26 PEBRUARI 2021
Rumah sakit merupakan bagian penting dari sistem kesehatan. Rumah sakit
menyediakan pelayanan kuratif komplek, pelayanan gawat darurat, pusat alih
pengetahuan dan teknologi dan berfungsi sebagai pusat rujukan. Rumah sakit harus
senantiasa meningkatkan mutu pelayanan sesuai dengan harapan pelanggan untuk
meningkatkan kepuasan pemakai jasa. Dalam UndangUndang Nomor 44 Tahun 2009
Tentang Rumah Sakit, Pasal 29 huruf b menyebutkan bahwa rumah sakit wajib
memberikan pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, anti diskriminasi dan efektif
dengan mengutamakan kepentingan pasien sesuai dengan standar pelayanan rumah
sakit, kemudian pada Pasal 40 ayat (1) disebutkan bahwa dalam upaya peningkatan
mutu pelayanan rumah sakit wajib dilakukan akreditasi secara berkala minimal tiga
tahun sekali. Dari undang-undang tersebut diatas akreditasi rumah sakit penting untuk
dilakukan dengan alasan agar mutu dan kualitas diintegrasikan dan dibudayakan ke
dalam sistem pelayanan di rumah sakit ( Depkes, 2009 ).
RS juga diharapkan dapat memperbaharui pengetahuan terkini dan skill dari
karyawan RS sehingga peningkatan mutu dan patient safety dapat ditingkatkan.
Dengan adanya Sosialisasi Peraturan Pemerintah R.I Nomor 47 Tahun 2021 Tentang
Penyelenggaraan Bidang Perumahsakitan diharapkan RS dapat segera menyesuaikan
dengan peraturan yang terbaru sehingga perencanaan dan program RS dapat
terselenggara dengan baik
Nama Kegiatan : Sosialisasi Peraturan Pemerintah R.I Nomor 47 Tahun 2021 dan
Sosialisasi Peraturan Pemerintah R.I Nomor 5 Tahun 2021
Materi 2 :
Penyelenggaraan dan Perijinan Berusaha Rumah Sakit
- Pada tahun 2020 dilakukan Kajian terhadap PMK No.3/2019 Tentang Klasifikasi dan
Perizinan RS karena adanya klasifikasi RS ini menyulitkan masyarakat untuk
melakukan layanan di RS. Selain itu timbul masalah mengenai pengklasifikasian
Farmasi yang dikelompokkan ke dalam struktur non medis sehingga timbul keberatan
dai Ikatan Apoteker Indonesia sehingga dilakukan pengkajian ulang dan keluarlah
PMK No.3/2020.
- Lalu pada Th 2021 keluarlah UU tentang Cipta Kerja. UU ini mengatur sector Tenaga
kerja, UMKM dan Regulasi perizinan. Regulasi Perizinan yang sulit menciptakan
peluang untuk dimanfaatkan sebagai lahan korupsi. Oleh karena itu UU ini
dimaksudkan untuk menciptakan lapangan kerja, memudahkan pembukaan usaha
baru serta mendukung pemberantasan korupsi.
- Di dalam materi Muatan UU Cipta Kerja ada beberapa perubahan. Ada 5 undang
undang yang berubah mengenai Kesehatan. termasuk didalamnya adalah UU No 44
Th 2009 tentang Rumah Sakit. Di dalam UU no 44 ada 10 pasal yang dirubah tetapi
sisanya masih dan tetap berlaku sehingga di dalam penciptaan PP 47 ini akan tetap
berhubungan secara dinamis dengan UU no 44.
- Tindak lanjut UU Cipta Kerja di sektor kesehatan yang akan di prakarsai oleh
Kemenkes adalah PP tentang penyelenggaraan bidang perumahsakitan (PP 47 Tahun
2021) termasuk diantaranya tentang :
1. Klasifikasi Rumah Sakit
2. Kewajiban Rumah Sakit
3. Akreditasi Rumah Sakit / Pembinaan dan Pengawasan
4. Tata cara pengenaan sanksi administrative
- Di dalam PP no 47 Tahun 2021 mencakup 4 pasal yang penting untuk diketahui
yaitu :
1. Pasal 24 ayat (2) : Tentang Klasifikasi Rumah Sakit
2. Pasal 29 ayat (3) : Tentang Kewajiban Rumah Sakit
3. Pasal 40 ayat (4) : Tentang Akreditasi Rumah Sakit
4. Pasal 56 ayat (6) : Tentang Pembinaan dan Pengawasan serta Kriteria jenis dan
tata cara pengenaan sanksi administrative
- Pasal pasal ini memperbaharui permenkes permenkes yang sebetulnya sudah hadir
sebelumnya untuk mengakomodir semua hal tersebut.
- Dalam Regulasi sebelumnya, Klasifikasi RS ditentukan berdasarkan kelas A,B,C,D
yang didalamnya mencakup komponen seperti RS Kelas D memiliki 2 spesialis dasar
dan RS kelas C memiliki 4 Spesialis dasar dengan ditambah 4 Speisalis penunjang
medis. Dalam hal ini praktis RS kelas C dan D tidak melakukan pelayanan sub
spesialistik sehingga dalam hal ini menyulitkan masyarakat untuk melakukan layanan
RS. Oleh karena itu di dalam PP 47 Klasifikasi RS dirubah menjadi
1. Kemampuan Pelayanan
2. Fasilitas Kesehatan
3. Sarana Penunjang
4. Sumber Daya Manusia
Sehingga didapatkan Akses pelayanan Kesehatan kepada masyarakat, kemudahan
pelaku usaha dalam menyediakan pelayanan Kesehatan dan kemudahan
pekerja/tenaga Kesehatan dalam memperoleh lapangan kerja dan meningkatkan
kompetisi.
- Di dalam mndirikan RS ada hal yang harus dipenuhi didalam perizinan yaitu izin
mendirikan bangunan dan izin operasional sehinga dianggap terlalu sulit. Ke
depannya tidak ada izin mendirikan,tetapi yang ada hanyalah Izin Mendirikan
Bangunan (IMB) dengan tambahan standar bangunan RS sehingga saat ada RS
mengajukan izin mendirikan bangunan ada standar mengenai bangunan yang harus
dipenuhi dan tidak ada lagi izin operasional yang ada hanyalah Perizinan Berusaha.
- Rumah Sakit Kelas D Pratama hanya dapat didirikan pada daerah yang memenuhi
kriteria :
1. Daerah yang belum tersedia RS/ telah tersedia RS tetapi sulit dijangkau karena
kondisi geografis
2. Daerah Tertinggal
3. Daerah Terpencil dan daerah yang sulit dijamgkau karena keadaan geografis
4. Daerah Perbatasan yang berhadapan dengan negara lainnya baik yang dibatasi
darat maupun laut
5. Daerah Kepulauan, wilayah pesisir dan pulau pulau kecil terluar
- Jenis RS : Rumah Sakit Umum dan Rumah Sakit Khusus
- RS Umum : meliputi pelayanan medik dan penunjang medik, keperawatan dan
kebidanan, kefarmasian dan pelayanan penunjang
- Rs Khusus : meliputi pelayanan medik dan penunjang medik sesuai kekhususan,
keperawatan dan atau kebidanan, kefarmasian dan pelayanan penunjang.
- Kemampuan Pelayanan, Fasilitas Kesehatan dan Sarana Penunjang, serta Sumber
Daya Manusia akan digunakan sebagai self assessment sehingga dalam pendirian RS
saat mengajukan perizinan investor akan diwajibkan untuk melakukan self assessment
tentang hal hal tersebut.
- Rumah Sakit Khusus dapat menyelenggarakan pelayanan Kesehatan di luar
kekhususan nya (paling banyak 40 % dari seluruh jumlah tempat tidur rawat inap)
- Ditetapkan secara bertahap sampai 1 Januari 2023 :
Tempat Tidur Perawatan Intensif :
Paling sedikit 10% dari total TT . Rasio nya sbb : 6 % untuk pelayanan
Intesif/ICU, dan 4 % Pelayanan yang terdiri dari perawatan intensif Neonates
(NICU) dan Pediatrik (PICU)
Ruang Isolasi paling sedikit 10 % dari seluruh TT. Dalam kondisi Wabah 30
% untuk TT RS Pemerintah dan 20 % untuk RS Swasta.
- Perubahan Kelas RS dapat diajukan oleh Pemilik/Kepala/Direktur RS dan hanya
dapat dilakukan untuk RS yang sudah ter Akreditasi.
Q : Bagaimana dengan RS yang sedang mengurus perizinan saat habis masa operasional /
masa perpanjang / RS yang baru berdiri ?
E. DAMPAK
Dampak positif bagi rumah sakit adalah RS mendapatkan penjelasan secara detail dan
terperinci mengenai Perundang undangan Rumah sakit yang terbaru sehingga dapat
diaplikasikan secara langsung sesuai dengan aturan aturan yang berlaku sehingga
dapat terhindar dari sanksi administratif. Selain itu RS juga dapat memiliki waktu
untuk melakukan perencanaan yang matang mengenai pembangunan dan pelaksanaan
program program RS.serta mendapatkan pengetahuan baru dalam Menghadapi
Problematika dan standar Mutu Pelayanan RS.
F. PENUTUP
1. Kesimpulan
Dengan adanya Kegiatan Webinar ini maka RS dapat mengetahui Peraturan
perundang undangan Perumahsakitan yang terbaru serta dapat melakukan
perencanaan yang matang di dalam melakukan pembangunan RS dan melakukan
program program RS sehingga dapat memperbaiki kekurangan - kekurangan yang
ada serta dapat mempersiapkan diri di dalam melaksanakan PP No 47 Tahun 2021
dan PP No 5 Tahun 2021.
2. Saran
Rumah sakit dapat Menerapkan hal hal yang tertuang di dalam materi Zoom
Meeting untuk segera melakukan perencanaan yang matang di dalam menjalankan
visi dan misi RS serta program program RS.
Magelang, 28 Pebruari 2021
Direktur Pembuat Laporan
RSI Kota Magelang
dr. Anggriyani Hartati dr. Omitta Yuliastuti Kusharini