Anda di halaman 1dari 8

UNIVERSITAS RESPATI INDONESIA (URINDO)

PROGRAM PASCASARJANA
Program Studi Magister Administrasi Rumah Sakit (Terakreditasi)
Jl. Bambu Apus I No. 3 Cipayung, Jakarta Timur (13890) Telp : 021 – 845 7627 (Hunting) Faks : 021 – 845 2049
Website : www.urindo.ac.id

SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER GENAP


PROGRAM STUDI MAGISTER ADMINISTRASI RUMAH SAKIT
TAHUN AKADEMIK 2021/2022
Hari/Tanggal : Jumat / 1 Juli 2022
Matakuliah : Aspek Hukum dan Etika RS
Kelas : XXXIII - A
Semester : III (Tiga)
Waktu : 100 Menit
Dosen : Fresley Hutapea, SH, MH, MARS

Sebuah Rumah Sakit kelas B disebuah ibukota Propinsi mengalami beberapa permasalahan
dibidang Pelayanan , Pendidikan,Tata kelola RS,Keuangan serta Sarana Prasana dan Alat
tidak tersedia serta bidang Keuangan sehingga memerlukan suatu penyelesaian dan
pemecahan masalah.Disamping hal itu RS kls B dimaksud mau membuka beberapa Klinik
Pratama sebagai jejaring pelayanan dibeberapa tempat

1. Pada waktu dilakukan Reviu kls RS terdapat beberapa indikator yang tidak terpenuhi
antara lain Kekurangan SDM dan Tidak memenuhi ASPAK terutama bidang
Sarana,Prasarana dan alat kesehatan sehingga terancam turun kelas RS pada hal
disisi lain RS akan segera mengikuti Akreditasi dan proses perpanjangan izin RS.

2. Sistem Pelayanan tidak berjalan efektif dimana Pelayanan belum teratur dimana
kehadiran dokter tidak tepat waktu, jam praktek pemberian pelayanan tidak sesuai
waktu yg ditentukan akibatnya terdapat antrian yang cukup panjang dalam
pelayanan poliklinik rawat jalan, Visite ke Rawat Inap tidak teratur sehingga timbul
komplain termasuk adanya komplain tentang dugaan Malpraktek dan Maladministrasi
dalam pelayanan Kesehatan

3. Tata Kelola RS selama ini tidak jelas , baik menyangkut Good Corporate Governance
maupun Good Clinical Governance tidak jelas pelaksanaan Credential maupun
Clininical Appointment bagi setiap dokter yang berpraktek Disamping hal itu tidak jelas
pendelegasian tugas dari dokter kepada perawat dan nakes lainnya
.
4. Organisasi RS tdk jelas dimana struktur kurang sesuai dengan aturan RS,
pembagian tugas tidak jelas dan belum dibentuk Dewas sehingga dipandang perlu
ada penataan organisasi sesuai ketentuan yang berlaku
.
5. Masalah di bidang keuangan terdapat tagihan ke BPJS yang belum dibayar dan masih
banyak klaim ke BPJS yg belum diverifikasi karena ketidak lengkapan Rekam
Medis sehinga pembayaran jasa dokter terlambat 3 bulan tanpa penjelasan dari
Direksi

I. ANALISIS KASUS RUMAH SAKIT

1. Apabila Saudara diangkat sebagai Direktur RS dimaksud dengan pendidikan yang


Saudara peroleh sebagai MARS langkah-langkah apa yang Saudara lakukan ?
Tentukan prioritas masalah yang dilaksanakan dengan analisis yang dapat
dipertanggung jawabkan ? Tentukan mana yang lebih dahulu dilaksanakan?
Jelaskan alasan alasannya
UNIVERSITAS RESPATI INDONESIA (URINDO)
PROGRAM PASCASARJANA
Program Studi Magister Administrasi Rumah Sakit (Terakreditasi)
Jl. Bambu Apus I No. 3 Cipayung, Jakarta Timur (13890) Telp : 021 – 845 7627 (Hunting) Faks : 021 – 845 2049
Website : www.urindo.ac.id

2. Bagaimana Saudara melakukan pembenahan dibidang Tata kelola Pelayanan, ,SPA


dan Keuangan dan juga masalah dalam rangka pengembangan pelayanan di
Klinik Pratama serta penanganan Malpraktek,Maladministrasi dan upaya apa
supaya dapat mengikuti akreditasi . Uraikan pembenahan tiap-tiap bidang secara
jelas dan lengkap sesuai kasus dimaksud

3. Konsepkan HBL ( Corporate Bylaws dan MBSL), untuk Rumah Sakit tersebut
secara lengkap sesuai kebutuhan dalam pembenahan RS dengan tahapan
penyusunannya dan pelaksanaannya termasuk Kebijakan,Pedoman dan SOP yg
harus dibuat mengatasi semua masalah di RS. Uraikan Kebijakan,Pedoman,SOP
dimaksud.

II MATERI UMUM.

1. Kewajiban setiap tenaga kesehatan harus merahasiakan semua informasi dalam


pelayanan kesehatan
a. Bagaimana tanggapan saudara terhadap masalah keterbukaan informasi
dikaitkan kerahasiaan medis dalam penanganan Covid 19 sekarang ini
b. Bagaimana tanggungjawab petugas RS dalam hal ini terutama bila timbul
komplain atau masalah keterbukaan informasi ? Jelaskan pula tanggungjawab
Direksi ,Komite Medik dan KSM dalam penanganan dimaksud Uraikan.

2. Kelengkapan APD dalam pelayanan Kesehatan harus dipenuhi setiap RS terhadapan


petugas RS
a. Bagaimana tanggungjawab hukum RS terhadap ketidak lengkapan APD dalam
pelayanan di Rumah sangat berdampak pada pasien dan nakes Jelaskan
b. Uraikan pula hal hal apa yg harus dilakukan Direksi RS dalam hal ini Jelaskan

3. Setiap Rumah Sakit dilindungi hukum sesuai aturan yang berlaku dalam
penyelengaraan pelayanan Kesehatan
a. Bila adanya pihak keluarga yang melakukan tindakan sepihak tidak memenuhi
SOP yang berlaku dalam penanganan pasien.Bagaimana pandangan Saudara
b. Langkah langkah apa saja yang harus dilakukan Pimpinan Rumah sakit dalam
rangka mengantisipasi kondisi ini dan bagaimana mengatasi permasalahan ini.
c. Bagaimana tanggung jawab Rumah sakit bila melakukan pelayanan tidak sesuai
standar pelayanan yang berlaku terutama dalam penanganan covid 19 ?

4. Dalam managemen modern sekarang ini sangat penting dilaksanakan dengan


menerapkan Rekam medis elektronik
a. Bagaimana kita memastikan bahwa pelaksanaan Rekam Medik Eelektronik
sah dan dapat dipertahan secara Hukum ? jelakskan
b. Bagaimana implementasi Rekam Medis Elektronik di Rumah sakit dan
jelaskan aspek Hukumnya
c. Bandingkan pelaksanaan Rekam medis Elektronik dengan Telemedicine di
Rumah sakit

5. Dalam setiap pelaksanaan pelayanan Kesehatan perlu diperhatikan dan dilaksanakan


protokol Persetujuan Tindakan pelayanan secara baik dan benar
a. Apa tujuan ,fungsi dan manfaat dari General consent dalam pelaksanaan
pelayanan Kesehatan di Rumah sakit
b. Bagaimana pelaksanaan Informed Consent di Indonesia sesuai Manual
Persetujuan Tindakan Kedokteran dengan prinsip Deklarasi Lisbon
UNIVERSITAS RESPATI INDONESIA (URINDO)
PROGRAM PASCASARJANA
Program Studi Magister Administrasi Rumah Sakit (Terakreditasi)
Jl. Bambu Apus I No. 3 Cipayung, Jakarta Timur (13890) Telp : 021 – 845 7627 (Hunting) Faks : 021 – 845 2049
Website : www.urindo.ac.id

c. Apa pendapat sdr tentang pengaturan larangan tentang perekaman di RS ?


Jelaskan dengan dasar hukumnya

6. Setiap sengketa medis memerlukan penanganan dan penyelesaian yang dilakukan


secara cermat dan tepat
a. Jelaskan perbedaan logika pasien dengan logika medis terhadap suatu kasus
sengketa medis yang terjadi di RS.Uraikan apa yang harus dilakukan Direksi RS
untuk mengatasi kondisi hal itu
b. Upaya apa yg harus kita lakukan untuk meminimalisasi masalah sengketa medis di
RS . Jelaskan .
c. Jelaskan hal hal apa saja yang menimbulkan kasus sengketa atau menimbukan
complain atas pelayanan di RS .Uraikan

7. Penanganan atas pelanggaran Etik dan Hukum di RS sangat penting dan merupakan
masalah yang paling pelik dan paling berat penangannya
a. Bagaimana pengaturan Etika dan Hukum di RS ? Sejauh mana manfaatnya bagi
Direksi dalam pelaksanaan Etika dan Hukum di RS . Uraikan alasan dan
pertimbangan saudara.
b. Bagaimana tanggapan saudara peranan Etik dan Hukum dalam praktek pelayanan
kesehatan yang diduga adanya Euthanasia pasif di rumah sakit ? Bagaimana
pelaksanaan hal itu di Indonesia ..
c. Bagaimana peranan Komite Etik dan Hukum di RS

8. Penerapan Etika Bisnis di Rumah Sakit sangat penting dalam rangka Managemen
modern sekarang ini
a. Uraikan penerapan Etika Adminstrasi dan Etika Pelayanan di RS
 Penerapan Etika Adminstrasi di RS
1. Kepemimpinan dan manajemen
Fungsi manajemen antara lain mencakup menentukan kegiatan objektif,
menentukan arah dan memberi pedoman pada organisasi. Seorang pemimpin
atau direktur rumah sakit tidak berperilaku diskriminasi. Berdasarkan hal
tersebut, direktur rumah sakit tidak membeda-bedakan setiap petugas, dokter
maupun pasien yang datang berobat. Yang dimaksud tidak membedakan
antar petugas adalah direktur telah menerapkan standar-standar yang harus
diikuti oleh seluruh petugas tetapi Ia juga mengikuti standar tersebut. Apabila
ada pelanggaran maka akan diberikan sanksi yang juga telah disepakati
dalam manajemen dan diinformasikan kepada seluruh petugas.
Sedangkan untuk pasien adalah rumah sakit tidak menolak pasien yang
ingin berobat dan berupaya meberikan pelayanan kesehatan yang sama
baiknya pada setiap pasien. Begitu pula dengan dokter yang berpraktik
dirumah sakit, yang diterima berdasarkan kredensial dari komite medis rumah
sakit. Sehingga dokter-dokter yang berpraktik adalah dokter yang memiliki
kompetensi yang sesuai dengan kebutuhanruma sakit, untuk menjamin
pelayanan yang baik bagi pasien.

2. Privasi
Etika administratif yang berikutnya adalah tentang privasi. Privasi
menyangkut hal-hal rahasia tentang pasien, seperti rahasia pribadi, kelainan
atau penyakit yang diderita, keadaan keuangan dan terjaminnya pasien dari
gangguan terhadap kesendirian yang menjadi haknya.
Rumah sakit harus menjamin privasi setiap pasien salah satunya melalui
kerahasiaan rekam medis pasien. Rekam medis pasien yang dirawat inap
maupun pasien rawat jalan melalui sistem Vesalius dan hanya dapat diakses
UNIVERSITAS RESPATI INDONESIA (URINDO)
PROGRAM PASCASARJANA
Program Studi Magister Administrasi Rumah Sakit (Terakreditasi)
Jl. Bambu Apus I No. 3 Cipayung, Jakarta Timur (13890) Telp : 021 – 845 7627 (Hunting) Faks : 021 – 845 2049
Website : www.urindo.ac.id

oleh dokter yang merawat, perawat dan petugas yang terkait langsung dalam
proses perawatan pasien dengan password pribadi. Rekam medis pasien
yang dijaga kerahasiaannya tidak hanya tentang masalah kesehatan saja
tetapi juga mengenai identifikasi pasien. Untuk itu, setiap rumah sakit
membatasi petugas-petugas yang dapat akses ke rekam medis pasien.
Apabila ada petugas lain yang ingin mengetahui mengenai rekam medis
pasien yang dirawat harus mengikuti prosedur yang telah ditetapkan oleh
rumah sakit mengenai pelepasan informasi medis.
Terkait dengan penyakit yang diderita oleh pasien, juga sepenuhnya
adalah hak pasien untuk memberitahukan ataupun tidak memberitahukan
kondisinya kepada keluarga. Hal ini dikarenakan isi rekam medis adalah milik
pasien. Apabila ada keluarga pasien yang ingin meminta informasi terkait
kondisi pasien, maka rumah sakit memberlakukan adanya surat pernyataan
dari pasien atau yang mewakili untuk keluarga sebagai bentuk persetujuan
untuk menginformasikan atau tidak menginformasikan kondisinya kepada
keluarga atau pihak-pihak yang meminta. Rumah sakit juga menjamin privasi
pasien apabila pasien tidak menginginkan adanya kunjungan dari keluarga
atau orang lain, melalui surat pernyataan pasien yang dikeluarkan oleh rumah
sakit.

3. Informed consent
Masalah etika administratif terkait informed consent dapat terjadi, jika
tidak dilakukan sebagaimana seharusnya, yaitu persetujuan yang diberikan
oleh pasien kepada dokter untuk melakukan tindakan medis pada dirinya.
Saat ini rumah sakit telah memberlakukan beberapa informed
consent, yaitu informed consent persetujuan tindakan kedokteran, informed
consent penolakan tindakan kedokteran, informed consent pemberian
sedasi/anestesi, informed consentpemberian transfusi dan produk
darah, informed consent perawatan unit intensif, informed consenttindakan
mikrodermabrasi, informed consent tindakan orthodontis. Di dalam informed
consent tersebut, petugas (perawat atau dokter)  berkewajiban untuk
menjelaskan tindakan yang akan dilakukan, mencakup komplikasi dan
alternatif tindakan lainnya. Perawat atau dokter juga harus memastikan bahwa
pasien dan keluarga telah mengerti dengan penjelasan yang diberikan dengan
menandatangani formulir informed consent tersebut.
Pemberian informasi tersebut harus dalam cara yang mudah dipahami
oleh pasien dan/atau keluarga. Apabila pasien dan/atau keluarga belum
mengerti informasi yang diberikan, maka petugas harus menjelaskan lagi
informasi tersebut. Hal ini untuk mencegah munculnya tuntutan dari pasien
dan/keluarga apabila tindakan yang dilakukan tidak sesuai dengan yang
diharapkan. Memang saat ini tidak terjadi banyak masalah etika jika intervensi
medis berjalan aman sesuai dengan apa yang diharapkan semua pihak.
Tetapi dapat saja terjadi suatu tindakan invasif ringan yang rutin dikerjakan
sehari-hari dapat berakibat fatal bagi pasien. Untuk memastikan
bahwa informed consent telah dipahami oleh pasien/keluarga, rumah sakit
menggunakan formulir bukti edukasi pasien dan/atau keluarga sebagai media
untuk memastikan bahwa informasi telah sepenuhnya dimengerti oleh pasien
dan/atau keluarga.

4. Keuangan
Etika administratif berikutnya adalah berhubungan dengan faktor
keuangan. Dilema etika terkait keuangan adalah pasien yang tidak tepat
UNIVERSITAS RESPATI INDONESIA (URINDO)
PROGRAM PASCASARJANA
Program Studi Magister Administrasi Rumah Sakit (Terakreditasi)
Jl. Bambu Apus I No. 3 Cipayung, Jakarta Timur (13890) Telp : 021 – 845 7627 (Hunting) Faks : 021 – 845 2049
Website : www.urindo.ac.id

waktu melunasi biaya kesehatan yang dibebankan kepadanya atau dapat


dikatakan adalah pasien yang tidak mampu membayar biaya kesehatan.
Dalam hal pengobatan, rumah sakit tidak akan menghentikan pengobatan
pada pasien, tetapi akan mengganti obat yang dibutuhkan dengan khasiat
yang sama tetapi harga yang sesuai dengan kemampuan pasien. Apabila
pasien membutuhkan pelayanan kesehatan dalam kondisi keuangan yang
tidak memungkinkan, maka pasien harus memberikan surat keterangan tidak
mampu yang dikeluarkan dari RT/RW setempat dan membuat surat
pernyataan tidak sanggup bayar di atas materai dengan mencantumkan
tanggal kapan akan dilunasi.

5. Kesejahteraan petugas dan keselamatan kerja


Rumah sakit berkewajiban memberikan kesejahteraan kepada petugas
dan menjaga keselamatan kerja petugas. Dalam hal menyangkut
kesejahteraan kepada petugas adalah adanya penetapan upah/imbalan
materi yang memadai sesuai dengan prestasi yang diberikan oleh masing-
masing petugas kepada rumah sakit, pemberian berbagai jaminan, tunjangan
khusus sesuai dengan profesi yang dimilikinya dan tugas pekerjaannya.
Selain itu, Departemen Sumber Daya Manusia rumah sakit juga memberikan
kesempatan bagi para petugas untuk memperoleh kemajuan, dapat berupa
pelatihan-pelatihan, seminar.
Dalam hal keselamatan kerja petugas, rumah sakit berupaya melindungi
keselamatan petugas karena seperti yang diketahui bahwa di rumah sakit
banyak faktor-faktor yang membahayakan, baik itu berupa faktor mekanik
yang dapat menimbulkan kecelakaan pada petugas, faktor-faktor biologik,
fisik, kimia yang dapat mengancam kesehatan petugas. Berdasarkan hal
tersebut rmah sakit telah menyediakan Alat Pelindung Diri (APD) sesuai
dengan tugas pekerjaannya sehingga petugas merasa aman ketika bekerja di
lingkungannya sebagai upaya dalam meningkatkan kesehatan kerja. Rumah
sakit melakukan pemeriksaan kesehatan berkala karyawan yang dalam
pelaksanaannya Departemen Sumber Daya Manusia berkoordinasi dengan
Komite Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit.

6. Pemasaran dan pembinaan hubungan baik antar rumah sakit


Dalam melakukan pemasaran rumah sakit tidak boleh bertentangan dengan
etika yang ada. Hal ini karena dalam pelayanan kesehatan konsep
“pemasaran” (marketing) lebih berkonotasi negatif daripada positif, karena
menimbulkan pemikiran ke arah promosi periklanan dan penjualan. Untuk itu,
rumah sakit lebih mengutamakan komunikasi sebagai bentuk pemasaran yang
efektif. Komunikasi yang dimaksud adalah berupa penyuluhan kesehatan
yang bersifat informatif, edukatif bagi khalayak ramai umumnya dan pasien
khususnya. Pemberian penyuluhan kesehatan telah dilakukan roleh rumah
sakit di sekolah-sekolah, kelompok keagamaan, klub-klub kesehatan di
masyarakat, dengan melibatkan tokoh masyarakat, tokoh agama, sehingga
mampu memberikan informasi dan edukasi yang efektif bagi
pasien/konsumen.
Dalam hal pembinaan hubungan baik antar rumah sakit, rumah sakit berupaya
mencegah adanya persaingan yang tidak sehat dengan mengadakan kerja
sama dan koordinasi yang saling menguntungkan dalam hal pelayanan,
pemanfaatan bersama peralatan dan fasilitas, maupun sumber daya manusia,
pendidikan petugas. Hal ini dapat terlihat dari kerja sama yang telah dilakukan
oleh rumah sakit dalam proses rujukan ke beberapa rumah sakit terdekat.
7. Kesehatan lingkungan
Dalam melakukan kegiatan operasional rumah sakit banyak menggunakan
bahan-bahan berupa limbah yang dapat mencemari lingkungan, menimbulkan
UNIVERSITAS RESPATI INDONESIA (URINDO)
PROGRAM PASCASARJANA
Program Studi Magister Administrasi Rumah Sakit (Terakreditasi)
Jl. Bambu Apus I No. 3 Cipayung, Jakarta Timur (13890) Telp : 021 – 845 7627 (Hunting) Faks : 021 – 845 2049
Website : www.urindo.ac.id

gangguan, mengancam dan bahkan membahayakan kehidupan manusia.


Untuk menangani hal tersebut, rumah sakit berupaya dengan memisahkan
sampah medis dan non medis.  Setiap rumah sakit telah memiliki incinerator
untuk pemusnahan limbah medis padat.  Sedangkan untuk pengolahan limbah
cair, rumah sakit memiliki Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). Hasil dari
pengujian limbah tersevut akan dilakukan pemeriksaan laboratorium
lingkungan dan hasil analisa tersebut akan dilaporan dalam bentuk laporan
UKL/UPL ke direktur rumah sakit, Dinas Kesehatan Kota/Kabupaten, Badan
Lingkungan Hidup Kota/Kabupaten dan Badan Lingkungan Hidup Provinsi.

 Penerapan Etika Pelayanan di RS

Dampak konflik etik di rumah sakit akan menurunkan kualitas pelayanan


rumah sakit. Etika dan budaya di rumah sakit menekankan pada pasien harus
dilindungi keselamatannya dan karyawan juga harus dilindungi.  Fondasi layanan
kesehatan mesti memahami fenomenologi pasien dalam etika kepedulian dari
perspektif pasien dan etika layanan dari perawat.  Selain itu, etika kepemimpinan
untuk penegakan ulang perilaku etik. 
Kode perilaku etik rumah sakit diantaranya etika bisnis, patuh hukum,
kredensialitas, konflik dan kepentingan ganda, perlindungan aset, aktivitas pokok
dan relasinya.  Hal ini perlu menyeimbangkan moral pada setiap kemajuan
teknologi, pilar ilmu kedokteran dan ilmu hayati lainnya, serta profesi kedokteran. 
Apakah boleh mengorbankan budaya melayani? Tentunya tidak, karena
adanya moral justification dari layanan rumah sakit.
Budaya melayani harus sampai pada moralitas.  Cara praktek akan
menumbuhkan budaya melayani dengan pengawasan terkendali, transparan,
dan atasan yang terlibat aktif secara terus-menerus.  Budaya melayani dan
kematangan dari seluruh civitas hospitalia akan menumbuhkan etika.

b. Jelaskan pandangan saudara tentang pengaturan Etika Bisnis dalam praktek


perumahsakitan di Indonesia
Pada dasarnya etika bisnis rumah sakit yang dipraktekkan saat ini
bersumber dari pandangan manajemen dan juga dari pandangan karyawan.
Etika bisnis yang dipraktekkan tersebut sesuai dnegan visi da misi rumah sakit.
Praktek etika bisnis di rumah sakit bukan lagi keharusan. Keharusan yang
ditetapkan pemilik. Keharusan yang diatur oleh Undang-undang dan
peraturan pemerintah. Namun lebih karena kebutuhan. Kebutuhan untuk
memenuhi pasar sasaran dengan fokus kepada kebutuhan pasien dan
keluarganya dengan sarana berupa pemasaran terintegrasi. Denga etika, orang
akan mampu ntuk bersikap kritis dan rasional dalam membentuk pndapatnya
sendiri dan bertindak sesuai dengan apa yang dapat dipertanggung jawabkan.
Etika dapat membantu manusia untuk membedakan antara tingkah laku atau
tidakan yang baik dan yang buruk. Dalam hal ini terdapat kebebasan manusia
untuk mengakui nrorma-norma yang diyakini sebagai kewajibannya.
Menurut saya saat ini rumah sakit telah berupaya penuh dalam
memberikan pelayanan sesuai dnegan etika bisnis yang ada serta sesuai
dengan visi misi an berlaku di rumah sakit. Namun, sangat di sayangkan karena
ada beberapa oknum yang menyalahgunakan hal tersebut sehingga citra rumah
sakit menjadi jelek dan membuat masyarakat enggan untuk berobat di rumah
sakit tersebut.
Untuk itu para pemimpin rumah sakit, dokter, perawat, dan semua orang
yang terlibat dalam kegiatan rumah sakit di hrapkan mampu menjaga nama baik
rumah sakit agar citra masyarakat yang menganggap pelayanan rumah sakit
buruk bisa berubah dan mendapat kepercayaan lagi dari masyarakat.
UNIVERSITAS RESPATI INDONESIA (URINDO)
PROGRAM PASCASARJANA
Program Studi Magister Administrasi Rumah Sakit (Terakreditasi)
Jl. Bambu Apus I No. 3 Cipayung, Jakarta Timur (13890) Telp : 021 – 845 7627 (Hunting) Faks : 021 – 845 2049
Website : www.urindo.ac.id

c. Jelaskan pendapat Sdr sejauhmana pentingnya Etika Bisnis RS dimasa yang


akan datang ? Uraian dan jelaskan pendapat saudara
Menurut saya etika bisnis sangat penting untuk jangka pendek maupun
jangka panjang dalam berbagai kegiatan di rumah sakit. Karena etika bisnis
rumah sakit diperlukan untuk dirumuskan sebagai pedoman bagi semua profesi
yang bekerja di dalamnya. Antara etika bisnis rumah sakit dan prinsip-prinsip
ekonomi tidak ada perbedaan mendasar. Pengembangan etika bisnis rumah
sakit dapat dipergunakan sebagai alat pencegahan kerugian ataupun munculnya
risiko dari tuntutan hukum masyarakat.
Etika bisnis rumah sakit masih perlu dikembangkan dengan berbagai
kegiatan dan perlu dikaji dalam kaitannya dengan etika profesional. Berbagai
kegiatan tersebut antara lain penelitian, diskusi, pendidikan, dan praktik langsung
di rumah sakit. Diharapkan Komite Etika Rumah Sakit akan mengembangkan
pengkajian mengenai etika bisnis rumah sakit. Etika bisnis penting untuk
dikembangkan sebagai suatu bahan pendidikan mahasiswa kedokteran, residen,
dan Program Pascasarjana Manajemen Rumah Sakit. Dalam pendidikan
berkelanjutan untuk para manajer dan dokter spesialis atau tenaga kesehatan
lain dapat dilakukan berbagai kursus atau seminar mengenai etika bisnis rumah
sakit.
Etika bisnis secara konseptual dibutuhkan oleh manajer rumah sakit untuk
menjalankan pekerjaannya. Oleh karena itu, konsultan khusus diperlukan dalam
etika bisnis rumah sakit. Tujuan konsultan ini adalah untuk:
1. Memberitahu pengambilan keputusan mengenai masalah-masalah etika bisnis
rumah sakit;
2. Memberi rekomendasi;
3. Memberikan opini lain dalam hal keputusan bisnis yang berat, misalnya dalam
pemutusan hubungan kerja, dan memberikan masukan untuk peningkatan
kinerja rumah sakit dari aspek etika.

Pada akhirnya, prinsip dasar etika bisnis akan sejalan dengan konsep
dasar bisnis yang harus hidup serasi dengan lingkungannya. Di dalam rumah
sakit diharapkan etika bisnis rumah sakit akan mendukung gerakan ke arah good
corporate governance rumah sakit profit maupun non-profit. Di samping itu,
bersama-sama dengan etika dokter, etika bisnis rumah sakit akan mendukung
pengembangan good clinical governance pada pelayanan medik rumah sakit.

9. Penanganan dan penyelesaian Malpraktek dan Maladminstrasi di RS dengan cara


Litigasi dan Non Litigasi yaitu melalui Negoisasi,Mediasi,Konsiliasi,Konsultasi dan
Arbitrasi
a. Alternative Dispute Resolusion (ADR ) adalah salah cara penyelesaian kasus
dengan cara atau penyelesaian diluar pengadilan Coba saudara jelaskan
manfaat dan kegunaan dari cara penyelesaian kasus diluar pengadilan
b. Uraikan langkah langkah dengan cara Mediasi.di bidang medis danJelaskan
peranan Mediasi dalam proses penyelesaian kasus medis
c. Upaya apa yang mungkin akan dilakukan Direksi RS untuk meminimalisir
terjadinya Malpraktek dan Maladministrasi mungkin terjadi di Rumah sakit

10. Peraturan internal di Rumah sakit (Hospital Bylaws) yang mengatur Tata Kelola
Korporasi dan Tata Kelola Klinis di RS.
a. Bagaimana penerapan Good Corporate Governance dalam managemen
modern RS di Indonesia
b. Mengapa perlu adanya Hospital ByLaws di Rumah sakit dan hal hal apa saja
yang diatur dalam tata kelola Klinis RS.? Jelaskan pendapat sdr
c. Bagaimana cara membuat HBL,MSBL dan NSBL dan cara menyusun turunan
HBL berupa KEBIJAKAN.PEDOMAN DAN SOP/SPO.
UNIVERSITAS RESPATI INDONESIA (URINDO)
PROGRAM PASCASARJANA
Program Studi Magister Administrasi Rumah Sakit (Terakreditasi)
Jl. Bambu Apus I No. 3 Cipayung, Jakarta Timur (13890) Telp : 021 – 845 7627 (Hunting) Faks : 021 – 845 2049
Website : www.urindo.ac.id

Catatan:Tugas ini dikerjakan setiap mahasiswa dalam waktu 7 hari dan dikumpulkan
Ketua kelas masing dan dikirim melalui email ke alamat fresleyhutapea@yahoo.com

-- SELAMAT BEKERJA ---

Anda mungkin juga menyukai