Anda di halaman 1dari 26

KOMPETENSI ABAD 21

MAKALAH

Disusun sebagai syarat mata kuliah Pendidikan IPA

Dosen Pengampu :

Dr. Sri Sulistyorini, M.Pd.

Dewi Nilam Tyas, S.Pd., M.Pd.

Disusun oleh :

Sofia Nafiatu Sholikha (1401418200)

Rombel D

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2019

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Kompetensi Abad 21 ini
tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari Ibu Dr.
Sri Sulistyorini, M.Pd. pada mata kuliah Pendidikan IPA. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang Kompetensi Abad 21 bagi para pembaca dan
juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Sri Sulistyorini, M.Pd. selaku dosen
mata kuliah Pendidikan IPA Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu
Pendidikan Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Penyusun

2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL......................................................................................1

KATA PENGANTAR...................................................................................2

DAFTAR ISI..................................................................................................3

BAB 1 PENDAHULUAN..............................................................................4

1. Latar Belakang....................................................................................4
2. Rumusan Masalah...............................................................................4
3. Tujuan.................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN..............................................................................6

1. Pengertian Kompetensi Guru.............................................................6


2. Penerapan dalam Kompetensi Guru..................................................14
3. Pengertian Kompetensi Guru Abad 21..............................................15
4. Penerapan dalam Kompetensi Guru Abad 21...................................18
5. Pengertian Kecakapan Guru dan Siswa............................................19
6. Penerapan dalam Kecakapan Guru dan Siswa..................................22

BAB III PENUTUP.....................................................................................24

1. Kesimpulan.......................................................................................24
2. Saran .................................................................................................24

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................26

3
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Menurut Ki Hajar Dewantara, pengertian pendidikan adalah proses menuntun segala
kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak peserta didik, agar mereka sebagai manusia
dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan
setinggi-tingginya.
Guru memiliki peran untuk membentuk dan membangun kepribadian anak didik
menjadi seorang yang berguna bagi agama, nusa, dan bangsa. Guru bertugas
mempersiapkan generasi penerus bangsa yang cakap dan diharapkan dapat
membangun dirinya dan membangun bangsa dan negara agar menjadi lebih baik lagi
pada masa yang akan datang.
Sistem pendidikan dengan perkembangan zaman, tentunya membutuhkan perhatian
khusus baik dari pemerintah maupun dari guru-guru yang menjadi pelaku pendidik.
Dengan upaya memperhatikan perubahan sistem dalam pendidikan, diharapkan agar
supaya para siswa semakin mengenal zamannya dan semakin besar peluang untuk
menjadi generasi bangsa di masa depan.
Sistem pendidikan memang perlu adanya perubahan untuk menyiapkan generasi
muda yang siap untuk menyongsong masa depan yang baik. Dengan adanya
perubahan sistem yang selalu disesuaikan dengan perubahan zaman, diharapkan para
generasi muda, juga mampu menyeimbangkan pengetahuan dan keterampilanya untuk
tetap memegang teguh nilai-nilai kebaikan yang diperoleh di bangku sekolah. Maka
dari itu, para guru juga harus memiliki kemampuan dan cara-cara tertentu dalam
proses mengajar ,sehingga para siswa bukan hanya sekedar menimbah ilmu belaka,
melainkan juga mampu untuk menghadapi dan beradaptasi dengan perubahan zaman.
2. Rumusan Masalah
1) Apa pengertian kompetensi guru ?
2) Bagaimana penerapan dalam kompetensi guru ?
3) Apa pengertian kompetensi guru abad 21 ?
4) Bagaimana penerapan dalam kompetensi guru abad 21 ?
5) Apa pengertian kecakapan guru dan siswa abad 21 ?
6) Bagaimana penerapan dalam kecakapan guru dan siswa abad 21 ?

4
3. Tujuan
1) Untuk mengetahui pengertian kompetensi guru.
2) Untuk mengetahui penerapan kompetensi guru.
3) Untuk mengetahui pengertian kompetensi guru abad 21.
4) Untuk mengetahui penerapan kompetensi guru abad 21.
5) Untuk mengetahui pengertian kecakapan guru dan siswa abad 21.
6) Untuk mengetahui penerapan dalam kecakapan guru dan siswa abad 21.

5
BAB II
PEMBAHASAN
1. Kompetensi Guru
Kompetensi dapat diartikan kewenangan dan kecakapan atau kemampuan
seseorang dalam melaksanakan tugas atau pekerjaan sesuai dengan jabatan yang
disandangnya. Dalam hal ini tugas atau pekerjaan yang dimaksud adalah profesi
Guru. Rumusan kompetensi guru yang dikembangkan di Indonesia sudah tertuang
dalam Undang- undang No.14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pasal 10 ayat (1)
kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian,
kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan
profesi. Artinya diselengarakannya Pendidikan Profesi Guru (PPG) dimaksudkan agar
guru memiliki kompetensi sebagaimana yang dimaksud dalam Undang-undang
tersebut. Guru yang memiliki kompetensi memadai sangat menentukan keberhasilan
tercapainya tujuan pendidikan.
Penjelasan kompetensi guru selanjutnya dituangkan dalam peraturan menteri.
Pendidikan Nasional No 16 tahun 2007 tentang kualifikasi akademik dan kompetensi
guru yang berbunyi bahwa setiap guru wajib memenuhi kualifikasi akademik dan
kompetensi guru yang berlaku secara nasional. Kualifikasi akademik Guru atau
bentuk lain yang sederajat, harus memiliki kualifikasi akademik pendidikan minimum
diploma empat (D-IV) atau sarjana (S1) dalam bidang pendidikan (D-IV/S1) yang
diperoleh dari program studi yang terakreditasi. Adapun kompetensi guru meliputi
kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan professional.

6
1) Kompetensi Pedogogik
Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru yang berkenaan dengan
pemahaman terhadap peserta didik dan pengelolaan pembeajaran mulai dari
merencanakan, melaksanakan sampai dengan mengevaluasi. Secara umum
kompetensi inti pedagogi meliputi :
a. Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial, kultural,
emosional, dan intelektual
b. Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik.
c. Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran/bidang
pengembangan yang diampu.
d. Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik.
e. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan
pembelajaran.
f. Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan
berbagai potensi yang dimiliki.
g. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik.
h. Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar.
i. Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran.
j. Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran.

Berikut diuraikan indikator masing-masing kompetensi inti pedagogi.

1. Pertama, menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial,
kultural, emosional, dan intelektual, merupakan kompetensi inti pertama yang
harus dimiliki oleh guru. Indikator penguasaan kompetensi ini ditunjukan dengan
kemapuan :
a. Memahami karakteristik peserta didik yang berkaitan dengan aspek fisik,
intelektual, sosial-emosional, moral, spiritual, dan latar belakang sosial
budaya.
b. Mengidentifikasi potensi peserta didik dalam mata pelajaran.
c. Mengidentifikasi kemampuan awal peserta didik dalam mata pelajaran.
d. Mengidentifikasi kesulitan peserta didik.
2. Kedua, menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik,
merupakan kompetensi inti pedagogi yang selanjutnya harus dimiliki oleh seorang

7
guru. Indikator penguasaan terhadap kompetensi ini ditunjukan dengan
kemampuan guru.
a. Memahami berbagai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang
mendidik.
b. Menerapkan berbagai pendekatan, strategi, metode, dan teknik pembelajaran
yang mendidik secara kreatif.
c. Menerapkan pendekatan pembelajaran berdasarkan jenjang dan karateristik
bidang studi.
3. Ketiga, mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran/bidang
studi yang diampu merupakan kompetensi yang sudah semestinya dikuasai oleh
guru. Indikatornya seperti :
a. Memahami prinsip-prinsip pengembangan kurikulum.
b. Menentukan tujuan pelajaran.
c. Menentukan pengalaman belajar yang sesuai untuk mencapai tujuan pelajaran.
d. Memilih materi pelajaran yang terkait dengan pengalaman belajar dan tujuan
pembelajaran.
e. Menata materi pembelajaran secara benar sesuai dengan pendekatan yang
dipilih dan karakteristik peserta didik.
f. Mengembangkan indikator dan instrumen penilaian. Kompetensi ini dilakukan
oleh guru dalam bentuk penyususnan RPP.
4. Keempat, kemampuan kompetensi pedagogi berikutnya yaitu menyelenggarakan
pembelajaran yang mendidik, indikatornya ditunjukan dengan :
a. Memahami prinsip-prinsip perancangan pembelajaran yang mendidik.
b. Mengembangkan komponen-komponen rancangan pembelajaran.
c. Menyusun rancangan pembelajaran yang lengkap, baik untuk kegiatan di
dalam kelas, laboratorium, maupun lapangan.
d. Melaksanakan pembelajaran yang mendidik di kelas, di laboratorium, dan di
lapangan.
e. Menggunakan media pembelajaran sesuai dengan karakteristik peserta didik
dan mata pelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran secara utuh.
f. Mengambil keputusan transaksional dalam pelajaran sesuai dengan situasi
yang berkembang.
5. Kelima, memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan
pembelajaran. Dengan kemajuan teknologi dan komunikasi saat ini sudah menjadi

8
keharusan bagi guru memiliki kemampuan dalam memanfaatkan TIK untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran yang mendidik, seperti penggunaan media
dan penggalian sumber belajar.
6. Keenam; memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki, kompetensi ini ditunjukan
guru dengan :
a. Menyediakan berbagai kegiatan pembelajaran untuk mendorong peserta didik
mencapai prestasi belajar secara optimal.
b. Menyediakan berbagai kegiatan pembelajaran untuk mengaktualisasikan
potensi peserta didik, termasuk kreativitasnya.
7. Ketujuh, berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik,
merupakan kompetensi pedogogi yang penting dimiliki oleh guru, seperti :
a. Memahami berbagai strategi berkomunikasi yang efektif, empatik dan santun,
baik secara lisan maupun tulisan.
b. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik
dengan bahasa yang khas dalam interaksi pembelajaran yang terbangun secara
siklikal dari :
 Penyiapan kondisi psikologis peserta didik
 Memberikan pertanyaan atau tugas sebagai ajakan kepada peserta didik
untuk ambil bagian.
 Respons peserta didik.
 Reaksi guru terhadap respons peserta didik, dan seterusnya.
8. Kedelapan, menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses serta hasil belajar.
Kompetensi evaluasi sangat penting dikuasai oleh guru, karena evaluasi menjadi
alat ukur keberhasilan bagi guru dan peserta didik dalam mengikuti proses
pembelajaran. Indikator kompetensi ini meliputi :
a. Memahami prinsip-prinsip penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar
sesuai dengan karakteristik mata pelajaran yang diampu.
b. Menentukan aspek-aspek proses dan hasil belajar yang penting untuk dinilai
dan dievaluasi sesuai dengan karakteristik mata pelajaran yang diampu.
c. Menentukan prosedur penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar.
d. Mengembangkan instrumen penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar.

9
e. Mengadministrasikan penilaian proses dan hasil belajar secara
berkesinambungan dengan mengunakan berbagai instrument.
f. Menganalisis hasil penilaian proses dan hasil belajar untuk berbagai tujuan.
g. Melakukan evaluasi proses dan hasil belajar.
9. Kesembilan, selain memiliki kemampuan dalam mengevaluasi seorang guru juga
harus mampu untuk memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan
pembelajaran, seperti :
a. Menggunakan informasi hasil penilaian dan evaluasi untuk menentukan
ketuntasan belajar.
b. Menggunakan informasi hasil penilaian dan evaluasi untuk merancang
program remedial dan pengayaan.
c. Mengkomunikasikan hasil penilaian dan evaluasi kepada pemangku
kepentingan.
d. Memanfaatkan informasi hasil penilaian dan evaluasi pembelajaran untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran.
10. Kesepuluh, kompetensi terakhir dari pedogogi yaitu kemampuan guru dalam
melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran, indikator
kompetensi ini ditunjukkan dengan :
a. Melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang telah dilaksanakan.
b. Memanfaatkan hasil refleksi untuk perbaikan dan pengembangan mata
pelajaran.
c. Melakukan penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran mata pelajaran.

2) Kompetensi Kepribadian
Kompetensi kepribadian merupakan personal yang mencerminkan kepribadian
yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa menjadi teladan bagi peserta
didik dan berakhak mulia. Kompetensi inti kepribadian seperti :
a) Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan
nasional Indonesia.
b) Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan
bagi peserta didik dan masyarakat.
c) Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan
berwibawa.

10
d) Menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi
guru, dan rasa percaya diri.
e) Menjunjung tinggi kode etik profesi guru.

Secara rinci kompetesi kepribadian diuraikan menjadi subkompetensi sebagai


berikut :
1. Pertama, bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan
nasional Indonesia, seperti :
a. Menghargai peserta didik tanpa membedakan keyakinan yang dianut, suku,
adat-istiadat, daerah asal, dan gender.
b. Bersikap sesuai dengan norma agama yang dianut, hukum dan norma sosial
yang berlaku dalam masyarakat, serta kebudayaan nasional Indonesia yang
beragam.
2. Kedua, menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan
teladan bagi peserta didik dan masyarakat, seperti :
a. Berperilaku jujur, tegas, dan manusiawi.
b. Berperilaku yang mencerminkan ketakwaan dan akhlak mulia.
c. Berperilaku yang dapat diteladani oleh peserta didik dan anggota masyarakat
di sekitarnya.
3. Ketiga, menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan
berwibawa, seperti :
a. Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap dan stabil.
b. Menampilkan diri sebagai pribadi yang dewasa, arif, dan berwibawa.
4. Keempat, Menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga
menjadi guru, dan rasa percaya diri, seperti :
a. Menunjukkan etos kerja dan tanggung jawab yang tinggi.
b. Bangga menjadi guru dan percaya pada diri sendiri.
c. Bekerja mandiri secara professional.
5. Kelima, menjunjung tinggi kode etik profesi guru, seperti :
a. Memahami kode etik profesi guru.
b. Menerapkan kode etik profesi guru.
c. Berperilaku sesuai dengan kode etik guru.

11
3) Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial berkenaan dengan kemampuan pendidik sebagai bagian dari
masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik,
sesama pendidik, tenaga kependidian, orang tua siswa, dan masyarakat sekitar.
Kompetensi sosial penting dimiliki bagi seorang pendidik yang profesinya
senantiasa berinteraksi dengan human (manusia) lain. Kompetensi ini memiliki
subkompetensi dengan indikator sebagai berikut.
1. Pertama, bersikap inklusif, bertindak objektif, serta tidak diskriminatif karena
pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga,
dan status sosial ekonomi, seperti :
a. Bersikap inklusif dan objektif terhadap peserta didik, teman sejawat dan
lingkungan sekitar dalam melaksanakan pembelajaran.
b. Tidak bersikap diskriminatif terhadap peserta didik, teman sejawat, orang
tua peserta didik dan lingkungan sekolah karena perbedaan agama, suku,
jenis kelamin, latar belakang keluarga, dan status sosial-ekonomi.
2. Kedua, berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama
pendidik, tenaga kependidikan, orang tua, dan masyarakat, kemampuan ini
ditunjukan dengan cara :
a. Berkomunikasi dengan teman sejawat dan komunitas ilmiah lainnya secara
santun, empatik dan efektif.
b. Berkomunikasi dengan orang tua peserta didik dan masyarakat secara
santun, empatik, dan efektif tentang program pembelajaran dan kemajuan
peserta didik.
c. Mengikutsertakan orang tua peserta didik dan masyarakat dalam program
pembelajaran dan dalam mengatasi kesulitan belajar peserta didik.
3. Ketiga, beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah Republik Indonesia
yang memiliki keragaman sosial budaya. Kompetensi ini penting dikuasai oleh
pendidik, apalagi jika tugas tidak ditempatkan di daerah asal. Kemampuan ini
ditunjukan dengan :
a. Beradaptasi dengan lingkungan tempat bekerja dalam rangka
meningkatkan efektivitas sebagai pendidik, termasuk memahami bahasa
daerah setempat.

12
b. Melaksanakan berbagai program dalam lingkungan kerja untuk
mengembangkan dan meningkatkan kualitas pendidikan di daerah yang
bersangkutan.
4. Keempat, berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain
secara lisan dan tulisan atau bentuk lain, seperti :
a. Berkomunikasi dengan teman sejawat, profesi ilmiah, dan komunitas
ilmiah lainnya melalui berbagai media dalam rangka meningkatkan
kualitas pendidikan.
b. Mengkomunikasikan hasil-hasil inovasi pembelajaran kepada komunitas
profesi sendiri secara lisan dan tulisan atau bentuk lain.

4) Kompetensi Professional
Kompetensi professional merupakan kemampuan yang berkenaan dengan
penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang mencakup
penguasaan substansi isi materi pembelajaran, dan substansi keilmuan yang
menaungi materi dalam kurikulum, serta menambah wawasan keilmuan. Berikut
dijabarkan kompetensi dan sub-kompetensi profesional.
1. Pertama, menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang
mendukung mata pelajaran yang diampu sesuai jenjang pendidikan.
Kemampuan ini sangat penting dimiliki bagi seorang guru sebab apa yang
akan disampaikan guru kepada siswa berupa ilmu pengetahuan yang dikuasai
oleh guru.
2. Kedua, menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata
pelajaran/bidang pengembangan yang diampu, seperti :
a. Memahami standar kompetensi mata pelajaran.
b. Memahami kompetensi dasar mata pelajaran.
c. Memahami tujuan pembelajaran mata pelajaran.
3. Ketiga, mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif.
a. Memilih materi mata pelajaran yang sesuai dengan tingkat perkembangan
peserta didik.
b. Mengolah materi mata pelajaran secara integratif dan kreatif sesuai dengan
tingkat perkembangan peserta didik.
4. Keempat, mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan
melakukan tindakan reflektif, seperti :

13
a. Melakukan refleksi terhadap kinerja sendiri secara terus-menerus.
b. Memanfaatkan hasil refleksi dalam rangka peningkatan keprofesionalan.
c. Melakukan penelitian tindakan kelas untuk peningkatan keprofesionalan.
d. Mengikuti kemajuan zaman dengan belajar dari berbagai sumber.
5. Kelima, memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk
berkomunikasi dan mengembangkan diri, seperti :
a. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam berkomunikasi.
b. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk pengembangan
diri.

2. Contoh Penerapan Dalam Kompetensi Guru


Kelas / semester : IV / 1
Tema : 5. Pahlawanku
Subtema : 2. Pahlawanku Kebanggaanku
Kompetensi Dasar : 3.7 Menerapkan sifat-sifat cahaya dan keterkaitannya dengan
indera penglihatan.

Langkah :
1. Guru menganalisis karakter siswa (kompetensi pedagogik)
2. Guru menentukan metode dan strategi yang tepat digunakan sesuai dengan
karakter siswa (kompetensi pedagogik).
3. Guru menyiapkan media yang sesuai dengan materi yang disampaikan yaitu alat
dan bahan untuk percobaan cara berkomunikasi menggunakan cahaya dan cermin,
seperti cermin datar (kompetensi pedagogik).
4. Guru mempelajari materi tentang cahaya dan cermin serta sifat-sifat cahaya secara
mendalam sebelum menjelaskan kepada peserta didik (kompetensi profesional).
5. Guru mampu menjelaskan materi tentang sifat-sifat cahaya secara terperinci
kepada peserta didik menggunakan media pembelajaran (kompetensi profesional).
6. Guru mengondisikan siswa untuk melakukan percobaan cara berkomunikasi
menggunakan cahaya dan cermin (kompetensi pedagogik).
7. Guru mengapresi hasil kerja peserta didik (kompetensi sosial).
8. Guru melakukan penilaian secara objektif (kompetensi pedagogik)
9. Guru memberitahukan hasil kerja siswa kepada orangtua siswa (kompetensi
sosial)

14
10. Dalam pelaksanaan pembelajaran guru bersikap santun, ramah dan jujur
(kompetensi kepribadian)

3. KOMPETENSI GURU ABAD 21


Abad 21 yang ditadai dengan kehadiran era media (digital age) sangat berpengaruh
pada pengelolaan pembelajaran dan perubahan karateristik siswa. Pembelajaran abad
21 menjadi keharusan untuk mengintegrasikan teknologi informasi dan komunikasi,
serta pengelolaan pembelajaran yang berpusat pada siswa. Dalam mengembangkan
pembelajaran abad 21, guru dituntut merubah pola pembelajaran konvensional yang
berpusat pada guru (teacher centred) menjadi pembelajaran yang berpusat pada siswa
(student centred) karena sumber belajar melimpah bukan hanya bersumber guru,
sehingga peran guru menjadi fasilitator, mediator, motivator sekaligus leader dalam
proses pembelajaran. Pola pembelajaran yang konvensional bisa dipahami sebagai
pembelajaran dimana guru banyak memberikan ceramah (transfer of knowledge)
sedangkan siswa lebih banyak mendengar, mencatat dan menghafal. Kemampuan
pedogogi dengan pola konvensional dipandang sudah kurang tepat dengan era saat ini.
Karateristik siswa abad 21 sangat berbeda dengan siswa era sebelumnya. Pada abad
21 ini seseorang harus memiliki keterampilan 4 C (Communication, Collaboration,
Critical Thinking and Problem Solving, dan Creativity and Innovation). Keteampilan
ini sudah semestinya tercermin dalam pembelajaran yang akan dilaksanakan oleh
seorang guru. Keterampilan Abad 21 dapat di integrasikan dalam pelaksanaan
pembelajaran, sehingga pilihan metode, media dan pengelolaan kelas benar-benar
meningkatkan keterampilat tersebut. Karena itulah menjadi keharusan kemampuan
pedogogi guru menyesuaikan dengan karateristik dan keterampialn yang diperlukan di
abad 21.

15
a. Critical Thinking (Berpikir Kritis)
Berpikir kritis (critical thinking) merupakan kemampuan untuk memahami sebuah
masalah yang rumit, mengkoneksikan informasi satu dengan informasi lain, sehingga
akan muncul berbagai perspektif, dan menemukan solusi dari suatu permasalahan.
Critical thinking dimaknai juga sebagai kemampuan menalar, memahami dan
membuat pilihan yang rumit; memahami interkoneksi antara sistem, menyusun,
mengungkapkan, menganalisis, dan menyelesaikan masalah. Keterampilan berpikir
kritis merupakan hal yang penting untuk dimiliki peserta didik di tengah derasnya
arus informasi di era digital. Kemampuan membedakan kebenaran dari kebohongan,
fakta dari opini, atau fiksi dari non-fiksi, merupakan salah satu modal bagi peserta
didik untuk mengambil keputusan dengan lebih bijak sepanjang hidupnya. Selain itu,
kemampuan berpikir kritis juga penting sebagai bekal peserta didik untuk menjadi
pembelajar yang baik.
b. Collaboration (Kolaborasi)
Kolaborasi adalah kemampuan untuk bekerja sama, saling bersinergi, beradaptasi
dalam berbagai peran dan tanggungjawab, bekerja secara produktif dengan yang lain,
menempatkan empati pada tempatnya, dan menghormati perspektif berbeda. Dengan
berkolaborasi, maka setiap pihak yang terlibat dapat saling mengisi kekurangan yang
lain dengan kelebihan masing-masing. Akan tersedia lebih banyak pengetahuan dan
keterampilan secara kolektif untuk mencapai hasil yang lebih maksimal. Teknologi
yang tersedia saat ini membuat peluang peserta didik untuk berkolaborasi terbuka
lebar tanpa harus dibatasi oleh jarak. Karena itu, anak-anak kita perlu dibekali dengan
kemampuan berkolaborasi sebagai salah satu keterampilan abad 21 yang mencakup
kemamuan bekerja sama secara efektif dalam tim yang beragam, fleksibel dan mampu
berkompromi untuk mencapai tujuan bersama, memahami tanggung jawabnya dalam
tim, dan menghargai kinerja anggota tim lainnya.
c. Communication (Komunikasi)
Communication (komunikasi) adalah kegiatan mentransfer informasi, baik secara
lisan maupun tulisan. Komunikasi merupakan hal penting dalam peradaban manusia.
Tujuan utama komunikasi adalah mengirimkan pesan melalui media yang dipilih agar
dapat diterima dan dimengerti oleh penerima pesan. Komunikasi dapat berjalan
efektif jika pesan yang disampaikan oleh komunikator dapat diterima dengan baik
oleh komunikan, sehingga tidak terjadi salah persepsi. Hadirnya gadget di era
globalisasi dapat dijadikan sebagai media komunikasi yang efektif bagi anak-anak.

16
Akan tetapi pengawasan, terutama dari orangtua perlu semakin ditingkatkan terhadap
pemakaian gadget sebagai media informasi bagi anak-anak mereka, agar tidak disalah
gunakan untuk hal-hal yang negatif. Selain itu, lamanya penggunaan gadget bagi
anak-anak juga perlu dibatasi agar kompetensi sosialnya dengan teman-teman sebaya
tetap terjaga.
d. Creativity (Kreativitas)
Creativity (kreatifitas) merupakan kemampuan untuk mengembangkan,
melaksanakan, dan menyampaikan gagasan-gagasan baru kepada yang lain; bersikap
terbuka dan responsif terhadap perspektif baru dan berbeda. Kreativitas juga
didefinisikan sebagai kemampuan seseorang dalam menciptakan penggabungan baru.
Kreativitas akan sangat tergantung kepada pemikiran kreatif seseorang, yaitu proses
akal budi seseorang dalam menciptakan gagasan baru. Kreativitas yang bisa
menghasilkan penemuan-penemuan baru sering disebut sebagai inovasi. Era teknologi
ditandari dengan semakin banyak pekerjaan yang diambil alih oleh mesin di masa
depan. Berpikir kreatif dalam menciptakan berbagai inovasi baru adalah salah satu
keterampilan abad 21 yang akan membuat seseorang mampu bertahan dan tidak
tergantikan oleh robot atau mesin di bidang pekerjaannya.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2013:1) memaparkan bahwa


pengembangan kurikulum 2013 dapat menghasilkan insan Indonesia yang produktif,
kreatif, inovatif dan afektif melalui penguatan sikap (tahu mengapa), keterampilan
(tahu bagaimana), dan pengetahuan (tahu apa) yang terintegrasi. Empat prinsip yang
dikenal sebagai empat pilar pendidikan adalah sebagai berikut :
a) Learning to Know
Belajar mengetahui merupakan kegiatan untuk memperoleh, memperdalam dan
memanfaatkan materi pengetahuan menurut Zubaidah (2017). Belajar untu
mengetahui dengan cara berpikir kreatif untuk mengetahui akar suatu
permasalahan.
b) Learning to Do
Agar mampu menyesuaikan diri dan beradaptasi dalam masyarakat yang
berkembang sangat cepat, maka individu perlu belajar berkarya menurut Zubaidah
(2017). Belajar untuk melakukan yaitu mencari jalan keluar dari suatu masalah
sebelum bertindak.

17
c) Learning to Be
Keterampilan akademik dan kognitif memang keterampilan yang penting bagi
seorang siswa, namun bukan merupakan satu-satunya keterampilan yang
diperlukan siswa untuk menjadi sukses menurut Zubaidah (2017). Belajarlah
untuk menjadi manusia mandiri yang utuh.
d) Learning to Live Together
Siswa yang bekerja secara kooperatif dapat mencapai level kemampuan yang
lebih tinggi jika ditinjau dari hasil pemikiran dan kemampuan untuk menyimpan
informasi dalam jangka waktu yang panjang dari pada siswa yang bekerja secara
individu menurut Zubaidah (2017). Belajar bekerja sama dalam kelompok-
kelompok kecil mampu membuat peserta didik terbiasa untuk berkolaborasi
dengan sesamanya.

Empat pilar kegiatan pembelajaran di atas adalah berfokus pada siswa guna
menghasilkan pembelajaran bermakna sebagai jawaban atas inovasi pendidikan
menghadapi abad 21. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, (2016:7-8)
menjelaskan bahwa GLS merupakan suatu usaha atau kegiatan yang bersifat
partisipatif, dengan melibatkan warga sekolah (peserta didik, guru, kepala sekolah,
tenaga kependidikan, pengawas sekolah, komite sekolah, orang tua/wali murid peserta
didik), akademisi, masyarakat, dunia usaha, dll. GLS sangat penting untuk
mengembangkan kemampuan siswa. Contohnya dengan pembiasaan membaca 15
menit sebelum belajar. GLS sebaiknya diikuti dengan pengembangan model
pendidikan multiliterasi pada berbagai muatan pelajaran sekolah. Sekolah literasi
adalah sekolah yang mampu memfasilitasi segala kebutuhan peserta didik dalam
rangka membekalinya dengan kecakapan hidup pada zamannya.

4. Contoh Penerapan Dalam Kompetensi Guru Abad 21


Kelas / semester : IV / 1
Tema : 5. Pahlawanku
Subtema : 2. Pahlwanku Kebangganku

Langkah :
1. Guru menyampaikan materi yang akan dibahas serta tujuan pemebelajaran
(communication)

18
2. Guru mengajak siswa mengamati gambar tentang skema pantulan matahari, guru
mengajak siswa menemukan sifat-sifat cahaya. Siswa menyampaikan pendapat
dari guru memberi penguatan (critical thinking and problem solving)
3. Siswa menuliskan sifat, ciri, dari arah berkas cahaya dalam bentuk peta pikiran
(creativity and innovation)
4. Siswa mendiskusikan antarjawaban pada teman sebangku (collaboration)
5. Siswa menyampaikan hasil kerja dan diskusinya di depan kelas (communication)

5. Kecakapan Guru dan Siswa Abad 21


Dunia kini telah memasuki era digital yang perkembangannya tidak dapat
dibendung. Sebagaimana yang dikatakan para ahli bahwa kini kita berada di era
revolusi industri gelombang keempat yang juga disebut industry 4,0. Perkembangan
dunia digital tak terkecuali dinikmati pula oleh masyarakat Indonesia. Tentunya,
masyarakat Indonesia tidak hanya sekedar menikmati tahap demi tahap
perkembangan ‘bahkan dapat dikatakan kemajuan’ teknologi tersebut. Masyarakat
Indonesia harus bisa mengambil peran aktif dalam pemanfaatan teknologi tersebut.
Teknologi digital sudah menjadi sebuah keniscayaan. Penguasaannya adalah sesuatu
yang tidak bisa ditawar. Semua masyarakat, pada semua lapisan, diupayakan bisa
menguasai teknologi digital.
Keadaan ini tentu tidak mudah. Keadaan setiap masyarakat tidak sama.
Masyarakat perkotaan tentu akan lebih mudah mendapat akses ini baik dari segi
ketersediaan media maupun ilmu untuk memanfaatkan media tersebut. Masyarakat
kota bisa lebih cepat menerima akses. Namun, akan sangat berbeda dengan
masyarakat desa bahkan pelosok desa. Masyarakat di desa, pelosok atau bahkan
pedalaman belum bisa sepenuhnya menguasai teknologi digital. Jangankan teknologi
digital, pemanfaatan alat elektronik sederhana seperti televisi atau radio terlambat
mereka nikmati. Bahkan, ada daerah yang belum lama bisa menikmati aliran listrik.
Fenomena ini tentu tidak lepas dari program pemerintah. Pemerintah tidak tinggal
diam menghadapi kenyataan ini. Pemerintah mengusahakan agar era kemajuan digital
ini bisa dinikmati oleh seluruh masayarakat Indonesia dari Sabang sampai Merauke.
Salah satunya adalah target Pemerintah agar Indonesia menjadi masyarakat informasi
dengan ukuran terhubungnya seluruh desa dalam jaringan teknologi komunikasi dan
informasi pada tahun 2015.
Deskripsi di atas tentu berimplikasi terhadap dunia pendidikan. Pendidikan
sebagai sarana untuk mencerdaskan anak bangsa. Lembaga pendidikan menjadi tulang
punggung untuk melahirkan generasi tangguh. Di sinilah diharapkan lahir guru yang

19
mampu menjembatani semua keadaan ini. Guru harus mampu menjembatani siswa
untuk menjadi guru dan siswa di abad 21. Guru dan siswa abad 21 adalah guru yang
memiliki karakter.
Pemerintah telah menyiapkan berbagai regulasi termasuk pembiayaan dengan
tujuan agar guru bisa meningkatkan kapasitas diri dalam hal penguasaan teknologi
digital. Contoh sederhana, pemberian tunjangan sertifikasi guru dengan salah satu
harapan, guru mampu membeli peralatan teknologi yang mampu menunjang
tugasnya. Contoh lain pemberlakuan kurikulum 2013 yang muatannya di anataranya
adalah generasi melek digital melalui program literasi digital. Untuk peningkatan
kapasitas diri, yang terbaru adalah Pendidikan Profesi Guru dalam Jabatan dengan
menggunakan sistem pembelajaran dalam jaringan. Sistem ini sangat efektif memacu
semangat guru untuk mempelajari dan menguasai digital. Dengan keadaan ini,
perlahan tapi pasti, akan muncul guru-guru yang mampu memanfaatkan teknologi
digital dalam pembelajaran di kelas.
Konsekuensi dari penguasaan teknologi digital sejalan dengan karakteristik guru
abad 21. Sebagaimana tertulis dalam Modul Pedagogik PPG Dalam Jabatan 2018, ada
lima karakteristik guru abad 21 , pertama guru di samping sebagai fasilitator juga
harus menjadi motivator dan inspirator. Kedua, mampu mentransformasikan diri
dalam era pedagogi siber atau era digital yang ditandai tingginya minat baca. Ketiga,
memiliki kemampuan menulis. Keempat, kreatif dan inovatif dalam mengembangkan
metode belajar atau mencari pemecahan masalah-masalah belajar. Kelima, mampu
melakukan transformasi cultural.
Mengacu pada lima karakteristik guru abad 21 ini, setiap diri guru diharapkan
memiliki karakter ini. Tentunya, ini tidak mudah. Kondisi yang terjadi di lapangan,
belum semua guru mampu mewujudkan lima karakter ini. Masih ada sekolah yang
menganggap pembaruan kurikulum sebagai sesuatu yang tidak ada efeknya. Apa yang
diterapkan masih seputar metode lama. Bahkan, masih ada pembelajaran yang
berpusat pada guru. Apalagi, bagi sekolah yang jauh dari pengawasan dan pusat kota.
Tidak dapat dipungkiri, bagi lembaga pendidikan di daerah ini, masih terdapat guru
yang masuk kategori digital imigran. Jangankan menggunakan jaringan internet,
menghidupkan dan mematikan laptop pun masih menjadi sesuatu yang berat. Dengan
kondisi ini, guru belum bisa berada pada karakteristik yang kedua. Apalagi, ditambah
dengan mindset guru yang masih menganggap siswa sebagai objek yang kepadanya
ditujukan segala jenis aturan yang harus dipatuhinya. Siswa harus bisa memahami apa

20
keinginan gurunya. Guru belum sepeuhnya bisa menjadi fasilitator, motivator apalagi
inspirator. Guru lebih banyak menjadi evaluator.
Inilah kondisi riil pada sebagian lingkungan pendidikan. Masih banyak guru yang
masuk dalam kategori digital imigran dan sebagian besar mereka berstatus Pegawai
Negeri Sipil. Apalagi, pada tahun 2018, wajib pemberlakuan kurikulum 2013. Di
dalam kurikulum 2013, menuntut peran aktif siswa (student center). Ini akan sangat
mudah bagi guru yang menguasai digital. Tugas guru hanya merancang pembelajaran
yang inovatif dan menarik. Oleh karena itu, dinas terkait tidak melepaskan diri begitu
saja. Kewajiban memiliki laptop menjadi satu target utama. Di samping itu, adanya
pelatihan-pelatihan di bidang TIK yang berperan penting dalam meningkatkan
pengetahuan guru dalam mengoperasikan komputer. Yang jauh lebih penting dari
semuanya adalah kemauan kuat dari dalam diri sang guru untuk mengupgrade
pengetahuan digital melalui belajar otodidak dan sejenisnya. Kemauan kuat ini akan
mendorong guru untuk mau belajar dan terus belajar menguasai teknologi kominikasi
dan informasi. Jadi, guru bisa menjadi perpanjangan tangan kemajuan dunia di bidang
digital. Gurulah yang memperkenalkan kepada anak-anak pelosok tentang digital dan
peralatannya.
Jika semua guru terus berusaha meningkatkan kapasitsa diri sesuai karakteristik
guru, maka akan lahir siswa-siswa yang memiliki tiga keahlian seperti yang telah
disampaikan. Bangsa ini tidak ingin generasinya terlindas oleh kemajuan teknologi
terlebih teknologi digital. Bangsa kita berusaha sejajar dengan bangsa lain. Jika dulu
ada istilah “Buku adalah jendela dunia”, maka saat ini ditingkatkan dengan “digital
menembus batas ruang dan waktu”. Semua keadaan ini, lembaga pendidikanlah yang
punya kedudukan strategis untuk mewujudkannya.
Tantangan selanjutnya setelah menguasai teknologi digital adalah mendampingi
agar penggunaan teknologi digital tetap pada koridor yang benar. Teknologi digital
tidak dimanfaatkan untuk mengakses konten-konten yang tidak benar, misalnya
pornografi, konten bernuansa memecah belah SARA, jaringan narkoba, dan
sebgainya. Penggunaan teknologi digital harus benar-benar dimanfaatkan untuk
tujuan pembelajaran. Teknologi digital untuk meningkatkan pengetahuan diri,
membuka wawasan tentang belahan dunia lain, mengenal kemajuan dunia, dan
sebagainya. Jika penggunaan teknologi digital sesuai dengan panduan ini, maka akan
terwujud siswa yang memiliki karakteristik abad 21.

21
Karakteristik siswa abad 21 adalah perilaku belajarnya sangat tergantung atau
bahkan menggantungkan diri pada mesin pencari google. Salah satu ahli (dalam
Modul Pedagogik PPG Dalam Jabatan 2018) mengidentifikasi keterampilan dan
kecakapan yang harus dimiliki generasi abad 21, yaitu :
1) Keterampilan belajar dan inovasi
Berpikir kritis dan pemecahan masalah dalam komunikasi dan kreativitas
kolaboratif dan inovatif.
2) Keahlian literasi digital
Lliterasi media baru dan literasi ICT.
3) Kecakapan hidup dan karir
Memiliki kemauan inisiatif yang fleksibel dan inisiatif adaptif , dan
kecakapan diri secara sosial dalam interaksi antarbudaya, kecakapan
kepemimpinan produktif dan akuntabel, serta bertanggungjawab.

Berangkat dari pemaparan tersebut, maka profil guru ideal sesuai dengan karakteristik
guru abad 21 adalah :
1. Memiliki keinginan kuat untuk mengupgrade diri terhadap perkembangan
teknologi digital.
2. Memiliki keinginan kuat untuk menerapkan teknologi digital dalam
pembelajaran dengan niat untuk meningkatkan mutu pembelajaran serta
menyesuaikan dengan kemajuan zaman yang semakin pesat.
3. Terus berusaha meningkatkan kapasitas diri sehubungan dengan posisinya
sebagai fasilitator, motivator dan inspirator. Keterbatasan sarana atau media
teknologi informasi dan komunikasi tidak menjadi penghalang. Justru, terus
berusaha agar masalah kesediaan alat bukanlah menjadi halangan.
4. Menunjukkan teladan yang baik di mana pun berada. Hal ini karena meyakini
bahwa guru untuk digugu dan ditiru.
5. Melaksanakan program yang terdapat dalam Program Keprofesian
Berkelanjutan, yakni pengembangan diri, misalnya aktif mengikuti kegiatan
diklat fungsional dan kegiatan kolektif, melakukan publikasi ilmiah misalnya
menulis artikel ilmiah yang berhubungan dengan pendidikan lalu
dipublikasikan di media lokal maupun nasional, membuat buku teks pelajaran
yang lolos BSNP, dan sebagainya dan karya inovatif, misalnya penemuan di

22
bidang teknologi, penemuan karya seni, memodifikasi alat peraga, dan
sebagainya.
6. Sebelum memulai pembelajaran guru yang ideal sudah mempersiapkan
perangkat pembelajaran. Ia telah mendesain seideal mungkin pembelajaran
yang akan dilakukannya esok. Teknologi digital semakin memudahkannya
untuk tujuan itu.

Dari profil guru tersebut, maka perlahan tapi pasti, semua siswa tanpa terkecuali,
dari Sabang hingga Merauke, dari barat hingga timur, akan memiliki karakteristik
siswa abad 21. Semoga akan lahir siswa yang memiliki keterampilan dan keahlian
4C (kritis, komunikatif, kreatif, dan kolaboratif), memiliki keahlian literasi digital,
dan kecakapan hidup dan karir.

23
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kompetensi guru merupakan perpaduan antara kemampuan personal, keilmuan,
teknologi, sosial, dan spiritual yang secara sempurna membentuk kompetensi
standar profesi guru, yang mencakup penguasaan materi, pemahaman terhadap
peserta didik, pembelajaran yang mendidik, pengembangan pribadi dan
profesionalisme. Kompetensi ini terdidri dari Kompetensi Pendagogik, Kompetensi
Kepribadian, Kompetensi Sosial dan Kompetensi Profesional.
Abad ke-21 adalah abad yang sangat berbeda dengan abad-abad sebelumnya.
Perkembangan ilmu pengetahuan yang luar biasa disegala bidang.pada abad ini,
terutama bidang Information and Communication Technology (ICT) yang serba
canggih (sophisticated) membuat dunia ini semakin sempit, karena kecanggihan
teknologi ICT ini beragam informasi dari berbagai sudut dunia mampu diakses
dengan instant dan cepat oleh siapapun dan dari manapun, komunikasi antar
personal dapat dilakukan dengan mudah, murah kapan saja dan di mana saja.
Ketrampilan yang harus dimiliki guru abad 21 yaitu 4C Communication, Critical
thingking skill, Creativity dan Colaboration.
Abad 21 menuntut peran guru yang semakin tinggi dan optimal. Sebagai
konsekuensinya, guru yang tidak bisa mengikuti perkembangan alam dan zaman
akan semakin tertinggal sehingga tidak bisa lagi memainkan perannya secara
optimal dalam mengemban tugas dan menjalankan profesinya.
Pembelajaran dalam Kurikulum 2013 memiliki tujuan untuk mengembangkan bakat,
minat, dan potensi peserta didik agar berkarakter, kompeten dan literat. Untuk
mencapai hasil tersebut diperlukan pengalaman belajar yang bervariasi mulai dari
yang sederhana sampai pengalaman belajar yang bersifat kompleks. Dalam kegiatan
tersebut guru harus melaksanakan pembelajaran dan penilaian yang relevan dengan
karakteristik pembelajaran abad 21.

B. Saran
Setelah mengetahui tentang Kompetensi Guru serta Kompetensi siswa abad 21,
diharapkan kita sebagai calon pendidik hendaknya mempersiapkan diri secara fisik
dan mental untuk menghadapi abad 21 yang serba digitalisasi, mulai dari melek
teknologi hingga berbagai dampak yang akan ditimbulkan dari adanya digitalisasi

24
tersebut. Jadi pandai-pandainya kita menerapkan teknologi dalam pembelajaran agar
teknologi memberikan manfaat dalam kehidupan dan masa depan Bangsa Indonesia.

25
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/37110289/KOMPETENSI_GURU
http://www.jejakpendidikan.com/2016/11/pengertian-kompetensi-guru.html
https://www.academia.edu/36762752/Implementasi_Konsep_4C_Dalam_Menyongsong_Pen
didikan_Abad_21
https://labrita.id/berita/guru-dan-siswa-di-abad-21
https://www.amongguru.com/kenali-4-c-empat-keterampilan-abad-21-yang-harus-dimiliki-
peserta-didik/
https://ayomadrasah.blogspot.com/2017/07/download-buku-k13-revisi-2017-kelas-4.html
https://www.academia.edu/36762752

26

Anda mungkin juga menyukai