: 07
Pertanyaan :
Silakan baca artikel Gadsden, T., Jan, S., Sujarwoto, S., Kusumo, B. E., & Palagyi, A.
(2021). Assessing the feasibility and acceptability of a financial versus behavioural incentive-
based intervention for community health workers in rural Indonesia. Pilot and Feasibility
Studies, 7(1), 1-10. Setelah itu diskusikan dengan kolega Anda bagaimana peneliti
menggunakan desain mixed method dalam penelitian tersebut?
Jawaban :
1. Artikel :
Oleh : Gadsden, T., Jan, S., Sujarwoto, S., Kusumo, B. E., & Palagyi, A. (2021)
Latar belakang
Misalnya, Wagner et al. menemukan bahwa ketika CHWs di Uganda diberi insentif untuk
menjual garam rehidrasi oral ke rumah tangga dan mempertahankan pendapatan, hal itu
mengurangi motivasi mereka dan menyebabkan kunjungan ke rumah lebih sedikit
dibandingkan dengan CHWs yang menyediakan ORS untuk bukti gratis . Sebaliknya, bukti
dari India umumnya menunjukkan bahwa CHW memfokuskan upaya mereka pada kegiatan
yang diberi insentif dengan mengorbankan tugas-tugas lain . Efek yang tidak diinginkan
tersebut berpotensi terungkap melalui bukti awal pengujian konsep untuk penerimaan dan
kemanjuran insentif.
Metode
Penelitian dilakukan dua desa di Kabupaten Malang, Jawa Timur, yaitu desa Sepanjang dan
desa Kepanjen, dengan alasan pragmatis karena keterlibatan dalam program penelitian yang
sedang berlangsung tentang intervensi berbasis komunitas yang didukung kesehatan seluler
untuk mengoptimalkan perawatan pencegahan dan pengobatan untuk penyakit kardiovaskular
dan yang sudah mendapat dukungan dari kepala puskesmas.
Teknik dan prosedur pengumpulan data dilaksanakan melalui pendekatan metode campuran
pragmatis untuk pengumpulan data untuk memaksimalkan pemahaman tentang kelayakan
dan penerimaan model inventif yang berbeda, dan efektivitas awal mereka. Empat metode
pengumpulan data utama adalah sebagai berikut :
1. Diskusi kelompok terfokus dengan Kader untuk memahami persepsi mereka tentang
berbagai bentuk insentif. Semua Kader di setiap desa diundang untuk berpartisipasi,
dan focus group dengan menggunakan panduan diskusi yang telah ditentukan.
2. Wawancara semi-terstruktur dengan administrator program untuk memahami pengaruh
kontekstual (fasilitator dan hambatan) dari intervensi, penerimaan model insentif dan
efektivitas yang dirasakan. Wawancara dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang
telah ditentukan.
3. Survei pra dan pasca implementasi Kader menggunakan instrumen terstruktur untuk
menentukan perubahan tingkat motivasi yang dihasilkan selama periode waktu insentif.
4. Data hasil pemberian layanan yang dikumpulkan secara rutin (yaitu tingkat kegiatan
tindak lanjut Kader) dianalisis menggunakan statistik deskriptif.
Penggunaan metode kuantitatif digunakan untuk mengukur motivasi Kader sebelum dan
sesudah intervensi menggunakan instrument yang dikembangkan Prytherch et al. Peneliti
menggunakan survei demografi yang diikuti oleh 41 pernyataan dan peserta merespons
menggunakan skala Likert 4 poin dengan pilihan berikut: 'sangat tidak setuju', 'tidak
setuju', 'setuju' dan 'sangat setuju'. Hasil utama yang diselidiki adalah kelayakan dan
penerimaan dari dua bentuk insentif yang berbeda, termasuk desain dan metode
administrasinya. Ukuran hasil sekunder adalah aktivitas tindak lanjut pasien bulanan
Kaders dan perubahan motivasi periode pelaksanaan 6 bulan. Terakhir, peneliti
mempertimbangkan adaptasi apa yang mungkin diperlukan untuk kepraktisan dan
pelaksanaan uji coba skala yang lebih besar, berdasarkan temuan penelitian ini. Hasil
utama yang diselidiki adalah kelayakan dan penerimaan dari dua bentuk insentif yang
berbeda, termasuk desain dan metode pemberiannya.
Kesimpulan :
Penelitian ini menunjukkan bahwa insentif keuangan dan non-keuangan berbasis kinerja
dapat diterima secara luas oleh tenaga kesehatan masyarakat yang berpartisipasi di Indonesia
dan sesuai untuk pengujian lebih lanjut dalam uji coba yang lebih besar. Bukti efektivitas
awal juga menunjukkan bahwa baik insentif finansial maupun non-finansial dikaitkan dengan
peningkatan motivasi dan hasil pemberian layanan. Kami menemukan bahwa faktor
kontekstual di luar kendali penelitian secara signifikan berdampak pada tingkat aktivitas
Kader pada waktu yang berbeda selama pengujian kelayakan, mengalahkan efek intervensi
insentif apa pun. Temuan ini akan menginformasikan fase desain insentif berikutnya, di mana
kelayakan insentif dan efektivitas awal perlu dipertimbangkan di samping keberlanjutan
jangka panjangnya dalam sistem kesehatan. Temuan juga memperkuat pentingnya
mengartikulasikan teori perubahan dan mekanisme untuk menilai dan memperhitungkan
konteks (misalnya proses tertanam dan / atau evaluasi realis) dalam desain uji coba skala
besar berikutnya.
Referensi :
Gadsden, T., Jan, S., Sujarwoto, S., Kusumo, B. E., & Palagyi, A. (2021). Assessing the
feasibility and acceptability of a financial versus behavioural incentive-based intervention for
community health workers in rural Indonesia. Pilot and Feasibility Studies, 7(1), 1-10.
https://pilotfeasibilitystudies.biomedcentral.com/articles/10.1186/s40814-021-00871-7
diakses tanggal 25 Oktober 2022