjadi sangat relevan
dan urgen dimiliki oleh semua pemimpin, utamanya pemimpin di lingkungan ASN.
Aktualisasi bela negara lainnya juga diatur dalam Undang-undang No. 5 tahun 2014
tentang Aparatur Sipil Negara yang menjelaskan bahwa untuk mewujudkan tujuan
nasional yang diamanatkan dalam konstitusi diperlukan ASN yang profesional, bebas dari
intervensi politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme, mampu
menyelenggarakan pelayanan publik bagi masyarakat dan mampu menjalankan sebagai
perekat persatuan dan kesatuan bangsa berdasarkan Pancasila dan UUD NRI 1945.
Selain sebagai norma dasar, Pancasila merupakan sistem etika dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara. Sebagai sistem etika, maka Pancasila merupakan sumber
moral dan inspirasi bagi penentu sikap, tindakan, dan keputusan yang diambil setiap
warga negara. Pancasila juga sebagai pedoman dalam tata pergaulan baik lokal,
nasional, regional maupun internasional. Dalam berbagai kebijakan yang dibuat oleh
penyelenggara negara, Pancasila dapat menjadi dasar analisis, sehingga arah dan
kebijakan yang dibuat tidak keluar dari semangat negara kebangsaan yang berjiwa
Pancasilais. Selanjutnya ditengah arus globalisasi saat ini, Pancasila dapat menjadi filter
untuk menyaring pluralitas agar negara kita tidak kehilangan identitas dan jati diri.
Sebagai salah satu ancaman serius di lingkungan ASN, maka praktik korupsi perlu diatasi
secara serius pula. Perlu upaya sistematis, terukur dan berkelanjutan melalui berbagai
metode dan tahapan untuk mengatasi praktik korupsi tersebut. Upaya tersebut dapat
berjalan dengan baik apabila dilakuan oleh sumber daya aparatur yang baik dan
berkualitas. Baik dan berkualitas dalam hal ini maksudnya adalah sumber daya aparatur
yang memiliki kompetensi yang mumpuni dalam pemahaman serta implementasi terkait
wawasan kebangsaan dan bela negara. Apabila sudah mampu memahami dan
mengimplementasikan nila-nilai yang terkandung di dalam wawasan kebangsaan dan
bela negara maka dapat dikatakan bahwa aparatur tersebut telah memiliki kompetensi
Kepemimpinan Pancasila.