Anda di halaman 1dari 8

TANYA JAWAB PRESENTASI

MENGUKUR MUTU PELAYANAN KESEHATAN

MATA KULIAH MANAJEMEN MUTU RUMAH SAKIT

DOSEN PENGAMPU:
DRG. NINING HANDAYANI SP.PROS.,M.M.,CIQNR.,CIQAR.

KELOMPOK 1
AHMADAL MUSTAFA - 71220077
EMIL EVILIANA SUTANPO - 71220098
MEILINDA LAURENSIA FEBRIHIANTO - 71220125
NOVYA PRABAWATI - 71220146
WAHYU RATNA SARI - 71220166

PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER MANAJEMEN


UNIVERSITAS ADHIRAJASA RESWARA SANJAYA
BANDUNG
2023
1. Pertanyaan kelompok 2:
Salah satu dimensi mutu dalam meningkatkan upaya kualitas pelayanan adalah
responsif. Bagaimana hal tersebut dapat berpengaruh terhadap peningkatan
kualitas pelayanan?
Jawaban:
Menurut WHO, sikap responsif adalah sikap suatu sistem atau individu dalam
merespon atau memberikan daya tanggap terhadap suatu objek. Dalam hal ini, objek
yang dimaksud adalah pelayanan kesehatan untuk pasien. Sikap responsif
berhubungan dengan kemampuan suatu individu atau sistem dalam merespon atau
menanggapi pengguna pelayanan kesehatan. Hal ini berhubungan dengan hasil
kesehatan karena berhubungan dengan cara seorang individu dalam diperlakukan
secara respon oleh pemberi pelayanan kesehatan. Sebagai contoh, sikap responsif
suatu pelayanan kesehatan dilihat dari seberapa tanggap suatu pihak rumah sakit
memberikan pelayanan gawat darurat pada pasien yang membutuhkan. WHO
mengklasifikasikan sikap responsif untuk memenuhi kebutuhan pasien :
a. Menghormati harkat dan martabat manusia
b. Otonomi untuk partisipasi dalam pengambilan keputusan
c. Kerahasiaan informasi
d. Perhatian segera
e. Kualitas perawatan yang memadai
f. Komunikasi
g. Akses ke jaringan dukungan sosial
h. Pilihan penyedia layanan kesehatan
Dilihat dari klasifikasi sikap responsif yang harus ada, maka dapat
disimpulkan bahwa sikap responsif merupakan hal yang sangat penting dalam
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan. Apabila hal tersebut tidak dilaksanakan dan
tidak diberikan kepada pasien atau penerima pelayanan, maka berdampak
menurunnya pelayanan kesehatan yang diberikan (Orianti dkk., 2020)
(Sumber:
Orianti, W. O. S., Hasanbasri, M., Utarini, A., 2020. RESPONSIVENESS SISI
KESEHATAN DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KESEHATAN. Jurnal
Manajemen Pelayanan Kesehatan, 3, 101-107.
Saat, 2015. PENGARUH KOMITMEN, MOTIVASI KERJA DAN
PROFESIONALISME PERAWAT TERHADAP MUTU PELAYANAN DI
RUMAH
SAKIT UNDATA PALU. E-jurnal Katalogis, 3(2), 68-76.
WHO, 2005. The Health Systems Responsiveness Analytical Guidelines for Surveys
in the Multi-country Survey Study. MCSS Analitical World Health Organization,
Geneva.)

2. Pertanyaan kelompok 3:
Ada banyak indikator mutu pelayana kesehatan yang kita ketahui. Bagaimana
atau apa dasar dari dipilihnya suatu indikator?
Jawaban:
Untuk mengukur upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan di seluruh Fasilitas
Pelayanan Kesehatan telah ditetapkan Indikator Nasional Mutu Pelayanan Kesehatan.
Pemilian indikator dilakukan berdasarkan hasil konsensus dengan memperhatikan
beberapa kriteria berdasarkan Handbook for National Quality Policy and Strategy
(2018) sebagai berikut:
1. Sejalan dengan program prioritas nasional: indikator untuk mengukur program
prioritas nasional tertentu.
2. Besaran dampak: ruang lingkup dampak dari indikator yang diukur.
3. Berbasis bukti: adanya bukti yang kredibel dari indikator yang dipilih.
4. Defensibility: indikator yang terpilih dapat dipertanggungjawabkan secara
keilmuan dan juga merupakan indikator yang penting bagi pemerintah.
5. Feasibilitas: indikator yang terpilih dapat diakses ole seluruh fasilitas pelayanan
kesehatan.
6. Akurasi: data yang dikumpulkan dengan menggunakan indikator tersebut harus
akurat.
7. Actionability: perubahan perilaku maupun sistem dapat memperbaiki pencapaian
indikator.
8. Dapat diperbandingkan: indikator harus dapat diperbandingkan dengan standar
atau antar wilayah.
9. Kredibel: indikator harus kredibel bag pemangku kebijakan maupun bagi fasilitas
yang melakukan pengukuran.
10. Kejelasan indikator: indikator harus jelas dan mudah dipahami.
(Sumber: Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2022
tentang Indikator Nasional Mutu Pelayanan Kesehatan Tempat Praktik Mandiri Dokter
dan Dokter Gigi, Klinik, Pusat Kesehatan Masyarakat, Rumah Sakit, Laboratorium
Kesehatan dan Unit Tranfusi Darah)

3. Pertanyaan kelompok 4
Mengapa kepuasan pasien dianggap sebagai suatu indikator yang sangat
penting? Apa saja manfaat yang bisa kita dapatkan dari mengetahui penilaian
kepuasan pasien tersebut?
Jawaban:
Kepuasan pasien dianggap sebagai indikator yang sangat penting karena mutu akan
sangat tergantung pada sudut pandang pasien, dengan kata lain salah satu penentu
apakah suatu produk/ jasa itu bermutu atau tidak adalah pasien kita, jadi itulah kenapa
kepuasan pasien menjadi sesuatu yang sangat penting.
Manfaat dari mengetahui penilaian kepuasan pasien antara lain:
1. Kepuasan pasien merupakan bagian dari mutu pelayanan
Upaya pelayanan kesehatan haruslah dapat memberikan kepuasan pada pasien,
tidak semata-mata kesembuhan atau pasien sembuh saja.
2. Kepuasan pasien berhubungan dengan pemasaran rumah sakit
 Pasien yang merasa puas akan memberi tahu pada teman, keluarga dan
tetangganya
 Pasien yang puas juga akan datang kembali saat kontrol atau saat
membutuhkan pelayanan kesehatan lain
 Ungkapan kepuasan dari mulut kemulut akan menajdi sebuah iklan gratis yang
akan menarik pelanggan baru
3. Kepuasan pasien akan membantu kita dalam menentukan prioritas peningkatan
pelayanan sesuai dengan kebutuhan pasien
4. Sebagai sumber data yang apabila dilakukan pengolahan dan evaluasi dapat
digunakan untuk berbagai kepentingan manajemen rumah sakit.
(Sumber: Manajemen Mutu Informasi Kesehatan – Quality Assurance - Arief
Tarmansyah Iman & Dewi Lena.)
4. Pertanyaan kelompok 5:
Mutu pelayanan kesehatan beorientasi kepada pasien, bagaimana nasib tenaga
kesehatan dalam mutu pelayanan kesehatan?
Jawaban:
Dalam hubungan bilateral antara pasien dan sistem kesehatan satu pihak
berdampak akibat keputusan tindakan dan konsekuensinya, sedangkan pihak lainnya
tidak. Jika kedua pihak memiliki dampak yang sama, penyedia layanan akan
memberikan layanan yang terbaik kepada pihak yang menerima dalam rangka
mencegah kesalahan. Sehingga pelayanan berioentasi terhadap pasien perlu di
utamakan.
Dengan menerapkan prinsip dimensi patient safety, tenaga kesehatan akan
bekerja dengan hati-hati sehingga menyelamatkan pasien dan melindungi tenaga
kesehatan dari tuntutan hukum. Selain itu dengan prinsip effective, tenaga kesehatan
akan meningkatkan kualitasnya dengan terus meningkatkan ilmu pengetahuan dan
skill.

(Sumber:
Savsar et al (2019). Healthcare Quality and Narrative Medicine. Ijazos - International
E-Journal of Advance in Social Sciences.5.104-1413.10.18769/18769/ijazos.592122.
World Health Organization. 2018. Handbook For National Quality Policy And
Strategy A (Practical Approach For Developing Policy And Strategy To Improve
Quality Of Care))

5. Pertanyaan kelompok 6:
Dijelaskan bahwa standar mutu pelayanan kesehatan ada standar persyaratan
minimal yang dibagi menjadi 3, bisa dijelaskan apa yang di maksud dengan
standar masukan, standar lingkungan dan standar proses?
Jawaban:
Menurut Herlambang (2016), sesuai dengan peranan yang dimiliki oleh masing-
masing unsur pelayanan kesehatan, standar dalam program menjaga mutu secara
umum dapat dibedakan menjadi beberapa macam yaitu:
 Standar Persyaratan Minimal
Standar persyaratan minimal adalah yang menunjuk kepada keadaan minimal
yang harus dipenuhi untuk dapat menjamin terselenggaranya pelayanan kesehatan
bermutu.
 Standar Masukan
Dalam standar masukan ditetapkan persyaratan minimal unsur masukan yang
diperlukan untuk dapat menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bermutu,
yaitu jenis, jumlah, dan kualifikasi tenaga pelaksana, jenis, jumlah dan spesifikasi
pada tenaga pelaksana, serta jumlah dana (standar tenaga, standar sarana)
 Standar Lingkungan
Dalam standar lingkungan ditetapkan persyaratan minimal unsur lingkungan yang
diperlukan untuk dapat menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bermutu,
yaitu garis-garis besar kebijakan, pola organisasi serta sistem manajemen yang
harus dipenuhi oleh setiap pelaksana pelayanan (standar organisasi dan
manajemen)
 Standar Proses
Dalam standar proses ditetapkan persyaratan minimal unsur proses yang harus
dilakukan untuk dapat menyelenggaran pelayanan kesehatan yang bermutu yaitu
tindakan medis dan tindakan nonmedis pelayanan kesehatan (standar tindakan)
(Sumber: Herlambang, Susatyo. 2016. Manajemen Pelayanan Kesehatan Rumah
Sakit. Gosyen Publishing. Yogyakarta.)

6. Pertanyaan kelompok 7:
Biasanya kepuasan pelanggang dapat di lihat dari ekspresi setelah menggunakan
produk atau layanan. apakah hanya faktor ekspresi saja yang bisa di nilai dalam
kepuasan pelanggan atau ada faktor lain?
Jawaban:
Ekspresi yang dimaksud dalam kontek ini adalah ungkapan perasaan dari
pengguna pelayanan. Jika pelanggan puas dalam memperoleh produk atau jasa, maka
akan diekspresikan dengan berbagai cara. Ini bisa diukur dengan menggunakan survey
kepuasan pengguna pelayanan. Survei kepuasan itu bisa mencakup beberapa hal,
contohnya:
- Apakah anda puas dengan pelayanan?
- Berapa nilai yang anda berikan untukpelayanan yang diberikan?
- Aspek apa yang membuat anda puas?
- Aspek apa yang perlu ditingkatkan dalam pelayanan?
- Apakah anda akan menggunakan pelayanan yang sama pada waktu yang akan
datang?
- Apakah anda merekomendasikan pelayanan ini kepada orang lain?
(Sumber: Herlambang, Susatyo. 2016. Manajemen Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit.
Gosyen Publishing. Yogyakarta.)

7. Pertanyaan kelompok 7:
Bagaimana Mutu Pelayanan pasien dalam era JKN?
Jawaban:
Dalam Undang-undang no 36 tahun 2009 ditegaskan bahwa setiap orang
mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas sumber daya di biding
kesehatan dan memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu dan terjangkau.
Berdasarkan WHO, salah satu dimensi mutu kesehatan adalah equity yaitu setiap
orang berhak mengakses pelayaan kesehatan terlepas dari latar belakang pasien seperti
agama, ras, suku dll. Untuk penyelenggaraan ini , berdasarkan Undang-undang no 40
tentang Sistem jaminan sosial wajib bagi seluruh penduduk Indonesia termasuk
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) melalui suatu Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial (BPJS) Sesuai dengan Pasal 87 Peraturan President Republik Indonesia no
22 tahun
2018, menyebutkan bahwa Fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kepada
peserta Jaminan Kesehatan harus menerapkan kenadali mutu dan biayadengan tetap
memperhatikan keselamatan dan keamanan pasien serta mutu pelayanan, Dalam hal
Ini, JKN mengoptimalkan strategi ini dengan memebentuk Tim Kendali Mutu dan
Kendali Biaya.
(Sumber: Prapti (2020). Pemenuhan Peserta Jaminan Peserta Kesehatan Nasional
(JKN) di Puskesmas dalam Mendapatkan Pelayanan Kesehatan Yang Bermutu.
Aktualita, Vol 3 No 1. 2020. Hal 580-598.)

Anda mungkin juga menyukai