Anda di halaman 1dari 9

TUGAS 2

Aspek Hukum, Etika, Disiplin di Rumah Sakit

Oleh:

Nama : Aditya Wicaksono

NPM : 206080061

Pembimbing:

Fresley Hutapea, SH, MH, MARS

PROGRAM PASCASARJANA

PROGRAM STUDI MAGISTER ADMINISTRASI RUMAH SAKIT

UNIVERSITAS RESPATI INDONESIA

2021

SOAL:
1
1. Masalah-masalah dlm persyaratan perizinan RS ?

JAWAB

Rumah sakit merupakan tempat untuk menyelenggarakan salah satu upaya kesehatan sebagai
saranan memegang peranan penting untuk meningkatkan derajat kesehatan. Namun dalam
mendirikan sebuah rumah sakit diperlukan adanya izin. Dalam mendirikan rumah sakit tentunya
izin yang harus dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang. Untuk proses perizinannya relatif di
beberapa RS tidak ada mengalami masalah, dikarenakan sekarang sudah jelas, jelas hukum yang
sudah tertulis sebagai bentuk prosedur. Syarat-syaratnya sudah ada di Undang-undang tentang
kesehatan dan tercantum di Permenkes. Akan tetapi, kadang-kadang yang diperintakan oleh
peraturan tersebut tidak bisa dipenuhi, hal ini dikarenakan masalah anggaran yang cukup besar
dan SDM. Terkait perizinan rumah sakit, banyak peraturan perundang-undangan baru yang
mengaturnya. Hal ini, justru menjadi sebuah kendala. Peraturan sering berubah-ubah dan aturan-
aturan yang ada belum bisa diterapkan sepenuhnnya di rumah sakit. RS mengikuti peraturan
yang baru, tetapi nyatanya di lapangan kita tidak bisa menerapkan karena banyaknya perubahan-
perubahan. Misalnya antara peraturan atau saling tumpang tindih, praktek dokter spesialis,
diperaturan yang satu bisa memiliki tiga tempat praktek, sementara diperaturan yang lain harus
full. Pelaksanaan kebijakan regulasi pemerintah saat ini tentang perizinan pelayanan kesehatan,
termasuk perizinan rumah sakit, belum mencerminkan mutu pelayanan yang diberikan ataupun
keamanan bagi masyarakat. Aspek regulasi belum berjalan secara optimal, regulasi perizinan
belum terfokus pada aspek profesionalisme melainkan administratif, kerja sama lintas program,
lintas sektor dan organisasi profesi, lembaga masyarakat masih sangat terbatas.

SOAL:

2. Bagaimana tanggapan saudara tentang klasifikasi RS ?

JAWAB

2
Menurut pendapat saya klarifikasi RS yang dibuat oleh pemerintah ini sebenarnya sangat
produktif karena dengan adanya tipe rumah sakit ini memudahkan warga di suatu daerah mudah
berobat.Menghindari penumpukan pasien dan dapat RS dapat bekerja sesuai penyebaran
kasus/penyakit disekitarnya artinya menghindari penumpukan kasus beragam di tiap RS karena
jika kasus beragam (kasus penyakit ringan, sedang, dan kasus penyakit sulit) maka pelayana
terhadapat pasien pun tidak akan terfokus dan juga tidak semua SDM ahli tersebar merata
diseluruh wilayah Indonesia. RS saat ini sudah banyak sekali. Maka dari itu dengan di
klasifikasikan seperti ini harus sesuai deengan kondisi lingkungan sekitar. Klasifikasi RS mulai
dari kecil yaitu tipe D sampai tipe A yang paling besar. Makin tinggi klasifikasi maka makin
besar kebutuhan lahan, SDM dan kemampuan RS tersebut dalam meningkatkan alat-alat canggih
yang dapat mendeteksi penyakit seorang sehingga cost pun akan semakin besar, maka dari itu
harus sesuai dengan kemampuan RS tsb dalam mengelolanya. Karena tidak semua RS itu tempat
strategis, lahan besar dan SDM mencukupi. Maka dari itu RS harus diklasifikasikan agar dapat
dijangkau oleh masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan.

SOAL:

3. Bagaimana klasifikasi & perizinan RS pd saat ini ?

JAWAB

Klasifikasi RS:

Menurut Pasal 2:

a. Berdasarkan jenis pelayanan yang diberikan, Rumah Sakit dikategorikan dalam Rumah
Sakit umum dan Rumah Sakit khusus.
b. Rumah Sakit umum dan Rumah Sakit khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan klasifikasinya oleh pemerintah berdasarkan kemampuan pclayanan, fasilitas
kesehatan, sarana penunjang, dan sumber daya manusia.

Menurut Pasal 3:

3
Klasifikasi Rumah Sakit umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) terdiri atas

a. Rumah Sakit umum kelas A


b. Rumah Sakit umum kelas B
c. Rumah Sakit umum kelas C
d. Rumah Sakit umum kelas D
Klasifikasi Rumah Sakit khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) terdiri atas:

a. Rumah Sakit khusus kelas A


b. Rumah Sakit khusus kelas B
c. Rumah Sakit khusus kelas C

Menurut Pasal 4:

1) Dalam rangka pemenuhan ketersediaan Rumah Sakit dan peningkatan akses pelayanan
kesehatan kepada masyarakat, Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan masyarakat
dapat mendirikan Rumah Sakit umum kelas D pratama.

2) Rumah Sakit umum kelas D pratama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya dapat
didirikan pada daerah yang memenuhi kriteria sebagai berikut:

a. Daerah terpencil dan daerah yang sulit dijangkau karena keadaan geografis

b. Daerah perbatasan yang berhadapan dengan negara lainnya baik yang dibatasi
darat maupun laut
c. Daerah kepulauan, wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil, dan pulau-pulau kecil
terluar
d. Daerah tertinggal
e. Daerah yang belum tersedia Rumah Sakit atau Rumah Sakit yang telah ada sulit
dijangkau akibat kondisi geografis

Perizinan RS:

4
Pendirian rumah sakit merupakan suatu kemendesakan karena kebutuhan manusia akan
perlindungan kesehatan. Dalam upaya pendirian rumah sakit tersebut, banyak unsur positif yang
telah dihasilkan dengan semakin majunya perkembangan di bidang medis dengan hadirnya
penemuan-penemuan baru yang menambah kualitas pelayanan kesehatan bagi masyarakat.
Namun di lain pihak, tetap saja masih ada rumah sakit yang belum memberikan pelayanan
maksimal dan masyarakat tidak puas. Sehingga baik dokter dan perawat maupun orang yang
sakit mengalami kerugian. Jika rumah sakit yang dibangun milik pemerintah, maka akan
memiliki peralatan yang lengkap namun mengalami masalah di bidang pelayanan medis. Pihak
pegawai dan para dokter serta perawat mendapat gaji dari pemerintah dan juga tunjangan yang
cukup, namun terhambat dalam hal pelayanan kemanusiaan. Banyak warga masyarakat yang
memberikan keluhan tersebut. Orang lebih memilih ke rumah sakit swasta daripada ke rumah
sakit milik pemerintah. Untuk meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit, perlu dilakukan
penyempurnaan terhadap sistem perizinan dan klasifikasi rumah sakit oleh pemerintah. Selain
itu, pendirian rumah sakit juga harus mendapat perlindungan dan tanggung jawab hukum agar
rumah sakit bisa menjalankan tugas dan pelayanannya secara aman dan mendapat perlindungan
hukum. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit dan juga Peraturan
Menteri Kesehatan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 147/MENKES/PER/I/2010 tentang
Perizinan Rumah Sakit, Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 340/MENKES/PER/III/2010
tentang Klasifikasi Rumah Sakit, Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 56 Tahun 2014
Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 30 Tahun 2019
tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit, Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 3 Tahun
2020 tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit merupakan upaya pemerintah dalam rangka
meningkatkan kualitas pelayanan rumah sakit serta memberikan jalan terbaik bagi sistem
perizinan Rumah Sakit. Akan tetapi adanya perubahan peraturan-perundang-undangan terkait
perizinan pendirian dan pengelolaan rumah sakit hal ini menjadi permasalahan yang kerap
dihadapi oleh manajemen Rumah Sakit.

UU No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit adalah UU kunci dalam persoalan pengurusan
perizinan rumah sakit, ada beberapa ketentuan yang mengatur mengenai perizinan tersebut,
yaitu: dalam ketentuan Pasal 25 menyebutkan bahwa:

1) Setiap penyelenggara Rumah Sakit wajib memiliki izin

5
2) Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari izin mendirikan dan izin
operasional.
3) Izin mendirikan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diberikan untuk jangka waktu
2(dua) tahun dan dapat diperpanjang untuk 1 (satu) tahun
4) Izin operasional sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diberikan untuk jangka waktu 5
(lima) tahun dan dapat diperpanjang kembali selama memenuhi persyaratan.
5) Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diberikan setelah memenuhi persyaratan
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.

Kemudian pada ketentuan Pasal 26 UU yang sama menegaskan berikut:

1) Izin Rumah Sakit kelas A dan Rumah Sakit penanaman modal asing atau penanaman
modal dalam negeri diberikan oleh Menteri setelah mendapatkan rekomendasi dari
pejabat yang berwenang di bidang kesehatan pada Pemerintah Daerah Provinsi.
2) Izin Rumah Sakit penanaman modal asing atau penanaman modal dalam negeri
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan setelah mendapat rekomendasi dari
instansi yang melaksanakan urusan penanaman modal asing atau penanaman modal
dalam negeri.
3) Izin Rumah Sakit kelas B diberikan oleh Pemerintah Daerah Provinsi setelah
mendapatkan rekomendasi dari pejabat yang berwenang di bidang kesehatan pada
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.
4) Izin Rumah Sakit kelas C dan kelas D diberikan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota
setelah mendapat rekomendasi dari pejabat yang berwenang di bidang kesehatan pada
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.

SOAL:

4. Masalah-masalah dlm penyelengaraan RS di Indonesia ?

JAWAB

6
Tanggung jawab hukum rumah sakit dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan ini tidak dapat
dilaksanakan secara optimal. Hal ini nampak dari kualitas pelayanan di Unit Gawat Darurat
Rumah Sakit yang tidak dapat berjalan secara baik. Unit Gawat Darurat Rumah Sakit adalah
bagian terdepan atau ujung tombak dari rumah sakit dalam memberikan pelayanan kesehatan,
sehingga baik atau buruknya kualitas pelayanan di Unit Gawat Darurat Rumah Sakit dapat
menjadi cermin terhadap kualitas pelayanan rumah sakit. Dalam beberapa kejadian menurut
saya, pelayanan di Unit Gawat Darurat Rumah Sakit tidak dapat berjalan secara baik karena
ketiadaan penanggung jawab biaya terhadap pasien. Padahal, Pasal 32 Undang-Undang Nomor
36 Tahun 2009 tentang Kesehatan telah mengamanahkan kepada fasilitas pelayanan kesehatan,
baik pemerintah maupun swasta, untuk mengutamakan penyelamatan nyawa pasien dan
mencegah kecacatan serta mengesampingkan uang muka pada saat memberikan pertolongan
pasien dalam keadaan darurat. Menyangkut tentang mutu pelayanan kesehatan yang diberikan.
Permasalahan lain yang dikeluhkan dalam yaitu menyangkut keahlian dan keterampilan para
penyelenggara pelayanan kesehatan. Akibat dari kelalaian penyelenggara pelayanan kesahatan
ini pun juga tidak dapat dilihat secara nyata oleh pasien. Penggunaan teknologi informasi yang
semakin maju sehingga tidak sesuai dengan peraturan penyelenggaraan RS yaitu mutu dan
keselamatan pasien yang tidak sesuai standart

SOAL:

5. Tanggapan anda tentang persyaratan menjadi pimpinan RS sesuai Permenkes No:


971 th 2008 Standard Kompetensi Pejabat ?

JAWAB

Sesuai dengan ketentuan pasal 1 bahwa direktur RS harus tenaga medis yaitu harus seorang
Dokter, Dokter Gigi, Dokter Spesialis dan Dokter Gigi Spesialis. Di setiap point-point
permenkes ini sudah sangat jelas bahwa direktur RS harus sesuai kompetensi. Direktue RS
adalah orang yang paling tinggi kuasa nya di RS. Jadi seorang direktur harus memahami dan
menguasai setiap seluk beluk persoalan rumah sakit tentunya sesuai dengan kompetensi yang
harus dijalani. Tujuan nya yaitu agar RS sakit berkembang, tujuan berkembang adalah untuk

7
memajukan dan memberikan pelayanan yang terbaik kepada masyarakat sekitar dan agar dengan
pelayanan yang terbaik tersebut lah dapat menurunkan mortalitas dan morbiditas. Direktur harus
mengatur bawahan nya agar sesuai visi dan misi RS dan memberikan arahan. Tidak hanya teori
yang harus dipahami tetapi juga pengalaman harus dimiliki oleh direktur. Seiring bertambahnya
pengalaman pasti akan banyak masalah yang dihadapi RS, karena direktur ini mengatur
keseluruhan mulai dari manajemen dan pelayanan yang padat karya, padat masalah. Jadi direktur
harus mempunyai kepemimpinan yang tegas untuk menjalankan suatu instansi yang besar ini.

SOAL:

6. Bagaimana tanggapan saudara bila seseorang diangkat menjadi Pimpinan atau


Direktur RS tapi tdk memperhatikan persyaratan dimaksud ?

JAWAB

Sesuai dengan pasal 1 bahwa direktur harus tenaga medis. Jika tidak mengikuti aturan tersebut
tentunya jika bukan tenaga medis persoalan mengenai kompetensi penyakit medis tidak akan
mengetahui secara detail karena RS ini merupakan pelayanan jasa terhadap suatu penyakit. Dasar
dari suatu penyakit harus diketahui, bila suatu saat terjadi kasus hukum direktur bisa
mengarahkan dan menjelaskan hal tersebut kepada pasien sebelum ke jalur hukum karena
direktur adalah sebagai penanggung jawab RS tersebut. Didalam aturan permenkes tersebut juga
selain dalam bidang pemahiran kompetensi seorang direktur juga harus memiliki pengalaman.
Karena pengalaman ini sangat penting dalam memecahkan masalah yang ada di RS baik itu
masalah manajemen maupun pelayanan. Jika direktur tidak memiliki pengelolaan yang baik
maka rumah sakit tidak akan mempunyai visi misi yang jelas yang mana hal tersebut nanti akan
membuat rumah sakit mengalami kerugian.

SOAL:

7. Bagaimana regulasi kamar standar, apakah RS mampu bertahan dgn adanya


regulasi kamar standart ?
8
JAWAB

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Bidang


Perumahsakitan, pelayanan rawat inap kelas standar paling lambat diterapkan pada 1 Januari
2023. Dalam pelayanan rawat inap kelas standar, RS milik pemerintah pusat dan daerah harus
memenuhi paling sedikit 60% dari seluruh tempat tidur dan RS milik swasta harus memenuhi
paling sedikit 40% pelayanan rawat inap kelas standar. Nantinya rumah sakit hanya akan terbagi
menjadi dua kelas, yakni rawat inap kelas standar dan kelas private. Dengan demikian, RS
swasta memiliki keuntungan karena bisa menyediakan kelas private yang lebih besar dari kelas
standar. Jika RS Swasta 40% dari jumlah tidurnya akan menjadi kelas standar. Sisanya bisa
dipakai untuk kelas private. Kelas private ini tentu bisa bertingkat-tingkat, misalnya VIP sampai
Presiden Suit. Dalam pelaksanaan kelas standar ini nantinya, pemerintah pasti akan berbagi
keuntungan atau sharing benefit dengan asuransi swasta. Peserta JKN memiliki pilihan untuk
naik tingkat ke kelas private. Tentu bagi masyarakat yang secara ekonomi pas-pasan tidak punya
pilihan untuk naik bagi kelas private atau tak akan mampu untuk menjadi peserta asuransi
swasta. Jadi RS masih bias survive. RS masih bisa melakukan inovasi lain, pada saat pandemic
seperti ini bisa meningkatkan marketing besar-besaran untuk pelayanan contohnya pelayanan
dhrive thrue PCR, antigen, lab ataupun layanan telemedicine maupun meningkatkan jumlah
rawat pasien yang memiliki indikasi untuk dirawat (dimotivasi dan diberikan edukasi agar
pasien mau untuk dirawat) sehingga bisa mengetahui dan mengevaluasi penyakitnya lebih lanjut.

Anda mungkin juga menyukai