a. Diagnosa Organisasi
b. Membangun Tim Efektif dan Era New Normal
c. Kepemimpinan Dalam Pelaksanaan Pekerjaan
Jawaban :
1. Perubahan Organisasi
2. Pemimpin Melayani
Pengertian ini mengharuskan pemimpin terlebih dahulu
memerankan dirinya sebagai pelayan, kemudian memengaruhi dan
memobilisasi stakeholdernya guna mendukung dan melaksanakan
kegiatan peningkatan pelayanan publik. Lebih jauh, menurut Greenleaf
memandang seorang pemimpin harus memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Listening, 2. Empathy, 3. Healing, 4. Awareness, 5. Persuasive, 6.
Stewardship, 7. Foresight, 8. Conceptualization, 9. Commitment to
growth of people, dan 10. Building Community.
DIAGNOSA ORGANISASI
Diagnosa adalah proses memahami bagaimana organisasi saat ini
berfungsi, dan menyediakan informasi yang diperlukan untuk
merancang perubahan. Diagnosa organisasi (DO) merupakan proses
kolaborasi antara anggota organisasi dan stakeholder untuk
mengumpulkan informasi terkait, menganalisis, dan menarik
kesimpulan untuk perencanaan aksi dan intervensi penyelesaian
masalah kegiatan pelayanan instansi.
Sebagaimana yang disampaikan sebelumnya, mendiagnosa
organisasi merupakan langkah awal yang sangat menentukan. Oleh
karena itu, seorang pemimpin perubahan harus memiliki kemampuan
mendiagnosa unit organisasinya. Kemampuan pemimpin perubahan
dalam mendiagnosa organisasi dapat memberi beberapa manfaat.
Pertama, pemimpin perubahan dapat lebih percaya diri dalam meyakini
bahwa tujuannya benar. Kedua, pemimpin perubahan akan mudah
mendapatkan argumentasi yang tepat dalam meyakinkan
stakeholdersnya. Ketiga, pemimpin perubahan akan tepat menentukan
alternatif solusi atau penyelesaian masalah. Apabila Ketiga manfaat ini
dapat dicapai, maka menjadi pintu masuk bagi stakeholders untuk
mendukung perubahan yang akan dilaksanakan.
Upaya pemimpin perubahan untuk mewujudkan perubahan
dimulai dari mendiagnosa unit organisasinya, mencari
dimensi/aspek/faktor/unsur yang bermasalah, kemudian menyusun
langkah-langkah atau intervensi yang tepat untuk mengubahnya.
Perubahan ini dilakukan secara berkesinambungan agar masalah
tersebut tidak muncul lagi hingga terwujud organisasi yang berkinerja
tinggi. Untuk memahami proses mendiagnosa organisasi, pada Gambar
1 disajikan ilustrasi diagnosa di lingkup eselon IV (Pejabat
Pengawas(Pejabat Pengawas).
Gambar 1 Kerangka DO
dan lain-lain
Tabel 1.
Alat Bantu Identifikasi Permasalahan untuk Aksi Perubahan.
Kondisi Kinerja
Kondisi Kinerja Saat Ini
Yang diharapkan
New normal adalah era dimana aktivitas sudah mulai berjalan kembali
tetapi dengan adanya beberapa perubahan perilaku dan kebiasaan
dengan tetap mematuhi protokol kesehatan di tengah pandemic Covid-19
ini. Pada era ini toko dan pusat perbelanjaan sudah mulai kembali
menjalani kegiatan bisnisnya serta kantor-kantor juga sudah mulai
beroperasi. Namun, menjalani bisnis di tengah pandemic bukan perkara
mudah karena adanya aturan-aturan baru yang harus dijalani seperti
physical distancing.
Selain itu, perekonomian yang masih belum pulih juga menjadi tuntutan
tersendiri bagi perusahaan terhadap kinerja bersama tim yang makin
besar. Di tengah peliknya kondisi pandemi ini, salah satu hal yang dapat
dilakukan oleh pelaku bisnis untuk tetap bertahan adalah dengan
membangun teamwork yang baik agar karyawan dapat bekerja lebih
produktif, efisien dan efektif, sehingga setiap permasalah pekerjaan dapat
diselesaikan serta target-target yang direncanakan dapat tercapai.
Proses membangun suatu tim bukanlah sesuatu yang mudah dan instan
dilakukan tetapi ada banyak tantangan yang harus diatasi oleh para
pemimpin agar dapat membangun sebuah tim yang baik. Seringkali yang
menjadi penyebab utama suatu tim tidak dapat berjalan sebagaimana
yang diharapkan yaitu berasal dari faktor manusia. Beberapa faktor-
faktor penghambat yang membuat tim menjadi tidak kohesif dan efektif,
yaitu:
1. Perbedaan Kepribadian
Dalam suatu tim pasti terdapat beberapa orang dengan kepribadian yang
berbeda-beda. Perbedaan ini bisa mengarah kearah yang positif ketika
antar anggota tim bisa saling beradaptasi dan menerima. Tetapi saat
antar anggota tim kurang bisa beradaptasi dan menerima satu sama lain
maka akan tercipta suasana tim yang tidak nyaman sehingga
menghambat keefektivan kerja sama tim yang seharusnya terjadi.
Pada masa pandemi seperti ini pasti akan lebih sulit dalam membangun
kerjasama tim karena terbatasnya komunikasi tatap muka. Oleh karena
itu, para pemimpin membutuhkan berbagai kiat inovatif untuk menjaga
para karyawan untuk tetap terhubung dan produktif di tengah
banyaknya kesulitan dan agar kerja sama tim bisa tetap berjalan dengan
baik. Berikut ini adalah beberapa strategi untuk membangun kerja sama
tim yang efektif selama masa pandemi :
3. Kolaborasi Tim:
a. Fasilitasi kolaborasi antaranggota tim dalam penyusunan program dan
pelaksanaan tugas-tugas ketatalaksanaan, ketatausahaan, dan
keuangan.
b. Bentuk tim kerja lintas departemen atau lintas sektor untuk
meningkatkan sinergi dan kerjasama.
Daftar Pustaka