diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Strategi Pembelajaran di SD yang
diampu oleh
Ibu Dra. Effy Mulyasari, M. Pd. dan Bapak Mubarok Somantri, M. Pd.
PGSD-4C
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Guru Profesional dan
Pembelajaran Abad 21” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Mata
Kuliah Strategi Pembelajaran di SD. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang guru professional dan pembelajaran abad 21. Kami mengucapkan terima
kasih kepada bapak dan ibu dosen selaku pengampu tugas Mata Kuliah Strategi Pembelajaran
di SD yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan
sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari,
makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini. Atas segala perhatian
pembaca sekalian, kami ucapkan terima kasih.
(Kelompok 3)
2
DAFTAR ISI
BAB II ................................................................................................................................................... 7
PEMBAHASAN.................................................................................................................................. 7
2.1 Pengertian Guru Profesional......................................................................................... 7
3.2 Saran.............................................................................................................................. 26
3
BAB I
PENDAHULUAN
Untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, maka metode yang paling efektif
serta pilihan yang paling tepat ialah meningkatkan mutu pendidikan nasional. Dalam hal ini
guru menjadi tumpuan untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional. Hanya dengan guru
yang profesional maka pelaksanaan pendidikan nasional dapat ditingkatkan mutunya, dan
hanya dengan pelaksanaan pendidikan nasional yang bermutu maka kualitas manusia dapat
ditingkatkan. Dengan manusia yang berkualitas inilah bangsa Indonesia akan mempunyai daya
saing yang memadai di abad 21.
Pada abad 21 nanti tantangan guru tidak ringan, akan tetapi semakin berat. Di sisi lain
tugas guru tidak sederhana tetapi semakin kompleks. Untuk menghadapi tantangan yang
semakin berat dan tugas yang semakin kompleks itulah maka profesionalisme guru harus dapat
ditingkatkan dari yang sudah ada selama ini. Secara umum, selama ini kesejahteraan guru di
Indonesia yang relatif rendah kalau dibanding dengan kesejahteraan kaum profesional lain
diperkirakan telah menjadi kendala paling mendasar dalam upaya riil peningkatan
profesionalisme guru. Relatif rendahnya kesejahteraan guru diperkirakan telah berpengaruh
pada aktivitas guru baik di dalam kelas, di lingkungan sekolah maupun di lingkungan
masyarakat. Relatif rendahnya kesejahteraan guru telah menjadikan aktivitasnya kurang
optimal dan produktif. Peranan guru sangat penting dan merupakan salah satu kunci utama
keberhasilan pembangunan pendidikan. Sejalan dengan era globalisasi, ilmu pengetahuan dan
teknologi yang berkembang sangat cepat dan makin canggih, dengan peran yang makin luas
4
maka diperlukan guru yang mempunyai karakter. Berawal dari proses pendidikan guru, yang
nantinya akan menghasilkan tenaga guru yang profesional dan berkarakter.
Pada abad 21 nanti, ketika profesionalisme guru menjadi prasyarat utama dalam upaya
meningkatkan mutu pendidikan nasional maka hal-hal yang berkait dengan upaya peningkatan
kualitas guru harus sudah bisa diklarifikasi. Dengan kata lain pada abad 21 sistem
kesejahteraan guru di Indonesia haruslah dapat ditangani secara lebih baik sehingga benar-
benar sebanding dengan beratnya tantangan serta kompleksnya tugas, begitu pula sistem
pengadaan, pengelolaan, dan pengembangan karier guru harus ditangani secara baik pula
sehingga dapat memotivasi guru untuk berperilaku secara profesional demi mewujudkan para
guru abad 21 .Jadi, yang melatarbelakangi penyusunan makalah ini adalah harapan adanya
pemahaman yang benar terhadap profesionalisme guru sehingga dapat diketahui dengan pasti
tantangan yang akan dihadapi guru di abad ke 21.
1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian guru profesional
2. Dapat memahami mengenai pembelajaran abad 21
3. Dapat mengetahui kompetensi-kompetensi guru profesional abad 21
4. Dapat mengetahui tantangan guru abad 21
5. Dapat mengetahui prinsip pembelajaran abad 21
5
6. Dapat memahami konsep 4C (creativity, communication, collaboration, critical
thinking) dalam Pembelajaran abad 21
7. Dapat mengetahui kompetensi siswa pembelajaran abad 21
8. Dapat mengetahui karakter dan peran guru dalam pembelajaran abad 21
9. Dapat mengetahui model pembelajaran abad 21
1.4 Manfaat
Untuk mengetahui dan memahami tentang bagaimana seorang guru yang profesional
serta bagaimana pembelajaran abad 21. Dan juga untuk sumber belajar bagi peneliti sebagai
calon guru agar dapat mengaplikasikan serta meningkatkan kualitasnya pada pembelajaran
sesungguhnya di masa yang akan datang.
6
BAB II
PEMBAHASAN
7
communication skill (keterampilan komunikasi), dan 4) collaboration skill (keterampilan
berkolaborasi).
1. Kompetensi Kepribadian
Kompetensi kepribadian adalah kompetensi yang berkaitan dengan perilaku pribadi
guru itu sendiri yang kelak harus memiliki nilai-nilai moral yang luhur terpuji sehingga
dalam sikapnya sehari-hari akan terpancar keindahan apabila dalam sikap pergaulan,
pertemanan, dan juga ketika melaksanakan tugas dalam pembelajaran. Guru akan
bertambah berwibawa apabila pembelajaran disertai nilai-nilai luhur terpuji dan
mencerminkan guru yang digugu dan ditiru.
2. Kompetensi Profesional
Kompetensi professional yaitu kemampuan yang harus dimiliki guru dalam
perencanaan dan pelaksanaan proses pembelajaran. Guru mempunyai tugas untuk
mengarahkan kegiatan belajar peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Untuk itu guru dituntut mampu menyampaikan bahan pelajaran. Guru harus selalu
mengupdate dan menguasai materi pelajaran yang disajikan, selalu mengikuti
perkembangan dan kemajuan terakhir tentang materi yang disajikan.
3. Kompetensi Pedagogik
Kompetensi pedagogik yaitu kemampuan yang harus dimiliki guru berkenaan dengan
karakteristik peserta didik dilihat dari berbagai aspek seperti fisik, moral, sosial,
kultural, emosional, dan intelektual. Hal tersebut berimplikasi bahwa seorang guru
harus mampu menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik
karena peserta didik memiliki karakter, sifat, dan interes yang berbeda. Berkenaan
dengan pelaksanaan kurikulum, seorang guru harus mampu mengembangkan
kurikulum di tingkat satuan pendidikan masingmasing dan disesuaikan dengan
kebutuhan lokal. Guru harus mampu mengoptimalkan potensi peserta didik untuk
mengaktualisasikan kemampuannya di kelas, dan harus mampu melakukan penilaian
terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan.
4. Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial dalam belajar mengajar berkaitan erat dengan kemampuan guru
dalam berkomunikasi dengan masyarakat di sekitar kehidupannya, sehngga peran dan
8
cara pandang, cara berpikir, cara bertinda selalu menjadi tolok ukur terhadap
kehidupannya di masyarakat. Guru menjadi contoh yang diperlakukan secara normatif
karena kebiasaannya dalam status sosialnya, oleh karena itu diperlukan sejumlah
kompetensi sosial yang perlu dimiliki guru dalam berinteraksi dengan lingkungan
masyarakat di tempat dia tinggal dan berada.
9
2. Pembelajaran harus kolaboratif.
3. Belajar harus memiliki konteks.
4. Sekolah harus terintegrasikan dengan lingkungan masyarakat atau sosial.
10
Suatu pembelajaran termasuk pembelajaran kolaboratif apabila anggota kelompoknya
tidak tertentu atau ditetapkan terlebih dahulu, dapat beranggotakan dua orang, beberapa orang
atau bahkan lebih dari tujuh orang. Lebih lanjut Wasono dan Hariyanto mengemukakan bahwa
pembelajaran kolaboratif dapat terjadi setiap saat, tidak harus di sekolah, missal sekelompok
siswa saling membantu dalam mengerjakan pekerjaan rumah, bahkan pembelajaran kolaboratif
dapat berlangsung antar siswa yang berbeda kelas maupun dari sekolah yang berbeda. Jadi,
pembelajaran kolaboratif dapat bersifat informal yaitu tidak harus dilaksanakan di dalam kelas
dan pembelajaran tidak perlu terstruktur dengan ketat (Warsono dan Hariyanto (2012: 50-51).
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kolaboratif
adalah pembelajaran yang melibatkan siswa dalam suatu kelompok untuk membangun
pengetahuan dan mencapai tujuan pembelajaran bersama melalui interaksi sosial di bawah
bimbingan pendidik baik di dalam maupun di luar kelas, sehingga terjadi pembelajaran yang
penuh makna dan siswa akan saling menghargai kontribusi semua anggota kelompok.
Siswa harus dibelajarkan untuk bisa berkolaborasi dengan orang lain. Berkolaborasi
dengan orang-orang yang berbeda dalam latar budaya dan nilai-nilai yang dianutnya. Dalam
menggali informasi dan membangun makna, siswa perlu didorong untuk bisa berkolaborasi
dengan teman-teman di kelasnya. Dalam mengerjakan suatu produk, siswa perlu dibelajarkan
bagaimana menghargai kekuatan dan kemampuan setiap orang serta bagaimana mengambil
peran dan menyesuaikan diri secara tepat dengan mereka.
3. Communication (Komunikasi)
Elemen ini akan meminta siswa untuk bisa menguasai, mengatur (manajemen) dan
membuat hubungan komunikasi yang baik dan benar secara tulisan, lisan maupun multimedia.
Siswa akan diberi waktu untuk mengelola hal tersebut dan menggunakan kemampuan
komunikasi untuk berhubungan seperti menyampaikan gagasan, berdiskusi hingga
memecahkan masalah yang ada.
Communication (komunikasi) adalah proses pertukaran bahasa yang berlangsung
dalam dunia manusia. Oleh sebab itu komunikasi selalu melibatkan manusia baik dalam
konteks intrapersonal, kelompok maupun massa. Peneliti komunikasi membuktikan bahwa
hingga saat ini bahasa diakui sebagai media paling efektif dalam melakukan komunikasi pada
suatu interaksi antar individu seperti halnya kegiatan penyuluhan dan pembinaan, proses
belajar mengajar, pertemuan tempat kerja dan lain-lain. (Muhtadi, 2012)
Dalam proses pembelajaran guru harus membiasakan siswanya untuk saling
berkomunikasi baik tentang pelajaran maupun hal lain, baik dengan guru maupun dengan
siswa. Bahasa yang digunakan siswa dalam berkomunikasi akan memberikan dampak pada
11
siswa itu sendiri. Penggunaan kata yang tidak baik dalam komunikasi membawa dampak
negatif. Pesan yang disampaikan oleh siswa tidak dapat diterima oleh penerima pesan. Hal ini
akan memicu terjadinya kesalahan dalam penerimaan pesan yang dapat menimbulkan
kesalahpahaman atau konflik dalam berinteraksi. Selain itu, membiarkan siswa menggunakan
kata-kata kasar dalam berkomunikasi dapat menimbulkan kebiasaan buruk bagi anak.
Penggunaan kata yang baik dalam berkomunikasi akan membawa dampak positif pada anak.
Anak akan merasakan kepuasan karena tujuan yang diinginkan tercapai sehingga kepercayaan
diri anak akan meningkat.
4. Critical Thinking and Problem Solving (Berpikir Kritis & Pemecahan Masalah)
Siswa mampu melakukan penalaran yang masuk akal dan baik dalam menyelesaikan
pilihan yang rumit sehingga tercipta pemahaman yang komprehensif. Elemen ini merupakan
elemen paling krusial (penting) pada pembelajaran 21 ini. Berpikir kritis dan pemecahan
masalah akan mengajak siswa untuk bisa berpikir secara deduktif dan induktif secara mandiri
yang bertujuan untuk menguasai dan mampu menyelesaikan masalah yang rumit. Siswa akan
memakai elemen ini untuk memecahkan masalah yang ada dan mampu menjelaskan,
menganalisis dan menciptakan solusi bagi individu maupun masyarakat.
Berpikir kritis merupakan suatu proses yang terarah dan jelas yang digunakan dalam
kegiatan mental seperti memecahkan masalah, mengambil keputusan, membujuk,
menganalisis asumsi dan melakukan penelitian ilmiah. Berpikir kritis adalah kemampuan
untuk berpendapat dengan cara yang terorganisasi. Berpikir kritis merupakan kemampuan
untuk mengevaluasi secara sistematis bobot pendapat pribadi dan pendapat orang lain.
Keempat elemen di atas merupakan instrumen yang bisa membuat siswa beradaptasi
dan berkembang pada abad 21 ini. Dengan alat di atas diharap siswa bisa menjadi manusia
unggul yang bisa menyelesaikan masalah mulai dari masalah individu hingga masyarakat.
Kedepannya mereka akan bisa menjadi penerus bangsa yang unggul dan bisa diandalkan.
12
& Care, 2012). Way of thinking mencakup kreativitas, inovasi, berpikir kritis, pemecahan
masalah, dan pembuatan keputusan. Way of working mencakup keterampilan berkomunikasi,
berkolaborasi dan bekerjasama dalam tim. Tools for working mencakup adanya kesadaran
sebagai warga negara global maupun lokal, pengembangan hidup dan karir, serta adanya rasa
tanggung jawab sebagai pribadi maupun sosial. Sedangkan skills for living in the world
merupakan keterampilan yang didasarkan pada literasi informasi, penguasaan teknologi
informasi dan komunikasi baru, serta kemampuan untuk belajar dan bekerja melalui jaringan
sosial digital.
Keterampilan berpikir kritis
Keterampilan ini merupakan keterampilan fundamental pada pembelajaran di abad ke-
21. Keterampilan berpikir kritis mencakup kemampuan mengakses, menganalisis, mensintesis
informasi yang dapat dibelajarkan, dilatihkan dan dikuasai (P21, 2007a; Redecker et al 2011).
Keterampilan berpikir kritis juga menggambarkan keterampilan lainnya seperti keterampilan
komunikasi dan informasi, serta kemampuan untuk memeriksa, menganalisis, menafsirkan,
dan mengevaluasi bukti.
Pada era literasi digital dimana arus informasi sangat berlimpah, siswa perlu memiliki
kemampuan untuk memilih sumber dan informasi yang relevan, menemukan sumber yang
berkualitas dan melakukan penilaian terhadap sumber dari aspek objektivitas, reliabilitas, dan
kemutahiran.
Kemampuan menyelesaikan masalah
Keterampilan memecahkan masalah mencakup keterampilan lain seperti identifikasi
dan kemampuan untuk mencari, memilih, mengevaluasi, mengorganisir, dan
mempertimbangkan berbagai alternatif dan menafsirkan informasi. Seseorang harus mampu
mencari berbagai solusi dari sudut pandang yang berbeda-beda, dalam memecahkan masalah
yang kompleks. Pemecahan masalah memerlukan kerjasama tim, kolaborasi efektif dan kreatif
dari guru dan siswa untuk dapat melibatkan teknologi, dan menangani berbagai informasi yang
sangat besar jumlahnya, dapat mendefinisikan dan memahami elemen yang terdapat pada
pokok permasalahan, mengidentifikasi sumber informasi dan strategi yang diperlukan dalam
mengatasi masalah. Pemecahan masalah tidak dapat dilepaskan dari keterampilan berpikir
kritis karena keterampilan berpikir kritis merupakan keterampilan fundamental dalam
memecahkan masalah. Siswa juga harus mampu menerapkan alat dan teknik yang tepat secara
efektif dan efisien untuk menyelesaikan permasalahan.
Komunikasi dan kolaborasi
13
Kemampuan komunikasi yang baik merupakan keterampilan yang sangat berharga di
dunia kerja dan kehidupan sehari-hari. Kemampuan komunikasi mencakup keterampilan dalam
menyampaikan pemikiran dengan jelas dan persuasif secara oral maupun tertulis, kemampuan
menyampaikan opini dengan kalimat yang jelas, menyampaikan perintah dengan jelas, dan
dapat memotivasi orang lain melalui kemampuan berbicara. Kolaborasi dan kerjasama tim
dapat dikembangkan melalui pengalaman yang ada di dalam sekolah, antar sekolah, dan di luar
sekolah (P21, 2007a). Siswa dapat bekerja bersama-sama secara kolaboratif pada tugas
berbasis proyek yang autentik dan mengembangkan keterampilannya melalui pembelajaran
tutor sebaya dalam kelompok. Pada dunia kerja di masa depan, keterampilan berkolaborasi
juga harus diterapkan ketika menghadapi rekan kerja yang berada pada lokasi yang saling
berjauhan. Keterampilan komunikasi dan kolaborasi yang efektif disertai dengan keterampilan
menggunakan teknologi dan sosial media akan memungkinkan terjadinya kolaborasi dengan
kelompok-kelompok internasional.
Kreativitas dan inovasi
Pencapaian kesuksesan profesional dan personal, memerlukan keterampilan berinovasi
dan semangat berkreasi. Kreativitas dan inovasi akan semakin berkembang jika siswa memiliki
kesempatan untuk berpikir divergen. Siswa harus dipicu untuk berpikir di luar kebiasaan yang
ada, melibatkan cara berpikir yang baru, memperoleh kesempatan untuk menyampaikan ide-
ide dan solusi-solusi baru, mengajukan pertanyaan yang tidak lazim, dan mencoba mengajukan
dugaan jawaban. Kesuksesan individu akan didapatkan oleh siswa yang memiliki keterampilan
kreatif. Individu-individu yang sukses akan membuat dunia ini menjadi tempat yang lebih baik
bagi semuanya.
Literasi informasi, media, dan teknologi
Literasi informasi yang mencakup kemampuan mengakses, mengevaluasi dan
menggunakan informasi sangat penting dikuasai pada saat ini. Literasi informasi memiliki
pengaruh yang besar dalam perolehan keterampilan lain yang diperlukan pada kehidupan abad
ke-21. Seseorang yang berkemampuan literasi media adalah seseorang yang mampu
menggunakan keterampilan proses seperti kesadaran, analisis, refleksi dan aksi untuk
memahami pesan alami yang terdapat pada media. Kerangka literasi media terdiri atas
kemampuan untuk mengakses, menganalisis, mengevaluasi, dan menciptakan pesan dalam
berbagai bentuk media, menciptakan suatu pemahaman dari peranan media pada masyarakat,
dan membangun keterampilan penting dari informasi hasil penyelidikan dan ekspresi diri.
Literasi media juga mencakup kemampuan untuk menyampaikan pesan dari diri dan untuk
memberikan pengaruh dan informasi kepada orang lain.
14
Literasi informasi, komunikasi, dan teknologi (ICT)
Kemampuan literasi ICT mencakup kemampuan mengakses, mengatur, mengintegrasi,
mengevaluasi, dan menciptakan informasi melalui penggunaan teknologi komunikasi digital.
Literasi ICT berpusat pada keterampilan berpikir tingkat tinggi dalam mempertimbangkan
informasi, media, dan teknologi di lingkungan sekitar. Setiap negara hendaknya menumbuhkan
secara luas keterampilan ICT pada masyarakatnya karena jika tidak, negara tersebut dapat
tertinggal dari perkembangan dan kemajuan pengetahuan ekonomi berbasis teknologi.
Terdapat beberapa keterkaitan antara tiga bentuk literasi yang meliputi literasi komunikasi
informasi, media dan teknologi. Penguasaan terhadap keterampilan tersebut memungkinkan
penguasaan terhadap keterampilan dan kompetensi lain yang diperlukan untuk keberhasilan
kehidupan di abad ke-21 (Trilling & Fadel, 2009).
Tanggung jawab pribadi, pengaturan diri, dan inisiatif
Tingginya tingkat interaksi dan kerja sama tim dalam lingkungan kerja di abad ke-21
diharapkan dapat diantisipasi dengan meningkatkan kualitas pribadi siswa. Kemampuan
pengaturan diri adalah jantung dari pembelajaran abad ke-21. Siswa yang mandiri bertanggung
jawab terhadap proses belajarnya sendiri dan bersedia meningkatkan kemampuan sepanjang
kariernya. Herring (2012) berpendapat bahwa siswa yang mandiri mendapatkan motivasi dari
dalam dirinya sendiri. Siswa mandiri paham bahwa semangat belajar adalah kemampuan dasar
yang akan membuat mereka berhasil di tempat kerja. Kemampuan beradaptasi adalah
kemampuan untuk menanggapi perubahan kondisi ekonomi dan pasar serta menguasai
keterampilan baru dengan cepat. Kemampuan ini merupakan salah satu dari tiga kompetensi
yang paling dibutuhkan di dunia kerja abad ke-21.
Keterampilan berpikir logis
Generasi muda saat ini hidup di dunia yang lebih menantang, sehingga mereka perlu
mengembangkan kemampuan berpikir logis terhadap isu-isu global yang kompleks dan
penting. Mereka harus siap untuk mengatasi berbagai masalah, termasuk konflik manusia,
perubahan iklim, kemiskinan, penyebaran penyakit dan krisis energi. Sekolah harus
menyediakan berbagai peluang, bimbingan dan dukungan agar siswa memahami peran dan
tanggung jawabnya di dunia nyata, serta mengembangkan kompetensi yang memungkinkan
mereka untuk memahami situasi dan lingkungan baru.
Keterampilan metakognitif
P21 telah mengidentifikasi pembelajaran mandiri sebagai salah satu keterampilan dasar
dalam kehidupan dan karir yang diperlukan untuk mempersiapkan pendidikan dan pekerjaan
di abad ke-21 (P21, 2007a). Metakognisi didefinisikan sebagai 'thinking about thinking'.
15
Seseorang yang memiliki pengetahuan metakognitif berarti menyadari berapa banyak mereka
memahami topik pembelajaran dan faktor-faktor yang mempengaruhi pemahaman mereka.
Keterampilan metakognitif dapat meningkatkan pembelajaran dan pemahaman siswa.
Beberapa langkah penting untuk mengajarkan keterampilan metakognitif sebagai berikut: (a)
ajarkan kepada siswa bahwa belajar itu tidak terbatas jumlahnya dan kemampuan seseorang
untuk belajar dapat diubah, (b) ajarkan bagaimana menetapkan tujuan belajar dan
merencanakan pencapaiannya, dan (c) berikan siswa banyak kesempatan untuk berlatih
memantau kegiatan belajarnya secara akurat. Tanamkan pada siswa bahwa hal-hal tersebut
penting dan merupakan kebutuhan bagi siswa itu sendiri.
Delors Report (1996) dari International Commission on Education for the Twenty-first
Century, mengajukan empat visi pembelajaran yaitu pengetahuan, pemahaman, kompetensi
untuk hidup, dan kompetensi untuk bertindak. Selain visi tersebut juga dirumuskan empat
prinsip yang dikenal sebagai empat pilar pendidikan yaitu learning to know, lerning to do,
learning to be dan learning to live together.
1. Learning to Know
Belajar mengetahui merupakan kegiatan untuk memperoleh, memperdalam dan
memanfaatkan materi pengetahuan. Penguasaan materi merupakan salah satu hal
penting bagi siswa di abad ke-21. Siswa juga harus memiliki kemauan untuk belajar
sepanjang hayat. Hal ini berarti siswa harus secara berkesinambungan menilai
kemampuan diri tentang apa yang telah diketahui dan terus merasa perlu memperkuat
pemahaman untuk kesuksesan kehidupannya kelak. Siswa harus siap untuk selalu
belajar ketika menghadapi situasi baru yang memerlukan keterampilan baru.
Pembelajaran di abad ke-21 hendaknya lebih menekankan pada tema pembelajaran
interdisipliner. Empat tema khusus yang relevan dengan kehidupan modern adalah: 1)
kesadaran global; 2) literasi finansial, ekonomi, bisnis, dan kewirausahaan; 3) literasi
kewarganegaraan; dan 4) literasi kesehatan. Tema-tema ini perlu dibelajarkan di
sekolah untuk mempersiapkan siswa menghadapi kehidupan dan dunia kerja di masa
mendatang dengan lebih baik.
2. Learning to Do
Agar mampu menyesuaikan diri dan beradaptasi dalam masyarakat yang berkembang
sangat cepat, maka individu perlu belajar berkarya. Siswa maupun orang dewasa sama-
sama memerlukan pengetahuan akademik dan terapan, dapat menghubungkan
16
pengetahuan dan keterampilan, kreatif dan adaptif, serta mampu mentrasformasikan
semua aspek tersebut ke dalam keterampilan yang berharga.
3. Learning to Be
Keterampilan akademik dan kognitif memang keterampilan yang penting bagi seorang
siswa, namun bukan merupakan satu-satunya keterampilan yang diperlukan siswa
untuk menjadi sukses. Siswa yang memiliki kompetensi kognitif yang fundamental
merupakan pribadi yang berkualitas dan beridentitas. Siswa seperti ini mampu
menanggapi kegagalan serta konflik dan krisis, serta siap menghadapi dan mengatasi
masalah sulit di abad ke-21. Secara khusus, generasi muda harus mampu bekerja dan
belajar bersama dengan beragam kelompok dalam berbagai jenis pekerjaan dan
lingkungan sosial, dan mampu beradaptasi dengan perubahan zaman.
4. Learning to Live Together
Berbagai bukti menunjukkan bahwa siswa yang bekerja secara kooperatif dapat
mencapai level kemampuan yang lebih tinggi jika ditinjau dari hasil pemikiran dan
kemampuan untuk menyimpan informasi dalam jangka waktu yang panjang dari pada
siswa yang bekerja secara individu. Belajar bersama akan memberikan kesempatan
bagi siswa untuk terlibat aktif dalam diskusi, senantiasa memantau strategi dan
pencapaian belajar mereka dan menjadi pemikir kritis.
17
pendidikan. Peran guru dalam abad ke-21 harus bergeser dari berpola “penanam pengetahuan”,
menuju peran sebagai pembimbing, pengarah diskusi dan pengukur kemajuan belajar siswa
(Hampson, et al., 2011).
Tujuan utama dari pembelajaran abad ke-21 adalah membangun kemampuan belajar
individu dan mendukung perkembangan mereka menjadi pebelajar sepanjang hayat, aktif,
pebelajar yang mandiri; oleh karena itu guru perlu menjadi 'pelatih pembelajaran' – sebuah
peran yang sangat berbeda dari guru kelas tradisional. Guru sebagai pelatih pembelajaran akan
memberikan bimbingan untuk membantu siswa dalam mengembangkan keterampilan dan
menawarkan berbagai dukungan yang akan membantu siswa mencapai tujuan belajar mereka.
Guru sebagai pelatih pembelajaran akan mendorong siswa untuk berinteraksi dengan
pengetahuan - untuk memahami, mengkritisi, memanipulasi, mendesain, membuat dan
mengubahnya.
Guru perlu memperkuat keingintahuan intelektual siswa, keterampilan
mengidentifikasi dan memecahkan masalah, dan kemampuan mereka untuk membangun
pengetahuan baru dengan orang lain. Guru di abad ke-21 bukanlah guru yang mahir dalam
setiap topik dalam kurikulum, namun harus menjadi ahli dalam mencari tahu bersama-sama
dengan siswa mereka, tahu bagaimana melakukan sesuatu, tahu bagaimana cara untuk
mengetahui sesuatu atau bagaimana menggunakan sesuatu untuk melakukan sesuatu yang
baru. Peran penting seorang guru abad ke-21 adalah peran mereka sebagai role model untuk
kepercayaan, keterbukaan, ketekunan dan komitmen bagi siswanya dalam menghadapi
ketidakpastian di abad ke-21.
Guru dapat menggunakan respon siswa sebagai kesempatan untuk mengevaluasi
kesiapan mereka untuk belajar lebih dalam, dan memperkenalkan konsep-konsep baru yang
sesuai dengan menantang pemikiran mereka (Bolstad, 2011). Hasil belajar yang baik adalah
ketika individu melebihi harapan untuk menghafal dan mengulang fakta dan pengetahuan yang
terputus (dengan aplikasi tertentu), dan menangkap peluang untuk memahami konsep-konsep
yang sulit dan ide yang kompleks, mengevaluasi ide-ide baru, dan membuat inti sari wawasan
mereka sendiri.
Saavedra dan Opfer (2012) menyarankan sembilan prinsip untuk mengajarkan
keterampilan abad ke-21: (1) membuat pembelajaran relevan dengan 'big picture'; (2)
mengajar dengan disiplin; (3) mengembangkan kemampuan berpikir yang lebih rendah dan
lebih tinggi untuk mendorong pemahaman dalam konteks yang berbeda; (4) mendorong
transfer pembelajaran; (5) membelajarkan bagaimana 'belajar untuk belajar' atau metakognisi;
(6) memperbaiki kesalahpahaman secara langsung; (7) menggalakkan kerja sama tim;(8)
18
memanfaatkan teknologi untuk mendukung pembelajaran; dan (9) meningkatkan kreativitas
siswa. Bagaimana bentuk pedagogi yang paling berpotensi dalam memberdayakan kompetensi
dan keterampilan penting di masa depan yang kompleks dan tidak pasti? Bagian berikut
menjelaskan perspektif yang mendukung pembelajaran sedemikian.
a. Perbarui pada Kualitas
Permasalahan yang berkaitan dengan kualitas dan capaian pembelajaran kembali
menjadi agenda pendidikan di seluruh dunia. Peningkatan kualitas pendidikan dan
kesempatan belajar sepanjang hayat bagi semua, yang didasarkan pada empat bidang
prioritas: (1) perluasan akses terhadap pembelajaran yang berkualitas untuk semua,
pada semua tingkat pendidikan; (2) perhatian terhadap kualitas pendidikan, termasuk
konten dan relevansi, serta hasil belajar; (3) perhatian lebih besar pada keadilan; dan
(4) kesetaraan gender dengan fokus baru pada peningkatan akses untuk anak perempuan
pada lingkungan yang aman dan mendukung pembelajaran. Pada dasarnya,
pembelajaran yang berkualitas membutuhkan guru yang kompeten dan berkomitmen
pada pedagogi yang aktif.
19
c. Personalisasi dan Penyesuaian Belajar
Setiap orang memiliki berbagai cara untuk memperoleh keahlian, oleh karena itu
sebaiknya pembelajaran diarahkan untuk mengakomodasi beragam gaya dan cara
belajar siswa. Pembelajaran abad ke-21 memerlukan pembelajaran yang lebih personal
untuk mendukung kreativitas. Menurut Redecker et al. (2011), personalisasi memiliki
implikasi tentang apa, bagaimana dan di mana guru mengajar. Personalisasi dapat
terjadi melalui kolaborasi. Kolaborasi memungkinkan proses berbagi inovasi terjadi
lebih cepat dan informasi tentang bakat serta kemajuan siswa lebih segera diketahui.
Guru untuk abad ke-21 diharapkan dapat menumbuhkan rasa ingn tahu dan
menginspirasi siswa untuk mengeksplorasi berbagai aplikasi untuk pengetahuan dan
keterampilan yang telah mereka pelajari.
20
menyampaikan ide-ide pada teman-temannya, bertukar sudut pandang yang berbeda,
mencari klarifikasi, dan berpartisipasi dengan tingkat berpikir yang tinggi berpikir
seperti mengelola, mengorganisasi, menganalisis kritis, menyelesaikan masalah, dan
menciptakan pembelajaran dan pemahaman baru yang lebih mendalam.
21
semata tidak dapat menjamin keberhasilan pembelajaran. Terdapat banyak sarana
pembelajaran bagi guru untuk merangsang belajar dan membantu siswa menciptakan
pengetahuan baru.
22
dinamika kelas dan mendukung pembelajaran secara mandiri begitu juga guru
harusmendukung eksplorasi dan pemerolehan pengetahuan dan keterampilan baru
untuk menyiapkan siswa menuju abad ke-21 (Trilling dan Fadel, 2009).
23
lintas budaya, produktivitas dan akuntabilitas, serta kepemimpinan dan tanggung jawab.
Semua hasil belajar abad ke-21 ini akan dapat dikembangkan selama pembelajaran hanya jika
pendidik melaksanakan pembelajaran dengan pendekatan saintifik dengan tepat dan benar.
Berikut ini diuraikan beberapa model pembelajaran dengan pendekatan saintifik yang mampu
mengembangkan keterampilan abad ke-21.
Model pembelajaran penemuan
Model pembelajaran penemuan merupakan model pembelajaran dengan pendekatan
saintifik. Tahapan dalam pembelajaran penemuan adalah (1) stimulasi, (2) pernyataan masalah,
(3) pengumpulan data, (4) pengolahan data, (5) verifikasi, dan (5) generalisasi (Ramdhani et
al., 2017).
24
Model pembelajaran berbasis desain
Dalam model pembelajaran berbasis desain, peserta didik disuruh merancang atau
menciptakan suatu artefak yang mengharapkan peserta didik menerapkan pengetahuan dan
prinsip-prinsip yang dipelajari (Darling-Hammond, 2008). Model pembelajaran berbasis
desain sering ditemukan dalam domain teknologi, seni, teknik, arsitektur, dan sains, yaitu
peserta didik diminta menghasilkan ide-ide, membuat prototype, dan menguji hasil kreasinya.
25
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Untuk mencapai pendidikan yang berkualitas, tak lepas dari peran serta pemerintah dan
masyarakat. Guru sebagai ujung tombak suksesnya pendidikan harus mendapatkan
perhatian khusus. Salah satu peran pemerintah dalam memajukan pendidikan diantaranya
adalah memberikan tunjangan sertifikasi yang diharapkan dapat meningkatkan
profesionalisme guru dalam pembelajaran juga dalam kesejahteraan. Dengan
adanya sertifikasi seharusnya guru mengalokasikan tunjangan profesi yang diperolehnya
untuk pemenuhan alat pembelajaran, melengkapi literatur / referensi, mengikuti seminar,
workshop, pelatihan, serta melengkapi sarana yang relevan di abad 21, bukan malah
mengalokasikan tunjangan profesi untuk keperluan yang lain. Upaya peningkatan
kemampuan profesional tidak seharusnya berhenti ketika guru memperoleh ijazah
pendidikan keguruannya. Akan tetapi harus terus dikembangkan melalui
pembinaan- pembinaan. Guru memiliki peran yang sangat penting yaitu sebagai agen
of change dan inspirasi dalam menghadapi perubahan IPTEK yang semakin pesat tanpa
menghilangkan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa agar bangsa Indonesia mampu
bersaing secara Global.
3.2 Saran
Penulis menyadari sepenuhnya jika makalah ini masih banyak kesalahan dan jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, untuk memperbaiki makalah ini penulis meminta kritik dan saran
yang bersifat membangun dari para pembaca.
26
DAFTAR PUSTAKA
Barron, B. a.-H. (2008). Teaching for meaningful learning: a review of research on inquiry-
based and cooperative learning. L.
Binhas E, Hary M. (1989). Appareil de saisie magnetique pour instruments canalaires. Chir
Dent Fr, 41-42.
Bolstad, R. (2011). Taking a ‘Future Focus’ in Education – What Does It Mean? NZCER
Working Paper. . Wellington, New Zealand Council for Educational Research.
Delors, J. A.-A. (1996). Learning: The Treasure Within: Report to UNEReport to UNESCO of
the International Commission on Education for the Twenty-First Century. Paris:
UNESCO.
Leadbeater, C. (2008). What’s Next? 21 Ideas for 21st Century Learning. London : The
Innovation Unit.
M., H. (2018). Empat Kompetensi Untuk Membangun Profesionalisme Guru.
Meyer, B. H. (2008). Independent Learning: Literature Review. Research Report No. DCSF-
RR051. . Nottingham, UK,: Department for Children, Schools and Families.
Muhtadi, Asep Saeful . (2012). Komunikasi Dakwah Teori Pendekatan Dan Aplikasinya.
Simbiosa Rekatama Media.
R, R. (2021). Karakteristik dan Asesmen Pembelajaran Abad 21. Basicedu, 4341-4350.
Rahmawati, Yeni dan Kurniati, Euis. (2010). Strategi Pengembangan Kreativitas. Pada Anak
Usia Taman Kanak-kanak. Jakarta: Kencana. Sofia.
Redecker, C. A.-M. (2011). The Future of Learning: Preparing for Change. Luxembourg,
Publications Office of the European Union.
Saavedra, A. a. (2012). Teaching and Learning 21st Century Skills: Lessons from the Learning
Sciences. A Global Cities Education Network Report. ,. New York: Asia Society. .
Scott, C. (2015). The Futures of Learning 1: Why must learning content and methods change
in the 21st century? UNESCO Education Research and Foresight, . Paris: [ERF
Working Papers Series, No. 13].
Tilson, C. a. (n.d.). Powerful Learning: What We Know About Teaching for Understanding.
San Francisco, Calif., Jossey-Bass/John Wiley & Sons.
Warsono & Hariyanto. (2012). Pembelajaran Aktif: Teori dan Asesmen. Bandung: Remadja
Rosdakarya.
27