PROPOSAL TESIS
PROGRAM STUDI
MAGISTER ADMINISTRASI RUMAH SAKIT
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA
2022
ABSTRAK
Latar Belakang:
Tujuan:
Metode:
Hasil:
Kesimpulan:
Kata Kunci:
i
ABSTRACT
Background:
Objective:
Methods:
Results:
Conclusion:
Keywords:
ii
PERSETUJUAN KOMISI PEMBIMBING
DIPERSYARATKAN UNTUK SEMINAR
HASIL PROPOSAL TESIS
Pembimbing 1 Pembimbing II
Mengetahui,
Ketua Prodi Magister Administrasi
Rumah Sakit
LEMBAR PERNYATAAN
iii
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Proposal Tesis yang saya
susun sebagai syarat utk memperoleh gelar Magister dari Program Pascasarjana
Universitas Esa Unggul Jakarta seluruhnya merupakan hasil karya sendiri.
Apabila di kemudian hari ditemukan seluruh atau sebagian Proposal Tesis ini
bukan hasil karya saya sendiri atau ada plagiat dalam bagian-bagian tertentu, maka
saya bersedia menerima pencabutan gelar akademik yang saya sandang dan sanksi-
sanksi lainnya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.
(Materai)
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang dengan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan proposal tesis
yang berjudul “Pengaruh Persepsi Dukungan Organisasi Dan Komitmen
Manajemen Terhadap Kinerja Perawat di Rumah Sakit Mekar Sari Dengan
Budaya Keselamatan Sebagai Variabel Intervening”, sesuai dengan waktu yang
telah ditentukan.
Proposal tesis ini diajukan untuk melengkapi sebagian syarat dalam
mencapai gelar Magister Administrasi Rumah Sakit (MARS) Program Pascasarjana
Universitas Esa Unggul. Dalam peneyelesaian proposal tesis ini, penulis telah
mendapat bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis
ingin menyampaikan ucapkan terima kasih yang sebenar-benarnya kepada:
1. Prof. Dr. Ir. Arief Kusuma Among Praja, MBA selaku Rektor Universitas Esa
Unggul
2. DR. Apt. Aprilita Rinayati Eff, M. Biomed selaku Dekan Universitas Esa
Unggul
3. DR. Rokiah Kusumapradja, SKM, MHA selaku Ketua Program Studi Magister
Administrasi Rumah Universitas Esa Unggul
4. Dr. Rina Anindita, S. E, MM selaku dosen pembimbing Pertama, yang dengan
murah hati memberikan banyak masukan, referensi, motivasi dan arahan.
5. DR.dr. Andry, MM. MHKes. selaku dosen pembimbing kedua yang telah
meluangkan waktunya dan memberikan arahan.
6. Direktur, Manajemen dan seluruh petugas kesehatan RS Mekar Sari beserta
jajaran dan karyawan lainnya yang dengan tangan terbuka mengizinkan
peneliti untuk dapat mengambil data dan melakukan penelitian.
7. Teman-teman mahasiswa/i di Program Studi Magister Administrasi Rumah
Sakit Universitas Esa Unggul, atas kebersamaan, kerjasama, dan bantuannya
dalam menyelesaikan proposal tesis ini.
8. Keluargaku, Ayahanda Alm. Muhadi, Ibunda Sukarni dan adik-adik yang selalu
memberi dukungan dan bantuan.
Akhir kata, penulis berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas
segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga proposal tesis ini
membawa manfaat bagi pengembangan ilmu.
Penulis
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK....................................................................................................................i
ABSTRACT.................................................................................................................ii
PERSETUJUAN KOMISI PEMBIMBING...........................................................iii
LEMBAR PERNYATAAN......................................................................................iv
KATA PENGANTAR................................................................................................v
DAFTAR ISI...............................................................................................................v
DAFTAR TABEL...................................................................................................viii
DAFTAR GAMBAR.................................................................................................ix
DAFTAR LAMPIRAN..............................................................................................x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...............................................................................................1
B. Identifikasi Masalah.......................................................................................8
C. Pembatasan Masalah......................................................................................8
D. Rumusan Masalah..........................................................................................8
E. Tujuan Penelitian...........................................................................................9
1. Tujuan Umum............................................................................................9
2. Tujuan Khusus...........................................................................................9
F. Manfaat Penelitian.........................................................................................9
BAB II KAJIAN TEORITIK
A. Deskripsi Konseptual
1. Kinerja.....................................................................................................11
2. Persepsi Dukungan Organisasi................................................................15
3. Komitmen Manajemen............................................................................19
4. Budaya Keselamatan...............................................................................23
B. Hasil Penelitian yang Relevan.....................................................................28
C. Kerangka Teori.............................................................................................33
D. Hubungan Antar Variabel............................................................................36
1. Pengaruh Persepsi Dukungan Organisasi dan Komitmen Manajemen
Terhadap Kinerja Melalui Budaya Keselamatan Sebagai Variabel
Intervening.............................................................................................36
2. Pengaruh Persepsi Dukungan Organisasi Terhadap Budaya Keselamatan
................................................................................................................37
3. Pengaruh Komitmen Manajemen Terhadap Budaya Keselamatan.........37
4. Pengaruh Persepsi Dukungan Organisasi Terhadap Kinerja...................38
vi
5. Pengaruh Pengaruh Komitmen Manajemen Terhadap Kinerja ..............38
6. Pengaruh Budaya Keselamatan Terhadap Kinerja..................................38
E. Hipotesis Penelitian......................................................................................39
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian......................................................................40
B. Metodologi Penelitian..................................................................................40
C. Populasi dan Sampel....................................................................................40
D. Teknik Pengumpulan Data...........................................................................41
E. Variabel Penelitian.......................................................................................42
F. Teknik Analisa Data.....................................................................................47
G. Uji Kualitas Data..........................................................................................47
H. Metode Analisis Data...................................................................................48
I. Hipotesis Statitiska........................................................................................53
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR GAMBAR
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I Kuisioner
BAB I
PENDAHULUAN
x
suatu organisasi baik organisasi tersebut bersifat menguntungkan atau tidak
menguntungkan yang dihasilkan selama satu periode tertentu.
Kinerja perawat merupakan bagian yang sangat penting dalam sistem
pelayanan terutama di rumah sakit. Dalam perkembangannya perawat dituntut
untuk meningkatkan kinerja dalam pelayanan kesehatan, perawat adalah pekerja
professional dengan kemampuan profesionalnya dan proses keperawatan. Proses
keperawatan ini mencakup proses pengkajian identifikasi diagnosis keperawatan
dan evaluasi intervensi keperawatan (Suarli, 2009).
Sejak pandemi tahun 2020 kunjungan semakin bertambah dengan tingginya
kasus Covid-19 membuat terjadinya peningkatan dinamika kerja, yang bisa
membuat seorang perawat bisa bekerja lebih dari 8 jam perhari. Kondisi seperti
ini cenderung membuat perawat harus ekstra menjaga kualitas dirinya baik
kesehatan fisik dan mental. Menurut penilaian atasan keperawatan, kinerja dari
perawat selama pandemik tahun 2020 cenderung menurun dibandingkan dengan
tahun sebelumnya.
Tabel 1.1 Perbandingan Penilaian Kinerja Perawat RS Mekar Sari
Penilaian 2019 2020
Kemampuan bekerja 52,3 % 50,9 %
Bekerja sesuai SOP 50,9 % 50,4 %
Tindakan keperawatan 64,5 % 61,5 %
Komunikasi 67,4% 58,4%
Kesiapan bekerja 50,8 % 49,8 %
xi
keselamatan, yang menurut Reiman et al (2010) budaya keselamatan dapat
terwujud apabila suatu organisasi memiliki kemauan dan kemampuan untuk
memahami keselamatan. Menurut Gibson (2012) organisasi budaya keselamatan
pasien yang ada dirumah sakit memiliki hubungan langsung terhadap
pelaksanaan pelayanan yang bertujuan untuk menjamin keselamatan pasien yang
secara keseluruhan akan mempengaruhi kinerja individu dalam
mengimplementasikan nilai-nilai yang mendukung keselamatan pasien.
Keselamatan pasien dapat dilihat melalui indikator rendahnya angka insiden
keselamatan pasien. Salah satu perilaku yang diharapkan dari individu adalah
keterbukaan melaporkan terjadinya insiden.
Keselamatan pasien merupakan salah satu komponen penting dari
manajemen mutu pelayanan rumah sakit. Keselamatan pasien adalah suatu
sistem yang sangat dibutuhkan dan diharapkan dapat meminimalisir kesalahan
dalam menangani pasien. Adanya laporan insiden keselamatan dapat menjadi
tolak ukur pelayanan kesehatan. Menurut Walin (2005) mengatakan kinerja
seorang perawat dapat dikatakan berhasil sesuai harapan secara kuantitas jika
berhasil mencapai atau mendekati target yaitu dengan meilihat jumlah pasien.
Dan dikatakan berhasil secara kualitas jika mendekati target-target yaitu seperti
kelengkapan dokumen keperawatan, penerapan keselamatan pasien, laporan-
laporan insiden dan kepuasan pelanggan.
WHO menyatakan jikalau keselamatan pasien merupakan komponen paling
mendasar dalam perawatan kesehatan. Dalam penelitian beberapa rumah sakit
terakreditasi Joint Commision International (JCI), ditemukan 52 insiden pada 11
rumah sakit di 5 negara. Kasus tertinggi di Hongkong dengan total 31% kasus,
lalu Australia 25 %, India 23%, Amerika 12 % dan Kanada 10 %. Di Indonesia
sendiri terdapat 7.465 kasus pada tahun 2019. Sedangkan di RS Mekar Sari
berdasarkan catatan pelaporan insiden tahun 2019 sampai 2020 masih terjadi
insiden sekitar 15 kejadian. Tingginya angka insiden keselamatan pasien ini
menjadikan identifikasi risiko merupakan hal yang penting melalui
pengembangan sistem pelaporan dan analisa dari sebuah insiden keselamatan.
Tabel 1.2
Jumlah Insiden RS Mekar Sari Januari 2019 – Januari 2020
Jenis
Rendah Moderat Tinggi Katastropik Total
Insiden
xii
KNC 1 3 0 0 4
KTC 4 1 0 0 5
KTD 1 5 0 0 6
Sentinel 0 0 0 0 0
Total 6 9 0 0 15
xiii
pada rumah sakit tersebut sesuai dengan pelaksanaan tugas-tugas inti dan
fungsinya dalam rangka untuk mencapai visi dan misi rumah sakit. Sumber daya
manusia yang dikelola dengan baik, akan meningkatkan kinerja yang baik dari
karyawan tersebut secara keseluruhan. Oleh sebab itu rumah sakit harus mampu
untuk mengelola dengan baik sumber daya manusia yang sudah tersedia, agar
memberikan kontribusi bagi rumah sakit tersebut secara optimal, dengan kata
lain melalui dukungan organisasi dan komitmen manajemen yang baik maka
karyawannya akan menjadi patuh sehingga akan memberikan peningkatan yang
baik pula dalam kinerja kerjanya.
Dukungan organisasi yang diberikan kepada karyawan bisa dalam berbagai
bentuk, misalnya pemberian gaji atau insentif yang layak, menciptakan
hubungan yang baik antara atasan dan bawahan, memberikan fasilitas yang
memadai dalam menjalankan pekerjaanya dan lain sebagainya. Persepsi
dukungan organisasi dapat diukur melalui indikator penghargaan, dukungan
atasan, kondisi kerja, dan kesejahteraan karyawan (Eisenberger et al., 1986).
Pada awal pandemi RS Mekar Sari memberikan dukungannya mulai dari
pengecekan kesehatan untuk setiap perawat yang berdinas diruang isolasi.
Memberikan makanan dan vitamin ekstra. Namun seiring berjalan nya waktu
perlahan dukungan tersebut terus berkurang. Menurut beberapa perawat sekarang
sudah tidak ada lagi ekstra makanan dan pengecekan kesehatan rutin.
Penelitian yang dilakukan oleh Murniasih & Sudarma (2016) menjelaskan
bahwa semakin tinggi persepsi dukungan organisasi yang dimiliki maka semakin
memperlihatkan peningkatan kinerja perawat. Dalam penelitian ini adanya
persepsi dukungan organisasi berupa dukungan atasan yang tinggi, adanya
kesejahteraan karyawan dan kondisi kerja yang mendukung peningkatan kinerja
tersebut. Penelitian yang serupa juga dilakukan oleh Afzali et al (2014) tentang
pengaruh dukungan organisasi terhadap kinerja karyawan dengan hasil bahwa
ada pengaruh positif dan signifikan dukungan organisasi pada kinerja karyawan.
Penelitian lain yang dilakukan Damayanti et al. (2017) menyatakan bahwa
apabila dukungan organisasi mengalami kenaikan maka tingkat kinerja perawat
juga mengalami kenaikan. Begitu juga sebaliknya apabila dukungan organisasi
menurun maka kinerja perawat akan menurun.
Penelitian yang dilakukan Purnami (2017) mengatakan bahwa persepsi
dukungan organisasi berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap kinerja
xiv
karyawan. Artinya semakin meningkatnya persepsi dukungan orgnisasi maka
kinerja karyawan semakin meningkat namun pengaruhnya sangat kecil. Disini
komitmen orgnisasi menjadi mediasi penuh antara persepsi dukungan orgnaisasi
terhadap kinerja karyawan.
Rumah Sakit Mekar Sari yang merupakan rumah sakit umum swasta tipe C
yang terletak di kota Bekasi, Jawa Barat, dengan 106 TT dan jumlah SDM 95
perawat yang memiliki peran dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di
Rumah Sakit Mekar Sari. Rumah Sakit Mekar Sari memiliki visi “Menjadi
Rumah Sakit Terbaik Dalam Pelayanan Yang Berkualitas di Wilayah Bekasi”.
Kualitas Pelayanan sebuah rumah sakit dapat dilihat dari fasilitas dan SDM.
Sebagai SDM dengan jumlah terbanyak perawat mempunyai andil yang cukup
besar dalam meningkatkan kualitas pelayanan. Salah satu cara untuk mencapai
visi tersebut adalah dengan meningkatkan budaya keselamatan di rumah sakit.
Untuk mencapai tujuan dari organisasi diperlukan adanya komitmen antara
atasan dan bawahan. Komitmen organisasi merupakan salah satu elemen penting
dalam mencapai tujuan tersebut. Dalam menjalankan visi dan misi rumah sakit
pihak manajemen harus memiliki komitmen yang tinggi terhadap visi dan misi
tersebut, misalnya membuat kebijakan secara tertulis terkait pelayanan yang ada
di rumah sakit. Seperti di RS Mekar Sari kebijakan terkait keselamatan sudah
ada sejak sebelum akreditasi tahun 2017, tetapi hanya diungkapkan secara lisan.
Dan sejak akreditasi komitemen manajemen yang berhubungan dengan budaya
keselamatan itu sudah dibuat dan sudah disosialisasikan serta diimplementasikan
dengan pengawasan dari kepala unit masing-masing ruang perawatan.
Namun seiring berjalannya waktu masih di temukan beberapa perawat yang
tidak menjalankan kebijakan dan peraturan tersebut. Belum diketahui pasti
mengapa hal itu bisa terjadi. Menurut beberapa perawat yang dilakukan
wawancara singkat mengatakan bahwa adanya faktor kealpaan dan pasien yang
banyak menjadi alasan beberapa kebijakan tidak dijalankan, selain itu tidak
adanya monitoring dari atasan terkait hal tersebut.
Penelitian yang dilakukan oleh Andesta (2015) menyatakan bahwa ada
pengaruh komitmen organisasi terhadap kinerja perawat, dimana komitmen
organisasi mampu mempengaruhi kerja perawat. Peneliatian lain yang dilakukan
Ady dan Harfa (2020) yang menggunakan komitmen organisasi sebagai variabel
intervening yang mempengaruhi motivasi terhadap kinerja perawat. Sehingga
xv
semakin tinggi komitmen organisasi maka tinggi juga motivasi kerja sehingga
secara tidak langsung mendorong pada meningkatnya kinerja perawat. Penelitian
serupa juga dilakukan Putri dan Kamilah (2018) yang menunjukkan bahwa
keberadaan komitmen manajemen yang kuat sangat dibutuhkan oleh organisasi
agar dapat meningkatkan akuntabilitas kinerja. Penelitian yang dilakukan
Bambang (2016) menyatakan bahwa komitmen manajemen terhadap kualitas
pelayanan berpengaruh positif terhadap kinerja pelayanan. Artinya semakin
tinggi komitmen manajemen pada kualitas pelayanan akan semakin
meningkatkan kinerja pelayanan.
Dengan adanya penurunan kinerja dari perawat dan melihat permasalahan
yang ada dan adanya penelitian-penelitian tersebut diatas, maka penulis tertarik
untuk melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Persepsi Dukungan
Organisasi Dan Komitmen Manajemen Terhadap Kinerja Perawat di
Rumah Sakit Mekar Sari Dengan Budaya Keselamatan Sebagai Variabel
Intervening”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka ada beberapa masalah yang
ditemukan yaitu :
1. Berkurangnya dukungan rumah sakit dalam bentuk kompensasi dan sumber
daya yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas keperawatan.
2. Ketidaklengkapan dokumen asuhan keperawatan dan catatan terintegrasi yang
seharusnya diisi oleh perawat.
3. Adanya kebijakan rumah sakit terkait ketidakpatuhan perawat mengenai
ketidaklengkapan dokumen rekam medis.
4. Laporan insiden keselamatan pasien yang tidak dilaporkan secara keseluruhan
5. Kinerja perawat yang menurun seiring ditemukannya catatan pelaporan dan
dokumen yang masih tidak terisi.
C. Pembatasan Masalah
Sehubungan dengan keterbatasan waktu dan sumber daya, peneliti
membatasi variabel yang diteliti, yaitu persepsi dukungan organisasi, komitmen
manajemen sebagai variabel independen, dengan kinerja sebagai variabel
xvi
dependen. Dan budaya keselamatan sebagai variabel intervening. Dengan objek
yang diteliti adalah seluruh perawat yang berada di Rumah Sakit Mekar Sari.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah diatas maka rumusan masalah yang dari
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan secara bersama-sama antara
dukungan organisasi dan komitmen manajemen terhadap kepatuhan kinerja
perawat di RS Mekar Sari melalui budaya keselamatan sebagai variabel
intervening secara simultan?
2. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara persepsi dukungan organisasi
terhadap budaya keselamatan di RS Mekar Sari?
3. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara komitmen manajemen
terhadap budaya keselamatan di RS Mekar Sari?
4. Apakah ada pengaruh yang signifikan antara persepsi dukungan organisasi
dengan kinerja perawat di RS Mekar Sari?
5. Apakah ada pengaruh yang signifikan antara komitmen manajemen dengan
kinerja perawat di RS Mekar Sari?
6. Apakah ada pengaruh siginifkan antara budaya keselamatan dengan kinerja
perawat di RS Mekar Sari?
E. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk menganalisis pengaruh dukungan organisasi dan komitmen manajemen
terhadap kinerja perawat di RS Mekar Sari melalui budaya keselamatan
sebagai variabel intervening.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk menganalisis pengaruh yang signifikan antara persepsi dukungan
organisasi terhadap budaya keselamatan di Rumah Sakit Mekar Sari
b. Untuk menganalisis pengaruh yang signifikan antara komitmen manajemen
terhadap budaya keselamatan di Rumah Sakit Mekar Sari
c. Untuk menganalisis pengaruh yang signifikan antara persepsi dukungan
organisasi terhadap kinerja perawat di Rumah Sakit Mekar Sari
xvii
d. Untuk menganalisis pengaruh yang signifikan antara komitmen manajemen
terhadap kinerja perawat di Rumah Sakit Mekar Sari
e. Untuk menganalisis pengaruh yang signifikan antara budaya keselamatan
terhadap kinerja perawat di Rumah Sakit Mekar Sari
F. Manfaat Penelitian
Manfaat secara teoritis dan praktis yang akan diperoleh dan diharapkan
adalah:
1. Manfaat Teoritis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memebrikan sumbangsih
pemahaman teoritis mengenai persepsi dukungan organisai, komitmen
organisasi, budaya keselamatan dan kinerja perawat.
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan dan referensi
yang bermanfaat bagi penelitian yang sejenis lainnya.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi pihak manajemen RS Mekar Sari penelitian ini diharapkan :
i. Dapat digunakan sebagai umpan balik dalam menilai bagaimana suatu
persepsi dukungan organisasi dan komitmen organisasi serta budaya
keselamatan dapat mempengaruhi kinerja seorang perawat sehingga
mampu meningkatkan mutu pelayanan.
ii. Dapat digunakan sebagai informasi dalam menyikapi kinerja perawat
yang mengalami perubahan.
iii. Sebagai bahan acuan evaluasi dalam mengambil atau membuat
keputusan dalam meningkatkan mutu pelayanan di rumah sakit.
b. Bagi penulis, penelitian ini diharapkan mampu memberikan tambahan
ilmu pengetahuan dan pengalaman dalam mengimplementasikan apa yang
diperoleh selama kuliah.
xviii
BAB II
KAJIAN TEORITIK
A. Deskripsi Konseptual
1. Kinerja
a. Pengertian Kinerja
Gibson (2003) mendefinisikan kinerja sebagai hasil dari suatu
pekerjaan yang terkait dengan tujuan dari organisasi seperti kualitas,
efisiensi, dan kriteria efektivitas kerja lainnya. Gibson juga bahwa ada
sejumlah variabel yang mempengaruhi perilaku dan kinerja seseorang yaitu
individu itu sendiri, perilaku, psikologi dan organisasinya. Definisi kinerja
menurut Dessler (2009) adalah prestasi aktual karyawan dibandingkan
dengan prestasi yang diharapkan dari karyawan. Sedangkan Bernardin dan
Russel (1993) mendefiniskan kinerja sebagai catatan hasil yang diperoleh
xix
dari fungsi pekerjaan spesifik atau kegiatan tertentu selama kurun waktu
tertentu.
Menurut T.R Mitchell (1989) Kinerja merupakan tingkatan
pencapaian hasil atau pelaksanaan tugas dalam rangka mewujudkan sasaran
dan tujuan perusahaan. Sedangkan menurut Edison (2016), Kinerja adalah
hasil yang diperoleh dari suatu organisasi baik organisasi tersebut bersifat
profit oriented dan non profit oriented yang dihasilkan selama satu periode
waktu. Kinerja pegawai merupakan suatu hasil yang dicapai oleh pegawai
tersebut dalam pekerjaanya menurut kriteria tertentu yang berlaku untuk
suatu pekerjaan tertentu. Menurut Robbins (2003) bahwa kinerja pegawai
adalah sebagai fungsi dari interaksi antara kemampuan dan motivasi. Dalam
studi manajemen kinerja pegawai ada hal yang memerlukan pertimbangan
penting, sebab kinerja individual seorang pegawai dalam organisasi
merupakan bagian dari kinerja organisasi, dan dapat menentukan kinerja
dari organisasi tersebut. Sehingga berhasil tidaknya kinerja pegawai yang
telah dicapai organisasi tersebut akan dipengaruhi oleh tingkat kinerja dari
pegawai secara individu maupun kelompok.
Keberhasilan pelayanan kesehatan bergantung pada partisipasi
perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas bagi
pasien (Potter & Perry, 2005). Hal ini berhubungan dengan tugas dari
perawat yang selama 24 jam bergantian bekerja melayani pasien dan jumlah
perawat yang selalu lebih banyak dari tenaga kesehatan lain di rumah sakit.
Maka dari itu menurut Swansburg (2000) rumah sakit harus memiliki
perawat yang memiliki kinerja yang baik sehingga bias menunjang kinerja
rumah sakit.
Menurut UU RI No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan, perawat adalah
mereka yang memiliki kemampuan dan kewenangan melakukan tindakan
keperawatan berdasarkan ilmu yang dimiliki dan diperoleh dari pendidikan
keperawatan. Sedangkan perawat menurut ICN (International Council of
Nursing) tahun 1987, Perawat adalah seseorang yang telah menyelesaikan
program pendidikan keperawatan dasar dan umum, yang kemudian diberi
wewenang di Negara yang bersangkutan untuk mempraktikkan ilmu nya
untuk memberikan pelayanan keperawatan.
xx
Kinerja perawat adalah ukuran penting dari produktifitas pekerjaan
dan keselamatan pasien, dimana perawat bertanggungjawab untuk menilai
dan memantau kondisi pasien, mengkoordinasikan perawatan pasien,
memberikan obat-obatan dengan tepat dan berkomunikasi dengan pasien
dan keluarganya. (Battisto, Pak, Vander Wood & Pilcher, 2009). Evaluasi
kerja perawat dapat dilihat dalam hal kompetensi, indicator kualitas
keperawatan dan kinerja khusus dari tugas yang diberikan, dimana
kompetensi dan ukuran tugas khusus berfokus pada pengetahuan dan
keterampilan
b. Dimensi Kinerja
Mathis dan Jackson (2009) mengemukakan ada beberapa dimensi
kinerja karyawan yang terurai sebagai berikut:
1) Kualitas kerja, dimana hasil kerja yang ideal juga menggambarkan
kualitas pengelola produk dan layanan dalam perusahaan atau organisasi
tersebut.
2) Kuantitas kerja, menggambarkan target yang telah ditetapkan sehingga
dapat menunjukkan kemampuan organisasi dalam mengelola sumber
daya yang dimiliki dalam mencapai tujuannya.
3) Waktu kerja, ini dianggap paling efisien dan efektif karena waktu kerja
adalah dasar dari karyawan menyelesaikan pekerjaannya.
4) Kerjasama dengan rekan kerja, Kerjasama yang baik akan memberikan
kepercayaan pada berbagai pihak yang berkepentingan, baik secara
langsung maupun tidak langsung dengan perusahaan.
Ilyas (2017) mengemukakan tingkat pencapaian kinerja perawat pada
saat memberikan pelayanan keperawatan dapat dinilai dari prestasi kerja,
tanggung jawab, ketaatan, kejujuran dan kerja sama yang ditunjukkan oleh
perawat. Sebagai alat ukur untuk menilai kinerja perawat menggunakan
evaluasi praktik profesional berkelanjutan (Ongoing Professional Practice
Evaluation/OPPE) yang dapat dilihat dari komponen-komponen berikut:
1) Prestasi kerja, menyampaikan bahwa prestasi kerja hasil pelaksanaan
pekerjaan yang dicapai oleh seorang personel dalam melaksanakan tugas
yang dibebankan kepadanya. Prestasi kerja seorang perawat dipengaruhi
oleh kecakapan, keterampilan, kesungguhan dan lingkungan kerjanya.
xxi
2) Tanggung jawab. Ciri-ciri bertanggung jawab adalah dapat
menyelesaikan tugas dengan baik dan tepat waktu, berada di tempat
tugas, mengutamakan kepentingan kerja, tidak melempar kesalahan,
berani mengambil resiko atas keputusan yang dibuat sebelumnya
3) Ketaatan. Kesanggupan seseorang untuk mematuhi segala ketentuan atau
peraturan kerjayang berlaku dan mentaati perintah dinas yang diberikan
atasan serta sanggup tidak melanggar larangan yang yang ditetapkan.
4) Kejujuran. Kejujuran membuat diri seorang karyawan atau perawat
mempunyai integritas dan moralitas dalam menjaga nama baik serta
memelihara tanggung jawab yang dimilkinya.
5) Kerjasama. Merupakan kemampuan diri seorang karyawan untuk dapat
bekerja sama denganorang lain, atau adanya koordinasi antar tim lainnya
dalam menyelesaikan tugas-tugas yang telah ditentukan, sehingga
dengan adanya kerjasama ini diharapkan dapat memberikan hasil yang
jauh lebih memuaskan secara efektif dan efisien.
Sedangkan menurut Edison & Emron (2016), dimensi kinerja dibagi
menjadi empat, yaitu:
1) Target merupakan indikator terhadap pemenuhan pekerjaan yang
dihasilkan.
2) Kualitas merupakan elemen penting, karena kualitas yang dihasilkan
menjadi kekuatan dalam mempertahankan loyalitas pelanggan.
3) Ketepatan waktu merupakan di mana kegiatan tersebut dapat
diselesaikan, atau suatu hasil produksi dapat dicapai, memaksimalkan
waktu yang tersedia untuk kegiatan-kegiatan lain.
4) Taat asas adalah suatu hal yang dilakukan dengan cara yang benar,
transparan dan dapat dipertanggungjawabkan.
Dalam penelitian ini meenggunakan dimensi kinerja yang
diungkapkan oleh Edison et al (2016)
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kinerja
Mangkuprawira dan Vitayala (2007) mengungkapkan bahwa kinerja adalah
suatu konstruksi yang multidimensi dengan mencakup banyak faktor yang
mempengaruhinya. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kinerja terdiri
dari faktor interinsik dari SDM dan faktor eksterinsik seperti kepemimpinan
tim dan konstektual, yaitu terdiri dari:
xxii
1) Faktor personal individu (SDM) disini meliputi pengetahuan,
keterampilan, kepercayaan diri, kemampuan diri, motivasi dan komitmen
yang dimiliki setiap individu.
2) Faktor kepemimpinan, faktor ini bisa meliputi kualitas seorang manajer
dan kepala tim dalam memberikan dukunga, arahan, semangat dan
dorongan untuk meningkatkan kinerja individu.
3) Faktor tim yaitu meliputi sistem kerja di suatu organisasi, fasilitas yang
diberikan dan kultur kinerja organisasi
4) Faktor konstektual meliputi tekanan dan perubaha lingkungan eksternal
dan internal.
Berdasarkan beberapa hal yang diungkapkan diatas, maka dapat
diambil sintesis bahwa kinerja merupakan suatu proses yang dapat diukur
berdasarkan kesepakatan dan ketentuan yang telah ditetapkan. Organisasi
yang memiliki tujuan dan visi akan menjalankan perannya, untuk mencapai
tujuan dan visi tersebut kinerja individu merupakan salah satu aspek yang
dilihat berdasarkan target pencapaian, kualitas kinerja, ketepatan waktu
yang sudah ditetapkan dan ketaatan yang dapat dipertanggungjawabkan.
Sedangkan dimensi dan indicator kinerja yang dikemukakan oleh Edison et
al (2016) yaitu, target, kualitas, ketepatan waktu dan taat asas.
xxiii
organisasi akan mendorong karyawan untuk menyatukan keanggotaan
sebagai anggota organisasi ke dalam identitas diri mereka.
Menurut Eisenberger et al (1986), persepsi dukungan organisasi
(perceived organizational support) adalah keyakinan karyawan terhadap
organisasi tempat kerja karyawan yang dapat mendorong persepsi karyawan
mengenai sejauh mana organisasi menghargai kontribusi karyawan dan
peduli terhadap kesejahteraan dirinya. Persepsi dukungan organisasi
(perceived organizational support) menurut Rhoades dan Eisenberger
(2002) adalah kepercayaan bahwa organisasi menghargai kontribusi
karyawannya melalui pekerjaan mereka dan menunjukkan kepedulian
terhadap kesejahteraan mereka.
Dalam lingkungan interaksi sosial melibatkan begitu banyak hal
seperti interaksi sesama individu, individu dan kelompok kemudian
kelompok dengan kelompok sampai pada individu dengan organisasi.
Sehingga, teori persepsi dukungan organisasional adalah mempelajari
interaksi antara individu dengan organisasi/instansinya. Bagaimana
organisasi dalam memahami dan memperlakukan mereka.
Dari berbagai pengertian yang diungkapkan, maka dapat disimpulkan
bahwa persepsi dukungan organisasi yaitu seluruh persepsi anggota
karyawan yang di sertai dengan sikap positif karyawan tentang sejauh mana
organisasi menghargai kontribusinya dan perduli dengan kesejahteraan
karyawannya.
b. Teori Persepsi Organisasional
Persepsi dukungan organisasional bertujuan untuk meningkatkan
harapan mereka bahwa organisasi akan menghargai upaya yang lebih
maksimal untuk tujuan organisasi. Sejauh mana persepsi dukungan tersebut
memenuhi kebutuhan mereka sehingga dengan demikian, akan
mengembangkan ikatan emosional positif individu terhadap organisasi.
Persepsi dukungan organisasional didorong oleh kecenderungan individu
untuk menempatkan organisasi seperti karakteristik manusia Eisenberger et
al (1986).
Pada dasarnya persepsi dukungan organisasional akan dipengaruhi
oleh berbagai aspek perilaku organisasi dan akan mempengaruhi interpretasi
mereka terhadap motif organisasi yang mendasari perilaku mereka. Hal
xxiv
tersebut menggambarkan bahwa akan ada kesepakatan antara persepsi
dukungan organisasional terhadap organisasi dan dalam berbagai keadaan
kemungkinan akan ada reaksi dari organisasi terhadap kinerja mereka yang
meningkat dan keinginan memberikan gaji yang adil serta membuat
pekerjaan menjadi lebih menarik.
Teori dukungan organisasional yang mendasari konsekuensi dari
persepsi dukungan organisasi membahas proses psikologis Rhoades dan
Eisenberger (2002) sebagai berikut:
1) Atas dasar norma feedback, persepsi dukungan organisasi memiliki rasa
kewajiban dan kepedulian untuk kesejahteraan dan membantu organisasi
mencapai tujannya.
2) Kepedulian, izin dan rasa hormat yang dikonotasikan dukungan
organisasi harus memenuhi kebutuhan sosioemosinal dan mendorong
individu untuk memasukkan keanggotaan organisasi serta peran mereka
kedalam identitas sosial.
3) Dukungan organisasi harus meyakinkan mereka bahwa organisasi akan
mengakui dan menghargai peningkatan kinerja (harapan kinerja
kemudian memperoleh penghargaan). Proses tersebut harus memberikan
hasil yang saling menguntungkan antara organisasi dan individu.
Dimana, melalui proses dukungan organisasional tersebut diharapkan
organisasi memperoleh komitmen dari mereka dan kinerja yang afektif
serta mengurangi turnover sedangkan individu memperoleh
meningkatnya kepuasan kerja serta kenyamanan didalam organisasi.
c. Arti Penting Atau Manfaat Persepsi Dukungan Organisasi
Pada dasarnya, dukungan organisasi yang diberikan kepada karyawan
menunjukkan komitmen organisasi kepada karyawan. Dukungan tersebut
dibalas oleh karyawan dalam bentuk meningkatkan kinerjanya ketika
melakukan pekerjaan. Dukungan organisasi yang berupa pemberian
kompensasi, promosi, pelatihan, keamanan dalam bekerja akan
dipersepsikan karyawan sebagai tanda kepedulian organisasi terhadap
kesejahteraan karyawan. Dengan demikian, karyawan membalas dukungan
organisasi dalam bentuk kepercayaan dan mengembangkan perilaku positif
terhadap organisasi.
xxv
Jika karyawan memiliki persepsi bahwa organisasi benarbenar
memperhatikan kesejahteraan karyawan dan memiliki keinginan untuk
berbagi advantage maka akan muncul kepercayaan karyawan terhadap
organisasi. Karyawan juga akan meningkatkan kinerja dengan bekerja keras
karena karyawan mengharapkan organisasi untuk sukses. Persepsi
dukungan organisasi pada saat-saat krisis dapat sangat bermanfaat dalam
hal mengembangkan serta meningkatkan hasil kerja perorangan ataupun
hasil kerja organisasi.
d. Dimensi Persepsi Dukungan Organisasi
Menurut Eisenberger et al (1986), persepsi dukungan organisasi
terdiri dari dimensi yang berasal dari definisinya, yakni:
1) Penghargaan. Penghargaan yang diberikan organisasi terhadap usaha
yang telah dilakukan karyawan berupa perhatian, gaji, promosi dan akses
informasi atau bentuk lainnya yang dibutuhkan untuk meningkatkan
kinerja secara maksimal.
2) Pengembangan. Pengembangan merupakan suatu hal yang diberikan
kepada karyawan berupa kesempatan promosi.
3) Kondisi kerja. Kondisi kerja merupakan keadaan mengenai lingkungan
kerja.
4) Peduli dengan kesejahteraan karyawan. Perhatian dengan kesejahteraan
karyawan, mendengarkan masukan atau keluhan karyawan serta tertarik
dengan pekerjaan yang karyawan lakukan merupakan kepedulian yang
ditunjukkan oleh organisasi untuk karyawan.
Rhoades dan Eisenberger (2002) mengungkapkan ada tiga kategori
dimensi persepsi dukungan organisasi yaitu :
1) Keadilan
Keadilan prosedural ini digunakan untuk mendistribusikan sumber daya
diantara karyawan, dengan membaginya menjadi aspek struktural yang
mencakup peraturan dan keputusan terkait karyawan, sedaangkan aspek
yang kedua adalah aspek sosial dimana aspek ini meliputi bagaimana
karyawan diperlakukan dengan adanya penghargaan dan penghormatan
2) Dukungan atasan
Atasan bertanggungjawab dalam mengarahkan dan melakukan evaluasi
kinerja karyawan bawahannya, dan karyawan juga amelihat orientasi
xxvi
atasan mereka sebagai indikasi adanya dukungan organisasi.
3) Penghargaan organisasi dan kondisi pekerjaan
Bentuk penghargaan organisasi disini adalah gaji, pengakuan dan
promosi. Selain itu adanya jaminan keamanan dalam bekerja dapat
memberikan dukungan yang kuat adanya persepsi dukungan organisasi,
sehingga membuat organisasai dapat mepertahankan karyawannya.
Organisasi perlu memberikan kepercayaan kepada karyawan untuk
meningkatkan kemandiriannya dalam bekerja. Selain itu adanya stressor
dalam tuntutan pekerjaan harus mampu dikontrol oleh organisasi.
Pelatihan juga merupakan salah satu dukungan organisasi yang dapat
diberikan kepada karyawan dalam meningkatkan persepsi dukungan
organisasi.
Dari pendapat-pendapat diatas yang dijabarkan oleh para ahli, maka
dapat diambil sintesis bahwa dukungan organisasi adalah kepercayaan
bahwa organisasi menghargai kontribusi karyawannya melalui pekerjaan
mereka dan menunjukkan kepedulian terhadap kesejahteraan mereka.
Sedangkan dimensi dan indicator untuk pengukuran dukungan organisasi
yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah menurut Rhoades dan
Eisenberger (2002), yaitu keadilan, dukungan atasan, dan penghargaan
organisasi dan kondisi pekerjaan.
3. Komitmen Manajemen
a. Pengertian Komitmen Manajemen
Menurut Cooper (2006) komitmen manajemen didefinisikan sebagai
suatu keterlibatan dalam mempertahankan perilaku yang membantu orang
lain dalam mencapai tujuan. Dalam Iso 9000 komitmen manajemen
disebutkan sebagai bentuk tanggung jawab manajemen perusahaan untuk
menetapkan sasaran objective yang strategis dan sasaran mutu manajemen
harus memiliki komitmen dalam penerapannya. Menurut Mathis dan
Jackson (2002) dalam Irawati et al (2018) menyatakan bahwa organisasi
memiliki tanggung jawab dalam keselamatan dan kesehatan karyawan
dimana pimpinan dan para manajer bertugas mengkoordinasikannya.
Sedangkan menurut O'Reilly dan Chatman (1986) menyebutkan
bahwa komitmen manajemen adalah suatu hubungan keterikatan secara
xxvii
psikologis antara seseorang dan entitas sebagai contoh adalah organisasi
atau perusahaan. Menurut Kimball et al (2008) komitmen manajemen
adalah kriteria yang paling penting dalam melakukan suatu penilaian,
dimana manajemen memiliki dukungan yang kuat dalam membantu
menjalankan dan mewujudkan tujuan dari organisasi. Dengan adanya
komitmen dalam sebuah organisasi itu mampu meberi kekuatan untuk
melakukan perubahan sesaui dengan tujuan dan visi suatu organisasi.
Seperti yang diungkapkan Herscovitch dan Meyer (2002) bahwa komitmen
untuk berubah adalah kekuatan yang mengikat seorang individu yang
dianggap perlu untuk keberhasilan dalam implementasi perubahan. Dengan
kata lain karyawan yang merapa terikat dengan organisasinya akan
mendukung dan berinisiatif terhadap perubahan dan kerja dalam suatu
organisasi.
Menurut Ahmed dan Parasuraman (1994) komitmen manajemen
meliputi kesadaran atas inisiatif pemilihan kualitas sebagai operasional dan
pilihan strategi perusahaan dan mengusahakan dalam aktivitas seperti
memberikan visi kualitas kepemimpinan dan sumber-sumber untuk
mengandopsi dan mengimplementasikan inisiatif kualitas. Sedangkan
menurut Hartline dan Ferrell (1996) Mendefinisikan komitmen manajemen
pada kualitas layanan sebagai sikap affektif atau keinginan manajer untuk
mengembangkan unit kualitas pelayanannya. Manajemen dalam suatu
organisasi dapat menunjukkan komitmennya kepada karyawan melalui
peningkatan anggaran, mendukung karyawan, pelatihan dan adanya
kompensasi, menurut Bohlander dan Kinicki (1988).
Komitmen Manajemen menggambarkan bagaimana manajemen
secara konsisten menetapkan strategi dalam proses mencapai tujuan yang
diharapkan. Komitmen manajemen atas kualitas layanan adalah keterlibatan
manajemen secara aktif dalam meningkatkan kualitas layanan yang
diberikan. Babakus et al., (2003) mendefinisikan Komitmen Manajemen
terhadap Kualitas Layanan dilihat dari perspektif karyawan melalui
pemberian pelatihan dari manajemen yang berkesinambungan,
pemberdayaan karyawan dan penghargaan. Rod dan Ashill (2010)
menambahkan dalam indikator pengukuran yang digunakan oleh Babakus
xxviii
et al., (2003) aspek orientasi layanan kepada konsumen yang diadopsi dari
penelitian Lytle et al., (1998).
Dari pengertian-pengertian komitmen manajemen diatas maka dapat
disimpulkan bahwa komitmen manajemen ini merupakan faktor pendorong
dalam memotivasi karyawan untuk meningkatkan kinerja nya dan
mempertahankan kinerja karyawan demi tercapainya tujuan organisasi.
b. Faktor yang Mempengaruhi Komitmen Organisasi
Ada tiga faktor yang mepengaruhi komitmen orgnisasi menurut Allen
dan Meyer (1990) yaitu diantaranya:
1) Karakteristik individu: terbagi menjadi dua variabel yang pertama
variabel demografis mencakup jenis kelamin, usia, status, lamanya
bekerja, tingkat Pendidikan, sedangkan yang kedua variabel
disposisional yang merupakan variabel yang berhubungan kuat dengan
komitmen organisasi.
2) Karakteristik organisasi: yang termasuk dalam karakteristik organisasi
adalah struktur organisasi, desain kebijaksanaan dalam organisasi dan
bagaimana kebijaksanaan organisasi tersebut disosialisasikan.
3) Pengalaman organisasi: pengalaman ini mencakup ke dalam kepuasan
dan motivasi anggota organisasi selama berada dalam organisasi,
perannya dalam organisasi tersebut dan hubungan antara anggota
organisasi dengan supervisor pimpinannya.
c. Dimensi Komitmen Manajemen
Menurut Zurnali, (2018) komitmen organisasi sebagai sebuah keadaan
psikologi yang mengkarakteristikkan hubungan karyawan dengan organisasi
atau implikasinya yang memengaruhi apakah karyawan akan tetap bertahan
dalam organisasi atau tidak. Individu yang memiliki komitmen afektif
manajemen memungkinkan dapat mengurus pekerjaan secara umum,
melakukan tugas dengan kemampuan terbaik mereka dan bersedia melakukan
kerja diluar tugasnya demi kebaikan organisasi (Herscovith dan Meyer, 2002).
Herscovith dan Meyer (2002) mengungkapkan ada tiga dimensi yang terkait
komitmen untuk berubah yaitu sebagai berikut :
a) Komitmen afektif (affective commitment), yaitu keterlibatan emosional
seseorang pada organisasinya berupa perasaan cinta pada organisasi.
xxix
b) Komitmen kontinyu (continuance commitment), yaitu persepsi seseorang
atas biaya dan resiko dengan meninggalkan organisasi saat ini. Artinya,
terdapat dua aspek pada komitmen kontinyu, yaitu melibatkan
pengorbanan pribadi apabila meninggalkan organisasi dan ketiadaan
alternatif yang tersedia bagi orang tersebut.
c) Komitmen normatif (normative commitment), yaitu sebuah dimensi
moral yang didasarkan pada perasaan wajib dan tanggung jawab pada
organisasi yang mempekerjakannya.
Namun pada penelitian Pratiwi et all (2018) berfokus pada komitmen
afektif manajemen, karena manajemen yang memiliki komitmen afektif untuk
berubah maka akan mendukung perubahan tersebut sesuai dengan tujuan dari
organisasi. Manajemen dengan komitemn afektif yang kuat akan mempunyai
langkah yang berbeda secara teknis untuk memastikan perubahan yang
diinginkan berhasil.
Hope dan Player (2016) menyatakan ada dua dimensi dari komitmen
ini yaitu :
a) External commitmen yaitu komitmen yang mengarahkan seseorang
memenuhi kewajibannya yang sudah ditentukan oleh pihak lain,
dimana tujuan kinerja mengalir sari atas ke bawah
b) Internal commitment yaitu dimana memberikan kesemapatan kedua
bagi individu untuk mendefinisikan renacana dan tugasnya yang
diperlukan untuk memenuhi mereka, dan menyerahkan pada orang
untuk mengambil resiko dan menerima tanggung jawab atas tindakan
mereka.
Dari penelitian diatas dimensi yang dikemukakan Herscovith dan
Meyer (2002) mengenai komitmen manajemen untuk berubah akan digunakan
dalam penelitian ini.
Berdasarkan beberapa definisi yang telah dikemukakan oleh para ahli
diatas, maka dapat diambil sintesis bahwa komitmen manajemen adalah
kekuatan yang mengikat seorang individu yang dianggap perlu untuk
keberhasilan dalam implementasi perubahan. Sedangkan dimensi dan indicator
untuk pengukuran komitmen manajemen, peneliti mengadopsi indicator
komitmen manajemen yang dikemukakan oleh Herscovith dan Meyer (2002),
xxx
yaitu komitmen afektif (affective commitment), komitmen kontinyu
(continuance commitment) dan komitmen normatif (normative commitment).
4. Budaya Keselamatan
a. Pengertian Budaya Keselamatan
Keselamatan kerja diartikan sebagai upaya-upaya yang ditujukan
untuk melindungi pekerja; menjaga keselamatan orang lain; melindungi
peralatan, tempat kerja dan bahan produksi; menjaga kelestarian lingkungan
hidup dan melancarkan proses produksi.
Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 66
Tahun 2016 tentang keselamatan dan kesehatan kerja rumah sakit, tertulis
bahwa:
a) bahwa rumah sakit merupakan tempat kerja yang memiliki risiko tinggi
terhadap keselamatan dan kesehatan sumber daya manusia rumah sakit,
pasien, pendamping pasien, pengunjung, maupun lingkungan rumah
sakit.
b) bahwa dalam rangka pengelolaan dan pengendalian risiko yang berkaitan
dengan keselamatan dan kesehatan kerja di rumah sakit perlu
diselenggarakan keselamatan dan kesehatan kerja di rumah sakit agar
terciptanya kondisi rumah sakit yang sehat, aman, selamat, dan nyaman.
c) bahwa ketentuan dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
1087/MENKES/SK/VIII/2010 tentang Standar Kesehatan dan
Keselamatan Kerja di Rumah Sakit perlu disesuaikan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta perkembangan
hukum.
d) bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a,
huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Kesehatan
tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit.
Telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri Kesehatan tentang
keselamatan dan kesehatan kerja rumah sakit, pada Pasal 1 dalam
Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Keselamatan Kerja adalah upaya yang dilakukan untuk mengurangi
terjadinya kecelakaan, kerusakan dan segala bentuk kerugian baik
terhadap manusia, maupun yang berhubungan dengan peralatan, obyek
xxxi
kerja, tempat bekerja, dan lingkungan kerja, secara langsung dan tidak
langsung.
2. Kesehatan Kerja adalah upaya peningkatan dan pemeliharaan derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya bagi pekerja di semua jabatan,
pencegahan penyimpangan kesehatan yang disebabkan oleh kondisi
pekerjaan, perlindungan pekerja dari risiko akibat faktor yang merugikan
kesehatan, penempatan dan pemeliharaan pekerja dalam suatu
lingkungan kerja yang mengadaptasi antara pekerjaan dengan manusia
dan manusia dengan jabatannya.
3. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit yang selanjutnya
disingkat K3RS adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi
keselamatan dan kesehatan bagi sumber daya manusia rumah sakit,
pasien, pendamping pasien, pengunjung, maupun lingkungan rumah
sakit melalui upaya pencegahan kecelakan kerja dan penyakit akibat
kerja di rumah sakit.
4. Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna
yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.
5. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit yang
selanjutnya disebut SMK3 Rumah Sakit adalah bagian dari manajemen
Rumah Sakit secara keseluruhan dalam rangka pengendalian risiko yang
berkaitan dengan aktifitas proses kerja di Rumah Sakit guna terciptanya
lingkungan kerja yang sehat, selamat, aman dan nyaman bagi sumber
daya manusia Rumah Sakit, pasien, pendamping pasien, pengunjung,
maupun lingkungan Rumah Sakit.
Budaya keselamatan (Safety Culture) pertama kali diangkat oleh
IAEA (the International Atomic Energy Agency), berdasarkan hasil analisis
dari bencana nuklir di Chernobyl. Selanjutnya bedasarkan analisis
kecelakaan kerja dan bencana di berbagai industri menunjukkan bahwa
penyebab utamanya bukanlah ketersediaan peralatan keselamatan (APD),
atau peraturan dan prosedur keselamatan dalam manajemen keselamatan,
tetapi lebih banyak dipengaruhi oleh budaya dan iklim keselamatan dalam
organisasi (Ferraro, 2002; Gadd and Collins, 2002). Menurut Clarke (2000)
Budaya keselamatan (Safety Culture) merupakan kombinasi dari sikap-
xxxii
sikap, nilai-nilai, keyakinan-keyakinan, norma-norma dan persepsi dari para
pekerja dalam sebuah organisasi, yang memiliki keterkaitan secara bersama
terhadap keselamatan, perilaku selamat, dan penerapannya secara praktis
dalam proses produksi.
Dalam setiap industry budaya keselamatan banyak dikembangkan,
salah satunya pada industry kesehatan. Menurut Fleming (2006) budaya
keselamatan pasien adalah hal yang penting karena dengan membangun
budaya keselamatan pasien maka dapat membangun program keselamatan
pasien secara keseluruhan. Menurut Sunaryo (2009) keselamatan pasien
adalah ada tidaknya kesalahan atau terhindar dari cedera karena kecelakaan.
WHO mengungkapkan keselamatan pasien merupakan suatu prinsip yang
paling dasar dari perawatan kesehatan.
Berdasarkan definisi diatas maka dapat diartikan bahwa keselamatan
pasien adalah bentuk dasar dari pelayanan kesehatan yang tidak
menyebabkan cedera atau terbebas dari cedera yang bisa merugikan pasien.
Sedangkan budaya keselamatan adalah pola perilaku seorang pekerja yang
menentukan komitmen terhadap keterkaitannya pada keselamatan.
b. Dimensi Budaya Keselamatan
Cooper (2001) memperkenalkan suatu model budaya keselamatan
kerja dengan tiga dimensi yang saling berkaitan antara yang satu dengan
yang lainnya yakni lingkungan, individu dan perilaku. Bagan 2.1
mengilustrasikan Cooper’s reciprocal safety culture Model dan
menggambarkan lebih lanjut tentang bagaimana ketiga aspek tersebut
didefinisikan, diukur dan dihubungkan dengan budaya keselamatan. Secara
rinci, iklim keselamatan menggambarkan bagaimana persepsi dan sikap
para pekerja terhadap keselamatan kerja, mencerminkan budaya
keselamatan di tempat kerja dan dapat diukur dengan menggunakan
kuesioner. Perilaku keselamatan (aman atau tidak aman) merepresentasikan
keterlibatan atau kepedulian pekerja tentang keselamatan. Sedangkan aspek
lingkungan (berkaitan dengan seluruh aspek organisasi dalam Sistem
Manajemen Keselamatan) dapat diukur dengan cara audit atau inspeksi.
Safety Culture
xxxiii
Organization JOB
Pearson
(Safety Manajemen (Safety Behaviour:
(Safety Climate
System: Objective Behavioural Safety
Perceptual Audit)
Audit) Bagan 2.1 Programmers)
Gambar 2.1
Cooper’s Reciprocal Safety Culture
xxxiv
dari kesalahan tetapi juga manajemen terkait komitmen dari manajemen
akan insiden tersebut.
Berdasarkan beberapa defenisi yang telah dijelaskan oleh para ahli
diatas, maka dapat diambil sintesis bahwa budaya keselamatan adalah pola
perilaku seorang pekerja yang menentukan komitmen terhadap
keterkaitannya pada keselamatan. Sedangkan dimensi dan indicator untuk
pengukuran budaya keselamatan, peneliti mengadopsi indicator budaya
keselamatan yang dikemukakan oleh Reiling (2006) adanya budaya
keterbukaan, budaya pelaporan, budaya pembelajaran dan budaya keadilan.
xxxv
Perbedaan dengan
No. Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian
Penelitian Terdahulu
kinerja perawat perawat pada RSU menggunakan variabel
RSUD Blambangan Banyuwangi. intervening.
Blambangan
Banyuwangi
3. Ni Komang Pengaruh budaya Budaya kerja berpengaruh Pada penelitian terdahulu
Ayu, Agus kerja, komitmen positif dan signifikan tidak menggunakan
Wahyudi dan organisasi dan terhadap kinerja perawat. variabel intervening,
Ni Putu Yeni disiplin terhadap Komitmen organisasi sedangkan pada
(2021) kinerja perawat di berpengaruh positif dan penelitian saat ini
UPTD Rumah signifikan terhadap kinerja menggunakan variabel
Sakit Jiwa Provinsi perawat di UPTD Rumah intervening.
Bali Sakit Jiwa Provinsi Bali.
Dan disiplin kerja
berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kinerja
perawat.
4. Dewi Pengaruh budaya Hasil penelitian Pada penelitian terdahulu
Anggraeni, keselamatan menunjukkan bahwa secara hanya menggunakan 2
Ahsan, pasien terhadap simultan budaya variabel, sedangkan pada
Misbahuddin sikap melaporkan keselamatan pasien penelitian saat ini
Azuhri (2016) insiden pada berpengaruh signifikan menggunakan 4 variabel.
perawat di Instansi terhadap sikap melaporkan
rawat inap RS tkII insiden.
dr. Soepraoen.
5. Marfuatun, Perceived The results of this study Pada penelitian terdahulu
Muafi (2021) organizational reveal that perceived menggunakan analisis
support and organizational support has SEM AMOS dan
psychological a positive and significant variabel interveningnya
empowerment on influence on service adalah perilaku
service performance; kewarganegaraan
performance psychological oganisasi perspektif
mediated by empowerment has a islam sedangkan pada
organizational positive and significant penelitian saat ini
citizenship influence on service menggunakan path
behavior Islamic performance; analysis dan variabel
perspective organizational citizenship interveningnya adalah
(OCBIP) behavior from an Islamic budaya keselamatan.
perspective has a positive
and significant influence on
service performance;
organizational citizenship
behavior from Islamic
perspective mediates the
relationship between
perceived organizational
support on service
performance, and
organizational citizenship
behavior from Islamic
perspective mediates the
xxxvi
Perbedaan dengan
No. Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian
Penelitian Terdahulu
relationship between
psychological
empowerment on service
performance.
6. Heriyati dan Pengaruh Hasil penelitian Pada penelitian
Alexande H.M dukungan menunjukkan bahwa ada terdahulu hanya
(2018) organisasi pengaruh keadilan, menggunakan 2 variabel
terhadap iklim dukungan atasan dan dan tidak menggunakan
keselamatan penghargaan terhadap variabel intervening
pasien di RS Ibu iklim keselamatan pasien. sedangkan pada
Balikpapan Hasil penelitian ini penelitian saat ini
diharapkan dapat menjadi menggunakan 4 variabel
sebuah masukan untuk dan menggunakan
perbaikan iklim variabel intervening.
keselamatan pasien yang
lebih khusus untuk
meperhatikan pemberian
penghargaan kepada
pegawai.
7 Putu Ria Pengaruh Berdasarkan hasil Pada penelitian
Purnami Kompensasi dan penelitian persepsi terdahulu
(2017) Persepsi dukungan organisasi mengggunakan analisis
Dukungan mempunyai pengaruh yang SEM PLS sedangkan
Organisasi positif tetapi tidak penelitian saat ini
terhadap signifikan terhadap kinerja menggunakan path
Komitmen karyawan. analysis.
Organisasi dan
Kinerja Karyawan
RS Balimed
Karangasem
8 Dilaver The Effect of Hasil dari penelitian ini Pada penelitian
Tengilimoglu, Safety Culture on adalah ada hubungan yang terdahulu menggunakan
Elif Celik, Safety signifikan antara budaya analysis SEM AMOS
Alper Guzel Percformance: keselamatan, kinerja sedangkan pada
(2016) Intermediary Role keselamatan dan kepuasaan penelitian saat ini
of Job Satisfaction pekerja, penelitian ini menggunakan path
mengasumsikan adanya analysis.
perantara dalam hubungan
antara budaya keselamatan
dan kinerja.
9 Dian Irawati, Effect of Hasil penelitian ini Pada penelitian
Rustono, Occupational menunjukkan bahwa terdahulu tidak
Umar Farouk Health and Safety budaya kesehatan dan menggunakan variabel
(2018) Culture on keselamatan memberikan intervening sedangkan
Employees’ efek terhadap kinerja pada penelitian saat ini
Performance at karyawan dengan adanya menggunakan variabel
Agilitty keterlibatan komitmen intervening.
International Ltd., manajemen puncak,
Semarang Branch prosedur dan peraturan
sebagai sub variabel dari
xxxvii
Perbedaan dengan
No. Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian
Penelitian Terdahulu
budaya kesehatan dan
keselamatan.
10 R. Wiwi The Effect of Penelitian ini menghasilkan Pada penelitian terdahulu
Widarsih, Organizational temuan yang menyatakan tidak menggunakan
Madhakomala Culture, bahwa ada efek positif variabel intervening
, Yetty Personality, and antara budaya organisasi sedangkan pada
Supriyati Job Satisfaction dengan kinerja. Jadi dapat penelitian saat ini
(2018) Toward disimpulkan bahwa adanya menggunakan variabel
Employees peningkatan budaya intervening.
Performance In organisasi akan
Directorate menyebabkan peningkatan
General Of kinerja.
Industrial
Resilience And
International
Access
Development
11 Hasan Pengaruh Budaya Hasil penelitian Pada penelitian terdahulu
Marzuki, R. Keselamatan menunjukkan bahwa menggunakan analysis
Andi Sularso, Kerja, budaya keselamatan SEM AMOS dan tempat
Murdijanto Kepemimpinan memiliki dampak signifikan penelitian pada
Purbangkoro dan Motivasi terhadap kepuasan kerja, perusahaan minyak dan
(2018) Terhadap namun tidak berpengaruh gas bumi sedangkan pada
Kepuasan kerja signifikan terhadap kinerja penelitian saat ini
dan Kinerja karyawan. menggunakan path
Karyawan Pada analysis dan tempat
Perusahaan penelitian pada rumah
Minyak dan Gas sakit.
Bumi “X” Di
Provinsi
Kalimantan Timur.
12 Dwi Antoro Pengaruh Hasil penelitian Pada penelitian terdahulu
(2014) Kepemimpinan, menunjukkan adanya populasi yang diambil
Budaya pengaruh hubungan antara adalah dosen PIP
Organisasi, dan komitmen manajemen sedangkan penelitian saat
Komitmen puncak terhadap kinerja ini adalah perawat di RS.
Manajemen dosen.
Puncak terhadap
Transferknowledg
e dan Dampaknya
Terhadap Kinerja
Dosen.
13 Agustina Budaya Hasil penelitian ini Pada penelitian terdahulu
Pujilestari, Keselamatan Paien menyatakan bahwa perawat tidak menggunakan
Alimin di Instalasi Rawat dengan budaya keselamatan variabel intervening
Maidin, Rini Inap RSUP DR. yang tinggi memiliki sedangkan pada
Anggraeni Wahidin pelaksanaan pelayanan penelitian saat ini
(2014) Sudirohusodo yang baik, sehingga mampu menggunakan variabel
Kota Makassar. meningkatkan kinerja intervening
perawat.
xxxviii
Perbedaan dengan
No. Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian
Penelitian Terdahulu
14 Bambang Pengaruh Hasil penelitian ini Pada penelitian terdahulu
Satrio Komitmen menunjukkan bahwa mengambil populasi
Nugroho Manajemen Pada komitmen manajemen karyawan dan mahasiswa
(2016) Kualitas Pelayanan terhadap kinerja pelayanan STMIK sedangkan pada
terhadap Kepuasan memilki efek yang positif. penelitian saat ini
kerja Karyawan mengambil perawat di
dan Kinerja RS.
Pelayanan Dengan
Efektivitas
Keterlibatan
Karyawan Sebagai
Pemediasi
15 Seth Gyekye, Workplace safety Hasil penelitian ini Pada penelitian terdahulu
Simo perceptions and menyatakan adanya tidak menggunakan
Salminen perceived hubungan yang positif variabel intervening
(2007) organizational antara persepsi dukungan sedangkan pada
support: Do organisasi dan iklim penelitian saat ini
supportive kesealamatan dan menggunakan variabel
perceptions keamanan. Dapat intervening.
influence safety disimpulkan bahwa pekerja
perceptions? yang merasakan persepsi
dukungan organisasi akan
memiliki persepsi yang
positif terhadap iklim
keselamatan
16 Sahala M. Peran Komitmen Hasil menunjukkan bahwa Pada penelitian terdahulu
Lumbanraja, Organisasi Untuk komitmen organisasi PT. hanya menggunakan 2
Rr. Arum Puni Meningkatkan GMF untuk meningkatkan variabel dan dilakukan
Rijanti (2014) Budaya budaya keselamatan adalah pada PT sedangkan pada
Keselamatan lebih baik dan cepat penelitian saat ini
dibandingkan komitmen menggunakan 4 variabel
organisasi BATAN. dan dilakukan di RS.
17 Inung Pratiwi, Komitmen Afektif Hasil menunjukkan bahwa Pada penelitian terdahulu
Rusdi Akbar Manajemen, Tekanan institusional menggunakan metode
(2018) Implementasi mampu memengaruhi campuran yang
Sistem komitmen afektif mengkombinasikan
Pengukuran manajemen, namun analisis data kuantitatif
Kinerja, manajemen sulit dan kualitatif. Sedangkan
Akuntabilitas, dan berkomitmen terhadap SPK pada penelitian saat ini
Kinerja Organisasi dan akuntabilitas yang ada hanya menggunakan
Publik dalam berdasarkan aturan dan analisis data kuantitatif.
Perspektif Teori standar baku yang telah
Institusional dan ditetapkan. Hal ini
Teori Strukturasi disebabkan masih
banyaknya anggapan terkait
sistem pengukuran kinerja
dan sistem akuntabilitas
yang ada masih belum
cukup baik dan tidak dapat
mengukur kinerja
xxxix
Perbedaan dengan
No. Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian
Penelitian Terdahulu
organisasi yang
sesungguhnya.
18 Navideh Perceived
Robaee, organizational
Foroozan
support and
Atashzadeh-
Shoorideh, et moral distress
al (2018) among nurses
C. Kerangka Teori
Berdasarkan teori yang telah diuraikan maka penelitian ini dapat dibuatkan
konsep penelitian yang menghubungkan variabel-variabel yang ada dalam
penelitian ini.
Persepsi dukungan organisasi adalah keyakinan karyawan kepada organisasi
tepat dimana mereka bekerja, dimana keyakinan ini dapat mendorong persepsi
karyawan mengenai sejauh mana organisasi menghargai kontribusi karyawan dan
peduli terhadap kesejahteraan karyawan (Eisenberger et al, 1986). Dimensi
persepsi dukungan organisasi dijabarkan menjadai tiga yaitu (Rhoades dan
Eisenberger, 2002): Keadilan prosedural, dukungan atasan, dan penghargaan
organisasi dan kondisi pekerjaan.
Komitemen manajemen merupakan bentuk tanggung jawab manajemen
perusahaan untuk menetapkan sasaran objek yang strategis dan sasaran mutu
sehingga manajemen harus memiliki komitmen dalam penerapannya (Iso 9000).
Menurut Mathis dan Jackson (2002) dalam Irawati et al (2018) menyatakan
bahwa organisasi memiliki tanggung jawab dalam keselamatan dan kesehatan
karyawan dimana pimpinan dan para manajer bertugas mengkoordinasikannya.
Dimensi yang digunakan dalam penelitian ini ada tiga dimensi yang terkait
komitmen manajemen (Herscovith dan Meyer, 2002) yaitu: komitmen afektif,
komitmen kontinyu dan komitmen normatif. Budaya keselamatan diperlukan oleh
organisasi dalam mencapai tujuan organisasi.
Budaya keselamatan merupakan kombinasi dari sikap, nilai, keyakinan,
norma dan persepsi dari para pekerja dalam sebuah organisasi (Clarke, 2000).
Budaya keselamatan kerja banyak dikembangkan di berbagai industry salah
satunya kesehatan. budaya keselamatan pasien adalah hal yang penting karena
xl
dengan membangun budaya keselamatan pasien maka dapat membangun program
keselamatan pasien secara keseluruhan (Fleming, 2006). Dimensi budaya
keselamatan terdiri dari empat dimensi (Reiling, 2006) yaitu: budaya keterbukaan,
budaya pelaporan, budaya keadilan, budaya pembelajaran.
Kinerja adalah hasil dari suatu pekerjaan yang terkait dengan tujuan dari
organisasi seperti kualitas, efisiensi, dan kriteria efektivitas kerja lainnya (Gibson,
2003). Kinerja perawat merupakan aktivitas perawat dalam menjalankan
wewenang, tugas dan tanggungjawabnya dalam mencapai target atau tujuan
(Faizin dan Winarsih, 2008). Dimensi kinerja dibagi menjadi empat (Edison et al,
2016) yaitu target, kualitas, ketepatan waktu, taat. Kerangka konsep dari
penelitian ini dapat dilihat pada gambar 2.2 dibawah ini :
xli
Universitas Esa Unggul
35
Universitas Esa Unggul
Persepsi Dukungan
Organisasi (X1)
(Eisenberger et al,
1986)
Dimensi Persepsi dukungan H4
organisasi menggunakan
Rhoades dan Eisenberger
(2002) terdiri dari :
- Keadilan prosedural H2
- Dukungan atasan
- Penghargaan
organisasi dan
kondisi pekerjaan
Konsep Kinerja
Budaya Keselamatan (Y)
(X3) (Clarke, 2000) H6 (Edison, 2016)
Dimensi Budaya Keselamatan (Reilling, Dimensi Kinerja
2006) Edison et al, 2016
- Budaya keterbukaan, yaitu:
- Budaya pelaporan - Target
- Budaya keadilan - Kualitas
- Budaya pembelajaran - Ketepatan
waktu
Konsep Komitmen - Taat
Manajemen
(X2) (Mathis dan Jackson,
2002) H3
Dimensi Komitmen H5
manajemen menggunakan
Herscovith dan Meyer
(2002): H1
- Komitmen afektif
- Komitmen
continyu
- Komitmen
normatif
36
Universitas Esa Unggul
37
Universitas Esa Unggul
38
Universitas Esa Unggul
E. Hipotesis Peneltian
H1 : Terdapat pengaruh signifikan secara bersama-sama antara persepsi
dukungan organisasi dan komitmen manajemen terhadap kinerja perawat
di RS Mekar Sari dengan budaya keselamatan sebagai variabel
intervening.
H2 : Terdapat pengaruh signifikan persepsi dukungan organisasi terhadap
budaya keselamatan di RS Mekar Sari.
H3 : Terdapat pengaruh signifikan komitmen manajemen terhadap budaya
keselamatan di RS Mekar Sari.
H4 : Terdapat pengaruh signifikan persepsi dukungan organisasi terhadap
kinerja perawat di RS Mekar Sari.
39
Universitas Esa Unggul
B. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif deskriptif
asosiatif. Dikatakan kuantitatif karena penelitian ini melakukan pendekatan
yang digunakan didalam penelitian, proses, hipotesis, turun ke lapangan,
analisa data dan kesimpulan data sampai dengan penulisannya menggunakan
aspek pengukuran, perhitungan, rumus dan kepastian data numerik. Sedangkan
penelitian deskriptif ini memiliki tujuan untuk menggambarkan fakta-fakta dan
sifat-sifat suatu populasi atau daerah tertentu secara sistematik. Dan penelitian
asosiatif bermaksud menjelaskan hubungan kausal dan pengaruh antara
variabel-variabel melalui pengujian hipotesis (Sugiyono, 2018).
Variabel bebas adalah persepsi dukungan organisasi (X1) dan komitmen
manajemen (X2) dan variabel terikat nya adalah Kinerja (Y) sedangkan
variabel interveningnya adalah budaya keselamatan (Z). Penelitian ini
menggunakan metode survey melalui pengambilan data yang dilakukan secara
pemberian kuesioner secara lansgung disertai dengan wawancara responden
secara terbatas.
40
Universitas Esa Unggul
Persepsi Dukungan H4
Organisasi
H2
(X1)
H6 Kinerja
Budaya Keselamatan
(Y)
(Z)
Konsep Komitmen H3
Manajemen
(X2)
H5
H1
41
Universitas Esa Unggul
Teknik pengumpulan data adala salah satu unsur yang penting dalam
sebuah penelitian. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan bahan-bahan yang
relevan dan akurat dalam mendapatkan hasil yang memuaskan dalam
penelitian. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah melihat data-
data yang diisi oleh subjek penelitian untuk mengetahui kemandirian subjek
(Sugiyono, 2018).
Kuisioner penelitian terdiri dari beberapa pertanyaan yang terbagi dalam
empat variabel, yaitu persepsi dukungan organisasi, komitmen manajemen,
budaya keselamatan dan kinerja. Dengan mengajukan pertanyaan tertutup dan
pilihan jawaban untuk disampaikan kepada sampel penelitian dengan skala
interval. Jenis skala interval yang digunakan pada penelitian ini adalah skala
Likert, yaitu skala yang menunjukkan seberapa kuat tingkat setuju atau tidak
setuju terhadap suatu pertanyaan. Skala Likert juga digunakan untuk mengukur
sikap, persepsi, pendapatan seseorang atau kelompok orang tentang fenomena
sosial. Alasan penelii menggunakan skala Likert karena skala ini lebih mudah
diisi oleh responden dan lebih menarik (Sugiyono, 2018). Jawaban atas item
pertanyaan memiliki gradasi dari setuju sampai tidak setuju dengan skor 1
sampai 5:
Tabel 3.1 Skala Interval (Likert)
No Kriteria Skor
1 Sangat Setuju 5
2 Setuju 4
3 Kurang Setuju 3
4 Tidak Setuju 2
5 Sangat Tidak Setuju 1
E. Variabel Penelitian
1. Instrumen Variabel
Definisi variabel penelitian menurut Sugiyono (2019) adalah suatu
atribut atau sifat atau ilia dari objek atau kegiatan yang memiliki variasi
tertentu yang telah ditetaokan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
42
Universitas Esa Unggul
43
Universitas Esa Unggul
a. Kinerja
Tabel 3.2 Operasionalisasi Kinerja
Definisi Definisi
Dimensi Indikator Pengukuran Skala
Konseptual Operasional
Hasil kerja Suatu ukuran 1. Target 1. Target 5 = SS Skala
dilihat dari pencapaian 2. Kualitas; 2. Kualitas 4=S Likert
kualitas dan target 3. Ketepata 3. Ketepatan 3 = KS
kuantitas yang melengkapi n waktu waktu; 2 = TS
dicapai oleh kekosongan 4. Taat asas; 4. Taat asas; 1 = STS
seorang dokumen dan
karyawan pelaporan.
dalam
melaksanakan
tugasnya
sesuai dengan
tanggung
jawab yang
sudah
diberikan
44
Universitas Esa Unggul
c. Komitmen Manajemen
Tabel 3.4 Operasionalisasi Komitmen Manajemen
Definisi Definisi Dimensi Indikator Pengukuran Skala
Konseptual Operasional
Komitmen Persepsi 1. Komitmen 1. Komitmen 5 = SS Skala
manajemen perawat afektif afektif 4=S Likert
didefinisika tentang 2. Komitmen 2. Komitmen 3 = KS
n sebagai manajemen Kontinyu Kontinyu 2 = TS
suatu terkait upaya 3. Komitmen 3. Komitmen 1 = STS
keterlibatan manajemen normatif normatif
dalam mencapai
mempertaha tujuan
nkan organisasi
perilaku bersama
yang karyawan.
45
Universitas Esa Unggul
membantu
orang lain
dalam
mencapai
tujuan
d. Budaya Keselamatan
Tabel 3.5 Operasionalisasi Budaya Keselamatan
Definisi Definisi Dimensi Indikator Pengukuran Skala
Konseptual Operasional
Kombinasi Persepsi 1. Keterbukaa 1. Keterbu 5 = SS Skala
dari sikap- perawat n; kaan; 4=S Likert
sikap, nilai- tentang 2. Pelaporan; 2. Pelapor 3 = KS
nilai, kebiasaan 3. Keadilan; an; 2 = TS
keyakinan- dalam Pembelajaran 3. Keadila 1 = STS
keyakinan, bekerja ; n;
norma-norma terkait Pembelaj
dan persepsi keselamatan ara;
dari para pasien yang
pekerja diturunkan
dalam sebuah dari
organisasi, organsasi
yang
memiliki
keterkaitan
secara
bersama
terhadap
keselamatan,
perilaku
46
Universitas Esa Unggul
selamat, dan
penerapannya
secara praktis
dalam proses
produksi
47
Universitas Esa Unggul
Keterangan
rxy : koefisien korelasi
N : jumlah responden uji coba
X : skor tiap item
Y : skor seluruh item responden uji coba untuk menginterpretasikan
tingkat validitas
Variabel yang akan diukur adalah persepsi dukungan organisasi (X1) dan
konsep komitmen manajemen (X2) sebagai variabel bebas, kinerja (Z) sebagai
variabel terikat dan budaya keselamatan (Y) sebagai variabel intervening, dengan
kriteria keputusan:
Jika r hitung > r tabel, maka butir soal yang diuji dinyatakan valid
Jika r hitung < r tabel, maka butir soal yang diuji dinyatakan tidak valid
2. Uji Reliabilitas
Uji Reliabilitas digunakan untuk mengetahui sejauh mana hasil
pengukuran tetap konsisten apabila dilakukan dua kali atau lebih terhadap
gejala yang sama dengan menggunakan alat ukur yang sama. Suatu
kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap
pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu (Ghozali,
2013). Salah satu ukuran reliabilitas yang digunakan ialah koefisien Alpha
Cronbach. Cara pengukurannya ialah seluruh item pertanyaan yang telah
valid dimasukkan dan diukur koefisien Alpha Cronbach-nya. Metode uji
reliabilitas yang sering digunakan adalah Cronbach’s Alpha.
Tabel 3.6 Tingkat Hubungan Reliabilitas
Alpha Tingkat Reliabilitas
0,00 s/d 0,20 Kurang Reliabel
0,20 s/d 0,40 Agak Reliabel
0,40 s/d 0,60 Cukup Reliabel
0,60 s/d 0,80 Reliabel
0,80 s/d 1,00 Sangat Reliabel
Sumber : Priyatno (2013)
Menurut Priyatno (2013), alat ukur dapat dikatakan reliabel jika nilai
reliabilitas > 0,60, dimana 0,60 adalah standarisasi nilai reliabilitas.
48
Universitas Esa Unggul
Keterangan:
F1 adalah Frekuensi responden yang menjawab 1
F2 adalah Frekuensi responden yang menjawab 2
F3 adalah Frekuensi responden yang menjawab 3
F4 adalah Frekuensi responden yang menjawab 4
F5 adalah Frekuensi responden yang menjawab 5
49
Universitas Esa Unggul
50
Universitas Esa Unggul
51
Universitas Esa Unggul
Persepsi Dukungan
Organisasi
H4
H2
H6
Budaya Keselamatan Konsep Kinerja
Konsep H3
Komitmen H6
H5
Manajemen
H1
53
Universitas Esa Unggul
54
Universitas Esa Unggul
I. Hipotesis Statistika
Hipotesis yang dinyatakan dalam bentuk simbol atau lambang parameter
statistik disebut hipotesis statistik. Hipotesis ini menggambarkan pernyataan
tentang karakteristik populasi yang merupakan jawaban sementara atas
pertanyaan penelitian. Simbol yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Hipotesis nol (H0) adalah hipotesis yang menyatakan tidak adanya
pengaruh antara variabel independen (X) dan variabel dependen (Y).
2. Hipotesis kerja (H1) adalah hipotesis yang menyatakan adanya pengaruh
antara variabel independen (X) dan variabel dependen (Y).
Berdasarkan uraian di atas, disusunlah hipotesis statistik sebagai berikut:
a. Ada pengaruh positif secara bersama-sama persepsi dukungan organisasi
dan konsep komitmen manajemen terhadap kinerja dengan budaya
keselamatan sebagai variabel intervening.
H0 : ß1 < 0
H1 : ß1 > 0
b. Ada pengaruh positif persepsi dukungan organisasi terhadap budaya
keselamatan.
H0 : ß1 < 0
H1 : ß1 > 0
c. Ada pengaruh positif konsep komitmen manajemen terhadap budaya
keselamatan.
H0 : ß1 < 0
H1 : ß1 > 0
d. Ada pengaruh positif persepsi dukungan organisasi terhadap konsep kinerja.
H0 : ß1 < 0
H1 : ß1 > 0
e. Ada pengaruh positif konsep komitmen manajemen terhadap konsep
kinerja.
H0 : ß1 < 0
55
Universitas Esa Unggul
H1 : ß1 > 0
f. Ada pengaruh positif budaya keselamatan terhadap konsep kinerja.
H0 : ß1 < 0
H1 : ß1 > 0
56
Universitas Esa Unggul
DAFTAR PUSTAKA
Persada.
Yarnita Y, Maswarni. (2019). Budaya Keselamatan Pasien pada Perawat di
Instalasi Perawatan Intensive RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau.
Jurnal Keperawatan Prior. 2(2):109–19.
Zurnali, C. (2018). Knowledge Worker: Kerangka Riset Manajemen Sumber
Daya Manusia Masa Depan. Bandung: Penerbit Unpad Press.
Universitas Esa Unggul
Dengan hormat,
NIM : 20190309184
Peneliti
DATA DEMOGRAFI
Kode
Responden
Tanggal
Petunjuk pengisian: Berilah tanda (√) pada kotak yang tersedia dibawah
ini sesuai jawaban anda.
NAMA
< 25 tahun
25 - 30 tahun
UMUR 31 - 35 tahun
36 - 40 tahun
> 40 tahun
Laki-laki
JENIS KELAMIN
Perempuan
SMA/SEDERAJAT
D III
KEPERAWATAN
PENDIDIKAN
TERAKHIR S1 KEPERAWATAN
Ners
S2 KEPERAWATAN
STATUS Menikah
PERKAWINAN Belum Menikah
< 1 tahun
1 - 2 tahun
5 - 10 tahun
> 10 tahun
Universitas Esa Unggul
2. Beri tanda centang (√) pada jawaban yang tersedia sesuai dengan
keadaan yang sebenarnya dirasakan, dengan alternatif jawaban sebagai
berikut:
Jawaban
No Persepsi Dukungan Organisasi
SS S KS TS STS
Saya diberi kepercayaan untuk menyelesaikan
5 pekerjaan
6 Organisasi menghargai pendapat saya
organisasi memberikan pelatihan untuk
7 memudahkan dalam menyelesaikan tugas
Saya akan dipertahankan oleh organisasi sampai
8 masa yang akan datang
9 Organisasi menghargai pendapat saya
B. KOMITEMEN MANAJEMEN
Jawaban
No Komitmen Manajemen
SS S KS TS STS
Komitmen afektif
Saya membanggakan organisasi kepada orang
1 lain
Saya merasa bahwa setiap masalah dihadapi
2 oleh organisasi adalah masalah saya
Saya merasa sudah menjadi bagian dari
3 keluarga
Saya merasa terikat secara emosional dengan
4 organisasi
Saya mempunyai rasa memiliki yang kuat
5 terhadap organisasi ini
Komitmen kontinyu
Saya khawatir terhadap apa yang mungkin
6 terjadi pada diri saya jika saya berhenti dari
organisasi ini, tanpa memiliki pekerjaan lain
7
Akan merugikan bagi saya apabila saya
Universitas Esa Unggul
Jawaban
No Komitmen Manajemen
SS S KS TS STS
meninggalkan organisasi saat ini
Salah satu alasan saya melanjutkan bekerja
disini karena terlalu banyak pengorbanan jika
8 saya keluar. Organisasi lain mungkin tidak
meberi keuntungan yang sama seperti yang
saya peroleh di sini
Saya merasa bahwa saya memiliki sedikit
9 pilihan bila saya meninggalkan organisasi ini
Komitmen Normatif
C. BUDAYA KESELAMATAN
Jawaban
No Budaya Keselamatan
SS S KS TS STS
Komunikasi terbuka
Staff merasa bebas untuk berbicara jika staff
1 melihat suatu kejadian yang berpengaruh
negatif untuk pasien
Universitas Esa Unggul
Jawaban
No Budaya Keselamatan
SS S KS TS STS
Jawaban
No Budaya Keselamatan
SS S KS TS STS
D. KINERJA
Jawaban
No Kinerja
SS S KS TS STS
Jawaban
No Kinerja
SS S KS TS STS