Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

”HOSPITAL ENTREPRENEUR LEADERSHIP

NAMA : KARTIKA ZARI

NPM : 226080464

DOSEN PEMBMBING :

AHDUN TRIGONO

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI RUMAH SAKIT

FAKULTAS PASCA SARJANA

UNIVERSITAS RESPATI INDONESIA


DAFTAR ISI

BAB I.......................................................................................................................1

PENDAHULUAN...................................................................................................1

BAB II......................................................................................................................3

KAJIAN PUSTAKA................................................................................................3

BAB III..................................................................................................................14

PEMBAHASAN………………………………………………………………….14

BAB IV......................................................................................................................

A. Kesimpulan.....................................................................................................18

B. Saran...............................................................................................................18
.BAB I

PENDAHULUAN

Rumah sakit merupakan suatu organisasi kompleks, padat keahlian, padat teknologi, dan
multiproduk. Rumah sakit yang pada awalnya didirikan oleh pemerintah dan organisasi
sosial/keagamaan berkembang pesat dengan banyaknya pendirian rumah sakit oleh pihak swasta.
Rumah sakit yang awalnya bersifat sosial berubah menjadi sosio-ekonomi agar dapat bertahan
dan berkembang. Perubahan lingkungan eksternal yang cepat dan sering kali tidak terduga,
tuntutan lingkungan internal, serta perubahan sifat rumah sakit dari sosial menjadi sosio-
ekonomi; menyebabkan timbulnya peluang/ masalah setiap saat di mana saja, baik yang bersifat
sederhana mau pun kompleks.
Manajer rumah sakit tidak bisa lagi mengelola rumah sakit secara “business as usual,
tetapi wajib kreatif, inovatif, dan berani mengambil risiko. Dalam konteks Hospital Entrepreneur
Leadership, manajer di rumah sakit diharapkan memiliki karakteristik dan kompetensi yang
mendukung pengembangan dan implementasi inovasi. Mereka harus memiliki visi yang jelas,
kemampuan untuk mengidentifikasi peluang bisnis baru, serta mampu menghadapi perubahan
dan tantangan yang ada dalam industri kesehatan. .Kunci Entrepreneurship adalah kreatifitas,
inovasi, kolabotrasi, networking, integritas dan teamwork karena perubahan paradigma
pelayanan saat ini membutuhkan kolaborasi interdisiplin, patient centeredness, dan berbasis tim.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Kepemimpinan entrepreneurial adalah jenis kepemimpinan baru dan modern yang


merupakan kombinasi dari kualitas kepemimpinan dan semangat entrepreneurial. Lebih dari itu,
kepemimpinan entrepreneurial menciptakan produk baru, proses baru dan perluasan peluang
pada bisnis yang ada, bekerja di lembaga-lembaga sosial dan berurusan dengan masalah sosial
yang diabaikan, berpartisipasi dalam gerakan sosial dan politik, berkontribusi pada perubahan
layanan dan kebijakan saat ini yang diterapkan oleh organisasi masyarakat madani dan
pemerintah. Belakangan ini, kepemimpinan entrepreneurial menjadi fenomena baru dalam
manajemen bisnis yang perlu dibahas. Kepemimpinan entrepreneurial memegang peran kunci
bagi kesuksesan organisasi. Untuk itu seorang pemimpin (leader) yang efektif di dalam era
disruptif dia haruslah memiliki atau melengkapi dirinya dengan kualitas dan kompetensi
entrepreneurial. Tidak bisa lagi hanya dengan kepemimpinan yang biasa-biasa atau
konvensional. Seorang entrepreneur adalah sosok yang mewarisi atau menyandang atau memiliki
atribut-atribut atau karakteristik atau kompetensi personal unggul. Kucuk (2014)
mengidentifikasinya dari berbagai literatur, 43 seperti misalnya: self-confidence, determination,
communication/ persuasion skill, openness to new ideas, visioner, high initiative, reliability,
positive thinking, flexibility, risk-taking, hard working, organizational ability, controlling ability,
knowledge, reconciled with the environment, persistence, rationality, seizing opportunities and
continuous selfrenewal (dalam Esmer & Dayi, 2016). Karakteristik Entrepreneurial Leadership
Cover dan Slevin (2002) mengemukakan bahwa ada enam karakteristik utama dari
entrepreneurial leadership. Karakteristik utama ini dijelaskan di bawah ini (dalam Yilmaz &
Görmüs, 2012; Altuntas, 2010):

1. Mendukung keterampilan entrepreneurial: Pemimpin entrepreneurial yang efektif


menganggap elemen manusia sebagai sumber perilaku entrepreneurial dan mendukung
perkembangan perilaku tersebut.

2. Interpretasi peluang: Pemimpin entrepreneurial dapat mengirimkan nilai peluang ke tujuan


umum organisasi atau orang yang mendapat manfaat dari peluang.
3. Melindungi inovasi yang mengancam model bisnis saat ini: Individu memandang inovasi
yang mengganggu sebagai ancaman pribadi dan organisasi. Seorang pemimpin entrepreneurial
dapat memberi tahu orang lain tentang potensi manfaat dari inovasi yang mengganggu.

4. Mempertanyakan logika bisnis saat ini: Kepemimpinan entrepreneurial memerlukan


pertanyaan terus menerus tentang asumsi yang mendasari logika dominan untuk mengidentifikasi
peluang penciptaan nilai baru dan memastikan bahwa organisasi diposisikan dengan cara yang
berhasil.

5. Meninjau pertanyaan sederhana: Pemimpin entrepreneurial meninjau pertanyaan tentang


identifikasi peluang dan penggunaan sumber daya yang diperlukan untuk menopang kehidupan
organisasi, jenis definisi tujuan dan pencapaian organisasi dan hubungan yang dikembangkan
dengan pemangku kepentingan secara berkelanjutan.

6. Mengaitkan entrepreneurial dengan manajemen strategis: Pemimpin entrepreneurial yang


efektif percaya bahwa organisasi harus 45 memiliki keterampilan entrepreneurial secara strategis
untuk menciptakan nilai tertinggi.

Selain itu, menurut studi di Young Entrepreneur Council, terdapat 12 karakteristik utama yang
dibutuhkan untuk menjadi pemimpin entrepreneurial yang sukses. Ciri-ciri tersebut adalah
sebagai berikut (Young Entrepreneur Council, 2016):

1. Fleksibilitas,

2. Kerendahan Hati,

3. Fokus,

4. Determinasi,

5. Tetap terhubung,

6. Visi,

7. Kepercayaan paranoid,

8. Kepemilikan,
9. Positif,

10.Pemasaran,

11.Kesadaran diri dan

12.Mendengarkan orang lain.

Kualitas inilah yang membedakan pemimpin entrepreneurial (entrepreneurial leader) dari


yang lainnya. Kepemimpinan entrepreneurial bukan hanya sekedar menjalankan roda organisasi,
melainkan kapasitas yang berani ambil risiko, jeli tangkap peluang, kreatif, inovatif, produktif,
lincah, 46 dan strategi, Kualitas yang tidak mungkin diperoleh dalam waktu sekejap.
Kepemimpinan entrepreneurial dapat diartikan sebagai seorang pemimpin yang juga
memiliki keterampilan entrepreneurial. Dengan kata lain, kepemimpinan entrepreneurial
mengacu pada pemimpin yang mampu ambil risiko, meraih peluang, mengejar inovasi dan
inovatif, produktif, saling bertukar dan strategik. Pemimpin entrepreneurial memiliki
kemampuan mengenali diri dan lingkungannya sangat baik. Dia juga memiliki kelebihan
menemukan peluang-peluang baru. Mereka berkeinginan untuk menciptakan peluang sosial,
lingkungan, dan ekonomi.

Dimensi Entrepreneurial Leadership Karcioglu dan Yucel (2004) telah melakukan


penelitian untuk mengidentifikasi karakteristik kepribadian pemimpin entrepreneurial dan
mengemukakan bahwa ada sembilan dimensi kepemimpinan entrepreneurial (dalam Esmer, &
Dayi, 2016). Dimensi tersebut adalah, sebagai berikut:

1. Menjadi pemain tim,

2. Visi,

3. Inovasi,

4. Pemecahan masalah,

5. Gigih,

6. Mengambil risiko,
7. Beradaptasi dengan perubahan,

8. Mengetahui kebutuhan dan

9. Ketegasan konsumen.

Pentingnya Entrepreneurial Leadership Kepemimpinan entrepreneurial (Entrepreneurial


Leadership) merupakan faktor penting bagi keberhasilan organisasi di era disruptif. Apapun jenis
organisasinya. Situasi yang dinamis dan disruptif membutuhkan manajemen dan kepemimpinan
extra ordinary. Hal ini sejalan dengan dikemukakan Karcioglu dan Yucel (2004) yang
menyatakan bahwa dalam lingkungan bisnis persaingan yang intens dan dinamis saat ini, para
pemimpin perusahaan dan terutama para pemimpin perusahaan keluarga skala kecil harus
memiliki dan menggunakan kualitas kepemimpinan entrepreneurial untuk melanjutkan hidup,
bersaing dengan pesaing dan mengembangkan diri (dalam Esmer & Dayi, 2016. Kepemimpinan
entrepreneurial merupakan faktor penting yang memengaruhi kinerja perusahaan. Oleh karena
itu, dalam lingkungan bisnis yang kompetitif dan dinamis saat ini, para pemimpin perusahaan
dan terutama para pemimpin perusahaan keluarga skala kecil harus memiliki dan menggunakan
kualitas kepemimpinan entrepreneurial untuk melanjutkan hidup, bersaing dengan kompetitor,
dan mengembangkan diri (Karcioglu & Yucel, 2004 dalam Esmer, & Dayi, 2016).
Kepemimpinan entrepreneurial merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi perusahaan
atau organisasi dalam mendukung keberhasilan pencapaian tujuan bisnis atau organisasinya.
Karenanya, karakteristik kepemimpinan entrepreneurial dari orang-orang yang berada pada
posisi terdepan memengaruhi kinerja, kontinuitas, efektivitas dan produktivitas perusahaan atau
organisasi. Orang-orang ini harus memiliki karakteristik kepemimpinan entrepreneurial untuk
mendapatkan keunggulan daya saing, menumbuhkan dan mengembangkannya, dan bertahan
dalam lingkungan yang kompetitif ini. Selain kualitas kepemimpinan, memiliki jiwa
entrepreneurial menunjukkan bahwa orang yang berada pada posisi terdepan adalah pemimpin
entrepreneurial.

Karakteristik pemimpin entrepreneurial seperti misalnya memengaruhi orang lain, visi,


orisinalitas dan keberanian serta karakteristik entrepreneurial seperti pengambilan risiko,
merebut peluang, mengejar inovasi, menjadi inovatif, produktif, saling bertukar, dan strategik.
Pemimpin entrepreneurial, mengungkapkan kemungkinan dalam hal yang tidak mungkin,
melihat yang tak terlihat. Pemimpin entrepreneurial memastikan perkembangan pekerjaan yang
ada, dapat menciptakan lapangan kerja baru dalam bisnis, dan fokus untuk ide dan inovasi baru.
Oleh karena itu, pemimpin entrepreneurial membawa kemampuan yang saling melengkapi,
mereka membangun tim yang tepat dan mereka harus bekerja dengan tim mereka untuk
mencapai tujuan bersama. Pemimpin entrepreneurial mengenal diri mereka sendiri dan
lingkungannya dengan sangat baik dan menemukan peluang baru yang menciptakan nilai bagi
bisnis, pemangku kepentingan, dan masyarakat. Motivasi utama pemimpin adalah keinginan
mereka untuk menciptakan peluang sosial, lingkungan, dan ekonomi. Kurangnya sumber daya
atau ketidakpastian tidak menyurutkan mereka, sebaliknya masalah ini memotivasi mereka dan
mengarahkan mereka untuk mencari solusi baru untuk mengatasi masalah tersebut.

Pemimpin entrepreneurial tidak tenggelam dalam skeptisisme dan mereka tidak terus
berada di bawah tekanan masalah. Mereka mengarahkan orang untuk menghadapi masalah yang
tampaknya tidak mungkin diselesaikan dengan membuat analisis dan menemukan solusi dengan
keterampilan berpikir produktif. Keberhasilan bisnis bergantung pada keterampilan
kepemimpinan manajemen yang efektif. Kepemimpinan entrepreneurial adalah salah satu dari
keterampilan kepemimpinan yang efektif ini. Menurut Alvarez dan Barney (2002),
kepemimpinan entrepreneurial adalah jenis kepemimpinan yang terdiri dari tindakan menuju
pembentukan bisnis di tingkat individu, tindakan untuk mengikuti inovasi di tingkat organisasi
dan tindakan untuk mendapatkan manfaat dari peluang yang dibedakan di tingkat pasar (dalam
Altuntas, 2014). Kepemimpinan entrepreneurial merupakan konsep yang muncul dengan
memadukan potensi kepemimpinan dengan jiwa entrepreneurial. Ketika poin-poin penting dan
semangat entrepreneurial ditambahkan ke dalam variabel sifat kepemimpinan, kepemimpinan
entrepreneurial muncul dan dapat mengubah arah dunia. Dalam literatur, terkadang
entrepreneurial dan kepemimpinan digunakan sebagai istilah yang dapat dipertukarkan.
Kemudian, kepemimpinan entrepreneurial diperkenalkan. Dalam kepemimpinan entrepreneurial,
pemimpin juga memiliki kualitas entrepreneurial. Pemimpin entrepreneurial dapat mengadopsi
peran yang sepenuhnya independen dan membimbing serta 54 strategi yang terkait dengan
organisasi, yang merupakan sistem yang kompleks (Gündüz, 2010). Kepemimpinan
entrepreneurial mengacu pada status entrepreneurial seorang pemimpin. Dengan kata lain,
kepemimpinan entrepreneurial dapat digunakan untuk seorang pemimpin yang memiliki
karakteristik seperti mengambil risiko, mengevaluasi peluang, inovatif, produktif, saling
bertukar, dan strategis. Alhasil, untuk menyiapkan masyarakat Indonesia menghadapi era
Revolusi Industri 4.0 kebutuhan pemimpin entrepreneurial di perusahaan atau organisasi
saat ini meningkat dari hari ke hari. Oleh karena itu, pelatihan terapan, seminar, konferensi dapat
diselenggarakan dan proyek-proyek dapat diterapkan di perusahaan atau organisasi dalam rangka
meningkatkan jumlah pemimpin entrepreneurial. Penyiapan Entrepreneurial Leaders Kempster
dan Cope (2010) menyatakan bahwa upaya pemahaman dan pengembangan tentang kompetensi
entrepreneurial leadership dapat dilakukan melalui pendidikan kewirausahaan. Anderson dan
Jack (2008), Fuchs, Werner, dan 55 Wallau (2008), Man dan Yu (2007), dan Hannon (2006)
menyatakan bahwa pendidikan kewirausahaan perguruan tinggi memiliki peran yang penting
dalam pengembangan kemampuan entrepreneurial mahasiswa. Keterlibatan pendidik di
perguruan tinggi dengan para mahasiswa dalam aktivitas dan proyek-proyek kewirausahaan
berperan penting (Mattare, 2008; Okudan & Rzasa, 2006). Bagheri and Pihie (2011) menyatakan
hasil studi empirisnya di antara para mahasiswa beberapa perguruan tinggi negeri dan swasta di
Malaysia bahwa kompetensi-kompetensi yang memampukan para mahasiswa agar sukses dalam
aktivitas-aktivitas entrepreneurial diperlukan. Program pendidikan kewirausahaan yang
dilaksanakan di perguruan tinggi dengan tujuan menyiapkan para pemimpin entrepreneurial
masa depan ada yang mencapai keberhasilan, tapi banyak mengalami kegagalan. Kempster dan
Cope (2010), Mattare (2008), dan Okudan dan Rzasa (2006) menyatakan hasil temuannya bahwa
sedikit sekali program pendidikan kewirausahaan di perguruan tinggi yang telah didedikasikan
pada pengembangan kompetensi entrepreneurial leadership mahasiswa. Cassar (2006)
menyampaikan temuannya tentang tingginya tingkat kegagalan bisnis-bisnis baru yang dibuka,
sehingga 56 menyadarkan para akademisi akan pentingnya entrepreneurial leadership bagi
performa dan suksesnya badan usaha entrepreneurial. Okudan dan Rzasa (2006) menyajikan
fakta bahwa dari semua universitas-universitas di Amerika Serikat yang memberikan program-
program pendidikan kewirausahaan di tahun 2004 hanya ada delapan universitas yang
melaksanakan mata kuliah entrepreneurial leadership dengan fokus pada pengembangan
pengetahuan dasar entrepreneurial leadership dan keterampilan motivasi, inovasi, dan
komunikasi. Mattare (2008) melaporkan bahwa dari 25 program kewirausahaan tingkat sarjana
(undergraduate) di tahun 2006, hanya empat persen saja yang menekankan pengembangan
entrepreneurial leadership mahasiswa. Hasil-hasil riset yang lain mengindikasikan bahwa
program-program pendidikan kewirausahaan di perguruan tinggi memainkan peran yang
memberikan pengaruh dalam pengembangan kompetensi-kompetensi entrepreneurial leadership
para mahasiswa melalui pelibatan dalam perkumpulan-perkumpulan dan dalam proyekproyek
kewirausahaan terkemuka (Plumly et al., 2008; Okudan & Rzasa, 2006). 57 Dari studi-studi yang
telah dilakukan tersebut nyata bahwa tidak banyak yang melihat dari aspek penyelenggara
program. Penyelenggara program memiliki peran yang tidak kalah penting bagi kesuksesan
program-program yang direncanakan termasuk program kewirausahaan. Sebagai pihak yang
memegang otoritas dalam program studi, maka penyelenggara program mempunyai peran dan
posisi yang sentral. Tanpa adanya kepemimpinan, kapabilitas, kreativitas, dan daya inovasi dari
penyelenggara program sebagai pemimpin, maka suatu program akan dikhawatirkan menemui
jalan terjal. Adalah penting melakukan riset-riset yang difokuskan pada sejauh mana peran
penyelenggara program dalam membawa organisasi yang dipimpinnya meraih performa yang
diharapkan. " Kebiasaan Pemimpin Entrepreneurial Yang Efektif Inilah yang diperlukan untuk
menjadi pemimpin entrepreneurial, sebagai berikut (Wesman, 2016):

1. Kenali diri Anda:


Pemimpin entrepreneurial tahu siapa mereka dan apa yang berarti bagi mereka. Mereka
memiliki tujuan dalam hidup dan pekerjaan, mengetahui mengapa mereka memulai
perusahaan mereka dan mengapa mereka memimpin mereka. Mereka memahami
bagaimana bisnis mereka cocok dengan industri dan komunitas mereka.
2. Memiliki visi dan mampu mengartikulasikannya: Seorang pemimpin entrepreneurial
harus memiliki visi tentang bisnisnya: apa yang dilakukannya, bagaimana ia melayani
pemangku kepentingannya dan kemana arahnya. Visi itu tidak bisa kabur. Seorang
pemimpin entrepreneurial harus mampu mengartikulasikan visi ini, sehingga orang lain
terinspirasi dan akan bergabung bersama untuk bekerja sama untuk tujuan bersama.
3. Kembangkan karyawan dan bantu mereka tumbuh: Pemimpin entrepreneurial
berkomitmen pada orang yang bekerja untuk mereka. Mereka membantu karyawan
mengembangkan bakat dan keterampilan mereka sendiri. Karyawan membuat komitmen
kepada Anda, saat Anda membuat komitmen kepada mereka. Seorang pemimpin
entrepreneurial juga tahu bahwa penting untuk membantu karyawan tumbuh, sehingga
bisnis dapat berkembang di masa depan.
4. Dengarkan baik-baik: Pemimpin entrepreneurial selalu mendengarkan karyawan, klien,
mentor, dan lain-lain. Mereka membuat keputusan tidak hanya berdasarkan pemahaman
mereka sendiri tentang fakta dan situasi, tetapi juga berdasarkan apa yang mereka dengar
dari berbagai sumber. Oleh karena itu, mereka tidak hanya menciptakan tempat kerja
yang produktif, tetapi juga menyediakan produk dan layanan yang dibutuhkan dan
diminta oleh klien dan pelanggan.
5. Menerapkan ide-ide baru: Seorang pemimpin entrepreneurial mau berinovasi dan
mengambil risiko di saat baik dan buruk. Iklim bisnis selalu berubah. Bersikap fleksibel
dan menemukan peluang untuk meluncurkan inisiatif baru, strategi baru, produk atau
layanan baru adalah kunci kesuksesan bisnis.
6. Jaga dirimu baik-baik dan tetaplah penasaran: Pemimpin entrepreneurial meluangkan
waktu untuk diri mereka sendiri dan untuk bersama keluarga dan teman. Mereka
menyukai liburan, hobi, dan minat di luar pekerjaan. Seorang pemimpin entrepreneurial
membutuhkan waktu untuk kontemplasi untuk dapat melihat bisnisnya melalui lensa
yang berbeda. Akan tetapi yang terpenting, mereka tetap penasaran. Seorang pemimpin
entrepreneurial selalu tertarik dengan apa yang sedang terjadi di dunia dan tidak pernah
berhenti belajar.

Jika hal tersebut dihubungkan dengan RS, maka pimpinan/ manajer dimasa sekarang
menghadapi tantangan yang besar. Paling sedikit ada empat tantangan yang dihadapi Rumah
Sakit:

1, Semakin banyak pekerjaan hilang karena perkembangan teknologi. Hal ini juga terjadi di
sektor lain. Contoh, dengan adanya kartu elektronik, kini gerbang masuk jalan Tol tidak perlu
dijaga oleh manusia.

2. Dengan perkembangan teknologi yang terus meningkat, bakal muncul banyak pesaing baru
dalam layanan kesehatan yang tidak terduga.

3.Para pemilik modal besar (konglomerasi) akan ‘bermain’ disemua lini dan meraup semua
segmen pasar kesehatan dengan memanfaatkan teknologi.

4.Pengalaman pasien selama di rawat, dapat lebih berarti dari pada hasil klinis. Termasuk disini,
setiap titik kontak selama perawatan. Jadi bila pengalamannya baik, mereka akan kembali. Atau
sebaliknya. Terlihat, selain berkiprah di fungsi sosial, saat ini RS juga dituntut untuk melakukan
fungsi usaha sosial/ komersial/ bisnis.
Dengan perkembangan faktor lingkungan yang sangat cepat, terutama setelah era tahun
1980-an, para manajer harus memeriksa faktor lingkungan yang ternyata tumbuh menjadi
elemen-elemen yang menekan. Hal ini sangat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup
organisasi RS.Keterlibatan pemerintah dalam perjanjian General Agreement on Tariffs and
Trade (secara internasional) ataupun Asia Pasific Economic Cooperation (secara regional Asia-
Pasifik) pada era tahun 1990-an, memaksa pemerintah untuk membuka pintu bagi penanaman
modal di bidang perumahsakitan di Indonesia, baik dari dalam negeri maupun asing (PMDN dan
PMA). Oleh sebab itu, mulailah perkembangan iklim persaingan yang sangat ketat di bidang
perumahsakitan, yang memunculkan elemen penekan yang baru bagi organisasi RS. Demikian
pula dengan timbulnya iklim reformasi di bidang politik, ekonomi, hukum, dan sosial budaya;
yang akan sangat berpengaruh kepada kelangsungan hidup organisasi RS.Keadaan ini membuat
para ahli, khususnya di bidang manajemen untuk menempatkan faktor lingkungan (eksternal)
setara dengan faktor internal organisasi dalam memengaruhi dan dipengaruhinya oleh organisasi
RS.

Konsep/pandangan pihak berkepentingan seperti Pemilik, Organisasi Masyarakat,


Media, Pesaing, Pendukung konsumen, Pensuplai, Pelanggan, Pemerintah, Pendukung
lingkungan,serta karyawan menuntut para manajer senantiasa memandang ke depan, untuk
membuat prediksi keadaan yang akan datang sehingga dapat menetapkan langkah-langkah untuk
menghadapinya. Timbulnya pemikiran RS proaktif yang kemudian berkembang dengan
penggunaan manajemen strategis di RS, memperlihatkan terjadinya pergeseran paradigma dari
pandangan manajerial ke pandangan pihak-pihak berkepentingan dalam manajemen RS di
Indonesia.Jangkauan tujuan dari pandangan pihak berkepentingan lebih jauh bila dibandingkan
dengan pandangan manajerial yang hanya berorientasi kepada perolehan keuntungan/hasil yang
sebesar-besarnya pada saat ini. Pandangan pihak berkepentingan bukan hanya untuk hari ini,
melainkan yang lebih penting adalah menjamin kelangsungan hidup organisasi RS di waktu
mendatang.

Menurut Laksmono, tantangan yang dihadapi oleh para manajer saat ini sangat besar dan
kompleks sehingga menempatkan mereka dalam sebuah panci pemasak cepat (pressure-cooker).
Demikian pula para manajer RS, yang saat ini mengalami banyak sekali tekanan dari berbagai
jurusan, baik yang berasal dari dalam organisasi maupun luar organisasi. Tekanan dari dalam
organisasi ini seperti tuntutan dari karyawan akan kesejahteraan yang semakin baik serta
keterbatasan dana bagi penye lenggaraan pelayanan yang semakin meningkat. Sementara itu,
tekanan dari luar organisasi seperti kritikan masyarakat, serangan dari berbagai media massa, dan
ketatnya persaingan. Tekanan-tekanan yang dialami oleh para manajer ini jauh lebih berat
dibandingkan dengan tekanan pada para manajer dalam periode 20 (dua puluh) tahun yang lalu.
Hal ini disebabkan oleh semakin besar nya serta semakin banyaknya tekanan-tekanan saat ini
dibandingkan dengan waktu yang lalu. Besarnya tekanan pada organisasi RS akan membawa RS
ke dalam situasi yang serba tidak menentu, sehingga membuat masyarakat di luar RS
menyangsikan kemampuan para manajer RS dalam mengelola organisasinya. Akibat lain dari
besarnya tekanan yang dialami oleh para manajer RS adalah timbulnya “ketakutan” atau
“kebingungan” di kalangan para manajer dalam melaksanakan tugasnya. Hal ini bisa dilihat
dengan timbulnya sikap “reaktif” dalam memecahkan persoalan (masalah) yang dihadapi
organisasi ataupun sifat “menunggu” petunjuk/ pengarahan dari atasan/pemilik dalam
menghadapi masalah.Keadaan tersebut jelas tidak akan menguntungkan RS karena RS hanya
akan bersifat bertahan dalam menghadapi tekanan-tekanan. Sementara itu, tekanan tersebut akan
semakin banyak, baik kuantitas maupun kualitasnya. Dengan begitu, para pimpinan RS di masa
sekarang menghadapi tantangan yang besar.

Ada minimal 6 (enam) tantangan yang dihadapi RS. Pertama, semakin banyak pekerjaan
hilang karena perkembangan teknologi. Hal ini juga terjadi di sektor lain. Contoh, dengan adanya
kartu elektronik, gerbang masuk jalan tol tidak perlu dijaga oleh manusia. Kedua, dengan
perkembangan teknologi yang terus meningkat akan memunculkan banyak pesaing baru dalam
layanan kesehatan yang tidak terduga. Ketiga, para pemilik modal besar (konglomerasi) akan
‘bermain’ di semua lini dan meraup semua segmen pasar kesehatan dengan memanfaatkan
teknologi. Keempat, para manajer RS dituntut harus selalu berpikir kritis, kreatif, dan inovatif
dalam menghadapi kecenderungan jangka panjang, dengan RS bukan menambah jumlah pasien,
melainkan justru menguranginya. Kelima, pengalaman pasien selama dirawat dapat lebih berarti
daripada hasil klinis. Termasuk di antaranya setiap titik kontak selama perawatan. Apabila
pengalaman pasien baik maka mereka akan kembali, ataupun sebaliknya. Keenam, khusus dalam
kasus RS di Indonesia, Prof. Hasbullah Thabranya mengatakan bahwa dalam era JKN, dengan
desain JKN memaksa RS prolaba dan RS nirlaba bersaing dalam kualitas layanan. Tantangan
bagi RS prolaba adalah memuaskan juga pemilik/investor, sedangkan tantangan RS nirlaba
adalah survival dan growth.
BAB III

PEMBAHASAN

Sebagai Manajer Rumah Sakit, pentingnya kreatifitas inovasi dalam memecahkan


masalah dan menemukan peluang yang ada. 10 Kompetensi sebagai Good Leadership yang harus
dimiliki seperti visioner, insipiratif, strategic, taktis, focus, persuasive, likeable, decisive, ethical,
open to feedback. Peran yang harus dijalankan antara lain :

1. Problem solver
Tahapannya diawali dengan mengurai masalah yg ada, lihat masalah dari berbagai sudut
pandang yg berbeda, secara jelas dan objektif, buat form tentang solusi yg potensial
secara fleksibel, kumpulkan serta integrasikan informasi2 penting, formulasikan inform
plan of action untuk pemecahan masalah, dan implementasikan solusi.

Delapan tahap berpikir kritis sebagai manajer perlu dimiliki yaitu Keterampilan
memecahkan masalah terdiri dari 4 (empat) tahap yaitu Memilah masalah,
Mengidentifikasi masalah,, Mencari penyebab dan akar masalah, dan Solusi.. Seteleah itu
dilanjutkan dengan Proses pengambilan keputusan terdiri dari 4 tahap yaitu Persiapan,
Perencanaan awal , Implementasi, dan Penyempurnaan.

2. Decision maker
Sebagai manajer harus mampu menemukan masalah, mengembangkan alternatif
keputusan,dan evaluasi, menilai resiko sebelum membuat keputusan, membuat
keputusan, implementasi dan monitor.
3. Leadership skill
4 hal yg harus dikuasai manajer:
1. Interpersonal skill
Kesuksesan seorang leader menurut Employment Research Institute sangat ditentukan
80 % oleh soft skill yaitu:
 Inisiatif
 Etika
 Kritis
 Kemauan belajar
 Komitmen
 Motivasi
 Bersemangat
 Dapat diandalkan
 Komunikasi lisaan yg baik
 Kreatif
 Kemampuan anlisis
 Mampu mengatasi stress
 Manajemen diri
 Problem solving
 Dapat meringkas
 Bekerja sama
 Fleksibel
 Kerjasama tim
 Mandiri
 Kemampuan mendengarkan
 Tangguh
 Beragumentasi
 Logis
 Manajemen waktu
2. Komunikasi
Pentingnya komunikasi efektif dalam memimpin karena harus dapat menyampaikan
pesan dengan baik. Hambatan seperti persepsi, emosi, time pressure, inattention,
perbedaan informasi overload, distractionstruktur organisasi yg kompleks, poor
retention sebaiknya dapt diatasi.
3. Directing
Kemampuan dalam mengarahkan harus berdasarkan paradigm baru yaitu manajer
sebagai fasilotator bukan hanya memerintah saja, lalu mampu berkolaborasi dengan
tim, fleksibel merubah gaya kepemimpinan yang disesuaikan dengan situasi dan
kondisi.
4. Personality
Karakter yg harus dimiliki: Jujur,kompeten, forward looking, inspiring, intelligent,
fair minded, broad minded, courageous, straightforward dan imaginative.

Sebagai manajer di rumah sakit, hampir seluruh waktunya digunakan untuk melakukan
analisis dan pengambilan keputusan. Dengan demikian, seorang manajer RS, dituntut
mempunyai kemampuan untuk menguasai problem solving skills and decision making process.
Dengan kata lain, para manejer rumah sakit dituntut untuk mampu berpikir cepat dan berpikir
kritis.. Ditambah dengan memasuki era Industri 4.0 dan era distruption, cara berbisnis rumah
sakit akan berubah. Perubahannya bahkan secara fundamental, mulai dari struktur biaya sampai
dengan budaya dan bahkan ideologi industri rumah sakit. Dengan demikian, kini para pimpinan
di rumah sakit harus memiliki jiwa entrepreneurship sehingga rumah sakit mampu bertahan serta
membuat inovasi-inovasi baru dan lebih produktif., yaitu para entrepreneur rumah sakit akan
lebih berhasil memasuki era baru bila ditopang dengan penguasaan problem solving skills and
decision making process.

Tantangan para pengelola rumah sakit khususnya di Indonesia semakin meningkat.


Berbagai variabel yang memengaruhi RS saat ini sedang mengalami eskalasi. Pertama, variabel
teknologi. Saat ini terjadi revolusi di bidang teknologi informasi. Perubahan teknologi yang
diaplikasikan pada sektor kesehatan bisa mengubah wajah pelayanan kesehatan

.Kedua, variabel BPJS. Sejak diberlakukan secara nasional pada 1 Januari 2014 oleh
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, dunia kesehatan memasuki era SJSN. Keberadaan SJSN
diharapkan akan melindungi masyarakat dari risiko ekonomi ketika sakit, mengalami kecelakaan
kerja, pada hari tua dan pensiun, serta kematian. Di dalamnya terdapat operator, yaitu BPJS
badan yang akan mengelola sistem SJSN tersebut. Tujuan yang mulia ini pasti didukung oleh
semua pihak. Akan tetapi, faktanya di tahun 2018 ini, defisit BPJS dan komplain dari banyak RS
yang belum dibayarkan klaimnya sangat mengganggu tujuan mulia tersebut.
Ketiga, variabel mutu pelayanan. Sebagai pelanggan tentu menginginkan kualitas layanan
yang prima dari penyedia jasa RS. Fenomena pasien Indonesia yang berobat ke luar negeri
menunjukkan bahwa pelayanan RS di Indonesia secara umum masih belum optimal. Hal inilah
yang dibidik oleh AKREDITASI RS. Bagaimana standar pelayanan dan kenyamanan RS di
Indonesia bisa setara dengan pelayanan di negara maju atau negara Jiran.

Keempat, variabel konsumen. Perubahan demografi memunculkan generasi milenial dan


generasi Z, mengubah pola kebutuhan pelayanan RS. Oleh karena itu, pola klasik pelayanan
perlu berevolusi sesuai dengan gaya hidup generasi milenial dan generasi Z.

Sedikitnya berdasarkan empat variabel tersebut, pengelola RS dituntut memiliki


semangat entrepreneur/kewirausahaan. Konsep ini menjelaskan bahwa entrepreneur merupakan
tindakan seseorang untuk membuat organisasi, mengelolanya dan menentukan risiko sebuah
bisnis. Risiko tersebut diambil atau menjadi beban yang harus ditanggung oleh orang yang
menjalankan bisnis tersebut. Inilah tantangan sekaligus keterampilan untuk menjadi entrepreneur
sejati, tidak takut dengan risiko. Untuk itu, selain semangat kewirausahaan, para pengelola RS
dituntut membekali dirinya dengan problem solving skills sehingga mampu menganalisis serta
mengambil keputusan yang tepat. Tujuannya tentu agar RS tetap bisa survival and growth. Hal
ini harus dilakukan RS, walaupun dalam situasi bencana. Entrepreneurship for Hospital tidak
bisa diseragamkan dalam satu model. Hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan jenis RS serta
setiap RS memiliki konteks permasalahan yang berbeda.
BAB IV

KESIMPULAN

Terjadinya pergeseran paradigma dari pandangan Manajerial ke pandangan pihak-pihak


berkepentingan dalam manajemen RS diIndonesia. Perubahan demografi dan teknologi di satu
sisi ditambah perkembangan JKN dan AKREDITASI di sisi lokal menjadi tantangan bagi RS
untuk survival and growth. Tantangan memasuki era industri 4.0 dan era Distruption ini
menuntut para manajer memiliki semangat entrepreneur dan keterampilan untuk memecahkan
masalah serta pengambilan keputusan yang tepat. Pemecahan masalah dan pengambilan
keputusan merupakan proses yang siklik. Untuk itu kesuksesan manajer sangat dipengaruhi oleh
kemampuan soft skill. Peran taktis manajer Rumah Sakit sebagai Problem solver, Decision
Maker, dan sebagai Leader mesti ditopang dengan karakter dan kompetensi yang mumpuni.

SARAN

Diharapkan dengan pembuatan makalah ini, dapat dijadikan pedoman sebagai


manajer untuk mengelola manajemen taktis rumah sakit dalam upaya peningkatan mutu
kesehatan yang memiliki 7 dimensi yaitu efektif efisien tepat waktu, integrasi, amana, adil dan
berorientasi pasien serta perubahannya bahkan secara fundamental, mulai dari struktur biaya
sampai dengan budaya dan bahkan ideologi industri rumah sakit. Dengan demikian, manajer di
rumah sakit harus memiliki jiwa entrepreneurship sehingga rumah sakit mampu bertahan serta
membuat inovasi-inovasi baru dan lebih produktif.

Anda mungkin juga menyukai