Anda di halaman 1dari 3

Diskusi 

: 06

NAMA     : ASMARA HADI


NIM        : 530088044
MK                  : DAPU6101.050001 – Metode Penelitian

Pertanyaan :

Silakan baca artikel Fossati, D. (2021). National identity and public support for economic
globalisation in Indonesia. Bulletin of Indonesian Economic Studies, 57(1), 61-84. Setelah itu
diskusikan dengan kolega Anda bagaimana desain penelitian kuantitatif dipakai dalam
penelitian ini.

Jawaban :

1. Artikel :

National identity and public support for economic globalisation in Indonesia. Bulletin of
Indonesian Economic Studies, 57(1), 61-84.

Oleh : Fossati, D

Latar belakang

Kebangkitan etnonasionalisme ini telah mendorong komunitas akademis untuk


mempertimbangkan kembali nasionalisme sebagai pendorong kuat hasil sosial, politik dan
ekonomi. Ekonom politik telah menemukan kembali nilai konsep seperti 'nasionalisme
ekonomi' dan 'patriotisme ekonomi' untuk menjelaskan perkembangan ini (Clift dan Woll
2013), dan para pakar opini publik dan perilaku memilih telah menunjukkan hubungan erat
antara nasionalisme dan sikap terhadap globalisasi ekonomi ( Colantone dan Stanig 2018).
Kasus Indonesia menggambarkan tren global kebangkitan nasionalisme, dan hubungan erat
antara wacana nasionalis dan kebijakan ekonomi. Para ahli politik Indonesia telah
mengidentifikasi kebangkitan daya tarik nasionalis dalam wacana politik (Aspinall 2016),
sebuah perkembangan yang diyakini sebagian orang terkait erat dengan meningkatnya
sentimen populis (Hadiz dan Robison 2017).

Para pakar kebijakan ekonomi Indonesia mengaitkan seruan nasionalis baru-baru ini dengan
seruan untuk tindakan proteksionis terhadap perdagangan internasional dan investasi asing
(Patunru 2018), terutama di sektor-sektor seperti energi dan pertambangan (Warburton 2018),
dan makanan (Neilson dan Wright 2017). Hal ini sesuai dengan sejarah panjang Indonesia
yang menyamakan kredensial nasionalis untuk mendukung kebijakan ekonomi proteksionis,
sebuah tradisi yang dimulai pada tahun-tahun awal kemerdekaan negara itu. Penelitian telah
menyoroti aspek-aspek penting dari ekonomi politik nasionalisme Indonesia, terutama
hubungan antara wacana politik, kepentingan ekonomi dan pembuatan kebijakan. Namun,
karena studi yang ada berfokus pada elit politik dan ekonomi, kita hanya tahu sedikit tentang
apakah sentimen nasionalis memang terkait dengan preferensi kebijakan publik Indonesia.

Artikel ini menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan menganalisis hasil survei yang
mempelajari hubungan antara identitas nasional dan preferensi kebijakan ekonomi di
Indonesia. Menggambar pada literatur komparatif tentang nasionalisme, studi ini
memperlakukan kekuatan dan konsepsi identitas nasional secara konseptual berbeda, dengan
variasi substansial yang mungkin terjadi di antara individu. Berdasarkan premis-premis ini,
artikel ini menganalisis data survei untuk memastikan apakah, dan sejauh mana, identitas
nasional dikaitkan dengan preferensi dan sikap politik tentang perdagangan internasional dan
investasi asing. Dengan menganalisis tanggapan survei terhadap sembilan pertanyaan
tentang apa artinya menjadi 'orang Indonesia sejati', artikel ini menemukan bahwa konsepsi
identitas nasional baik etnis maupun kewarganegaraan dipahami oleh orang Indonesia biasa
sebagai konstruksi ideologis yang koheren.

Metode

Adapun pilihan metodelogi yang digunakan dengan metode pengumpulan pendapat melalui
survey online yang kemudian digunakan untuk menjelaskan dari kondisi yang diteliti
(Creswell, 1994), sehingga dilakukan penyusunan kuesioner untuk mengukur keterikatan dan
konsepsi identitas nasional. Peneliti mengandalkan indikator yang banyak digunakan dalam
penelitian komparatif, khususnya, yang digunakan dalam Program Survei Sosial
Internasional.

Teknik dan prosedur pengumpulan data dilaksanakan melalui survey yang dilakukan secara
online dengan menyusun kuesioner untuk mengukur keterikatan dan konsepsi identitas
nasional, peneliti mengandalkan indikator yang banyak digunakan dalam penelitian
komparatif khususnya, yang digunakan dalam Program Survei Sosial Internasional.
Indikator-indikator ini yang meminta responden untuk menilai pentingnya kualitas yang
terkait dengan pemahaman etnis atau kewarganegaraan tentang apa artinya menjadi orang
Indonesia. Yaitu, pertanyaan tentang seberapa penting (1) lahir di Indonesia, (2) menjadi
warga negara Indonesia, (3) hidup kebanyakan di Indonesia, (4) berbahasa Indonesia, (5)
beragama Islam, (6) menghormati hukum dan institusi Indonesia, (7) merasa Indonesia, (8)
memiliki keturunan Indonesia dan (9) menjadi pribumi.

Kesimpulan

Dalam politik Indonesia, kita biasanya menganggap identitas nasional yang kuat memiliki
asosiasi negatif dengan dukungan untuk perdagangan internasional dan investasi asing. Data
yang telah kami analisis menunjukkan bahwa keduanya tidak terkait, dan bahwa mereka
dapat membentuk perilaku politik dan dukungan untuk globalisasi ekonomi meskipun saluran
terkait tetapi berbeda. Selanjutnya, konsepsi etnis dan kewarganegaraan tentang identitas
nasional dapat membentuk sikap publik terhadap arus barang dan modal internasional dengan
cara yang berbeda. Mengingat sejarah pembentukan identitas nasional di Indonesia,
nasionalisme Indonesia sering digambarkan sebagai kewarganegaraan dan inklusi, sampai-
sampai para sarjana politik Indonesia sering menggunakan istilah `nasionalis' dan 'pluralis'
secara bergantian untuk merujuk pada kubu ideologis yang menentang depan konservatisme
tidak liberal yang mendorong peran Islam yang lebih besar dalam urusan publik.

Penelitian lebih lanjut dapat mengeksplorasi lebih teliti berbagai hubungan antara identitas
nasional dan sikap publik dalam konteks kebijakan yang berbeda. Saat kita mengejar agenda
penelitian ini, kita mungkin lebih memahami bagaimana identitas nasional telah membentuk
cara orang Indonesia berpikir tentang negara mereka seharusnya berinteraksi dengan ekonomi
global.
Referensi :

Modul DAPU6101 Metode Penelitian, Universitas Terbuka

Fossati, D. (2021). National identity and public support for economic globalisation in
Indonesia. Bulletin of Indonesian Economic Studies, 57(1), 61-84.

Anda mungkin juga menyukai