Anda di halaman 1dari 63

SOAL UJIAN TENGAH SEMESTER

GENAP 2021 –2022


Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan
Prodi Magister Administrasi Rumah Sakit
(MARS)
Universitas Esa Unggul
Mata
: Hukum Kesehatan
Kuliah
Dosen : R. Fresley Hutapea, SH., MH., MARS.
: 1
Hari : Sabtu Waktu
Minggu
Tanggal : 04 Juni 2022 Seksi :
Sifat
: Take Home
Ujian
Kolom Verifikasi Soal
Tanggal dan Tanda Tangan Tanggal dan Tanda Tangan
Dosen Ketua Prodi

SOAL MID TEST (UTS) – S2 MARS UEU 2022 KLS A,B,DAN C

Sebuah RS kls B yang dimiliki sebuah Yayasan Keagamaan


melakukan pelayanan kesehatan baik pelayanan asuransi dan
juga pelayanan BPJS 70 % dan sisa pelayananan umum
dengan rata rata BOR 40 setiap bulannya .Data kesehatan di
Kota tersebut terdapat fasilitas pelayanan kesehatan Rumah
Sakit Pemerintah kelas B satu (1 ) buah dan RS B Swasta
berbentuk PT/Yayasan ada tiga (2 ) RS dan 18 kelas C,
dengan 20 Puskesmas dan serta beberapa fasilitas Kesehatan
lainnya
RS selalu mengalami kerugian dan selalu melakukan
peminjaman uang setiap bulan untuk menutupi biaya operasional
sehingga dipandang perlu diteliti secara cermat bagaimana
mengatasinya
Beberapa pandangan beberapa pakar sbb :
a. perlu ditingkatkan pelayanan RS melalui pembentukan Unit
baru sebagai keunggulan RS
b. perlu efisiensi disegala bidang terutama biaya SDM
termasuk penataan jasa pelayanan
c. perlu adanya penyesuaian tarif RS yang sudah lama belum
berdasarkan unit Cost yang benar
d. perlu ada membuat poli Khusus Eksekutif membedakan poli
umum
e. perlu dilakukan Analisis Beban Kerja (ABK) sesuai
dengan tupoksi dan kompetensi masing masing pegawai
akan tetapi dipertimbangkan pegawai sudah cukup lama
mengabdi di RS

Permasalahan yang dihadapi pimpinan RS tersebut tadi adalah


bagaimana mengatasi masalah masalah tersebut dan pada
akhirnya Pimpinan RS mengambil keputusan untuk membuat
Pelayanan Cardiologi Terpadu dengan terlebih dahulu
melakukan Study Kelayakan.

Masalahnya sekarang bagaimana cara dan prosedurnya


untuk membuat dan menyelenggarakan Pelayanan Terpadu
dimaksud dengan membedakan tempat pelayanan dan
fasilitasnya , membedakan tarif dan juga membedakan SDM
dengan komposisi yang sesuai kebutuhanya serta sarana
prasarana serta alat apa yang dibutuhkan yang diperlukan
termasuk diperlukan adanya aturan aturan seperti Standar
Pelayanan dan SOP/SPO yang sesuai kebutuhan.
Untuk itu perlu disusun dalam suatu Study Kelayakan atau
Feasibility Study (FS) Pengembangan Pelayanan Cardiologi
Terpadu
Untuk itu meminta bantuan saudara sebagai Calon Lulusan
Magister Managemen RS yang dianggap sebagai konsultan dlm
bidang Perumahsakitan dengan imbalan yang disepakati
bersama

Pertanyaan :

A. MATERI UMUM

1. Setiap pelayanan Kesehatan di RS selalu tekait dengan


Etika,Norma,Displin dan Hukum.
a. Menurut saudara apa fungsi dan manfaat Etika,Displin
dan hukum dalam penyelengaraan pelayanan kesehatan
di RS

Jawab : Menurut saya fungsi dan manfaat etika dalam


penyelenggaraan pelayanan Kesehatan adalah agar
segala perbuatan atau Tindakan yang dilakukan kepada
pasien sesuai dengan kebiasaan atau adat yang
berlaku . Dan pentingnya disiplin juga sangat
bermanfaat agar segala pelayanan RS sesuai dengan
SOP yang berlaku .
b. Bagaimana penerapan Etika,Norma ,Displin dan
Hukum
dalam bidang pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit
saudara berikan dengan Contoh konkrit

Jawab : Pada saat melakukan Tindakan kepada


pasien , kita sebagai tenaga medis harus
memperhatikan norma ,etika dan norma kepada
pasien , dengan tetap harus menjalankan tidakan
sesuai dengan SOP yang berlaku. Dan bertanggung
jawab secara penuh jika melakukan kesalahan.

c. Siapa yang bertanggung jawab atas pelaksanaan


Etik,Displin dan Hukum di RS
Jawab :
Yang bertanggung atas pelaksanaan etik, disiplin dan
hukum RS, tentu semua yang melakukan pelayanan di
rumah sakit termasuk komite medik dan jajaran
manajemen RS termasuk direktur RS. Dibentuknya
komite etik dan hukum RS merupakan pengembangan
sekitar satu decade yang lalu di Indonesia untuk
melengkapi komite etik dan hukum RS.

2. Bagaimana tanggapan saudara terhadap masalah masalah


yang terjadi di Rumah sakit baik Permasalahan Manajerial
di RS, Permasalahan Hukum yang berkaitan dengan
Manajerial RS dan Permasalahan Tehnis medis yang
berkaitan dengan Hukum pada saat ini.
a. Coba saudara Uraikan secara singkat dan jelas masalah
Masalah Hukum yang terjadi di RS

Jawab : Masalah Hukum yang terjadi di RS adalah :


1. Permasalahan hukum di Manajerial Rumah Sakit
meliputi: masalah perizinan sarana , perizinan lokasi ,
bagunan , perizinana sarana prasarana, perizinn
tenaga Kesehatan , tenaga kerja dan lainnya.
2. Permasalahan hukum dalam Pelayanan Kesehatan ,
meliputi : masalah kebutuhan klinis dibandingkan
dengan Standar pelayanan yang dilaksanakan para
praktisi klinis berkaitan dengan kewenangannya dan
berkaitan juga dengan penyediaan sarana,prasana
dan peralatan oleh managemen Rumah sakit.
3. Permasalahan etika dan hukum dalam praktek
meliputi : proses Reproduksi, Aborsi, ketentuan mati,
Euthanasia, transplantasi, bedah mayat ,Visum et
Repertum serta pelaksanaan penelitian biomedis.
b. Bagaimana pandangan sdr mengatasi masalah tersebut
Uraikan

Jawab:
1. Permasalahan hukum di Manajerial Rumah Sakit :
Untuk mengatasi permasalahan hukum yang
berkaitan dengan Manajerial Rumah Sakit adalah
dengan cara membuat peraturan dan persyaratan
yang bertujuan agara pelayanan Kesehatan berjalan
dengan baik dan optimal . Pihak Rumah Sakit dapat
membuat Standar Operating Procedure untuk
menjamin efektifnya pelaksanaan aturan dalam
prakteknya.
2. Permasalahan hukum dalam pelayanan Kesehatan
Untuk permasalahan hukum dalam pelayanan
Kesehatan , untuk menghindari terjadinya kejadian
yang tidak diinginkan dalam pelayanan kesehatan
misal, tindakan nakes maupun dokter yang mengarah
ke malpraketk , maladministratif sudah seharusnya
pihak Rumah Sakit mengatur dan menegakkan
Standar Pelayanan , Standar Profesi , SOP , termasuk
Clinical Pathway yang harus di terapkan di seluruh
bagian rumah sakit .

c. Apa yang harus dilakukan Pimpinan RS dalam hal


menangani masalah masalah dimaksud .
Jawab : Pemimpin rumah sakit harus memiliki ketegasan
terhadap segala peraturan terutama peraturan
perundang-undangan.Pemimpin rumah sakit melalui staf
nya harus memastikan izin rumah sakit serta SIP
maupun STR tenaga kesehatan ada dan masih berlaku.

3. Bagaimana pendapat saudara tentang ketentuan sesuai


PP 47 Th 2021 tentang Penyelenggaraan Perumahsakitan
dikaitkan dengan peraturan Klasifikasi dan Perizinan RS
selama ini .
a. Uraikan pula secara tegas dan jelas masalah masalah
yang dihadapi RS dalam persyaratan perizinan
b.
Jawab : PP 47 tahun 2021 tentang Penyelenggaraan
Bidang Perumahsakitan mengatur tentang Klasifikasi Rumah
Sakit, Kewajiban Rumah Sakit, Akreditasi Rumah Sakit,
Pembinaan dan Pengawasan Rumah Sakit, dan Tata Cara
Pengenaan Sanksi Administratif. PP 47 tahun 2021 tentang
Penyelenggaraan Bidang Perumahsakitan merupakan
amanah Pasal 61 serta Pasal 185 huruf b UU 11 tahun 2020
tentang Cipta Kerja untuk melakukan perubahan terhadap
Pasal 24 ayat (2), Pasal 29 ayat (3), Pasal 40 ayat (4), dan
Pasal 54 ayat (6) Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009
tentang Rumah Sakit.
PP 47 tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Bidang
Perumahsakitan ditetapkan Presiden Joko Widodo pada
tanggal 2 Februari 2021 di Jakarta. PP 47 tahun 2021
tentang Penyelenggaraan Bidang Perumahsakitan
diundangkan Menkumham Yasonna H. Laoly pada tanggal 2
Februari 2021 di Jakarta. PP 47 tahun 2021 menjelaskan
secara detail tentang klasifikasi kelas rumah sakit maupun
pembagian rumah sakit berdasarkan kemampuan
pelayanan, fasilitas kesehatan, sarana penunjang, dan
sumber daya manusia berbagai kriteria ,jenis pelayanan,dan
lain-lain.Tetapi di PP 47 tahun 2021 tidak dijelaskan secara
detail tentang perizinan rumah sakit.
c. Dalam kondisi pandemi ,izin operasional yang sdr
pergunakan sekarang ini didasarkan pada peraturan
apa ?. Jelaskan

Jawab : Kementerian Kesehatan merilis Surat Edaran


Menteri Kesehatan NOMOR HK.02.01/MENKES/455/2020
tentang Perizinan dan Akreditasi Fasilitas Pelayanan
Kesehatan, dan Penetapan Rumah Sakit Pendidikan Pada
Masa Pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19).
Surat Edaran ini dikeluarkan dengan pertimbangan, Rumah
sakit, Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas), klinik,
laboratorium kesehatan, dan unit transfusi darah merupakan
fasilitas pelayanan kesehatan yang memiliki peran besar dan
sentral dalam upaya penanggulangan COVID-19 khususnya
dalam penanganan pasien, sehingga fasilitas pelayanan
kesehatan tersebut harus fokus dan berkonsentrasi dalam
memberikan pelayanan kasus COVID-19. Untuk itu
diperlukan kebijakan pelaksanaan perizinan dan akreditasi
fasilitas pelayanan kesehatan, dan penetapan rumah sakit
Pendidikan pada masa pandemi COVID-19. Surat Edaran ini
dimaksudkan untuk meningkatkan dukungan dan kerja sama
kementerian/lembaga terkait, pemerintah daerah, lembaga
akreditasi fasilitas pelayanan kesehatan, dan fasilitas
pelayanan kesehatan dalam pelaksanaan perizinan dan
akreditasi fasilitas pelayanan kesehatan, dan penetapan
rumah sakit pendidikan pada masa pandemi COVID-19.
Izin penyelenggaraan/operasional rumah sakit, Puskesmas,
klinik, laboratorium kesehatan, dan unit transfusi darah yang
telah habis masa berlakunya namun proses perpanjangan
izin terkendala kondisi Bencana Nasional atau Kedaruratan
Kesehatan Masyarakat Corona Virus Disease 2019 (COVID-
19), maka izin penyelenggaraan/operasional dinyatakan
masih tetap berlaku selama 1 (satu) tahun terhitung sejak
status Bencana Nasional atau Kedaruratan Kesehatan
Masyarakat Corona Virus Disease 2019 (COVID-19)
dinyatakan dicabut oleh Pemerintah.
Rumah sakit, Puskesmas, klinik, laboratorium kesehatan,
dan unit transfusi darah yang telah mengajukan permohonan
izin penyelenggaraan/operasional kepada pemerintah
pusat/pemerintah daerah untuk pertama kali, namun
terkendala kondisi Bencana Nasional atau Kedaruratan
Kesehatan Masyarakat Corona Virus Disease 2019 (COVID-
19), dinyatakan memiliki izin penyelenggaraan/operasional
yang berlaku paling lama 1 (satu) tahun sejak Bencana
Nasional atau Kedaruratan Kesehatan Masyarakat Corona
Virus Disease 2019 (COVID-19) dinyatakan dicabut oleh
Pemerintah. Rumah sakit, Puskesmas, klinik, laboratorium
kesehatan, dan unit transfusi darah yang izin
penyelenggaraan/operasionalnya telah habis masa
berlakunya dan yang telah mengajukan permohonan izin
penyelenggaraan/operasional kepada pemerintah
pusat/pemerintah daerah untuk pertama kali sebagaimana
dimaksud pada angka 1 dan angka 2, wajib membuat
pernyataan komitmen penyelenggaraan/operasional fasilitas
pelayanan kesehatan, yang dapat digunakan sebagai
persyaratan kerja sama dengan BPJS Kesehatan, badan
usaha atau lembaga lain. Pernyataan komitmen
penyelenggaraan/operasional fasilitas pelayanan kesehatan
sesuai dengan contoh format sebagaimana tercantum dalam
Formulir 1 terlampir dan disampaikan kepada pemerintah
pusat/pemerintah daerah pemberi izin.

4. Dalam penyelengaraan Rumah Sakit dapat terjadi masalah


yang berkaitan dengan hukum yaitu PMH ( Perbuatan
Melawan Hukum),Malpraktek,Kelalaian Medis KTD,KNC dll
termasuk istilah Resiko medis Coba sdr jelaskan
bagaimana pandangan saudara tentang Risiko medis
dibandingkan dengan Kelalaian Medis dilihat dari aspek
hukum Kesehatan

Jawab : Resiko atas dijalankannya pelayanan medis sangat


tidak dapat diprediksi karena petugas medis hanya bisa
berupaya semaksimal mungkin untuk melakukan
penanganan medis. Sekalipun dapat diduga apa saja resiko
medis yang dapat terjadi,tetap saja tidak dapat dipastikan
resiko mana yang akan diperoleh pasien atas penanganan
petugas medis tersebut. Tidak jarang resiko medis yang
terjadi berujung pada kematian sehingga petugas medis
dalam hal ini dokter diduga melakukan kesalahan atau
kelalaian yang mengakibatkan kematian seseorang.
Sedangkan Kelalaian Medis kelalaian medis merupakan
kondisi dimana seorang dokter atau tenaga medis
melakukan penyimpangan terhadap kode etik
kedokteran,standar profesi dokter dan standar operasional
prosedur (SOP) saat melakukan tindakan medis terhadap
pasiennya sehingga mengakibatkan kerugian yang diderita
pasien akibat dari tindakan medis tersebut.
5. Dalam Pasal 34 UU No 44 Th 2009 diatur bahwa Kepala
Rumah Sakit harus seorang tenaga medis yang mempunyai
kemampuan dan keahlian di bidang perumahsakitan.
a. Bagaimana pendapat saudara terhadap Persyaratan
tehnis utk menjadi Pimpinan/Direktur RS sesuai yang
diatur dalam Permenkes 971/2008 bila dikaitkan dengan
kebutuhan sekarang ini. Jelaskan pandangan saudara
Jawab :
Persyaratan tehnis untuk menjadi Pimpinan/Direktur RS
sesuai yang diatur dalam Permenkes 971/2008 terdiri dari
persyaratan umum yaitu Standar kompetensi jabatan
meliputi Kompetensi Dasar, Kompetensi Bidang dan
Kompetensi Khusus. Kompetensi Dasar harus dimiliki oleh
Pejabat Struktural sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan. Kompetensi Bidang didapat melalui pendidikan
dan pelatihan teknis dan fungsional kesehatan sesuai
dengan bidang pekerjaannya. Kompetensi Khusus harus
dimiliki oleh pejabat struktural dalam mengemban tugas
pokok dan fungsinya sesuai dengan jabatan dan
kedudukannya. Berdasarkan aturan diatas terkait dengan
kompetensi dasar berarti seorang pimpinan/direktur RS
sebaiknya memiliki Integritas artinya kepribadian yang
dilandasi unsur kejujuran, berani, bijaksana, dan
bertanggung jawab, kepemimpinan, perencanaan,
penganggaran,kerjasama dan bersifat fleksibel. Kemudian
untuk kompetensi bidang, seorang pimpinan/direktur RS
sebaiknya memiliki orientasi pada pelayanan,orientasi
pada kualitas,berpikir analitis, berpikir secara
konseptual.memiliki keahlian tehnikal, keahlian dalam
manajerial,dan bersifat profesional,selain itu harus memiliki
berbagai inovasi dan untuk kompetensi khusus seorang
pimpinan/direktur RS pendidikannya harus seorang tenaga
medis yang punya kemampuan dan keahlian dibidang
perumah sakitan, sedangkan untuk mengikuti pelatihan
perumahsakitan sebaiknya meliputi : pelatihan
kepemimpinan, kewirausahaan, rencana strategi bisnis,
rencana aksi strategis, rencana implementasi dan rencana
tahunan, tatakelola RS, Standar pelayanan minimal, sistem
akutanbilitas, sistem remunerasi RS, pengelolaan SDM,
Untuk pelatihan sebaiknya dipenuhi sebelum atau paling
lama satu tahun pertama setelah menduduki jabatan
struktural. Selanjutnya pengalaman jabatan disesuaikan
kelas dari rumah sakit tersebut, contohnya bila direktur
tersebut akan memimpin rumah sakit kelas A maka
minimal pernah memimpin rumah sakit kelas B dan atau
pernah menjabat sebagai wakil direktur rumah sakit kelas
A paling singkat selama 3 tahun demikian seterusnya.
Persyaratan tehnis untuk menjadi pimpinan/direktur RS
sesuai permenkes 971/2008 menurut pandangan saya.
Sepatutnya harus sudah dipenuhi di dalam situasi
sekarang ini, karena dalam memimpin suatu organisasi
yakni RS, harus mempunyai kompetensi, sebab hasil
kinerja dari suatu aktivitas organisasi didasarkan kepada
tingkat kompetensi dan produk yang nantinya akan
dihasilkan. Bila hal tersebut tidak mampu dipenuhi maka
pencapaian yang diharapkan oleh suatu rumah sakit tidak
akan pernah tercapai.

b .Jelaskan tanggapan saudara bila Direktur RS yang


diangkat Pemilik tapi tidak sesuai persyaratan dimaksud
tapi terjadi masalah kerugian RS .Siapa yg bertanggung
jawab dalam hal ini .

Jawab : Pemilik RS dan Direktur yang diangkat . Karena


Direktur yang hendak diangkat seharusnya sudah
mengetahui kemampuan diri sendiri , mampu atau tidak
memimpin sebuah RS tanpa memiliki kemampuan pelatihan
maupun Pendidikan yang seharusnya dimiliki oleh seorang
Direktur RS.

6. Dalam setiap Rumah sakit harus melaksanakan Good


Corporate Governance dan Good Clinical Covernance ,
a. Jelaskan maksud dan tujuan adanya Corporate dan
Clinical Governance di RS
Jawab : Corporate Governance adalah Tata kelola RS
yang baik adalah penerapan fungsi-fungsi manajemen RS
yang berdasarkan prinsip-prinsip transparansi,
akuntabilitas, independensi dan responsibilitas,
kesetaraan dan kewajaran. Sedangkan Good Clinical
Governance adalah ata kelola klinis yang baik adalah
penerapan fungsi manajemen klinis yang meliputi
kepemimpinan klinik, audit klinis, data klinis, resiko klinis
berbasis bukti, peningkatan kinerja, pengelolaan keluhan,
mekanisme monitor hasil pelayanan, pengembangan
profesional dan akreditasi RS.
Tujuan – tujuan tersebut adalah sebagai berikut:
a. Untuk dapat mengembangkan dan meningkatkan
nilai perusahaan.
b. Untuk dapat mengelola sumber daya dan resiko
secara lebih efektif dan efisien.
c. Untuk dapat meningkatkan disiplin dan tanggung
jawab dari organ perusahaan demi menjaga
kepentingan para shareholder dan stakeholder
perusahaan.
d. Untuk meningkatkan kontribusi perusahaan
(khusunya perusahaan-perusahaan pemerintah)
terhadap perekonomian nasional.
e. Meningkatkan investasi nasional.
f. Mensukseskan program privat-isasi perusahaan-
perusahaan pemerintah

b. Uraikan Unsur, Pilar Pilar dengan Karakteristiknya dan


Cakupannya dari Clinical Covernance dalam
pelasanaannya
Jawab :
Konsep dasar good clinical governance adalah:
1. Akuntabilitas (pertanggung jawaban)
pelayanan klinis yang diberikan.
2. Perbaikan mutu pelayanan klinis yang
berkesinambungan,
3. Penerapan standar pelayanan klinis secara
optimal, dan
4.Menciptakan lingkungan pelayanan yang
mendukung pelayanan klinis yang bermutu.
Tiga elemen utama yang berperan dalam strategi
peningkatan mutu dalam kerangka clinical governance,
adalah:
1. Standar kualitas nasional
2. Mekanisme untuk menjamin terselenggaranya
pelayanaan klinis yang berkualitas
3. Sistem-sistem yang secara efektif dapat memantau
pelaksanaan pelayanan kesehatan yang bermutu.

Dalam pelaksanaan clinical governance, didasarkan


pada empat pilar utama, yang perlu dioperasionalkan
dalam bentuk kegiatan nyata yaitu:
1. Nilai pelanggan (customer value): pasien sebagai focus
utama pelayanan klinis (it is all about patient), pasien
dilibatkan bahkan diberdayakan dalam proses
penyediaan pelayanan klinis, bahkan dalam
pengembangan sistem manajemen klinis.
2. Peningkatan dan pengukuran kinerja pelayanan klinis:
kinerja pelayanan klinis (evidence based).
3. Manjemen risiko klinis: sebagai upaya untuk
meminimalkan risiko klinis dan keselamatan pasien,
maka manajemen risiko klinis perlu diterapkan melalui
langkah-langkah: identifikasi risiko, analisis risiko, dan
tindak lanjut terhadap risiko.
4. Manajemen dan Pengembangan tenaga profesional:
Pelayanan klinis yang bermutu dan menjamin
keselamatan pasien harus diberikan oleh tenaga-tenaga
yang kompeten dalam bidangnya.

Karakteristik Clinical Governance


a) Participation
b) Rule of Law
c)Transparency
d) Responsivenes
e) Consensus Orientation
f) Equity and inclusiveness
g) Effectiveness and Efficiency
h) Accountability
i) Strategic Vision

Cakupan Clinical Governance


a) Clinical effectivness
b) Clinical risk management
c) Managing complaint
d) Professional development
e) Mechanism monitoring care
f) Good quality data
g) Hospital accreditation
h) Clinical audit

7. Setiap Rumah sakit harus melakukan pelayanan


berdasarkan Patien Safety dan berorientasi dengan Patien
Center Care (PCC)
a. Coba sdr jelaskan apa maksud dan tujuan dari Patient
Safety berorientasi PCC didukung dengan indicator
indicator pelaksanaannya
Jawab : PCC adalah asuhan yang menghormati dan
responsive terhadap pilihan, kebutuhan dan nilai-nilai
pribadi pasien. Serta memastikan bahwa nilai-nilai pasien
menjadi panduan bagi semua keputusan pasien .
Tujuan utama dari Patient Safety berorientasi PCC sendiri
adalah keselamatan dari pasien . yang jika kita jabarkan ,
yaitu:

 Meningkatkan kepuasan pasien


 Meningkatkan hasil klinis
 Mengurangi pelayanan medis yang berlebihan dan
tidak bermanfaat
 Mengurangi kemungkinan malpraktek dan keluhan
 Meningkatkan kepuasan dokter
 Meningkatkan waktu konsultasi
 Meningkatkan keadaan emosional pasien
 Meningkatkan kepatuhan obat
 Meningkatkan pemberdayaan pasien
 Mengurangi tingkat keparahan gejala
 Mengurangi biaya perawatan kesehatan.

Indikator-indikator pelaksananya ,sbb :

b. Jelaskan Dimensi PCC dalam pelaksanaannya di RS

Dalam pelaksanaannya, PCC (Patient Centered Care) terdiri


dari 8 dimensi yaitu :

1. Menghormati nilai, preferensi, dan kebutuhan pasien

 Menerima pasien sebagai pribadi


 Melibatkan pasien dalam pengambilan keputusan
perawatan
 Mendengarkan dan mempertimbangkan
kebutuhan pasien
 Menjaga kerahasiaan untuk melindungi informasi
pasien

2. Koordinasi dan integrase dalam memberikan perawatan

 Bekerja dalam pendekatan multidisiplin


 Mengkoordinasikan dan mengintegrasikan
perawatan klinis; layanan tambahan dan dukungan;
dan perawatan pasien ‘garis depan’
 Melibatkan pasien dan keluarga dalam proses
perencanaan, pengambilan keputusan dan
peningkatan kualitas di tingkat organisasi

3. Informasi, komunikasi dan pendidikan


 Memberikan informasi yang akurat dan mudah
dimengerti tentang perawatan, perawatan dan
intervensi
 Mendengarkan secara aktif pasien dan keluarga
 Berikan sentuhan dan berbicara secara terapeutik
bila diperlukn

4. Kenyamanan fisik

 Mempromosikan lingkungan rumah sakit yang


nyaman dan mendukung
 Menyediakan manajemen gejala yang tepat waktu,
disesuaikan, dan ahli
 Menyediakan perawatan kesehatan dasar yang
mendukung dan memelihara fungsi tubuh normal

5. Dukungan emosional dan pengentasan rasa takut dan


kecemasan

 Mendengarkan pasien dengan perhatian penuh


 Memberikan informasi yang jelas, tepat waktu dan
bermakna mengenai penyakit ini
 Peduli dan empati

6. Keterlibatan keluarga dan teman

 Memberikan informasi yang cukup mengenai


penyakit pasien
 Menghormati dan mengakui dukungan keluarga dan
teman dalam perawatan pasien
 Menyediakan lingkungan yang mendukung

7. Transisi dan kontinuitas perawatan

 Melibatkan pasien dan keluarga dalam perencanaan


pembuangan
 Menyediakan informasi dan edukasi yang jelas
tentang tanda bahaya yang harus diperhatikan, siapa
yang harus dihubungi jika ada pertanyaan, apa yang
harus dilakukan dalam keadaan darurat, bagaimana
menangani perawatan, perubahan pakaian, dan
obat-obatan
 Mengacu pasien ke pusat kesehatan yang sesuai
dengan instruksi dan instruksi pengabaian yang jelas
di seluruh organisasi sangat penting untuk
kesuksesan

8. Bagaimana implementasi Kewajiban dan hak RS dikaitkan


dengan Hak – hak Pasien di era BPJS dalam pelayanan
Kesehatan di Rumah sakit. pelaksanaan Hak Hak Pasien
dikaitkan dengan pelaksanaan BPJS sekarang
ini .Jelaskan dan contoh Bagaimana pula tanggung jawab
RS dikaitkan hak hak Tenaga Kesehatan dalam
pelaksanaan pelayanan Covid 19.

Jawab : Sebagai pasien di rumah sakit hak-hak pasien


harus dipenuhi, mengingat kepuasan pasien menjadi
barometer mutu pelayanan di rumah sakit. Namun pada era
sekarang , masih banyak Rumah Sakit yang kurang
memperhatikan hak dari pasiennya. Oleh karena itu,
harapan pasien sebagai penerima pelayanan kesehatan
meliputi:

o Komunikasi yang baik dan memahami kebutuhan


pasien.
o Pemberian pelayanan yang di janjikan dengan segera
dan memuaskan.
o Membantu dan memberikan pelayanan dengan
tanggap tanpa membedakan SARA (suku, ras, dan
antar golongan).
o Jaminan keamanan, keselamatan, dan kenyamanan.

Namun harapan pasien belum tercapai . Beberapa penelitian


menyatakan bahwa pasien BPJS kesehatan yang
melakukan rawat inap di rumah sakit mengaku tidak
mendapatkan haknya saat melakukan rawat inap maupun
pelayanan kesehatan di rumah sakit. Terlebih lagi pasien
sudah melakukan kewajibanya sebagaimana yang telah
ditentukan oleh pihak BPJS kesehatan maupun pihak rumah
sakit, sehingga pasien merasa dirugikan dalam memperoleh
pelayanan kesehatan. Jika dilihat kembali, terlambatnya
penanganan ataupun kurang mendapatkan
informasi.seputar kesehatan atau kondisi pasien BPJS
kesehatan sehingga tak jarang pasien BPJS kesehatan
mengalami kerugian yang tidak seharusnya mereka
dapatkan jika pihak rumah sakit dapat melaksanakan
kewajibannya kepada pasien.

Untuk Hak Hak Tenaga Kesehatan adalah sbb:

 Memperoleh perlindungan hukum


 Memperoleh informasi yang lengkap dan benar
 Menerima imbalan jasa
 Memperoleh perlindungan atas keselamatan kesehatan
kerja, perilaku yang sesuai harkat, martabat, moral,
kesusilaan, dan agama
 Menolak keinginan penerima pelayanan yang tidak sesuai
aturan (SOP, Standar Profesi, Kode Etik dll)

Namun selama Covid19 ada beberapa hak tenaga


Kesehatan yang tidak dilakukan oleh Rumah Sakit , salah
satunya imbalan jasa yang belum diberikan ,perlindungan
dan keselamatan kesahatan kerja ,dan lain lain . Hal hal
tersebutlah yang seharusnya menjadi tanggung jawab
Rumah Sakit.

9. Jelaskan bagaimana pelaksanaan Telemedicine dan


Eletronik Rekam Medis dikaitkan dengan Permenkes No
290 th 2008 Tentang Persetujuan Tindakan Kedokteran .
Bandingkan pelaksanaan antara Elektomedik Rekam
medis dengan Telemedicine

Berdasarkan Permenkes Nomor 290 Tahun 2008 tentang


Persetujuan tindakan medik pasal 1 huruf a yang
menyatakan bahwa persetujuan tindakan kedokteran adalah
persetujuan yang diberikan oleh pasien atau keluarga
terdekat setelah mendapat menjelasan secara lengkap
mengenai tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang
akan dilakukan terhadap pasien. Perkembangan di bidang
teknologi informasi yang berkembang cepat membuat
banyaknya aktivitas dapat dilakukan melalui online termasuk
dalam bdang kesehatan muncul adanya konsultasi online
dengan menggunakan berbagai aplikasi yang
memungkinkan hubungan jarak jauh antara dokter dengan
pasien, atau sering disebut juga sebagai telemedicine.
Telemedicine dapat dikatakan sebagai penggunaan
teknologi informasi dan komunikasi untuk memberikan
layanan medis dari jarak yang terpisah atau tidak ada tatap
muka. Fasilitas komunikasi yang digunakan dapat berupa
telepon, panggilan video, situs internet, atau alat komunikasi
canggih lainnya.

Dalam pelaksanaan telemedisin terdapat dua konsep yaitu


real time (synchronous) dan storeand‐fordward
(asynchronous). Synchronous telemedicine memerlukan
kehadiran kedua pihak pada saat itu karena diperlukan
interaksi. Sedangkan synchronous telemedicine tidak
memerlukan kehadiran kedua pihak saat itu karena
dilakukan pengumpulan data medis yang selanjutnya dikirim
kepada dokter untuk dievaluasi secara offline. Telemedisin
yang disarankan di Indonesia berdasarkan panduan IDI
tentang telemedisin dibagi menjadi lima, yaitu

1. Tele‐expertise, yang menghubungkan dokter umum


dan dokter spesialis atau antar dokter spesialis,
misalnya teleradiologi.

2. Tele‐consultation, yang menghubungan pasien dan


dokter

3. Tele‐monitoring, yang digunakan tenaga kesehatan


untuk memonitor berbagai parameter tubuh pasien
secara virtual

4. Tele‐assistance, yang digunakan untuk memberikan


arahan kepada pasien, misalnya dalam proses
rehabilitasi

5. Tele‐robotic/tele‐intervention, yaitu pengendalian


jarak jauh terhadap sebuah robot dalam suatu tele‐
surger.

Tidak dapat dipungkiri adanya keterbatasan terhadap


informasi yang disampaikan menyebabkan sistem
pelayanan telemedicine memiliki resiko yang besar dalam
menentukan langkah perawatan. Termasuk dalam
penyampaian informed consent. Dalam hal ini dokter tidak
dapat melakukan tindakan langsung kepada pasien maka
infomasi yang dapat di berikan antara lain termasuk:

1. Diagnosis
2. Penanganan yang dapat di lakukan oleh pasien pribadi
3. Obat dan efek samping
4. Langkah atau pengobatan selanjutnya yang harus di
lakukan pasien.

Informed consent atau Persetujuan Tindakan Medis


merupaka hal sangat penting sehingga para dokter harus
selalu melaksanakan sebaik-baiknya agar tuntutan hukum
dari pihak pasien dapat dihindari. Dan juga menhindari
resiko medis yang akan terjadi. Dalam penggunaan sistem
telemedicine dokter harus memastikan kebenaran informasi
yang di sampaikan oleh pasien dan juga tetap melakukan
rekam medis terhadap langkah penanganan dan saran yang
diberikan kepada pasien. Prinsip dan aturan penggunaaan
telemedicine dalam praktek kedokteran adalah: kemudahan
akses, tanggung jawab negara, kompetensi, integritas, dan
kualitas, itikad baik, keamanan dan kerahasiaan data,
standarisasi, otonomi pasien dan kebebasan memilih
teknologi atau netral teknologi. manfaat, keadilan,
kemanusiaan, keseimbangan, perlindungan hukum.

No Elektromedik Rekam Medis Telemedicine


Sebuah system pencatatan Telemedicine sebagai
informasi medis pasien di pelayanan medis jarak
suatu rumah sakit yang jauh oleh kalangan
mengimplementasikan profesional di dunia
system Rekam Medis kesehatan dengan
elektronik memanfaatkan teknologi
informasi dan komunikasi.

Berisi informasi perawatan Pelayanan ini mencakup


pasien di masa lalu dan pertukaran informasi
perawatan yang tidak diagnosis, penelitian dan
berkelanjutan , seperti alergi evaluasi, pencegahan
dan Riwayat keluarga , penyakit, pengobatan,
serta pendidikan
berkelanjutan penyedia
layanan kesehatan demi
meningkatkan kesehatan
masyarakat.

Informasi hanya terbatas Dilakukan antar fasilitas


pada apa yang dikumpulkan pelayanan Kesehatan
dan dibutuhkan dokter,
perawat dan staf medis

Hanya dapat dilihat oleh


pasien

10. Pada umumnya setiap RS melakukan Rekam Medis


Informed Consent dan Rahasia Medis .
a. Bagaimana Pelaksanaan General Consent serta
Jelaskan pula fungsi dan manfaat General Consent
dalam pelayanan Kesehatan di Rumah sakit

Jawab : General consent (GC) adalah Formulir


persetujuan umum yang selalu diajukan kepada pasien
atau keluarga sebelum menerima pelayanan rawat jalan
dan rawat inap di rumah sakit. GC hendaknya
diinformasikan dahulu agar dapat dipahami dan
dimengerti karena diantaranya mencakup hak dan
kewajiban pasien. Pasien dapat kehilangan hak untuk
membuat keputusan dalam menerima atau menolak
pelayanan.
Fungsi dan Manfaat General Consent :
Kegunaan General consent adalah sebagai bukti tertulis
ketrangan persetujuan atau kesepakatan mengenai hal-
hal yang berkenaan dengan peraturan secara jelas dalam
hal perawatan pasien dan pelayanan kesehatan.

b. Bagaimana pula pelaksanaan Informed Consent di


Indonesia sesuai Manual Persetujuan Tindakan
Kedokteran dengan prinsip Deklarasi Lisbon
Jawab :
Informed consent adalah suatu proses yang menunjukkan
komunikasi yang efektif antara dokter dengan pasien dan
bertemunya pemikiran tentang apa yang akan dan apa
yang tidak akan dilakukan terhadap pasien. Informed
consent dilihat dari aspek hukum bukanlah sebagai
perjanjian antara dua pihak, atau perjanjian yang bersifat
khusus, karena dalam pelayanan kesehatan, dokter tidak
bisa menjanjikan sesuatu dalam upaya penyembuhan
seseorang, akan tetapi seorang dokter akan selalu
berupaya semaksimal mungkin menurut standar
pelayanan dan keilmuan tertinggi yang dimiliki oleh dokter
tersebut dalam upaya penyembuhan dan penyelamatan
nyawa seseorang, karena setiap tindak dalam pelayanan
kesehatan mengandung resiko, maka dari itu informed
concent lebih cendrung kearah persetujuan sepihak atas
layanan yang ditawarkan pihak lain

c. Bagaimana pandangan sdr tentang larangan tentang


perekaman yang dilakukan di RS dengan dasar
hukumnya . Apa yang harus dilakukan penyelenggara
Rumah Sakit . Jelaskan
Jawab :
Di era ini, hampir semua gadget yang ada memiliki
kamera. Hanya dengan telepon genggam, kita sudah bisa
dengan mudahnya mengambil foto setiap saat.Namun,
tidak di semua tempat seseorang boleh mengambil foto
tanpa izin. Salah satunya adalah di rumah sakit, di ruang
pelayanan dan perawatan khususnya terkait dengan
pelayanan dan tindakan medis. Berikut dasar hukum atas
peraturan larangan mengambil gambar di ruang
pelayanan dan perawatan rumah sakit :
a. Undang-Undang Rumah Sakit Nomor 44 Tahun 2009,
Pasal 29, Pasal 32 huruf i,
b. Pasal 38 ayat (1) dan Pasal 44 ayat (1)
c. Peaturan Menteri Kesehatan Nomor 36 Tahun 2012,
Pasal 4
d. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 69 Tahun 2014,
Pasal 28 huruf a dan c.
e. Dan dasar hukum lain yang relevan atau terkait.
Atas dasar hukum di atas, larangan pengambilan gambar
di rumah sakit penting sebagai upaya untuk :
Menjaga rahasia kedokteran mencakup data dan
informasi mengenai:
a. identitas pasien;
b. kesehatan pasien meliputi hasil anamnesis, pemeriksaan
fisik,
b. pemeriksaan penunjang, penegakan diagnosis,
pengobatan
c. dan/atau tindakan kedokteran; dan
d. hal lain yang berkenaan dengan pasien.
Menghormati hak-hak pasien dan pengunjung lain
Menghormati hak Tenaga Kesehatan serta petugas lainnya
yang bekerja di rumah sakit.
Rumah sakit dapat membuat pengumunan
(banner/spanduk) yang berisi informasi tentang larangan
untuk melakukan perekaman di area rumah sakit dengan
melampirkan dasar hukumnya. Bila ada pasien atau
keluarga pasien yang melakukan itu, dapat diberikan
teguran dan diedukasi dengan baik.
II .B.ANALISIS KASUS

1. Sebagai calon Lulusan Magister Managemen RS tentunya


saudara dapat memberikan pertimbangan-pertimbangan
pada Yayasan tersebut untuk Pengembangan Pelayanan
Rumah Sakit. ..Uraikan pertimbangan-pertimbangan
Saudara secara lengkap dan jelas sesuai kondisi RS

Bila melihat dari gambaran rumah sakit di atas, Rumah sakit


ini merupakan rumah sakit kelas B yang dimiliki Yayasan
keagamaan dengan 70% pelayanannya merupakan
pelayanan BPJS dan sisanya adalah pelayanan umum
dengan rata-rata BOR 40% setiap bulannya. Data di kota
tersebut menyatakan bahwa di kota ini memiliki Rumah
Sakit Pemerintah kelas B satu (1) buah dan RS B
Swasta berbentuk PT/Yayasan ada tiga (2 ) RS dan 18
kelas C, dengan 20 Puskesmas, Berdasarkan Permenkes
no 3 tahun 2020 tentang klasifikasi dan perizinan rumah
sakit di pasal 17 menjelaskan bahwa Rumah sakit umum
kelas B memiliki jumlah tempat tidur paling sedikit 200 (dua
ratus) buah, Rumah sakit kelas C memiliki jumlah tempat
tidur 100 (Seratus) buah, dan 20 puskesmas dengan
kapasitas tempat tidur 50 (Lima puluh) buah, bisa kita
perhitungkan bahwa jumlah keseluruhan tempat tidur di kota
tersebut adalah 3200 tempat tidur. Walaupun WHO belum
memiliki aturan mengenai rasio ideal, namun WHO telah
merekomendasikan setiap negara memiliki rasio 5 tempat
tidur untuk setiap 1000 penduduk, maka dengan melihat
kapasitas tempat tidur yang dimiliki di kota tersebut, masih
terbilang belum tercukupi untuk penduduk kota ini
mendapatkan fasilitas kesehatan yang tersedia. Beberapa
hal yang harus saya berikan pertimbangkan dalam upaya
pengembangan rumah sakit ini adalah dengan melakukan
berbagai Analisa dan proyeksi liniernya , diantaranya :

a. Aspek eksternal
Analisis lingkungan eksternal ini dapat dilakukan untuk
alternatif metode penggalian sumber informasi sebagai
dasar penarikan kesimpulan terkait ancaman dan
peluang. Pemilihan model tersebut tergantung dari situasi
rumah sakit setempat. Apapun model metode yang
digunakan untuk melakukan analisis eksternal, tujuannya
adalah untuk menarik kesimpulan berupa peluang dan
ancaman. Kesimpulan inilah yang nantinya menjadi bahan
untuk analisis Strength, Weakness, Opportunity, and
Threats (SWOT) dalam penyusunan strategi rumah sakit.
Apa yang menjadi kekuatan di dalam Rumah Sakit
tersebut nantinya pun akan menjadikan kekuatan pasar di
saat rumah sakit ini melakukan penetrasi pasar. Aspek
aksebilitas juga memiliki peranan yang harus
dipertimbangkan dalam mengembangkan rumah sakit,
karena jarak untuk penduduk dalam mengakses
pelayanan kesehatan juga adalah faktor utama untuk
mempermudah penduduk mendapatkan layanan
kesehatan. Selain aksebilitas, faktor lain yang menjadi
pertimbangan adalah dari sisi sosial, kita harus mampu
menilai apakah pengembangan rumah sakit dengan
menambahkan layanan cardiologi ini menjadikan wilayah
rumah sakit menjadi lebih ramai atau tidak, apakah lalu
lintas makin lancar, bagaimana penerangan listriknya, dll
dan bagaimana tingkat pendidikan masyarakat
setempatnya, semua ini dilakukan untuk menilai layak
atau tidaknya suatu proyek dijalankan, tentunya hal ini
dapat diperoleh dari hasil wawancara, kuisioner dan
dokumen lainnya, sehingga invesror dan pihak yang
terkait dapat menjadikannya pertimbangan untuk
melakukan keputusan-keputusan yang besar. Sisi budaya
pun selayaknya dijadikan pertimbangan lain, kajian terkait
bagaimana pengembangan proyek ini memiliki pengaruh
terhadap kehidupan sehari-hari masyarakat dan
kebiasaan adat istiadat mereka, dengan melihat latar
belakang rumah sakit tersebut dimiliki oleh Yayasan
keagamaan. Terlebih bila nantinya akan dibangun poli
eksekutif dan poli umum, yang tentunya akan memiliki
perbedaan tersendiri didalam layanan, saran saya
pertimbangan dari sisi budaya masyarakat yang
sebaiknya dapat diperhatikan.
b. Aspek Internal
Bila kita bicara mengenai aspek internal di dalam rumah
sakit, analisis aspek ini bertujuan untuk menilai kekuatan
dan kelemahan rumah sakit. Sehingga nanti akan terlihat
apakah akan seiring dengan budaya organisasi atau tidak
untuk menentukan apakah dapat diolah menjadi berbagai
input dan produk jasa kesehatan. Man power atau kata
lainnya adalah sumber daya manusia merupakan salah
satu aspek internal yang paling menjadi perhatian dari
faktor lainnya. Mengapa demikian, karena sdm menjadi
penentu keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai
tujuannya. Dari jumlah sdm, kualitas dan kemampuan
sdm, beban kerja sdm, semua hal saling terintegrasi
menjadi satu kesatuan dalam penentu keberhasilan.
Kebutuhan terkait tenaga kesehatan di rumah sakit
tertuang di dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 56 Tahun 2014 Tentang Klasifikasi dan
Perizinan Rumah Sakit. Kemampuan sdm yang mumpuni
adalah unsur terpenting di dalam aspek internal, mutu
pelayanan medis dan pencapaian indikator pelayanan
medis juga memliki peranan tinggi di dalam suatu rumah
sakit. Sehingga perlunya dilakukan penilaian kompetensi
sdm dari masing-masing unit, untuk menyaring
kemampuan masing-masing sdm sesuai dengan hasil uji
kompetensi. Efisiensi sdm dapat dilakukan dengan
pertimbangan dari hasil uji kompetensi, sehingga rumah
sakit ini nantinya akan memiliki sdm yang berkualitas dan
memiliki kompetensi yang dibutuhkan.
c. Market Forces/Kekuatan pasar
Mengidentifikasikan mana saja yang menjadi segmen
pasar utama/penting yang nantinya akan memberikan
pertumbuhan yang potensial, mengidentifikasi segmen
pasar yang menurun dan segmen pasar baru yang perlu
diperhatikan. Perbedaan kemampuan ekonomi dalam
masyarakat pun dapat dilihat dari gambaran pekerjaan
pasien, pendapatan per kapitanya, daya beli dan pola
pengeluaran pasien. Segmen pasar rumah sakit juga bisa
dilihat dari gambaran pilihan kelas pasien di rumah sakit,
serta penjamin pembiayaan pasien. Bila menurut
gambaran diatas menyatakan rumah sakit ini hampir
sebagian besar layanannya penjaminnya adalah BPJS,
maka patut dipertimbangkan terkait penentuan tarif yang
akan ditagihkan. Walaupun perubahan harga tidak akan
cukup berpengaruh terhadap pasar, karena sebagian
besar konsumennya adalah pengguna BPJS. Dari sisi
bisnis, pengembangan layanan baru di suatu rumah sakit
akan menambah peluang kerja untuk penduduk di wilayah
sekitar rumah sakit, yang secara tidak langsung akan
membantu meningkatkan income per capita untuk
penduduk setempat.
d. Aspek Financial
Kesiapan sumber dana finansial adalah pondasi awal
perencanaan pengembangan rumah sakit yang harus
dipikirkan, total biaya yang diperlukan dari awal
perencanaan hingga kegiatan operasional berjalan harus
dihitung dengan cermat.Seperti gambaran diatas
menyatakan bahwa rumah sakit ini memiliki utang setiap
bulannya, untuk menutupi dari biaya operasional kegiatan
rumah sakit sehari-hari. Tentunya hal ini mutlak menjadi
bahan pemikiran yang matang, apakah dengan kondisi
rumah sakit demikian pengembangan rumah sakit dengan
membuka layanan terbaru ini akan membantu rumah sakit
dalam mendapatkan revenue yang positif atau malah
sebaliknya akan menyebabkan rumah sakit ini mengalami
kerugian dan utang yang lebih banyak lagi. Oleh sebab itu
pertimbangan dari berbagai aspek wajib dipikirkan dan
diperhitungkan dengan baik, agar tujuan mendapatkan
margin yang besar dari sisi bisnis dapat terwujud.

2. Dalam proses Pengembangan Pelayanan Rumah Sakit


diperlukan adanya Studi Kelayakan (feasibility study),
sesuai peraturan yang berlaku, Bagaimana prosedur
membuat Study Kelayakan pengembangan pelayanan
RS dengan rincian kebutuhan dalam hal itu sehinga dapat
diketahui
a. Analisis kebutuhan pelayanan (program fungsi)
b. Analisis kebutuhan SDM (kompetensi masing-masing)
c. Analisis kebutuhan Sarana, Prasarana dan Alat (SPA)
d. Analisis kebutuhan biaya
Susun secara lengkap Study Kelayakan dimaksud yang
didukung data dan perhitungan serta pertimbangan yang
tegas dan secara lengkap.
Jawab :
STUDY KELAYAKAN ATAU FEASIBILITY STUDY (FS)
PENGEMBANGAN PELAYANAN CARDIOLOGI
TERPADU

BAB 1
PENDAHULUAN
Penyakit kardiovaskuler (penyakit yang berhubungan
dengan jantung, pembuluh, pembekuan darah, dan masalah
struktur jantung) terutama penyakit jantung koroner merupakan
yang menjadi pembunuh utama pada beberapa negara industri
salah satunya adalah Indonesia. Serangan jantung adalah
terjadinya penyumbatan di pembuluh darah koroner secara
akut atau mendadak, yang biasanya diawali dengan
pembentukan kerak di dalam pembuluh darah. Inilah yang
disebut sebagai coronary artery disease atau Penyakit Jantung
Koroner (PJK) (Aulia, 2020). Menurut Badan Kesehatan Dunia
(World Health Organitation) 60% dari seluruh penyebab
kematian penyakit jantung adalah Penyakit Jantung Koroner
(PJK), sementara itu di Indonesia berdasarkan data Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018, angka kejadian
penyakit jantung dan pembuluh darah semakin meningkat dari
tahun ke tahun. Setidaknya 15 dari 1000 orang atau sekitar
2.784.064 individu di Indonesia menderita penyakit jantung
(Risekesdas, 2018). Terjadi peningkatan sebanyak 7,6% kasus
dalam kurun waktu 11 tahun terakhir.

Pelayanan caridologi ini merupakan salah satu program


yang akan menjadi program unggulan pelayanan yang ada
di rumah sakit ini. Instalasi Layanan Jantung Pembuluh
Darah Terpadu, merupakan pendukung layanan jantung
yang menyediakan sumber daya, fasilitas, dan kompetensi
untuk mendukung penyelenggaraan kegiatan pelayanan
cardiologi yang meliputi kegiatan rawat inap, rawat jalan,
rawat intensif, rehabilitasi jantung, diagnosis invasif dan
intervensi non bedah jantung pembuluh darah serta
diagnostik non invasif. Ada hal spesifik dari Instalasi
Layanan Jantung Pembuluh Darah Terpadu (ILJPT) yaitu
pengembangan pelayanan berupa suatu program
pelayanan jantung terpadu yang paripurna mulai dari tahap
pencegahan, deteksi dini kelainan jantung, perawatan/
pengobatan dengan pengobatan konservatif dan tindakan
intervensi non bedah sampai pembedahan kelainan jantung
dan pembuluh darah pada pasien anak dan dewasa, dan
rehabilitasi jantung. Pelayanan jantung dan pembuluh darah
di ILJPT didukung oleh beberapa KSM yaitu KSM Jantung,
KSM anak, KSM bedah, KSM anestesi dan reanimasi, dan
KSM penunjang pathologi klinik, dan KSM radiologi.

Studi kelayakan ini menggambarkan perkembangan


demand masyarakat serta fasilitas kesehatan yang tersedia di
suatu wilayah merupakan tuntutan masyarakat akan pelayanan
kesehatan yang lebih baik, perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi kesehatan. Peningkatan tingkat pendidikan
masyarakat dan kemudahan mendapatkan informasi sejalan
dengan perkembangan ilmu kedokteran mendukung adanya
pelayanan rumah sakit yang lebih baik. Berdasarkan hasil studi
kelayakan ini, pembangunan fasilitas kesehatan, dan
pengembangan layanan terpadu ini khususnya untuk rumah
sakit tipe B yang masih mempunyai prospek yang sangat baik
di masa depan. Keberhasilan rumah sakit ini juga memerlukan
keterlibatan dan kesungguhan berbagai pihak meliputi
perencanaan rumah sakit, pelaksana pembangunan, dan
penyandang dana. Dalam era teknologi canggih, komunikasi
serba cepat maka pelayanan kesehatan pun dituntut seirama
dengan perkembangan jaman baik dari segi layanan medis,
kemudahan dan kecepatan administrasi, lingkungan yang asri
dan suasana yang nyaman.
B. Tujuan
Tujuan dari penyusunan studi kelayakan ini adalah :
a. Menetapkan visi dan misi rumah sakit untuk mewujudkan
layanan kesehatan yang bermutu
b. Menciptakan layanan kesehatan yang inovatif dengan
menciptakan produk unggulan
c. Menciptakan SDM yang berkarakter, berkompetensi dan
professional dalam mewujudkan pelayanan yang unggul
d. Studi kelayakan yang disusun akan dievaluasi dan dianalisa
untuk diputuskan apakah proyek tersebut layak atau tidak
dengan memperhatikan berbagai aspek sebagai bahan
pertimbangan seperti:
 Aspek sosial ekonomi
 Aspek kesehatan
 Aspek teknis
 Aspek pemasaran
 Aspek pengorganisasian
 Aspek keuangan
e.Secara khusus menyusun analisa keuangan bagi
PT/Yayasan (Pemilik) yang berkaitan dengan rencana
pengembangan pelayanan cardiologi terpadu

C. Ruang lingkup
Studi kelayakan ini mempunyai ruang lingkup pemahaman
dan kajian meliputi:
a. Kajian kebutuhan pelayanan rumah sakit, meliputi:
1)Demografi, yang mempertimbangkan luas wilayah dan
kepadatan penduduk, serta karakteristik penduduk
yang meliputi umur, jenis kelamin dan status
perkawinan.
2)Sosio-ekonomi, yang mempertimbangkan
kultur/kebudayaan, tingkat pendidikan, angkatan kerja,
lapangan pekerjaan, pendapatan domestik rata-rata
bruto.
3)Morbiditas dan mortalitas, yang mempertimbangkan 10
penyakit utama (Puskesmas, Rumah Sakit baik di
Rawat jalan dan Rawat inap), angka kematian (GDR,
NDR), angka persalinan, dan lain-lain.
4)Sarana dan prasarana kesehatan yang
mempertimbangkan jumlah, jenis dan kinerja layanan
kesehatan , jumlah spesialisasi dan kualifikasi tenaga
kesehatan, jumlah dan jenis layanan penunjang
(apakah yang canggih, yang sederhana, atau yang
lainnya).
5)Peraturan perundang-undangan yang
mempertimbangkan kebijakan pengembangan wilayah
pembangunan sektor non kesehatan, kebijakan sektor
kesehatan dan perumah sakitan.
b. Kajian kebutuhan sarana/fasilitas dan peralatan medik/non
medik, dana dan tenaga yang dibutuhkan untuk layanan
yang akan diberikan, meliputi:
1)Sarana dan fasilitas fisik yang mempertimbangkan
rencana cakupan, jenis layanan dan fasilitas lain
dengan mengacu dari kajian kebutuhan dan permintaan
(program fungsi dan pogram ruang).
2)Peralatan medik dan non medik yang
mempertimbangkan perkiraan peralatan yang akan
digunakan dalam kegiatan layanan.
3)Tenaga / sumber daya manusia yang
mempertimbangkan perkiraan kebutuhan tenaga dan
kualifikasinya.
4)Pendanaan yang mempertimbangkan perkiraan
kebutuhan dana investasi.
c. Kajian kemampuan pembiayaan yang meliputi:
1)Prakiraan pendapatan yang mempertimbangkan
proyeksi pendapatan yang mengacu dari perkiraan
jumlah kunjungan dan pengisian tempat tidur.
2)Prakiraan biaya yang mempertimbangkan proyeksi
biaya tetap dan biaya tidak tetap dengan mengacu
pada perkiraan sumber daya manusia.
3)Proyeksi Arus Kas (5 -10 tahun).
4)Proyeksi Laba/Rugi (5 – 10 tahun).

D. Analisa Proyek
1. Kekuatan (Strenght)
a) Di kota tersebut memiliki Rumah Sakit Pemerintah kelas B
satu (1) buah dan RS B Swasta berbentuk PT/Yayasan
ada tiga (2 ) RS dan 18 kelas C, dengan 20 Puskesmas ,
kebutuhan akan fasilitas rumah sakit di kota ini masih
sangat tinggi
b) Rumah sakit ini direncanakan memiliki fasilitas dan
peralatan medis yang sesuai dengan perkembangan
teknologi sehingga dapat melayani masyarakat secara
maksimal.
c) Rumah sakit ini akan dikelola dengan sistem manajemen
modern dan dengan pelayanan prima, serta SDM yang
berkualitas

2. Kelemahan
Sebagai rumah sakit kelas B, yang memiliki berbagai
permasalahan dan kerugian secara finansial,
dikhawatirkan akan berdampak kepada keuangan rumah
sakit, sehingga mengganggu jalannya aktivitas rumah
sakit.
3. Peluang
a) Peluang untuk menarik pelanggan/pasien di luar wilayah
sebagai rumah sakit pilihan.
b) Peluang untuk dapat bekerjasama dengan BPJS, asuransi
kesehatan/perusahaan di sekitar wilayah tersebut.
4. Ancaman
 Ketersediaan sarana dan prasarana umum belum lengkap,
 SDM yang masih belum kompeten

Rencana ruang lingkup rumah sakit meliputi :

a. Pelayanan perawatan Intensif Jantung/ Intensive


Cardiac Care Unit kapasitas 15 tempat tidur, terdiri dari
3 kamar VIP, dan telah mempunyai 2 ruang isolasi.
b. Pelayanan perawatan intensif pasca bedah jantung/
ICU Bedah Jantung kapasitas 4 tempat tidur.
c. Pelayanan High Care Unit/ HCU yang terdiri dari HCU
dewasa kapasitas 4 tempat tidur, HCU Anak 2 tempat
tidur,
d. Pelayanan diagnostik non Invasif: Echokardiografi &
TEE anak dan dewasa, stress ekhokardiografi, Tredmill
test, Holter monitoring, Pemeriksaan Vaskular,
pelayanan trans ekhokardiografi.
e. Pelayanan diagnostik invasif kateterisasi jantung,
antara lain: Coronarografi, arteriografi perifer,
Penyadapan jantung kanan/ kiri,Elektrofisiologi)
f. Pelayanan Intervensi invasif/ non bedah, antara lain,
pemasangan pacu jantung temporer dan permanen
(TPM-PPM ),PTCA, BMV, Ablasi, Pericardial syntesis.
BAB II

ASPEK UMUM

2. 1. Perseroan Terbatas
2.1.1. Nama dan Alamat perseroan Terbatas
2.1.2. Nama dan Struktur PT : meliputi Komisaris Utama,
Komisaris, dan
Direktur
2.2. Permodalan
2.2.1. Besarnya modal berdasarkan akte modal
Perseroan Terbatas
2.2.2. Modal Investor/Kreditur : berdasarkan kebutuhan
rumah sakit

BAB III
ASPEK KHUSUS

3.1. Investasi Pengembangan Rumah Sakit


Investasi Rumah Sakit dengan rincian sebagai berikut :
a) Biaya tanah
Dengan jumlah tempat tidur 400, maka luas
bangunan minimal adalah
400 x 75 m2 = 30.000 m2. Direncanakan gedung
rumah sakit akan dibuat bertingkat 3 lantai. Luas
lantai dengan KDB (Koefisien Dasar Bangunan)
sebesar 30%, maka luas tanah yang diperlukan
adalah 40.000 m2. Bila asumsi harga tanah sesuai
NJOP di daerah tersebut sebesar Rp. 500.000 / m 2
maka biaya harga tanah = Rp.20.000.000.000,-
b) Biaya konstruksi : 30.000 x Rp. 3.500.000 / m2 =
Rp. 105.000.000.000,-

c) Biaya peralatan medis dan non medis = Rp.


105.000.000.000,- (asumsi 100% dari biaya
konstruksi)

d) Biaya perijinan =Rp. 1.000.000.000,- (asumsi


kabupaten tingkat I)

e) Biaya operasional 1 tahun pertama = Rp


20,000.000.000,- (SDM+Energi+lain-lain)

Total biaya investasi pengembangan rumah sakit adalah


Rp. 251.000.000.000,- (dua ratus lima puluh satu milyar
rupiah)
BAB IV
ASPEK PEMASARAN

Pemerintah wajib menjamin kesehatan seluruh


masyarakat dengan menyediakan sarana pelayanan
kesehatan berupa puskesmas, rumah sakit, dan sarana
kesehatan lain. Mengingat pertumbuhan jumlah penduduk
yang demikian besar, maka pihak swastapun dilibatkan
untuk ikut dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat. Peranan pihak swasta dalam menyediakan
fasilitas pelayanan kesehatan merupakan bagian dari
jaringan pelayanan kesehatan dan secara langsung dapat
dirasakan kehadirannya di tengah masyarakat.
Pada saat ini rasio antara kebutuhan dan ketersediaan
fasilitas kesehatan masih belum mencukupi. Hal ini
tercermin dari ketersediaan tempat tidur rumah sakit yang
ada dibandingkan dengan jumlah penduduk yang akan
dilayani. Ketentuan WHO mengatakan ratio setiap 500
penduduk adalah 1 TT. Penduduk kota A jumlahnya 10 juta,
maka jumlah TT yang dibutuhkan 10 juta / 500 = 20.000.
Diperkirakan RS Pemerintah tipe A ada 400 TT. Kemudian
RS swasta total 22 RS dengan rata-rata 200 TT maka
didapatkan total 22x200 TT = 4400 TT. Meskipun demikian,
kualitas pelayanan kepada masyarakat harus terus
ditingkatkan, dengan cara menambah keunggulan-
keunggulan tertentu seperti :
1. Penyediaan peralatan yang lengkap, keluaran terbaru,
dari produk ternama, dan moderen serta
dioperasionalkan oleh tenaga-tenaga ahli dan
berpengalaman.

2. Dalam hal SDM, rumah sakit ini akan dikelola oleh


orang-orang yang benar-benar ahli di bidangnya,
sedangkan dalam bidang pelayanan medis, semua
ditangani oleh dokter spesialis yang profesional yang
didukung oleh sistem pelayanan rumah sakit yang
paripurna.

3. Rawat jalan dikelola secara profesional, dalam arti akan


dilayani dalam bentuk pelayanan individual profesi
berdasar pada kelainan organ sistem dan bentuk klinik
yang integral yaitu bentuk klinik terpadu berdasar pada
keluhan penderita dan gejala klinis penderita.
4. Tersedianya fasilitas mobilitas bagi pengguna
pelayanan rumah sakit agar berjalan lancar yaitu
dengan penggunaan sarana lift.

5. Tersedia UPS dan generator listrik sehingga tidak


berpengaruh dengan adanya gangguan listrik dari PLN.

6. Sistem sterilisasi kamar operasi dan ICU/ICCU/NICU


sudah terpasang jaringan pipa dengan memakai gas,
sehingga memberikan jaminan lingkungan yang steril
dan penghematan terhadap waktu berkaitan dengan
kesiapan kamar operasi.

7. Nuansa rumah sakit tidak dirasakan oleh pasien dan


keluarga maupun pengunjung terutama di daerah
publik, karena desain arsitektur rumah sakit dibuat
senyaman mungkin.

8. Disiapkan pula one day care symtem dan home care


system sehingga pasien yang tidak dapat pergi ke
rumah sakit akan dilayani di rumah oleh petugas dan
dokter dengan pelayanan sesuai standar pelayanan.

BAB V
ASPEK TEKNIS

5.1. Status Proyek


Proyek yang akan dibangun adalah rumah sakit swasta
dengan bentuk badan hukum Perseroan Terbatas. Proyek
ini dibangun dengan modal dari pendanaan pinjaman dan
akan dikelola dengan manajemen modern, dimana
pemegang saham tidak terlibat secara dominan, terutama
pada aspek birokrasi, manajemen umum, keuangan,
personalia, dan pemasaran. Akan tetapi dalam hal
standarisasi pelayanan medis dan rencana anggaran
pendapatan dan belanja rumah sakit, pemegang saham
masih ikut memegang kendali.
Investor atau kreditur hanya sebagai penyedia dana
dan tidak ikut serta dalam penyelenggaraan manajemen
rumah sakit, kecuali dalam keadaan tertentu, dimungkinkan
untuk dimusyawarahkan pada saat RUPS atau RUPS Luar
Biasa atas permintaan Direktur Utama dan atau Komisaris
Utama.
5.2. Gedung/Bangunan
5.2.1. Umum
Gedung direncanakan berlantai 3, dengan total luas
lantai 30.000 m2, dengan asumsi 10.000 m2 untuk luas
tiap lantai. Sisa lahan akan digunakan untuk parkir dan
taman.
5.2.2. Pembagian Utilitas Gedung
Gedung berlantai 3 dengan pembagian ruang-ruang tiap
lantai maupun antar lantai berdasarkan berbagai aspek,
yaitu aspek manfaat, efisiensi, kemudahan dalam
pencapaian, keamanan dan kenyamanan. Penghubung
antar lantai menggunakan fasilitas lift untuk pasien dan
lift barang, juga tersedia tangga kebakaran.
5.3. Kebutuhan Peralatan Medis
Ketersediaan peralatan medis dan peralatan penunjang
sesuai dengan standar yang berlaku, yaitu pada :

 Ruang Echo ( 3 bed, 2 ruangan)


 Ruang Holter ( 1 Ruangan )
 Poliklinik ( 4 Ruangan )
 Emergency Jantung ( 1 Ruangan, 5 bed )
 Ruang Administrasi/billing
 Ruang Perawat
 Ruang dokter Jaga
 Ruang Edukasi
 Ruang Dokumen
 Ruang Transit PJT ( 4 bed )
 Ruang EP LAB
 ICCU ( 12 bed )
 Ruang RR Cath Lab ( 2 bed )
 Ruang Cath – Lab
 Ruang Rawat Intermediate (13 bed)
 Ruang Klinik Stop Merokok
 Ruang Prevensi dan Rehabilitasi Jantung
 Ruang Gizi
 Ruang Farmasi

5.4. Kebutuhan Peralatan Non Medis


a. Transportasi
Mobil ambulance
Mobil Medical Check-Up dengan peralatannya
b. Audio-Visual
c. Furniture
d. Perlengkapan Elektronik
e. Komunikasi

5.5. Kebutuhan Sumber Daya Manusia (SDM)


Jumlah dan jenis ketenagaan di rumah sakit ini secara
garis besar dikelompokkan atas 6 kelompok, yaitu
1. Kelompok Eksekutif
2. Tenaga Administrasi
3. Tenaga Medis
4. Keperawatan
5. Tenaga Gizi
6. Keuangan
7. Tenaga Informasi
8. Tenaga Penunjang pelayanan medis yang meliputi
tenaga laboratorium, farmasi, radiologi, anesthesi,
dan fisioterapi.
9. Tenaga IPSRS (Instalasi Pemeliharaan Sarana /
Prasarana Rumah Sakit).
Jumlah tenaga yang direncanakan apabila rumah sakit
telah beroperasi adalah 300 orang. Perhitungan lebih rinci
akan diperhitungkan kembali berdasarkan lay-out,
kebutuhan minimal dan beban kerja, sehingga
pemenuhannya juga secara bertahap.

BAB VI
ASPEK KEUANGAN

Proposal ini dibuat untuk menilai feasibilitas atas sebuah


investasi pembangunan dan pengelolaan rumah sakit di
wilayah baru pemekaran kabupaten, dengan nilai investasi
sebesar : Rp 251.000.000.000,- Sedangkan permodalan
dengan perincian sebagai berikut :
PMA : Rp 251.000.000,-
Dana tersebut akan digunakan untuk biaya pembangunan
sarana dan prasarana sebesar Rp. 231.000.000.000,- , dan
modal kerja operasional sebesar Rp. 20.000.000.000,-
Analisis yang akan dilakukan terhadap prediksi kegiatan
operasional yang berhubungan dengan pengelolaan
keuangan berupa data proyeksi pemasukan dan
pengeluaran uang (cash flow) dan rencana kegiatan.
Analisis keuangan dilakukan pada dua aspek yaitu Penilaian
Feasibilitas investasi dan penilaian kinerja keuangan
organisasi ketika kegiatan sudah berjalan.
Analisa Cash Flow 6 Tahun kedepan
Proyeksi Laporan Rugi Laba
Rumah sakit ini memproyeksikan laba kotor yang akan
dicapai mulai tahun pertama beroperasi, yaitu sebesar Rp.
599.000.000,- kemudian mengalami peningkatan pada tahun
kedua sebesar Rp. 5.120.000.000,-Sedangkan pada tahun
ketiga beroperasi, laba perusahaan meningkat hingga Rp.
21.544.000.000,- dan pada tahun ke-6 laba perusahaan
menjadi Rp. 157.192.832.000,-
Proyeksi Penerimaan (Sales Projection)
Proyeksi atas penerimaan (sales) rumah sakit pada tahun
pertama operasional adalah sebesar Rp. 13.000.000.000,-
dan pada tahun ke-6 penerimaan menjadi Rp.
188.006.400.000,-
Proyeksi Biaya Variabel dan Biaya Tetap
Yang termasuk kategori biaya variable adalah biaya upah
paramedis dan non medis, biaya bahan baku, obat-obatan,
biaya pemeliharaan, serta biaya administrasi umum.
Sedangkan yang termasuk biaya tetap adalah biaya gaji
direksi dan staff, biaya gaji dokter umum dan spesialis,
biaya penyusutan dan amortisasi.
Analisis Investasi
Tujuan dari analisis ini adalah untuk melihat feasibilitas
ekonomi dari sebuah investasi.
a. Analisis Net Present Value (NPV)
Analisis ini untuk melihat nilai waktu dari uang. Uang
yang alkan diterima pada masa yang akan datang berupa
cash flow bersih, dikonversikan ke nilai uang sekarang
dengan menggunakan software aplikasi excel diperoleh Net
Present Value yang positif sebesar Rp.162.079.837.000,- .
Karena hasil yang diperoleh bernilai positif, maka berarti
investasi mampu menghasilkan nilai lebih atas nilai
modalnya serta investasi mampu memberi nilai positif
terhadap pemilik modal.
b. Internal Rate of Return (IRR)
IRR merupakan indikator tingkat efisiensi dari suatu
investasi. Suatu proyek/investasi dapat dilakukan apabila
laju pengembaliannya lebih besar daripada laju
pengembalian apabila melakukan investasi di tempat lain
Bunga deposito, reksadana, dan lain-lain). IRR bertujuan
untuk menghitung tingkat pengembalian internal (tingkat
bunga) dari sebuah arus kas (Cash Flow) secara periodik.
Dengan menggunakan data cash flow dan program excel,
nilai IRR didapat sebesar 110,9 %, ini sangat baik sekali.
c. Pay Back Period (PBP)
Pay Back Period adalah kemampuan peminjam dalam
mengembalikan pinjamannya atau lama kembalinya modal
diukur dalam satuan waktu. Perhitungan dilakukan dengan
cara membagi nilai modal/investasi dengan nilai kas masuk
netto. Atas dasar perhitungan didapat pay back period
selama 4 tahun setelah beroperasi, walaupun pengembalian
modal pinjaman bank selama 6 tahun.
d. Break Event Point (BEP)
Untuk mengetahui kapasitas atau omset penjualan
berapa perusahaan tidak menderita kerugian maupun tidak
mendapatkan laba. Dari hasil analisis BEP Rumah Sakit
berada pada tingkat penjualan Rp. 26.000.0000.000,- yang
dicapai pada tahun kedua dengan tingkat penjualan sebesar
53 %.
Berdasarkan analisis diatas maka kesimpulan dari analisis
pengeluaran modal (capital budgeting) dihasilkan NPP yang
potitif dan pengembalian (PBP) modal yang relative cepat
serta BEP yang berada di atas kapasitas normal, serta IRR
berada jauh diatas deposito perbankan. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa rencana pengelolaan Rumah Sakit
ini baik secara operasional maupun financial sangat
memadai

Analisis Kinerja Organisasi


Pengelolaan keuangan di rumah sakit, memegang peranan
yang sangat penting, karena dengan pengelolaan yang baik
akan mampu menghasilkan laba yang memadai. Untuk
menilai kinerja operasional suatu organisasi, diperlukan
analisis data laporan laba rugi dan neraca rumah sakit. Pada
saat ini kami hanya membatasi pada Studi Kelayakan
Capital Budgeting saja melalui parameter, IRR, NPV, Pay
back Period dan BEP Analisis. Mengingat dengan tools
tersebut sudah dapat mencerminkan rencana investasi
sangat feasibel.
KESIMPULAN
Dari analisis di atas menunjukkan bahwa rencana investasi
dengan menggunakan penanaman modal asing untuk
pengelolaan Rumah Sakit ini sangat feasible secara ekonomis
yang dibuktikan dengan hasil analisis yang dihitung secara
cermat dengan menggunakan paket aplikasi excel. Dari analisis
investasi (Capital Budgeting) yang terdiri dari analisis Net
Present Value, IRR, Pay Back Period dan BEP, semua
menunjukkan ke arah yang positif untuk menerima proyek ini.

3. Uraikan Tata Kelola RS meliputi Good Covernance baik


Good Corporate Covernance maupun Good Clinical
Covernance yang sesuai dengan Pengembangan
Pelayanan dimaksud Jelaskan
Tata kelola organisasi yang baik (Good Corporate
Governance) bagi rumah sakit merupakan langkah awal
yang dapat dilakukan untuk dapat mengikuti perubahan.
Tata kelola organisasi rumah sakit yang baik dapat membuat
seluruh stakeholder rumah sakit merasakan keadilan
(fairness) transparansi (transparency), kemandirian
(independency), akuntabilitas (accountability) dan
pertanggungjawaban (responsibility) sehingga setiap organ
rumah sakit dari bawah sampai tingkat atas dapat berjalan
dengan baik. Rumah sakit yang berjalan dengan seluruh
aktivitasnya yang baik diharapkan akan lebih dapat bertahan
dan mengembangkan dirinya sesuai landcapenya serta
mencapai visi dan misi rumah sakit.
Salah satu faktor kunci dalam pengembangan pelayanan
rumah sakit adalah bagaimana meningkatkan mutu
pelayanan klinik. Rumah sakit adalah lembaga yang
memberikan pelayanan klinik sehingga mutu klinik
merupakan indikator penting bagi baik buruknya rumah
sakit. Baik dan buruknya proses pelayanan klinik
dipengaruhi oleh penampilan kerja dokter spesialis pada
rumah sakit. Sebagaimana sistem governance di
manajemen rumah sakit, saat ini dikembangkan sistem
governance di klinik. Pengembangan ini dipelopori oleh
Inggris pada dekade 90-an dengan menggunakan istilah
clinical governance. Prinsip dasar dalam pengembangan
pengelolaan clinical governance adalah bagaimana
mengembangkan sistem untuk meningkatkan mutu klinik.
Clinical governance bertugas memastikan bahwa telah
terdapat sistem untuk memonitor kualitas praktik klinis yang
berfungsi dengan baik; praktik klinis selalu dievaluasi dan
hasil evaluasinya digunakan untuk melakukan perbaikan;
dan praktik klinis sudah sesuai dengan standar, seperti yang
dikeluarkan oleh badan regulasi profesi nasional. Secara
rinci, sistem yang diterapkan dalam clinical governance
meliputi berbagai kegiatan seperti audit klinis, manajemen
efektif bagi kolega klinis yang berkinerja buruk, manajemen
risiko, praktik klinis berbasis pada bukti (evidence based),
pelaksanaan bukti efektivitas klinik, pengembangan
keterampilan kepemimpinan bagi klinisi, pendidikan
berkelanjutan bagi semua staf klinis, sampai audit feedback
dari konsumen. Clinical governance harus dibangun di atas
sistem yang baik dan efektif serta harus diintegrasikan
sepenuhnya ke dalam sistem governance rumah sakit. Akan
tetapi, disadari bahwa untuk membangun kepercayaan dan
menciptakan kelompok klinisi yang mempunyai motivasi
tinggi dalam kualitas perawatan klinisnya diperlukan
perubahan sikap dan kultur yang mendasar terutama pada
lingkungan klinisi.

4. Jelaskan pula aturan aturan dan Standar apa yang


diperlukan termasuk kebijakan, pedoman dan berapa
SOP/SPO yang dibutuhkan dalam penyelenggaraan
Pengembangan Pelayanan RS tersebut. Uraikan secara
lengkap
Jawab:
a. Tugas Pokok meliputi :
- Dokter
- Perawat
- Admin
- Billing
- Customer Service
b. Peraturan Rumah Sakit, meliputi :
- Hospital By Laws
- Medical Staf By Laws
- Non Medical Staf By Laws
c. SOP/SPO, meliputi :
- SOP IGD
- SOP Perawat
- SOP Nutrisi
- SOP Laboratorium
- SOP Perbekalan dan Farmasi
- SOP CATHLAB
- SOP Rekam Medis
- SOP IPRS (Instalasi Penunjang Rumah Sakit)
d. Clinical Pathway
e. SIMRS (Sistem Informasi dan Manajemen Rumah
Sakit)
f. Dalam persiapan akreditasi, maka diperlukan :
- Hak Pasien dan Keluarga
- Manajemen Informasi dan Rekam Medik
- Manajemen Komunikasi dan Edukasi
- Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
- Sasaran Keselamatan Pasien
- Standar Integrasi Pendidikan Kesehatan dalam
Pelayanan RS
- Kompetensi dan Kewenangan Staf
- Manajemen Fasilitas dan Keselamatan
- Pelayanan Kefarmasian dan Penggunaan Obat
- Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien
- Tata Kelola RS
- Akses ke RS dan Kontinuitas Pelayanan
- Asesmen Pasien
- Pelayanan dan Asuhan Pasien
- Pelayanan Anestesi dan Bedah
- Pelaksanaan Program Nasional

CATATAN: Dikerjakan masing masing mahasiwa dan


dikirim melalui email : fresleyhutapea@yahoo.com paling
lama 1 (satu ) minggu

Anda mungkin juga menyukai