Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN

HUKUM DAN ETIKA RUMAH SAKIT

DISUSUN OLEH :
NOLA MARZALINA (20190034)
ANIZA PUTRI (20190044)

DOSEN PENGAMPU :
EDI HASKAR,SH.MH

PROGRAM STUDI D-III ADMINISTRASI RUMAH SAKIT


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA BARAT
BUKITTINGGI
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah,

Taufik dan Hinayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang

berjudul “Hukum dan Etika Rumah Sakit” dalam bentuk maupun isinya yang sangat

sederhana.

Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun

pedoman bagi pembaca dalam permasalahan pendidikan terutama profesi administrasi rumah

sakit.

Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan

pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi

makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.

Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami

miliki sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan

masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini

Bukittinggi,30 November 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
A. Latar Belakang .............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan ........................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 2


A. Rumah Sakit .................................................................................. 2
B. Etika............................................................................................... 3
C. Identifikasi Masalah Etika di Rumah Sakit .................................. 14
D. Pemecahan Masalah Etika di Rumah Sakit .................................. 15

BAB III PENUTUP .......................................................................................... 17


A. Kesimpulan ................................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Rumah sakit adalah tempat berkumpul sebagian besar tenaga kesehatan dalam
menjalankan profesinya seperti:dokter, dokter gigi, apoteker, perawat, bidan, nutrisionis,
fisioterapis, ahli rekam medik dan lain-lain.
Rumah sakit menurut Peraturan Menteri Kesehatan Ri Nomor:159b/Men.Kes/
Per/II/1988 tentang Rumah Sakit adalah”sarana Upaya Kesehatan Yang
Menyelenggarakan Kegiatan Pelayanan Kesehatan Serta dapat dimanfaatkan Untuk
Pendidikan Tenaga Kesehatan Dan Penelitian”

B. Rumusan Masalah
Rumusan Masalah dalam makalah ini, adalah :
1. Untuk mengetahui Hukum Rumah Sakit
2. Untuk mengetahui Etika Rumah Sakit
3. Untuk mengetahui Masalah-masalah Etika yang ada di Rumah Sakit
4. Dan mengetahui bagaimana cara Pemecahan Masalah Etika di Rumah Sakit

C. Tujuan Penulisan
Dengan adanya pembahasan ini, diharapkan kita sebagai mahasiswa dapat
memahami dan mengerti berbagai hal tentang Hukum dan Etika Rumah Sakit. sehingga
mampu menerapkan dan mengidentifikasikan pada kehidupan kita.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Rumah Sakit
1. Hukum Rumah Sakit
hukum kesehatan terdiri dari banyak disiplin,diantaranya:
 Hukum kedokteran,
 Hukum keperawatan,
 Hukum farmasi,
 Hukum apotik,
 Hukum kesehatanmasyarakat,
 Hukum perobatan,
 Hukum rumah sakit,
 dan lain-lain
2. Kewajiban Rumah Sakit
a. Membuat peraturan-peraturan yang berlaku dirumah sakit(hospital by laws)
b. Mensyaratkan bahwa pasien harus mentaati segala peraturan rumah sakit
c. Mensyaratkan bahwa pasien harus mentaati segala intruksi yang diberikan dokter
kepadanya
d. Memilih tenaga dokter yang akan berkerja dirumah sakit
e. Menuntut pihak-pihak yang telah melakukan wanprestasi(termasuk pasien, pihak
ketiga dan lain-lain).
3. Hak rumah sakit
a. Merawat pasien sebaik-baiknya
b. Menjaga mutu perawatan
c. memberikan pertolongan pengobatan di unit emergensi
d. menyediakan sarana dan peralatan umum yang dibutuhkan
e. menyediakan sarana dan peralatan medik yang dibutuhkan sesuai dengan tingkat
rumah sakit dan urgensinya.
f. menjaga agar semua sarana dan peralatan senantiasa dalam keadaan siap pakai
g. merujuk pasien kepada rumah sakit lain apabila tidak mempunyai peralatan medis
khusus atau tenaga dokter khusus yang diperlukan.

2
h. menyediakan daya penangkal kecelakaan (alat pemadam api, sarana dan alat
pertolongan penyelamatan pasien dalam keadaan darurat).
4. dari 12 hak pasien di rumah sakit
a. atas pelayanan yang manusiawi
b. memperoleh asuhan perawatan yang bermutu baik
c. memilih dokternya
d. meminta dokter yang merawat agar mengadakan konsultasi dengan dokter lain
e. atas “privacy” dan kerahasiaan penyakit yang diderita
5. kewajiban pasien di rumah sakit
a. pasien dan keluarganya berkewajiban untuk mentaati segala peraturan tata-tertib
rumah sakit
b. pasien wajib untuk menceritakan sejujur-jujurnya tentang segala sesuatu mengenai
penyakit yan dideritanya
c. pasien berkewajiban untuk mematuhi segala instrusi dokter dalam rangka
pengobatannya
d. pasien dan/atau penanggungnya berkewajiban untuk melunasi semua imbalan atas
jasa pelayanan rumah sakit/dokter
e. pasien dan/atau penanggungnya berkewajiban untuk memenuhi segala perjanjian
yang ditanda tanganinya.

B. Etika
1. Definisi Etika
Etika (umum) ; istilah dengan aneka ragam arti. Etika punya arti yang
berbeda-beda jika dilihat dari sudut pandang pengguna yang berbeda dari istilah itu.
Bagi ahli falsafah, etika adalah ilmu atau kajian formal tentang moralitas. Moralitas
adalah ha-hal yang menyangkut moral, dan moral adalah sistem tentang motivasi,
perilaku dan perbuatan manusia yang dianggap baik atau buruk. Franz magnis suseno
menyebut etika sebagai ilmu yang mencari orientasi bagi usaha manusia untuk
menjawab pertanyaan yang amat fundamental : bagaimana saya harus hidup dan
bertindak ? Peter singer, filusf kontemporer dari australia menilai kata etika dan
moralitas sama artinya, karena itu dalam buku-bukunya ia menggunakan keduanya
secara tertukar-tukar.

3
Bagi sosiolog, etika adalah adat, kebiasaan dan perilaku orang-orang dari
lingkungan budaya tertentu. Bagi praktisi profesional termasuk dokter dan tenaga
kesehatan lainnya etika berarti kewajiban dan tanggung jawab memenuhi harapan
(ekspekatasi) profesi dan amsyarakat, serta bertindak dengan cara-cara yang
profesional, etika adalah salah satu kaidah yang menjaga terjalinnya interaksi antara
pemberi dan penerima jasa profesi secara wajar, jujur, adil, profesional dan terhormat.
Bagi eksekutif puncak rumah sakit, etika seharusnya berarti kewajiban dan
tanggung jawab khusus terhadap pasien dan klien lain, terhadap organisasi dan staff,
terhadap diri sendiri dan profesi, terhadap pemrintah dan pada tingkat akhir walaupun
tidak langsung terhadap masyarakat. Kriteria wajar, jujur, adil, profesional dan
terhormat tentu berlaku juga untuk eksekutif lain di rumah sakit.
Bagi asosiasi profesi, etika adalah kesepakatan bersamadan pedoman untuk
diterapkan dan dipatuhi semua anggota asosiasi tentang apa yang dinilai baik dan
buruk dalam pelaksanaan dan pelayanan profesi itu.
2. Hal-hal yang bukan etika
Untuk melengkapi tentang etika, perlu juga ditambahkan tentang apa yang
menurut peter singer sebenarnya bukan etika (what ethics is not)
a. Etika bukan seperangkat larangan khusus yang hanya berhubungan dengan
perilaku seksual.
b. Etika bukan sistem yang ideal, luhur dan baik dalam teori, namun tidak ada
gunanya dalam praktek.agaknya, penilaian demikianlah yang apriori diberikan
oleh masyarakat jika ada kasus kejadian klinis yang tidak dinginkan dibawa ke
mkek.
c. Etika bukan sesuatu yang hanya dapat dimengerti dalam konteks agama. Ini
tentulah pemikiran sekuler. Menurut ajaran agama, sesuatu yang secara moral
'baik' adalah sesuatu yang sangat disetujui dan disenangi tuhan. Sedangkan singer
berpendapat (sama dengan plato 2000 tahun sebelumnya), suatu perbuatan
manusia adalah baik karena disetujui tuhan, bukan sebalikny karena disetujui
tuhan perbuatan itu mnejadi baik. Kontradiksi pendapat tentang ini sudah
berlangsung berabad-abad, dan mungkin akan berlangsung terus.
d. Etika bukan sesuatu yang relatif atau subjektif. Sangkalan singer terhadap
anggapan keempat ini tidak dijelaskan lebih lnajut disini, karena elaborasinya dari
sudut historis dan falsafah yang panjang dan rumit.

4
Dapat dilihat, bahwa empat hal yang dianggap bukan etika di atas adalah
sanggahan peter singer terhadap apa yang dianggapnya sistem nilai umum dalam
masyarakat.
3. Jenjang perkembangan dari ajaran moral sampai kode etik
a. Ajaran moral : Ajaran tentang bagaimana manusia harus hidup dan
berbuat agar menjadi manusia yang baik
b. Moral : Sistem nilai atau konsensus sosial tentang motivasi,
perilaku dan perbuatan tertentu dinilai baik atau
buruk.
c. Falsafah moral : Falsafah atau penalaran moral yang menjelaskan
mengapa perbuatan tertentu dinilai baik, sedangkan
perbuatan lain buruk.
Falsafah moral menghasilkan teori-teori etika.
d. Teori-teori etika : Kerangka untuk berpikir tentang apakah suatu
perbuatan dapat diterima dinilai dari pendekatan
moral. Dua teori etika klasik yang paling terkenal
adalah utilitiarisme dan deontologi. Teori
utilitiarisme menilai baik-buruknya suatu tindakan
dari hasil atau dampak tindakan itu. Jika hasilnya
baik (the greatest good for the greates number),
secara moral tindakan itu adalah baik. Teori
deontologi berkata lain ; lakukan kewajiban (deon =
kewajiban), jangan lihat hasil atau dampaknya.
e. Asas-asas etika : penerapan teori-teori etika dalam praktek. Dua asas
etika klasik adalah beneficence (kewajiban untuk
berbuat baik) dan normaleficence (kewajiban untuk
tidak melakukan hal-hal yang merugikan
oranglain). Dua asas etika kontemporer adalah
menghormati manusia (respect for reason) dan
keadilan (justice).
f. Aturan-aturan etika : seperangkat standar atau norma yang diturunkan
dari asas-asas etika dan bertujuan mengatur
perilaku perbuatan manusia.

5
g. Kode etik profesi : seperangkat aturan etika khusus sebagai consensus
semua anggota asosiasi profesi, yang memuat amar
dan larangan yang wajib ditaati dan dilaksanakan
oleh semua anggota asosiasi dalam menjalankan
fungsi dan kegiatan profesionalnya.
Perlu pemahaman tentang jenjang dan hubungan antara konsep-konsep seperti
yang ditayangkan pada bagian di atas, terutama tentang beberapa teori etika yang
utama, tentang asas-asas etika, dan kode etik.
Oleh karena -seperti akan di elaborasi lebih lanjut di belakang nanti- terutama
asas-asas etika dan kode etik profesi adalah alat pengukur untuk menilai apakah
dalam kasus tertentu di rumah sakit terjadi pelanggaran etika atau tidak.
4. Kelahiran Etika Rumah Sakit
Etika rumah sakit yaitu etika praktis yang dikembangkan untuk rumah sakit
sebagai suatu institusi lahir pada waktu yang hampir bersamaan dengan kehadiran
etika biomedis. Atau dapat juga dikatakan etika institusional rumah sakit adalah
pengembangan dari etika biomedika (bioetika). Karena masalah-masalah atau dilema
etika yang baru sama sekali sebagai dampak atau akibat dari penerapan kemajuan
pesat ilmu dan teknologi biomedis, justru terjadi di rumah sakit. Sebagai contoh,
dapat disebut kegiatan reproduksi dibantu transplantasi organ.
Penggunaan alat-alat medis teknologi tinggi untuk menunjang hidup, operasi
ganti kelamin, penelitian serta uji-coba klinis, dan beberapa terobosan baru lain dari
revolusi biomedis sejak tahun 1960-an yang semuanya dilaksanakan di rumah sakit.
a. Komponen-komponen etika rumah sakit
Etika rumah sakit terdiri atas dua komponen :
 etika administratif
 etika biomedis
Klasifikasi ini sesuai dengan dua bidang governance di rumah sakit :corporate
governance dan clinical governance dengan wilayah tumpang tindih di antara
keduanya. Dapat dikatakan pada banyak masalah etika biomedis ada aspek etika
administratifnya dan pada semua kegiatan klinis ada potensi isu etisnya.
Isu-isu atau potensi masalah etika yang terkait dengan masing-masing
komponen etika rumah sakit itu didiskusikan berikut ini :

6
b. Isu-isu etika administratif
 Potensi isu etika administratif yang pertama terkait dengan kepemimpinan dan
manajemen di rumah sakit. Fungsi manajemen mencakup antara lain kegiatan
menentukan obyektif, menentikna arah dan memberi pedoman pada
organisasi. Kegiatan-kegiatan kepemimpinan dan manajemen ini paling
sensitif secara etis. Artinya dalam pelaksanaannya seorang pemimpin yang
manajer puncak sangat mudah-disadari atau tidak melanggar asas-asas etika
beneficence, nonmaleficence, menghormati manusia dan berlaku adil.
apalagi jika direktur rumah sakit berprilaku diskrimatif dan
menerapkan standar ganda; ia menuntut orang lain mematuhi standar-standar
yang ditetapkan. Sedangkan ia sendiri tidak mau memberi teladan sesuai
dengan standar-standar itu
 Potensi isu etika administratif berikutnya adalah tentang privasi. Privasi
menyangkut hal-hal konfidensial tentang pasien, seperti rahasia pribadi,
kelainan atau penyakit yang diderita, keadaan keuangan, dan terjaminnya
pasien dari gangguan terhadap ketersendirian yang menjadi haknya. Adalah
kewajiban etis rumah sakit untuk menjaga dan melindungi privasi dan
kerahasiaan pasiennya. Harus diakui, hal itu tidak selalu mudah.
Misalnya kerahasiaan rekam medis pasien sukar dijaga, karena rumah
sakit modern data dan informasi yang terdapat di dalamnya terbuka bagi
begitu banyak petugas yang karena kewajibannya memang berhak punya
akses terhadap dokumen tersebut. Dapat juga terjadi dilema etika
administratif, jika terjadi keterpaksaan membuka kerahasiaan karena suatu
sebab di satu pihak lain kewajiban moral untuk menjaganya.
 Persetujuan tindakan medis (informed consent). Masalah etika administratif
dapat terjadi, jika informed consent tidak dilaksanakan sebagaimana
seharusnya, yaitu persetujuan yang diberikan secara sukarela oleh pasien yang
kompeten kepada dokter untuk melakukan tindakan medis tertentu pada
dirinya, setelah ia diberi informasi yang lengkap dan dimengerti olehnya
tentang semua dampak dan risiko yang mungkin terjadi sebagai akibat
tindakan itu atau sebagai akibat sebagai tidak dilakukan tindakan itu. Dalam
banyak hal, memang tidak terjadi banyak masalah etika, jika intervensi medis

7
berjalan aman dan outcome klinis sesuai dengan apa yang diharapkan semua
pihak.
Tetapi, dapat saja terjadi suatu tindakan invansif ringan yang rutin
dikerjakan sehari-hari- misalnya-apendektomi- berakibat fatal. Kasus
demikian dapat menjadi penyesalan berkepanjangan.dapat juga terjadi dilema
etik pada dokter dirumah sakit, yang tega mengungkapkan informasi yang
selengkapnya kepada pasien, karena ia tahu jika itu dilakukan pasien akan jadi
bingung, fanik, dan takut sehingga ia minta dipulangkan saja untuk mencari
pengobatan alternatif. Padahal dokter percaya bahwa tindakan medik yang
direncanakan masih besar kemungkinannya untuk menyelamatkan pasien.
Dilema etika administratif berikutnya di rumah sakit dapat terjadi berhubung
dengan faktor-faktor situasi keuangan. Contoh-contoh berikut ini terjadi sehari-
hari.
1) Apakah kemampuan pasien membayar uang muka adalah faktor yang mutlak
bagi rumah sakit untuk memberikan pertolongan kepadanya.
2) Karena pertimbangan tertentu, pemilik atau manajeman rumah sakit
mengalokasikan dana yang terbatas untuk proyek tertentu,dan dengan
demikian mengakibatkan kebutuhan lain yang mungkin lebih mendesak, lebih
besar manfaatnya, dan lebih efektif biaya. Bagaimana sikap rumah sakit
terhadap dokter tertentu sangat tinggi tarif jasanya. Jika ditegur ia pasti akan
marah, dan mungkin akan hengkang kerumah sakit lain. Padahal ia patient
getter yang merupakan 'telur emas'bagi rumah sakit.
3) Bagaimana sikap terhadap pasien yang kurang tepat waktu melunasi piutang
periodiknya, padahal ia sangat memerlukan tindakan khusus lanjutan.
4) Untuk rumah sakit milik pemodal, bagaimana sikap manajemen jika ada
konflik kepentingan antara kebutuhan pasien dengan keingginan pemegang
saham yang melihat sesuatu hanya dari perhitungan bisnis.
5) Bagaimana jika ada konflik kepentingan antara pemilik, manajemen dan para
klinis yang akar masalahnya adalah soal keuangan dan pendapatan.
6) Bagaimana sikap manajemen terhadap dokter tertentu yang dapat diduga
melakukan moral hazard dengan berkolusi dengan pbf. Bagaimana sikap
rumah sakit terhadap teknologi mahal;disatu pihak diperlukan untuk

8
meningkatkan posisi dan citra rumah sakit, di pihak lain potensi moral hazard
juga tinggi demi untuk membayar cicilan kredit atau/easing.
c. Isu-isu etika biomeidis
Isu etika biomedis di rumah sakit menyangkut persepsi dan perilaku
profesional dan instutisional terhadap hidup dan kesehatan manusia dari sejak
sebelum kelahiran, pada saat-saaat sejak lahir, selama pertumbuhan, jika terjadi
penyakit atau cidera, menjadi tua,sampai saat-saat menjelang akhir
hidup,kematian,dan malah beberapa waktu setelah itu.
Sebenarnya pengertian etika biomedis dalam hal ini masih perlu dipilah
lagi dalam:
Isu-isu etika biomedis atau bioetika yang lahitr sebagai dampak revolusi
biomedis sejak tahun 1960-an, yang antara lain berakibat masalah dan dilema baru
sama sekali bagi para dokter dalam menjalankan propesinya.
Etika biomedis dalam arti ini didefinisikan oleh international association
of bioethics sebagai berikut; bioetika adalah studi tentang isu-isu
etis,sosial,hukum,dan isu-isu lainyang timbul dalam pelayanan kesehatan dan
ilmu-ilmu biolagi(terjemahan oleh penulis).
isu-isu etika medis'tradisional' yang sudah dikenal sejak ribuan tahun, dan
lebih banyak menyangkuthubungan individual dalam interaksi terapeutik antara
dokter dan pasien. Kemungkinan adanya masalah etika medis demikianlah yang
dalam pelayanan di rumah sakit sekarang cepat oleh masyarakat (dan media masa)
ditunding sebagai malpraktek.
1) Isu-isu bioetika
Beberapa contoh yang dapat dikemukakan tentang isu etika biomedis
dalam arti pertama (bioetika) adalah antara lain terkait dengan: kegiatan
rekayasa genetik,teknologi reproduksi,eksperimen medis, donasi dan
transpalasi organ, penggantian kelamin, eutanasia, isu-isu pada akhir hidup,
kloning terapeutik dan kloning repraduktif. Sesuai dengan definisi di atas
tentang bioetika oleh international association of bioethics ,kegiatan-kegiatan
di atas dalam pelayanan kesehatan dan ilmu-ilmu biologi tidak hanya
menimbulkan isu-isu etika,tapi juga isu-isu sosial, hukum, agama, politik,
pemerintahan, ekonomi, kependudukan, lingkungan hidup, dan mungikin juga
isu-isu di bidang lain.

9
Dengan demikian,identifikasi dan pemecaha masalah etika biomedis
dalam arti tidak hanya terbatas pada kepedulian internal rumah sakit saja-
misalnya komite etika rumah sakit dan para dokter saja seperti halnya pada
penanganan masalah etika medis 'tradisional'- melainkan kepedulian dan
bidang kajian banyak ahlimulti- dan inter-displiner tentang masalah-masalah
yang timbul karena perkembangan bidang biomedis pada skala mikro dan
makro,dan tentang dampaknya atas masyarakat luas dan sistemnilainya,kini
dan dimasa mendatang (f.abel,terjemahan k.bertens).
Studi formal inter-disipliner dilakukan pada pusat-pusat kajian bioetika
yang sekarang sudah banyak jumlahnya terbesar di seluruh dunia.dengan
demikian,identifikasi dan pemecahan masalah etika biomedis dalam arti
pertama tidak dibicarakan lebih lanjut pada presentasi ini. Yang perlu
diketahui dan diikuti perkembangannya oleh pimpinan rumah sakit adalah
tentang 'fatwa' pusat-pusat kajian nasional dan internasional,deklarasi badan-
badan internasional seperti pbb, who, amnesty international, atau'fatwa'
akademi ilmu pengetahuan nasional (diindonesia;aipi) tentang isu-isu bioetika
tertentu, agar rumah sakit sebagai institusi tidak melanggar kaidah-kaidah
yang sudah dikonsesuskan oleh lembaga-lembaga nasional atau supranasional
yang terhormat itu. Dan jika terjadi masalah bioetika dirumah sakit yang
belum diketahui solusinya,pendapat lembaga-lembaga demikian tentu dapat
diminta.
2) Isu-isu etika medis
Seperti sudah disinggung diatas, masalah etika medis tradisional dalam
pelayanan medis dirumah sakit kita lebih banyak dikaitkan dengan
kemungkinan terjadinya malpraktek, terutama oleh dokter. Padahal, etika
disini terutama diartikan kewajiban dan tanggung jawab institusional rumah
sakit. Kewajiban dan tanggung jawab itu dapat berdasar pada ketentuan
hukum (perdata, pidana, atau tata usaha negara) atau pada norma-norma etika.
Malpraktek (medis) sebenarnya adalah istilah hukum yang berarti
kesalahan dalam menjalankan profesi. Berkhouwer dan borstman (dikutip oleh
veronica komalawati) mengatakan,seorang dokter melakukan kesalahan
profesi, apabila ia tidak memeriksa, tidak membuat penilaian, tidak melakukan
tindakan atau tidak menghindari tindakan (tertentu), sedangkan dokter-dokter

10
yang baik pada umumnya pada situasi yang sama akan melakukan
pemeriksaan, membuat penilaian, melakukan tindakan atau menghindari
tindakan (tertentu).
Kita dapat melihat: pertama, bahwa definisi ini bersifat relatif.baik
buruknya seorang dokter menjalankan profesinya dibandingkan dengan rata-
rata dokter lain. Tentu ini ada kelemahan-kelemahannya ; dapat saja seorang
dokter yang inovatif di tuduh melakukan malpraktek karena ia melakukan hal-
hal yang tidak biasa dilakukan kebanyakan dokter lain, padahal yang ia
lakukan adalah baik dan bermanfaat bagi pasien. Soal standar profesi tidak
disinggung dalam devinisi itu,mungkin karena belum ada,karena buku dua ahli
hukum belanda itu diterbitkan lebih daripada setengah abad yang lalu dalam
tahun 1950.
Kedua. Walaupun tidak secara eksplisit dinyatakan, dalam definisi ini
dengan kesalahan profesional ditonjolkan tentang kelainan; dokter tentu tidak
melakukan pemeriksaan. Tidak membuat penilaian, tidak melakukan tindakan,
dan tidak menghindari tindakan tertentu. Ini sesuai dengan pemahaman,
bahwa malpraktek adalah sama dengan negligence.
Sesuai dengan konteks makalah ini, tentang malpraktek dengan latar
belakang pelanggaran hukum tidak dibicarakan lebih jauh. Fokus utama
adalah pada masalah etika medis di rumah sakit. Terkait dengan itu, untuk
kejelasan wacana uraian rekapulatiif berikut ini kiranya diperlukan:
 Etika dalam hal ini diartikan sebagai kewajiban dan tanggung jawab.
 Etika rumah sakit adalah etika institusi, jadi kewajiban dan tanggng jawab
itu adalah institusional,bukan individual.
 Namun, eksekutif puncak rumah sakit- sebagai yang oleh pemilik melalui
governing body (badan pengampu, majelis wali amanah, dewan pembina,
atau nama jenis yang lain) diberi kekuasaan mengelola dan tanggung
jawab rumah sakit, dengan sendirinya juga adalah penanggung jawab
moral dan etika institusional.
 Etika medis berhubungan dengan hidup dan kesehatan. Objek kewajiban
dan tanggung jawab pada etika medis adalah hidup dan kesehatan manusia
dan kelompok manusia dilingkungan luar rumah sakit. Itu berarti pasien
staf serta karyawan rumah sakit,dan masyarakat.

11
 Masalah etika rumah sakit timbul apabila terjadi pelanggaran terhadap
asas-asas etika (umum)dan kode etik rumah sakit, yang adalah uraian lebih
operasional dari asas-asas etika.
 Asas-asas etika yang diterapkan pada etika rumah sakit sebagai etika
praktis adalah:
- rumah sakit berbuat kebaikan (benifecence)dan tidak menimbulkan
mudharat atau cidera (nonmalifecence)pada pasien,staf dan
karyawan,masyarakat umum,serta lingkungan hidup.
- Dua asas etika klasik ini sudah ada dalam lafal sumpah hipprokrates
sejak lebih 23 abad yang lalu. Dua asas ini adalah juga ajaran semua
agama. Ajaran islam hampir selalu menyebut dua asas itu dalam satu
kalimat (amar ma 'arupnahi mungkar).dalam ajaran agama hindu,
nonmaleficence adalah ahimsa.
- asas menghormati manusia (respect for persons) berarti menghormati
pasien,staf dan karyawan,serta masyarakat dalam hal hidup dan
kesehatan mereka. Itu berarti menghormati otonomi (hak untuk
mengambil keputusan tentang diri sendiri),hak-hak asasi sebagai warga
negara, hak atas informasi,hak atas privasi,hak atas kerahasiaan,seta
harkat dan mertabat mereka sebagai manusia dan lain-lain.
- asas keadilan (justice): keadilan sosial, keadilan ekonomi, dan
perlakuan yang 'fair'terhadap pasien, staf dan karyawan, serta
masyarakat umum.
Komite Etik Rumah Sakit (KERS)
Komite Etik Rumah Sakit (KERS), dapat dikatakan sebagai
suatu badan yang secara resmi dibentuk dengan anggota dari berbagai
disiplin perawatan kesehatan dalam rumah sakit yang bertugas untuk
menangani berbagai masalah etik yang timbul dalam rumah sakit.
KERS dapat menjadi sarana efektif dalam mengusahakan saling
pengertian antara berbagai pihak yang terlibat seperti dokter, pasien,
keluarga pasien dan masyarakat tentang berbagai masalah etika hukum
kedokteran yang muncul dalam perawatan kesehatan di rumah sakit.
Ada tiga fungsi KERS ini yaitu pendidikan, penyusun
kebijakan dan pembahasan kasus. Jadi salah satu tugas KERS adalah

12
menjalankan fungsi pendidikan etika. Dalam rumah sakit ada
kebutuhan akan kemampuan memahami masalah etika, melakukan
diskusi multidisiplin tentang kasus mediko legal dan dilema etika
biomedis dan proses pengambilan keputusan yang terkait dengan
permasalahan ini.
Dengan dibentuknya KERS, pengetahuan dasar bidang etika
kedokteran dapat diupayakan dalam institusi dan pengetahuan tentang
etika diharapkan akan menelurkan tindakan yang profesional etis.
Komite tidak akan mampu mengajari orang lain, jika ia tidak cukup
kemampuannya.
Oleh sebab itu tugas pertama komite adalah meningkatkan
pengetahuan anggota komite. Etika kedokteran dewasa ini berkembang
sangat pesat. Di Indonesia etika kedokteran relatif baru dan yang
berminat tidak banyak sehingga lebih sulit mencari bahan bacaan yang
berkaitan dengan hal ini. Pendidikan bagi anggota komite dapat
dilakukan dengan belajar sendiri, belajar berkelompok, dan
mengundang pakar dalam bidang agama, hukum, sosial, psikologi, atau
etika yang mendalami bidang etika kedokteran.
Para anggota komite setidaknya harus menguasai berbagai
istilah/konsep etika, proses analisa dan pengambilan keputusan dalam
etika. Pengetahuan tentang etik akan lebih mudah dipahami jika ia
diterapkan dalam berbagai kasus nyata. Semakin banyak kasus yang
dibahas, akan semakin jelaslah bagi anggota komite bagaimana bentuk
tatalaksana pengambilan keputusan yang baik. Pendidikan etika tidak
tebatas pada pimpinan dan staf rumah sakit saja. Pemilik dan anggota
yayasan, pasien, keluarga pasien, dan masyarakat dapat diikutsertakan
dalam pendidikan etika.
Pemahaman akan permasalahan etika akan menambah
kepercayaan masyarakat dan membuka wawasan mereka bahwa rumah
sakit bekerja untuk kepentingan pasien dan masyarakat pada
umumnya. Selama ini dalam struktur rumah sakit di Indonesia dikenal
subkomite/panitia etik profesi medik yang merupakan struktur dibawah
komite medik yang bertugas menangani masalah etika rumah sakit.

13
Pada umumnya anggota panitia ini adalah dokter dan masalah yang
ditangani lebih banyak yang berkaitan dengan pelanggaran etika
profesi. Mengingat etika kedokteran sekarang ini sudah berkembang
begitu luas dan kompleks maka keberadaan dan posisi panitia ini tidak
lagi memadai.
Rumah sakit memerlukan tim atau komite yang dapat
menangani masalah etika rumah sakit dan tanggung jawab langsung
kepada direksi. Komite memberikan saran di bidang etika kepada
pimpinan dan staf rumah sakit yang membutuhkan. Keberadaan komite
dinyatakan dalam struktur organisasi rumah sakit dan keanggotaan
komite diangkat oleh pimpinan rumah sakit atau yayasan rumah sakit.
Proses pembentukan KERS ini, rumah sakit memulainya dengan
membentuk tim kecil yang terdiri dari beberapa orang yang memiliki
kepedulian mendalam dibidang etika kedokteran, bersikap terbuka dan
memiliki semangat tinggi.
Jumlah anggota disesuaikan dengan kebutuhan. Keanggotaan
komite bersifat multi disiplin meliputi dokter (merupakan mayoritas
anggota) dari berbagai spesialisasi, perawat, pekerja sosial,
rohaniawan, wakil administrasi rumah sakit, wakil masyarakat,
etikawan, dan ahli hukum.

C. Identifikasi Masalah Etika di Rumah Sakit


Kurt darr mengatakan, bahwa seorang eksekutuf rumah sakit tidak perlu sampai
mengikuti kursus tentang pilosofi atau etika untuk dapat mengidentifikasikan masalah
etika, walaupun kursus-kursus demikian akan banyak menolong. Yang penting,harus ada
kepekaan, kebiasaan melakukan refleksi (an inquiring mind), dan etika pribadi (personal
etics)yang cukup baik. Tiga pertanyaan berikut ini dianjurkan diajukan pada diri sendiri
untuk mengidentifikasikan kemungkinan adanya etika pada kasus tertentu.
 apakah pasien, staf dan karyawan, atau masyarakat umum dalam kasus tertentu itu
diperlakukan seperti saya ingin diperlakukan dalam kasus seperti itu? Ini dinamakan
the golden rule.
 apakah pasien, staf dan karyawan, serta masyarakat umum cukup dilindungi terhadap
kemungkinan cidera dalam keberadaan dan pelayanan di rumah sakit?

14
 apakah penjelasan tentang informed conset kepada pasien cukup memberi informasi
baginya tentang apa yang akan dilakukan pada dirinya
Jika salah satu atau lebih dari tiga pertanyaan itu terjawab dengan "tidak",ada
indikasi masalah etika pada kasus yang dihadapi. Pertanyaan-pertanyaan selanjutnya
adalah:
1. adakah pasal-pasal dalam kode etik rumah sakit yang dilanggar?
2. adakah asas-asas etika umum yang dilanggar?
3. jika masih perlu untuk lebih memastikan: teori etika mana yang dapat dipakai untuk
pembenaran keputusan atau tindakan rumah sakit yang menimbulkan masalah etika
administratif atau etika biomedis.
Sama halnya dengan proses pemecahan masalah secara umum, mengajukan
pertanyaan-pertanyaan yang tepat adalah bagian penting proses itu.

D. Pemecahan Masalah Etika di Rumah Sakit


Setelah berhasil mengidentifikasikan adanya masalah etika administratif, masalah
bioetika, masalah medis tradisional, atau gabungan berbagai masalah etika itu dirumah
sakit, langkah berikutnya adalah mencari solusi untuk masalah-masalah itu. Perlu segera
ditambahkan, bahwa pemecahan masalah etika secara umum tidak mudah. Pada dasarnya
ada dua model untuk pemecahan masalah secara umum; model terprogram (rasional) dan
model tak terprogram.
Model rasional terprogram mungkin dapat diterapkan pada pemecahan banyak
masalah manajemen umum, tetapi rasio saja tidak selalu berhasil diterapkan pada
pemecahan masalah etika. Masalah etika administratif tertentu di rumah sakit yang
menyangkut proses atau prosedur mungkin dapat lebih mudah dipecahkan secara rasional.
Tetapi, masalah etika biomedis yang menyangkut substansi atau prinsif sering kali sangat
sensitif, karena itu rasio saja tidak selalu efektif. Diperlukan kebijaksanaan yang
umumnya tidak dapt diprogramkan.
Dianjurkan langkah langkah umum sebagai berikut untuk pemecahan masalah
etika rumah sakit:
1. Memecahkan struktur masalah yang sudah teridentifikasi kedalam komponen-
komponennya, menganalisis komponen-komponen itu sehingga ditemukan akar
masalah.akar masalah adalah penyebab paling dasar dari masalah etika yang terjadi.

15
Ia dapat berupa kelemahan pada manusia, kepemimpinan,manajemen, budaya
organisasi, sarana, alat, sistem, prosedur, atau faktor-faktor lain.
2. Melakukan analisis lebih dalam tentang akar masalah yang sudah ditemukan (root
cause analysis),untuk menetapkan arah pemecahannya.
3. Menetapkan beberapa alternatif untuk pemecahan akar masalah.
4. Memilih alternatif yang situasional terbaik untuk pemecahan masalah itu.
5. Memantau dan mengevaluasi penerapan upaya pemecahan yang sudah dilaksanakan.
6. Melakukan tindakan koreksi jika masalah etika belum terpecahkan atau terulang lagi
terjadi. Tindakan koreksi yang dapat menimbulkan masalah etika baru adalah jika
manusia sebagai penyebab akar masalah yang berulang-ulang dikeluarkan dari rumah
sakit.

16
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Telah disampaikan tentang etika umum dan etika rumah sakit sebagai etika
terapan atau etuka praktis. Juga uraian tentang jenis atau kelompok etika di rumah sakit,
mekanisme untuk mengidentifikasi masalah-masalah etika, serta langkah-langkah umum
untuk pemecahanya. Pemecahan masalah etika lebih rumit dan sulit daripada pemecahan
masalah manajemen umum.
"Setiap seni dan setiap penelaahan, dan demikian pula setiap tindakan dan
pencarian, dianggap bertujuan pada suatu kebaikan; dan karena alasan ini yang baik
dengan tepat telah dinyatakan sebagai apa yang dituju oleh segala sesuatu." - 1094a (buku
i, bab 1)
"Dan kebahagiaan dianggap bergantung pada kegiatan bersantai (leisure); karena
kita bersibuk-sibuk supaya kita dapat bersantai, dan berperang agar kita hidup dalam
damai." - (buku x, bab 7) (juga) "kita berperang agar kita dapat hidup dalam damai."

17
DAFTAR PUSTAKA

http://www.pdpersi.co.id/?show=detailnews&kode=934&tbl=artikel
http://httpyasirblogspotcom.blogspot.com/2009/02/hukum-dan-etika-rumah-sakit.html

Anda mungkin juga menyukai