Anda di halaman 1dari 27

GURU PROFESIONAL DAN PEMBELAJARAN ABAD 21

diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Strategi Pembelajaran di SD yang
diampu oleh
Ibu Dra. Effy Mulyasari, M. Pd. dan Bapak Mubarok Somantri, M. Pd.

Disusun oleh: Kelompok 3


Muhamad Nurul Seha 2004536
Lian Assyra Maulida 2004444
Siti Alivia Nurazizah 2005068

PGSD-4C

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


DEPARTEMEN PEDAGOGIK
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Guru Profesional dan
Pembelajaran Abad 21” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Mata
Kuliah Strategi Pembelajaran di SD. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang guru professional dan pembelajaran abad 21. Kami mengucapkan terima
kasih kepada bapak dan ibu dosen selaku pengampu tugas Mata Kuliah Strategi Pembelajaran
di SD yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan
sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari,
makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini. Atas segala perhatian
pembaca sekalian, kami ucapkan terima kasih.

Bandung, 15 Februari 2022

(Kelompok 3)

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................................... 2


DAFTAR ISI ....................................................................................................................................... 3
BAB I ..................................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN............................................................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................... 4

1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................................... 5

1.3 Tujuan ............................................................................................................................. 5

1.4 Manfaat ........................................................................................................................... 6

BAB II ................................................................................................................................................... 7
PEMBAHASAN.................................................................................................................................. 7
2.1 Pengertian Guru Profesional......................................................................................... 7

2.2 Pembelajaran Abad 21................................................................................................... 7

2.4 Tantangan Guru Abad 21 ............................................................................................. 9

2.5 Prinsip Pembelajaran Abad 21 ..................................................................................... 9

2.6 Konsep 4C dalam Pembelajaran Abad 21 ................................................................. 10

2.7 Kompetensi Siswa Dalam Pembelajaran Abad 21 .................................................... 12

2.8 Peran dan Karakter Guru dalam Pembelajaran Abad 21 ....................................... 17

2.9 Model Pembelajaran Abad 21..................................................................................... 23

BAB III ............................................................................................................................................... 26


PENUTUP .......................................................................................................................................... 26
3.1 Kesimpulan ................................................................................................................... 26

3.2 Saran.............................................................................................................................. 26

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................................... 27

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bangsa Indonesia memiliki sumber daya alam (natural resources) yang serba
melimpah. Dengan kekayaan laut yang berlebih, kekayaan bumi yang melimpah, kekayaan
hutan yang membanggakan dan kekayaan alam lainnya yang serba memadai merupakan bukti
dimilikinya keunggulan komparatif secara optimal. Di sisi lain, ternyata dimilikinya
keunggulan komparatif yang optimal itu tidak diimbangi dengan keunggulan kompetitif yang
handal hingga perjalanan bangsa Indonesia untuk mencapai kemajuan pada berbagai bidang
kehidupan banyak mengalami kendala. Itulah sebabnya, bangsa Indonesia ditantang dapat
meningkatkan daya saing dengan cara meningkatkan kualitas sumber daya manusia (Human
Resources) yang dimilikinya.

Untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, maka metode yang paling efektif
serta pilihan yang paling tepat ialah meningkatkan mutu pendidikan nasional. Dalam hal ini
guru menjadi tumpuan untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional. Hanya dengan guru
yang profesional maka pelaksanaan pendidikan nasional dapat ditingkatkan mutunya, dan
hanya dengan pelaksanaan pendidikan nasional yang bermutu maka kualitas manusia dapat
ditingkatkan. Dengan manusia yang berkualitas inilah bangsa Indonesia akan mempunyai daya
saing yang memadai di abad 21.

Pada abad 21 nanti tantangan guru tidak ringan, akan tetapi semakin berat. Di sisi lain
tugas guru tidak sederhana tetapi semakin kompleks. Untuk menghadapi tantangan yang
semakin berat dan tugas yang semakin kompleks itulah maka profesionalisme guru harus dapat
ditingkatkan dari yang sudah ada selama ini. Secara umum, selama ini kesejahteraan guru di
Indonesia yang relatif rendah kalau dibanding dengan kesejahteraan kaum profesional lain
diperkirakan telah menjadi kendala paling mendasar dalam upaya riil peningkatan
profesionalisme guru. Relatif rendahnya kesejahteraan guru diperkirakan telah berpengaruh
pada aktivitas guru baik di dalam kelas, di lingkungan sekolah maupun di lingkungan
masyarakat. Relatif rendahnya kesejahteraan guru telah menjadikan aktivitasnya kurang
optimal dan produktif. Peranan guru sangat penting dan merupakan salah satu kunci utama
keberhasilan pembangunan pendidikan. Sejalan dengan era globalisasi, ilmu pengetahuan dan
teknologi yang berkembang sangat cepat dan makin canggih, dengan peran yang makin luas

4
maka diperlukan guru yang mempunyai karakter. Berawal dari proses pendidikan guru, yang
nantinya akan menghasilkan tenaga guru yang profesional dan berkarakter.

Pada abad 21 nanti, ketika profesionalisme guru menjadi prasyarat utama dalam upaya
meningkatkan mutu pendidikan nasional maka hal-hal yang berkait dengan upaya peningkatan
kualitas guru harus sudah bisa diklarifikasi. Dengan kata lain pada abad 21 sistem
kesejahteraan guru di Indonesia haruslah dapat ditangani secara lebih baik sehingga benar-
benar sebanding dengan beratnya tantangan serta kompleksnya tugas, begitu pula sistem
pengadaan, pengelolaan, dan pengembangan karier guru harus ditangani secara baik pula
sehingga dapat memotivasi guru untuk berperilaku secara profesional demi mewujudkan para
guru abad 21 .Jadi, yang melatarbelakangi penyusunan makalah ini adalah harapan adanya
pemahaman yang benar terhadap profesionalisme guru sehingga dapat diketahui dengan pasti
tantangan yang akan dihadapi guru di abad ke 21.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian guru profesional?
2. Apa itu pembelajaran abad 21?
3. Apa sajakah kompetensi-kompetensi guru profesional abad 21?
4. Apa saja tantangan guru abad 21?
5. Apa saja prinsip pembelajaran abad 21?
6. Apa itu konsep 4C (creativity, communication, collaboration, critical thinking) dalam
Pembelajaran abad 21?
7. Apa saja kompetensi siswa dalam pembelajaran abad 21?
8. Bagaimana karakter dan peran guru dalam pembelajaran abad 21?
9. Bagaimana model pembelajaran abad 21?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian guru profesional
2. Dapat memahami mengenai pembelajaran abad 21
3. Dapat mengetahui kompetensi-kompetensi guru profesional abad 21
4. Dapat mengetahui tantangan guru abad 21
5. Dapat mengetahui prinsip pembelajaran abad 21

5
6. Dapat memahami konsep 4C (creativity, communication, collaboration, critical
thinking) dalam Pembelajaran abad 21
7. Dapat mengetahui kompetensi siswa pembelajaran abad 21
8. Dapat mengetahui karakter dan peran guru dalam pembelajaran abad 21
9. Dapat mengetahui model pembelajaran abad 21

1.4 Manfaat
Untuk mengetahui dan memahami tentang bagaimana seorang guru yang profesional
serta bagaimana pembelajaran abad 21. Dan juga untuk sumber belajar bagi peneliti sebagai
calon guru agar dapat mengaplikasikan serta meningkatkan kualitasnya pada pembelajaran
sesungguhnya di masa yang akan datang.

6
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Guru Profesional


Guru profesional abad 21 bukanlah guru yang sekedar mampu mengajar dengan baik.
Guru profesional abad 21 adalah guru yang mampu menjadi pembelajar sepanjang karir untuk
peningkatan keefekfifan proses pembelajaran siswa seiring dengan perkembangan lingkungan;
mampu bekerja dengan, belajar dari, dan mengajar kolega sebagai upaya menghadapi
kompleksitas tantangan sekolah dan pengajaran; mengajar berlandaskan standar profesional
mengajar untuk menjamin mutu pembelajaran; serta memiliki berkomunikasi baik langsung
maupun menggunakan teknologi secara efektif dengan orang tua murid untuk mendukung
pengembangan sekolah (Hargreavas, 1997,2000; Darling, 2006).

Guru profesional dituntut tidak hanya memiliki kemampuan mengajar sebagaimana


disyaratkan dalam standar kompetensi pedagogik, namun guru juga harus mampu
mengembangkan profesionalitas secara terus menerus sebagaimana tertuang dalam kompetensi
profesional. Guru juga dituntut mampu menjalin komunikasi yang efektif dengan sesama
pendidik, tenaga kependidikan, orang tua, dan masyarakat sebagaimana disyaratkan dalam
kompetensi sosial serta memiliki kepribadian yang baik sebagaimana dideskripisikan pada
kompetensi pribadi. Disamping itu, guru juga harus memiliki kualifikasi akademik atau latar
belakang pendidikan yang memadai dan relevan dengan bidang ajarnya.

2.2 Pembelajaran Abad 21


Pembelajaran abad 21 merupakan pembelajaran berbasis teknologi yang kinisemakin
berkembang pesat. Perkembangan teknologi tersebut mendorong adanya berbagai
pengembangan, termasuk juga dalam bidang penilaian atau assessment. Penelitian ini
penelitian ini adalah studi kepustakaan (Library Research) dimana studi kepustakaan adalah
kegiatan mengumpulkan bahan-bahan yang berkaitan dengan penelitian yang berasal dari buku
dan jurnal-jurnal ilmiah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran abad 21 sendiri
memiliki ciri dan keunikannya sendiri, dimana pembelajaran yang dilakukan di lembaga
pendidikan harus berfokus pada keterampilan abad 21. Pembelajaran harus didesain sesuai
dengan keterampilan 4C yang meliputi, 1) critical thinking skill (keterampilan berpikir kritis),
2) creative and innovative thinking skill (keterampilan berpikir kreatif dan inovatif), 3)

7
communication skill (keterampilan komunikasi), dan 4) collaboration skill (keterampilan
berkolaborasi).

2.3 Kompetensi Guru Profesional

1. Kompetensi Kepribadian
Kompetensi kepribadian adalah kompetensi yang berkaitan dengan perilaku pribadi
guru itu sendiri yang kelak harus memiliki nilai-nilai moral yang luhur terpuji sehingga
dalam sikapnya sehari-hari akan terpancar keindahan apabila dalam sikap pergaulan,
pertemanan, dan juga ketika melaksanakan tugas dalam pembelajaran. Guru akan
bertambah berwibawa apabila pembelajaran disertai nilai-nilai luhur terpuji dan
mencerminkan guru yang digugu dan ditiru.
2. Kompetensi Profesional
Kompetensi professional yaitu kemampuan yang harus dimiliki guru dalam
perencanaan dan pelaksanaan proses pembelajaran. Guru mempunyai tugas untuk
mengarahkan kegiatan belajar peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Untuk itu guru dituntut mampu menyampaikan bahan pelajaran. Guru harus selalu
mengupdate dan menguasai materi pelajaran yang disajikan, selalu mengikuti
perkembangan dan kemajuan terakhir tentang materi yang disajikan.
3. Kompetensi Pedagogik
Kompetensi pedagogik yaitu kemampuan yang harus dimiliki guru berkenaan dengan
karakteristik peserta didik dilihat dari berbagai aspek seperti fisik, moral, sosial,
kultural, emosional, dan intelektual. Hal tersebut berimplikasi bahwa seorang guru
harus mampu menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik
karena peserta didik memiliki karakter, sifat, dan interes yang berbeda. Berkenaan
dengan pelaksanaan kurikulum, seorang guru harus mampu mengembangkan
kurikulum di tingkat satuan pendidikan masingmasing dan disesuaikan dengan
kebutuhan lokal. Guru harus mampu mengoptimalkan potensi peserta didik untuk
mengaktualisasikan kemampuannya di kelas, dan harus mampu melakukan penilaian
terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan.
4. Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial dalam belajar mengajar berkaitan erat dengan kemampuan guru
dalam berkomunikasi dengan masyarakat di sekitar kehidupannya, sehngga peran dan

8
cara pandang, cara berpikir, cara bertinda selalu menjadi tolok ukur terhadap
kehidupannya di masyarakat. Guru menjadi contoh yang diperlakukan secara normatif
karena kebiasaannya dalam status sosialnya, oleh karena itu diperlukan sejumlah
kompetensi sosial yang perlu dimiliki guru dalam berinteraksi dengan lingkungan
masyarakat di tempat dia tinggal dan berada.

2.4 Tantangan Guru Abad 21


Di abad ke-21 ini guru mendapat tantangan seperti menghadapi siswa yang jauh lebih
beragam, materi pelajaran yang lebih kompleks dan sulit, dan juga tuntutan capaian
kemampuan berfikir siswa yang lebih tinggi. Maka dari itu, dibutuhkan guru yang mampu
bersaing bukan lagi kepandaian tetapi kreativitas dan kecerdasan bertindak. Guru dituntut harus
mengembangkan dirinya terus menerus, jangan hanya mengikuti yang sudah ada saja. Setiap
harinya harus ada sesuatu hal yang baru dalam belajar mengajar, jangan semata-mata hanya
menjelaskan materi diikuti ceramah ataupun mengerjakan LKS dan diakhiri dengan hanya
memberikan paraf tanpa melihat jawaban para siswanya. Guru harus berinovasi di setiap
kegiatan mengajarnya, dan harus terus menambah wawasannya dengan banyak membaca buku
maupun informasi dari internet.
Saat ini sudah banyak sumber bacaan yang mudah didapat oleh para siswa dari internet.
Hal ini membuat siswa lebih sering mencari ilmu baru lewat internet dibandingkan bertanya
langsung kepada guru, sehingga ini dapat menimbulkan kurangnya interaksi antara siswa dan
guru pada saat keadaan belajar mengajar berlangsung. Dengan begitu banyak siswa yang
merasa sekolah itu membosankan. Mereka lebih menyukai hal baru dengan belajar sendiri
menggunakan berbagai aplikasi yang ada.
Kini, guru tidak mungkin mampu bersaing dengan mesin dalam hal melaksanakan
pekerjaan hapalan, hitungan, hingga pencarian sumber informasi. Mesin jauh lebih cerdas,
berpengetahuan, dan efektif dibandingkan kita karena tidak pernah lelah melaksanakan
tugasnya. Karena itu, fungsi guru “bergeser” lebih mengajarkan nilai-nilai, etika, budaya,
kebijaksanaan, pengalaman, karena nilai-nilai itulah yang tidak dapat diajarkan oleh mesin
pencari.

2.5 Prinsip Pembelajaran Abad 21


1. Pembelajaran harus berpusat kepada siswa.

9
2. Pembelajaran harus kolaboratif.
3. Belajar harus memiliki konteks.
4. Sekolah harus terintegrasikan dengan lingkungan masyarakat atau sosial.

2.6 Konsep 4C dalam Pembelajaran Abad 21


Indonesia mempunyai kurikulum 2013 yang bisa dipadukan dengan pembelajaran abad
21. Terdapat elemen yang mampu merepresentasikan apa itu pembelajaran abad 21, di
antaranya adalah Creativity and Innovation, Collaboration, Communication, Critical Thinking
and Problem Solving.
1. Creativity and Innovation (Daya Cipta dan Inovasi)
Di elemen ini siswa akan diajak untuk bisa membiasakan diri dalam melakukan dan
menjelaskan setiap ide yang ada di kepalanya. Ide tersebut akan dipresentasikan kepada teman
kelas secara terbuka sehingga nantinya akan timbul reaksi dari teman kelas. Aktivitas ini bisa
menjadikan sudut pandang siswa menjadi luas dan bisa terbuka dengan setiap pandangan yang
ada.
Menurut Yeni Rachmawati dan Euis Kurniati (2010: 30-31) kreativitas anak dapat
berkembang dengan baik bila didukung oleh beberapa faktor seperti berikut: 1) Memberikan
rangsangan mental yang baik Rangsangan diberikan pada aspek kognitif maupun
kepribadiannya serta suasana psikologis anak 2) Menciptakan lingkungan kondusif
Lingkungan kondusif perlu diciptakan agar memudahkan anak untuk mengakses apapun yang
dilihatnya, dipegang, didengar, dan dimainkan untuk mengembangkan kreativitasnya. 3) Peran
serta guru dalam mengembangkan kreativitas Guru yang kreatif akan memberikan stimulasi
yang tepat pada anak agar anak didiknya menjadi kreatif. 4) Peran serta orangtua. Orangtua
yang dimaksud disini adalah orangtua yang memberikan kebebasan anak untuk melakukan
aktivitas yang dapat mengembangkan kreativitas.
2. Collaboration (Kerjasama)
Elemen kerjasama ini akan mengajak siswa untuk belajar membuat grup (kelompok),
menyesuaikan dan kepemimpinan. Pada dasarnya tujuan kerjasama ini agar siswa bisa bekerja
lebih efektif dengan orang lain, meningkatkan empati dan mau menerima pendapat yang
berbeda. Selain itu manfaat utama dari kerjasama ini akan melatih siswa untuk bisa
bertanggung jawab, mudah beradaptasi dengan lingkungan, masyarakat dan bisa memasang
target yang tinggi untuk grup dan individu.

10
Suatu pembelajaran termasuk pembelajaran kolaboratif apabila anggota kelompoknya
tidak tertentu atau ditetapkan terlebih dahulu, dapat beranggotakan dua orang, beberapa orang
atau bahkan lebih dari tujuh orang. Lebih lanjut Wasono dan Hariyanto mengemukakan bahwa
pembelajaran kolaboratif dapat terjadi setiap saat, tidak harus di sekolah, missal sekelompok
siswa saling membantu dalam mengerjakan pekerjaan rumah, bahkan pembelajaran kolaboratif
dapat berlangsung antar siswa yang berbeda kelas maupun dari sekolah yang berbeda. Jadi,
pembelajaran kolaboratif dapat bersifat informal yaitu tidak harus dilaksanakan di dalam kelas
dan pembelajaran tidak perlu terstruktur dengan ketat (Warsono dan Hariyanto (2012: 50-51).
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kolaboratif
adalah pembelajaran yang melibatkan siswa dalam suatu kelompok untuk membangun
pengetahuan dan mencapai tujuan pembelajaran bersama melalui interaksi sosial di bawah
bimbingan pendidik baik di dalam maupun di luar kelas, sehingga terjadi pembelajaran yang
penuh makna dan siswa akan saling menghargai kontribusi semua anggota kelompok.
Siswa harus dibelajarkan untuk bisa berkolaborasi dengan orang lain. Berkolaborasi
dengan orang-orang yang berbeda dalam latar budaya dan nilai-nilai yang dianutnya. Dalam
menggali informasi dan membangun makna, siswa perlu didorong untuk bisa berkolaborasi
dengan teman-teman di kelasnya. Dalam mengerjakan suatu produk, siswa perlu dibelajarkan
bagaimana menghargai kekuatan dan kemampuan setiap orang serta bagaimana mengambil
peran dan menyesuaikan diri secara tepat dengan mereka.
3. Communication (Komunikasi)
Elemen ini akan meminta siswa untuk bisa menguasai, mengatur (manajemen) dan
membuat hubungan komunikasi yang baik dan benar secara tulisan, lisan maupun multimedia.
Siswa akan diberi waktu untuk mengelola hal tersebut dan menggunakan kemampuan
komunikasi untuk berhubungan seperti menyampaikan gagasan, berdiskusi hingga
memecahkan masalah yang ada.
Communication (komunikasi) adalah proses pertukaran bahasa yang berlangsung
dalam dunia manusia. Oleh sebab itu komunikasi selalu melibatkan manusia baik dalam
konteks intrapersonal, kelompok maupun massa. Peneliti komunikasi membuktikan bahwa
hingga saat ini bahasa diakui sebagai media paling efektif dalam melakukan komunikasi pada
suatu interaksi antar individu seperti halnya kegiatan penyuluhan dan pembinaan, proses
belajar mengajar, pertemuan tempat kerja dan lain-lain. (Muhtadi, 2012)
Dalam proses pembelajaran guru harus membiasakan siswanya untuk saling
berkomunikasi baik tentang pelajaran maupun hal lain, baik dengan guru maupun dengan
siswa. Bahasa yang digunakan siswa dalam berkomunikasi akan memberikan dampak pada

11
siswa itu sendiri. Penggunaan kata yang tidak baik dalam komunikasi membawa dampak
negatif. Pesan yang disampaikan oleh siswa tidak dapat diterima oleh penerima pesan. Hal ini
akan memicu terjadinya kesalahan dalam penerimaan pesan yang dapat menimbulkan
kesalahpahaman atau konflik dalam berinteraksi. Selain itu, membiarkan siswa menggunakan
kata-kata kasar dalam berkomunikasi dapat menimbulkan kebiasaan buruk bagi anak.
Penggunaan kata yang baik dalam berkomunikasi akan membawa dampak positif pada anak.
Anak akan merasakan kepuasan karena tujuan yang diinginkan tercapai sehingga kepercayaan
diri anak akan meningkat.
4. Critical Thinking and Problem Solving (Berpikir Kritis & Pemecahan Masalah)
Siswa mampu melakukan penalaran yang masuk akal dan baik dalam menyelesaikan
pilihan yang rumit sehingga tercipta pemahaman yang komprehensif. Elemen ini merupakan
elemen paling krusial (penting) pada pembelajaran 21 ini. Berpikir kritis dan pemecahan
masalah akan mengajak siswa untuk bisa berpikir secara deduktif dan induktif secara mandiri
yang bertujuan untuk menguasai dan mampu menyelesaikan masalah yang rumit. Siswa akan
memakai elemen ini untuk memecahkan masalah yang ada dan mampu menjelaskan,
menganalisis dan menciptakan solusi bagi individu maupun masyarakat.
Berpikir kritis merupakan suatu proses yang terarah dan jelas yang digunakan dalam
kegiatan mental seperti memecahkan masalah, mengambil keputusan, membujuk,
menganalisis asumsi dan melakukan penelitian ilmiah. Berpikir kritis adalah kemampuan
untuk berpendapat dengan cara yang terorganisasi. Berpikir kritis merupakan kemampuan
untuk mengevaluasi secara sistematis bobot pendapat pribadi dan pendapat orang lain.
Keempat elemen di atas merupakan instrumen yang bisa membuat siswa beradaptasi
dan berkembang pada abad 21 ini. Dengan alat di atas diharap siswa bisa menjadi manusia
unggul yang bisa menyelesaikan masalah mulai dari masalah individu hingga masyarakat.
Kedepannya mereka akan bisa menjadi penerus bangsa yang unggul dan bisa diandalkan.

2.7 Kompetensi Siswa Dalam Pembelajaran Abad 21


US-based Partnership for 21st Century Skills (P21), mengidentifikasi kompetensi yang
diperlukan di abad ke-21 yaitu “The 4Cs”- communication, collaboration, critical thinking,
dan creativity. Kompetensi-kompetensi tersebut penting diajarkan pada siswa dalam konteks
bidang studi inti dan tema abad ke-21. Assessment and Teaching of 21st Century Skills
(ATC21S) mengkategorikan keterampilan abad ke-21 menjadi 4 kategori, yaitu way of
thinking, way of working, tools for working dan skills for living in the world (Griffin, McGaw

12
& Care, 2012). Way of thinking mencakup kreativitas, inovasi, berpikir kritis, pemecahan
masalah, dan pembuatan keputusan. Way of working mencakup keterampilan berkomunikasi,
berkolaborasi dan bekerjasama dalam tim. Tools for working mencakup adanya kesadaran
sebagai warga negara global maupun lokal, pengembangan hidup dan karir, serta adanya rasa
tanggung jawab sebagai pribadi maupun sosial. Sedangkan skills for living in the world
merupakan keterampilan yang didasarkan pada literasi informasi, penguasaan teknologi
informasi dan komunikasi baru, serta kemampuan untuk belajar dan bekerja melalui jaringan
sosial digital.
Keterampilan berpikir kritis
Keterampilan ini merupakan keterampilan fundamental pada pembelajaran di abad ke-
21. Keterampilan berpikir kritis mencakup kemampuan mengakses, menganalisis, mensintesis
informasi yang dapat dibelajarkan, dilatihkan dan dikuasai (P21, 2007a; Redecker et al 2011).
Keterampilan berpikir kritis juga menggambarkan keterampilan lainnya seperti keterampilan
komunikasi dan informasi, serta kemampuan untuk memeriksa, menganalisis, menafsirkan,
dan mengevaluasi bukti.
Pada era literasi digital dimana arus informasi sangat berlimpah, siswa perlu memiliki
kemampuan untuk memilih sumber dan informasi yang relevan, menemukan sumber yang
berkualitas dan melakukan penilaian terhadap sumber dari aspek objektivitas, reliabilitas, dan
kemutahiran.
Kemampuan menyelesaikan masalah
Keterampilan memecahkan masalah mencakup keterampilan lain seperti identifikasi
dan kemampuan untuk mencari, memilih, mengevaluasi, mengorganisir, dan
mempertimbangkan berbagai alternatif dan menafsirkan informasi. Seseorang harus mampu
mencari berbagai solusi dari sudut pandang yang berbeda-beda, dalam memecahkan masalah
yang kompleks. Pemecahan masalah memerlukan kerjasama tim, kolaborasi efektif dan kreatif
dari guru dan siswa untuk dapat melibatkan teknologi, dan menangani berbagai informasi yang
sangat besar jumlahnya, dapat mendefinisikan dan memahami elemen yang terdapat pada
pokok permasalahan, mengidentifikasi sumber informasi dan strategi yang diperlukan dalam
mengatasi masalah. Pemecahan masalah tidak dapat dilepaskan dari keterampilan berpikir
kritis karena keterampilan berpikir kritis merupakan keterampilan fundamental dalam
memecahkan masalah. Siswa juga harus mampu menerapkan alat dan teknik yang tepat secara
efektif dan efisien untuk menyelesaikan permasalahan.
Komunikasi dan kolaborasi

13
Kemampuan komunikasi yang baik merupakan keterampilan yang sangat berharga di
dunia kerja dan kehidupan sehari-hari. Kemampuan komunikasi mencakup keterampilan dalam
menyampaikan pemikiran dengan jelas dan persuasif secara oral maupun tertulis, kemampuan
menyampaikan opini dengan kalimat yang jelas, menyampaikan perintah dengan jelas, dan
dapat memotivasi orang lain melalui kemampuan berbicara. Kolaborasi dan kerjasama tim
dapat dikembangkan melalui pengalaman yang ada di dalam sekolah, antar sekolah, dan di luar
sekolah (P21, 2007a). Siswa dapat bekerja bersama-sama secara kolaboratif pada tugas
berbasis proyek yang autentik dan mengembangkan keterampilannya melalui pembelajaran
tutor sebaya dalam kelompok. Pada dunia kerja di masa depan, keterampilan berkolaborasi
juga harus diterapkan ketika menghadapi rekan kerja yang berada pada lokasi yang saling
berjauhan. Keterampilan komunikasi dan kolaborasi yang efektif disertai dengan keterampilan
menggunakan teknologi dan sosial media akan memungkinkan terjadinya kolaborasi dengan
kelompok-kelompok internasional.
Kreativitas dan inovasi
Pencapaian kesuksesan profesional dan personal, memerlukan keterampilan berinovasi
dan semangat berkreasi. Kreativitas dan inovasi akan semakin berkembang jika siswa memiliki
kesempatan untuk berpikir divergen. Siswa harus dipicu untuk berpikir di luar kebiasaan yang
ada, melibatkan cara berpikir yang baru, memperoleh kesempatan untuk menyampaikan ide-
ide dan solusi-solusi baru, mengajukan pertanyaan yang tidak lazim, dan mencoba mengajukan
dugaan jawaban. Kesuksesan individu akan didapatkan oleh siswa yang memiliki keterampilan
kreatif. Individu-individu yang sukses akan membuat dunia ini menjadi tempat yang lebih baik
bagi semuanya.
Literasi informasi, media, dan teknologi
Literasi informasi yang mencakup kemampuan mengakses, mengevaluasi dan
menggunakan informasi sangat penting dikuasai pada saat ini. Literasi informasi memiliki
pengaruh yang besar dalam perolehan keterampilan lain yang diperlukan pada kehidupan abad
ke-21. Seseorang yang berkemampuan literasi media adalah seseorang yang mampu
menggunakan keterampilan proses seperti kesadaran, analisis, refleksi dan aksi untuk
memahami pesan alami yang terdapat pada media. Kerangka literasi media terdiri atas
kemampuan untuk mengakses, menganalisis, mengevaluasi, dan menciptakan pesan dalam
berbagai bentuk media, menciptakan suatu pemahaman dari peranan media pada masyarakat,
dan membangun keterampilan penting dari informasi hasil penyelidikan dan ekspresi diri.
Literasi media juga mencakup kemampuan untuk menyampaikan pesan dari diri dan untuk
memberikan pengaruh dan informasi kepada orang lain.

14
Literasi informasi, komunikasi, dan teknologi (ICT)
Kemampuan literasi ICT mencakup kemampuan mengakses, mengatur, mengintegrasi,
mengevaluasi, dan menciptakan informasi melalui penggunaan teknologi komunikasi digital.
Literasi ICT berpusat pada keterampilan berpikir tingkat tinggi dalam mempertimbangkan
informasi, media, dan teknologi di lingkungan sekitar. Setiap negara hendaknya menumbuhkan
secara luas keterampilan ICT pada masyarakatnya karena jika tidak, negara tersebut dapat
tertinggal dari perkembangan dan kemajuan pengetahuan ekonomi berbasis teknologi.
Terdapat beberapa keterkaitan antara tiga bentuk literasi yang meliputi literasi komunikasi
informasi, media dan teknologi. Penguasaan terhadap keterampilan tersebut memungkinkan
penguasaan terhadap keterampilan dan kompetensi lain yang diperlukan untuk keberhasilan
kehidupan di abad ke-21 (Trilling & Fadel, 2009).
Tanggung jawab pribadi, pengaturan diri, dan inisiatif
Tingginya tingkat interaksi dan kerja sama tim dalam lingkungan kerja di abad ke-21
diharapkan dapat diantisipasi dengan meningkatkan kualitas pribadi siswa. Kemampuan
pengaturan diri adalah jantung dari pembelajaran abad ke-21. Siswa yang mandiri bertanggung
jawab terhadap proses belajarnya sendiri dan bersedia meningkatkan kemampuan sepanjang
kariernya. Herring (2012) berpendapat bahwa siswa yang mandiri mendapatkan motivasi dari
dalam dirinya sendiri. Siswa mandiri paham bahwa semangat belajar adalah kemampuan dasar
yang akan membuat mereka berhasil di tempat kerja. Kemampuan beradaptasi adalah
kemampuan untuk menanggapi perubahan kondisi ekonomi dan pasar serta menguasai
keterampilan baru dengan cepat. Kemampuan ini merupakan salah satu dari tiga kompetensi
yang paling dibutuhkan di dunia kerja abad ke-21.
Keterampilan berpikir logis
Generasi muda saat ini hidup di dunia yang lebih menantang, sehingga mereka perlu
mengembangkan kemampuan berpikir logis terhadap isu-isu global yang kompleks dan
penting. Mereka harus siap untuk mengatasi berbagai masalah, termasuk konflik manusia,
perubahan iklim, kemiskinan, penyebaran penyakit dan krisis energi. Sekolah harus
menyediakan berbagai peluang, bimbingan dan dukungan agar siswa memahami peran dan
tanggung jawabnya di dunia nyata, serta mengembangkan kompetensi yang memungkinkan
mereka untuk memahami situasi dan lingkungan baru.
Keterampilan metakognitif
P21 telah mengidentifikasi pembelajaran mandiri sebagai salah satu keterampilan dasar
dalam kehidupan dan karir yang diperlukan untuk mempersiapkan pendidikan dan pekerjaan
di abad ke-21 (P21, 2007a). Metakognisi didefinisikan sebagai 'thinking about thinking'.

15
Seseorang yang memiliki pengetahuan metakognitif berarti menyadari berapa banyak mereka
memahami topik pembelajaran dan faktor-faktor yang mempengaruhi pemahaman mereka.
Keterampilan metakognitif dapat meningkatkan pembelajaran dan pemahaman siswa.
Beberapa langkah penting untuk mengajarkan keterampilan metakognitif sebagai berikut: (a)
ajarkan kepada siswa bahwa belajar itu tidak terbatas jumlahnya dan kemampuan seseorang
untuk belajar dapat diubah, (b) ajarkan bagaimana menetapkan tujuan belajar dan
merencanakan pencapaiannya, dan (c) berikan siswa banyak kesempatan untuk berlatih
memantau kegiatan belajarnya secara akurat. Tanamkan pada siswa bahwa hal-hal tersebut
penting dan merupakan kebutuhan bagi siswa itu sendiri.

Delors Report (1996) dari International Commission on Education for the Twenty-first
Century, mengajukan empat visi pembelajaran yaitu pengetahuan, pemahaman, kompetensi
untuk hidup, dan kompetensi untuk bertindak. Selain visi tersebut juga dirumuskan empat
prinsip yang dikenal sebagai empat pilar pendidikan yaitu learning to know, lerning to do,
learning to be dan learning to live together.
1. Learning to Know
Belajar mengetahui merupakan kegiatan untuk memperoleh, memperdalam dan
memanfaatkan materi pengetahuan. Penguasaan materi merupakan salah satu hal
penting bagi siswa di abad ke-21. Siswa juga harus memiliki kemauan untuk belajar
sepanjang hayat. Hal ini berarti siswa harus secara berkesinambungan menilai
kemampuan diri tentang apa yang telah diketahui dan terus merasa perlu memperkuat
pemahaman untuk kesuksesan kehidupannya kelak. Siswa harus siap untuk selalu
belajar ketika menghadapi situasi baru yang memerlukan keterampilan baru.
Pembelajaran di abad ke-21 hendaknya lebih menekankan pada tema pembelajaran
interdisipliner. Empat tema khusus yang relevan dengan kehidupan modern adalah: 1)
kesadaran global; 2) literasi finansial, ekonomi, bisnis, dan kewirausahaan; 3) literasi
kewarganegaraan; dan 4) literasi kesehatan. Tema-tema ini perlu dibelajarkan di
sekolah untuk mempersiapkan siswa menghadapi kehidupan dan dunia kerja di masa
mendatang dengan lebih baik.
2. Learning to Do
Agar mampu menyesuaikan diri dan beradaptasi dalam masyarakat yang berkembang
sangat cepat, maka individu perlu belajar berkarya. Siswa maupun orang dewasa sama-
sama memerlukan pengetahuan akademik dan terapan, dapat menghubungkan

16
pengetahuan dan keterampilan, kreatif dan adaptif, serta mampu mentrasformasikan
semua aspek tersebut ke dalam keterampilan yang berharga.
3. Learning to Be
Keterampilan akademik dan kognitif memang keterampilan yang penting bagi seorang
siswa, namun bukan merupakan satu-satunya keterampilan yang diperlukan siswa
untuk menjadi sukses. Siswa yang memiliki kompetensi kognitif yang fundamental
merupakan pribadi yang berkualitas dan beridentitas. Siswa seperti ini mampu
menanggapi kegagalan serta konflik dan krisis, serta siap menghadapi dan mengatasi
masalah sulit di abad ke-21. Secara khusus, generasi muda harus mampu bekerja dan
belajar bersama dengan beragam kelompok dalam berbagai jenis pekerjaan dan
lingkungan sosial, dan mampu beradaptasi dengan perubahan zaman.
4. Learning to Live Together
Berbagai bukti menunjukkan bahwa siswa yang bekerja secara kooperatif dapat
mencapai level kemampuan yang lebih tinggi jika ditinjau dari hasil pemikiran dan
kemampuan untuk menyimpan informasi dalam jangka waktu yang panjang dari pada
siswa yang bekerja secara individu. Belajar bersama akan memberikan kesempatan
bagi siswa untuk terlibat aktif dalam diskusi, senantiasa memantau strategi dan
pencapaian belajar mereka dan menjadi pemikir kritis.

2.8 Peran dan Karakter Guru dalam Pembelajaran Abad 21


Sebagai seorang guru, kita harus menyiapkan anak didik kita untuk memiliki
keterampilan abad ke-21. Seorang guru perlu menguasai berbagai bidang, mahir dalam hal
pedagogi termasuk inovasi dalam pengajaran dan pembelajaran, memahami psikologi
pembelajaran dan memiliki keterampilan konseling, mengikuti perkembangan tentang
kebijakan kurikulum dan isu pendidikan, mampu memanfaatkan media dan teknologi baru
dalam pembelajaran, dan tetap menerapkan nilai-nilai untuk pembentukan kepribadian dan
akhlak yang baik.
Banyak faktor yang berkontribusi terhadap kinerja akademik siswa, termasuk
karakteristik individu dan pengalaman keluarga. Penelitian secara konsisten menunjukkan
bahwa, di antara faktor-faktor yang berhubungan dengan sekolah, guru adalah faktor paling
penting. Guru yang berkualitas tinggi adalah yang memiliki pengaruh kuat terhadap prestasi
siswa. Sekalipun teknologi di era digital berkembang sangat pesat, namun peran guru dan
tenaga kependidikan masih tetap memiliki peran sentral, tidak peduli bagaimana konsep

17
pendidikan. Peran guru dalam abad ke-21 harus bergeser dari berpola “penanam pengetahuan”,
menuju peran sebagai pembimbing, pengarah diskusi dan pengukur kemajuan belajar siswa
(Hampson, et al., 2011).
Tujuan utama dari pembelajaran abad ke-21 adalah membangun kemampuan belajar
individu dan mendukung perkembangan mereka menjadi pebelajar sepanjang hayat, aktif,
pebelajar yang mandiri; oleh karena itu guru perlu menjadi 'pelatih pembelajaran' – sebuah
peran yang sangat berbeda dari guru kelas tradisional. Guru sebagai pelatih pembelajaran akan
memberikan bimbingan untuk membantu siswa dalam mengembangkan keterampilan dan
menawarkan berbagai dukungan yang akan membantu siswa mencapai tujuan belajar mereka.
Guru sebagai pelatih pembelajaran akan mendorong siswa untuk berinteraksi dengan
pengetahuan - untuk memahami, mengkritisi, memanipulasi, mendesain, membuat dan
mengubahnya.
Guru perlu memperkuat keingintahuan intelektual siswa, keterampilan
mengidentifikasi dan memecahkan masalah, dan kemampuan mereka untuk membangun
pengetahuan baru dengan orang lain. Guru di abad ke-21 bukanlah guru yang mahir dalam
setiap topik dalam kurikulum, namun harus menjadi ahli dalam mencari tahu bersama-sama
dengan siswa mereka, tahu bagaimana melakukan sesuatu, tahu bagaimana cara untuk
mengetahui sesuatu atau bagaimana menggunakan sesuatu untuk melakukan sesuatu yang
baru. Peran penting seorang guru abad ke-21 adalah peran mereka sebagai role model untuk
kepercayaan, keterbukaan, ketekunan dan komitmen bagi siswanya dalam menghadapi
ketidakpastian di abad ke-21.
Guru dapat menggunakan respon siswa sebagai kesempatan untuk mengevaluasi
kesiapan mereka untuk belajar lebih dalam, dan memperkenalkan konsep-konsep baru yang
sesuai dengan menantang pemikiran mereka (Bolstad, 2011). Hasil belajar yang baik adalah
ketika individu melebihi harapan untuk menghafal dan mengulang fakta dan pengetahuan yang
terputus (dengan aplikasi tertentu), dan menangkap peluang untuk memahami konsep-konsep
yang sulit dan ide yang kompleks, mengevaluasi ide-ide baru, dan membuat inti sari wawasan
mereka sendiri.
Saavedra dan Opfer (2012) menyarankan sembilan prinsip untuk mengajarkan
keterampilan abad ke-21: (1) membuat pembelajaran relevan dengan 'big picture'; (2)
mengajar dengan disiplin; (3) mengembangkan kemampuan berpikir yang lebih rendah dan
lebih tinggi untuk mendorong pemahaman dalam konteks yang berbeda; (4) mendorong
transfer pembelajaran; (5) membelajarkan bagaimana 'belajar untuk belajar' atau metakognisi;
(6) memperbaiki kesalahpahaman secara langsung; (7) menggalakkan kerja sama tim;(8)

18
memanfaatkan teknologi untuk mendukung pembelajaran; dan (9) meningkatkan kreativitas
siswa. Bagaimana bentuk pedagogi yang paling berpotensi dalam memberdayakan kompetensi
dan keterampilan penting di masa depan yang kompleks dan tidak pasti? Bagian berikut
menjelaskan perspektif yang mendukung pembelajaran sedemikian.
a. Perbarui pada Kualitas
Permasalahan yang berkaitan dengan kualitas dan capaian pembelajaran kembali
menjadi agenda pendidikan di seluruh dunia. Peningkatan kualitas pendidikan dan
kesempatan belajar sepanjang hayat bagi semua, yang didasarkan pada empat bidang
prioritas: (1) perluasan akses terhadap pembelajaran yang berkualitas untuk semua,
pada semua tingkat pendidikan; (2) perhatian terhadap kualitas pendidikan, termasuk
konten dan relevansi, serta hasil belajar; (3) perhatian lebih besar pada keadilan; dan
(4) kesetaraan gender dengan fokus baru pada peningkatan akses untuk anak perempuan
pada lingkungan yang aman dan mendukung pembelajaran. Pada dasarnya,
pembelajaran yang berkualitas membutuhkan guru yang kompeten dan berkomitmen
pada pedagogi yang aktif.

b. Bantu Perkembangan Partisipasi


Saat ini bukan masanya lagi orang-orang belajar dan bekerja dalam kondisi terisolasi,
karena mereka dapat mengambil bagian dalam komunitas online. Mereka dapat berbagi
pendapat, ide, wawasan dan saling memberi masukan atau kritik secara langsung.
Media sosial telah mengubah lingkungan belajar dan mengajar. Kamera ponsel
membuat orang dapat berbagi pengalaman dengan orang lain di ruang virtual secara
langsung. Munculnya Instagram, Flickr dan Twitter, dapat membantu pelaporan
tentang perkembangan siswa terbaru dapat diunggah dan terbuka untuk komentar
publik. McLoughlin dan Lee (2007) menyatakan bahwa media sosial dapat membuat
siswa berkeinginan untuk berpartisipasi dan berhubungan dengan orang lain.
Media sosial juga dapat mendukung pembelajaran bermakna secara pribadi melalui
koneksi, kolaborasi dan berbagi dalam membangun pengetahuan. Guru dapat
bereksperimen dengan media sosial untuk melibatkan siswa dan membuka
kemungkinan baru untuk kolaborasi, penciptaan konsep-konsep baru, dan aplikasi
ilmu-ilmu untuk pembelajaran abad ke-21. Bahkan potensi siswa dapat dikembangkan
dalam hal kreativitas, partisipasi, personalisasi, produktivitas dan pengarahan dirinya
sendiri.

19
c. Personalisasi dan Penyesuaian Belajar
Setiap orang memiliki berbagai cara untuk memperoleh keahlian, oleh karena itu
sebaiknya pembelajaran diarahkan untuk mengakomodasi beragam gaya dan cara
belajar siswa. Pembelajaran abad ke-21 memerlukan pembelajaran yang lebih personal
untuk mendukung kreativitas. Menurut Redecker et al. (2011), personalisasi memiliki
implikasi tentang apa, bagaimana dan di mana guru mengajar. Personalisasi dapat
terjadi melalui kolaborasi. Kolaborasi memungkinkan proses berbagi inovasi terjadi
lebih cepat dan informasi tentang bakat serta kemajuan siswa lebih segera diketahui.
Guru untuk abad ke-21 diharapkan dapat menumbuhkan rasa ingn tahu dan
menginspirasi siswa untuk mengeksplorasi berbagai aplikasi untuk pengetahuan dan
keterampilan yang telah mereka pelajari.

d. Penekanan pada Pembelajaran Berbasis Proyek dan Pembelajaran Berbasis


Masalah
Pembelajaran berbasis proyek dan pembelajaran berbasis masalah adalah model
pembelajaran yang ideal untuk memenuhi tujuan pendidikan abad ke-21, karena
melibatkan prinsip 4C yaitu critical thinking, communication, collaboration dan
creativity (berpikir kritis, komunikasi, kolaborasi dan kreativitas). Hasil penelitian
tentang pembelajaran berbasis proyek dan pembelajaran berbasis masalah
menunjukkan bahwa pembelajaran tersebut memberikan keuntungan bagi siswa untuk
belajar secara faktual dibandingkan pembelajaran di kelas yang lebih tradisional.
Trilling dan Fadel (2009) menjelaskan bahwa pembelajaran dengan model tersebut
dalam waktu yang cukup lama, menunjukkan hasil belajar dan berbagai keterampilan
abad ke-21 dari siswa secara signifikan berbeda dengan kelas yang menggunakan
metode tradisional.

e. Dorong Kerjasama dan Komunikasi


Saat ini kita berada pada satu masa dan situasi di mana orang tidak bisa bekerja secara
sendirian, oleh karena itu kemampuan untuk berkolaborasi dan berkomunikasi menjadi
hal yang cukup penting, terlebih dengan kehadiran teknologi komunikasi. Kolaborasi
adalah trend pembelajaran abad ke-21 yang menggeser pembelajaran berpusat pada
guru menjadi pembelajaran kolaboratif. Lingkungan pembelajaran kolaboratif
menantang siswa untuk mengekspresikan dan mempertahankan posisi mereka, dan
menghasilkan ide-ide mereka sendiri berdasarkan refleksi. Mereka dapat berdiskusi

20
menyampaikan ide-ide pada teman-temannya, bertukar sudut pandang yang berbeda,
mencari klarifikasi, dan berpartisipasi dengan tingkat berpikir yang tinggi berpikir
seperti mengelola, mengorganisasi, menganalisis kritis, menyelesaikan masalah, dan
menciptakan pembelajaran dan pemahaman baru yang lebih mendalam.

f. Libatkan dan Motivasi Siswa


Membina motivasi siswa untuk belajar mandiri adalah hal yang sangat penting bagi
seorang guru. Berbagai hasil penelitian menunjukkan pentingnya peran guru dalam
memotivasi siswa dan menemukan cara bagi mereka untuk membangun motivasi
intrinsik. Motivasi didasarkan pada pengembangan minat siswa, menjaga keterlibatan
mereka dan mendorong rasa percaya diri dan kemampuan mereka untuk melakukan
tugas tertentu. Guru dapat mendorong pembelajaran dan motivasi dengan memastikan
bahwa kesuksesan siswa diakui dan dipuji. Malone dan Smith (dikutip Meyer et al.,
2008) juga menyarankan bahwa guru harus menumbuhkan motivasi dengan
memperjelas dan berbagi tujuan pembelajaran kepada siswa.

g. Budayakan Kreativitas dan Inovasi


Inovasi dan kreativitas adalah kompetensi yang sangat berharga dalam kehidupan
masyarakat. Pertanyaannya, apakah kita para guru siap untuk mengubah pembelajaran
konvensional dan mendorong siswa untuk berimprovisasi dan mengejar inovasi? Scott
(2015) menyatakan bahwa beberapa sekolah telah mengajarkan siswanya untuk
menciptakan pengetahuan; bukan hanya mengajarakan siswa untuk “memakan”
pengetahuan yang statis dan lengkap. McLoughlin dan Lee (2008) berpendapat bahwa
tujuan akhir dari belajar adalah merangsang kemampuan siswa untuk menyusun dan
menghasilkan ide-ide, konsep dan pengetahuan. Tujuan tersebut dapat tercapai apabila
terpenuhi kebutuhan untuk pengalaman belajar yang bermakna yang memanfaatkan
dan mengembangkan kreativitas siswa, dan bukan mematikannya. Guru dapat
memainkan peran kunci dengan mendorong, mengidentifikasi dan mengembangkan
kreativitas siswa. Namun demikian, mengajar kreativitas seperti mengajar metakognisi,
memerlukan lingkungan belajar untuk mendukung pertumbuhan kreativitas tersebut.

h. Gunakan Sarana Belajar yang Tepat


Perkembangan teknologi memainkan peran penting dalam pembelajaran dan dapat
menciptakan peluang baru yang belum pernah terjadi sebelumnya, namun teknologi

21
semata tidak dapat menjamin keberhasilan pembelajaran. Terdapat banyak sarana
pembelajaran bagi guru untuk merangsang belajar dan membantu siswa menciptakan
pengetahuan baru.

i. Desain aktivitas pembelajaran yang relevan dan “dunia nyata”


Kegiatan pembelajaran yang dirancang untuk menghubungkan pengalaman siswa
dengan masalah dunia nyata akan mengubah fokus mereka dalam belajar. Jika siswa
menyadari hubungan antara apa yang mereka pelajari dengan dunia nyata adalah
masalah yang penting bagi mereka, maka motivasi mereka akan meningkat, begitu juga
belajarnya. Pengalaman siswa di sekolah mungkin akan sangat berbeda dari kehidupan
mereka di luar sekolah. Penggunaan konteks dunia nyata adalah komponen kunci dari
pembelajaran abad ke-21. Menurut P21 (2007b), hasil penelitian menunjukkan bahwa
jika guru menciptakan kegiatan pembelajaran yang bermakna yang berfokus pada
sumber daya, strategi dan konteksnya sesuai dengan kehidupan siswa, maka tingkat
ketidakhadiran menurun, kerjasama dan komunikasi berkembang, dan keterampilan
berpikir kritis dan prestasi akademik meningkat.

j. Bangun hubungan yang baik dalam pembelajaran


Proses pembelajaran dan pengajaran yang berkualitas didasarkan pada hubungan yang
kuat, saling menghormati dan saling menjaga kepercayaan. Pembelajaran sering kali
merupakan hasil dimana ide-ide didiskusikan bersama antara guru dan siswa.
Leadbeater (2008) menekankan bahwa siswa memerlukan hubungan yang memotivasi
mereka untuk belajar. Memotivasi seseorang seringkali membutuhkan kepercayaan,
keyakinan dan kemampuan; meningkatkan aspirasi dan harapan; menetapkan tujuan
yang akan dicapai dan tantangan yang akan dihadapi; dan memberikan penghargaan
yang relevan. Guru yang baik harus memiliki keterampilan memotivasi siswa.
Hubungan yang baik akan membuat siswa merasa nyaman dan dipedulikan. Perhatian
dan dukungan berasal dari guru dengan siswa, siswa dengan siswa, dan lingkungan
sekitar.

k. Fokuskan pada model pembelajaran berpusat pada siswa


Pembelajaran abad ke-21 harus relevan, menarik, efektif dan berpusat pada siswa. Oleh
karena itu penting untuk mengubah model pembelajaran “kelas tertutup” menjadi
model yang berpusat pada siswa. Guru harus menjadi nyaman dalam mengelola

22
dinamika kelas dan mendukung pembelajaran secara mandiri begitu juga guru
harusmendukung eksplorasi dan pemerolehan pengetahuan dan keterampilan baru
untuk menyiapkan siswa menuju abad ke-21 (Trilling dan Fadel, 2009).

l. Lakukan penilaian terhadap pemahaman dan kompetensi yang lebih mendalam


Penilaian seharusnya terkait dengan pembelajaran dan digunakan untuk menginspirasi
agar siswa belajar lebih mendalam. Untuk mengevaluasi pemahaman yang lebih
mendalam, adalah penting untuk menilai sejauh mana pengetahuan yang terintegrasi,
koheren dan kontekstual. Sesuatu yang tidak mungkin jika transformasi pembelajaran
abad ke-21 tanpa disertai dengan penilaian sesuai pembelajaran yang dilakukan.
Penilaian formatif sangat penting untuk pembelajaran abad ke-21 karena bermanfaat
untuk mengklarifikasi tujuan pembelajaran, memantau pembelajaran secara terus
menerus, memberikan umpan balik, merespon kemajuan siswa, mendorong adaptasi
dan perbaikan hasil belajar, dan melibatkan siswa dalam penilaian diri dan penilaian
sejawat.
Penilaian formatif memungkinkan diagnosis kesenjangan belajar, sehingga dapat
ditangani sebelum siswa mengalami kesalahpahaman pengetahuan yang lebih
mendasar atau kesalahan dalam menerapkan keterampilan. Rubrik dan alat penilaian
formatif lainnya akan memainkan peran penting dalam kelas abad ke-21, karena guru
dan siswa memiliki pedoman terhadap tingkat pencapaian hasil belajar. Siswa juga
harus diajarkan bagaimana untuk mengevaluasi pembelajaran mereka sendiri. Hal ini
akan membantu agar mereka menguasai konten dan meningkatkan keterampilan
metakognitif mereka, termasuk kemampuan untuk belajar bagaimana untuk belajar dan
untuk merefleksikan apa yang telah dipelajari (Saavedra dan Opfer, 2012).

2.9 Model Pembelajaran Abad 21


Model-model pembelajaran yang berpusat pada peserta didik merupakan model
pembelajaran abad ke-21. Dalam Kurikulum 2013, pembelajaran yang wajib diterapkan adalah
pembelajaran dengan pendekatan saintifik. Pada pembelajaran ini, peserta didik dikondisikan
dalam suasana pembelajaran yang dapat mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan
pemecahan masalah, kreativitas dan inovasi, kolaborasi, dan komunikasi. Aspek lain yang juga
dapat dikembangkan melalui pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah kemampuan
beradaptasi dengan berbagai perubahan, inisiatif dan pengarahan diri, keterampilan sosial dan

23
lintas budaya, produktivitas dan akuntabilitas, serta kepemimpinan dan tanggung jawab.
Semua hasil belajar abad ke-21 ini akan dapat dikembangkan selama pembelajaran hanya jika
pendidik melaksanakan pembelajaran dengan pendekatan saintifik dengan tepat dan benar.
Berikut ini diuraikan beberapa model pembelajaran dengan pendekatan saintifik yang mampu
mengembangkan keterampilan abad ke-21.
Model pembelajaran penemuan
Model pembelajaran penemuan merupakan model pembelajaran dengan pendekatan
saintifik. Tahapan dalam pembelajaran penemuan adalah (1) stimulasi, (2) pernyataan masalah,
(3) pengumpulan data, (4) pengolahan data, (5) verifikasi, dan (5) generalisasi (Ramdhani et
al., 2017).

Model pembelajaran berbasis projek


Model pembelajaran berbasis projek merupakan model pembelajaran yang mengacu
pada filosofi konstruktivisme. Melalui projek yang dikerjakan oleh peserta didik, secara tidak
langsung aktivitas peserta didik meningkat karena mereka bebas mengaplikasikan pengetahuan
dan keterampilan yang mereka miliki. Model pembelajaran berbasis projek ini lebih terfokus
pada konsep-konsep yang melibatkan peserta didik dalam kegiatan pemecahan masalah dan
memberi peluang kepada peserta didik bekerja secara otonom (Liu dan Hsiao, 2002; Doppelt,
2005).
Langkah-langkah model pembelajaran berbasis projek meliputi (1) mengajukan
pertanyaan mendasar, (2) mendesain perencanaan projek, (3) menyusun jadwal, (4)
memonitoring peserta didik dan kemajuan projek, (5) menguji hasil, dan (6) mengevaluasi
pengalaman (Liu dan Hsiao, 2002).

Model pembelajaran berbasis masalah


Model pembelajaran berbasis masalah merupakan model kurikulum yang
menggunakan masalah. Beberapa hal yang berkaitan dengan masalah adalah (1) berhubungan
dengan dunia nyata, (2) bersifat kompleks dan ill-structured, (3) bersifat open-ended, (4)
memacu kerja tim, dan (5) mengembangkan pengalaman sebelumnya.
Ada lima tahapan utama dalam model pembelajaran berbasis masalah. Kelima tahapan
tersebut adalah (1) orientasi peserta didik pada masalah, (2) mengorganisasikan peserta didik
untuk belajar, (3) membimbing penyelidikan individu maupun kelompok, (4)
mengembangkan, menyajikan, dan memamerkan hasil karya (artefak), dan (5) menganalisis
dan mengevaluasi proses pemecahan masalah (Arend, 2004).

24
Model pembelajaran berbasis desain
Dalam model pembelajaran berbasis desain, peserta didik disuruh merancang atau
menciptakan suatu artefak yang mengharapkan peserta didik menerapkan pengetahuan dan
prinsip-prinsip yang dipelajari (Darling-Hammond, 2008). Model pembelajaran berbasis
desain sering ditemukan dalam domain teknologi, seni, teknik, arsitektur, dan sains, yaitu
peserta didik diminta menghasilkan ide-ide, membuat prototype, dan menguji hasil kreasinya.

25
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Untuk mencapai pendidikan yang berkualitas, tak lepas dari peran serta pemerintah dan
masyarakat. Guru sebagai ujung tombak suksesnya pendidikan harus mendapatkan
perhatian khusus. Salah satu peran pemerintah dalam memajukan pendidikan diantaranya
adalah memberikan tunjangan sertifikasi yang diharapkan dapat meningkatkan
profesionalisme guru dalam pembelajaran juga dalam kesejahteraan. Dengan
adanya sertifikasi seharusnya guru mengalokasikan tunjangan profesi yang diperolehnya
untuk pemenuhan alat pembelajaran, melengkapi literatur / referensi, mengikuti seminar,
workshop, pelatihan, serta melengkapi sarana yang relevan di abad 21, bukan malah
mengalokasikan tunjangan profesi untuk keperluan yang lain. Upaya peningkatan
kemampuan profesional tidak seharusnya berhenti ketika guru memperoleh ijazah
pendidikan keguruannya. Akan tetapi harus terus dikembangkan melalui
pembinaan- pembinaan. Guru memiliki peran yang sangat penting yaitu sebagai agen
of change dan inspirasi dalam menghadapi perubahan IPTEK yang semakin pesat tanpa
menghilangkan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa agar bangsa Indonesia mampu
bersaing secara Global.

3.2 Saran
Penulis menyadari sepenuhnya jika makalah ini masih banyak kesalahan dan jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, untuk memperbaiki makalah ini penulis meminta kritik dan saran
yang bersifat membangun dari para pembaca.

26
DAFTAR PUSTAKA
Barron, B. a.-H. (2008). Teaching for meaningful learning: a review of research on inquiry-
based and cooperative learning. L.

Binhas E, Hary M. (1989). Appareil de saisie magnetique pour instruments canalaires. Chir
Dent Fr, 41-42.

Bolstad, R. (2011). Taking a ‘Future Focus’ in Education – What Does It Mean? NZCER
Working Paper. . Wellington, New Zealand Council for Educational Research.

Delors, J. A.-A. (1996). Learning: The Treasure Within: Report to UNEReport to UNESCO of
the International Commission on Education for the Twenty-First Century. Paris:
UNESCO.

Leadbeater, C. (2008). What’s Next? 21 Ideas for 21st Century Learning. London : The
Innovation Unit.
M., H. (2018). Empat Kompetensi Untuk Membangun Profesionalisme Guru.

Meyer, B. H. (2008). Independent Learning: Literature Review. Research Report No. DCSF-
RR051. . Nottingham, UK,: Department for Children, Schools and Families.

Muhtadi, Asep Saeful . (2012). Komunikasi Dakwah Teori Pendekatan Dan Aplikasinya.
Simbiosa Rekatama Media.
R, R. (2021). Karakteristik dan Asesmen Pembelajaran Abad 21. Basicedu, 4341-4350.

Rahmawati, Yeni dan Kurniati, Euis. (2010). Strategi Pengembangan Kreativitas. Pada Anak
Usia Taman Kanak-kanak. Jakarta: Kencana. Sofia.
Redecker, C. A.-M. (2011). The Future of Learning: Preparing for Change. Luxembourg,
Publications Office of the European Union.

Saavedra, A. a. (2012). Teaching and Learning 21st Century Skills: Lessons from the Learning
Sciences. A Global Cities Education Network Report. ,. New York: Asia Society. .

Scott, C. (2015). The Futures of Learning 1: Why must learning content and methods change
in the 21st century? UNESCO Education Research and Foresight, . Paris: [ERF
Working Papers Series, No. 13].

Tilson, C. a. (n.d.). Powerful Learning: What We Know About Teaching for Understanding.
San Francisco, Calif., Jossey-Bass/John Wiley & Sons.

Warsono & Hariyanto. (2012). Pembelajaran Aktif: Teori dan Asesmen. Bandung: Remadja
Rosdakarya.

27

Anda mungkin juga menyukai