Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH PROFESI PENDIDIKAN

PROFESIONALISME GURU DAN PERAN GURU DALAM


BIMBINGAN DAN KONSELING

DISUSUN OLEH KELOMPOK 1 :


1. ISTI ASMIARTI 101220062
2. SEFFY PUTRI RYD 101220027
3. RESTI MELIA 101220071

KELAS : MATEMATIKA 4B

DOSEN PENGAMPU : Wahyu Arini., M.Pd.Si

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS PGRI SILAMPARI
TAHUN 2024
KATA PENGANTAR

Puji dan terima kasih kami panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas rahmat dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikannya makalah Profesi Pendidikan. Kami menyadari
bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan, baik dari segi isi, penulisan
maupun kata-kata yang digunakan. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang bersifat
membangun guna perbaikan bagi kami dalam membuat makalah selanjutnya, akan kami
terima dengan senang hati. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Kami Akhirnya, tak ada gading yang
tak retak, meskipun dalam penyusunan makalah ini telah mengungkapkan kemampuannya,
namun kami sangat menyadari bahwa hasil penyusunan makalah ini jauh dari sempurna
karena keterbatasan data dan referensi maupun kemampuan kami.

Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran serta kritik yang membangun dari
berbagai pihak. Semoga makalah ini dapat memenuhi syarat proses kegiatan belajar kami
dalam mata kuliah Profesi Pendidikan dan apabila terdapat kejanggalan-kejanggalan dalam
penyusunan makalah ini. kami mohon maaf dan sekali lagi kami mengucapkan terima kasih.

Lubuklinggau, Maret 2024

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................................i

KATA PENGANTAR ............................................................................................ii

DAFTAR ISI...........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

A. LATAR BELAKANG.................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH.............................................................................2
C. TUJUAN......................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................4

A. PENGERTIAN PROFESIONALISME GURU ..........................................4


B. CIRI-CIRI PROFESI KEGURUAN............................................................5
C. PENINGKATAN PROFESI KEGURUAN.................................................7
D. PERAN GURU DALAM BIMBINGAN KONSELING...........................14
1. PENGERTIAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELJNG..............14
2. MACAM-MACAM PERAN GURU BIMBINGAN DAN
KONSELING...………………………………………………………15
3. SYARAT-SYARAT GURU BIMBINGAN KONSELING................16
4. FUNGSI GURU BIMBINGAN KONSELING...................................17
5. TANGGUNG JAWAB GURU BIMBINGAN KONSELING............19
6. ASAS-ASAS BIMBINGAN KONSELING........................................21
7. PERAN GURU BIMBINGAN KONSELING DI SEKOLAH...........22

BAB III PENUTUP ...............................................................................................25

A. KESIMPU;AN...........................................................................................25
B. SARAN......................................................................................................25

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................26

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Guru adalah suatu pekerjaan yang memerlukan pengetahuan, keterampilan,
kemampuan, keahlian dan talenta yang diharapkan akanmampu memberikan
sesuatu yang bermakna kepada siswa sebagaimana yang diharapkan. Guru
sebagai pendidik merupakan kunci sentral (central key) danbertanggung jawab
penuh atas pelaksanaan proses pembelajaran bagi peserta didiknya di sekolah,
hal ini mengingat guru adalah orang pertama yang terdekat dalam keseharian
anak didalam proses pembelajaran, ia menjadioperator pembelajaran sekaligus
juga sebagai sutradara terhadap keberhasilansebuah proses keberhasilan anak
sebagai peserta didik. Performaprofesionalisme guru yang kompeten sangat
dituntut dalam melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai agen perubahan pada
kehidupan pembelajaran peserta didik di sekolah, bahkan di masyarakat dimana
anak hidup dan bergaul dalam komunitasnya. Esensi dari proses pembelajaran
bagi profesionalisme guru akan memberikan pengaruh nyata, tatkala dalam
keseharian peserta didik, anak dapat memperoleh hasil belajar, kemudian
memahami dan menerapkannya dalam kehidupan belajar sehari-hari peserta
didik.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Pasal 39, menyatakan tugas guru adalah merencanakan dan melaksanakan proses
pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan
pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat,
terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi. 1 UndangUndang Republik
Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pada Bab l Pasal 1,
ayat 1 menyatakan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan
formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. 2 Pada Bab l Pasal 1 ayat 4,
menegaskan bahwa profesional yang dimaksud adalah pekerjaan atau kegiatan
yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang
memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu
atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi. 3 Sebagai guru

1
profesional, maka seorang guru mesti memiliki kompetensi yang menurut
Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, pada Bab 1
Pasal 1 ayat 10 menyatakan bahwa kompetensi adalah seperangkat pengetahuan,
keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru
atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentangStandar
Nasional Pendidikan Bab VI Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan Bagian
Kesatu Pendidik Pasal 28 ayat, 1 menyatakan bahwa pendidik harus memiliki
kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani
dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan
nasional. 5 Pada ayat 3, menyebutkan kompetensi sebagai agen pembelajaran
pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan anak usia dini
meliputi: a) kompetensi pedagogik; b) kompetensi kepribadian; c) kompetensi
profesional; d) kompetensi social.
B. RUMUSAN MASALAH
Dalam makalah ini kami membuat rumusan masalah yaitu sebagai berikut:
1. Apa pengertian profesionalisme guru?
2. Apa ciri-ciri profesi keguruan?
3. Bagaimana peningkatan profesi keguruan?
4. Apa peran guru dalam bimbingan konseling?
5. Apa pengertian guru bimbingan dan konseling?
6. Apa Macam-macam peran guru bimbingan dan konseling?
7. Apa syarat-syarat guru bimbingan konseling?
8. Bagaimana fungsi bimbingan konseling?
9. Apa tanggung jawab guru bimbingan konseling?
10. Apa asas-asas bimbingan konseling?
11. Bagaimana Peran guru bimbingan konseling di sekolah?
C. TUJUAN
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini :
1. Mendeskripsikan pengertian profesionalisme
2. Mendeskripsikan ciri-ciri profesi keguruan
3. Mendeskripsikan peningkatan profesi keguruan
4. Mendeskripsikan peran guru dalam bimbingan konseling
5. Mendeskripsikan pengertian guru bimbingan dan konseling

2
6. Mendeskripsikan macam-macam peran guru bimbingan dan konseling
7. Mendeskripsikan syarat-syarat guru bimbingan dan konseling
8. Mendeskripsikan fungsi guru bimbingan konseling
9. Mendeskripsikan tanggung jawab guru bimbingan konseling
10. Mendeskripsikan asas-asas bimbingan konseling
11. Mendiskripsikan peran guru bimbingan konseling di sekolah

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN PROFESIONALISME GURU


Secara etimologi profesi berasal dari kata profession yang berati pekerjaan.
Professional artinya orang yang ahli atau tenaga ahli. Professionalism artinya sifat
profesional4 dalam kamus besar Bahasa Indonesia, istilah professional ditemukan
sebagai berikut: profesi adalah bidang pekerjaan yang dilandasi Pendidikan keahlian
(keterampilan, kejuruan) tertentu. Professional adalah (1)bersangkutan dengan
profesi, (2)memerlukan kepandaian khusus untuk menjalankannya, (3)mengharuskan
adanya pembayaran untuk melakukannya.
Profesionalitas adalah suatu sebutan terhadap kualitas sikap para anggota suatu
profesi terhadap profesinya serta derajat pengetahuan dan keahlian yang mereka
miliki untuk dapat melakukan tugas-tugasnya. Dengan demikian, profesionalitas guru
adalah suatu keadaan derajat keprofesian seorang guru dalam sikap, pengetahuan dan
keahlian yang diperlukan untuk melaksanakan tugas Pendidikan dan pembelajaran
termasuk Pendidikan agama Islam. Dalam hal ini maka guru diharapkan memilki
profesionalitas keguruan yang memadai, sehingga mampu melaksanakan setiap
tugasnya seca efektif.
Kemajuan suatu bangsa diukur dari seberapa maju pendidikan yang telah dicapai.
Oleh karena itu, pendidikan sebagai sarana untuk mencerdaskan kehidupan memiliki
peranan strategis. Pendidikan berperan dalam mengembangkan sumber daya manusia
yang bermutu dengan indokator kualifikasi ahli, terampil, kreatif, inovatif, serta
memiliki sikap dan perilaku yang porsitif.
Di era globalisasi ini kehadiran seorang pendidik yang professional merupakan
suatu keniscayaan. Terlebih semakin merosotnya kualitas pendidikan kita, dibanding
dengan Negara-negara tetangga. Sebagai pendidik yang professional, guru bukan saja
dituntut melaksanakan tugasnya professional, tetapi juga harus memiliki kemampuan
dan pengetahuan yang professional.
Menurut Mukodi dalam bukunya, profesionalisme adalah paham yang
mengajarkan bahwa setiap pekerjaan dilakukan oleh orang yang professional. Orang
yang professional merupakan orang yang memiliki profesi.
Sementara itu istilah professional dalam Undang-undang No. 14 2005 tentang
Guru dan Dosen melekat pada profesi itu sendiri. “Professional adalah pekerjaan atau

4
kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan
yang memerlukan keahlian, kemahiran atau kecakapan yang memenuhi standar mutu
atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi.
Profesionalisme guru merupakan sebuah kondisi arah, nilai, tujuan dan kualitas
suatu keahlian dan kewenangan dalam bidang pengajaran dan yang berkaitan dengan
pekerjaan seseorang yang menjadi mata pencaharian. Sementara itu guru professional
adalah guru yang memiliki kompetensi yang dipersyaratkan untuk melakukan tugas
pendidikan dan pengajaran. Kopetensi di sisni meliputi pengetahuan, sikap dan
ketrampilan professional baik yang bersifat pribadi, sosial atau akademis. Dengan
kata lain penegertian guru professional adalah orang yang mempunyai keahlian dan
kemampuan khusus dalam bidang kegurun sehingga ia mampu melakukan tugas dan
fungsinya sebagai guru dengan kemampuan maksimal. Guru yang professional adalah
orang yang terdidik dan terlatih dengan baik, serta memiliki pengalaman yang kaya
dalam bidangnya.
Pemegang profesi memilki otonomi dalam menjalankan profesinya. Maksudnya
adalah ia bebas dalam melakukan sesuatu. Kekbebasan itu sebenarnya bukan
kebebasan mutlak, melainkan ia bebas melakukan profesinya sesuai denga teori-teori
yang sudah baku. Pada dasarnya profesionalisme dan sikap professional itu
merupakan motivasi instrinsik yang ada pada diri seseorang sebagai pendorong untuk
mengembangkan dirinya menjadi tenaga professional. Motivasi intrinsic tersebut akan
berdampak pada munculnya etos kerja yang unggul (excellence).
B. CIRI-CIRI PROFESI KEGURUAN
Sebelum dipaparkan secara khusus terkait dengan ciri-ciri profesi keguruan, maka
terlebih dahulu disajikan paparan mengenai ciri-ciri profesi secara umum dari
beberapa ahli yang penulis kutip.
Flexner sebagaimana dikutip Prayitno (2009: 466) memaparkanciri-ciri profesi
dalam 6 (enam) karakteristik sebagai berikut.
1. Keintelektualan
Kegiatan professional merupakan pelayanan yang lebih berorientasi mental
daripada manusia (kegiatan yang memerlukan keterampilan fisik), lebih
memerlukan proses intelektual atau berpikir dari pada kegiatan rutin. Melalui
proses berpikir tersebut, pelayanan professional merupakan hasil pertimbangan
yang matang, berdasarkan kaidah-kaidah keilmuan yang dapat dipertanggung
jawabkan secara ilmiah.

5
2. Kompetensi
Pelayan professional didasarkan pada kompetensi yang tidak diperoleh begitu saja,
melainkan kompetensi tersebut diperoleh melalui proses pembelajaran secara
intensif.
3. Objek Praktik Spesifik
Pelayanan suatu profesi tertentu terarah kepada objek praktik spesifik yang tidak
ditangani oleh profesi lain. Tiap-tiap profesi menangani objek praktik spesifiknya
sendiri.
4. Komunikasi
Segenap aspek pelayanan professional meliputi objek praktik spesifik profesinya,
keilmuan dan teknologinya, kompetensi dari dinamika operasionalnya, aspek
hukum dan sosialnya, termasuk kode etik dan aturan kredensialisasi, serta imbalan
yang terkait dengan pelaksanaan pelayanannya, semuan dapat dikomunikasikan
kepada siapa pun yang berkepentingan, kecuali satu hal, yaitu materi berkenaan
dengan asas kerahasiaan yang menurut kode etik profesi harus dijaga
kerahasiaannya itu. Komunikasi ini memungkinkan dipelajari dan
dikembangkannya profesi tersebut, dipraktikkan dan diawasi sesuai dengan kode
etik serta diselenggarakannya perlindungan terhadap profesi yang dimaksud.
5. Motivasi Altruistik
Motivasi kerja seorang professional bukanlah berorientasi kepada kepentingan dan
keuntungan pribadi, melainkan untuk kepentingan, keberhasilan dan kebahagiaan
sasaran pelayanan, serta kemaslahatan kehidupan masyarakat pada umumnya.
Motivasi alturistik diwujudkan melalui peningkatan keintelektualan, kompetensi
dan komunikasi dalam menangani objek praktik spesifik profesi. Motivasi altruistic
akan menjauhkan tenaga professional mengutamakan pamrih atau keuntungan
pribadi dan sebaliknya mengutamakan kepentingan sasaran layanan. Bahkan jika
diperlukan, tenaga professional tidak segan-segan mengorbankan kepentingan
sendiri demi kepentingan/kebutuhan sasaran layanan yang benar-benar mendesak.
6. Organisasi Profesi
Tenaga professional dalam profesi yang sama membentuk suatu organisasi profesi
untuk mengawasi pelaksanaan tugas-tugas professional. Organisasi profesi itu di
samping membesarkan profesi itu sendiri juga sangat berkepentingan untuk ikut
serta memenuhi kebutuhan dan membahagiakan warga negara dan masyarakat luas.

6
C. PENINGKATAN PROFESI KEGURUAN
Profesi guru adalah profesi yang dinamis, maksudnya profesi guru berkaitan
dengan hal-hal yang berkaitan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Saat ini lahir teori-teori terbaru terkait dengan perkembangan peserta didik,
tuntutan standar kompetensi yang harus dimiliki guru juga semakin meningkat,
demikian juga penggunaan teknologi dalam membantu proses pembelajaran juga
semakin banyak dimanfaatkan. Mencermati hal tersebut maka saat ini sebuah
keniscayaan bagi guru untuk meningkatkan kompetensinya dalam rangka
pengembangan profesinya. Hal ini dimaksudkan agar guru dapat menjalankan fungsi
dan perannya dalam melaksanakan tugas-tugasnya.
Menurut Bafadal (2003: 42) urgensi peningkatan profesional guru dapat ditinjau
dari beberapa sudut pandang yaitu:
1. Ditinjau dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pendidikan. Seiring
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat, berbagai
metode dan media baru telah berhasil dikembangkan. Demikian pula hanya
dengan pengembangan materidalam rangka pencapaian target kurikulum harus
seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Semua itu harus
dikuasai sehingga mampu mengembangkan pembelajaran yang dapat membawa
anak didik menjadi lulusan yang berkualitas tinggi.
2. Ditinjau dari dari kepuasan dan moral kerja. Peningkatan kemampuan profesional
guru merupakan hak setiap guru, artinya setiap guru berhak mendapat pembinaan
secara kontinu, apakah dalam bentuk supervisi, studi banding, tugas belajar
maupun dalam bentuk lainnya. Oleh karena, pembinaan itu merupakan hal setiap
guru maka peningkatan kemampuan kemampuan profesional guru dapat juga
dianggap sebagai pemenuhan hak. Pemenuhan hak tersebut, bilamana dilakukan
dengan sebaik-baiknya merupakan satu upaya pembinaan kepuasan dan moral
kerja.
3. Ditinjau dari keselamatan kerja. Banyak aktivitas pembelajaran di sekolah,
bilamana tidak dirancang dan dilakukan secara hati-hati oleh guru maka akan
berpotensi risiko yang tidak kecil. Misalnya dalam pembelajaran di laboratorium
jika guru tidak merancang aktivitas pembelajaran dengan baik maka bisa saja
berpotensi membahayakan anak didik.
4. Peningkatan kemampuan profesional guru penting dalam rangka manajemen
peningkatan mutu berbasis sekolah.

7
Selanjutnya menurut Mudlofir (2014: 32) terdapat lima rasional urgensi
peningkatan profesionalisme guru yaitu:
1. Keinginan untuk selalu menampilkan perilaku yang mendekati standar ideal.
Berdasarkan kriteria ini, guru yang memiliki profesional tinggi akan selalu
berusaha mewujudkan dirinya sesuai dengan standar ideal akan
mengidentifikasikan dirinya kepada figur yang dipandang memiliki standar ideal.
2. Meningkatkan dan memelihara citra profesi
Profesionalisme yang tinggi ditunjukkan oleh besarnya keinginan untuk selalu
meningkatkan dan memelihara citra profesi melalui perwujudan perilaku
profesional. Perwujudan dilakukan melalui berbagai cara, penampilan, cara bicara,
penggunaan bahasa, postur, sikap hidup sehari-hari, hubungan antarpribadi dan
sebagainya.
3. Memanfaatkan setiap kesempatan pengembangan profesion
Berdasarkan kriteria ini, guru diharapkan selalu berusaha mencari dan
memanfaatkan kesempatan yang ada untuk dapat mengembangkan profesinya.
Berbagai kesempatan yang dapat dimanfaatkan guru antara lain:
1) Mengikuti kegiatan ilmiah.
2) Mengikuti penataran atau pendidikan lanjutan.
3) Melakukan penelitian dan pengabdian pada masyarakat.
4) Menelaah kepustakaan, membuat karya ilmiah.
5) Memasuki organisasi profesi.
4. Mengejar kualitas dan cita-cita dalam profesi
Hal ini mengandung makna bahwa profesionalisme yang tinggi ditunjukkan guru
dengan adanya upaya untuk selalu mencapai kualitas dan cita-cita sesuai dengan
program yang telah ditetapkan. Guru yang memiliki profesionalisme tinggi akan
selalu aktif dalam seluruh kegiatan dan perilakunya untuk menghasilkan kualitas
yang ideal.Secara kritis, guru akan selalu mencari dan secara aktif selalu
memperbaiki diri untuk memperoleh hal-hal yang lebih baik dalam melaksanakan
tugasnya dalam melaksanakan pendidikan dan pembelajaran.
5. Memiliki kebanggaan terhadap profesinya
Profesionalisme ditandai dengan kualitas derajat kebanggaan akan profesi yang
dipegangnya. Dalam kaitan ini diharapkan agar guru memiliki rasa bangga dan
percaya diri akan profesinya. Rasa bangga ini ditunjukkan dengan penghargaan
akan pengalamannya di masa lalu, berdedikasi tinggi terhadap tugas-tugasnya

8
sekarang dan meyakini akan potensi dirinya bagi perkembangan di masa depan.
Mencermati pemaparan terkait dengan urgensi peningkatan prorofsi guru maka
dapatlah dimakana bahwa peningkatan profesional guru adalah sebagai upaya
membantu guru yang belum profesional menjadi profesional.
Untuk mencapai hal tersebut maka terdapat dua prinsip dasar berkenaan
dengan aktivitas peningkatan kemampuan profesional guru sebagai berikut:
1. Peningkatan kemampuan profesional guru merupakan upaya membantu guru yang
profesional menjadi profesional. Jadi peningkatan kemampuan profesional guru itu
merupakan bantuan profesional. Di satu sisi, bantuan profesional berarti sekadar
bantuan, sehingga yang seharusnya lebih berperan aktif dalam upaya pembinaan
adalah guru itu sendiri. Artinya guru itu sendirilah yang seharusnya meminta
batuan kepada pihak-pihak terkait untuk mendapatkan pembinaan. Demikian pula
dalam hal bantuan yang diperlukan tergantung pada permintaan guru itu sendiri.
Walaupun sekadar bantuan, pihak yang berwenang harus melaksanakan bantuan
atau pembinaan tersebut secara profesional. Di sisi lain bantuan profesional berarti
tujuan akhirnya adalah bertumbuh kembangnya profesionalisme guru
2. Peningkatan kemampuan profesional guru tidak benar bilamana hanya diarahkan
kepada pembinaan kemampuan guru. Prinsip dasar kedua tersebut didasarkan pada
prinsip di atas bahwa tujuan akhir pembinaan guru adalah bertumbuh kembangnya
profesionalisme guru (Bafadal, 2003: 44).
Lebih lanjut dijelaskan Bafadal (2003: 46-58) bahwa program yang dapat
dilakukan dalam upaya peningkatan profesional guru dilakukan sebagai berikut:
1. Peningkatan profesional guru melalui supervisi pendidikan Supervisi pendidikan
yang dimaksudkan disini adalah proses pemberian layanan bantuan profesional
kepada guru untuk meningkatkan kemampuan guru dalam melaksanakan tugastugas
pengelolaan proses pembelajaran secara efektif dan efisien. Supervisi pendidikan
dilakukan dengan memperhatikan prinsip-prinsip pelaksanaannya sebagai berikut:
a. Supervisi harus mampu menciptakan hubungan kemanusiaan yang harmonis.
Hubungan kemanusiaan yang harmonis tersebut sebaiknya yang diciptakan
adalah hubungan yang bersifat terbuka, kesetiakawanan dan informal. Untuk itu
dalam pelaksanaan supervisi pendidikan, kepala sekolah, pengawas dan pembina
lainnya harus memiliki sifat-sifat seperti sikap membantu, memahami, terbuka,
jujur, konsisten, sabar, antusias dan penuh humor.

9
b. Supervisi harus dilakukan secara berkesinambungan. Supervisi pendidikan bukan
tugas yang bersifat sambilan yang hanya dilakukan sewaktu-waktu jika ada
kesempatan, melainkan harus tetap dibina secara berkesinambungan karena
pendidikan dan pembelajaran bersifat dinamis.
c. Supervisi pendidikan harus demokratis. Supervisor (kepala sekolah, pengawas
dan pembina lainnya) tidak boleh mendominasi melaksanakan tugas supervisi.
Titik tekan supervisi yang demokratis adalah aktif dan kooperatif.
d. Program supervisi pendidikan harus komprehensif. Program supervisi harus
mencakup keseluruhan aspek pengembangan program pendidikan sekolah,
walaupun mungkin saja ada penekanan pada aspek tertentu berdasarkan hasil
analisis kebutuhan pengembangan sistem penyelenggaraan sekolah sebelumnya.
e. Supervisi pendidikan harus konstruktif. Supervisi pendidikan bukanlah mencari
kesalahan-kesalahan guru. Memang dalam proses supervisi terdapat kegiatan
penilaian untuk kerja guru dalam menjalankan tugasnya. Namun, tujuan penilaian
tersebut bukan untuk mencari kesalahan, melainkan untuk mengetahui aspek-
aspek yang perlu dikembangkan.
f. Supervisi pendidikan harus objektif dalam menyusun, melaksanakan dan
mengevaluasi keberhasilan program supervisi pendidikan. Objektivitas dalam
penyusunan program supervisi berarti bahwa program supervisi harus
berdasarkan kebutuhan nyata pengembangan profesionalisme guru demikian juga
dalam melakukan evaluasi keberhasilan program supervisi pendidikan juga harus
objektif.
Upaya peningkatan profesional guru melalui supervisi pendidikan
dilakukan dengan berbagai teknik yaitu:
a. Kunjungan Kelas
Kunjungan kelas dapat dilakukan kepala sekolah, pengawas atau pembina
lainnya dengan cara masuk atau mengunjungi kelas untuk melihat guru yang
sedang melaksanakan pembelajaran. Begitu melihat ada guru yang
mengalami kesulitan maka langsung dapat diberikan bantuan. Kunjungan
kelas dapat dilakukan dengan terlebih dahulu memberitahukan guru akan
dilakukannya kunjungan kelas sehingga guru yang bersangkutan dapat
mempersiapkan terlebih dahulu atau dilakukan tanpa terlebih dahulu
memberitahu guru yang bersangkutan.
b. Percakapan Pribadi

10
Percakapan pribadi adalah percakapan langsung secara perorangan antara
guru dengan kepala sekolah, pengawas dan pembina lainnya terkait dengan
segala hal mengenai pembelajaran yang dilakukan guru.
c. Kunjungan Antarkelas
Kunjungan antarkelas adalah kegiatan saling mengunjungi antara guru yang
satu dengan guru lainnya dalam satu sekolah. Kunjungan antarkelas juga
dapat dilakukan antarsekolah.
d. Penilaian Sendiri
Teknik penilaian sendiri adalah teknik supervisi pendidikan dengan
memberikan supervisi kepada guru dengan cara menyarankan guru tersebut
melakukan penilaian terhadap dirinya sendiri. Dengan melakukan penilaian
terhadap dirinya sendiri diharapkan guru melihat keterbatasan dirinya dan
berusaha mengatasinya. Teknik penilaian sendiri dilakukan dengan
menggunakan instrumen penilaian diri yang tentunya telah dimiliki
sebelumnya.
2. Peningkatan profesional guru melalui program sertifikasi
Program sertifikasi bertujuan untuk menyiapkan guru yang berkualitas. Melalui
program sertifikasi diharapkan kemampuan guru meningkat dan memiliki
kualifikasi sebagai guru profesional. Hasil yang diharapkan melalui program
sertifikasi yaitu tersedianya guru terdidik dan terlatih pada sekolah yang memiliki
guru kelas dan guru mata pelajaran, dan meningkatnya pengetahuan dan
keterampilan tenaga guru pada sekolah.
3. Peningkatan profesional guru melalui program tugas belajar Tugas belajar yang
diberikan kepada guru secara umum bertujuan sebagai berikut:
a. Meningkatkan kualifikasi formal guru sehingga sesuai dengan peraturan
yang diberlakukan secara nasional.
b. Meningkatkan kemampuan profesional para guru dalam rangka
meningkatkan kualitas penyelenggaraan pendidikan di sekolah.
c. Menumbuhkembangkan motivasi para guru sekolah dalam rangka
meningkatkan kinerjanya
4. Peningkatan kemampuan profesional guru melalui gugus sekolah Gugus sekolah
didefinisikan sebagai satu pendekatan pengembangan dan pembinaan sekolah yang
dimulai pembentukan gugus sekolah yang terdiri atas satu sekolah inti sebagai

11
pusat pengembangan dan sekolah lainnya menjadi sekolah imbas. Gugus sekolah
dasar memiliki beberapa komponen yaitu:
a. Sekolah inti yang dilengkapi dengan tiga ruang tambahan berupa ruang
perpustakaan, serba guna dan ruang pusat kegiatan guru
b. Sekolah imbas.
c. Dua orang tutor.
d. Lima orang pemandu mata pelajaran.
e. Kelompok kerja guru.
f. Kelompok kerja kepala sekolah.
g. Guru sebagai komponen utama
Pengembangan profesionalitas guru dilakukan secara terpadu, konsepsional
dan sistematis, beberapa pendekatan yang dapat dilakukan sebagaimana dijelaskan
Mudlofir (2014: 132-134) sebagai berikut:
1. Melalui pelaksanaan tugas
Pengembangan kompetensi melalui pelaksanaan tugas pada dasarnya
merupakan upaya menterpadukan antara potensi profesional dengan
pelaksanaan tugas-tugas pokoknya. Dengan cara ini, tugas-tugas yang
diberikan dalam kegiatan pelaksanaan tugas, secara langsung ataupun tidak
langsung merupakan upaya peningkatan kompetensi guru. Pendekatan ini
sifatnya lebih informal, sudah terkait dengan pelaksanaan tugas sehari-hari.
Cara ini sangat tepat dalam berbagai situasi melalui kegiatankegiatan sebagai
berikut:
a. Kerja kelompok untuk menumbuhkan saling menghormati dan pemahaman
sosial.
b. Diskusi kelompok untuk bertukar pikiran dalam membahas masalah yang
dihadapi bersama.
c. Melaksanakan tugas dan tanggung jawab yang diberikan sehingga dapat
meningkatkan keterampilan dan rasa percaya diri.
2. Melalui respons
Peningkatan kompetensi melalui respons dilakukan dalam bentuk suatu
interaksi secara formal atau informal yang biasanya dilakukan melalui berbagai
interaksi seperti pendidikan dan latihan, seminar, lokakarya, ceramah,
konsultasi, studi banding, penggunaan media dan forum-forum lainnya. Hal
yang dapat menunjang respons ini adalah apabila para guru berada dalam

12
suasana interaksi sesama guru yang memiliki kesamaan latar belakang dan
tugas, misalnya Kelompok Kerja Guru (KKG), Musyawarah Guru Mata
Pelajaran (MGMP).
Dalam pendekatan ini, KKG dan MGMP sebagai wadah para guru dapat
dimanfaatkan untuk mengembangkan profesionalisme guru. Melalui KKG dan
MGMP, guru akan memperoleh peluang untuk saling bertukar pengetahuan dan
pengalaman, sehingga pada gilirannya dapat meningkatkan wawasan dan
kualitas diri serta profesi. KKG dan MGMP dapat mengembanglan suatu
program kerja yang memungkinkan guru sejenis dapat berkembang, misalnya
mendatangkan pakar dalam bidangnya sebagai fasilitator dalam lokakarya,
pelatihan, studi kasus dan sebagainya.
3. Melalui penelusuran dan perkembangan diri
Peningkatan kompetensi akan sangat tergantung pada kualitas pribadi guru
masing-masing. Namun kenyataannya, setiap individu guru memiliki keunikan
dengan kelebihan dan kekurangan masingmasing. Oleh karena itu, upaya
peningkatan profesionalisme seyogyianya berpusat pada keunikan potensi
kepribadian masingmasing guru. Pendekatan ini dirancang untuk membantu
guru agar potensi pribadi dapat berkembang secara optimal dan berkualitas
sehingga pada gilirannya dapat membawa kepada perwujudan profesionalisme
secara lebih bermakna.
Potensi pribadi merupakan bagian dan keseluruhan kepribadian dalam bentuk
kecakapan-kecakapan yang terkandung baik aspek fisik, emosional maupun
intelektual. Apabila potensi pribadi ini dapat dikembangkan secara efektif,
maka akan menjadi kecakapan nyata yang secara terpadu membentuk kualitas
kepribadian seseorang. Peningkatan profesionalisme dapat diperoleh melalui
suatu perencanaan yang sistematis dengan menata dan mengembangkan
potensi-potensi pribadi. Perencanaan ini merupakan suatu rangkaian proses
kegiatan yang terarah dan sistematis dalam mengenal, menata, dan
mengembangkan potensi pribadi agar mencapai suatu perwujudan diri yang
bermakna.
4. Melalui dukungan system
Berkembangnya kompetensi guru akan banyak tergantung pada kondisi sistem
di mana guru bertugas. Oleh karena itu, upaya peningkatan profesionalisme
guru seyogyianya berlangsung dalam sistem organisasi dan manajemen yang

13
kondusif. Untuk hal ini perlu diupayakan agar organisasi dan lingkungan tertata
sedemikian rupa, sehingga menjadi suatu sistem dengan manajemen yang
menunjang pengembangan profesionalisme guru. Manajemen dan sarana
penunjang yang memadai sangat diperlukan untuk membentuk lingkungan
kerja yang kondusif bagi pelaksanaan tugas secara efektif.
Mengingat besarnya peran guru pada tingkat institusional dan instruksional
maka manajemen pendidikan harus memprioritaskan manajemen guru utama
yang berkenaan dengan manajemen guru adalah bagaimana menciptakan suatu
pengelolaan pendidikan yang memberikan suasana kondusif bagi guru untuk
melaksanakan tugas profesionalnya secara kreatif dan produktif serta
memberikan jaminan kesejahteraan dan pengembangan karirnya.
Manajemen guru harus mencakup fungsi-fungsi yang berkenaan dengan
hal-hal sebagai berikut:
a. Profesionalisme, standar, sertifikasi dan pendidikan prajabatan.
b. Rekrutmen dan penempatan.
c. Promosi dan mutasi.
d. Gaji, insentif dan pelayanan.
e. Supervisi dan dukungan profesional.
D. PERAN GURU DAN BIMBINGAN KONSELING
1. Pengertian Guru Bimbingan dan Konseling
Peran dalam pengertiannya disini secara etimologis merupakan suatu bagian
yang memegang peranan atau bertindak terhadap terjadinya suatu peristiwa.
Sedangkan menurut kamus besar bahasa indonesia adalah seperangkat tingkah
yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan di masyarakat. Peran
guru bk disekolah tidak sama dengan peran guru mata pelajaran. Peran artinya
bagian dimainkan seseorang, atau bagian yang dibebankan kepadanya. Dengan
kata lain walaupun konselor di sekolah bukan sebagai satu-satunya pihak yang
harus atau paling bertanggung jawab terhadap motivasi belajar peserta didik,
namun konselor di sekolah tidak bisa lepas dari tanggung jawab tersebut.
Menurut Fenti Hikmawati, Bimbingan adalah seluruh progam atau semua
kegiatan dan layanan dalam lembaga pendidikan yang diarahkan dalam
membantu individu agar mereka dapat menyusun dan melaksanakan rencana
serta melakukan penyesuaian diri dalam semua aspek kehidupannya sehari-hari.
Sedangkan Suyadi mengatakan bahwa, Bimbingan adalah bantuan yang

14
diberikan kepada individu untuk dapat memilih, mempersiapkan diri dan
memangku jabatan serta mendapat kemajuan dalam jabatan yang dipilihnya
tersebut.
Konseling merupakan salah satu teknik dalam bimbingan, tetapi merupakan
teknik inti atau teknik kunci. Hal ini dikarenakan konseling dapat memberikan
perubahan yang mendasar yaitu mengubah sikap. Sikap mendasari perbuatan,
pemikiran, pandangan, perasaan, dan lain-lain.
Konseling adalah kegiatan dimana semua fakta dikumpulkan dan semua
pengalaman siswa difokuskan pada masalah tertentu untuk diatasi sendiri oleh
yang bersangkutan, dimana ia diberi bantuan pribadi dan langsung dalam
pemecahan masalah tersebut, konselor atau guru bk disekolah bukan untuk
memecahkan masalah tetapi membantu klien untuk dapat menemukan jalan
keluar dan mampu memecahkan masalahnya sendiri.
2. Macam-macam Peran Guru Bimbingan Konseling
a. Peran sebagai sahabat kepercayaan peserta didik
Guru BK disekolah berperan sebagai tempat mencurahkan kepentingan apa
apa yang dipikirkan dan dirasakan peserta didik. Konselor adalah kawan
pengiring, petunjuk jalan, pemberi informasi, pembangun kekuatan, dan
Pembina perilaku perilaku positif yang di kehendaki sehingga siapapun yang
berhubungan dengan bimbingan dan konseling akan memperoleh suasana
sejuk dan member harapan.
b. Peran sebagai pembimbing
Neviyarna mengatakan guru pembimbing adalah salah satu dari tenaga
kependidikan yang mengemban sebagian tugas kependidikan di sekolah agar
berjalannya proses pendidikan dengan baik, yaitu sebagai penanggung jawab
terlaksananya kegiatan bimbingan dan konseling yang mencakup dimensi-
dimensi kemanusiaan sebagaimana dikemukakan Prayitno, yaitu dimensi:
(1) keindividualan, (2) kesosialan, (3) kesusilaan, dan (4) keberagamaan.
c. Peran sebagai kunci dalam keseluruhan proses pendidikan
Guru mempunyai peran dan kedudukan kunci dalam keseluruhan proses
pendidikan terutama dalam pendidikan formal bahkan dalam keseluruhan
pembangunan masyarakat pada umumnya. Menurut Natawidjaja guru harus
sadar bahwa dia memberikan pengabdian yang paling tinggi kepada
masyarakat, dan bahwa profesinya itu harus sama tinggi tingkatnya dengan

15
profesi pengabdian lainya. Peran yang demikian itu memiliki kualifikasi
sesuai dengan bidang tugas guru yaitu: tugas profesional yang berkenaan
dengan tugas mendidik, mengajar, melatih, dan mengelola ketertiban
sekolah sebagai penunjang sekolah, tugas manusiawi dimana manusia untuk
mewujudkan dirinya dalam arti meralisasikan seluruh potensi yang
dimilikinya.
d. Peran sebagai Pengembangan ( Perseveratif) Potensi diri
Pengembangan potensi diri siswa sangat penting, baik menyangkut sikap
maupun prilaku siswa, baik mengenai minat maupun mengenai bakat peserta
didik. Pelayanan bimbingan dan konseling dijenjang sekolah menengah saat
ini merupakan setting yang paling subur bagikonselor karena dijenjang ini
konselor dapat berperan secara maksimal dalam memfalisasi konseli
mengaktualisasikan potensi yang dimilikinya secara optimal.
e. Peran pencegahan (Preventif) Masalah
Bila bimbingan konseling disekolah bertujuan untuk membekali siswa agar
lebih siap menghadapi tantangan-tantangan dimasa datang dan dicegah
timbulnya masalah yang serius kelak dikemudian hari.
Dari beberapa uraian diatas peran guru bimbingan konseling adalah
sebagai sahabat kepercayaan peserta didik, peran sebagai pembimbing,
peran sebagai kunci dalam keseluruhan proses pendidikan, peran sebagai
pengembangan potensi diri, peran pencegahan masalah..
3. Syarat-syarat Guru Bimbingan Konseling
1) Seorang pembimbing harus mempunyai pengetahuan yang cukup luas, baik
dari segi teori maupun dari segi praktik. Segi teori merupakan hal yang
penting karena segi inilah yang menjadi landasan didalam praktik. Segi
praktik sangatlah perlu dan penting karena bimbingan dan konseling
merupakan ilmu yang harus diterapkan dalam praktik sehari-hari sehingga
seorang pembimbing akan canggung apabila ia hanya menguasai teori saja
tanpa memiliki kecakapan didalam praktik.
2) Dari segi psikologis, seorang pembimbing harus dapat mengambil tindakan
yang bijaksana jika pembimbing telah cukup dewasa secara psikologis, yang
dalam hal ini dimaksudkan sebagai adanya kemantapan atau kestabilan di
dalam psikisnya, trutama dalam hal emosi.

16
3) Seorang pembimbing harus sehat jasmani dan psikisnya. Apabila jasmani dan
psikis tidak sehat maka hal itu akan mengganggu dalam menjalankan
tugasnya.
4) Seorang pembimbing harus mempunyai kecintaan terhadap pekerjaannya dan
juga terhadap anak atau individu yang dihadapinya. Sikap ini akan
menimbulkan kepercayaan pada anak. Tanpa adanya kepercayaan dari pihak
anak maka tidaklah mungkin pembimbing dapat menjalankan tugass dengan
sebaik-baiknya.
5) Seorang pembimbing harus mempunyai inisiatif yang baik sehingga usaha
bimbingan dan konseling dapat berkembag ke arah keadaan yang lebih
sempurna untuk kemajuan sekolah.
6) Karena bidang gerak dari pembimbing tidak terbatas pada sekolah saja maka
seorang pembimbing harus supel, ramah tamah, dan sopan santun di dalam
segala perbuatannya sehingga pembimbing dapat bekerja sama dengan
memberikan bantuan secukupnya untuk kepentingan anak-anak.
7) Seorang pembimbing diharapkan mempunyai sifat-sifat yang dapat
menjalankan prinsip-prinsip, serta kode otik bimbingan dan konseling dengan
sebaik-baiknya.
Adapun syarat-syarat pembimbing menurut Elfi Mu’awanah dan Rifa
Hidayah dalam bukunya menjelaskan bahwa syarat yang dimiliki guru
bimbingan konseling antara lain yaitu : 1) memiliki sifat baik, 2) bertawakal,
3) sabar, 4) tidak emosional, 5) dapat membedakan tingkah laku klien yang
berimplikasi terhadap hukum wajib, sunnah, mubah, makruh, haram terhadap
perlunya taubat atau tidak.
4. Fungsi Guru Bimbingan Konseling
Adapun fungsi guru bimbingan konseling antara lain sebagai berikut :
Fungsi seorang pembimbing di sekolah adalah membantu kepala sekolah beserta
stafnya di dalam menyelenggarakan kesejahteraan sekolah. Sehubungan dengan
itu, seorang pembimbing mempunyai tugas-tugas tertentu, antara lain:
1. Mengadakan penelitian atau observasi terhadap situasi atau keadaan sekolah,
baik mengenai peralatan, tenaga, penyelenggaraan, maupun aktivitas-
aktivitas yang lain.
2. Berdasarkan atas hasil penelitian atau observasi tersebut maka pembimbing
berkewajiban memberikan saran-saran atau pendapat, baik kepada kepala

17
sekolah maupun staf pengajar yang lain demi kelancaran dan kebaikan
sekolah.
3. Penyelenggaraan bimbingan terhadap anak-anak, baik yang bersifat korektif
atau kuratif.
a. Preventif yaitu dengan tujuan menjaga jangan sampai anak-anak
mengalami kesulitan dan menghindarkan hal yang tidak diinginkan. Hal
ini dapat ditempuh dengan cara sebagai berikut:
1) Mengadakan papan bimbingan untuk berita-berita atau pedoman
yang perlu mendapat perhatian dari anak-anak.
2) Mengadakan kotak masalah atau kotak tanya untuk menampung
segala persoalan untuk pertanyaan yang diajukan secara tertulis
sehingga apabila ada masalah maka dapat dengan segera diatasi.
3) Menyelenggarakan kartu peribadi sehingga pembimbing atau staf
pengajar yang lain dapat mengetahui data dari anak bersangkutan
apabila memerlukannya.
4) Memberikan penjelasan-penjelasan atau ceramah-ceramah yang
dianggap penting, di antaranya tentang cara belajar yang efisien.
5) Mengadakan kelompok belajar sebagai salah satu cara atau teknik
belajar yang cukup baik apabila dilaksanakan dengan sebaik-
baiknya.
6) Mengadakan diskusi dengan anak-anak secara kelompok atau
perseorangan mengenai cita-cita, kelanjutan studi, atau pemilihan
pekerjaan.
7) Mengadakan hubungan yang harmonis dengan orang tua atau
wali murid agar ada kerja sama yang baik antara sekolah dengan
orang tua.
b. Pereservasif, yaitu usaha untuk menjaga keadaan yang telah baik agar
tetap baik, jangan sampai keadaan yang telah baik agar tetap baik, jangan
sampai keadaan baik menjadi keadaan yang tidak baik.
c. Korektif, yaitu mengadakan konseling kepada anak-anak yang mengalami
kesulitan, yang tidak dapat dipecahkan sendiri dan yang membutuhkan
pertolongan dari pihak lain.

18
4. Kecuali hal-hal tersebut, pembimbing dapat mengambil langkah-langkah lain
yang dipandang perlu demi kesejahteraan sekolah atas persetujuan kepala
sekolah.
5. Tanggung Jawab Guru Bimbingan dan Konseling
1. Tanggung jawab konselor terhadap siswa
a. Konselor memiliki kewajiban utama untuk memperlakukan siswa sebagai
individu yang unik.
b. Menghormati harga diri setiap konselinya sebagai individu yang memiliki
kemampuan pontensial untuk berkembang dan menghadapi masalah
hidupnya
c. Konselor secara penuh membantu konseli dalam mengembangkan potensi
atau kebutuhannya (baik yang terkait dengan personel, sosial, pendidikan,
maupun vokasional), dan mendorong konseli untuk mencapai
perkembangan yang optimal.
d. Bertanggung jawab untuk memelihara hak-hak konseli
e. Menjamin kerahasiaan indentitas , data, dan permasalahan konseli
f. Memberikan berbagai informasi yang dibutuhkan konselig.
g. Melaksanakan layanan dalam batas kualifikasi profesional, dan tidak
melakukan layanan yang didasari oleh kecenderungan politik atau
sejenisnya.
h. Menerima permintaan bantuan sesuai dengan kemampuannya
i. Merujuk konseli kepada pihak lain yang memiliki kemampuan yang
membutuhkan konseli, jika kebutuhan konseli akan bantuan di luar batas
kemampuannya.
2. Tanggung jawab konselor terhadap pribadi
a. Meningkatkan profesionalitasnya melalui pelatihan, penelitian, dan
upaya mengembangkan diri lainnya, sesuai dengan perkembangan
ilmu, kemajuan teknologi, dan pemekaran seni dalam bidang terkait.
b. Meningkatkan kemampuan profesionalnya sesuai dengan tuntutan
pihak yang membutuhkan bantuannya.
c. Menjalin kerja sama dan kemitraan dengan pihak lain yang terkait
sebagai pendukung dalam memberikan layanan yang optimal kepada
konseli

19
d. Mengevaluasi kinerja dan kemampuannya secara berkala sebagai
dasar pengembangan dirinya
e. Menghindari pemanfaatan konseli untuk kepentingan pribadinya.
3. Tanggung jawab terhadap orang tua
a. Melakukan hubungan kerja sama (kolaborasi) dengan orang tua siswa
dalam memfasilitasi perkembangan siswa secara optimal.
b. Memberikan informasi kepada orang tua peserta didik tentang peranan
konselor, terutama tentang hakikat hubungan konseling yang rahasia
antara konselor dan konseling.
c. Memberikan informasi yang akurat, komprehensif, dan relevan dengan
tujuan.
d. Melakukan sharing informasi tentang konseli
4. Tanggung jawab terhadap kolega atau pihak sekolah
a. Membangun dan memelihara hubungan kooperatif dengan kepala
sekolah, guru-guru sebagai dasar untuk mengembangkan atau
memperbaiki program layanan bimbingan dan konseling.
b. Menerima masukan pendapat atau keritikan dari kepala sekolah, dan
guru-guru sebagai dasar untuk mengembangkan atau memperbaiki
program bimbingan dan konseling.
5. Tanggung jawab terhadap dirinya sendiri
a. Menyadari bahwa karakteristik pribadinya memberikan dampak
terhadap kualitas layanan konseling.
b. Memiliki pemahaman terhadap batas-batas kompetensi yang
dimilikinya, dan menerima tanggung jawab terhadap kegiatan yang
dilakukannya.
c. Berusaha secara terus menerus untuk mengembangkan kompetensi
(wawasan pengetahuan, dan keahlian) profesionalitas, dan kualitas
kepribadiannya
6. Tanggung jawab terhadap organisasi profesi
a. Dalam melaksanakan hak dan kewajibannya konselor wajib
mengaitkannya dengan tugas dan kewajibannya terhadap konseli dan
profesi sesuai kode etik untuk kepentingan dan kebahagiaan konseli
dalam menghadapi msalahnya.

20
b. Konselor tidak dibenarkan menyalahgunakan jabatannya sebagai
konselor untuk maksud mencari keuntungan pribadi atau maksud lain
yang merugikan konseling, atau menerima komisi, atau balas jasa
dalam bentuk yang tidak wajar.

6. Asas-Asas Bimbingan Konseling


Menurut Prayitno dan Erman Amti asas-asas yang berkenaan dengan praktik
atau pekerjaan bimbingan dan konseling adalah :
a. Asas kerahasiaan Dalam peroses bimbingan dan konseling siswa enggan
berbicara karena merasa khawatir karna merasa rahasianya diketahui
orang lain termasuk konselornya, apalagi apabila konselornya tidak dapat
menjaga rahasia kliennya. Apapun yang sifatnya rahasia yang di
sampaikan siswa kepada konselor, tidak boleh di ceritakan kepada orang
lain.
b. Asas kesukarelaan Proses bimbingan dan konseling harus berlangsung
atas dasar kesukarelaan baik dari pihak pembimbing (konselor) maupun
dari pihak peserta didik. peserta didik diharapkan secara sukarela, tanpa
terpaksa dan tanpa ragu – ragu ataupun merasa terpaksa menyampaikan
masalah yang dihadapinya.
c. Asas keterbukaan Dalam proses bimbingan dan konseling sangat
diperlukan suasana keterbukaan baik dari pihak konselor maupun konseli
(peserta didik). Keterbukaan yang dimaksud menyangkut kesediaan
menerima saran-saran dari luar dan kesediaan membuka diri untuk
kepentingan pemecahan masalah.
d. Asas kekinian masalah-masalah yang ditanggulangi dalam proses
bimbingan konseling adalah masalah yang sedang dirasakan oleh siswa,
bukan masalah yang sudah lampau dan juga bukan masalah yang
mungkin akan dialami di masa yang akan datang.
e. Asas kemandirian kemandirian merupakan salah satu tujuan pelayanan
bimbingan dan konseling. Siswa yang telah dibimbing hendaklah bisa
mandiri tidak tergantung kepada orang lain dan kepada konselor.
f. Asas kegiatan Pelayanan bimbingan dan konseling tidak akan
memberikan hasil yang berarti apabila klien (peserta didik) tidak

21
melakukan sendiri kegiatan untuk mencapai tujuan bimbingan dan
konseling.
g. Asas kedinamisan Usaha bimbingan dan konseling menghendaki
terjadinya perubahan pada individu (peserta didik) yang dibimbing yaitu
perubahan prilaku ke arah yang lebih baik.
h. Asas keterpaduan Individu memliki berbagai aspek kepribadian yang
apabila keadaannya tidak seimbang, tidak serasi, dan tidak terpadu, justru
akan menimbulkan masalah. Oleh sebab itu usaha bimbingan dan
konseling hendaklah memadukan berbagai aspek kepribadian klien.
i. Asas kenormatifan Usaha bimbingan dan konseling (peroses bimbingan
dan konseling) tidak boleh bertentangan dengan norma – norma yang
berlaku, baik norma agama, adat, hukum atau negara, norma ilmu,
maupun norma kebiasaan sehari – hari.
j. Asas keahlian Pelayanan bimbingan dan konseling merupakan pekerjaan
profesional yang diselenggarakan oleh tenaga – tenaga ahli yang khusus
dididik untuk pekerjaan tersebut.
k. Asas alih tangan (Referal) Konselor (pembimbing) sebagai manusia, di
atas kelebihannya tetap memiliki keterbatasan kemampuan. Tidak semua
masalah yang dihadapi klien berada dalam kemampuan konselor
(pembimbing) untuk memecahkannya.
l. Asas tut wuri handayani Asas ini menunjuk pada suasana umum yang
hendak tercipta dalam rangka hubungan keseluruhan antara pembimbing
(konselor) dengan yang dibimbing (peserta didik). Asas ini menuntut agar
pelayanan bimbingan dan konseling tidak hanya dirasakan adanya pada
waktu siswa mengalami masalah.
7. Peran Guru Bimbingan Konseling di Sekolah
Secara resmi di Indonesia pelayanan bimbingan dan konseling ini diberikan
kepada para peserta didik yang sedang menempuh pendidikan baik dijenjang
sekolah dasar hingga diperguruan tinggi. Pemberian bimbingan dan konseling
disekolah-sekolah tersebut dilaksanakan oleh “bimbingan dan penyuluhan” (guru
BK) yang ada dalam perkembangan berikutnya disebut sebagai “Guru
Pembimbing”.
Pekerjaan seorang konselor bukanlah pekerjaan yang mudah dan ringan,
namun pekerjaan ini sangat kompleks dan memerlukan keseriusan serta keahlian

22
tersendiri, sebab individu–individu (klien) yang dihadapi mempunyai latar
belakang yang berbeda, baik dari segi pendidikan, pengalaman, keadaan
ekonomi, latar belakang keluarga, maupun lingkungan masyarakat (sosial).
Sehubungan dengan itu, sebagai seorang konselor haruslah seorang yang
benar–benar memiliki kemampuan dan kemahiran untuk dapat berperan menurut
situasi tertentu. Pada suatu situasi seorang konselor harus berperan sebagai
seorang pendidik yang memberikan arahan dan petunjuk kepada muridnya,
terkadang sebagai seorang ayah/ibu yang memberikan nasihat dan bimbingan
kepada putra–putrinya, terkadang sebagai seorang teman yang siap
mendengarkan semua problema, keluhan, cerita dan masalah pribadi rekannya,
dan terkadang sebagai seorang abang/kakak yang memberikan arahan, bimbingan
dan terapi kepada kliennya.
Kehadiran konselor di sekolah dapat meringankan tugas guru. Konselor ternyata
sangat membantu guru, dalam :
a. mengembangkan dan memperluas pandangan guru tentang masalah
afektif yang mempunyai kaitan erat dengan profesinya sebagai guru.
b. mengembangkan wawasan guru bahwa keadaan emosionalnya akan
mempengaruhi proses belajar–mengajar.
c. mengembangkan sikap yang lebih positif agar proses belajar peserta
didik lebih efektif.
d. mengatasi masalah–masalah yang ditemui guru dalam melaksanakan
tugasnya.
Konselor dan guru merupakan suatu tim yang sangat penting dalam
kegiatan pendidikan. Keduanya dapat saling menunjang terciptanya proses
pembelajaran yang lebih efektif. Oleh karena itu, kegiatan bimbingan dan
konseling tidak dapat dipisahkan dengan kegiatan sekolah.
Dalam proses konseling, khususnya melalui pendekatan terapi pemusatan
klien, konselor tidak boleh memaksakan keinginannya pada klien, walaupun
sebenarnya kehendak atau keinginan itu mendatangkan nilai positif pada klien.
Oleh karena itu, konselor hendaklah memperhatikan tugas dan peranannya
dalam proses konseling, tugas itu adalah sebagai berikut:
1. Konselor hendaklah mempunyai sifat empati kepada klien, dan
konselor berfungsi sebagai fasilitator bagi perkembangan klien.

23
2. Konselor haruslah berusaha mewujudkan suasana yang sesuai dan
memberikan motivasi kepada klien, sehingga klien merasa seakan–akan
dia bebas dari problemnya.
3. Konselor haruslah memberi keyakinan kepada kliennya bahwa ia tidak
banyak berbeda dengan klien, termasuk memberi suatu keyakinan
kepada klien bahwa manusia pada dasarnya pernah salah dan berbuat
kesalahan.
4. Untuk itu konselor harus mampu bersikap dan bertingkah laku multi
peranan, sehingga terwujud hubungan yang harmonis, terbuka dan kerja
sama.
5. Konselor tidak menyelesaikan masalah secara langung, karena tugasnya
hanyalah memberikan arahan dan bimbingan, bahkan cara menolong
klien secara langsug dan keseluruhan sangat bertentang dengan
pendekatan pemusatan klien (client centered therapy).

24
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Berdasarkan paparan diatas maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
Profesionalisme guru merupakan sebuah kondisi arah, nilai, tujuan dan kualitas suatu
keahlian dan kewenangan dalam bidang pengajaran dan yang berkaitan dengan
pekerjaan seseorang. Sementara itu guru professional adalah guru yang memiliki
kompetensi yang dipersyaratkan untuk melakukan tugas pendidikan dan pengajaran.
Kopetensi disini meliputi pengetahuan, sikap dan ketrampilan professional baik yang
bersifat pribadi, sosial atau akademis. Dengan kata lain penegertian guru professional
adalah orang yang mempunyai keahlian dan kemampuan khusus dalam bidang
kegurun sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan
kemampuan maksimal. Guru yang professional adalah orang yang terdidik dan
terlatih dengan baik, serta memiliki pengalaman yang kaya dalam bidangnya.
Model pengembangan profesionalitas guru adalah melalui pengembangan watak
guru. Dalam undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang system Pendidikan
nasional dijelaskan bahwa Pendidikan adalah: suatu upaya sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya agar memilki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara. Dengan demikian, maka guru
harus memilki keunggulan (excellence), passion for profesionalisme dan etika
(ethical) yakni memiliki komitmen untuk melaksanakan tugasnya, memiliki
kecakapan dan memiliki motivasi yang kuat untuk selalu menjadi yang terbaik dan
unggul. Disamping itu juga diharapkan tetap senantiasa menambah pengetahuan baik
melalui Pendidikan formal maupun non formal.
B. SARAN
Apabila terdapat kesalahan dan kekurangan dalam penyusunan Makalah ini,
sangat diharapkan adanya perbaikan. Hasil dari makalah ini diharapkan dapat
membawa wawasan pengetahuan terkait dengan Profesi Pendidikan serta kelebihan
dan kelemahan yang terdapat didalamnya.

25
DAFTAR PUSTAKA
Ananda, Rasydi. (2019). Profesi Keguruan Perspektif Sains Dan Islam. Depok:
Rajawali Persada.
Erman Amti, Prayityo. Dasar-Dasar Bimbingan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta,
2013.
Lahmuddin. Landasan Formal Bimbingan Konseling di Indonesia. Medan: Perdana
Mulia Sarana, 2011.
Nisa, A. (2018). Peran guru bimbingan dan konseling dalam meningkatkan minat
melanjutkan studi ke perguruan tinggi. Konseli: Jurnal Bimbingan Dan
Konseling (E-Journal), 5(1), 01-08.
Supriatna, Mamat. Bimbingan Dan Konseling Berbasis Kompetensi. Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2011.
Sutiono, D. (2021). Profesionalisme Guru. Tahdzib AlAkhlaq: Juenal Pendidikan
Islam, 4(2), 16-25.
Wangid, Muhammad Nur. Peran Konselor Sekolah dalam Pendidikan Karakter.
Artikel dalam Cakrawala Pendidikan, Yogyakarta: UNY, Mei 2010.

26

Anda mungkin juga menyukai