Anda di halaman 1dari 26

Menerapkan Profesional Guru di Tengah

Gejolak Zaman

Dosen Pengampu:

PROFESI KEGURUAN

Disusun oleh :

Rizki Amalia (168000014)


Mega Eristina (168)
Nikmatu Firdaus (168)

PRODI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ADI BUANA SURABAYA
KATA PENGANTAR

Segala puja dan puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas
limpahan Rahmat, Hidayah, dan Inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan Makalah ini dengan penyusunan sebaik-baiknya. Dalam penyelesaian
Makalah ini, kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang turut
membantu terselesaikannya penyusunan Makalah ini. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terimakasih kepada :
1. ..........selaku dosen Pendidikan Pancasila, Prodi PGSD Universitas PGRI Adi
Buana Surabaya

2. Orang tua dan saudara yang telah memberikan dorongan motivasi sehingga
Makalah ini cepat terselesaikan

3. Tim penulis Makalah ini yang sudah membantu untuk menyelesaikan tugas
Makalah ini sehingga cepat terselesaikan.

Penulis mengharapkan Makalah ini dapat bermanfaat bagi kami dan semua
pembaca sebagai bekal untuk penyusunan Makalah pada tugas Makalah
berikutnya. Saran dan kritik senantiasa penulis harapkan demi kesempurnaan
Makalah ini sehinggaa dapat digunaakan untuk pijakan penulis berikutnya.

Surabaya, 20 November
2017

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN

HALAMAN JUDUL ........................................................................... i

KATA PENGANTAR ......................................................................... ii

DAFTAR ISI ........................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah ............................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ........................................................ 2
1.3. Tujuan ........................................................................... 2
1.4. Manfaat ......................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Profesionalisme Guru ................................ 3
2.2. Aspek-Aspek Profesionalisme Guru serta Usaha
Peningkatan Profesionalisme Guru ............................. 5
2.3. Cara Menerapkan Profesional Guru di Tengah Gejolak
Zaman .......................................................................... 17

BAB III PENUTUP


3.1. Kesimpulan ................................................................... 29

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 30


Rumusan masalah :
1. Apa yang dimaksud profesionalisme guru?
2. Apa saja aspek-aspek profesionalisme guru serta bagaimana usaha
peningkatan profesionalisme guru?
3. Bagaimana cara menerapkan profesional guru di tengah gejolak zaman?

Tujuan :
1. Untuk memahami pengertian profesionalisme guru
2. Untuk memahami aspek-aspek profesionalisme guru serta usaha peningkatan
profesinalisme guru
3. Untuk memahami cara menerapkan profesional guru di tengah gejolak zaman

Manfaat :
1. Dapat memahami pengertian profesionalisme
2. Dapat memahami aspek-aspek profesionalisme guru serta usaha peningkatan
profesinalisme guru
3. Dapat memahami cara menerapkan profesional guru di tengah gejolak zaman
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Profesionalisme guru


1. Memaknai profesionalisme guru
Makna “professional” mengacu pada orang yang menyandang
suatu profesi atau sebutan untuk penampilan seseorang dalam
mewujudkan untuk kerja sesuai dengan profesinya, baik secara formal
maupun informal. Pengakuan secara formal diberikan oleh suatu badan
atau lembaga yang mempunyai kewenangan, yaitu pemerintah dan /atau
orang organisasi profesi. Sedangkan secara informal pengakuanitu
diberikan oleh masyarakat luas dan para pengguna jasa suatu profesi.
Sebutan “guru professional” mengacu pada guru yang telah
mendapat pengakuan secara formal berdasarkan ketentuan yang berlaku,
baik dalam kaitan dengan jabatan maupun latar belakang pendidikan
formalnya. Pengakuan ini dinyatakan dalam bentuk surat keputusan,
ijazah, akta, sertifikat, dan sebagainya baik yang menyangkut kualifikasi
maupun kompetensi. Sebutan “guru professional” juga dapat mengacu
kepada pengakuan terhadap kompetensi penampilan untuk kerja seorang
guru dalam melaksanakan tugas-tugasnya sebagai tenaga pengajar.
Dengan demikian, sebutan “professional” didasarkan pada pengakuan
formal terhadap kompetensi penampilan untuk kerja suatu jabatan atau
pekerjaan tertentu. Dalam UU Guru dan Dosen (Pasal 1 ayat 4)
disebutkan bahwa professional adalah pekerjaan atau kegiatan yang
dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan
yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi
standart mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi.
“Profesionalisme” adalah sebutan yang mengacu kepada sikap
mental dalam bentuk komitmen anggota suatu profesi untuk senantiasa
mewujudkan dan meningkatkan kualitas profesionalmya. Seorang guru
yang memiliki profesionalisme tinggi akan tercermin dalam sikap mental
serta komitmennya terhadap perwujudan dan peningkatan kualitas
professional melalui berbagai cara dan strategi. Ia akan selalu
mengembangkan dirinya sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman
sehingga keberadaanya senatiasa memberikab makna profesioanl. Dalam
konteks guru, makna profesionalisme sangat penting karena
profesinalisme akan melahirkan sikap terbaik bagi seorang guru dalam
melayani kebutuhan pendidikan siswa, sehibgga kelak sikap ini tidak
hanya memberikan manfaat bagi orang tua, masyarakat, dan institusi
sekolah itu sendiri.
Sementara itu, “profesionalitas” adalah suatu sebutan terhadap
kualitas sikap para anggota syatu profesi terhadap profesinya serta derajat
pengetahuan dan keahlianyang mereka memiliki untuk dapat melakukan
tugas-tugasnya. Dengan demikian, sebutan profesionalitas lebih
menggambarjab suatu “keadaan” derajat keprofesian seseorang dilihat
dari sikap , pengetahuan, dan keahlian yang diperlukan untuk
melaksanakan tugasnya. Dalam hal ini, guru diharapkan memiliki
profesionalitas keguruan yang memadai sehingga mampu melaksanakan
tugasnya secara efektif.
Di sisi lain,”profesionalisasi” adalah suatu proses menuju
perwujudan dana peningkatan profesi dalam mencapai suatu criteria yang
sesuai dengan standard yang telah ditetapkan. Dengan profesionalisasi,
para guru secara bertaha[ diharapkan akan mencapai suatu derajat
kroteria professional sesuai dengan standard yang telah ditetapkan
menurut undang-undang Nomor 14 tahun 2005, yaitu berpendidikan
akademik S-1 atau D-IV dan telah lulus sertifikasi pendidikan.
Kompetensi yang dimiliki guru profesinal sesuai dengan UU Guru dan
Dosen Pasal 10 ayat 1 yaitu kompetensi pedagogic, kompetenis
kepribadian, kompetemsi sosial, dan kompetensi profeional yang
diperoleh melalu pendidikan profesi.
2.2 Apek-Aspek Profesionalisme Guru dan Peningkatan Profesionalisme
Guru
1. Ciri-ciri guru professional
a. Ahli di bidang teori dan praktik keguruan. Guru professional adalah
guru yang menguasai ilmu pengetahuan yang diajarkan dan ahli
dalam mengerjakannya
b. Senang memasuki organisasi profesi keguruan. Suatu pekerjaan
dikatakan sebagai jabatan profesi salah satu syaratnya adalah
pekerjaannya adalah pekerjaan itu memilliki organisasi profesi dan
anggota-anggotanya senang memasuki orgnisasi profesi tersebut.
c. Memiliki latar belakang pendidikan keguruan yang memadai.
Keahlian dalam melaksanakan tugas-tugas kependidikan diperoleh
setelah menempuh pendidikan keguruan tertentu, dan kemampuan
tersebut tidak dimiliki masyarakat pada umumnya tidak pernah
mengikuti pendidikan keguruan.
d. Melaksanakan kode etik guru. Sebagai jabatan professional, guru
dituntut untuk memiliki kode etik, seperti yang dinyatakan dalam
konvensi Nasional Pendidikan I Tahun 1988, bahwa profesi adalah
pekerjaan yang mempunyai kode etik, yaitu norma-norma tertentu
sebagai pegangan atau pedoman yang diakui serta dihargai oleh
masyarakat.
e. Memiliki otonomi dan rasa tanggung jawab. Otonomi yang
dimaksud adalah mampu mengatur diri sendiri.
f. Memeiliki rasa pengabdian kepada masyarakat. Pendidikan memulai
peran sentral dalam membangun masyarakat untuk mencapai
kemajuan.
g. Bejerja atas penggilan hati nurani. Dalam melaksanakan tugas
pengabdian kepada masyarakat, hendaknya didasari atas dorongan
atau penggilan hati nurani
Kriteria lain yang diharapkan melekat oada sosok guru professional
adalah:
a. Kesalehan pribadi
Makna shaleh sebenarnya bukan hanya baik dalam arti
hubungan dengan sesame manusia, akan tetapi juga mengandung
makna hubungan dengan dirinya, alam semesta (alam dan isinya),
dan Tuhan. Seorang Guru harus mampu menjaga kebaikan dirinya
dengan mengembangkan sikap dewasa(membuang sikap/prilau
kekanak-kanakan), berakhlak mulia, dan dapat menjadi tekadan bagi
siapa saja, sehingg kewibawaan akan tumbuh pada dirinya. Ketika
aspek tersebut diterapkan alam kehidupan, dengan sendirinya akan
menjadi kebaikan bagi sesame manusia dan alam semesta.

b. Kepekaan Sosial
Sebagai bagian dari masyarakat, guru harus memiliki ketajaman hati
terhadap persoalan-persoalan masyarakat. Interaksi utamanya dengan
siswa, orang tua siswa, sesame guru/staf, atasan atau bawahan,
masyarakat sekitar sekolah, dan sekitar tempat tinggalnya membuat
sosok guru harus memiliki kepekaan sosial. Kepekaan sosial ini
terbangun dari sikap/perilaku peduli, empati, senang menolong, dan
ikhlas. Guru yang memiliki jiwa sosial yang tinggi akan senang
membantu tanpa pamrih dan ikhlas terhadap siswa, sesame rekan guru
harus mampu melihat tanda-tanda bahwa seseorang sedang
memerlukan bantuannya.

c. Integritas keilmuan
Guru yang memiliki integritas keilmuan guru yang mampu
menguasai materi yang diampunya sesuai dengan disiplin ilmu yang
dimilikinya, baik penguasaan mengenai konsep teori dan hukum,
maupun esensi dari konsep tersebut. Materi pelajaran yang diberikan
pun harus relevan dengan kehidupan siswa. Ini berarti guru harus
menguasai secara konsektual materi-materi yang di ajarkannya,
bahkan termasuk kemampuan menerapkan materi yang diajarkannya
dalam perkembangan IPTEK. Guru yang kurang memahami konteks
materi yang diajarkan, akan tetaoi negative oleh siswa, seperti
pelajaran terasa hambar, terlalu teoritis, tidak jelas manfaatnya
dalam kehidupan. Akibatnya, siswa selalu merasa bosan dan tidak
menyukai pelajaran tersebut Siswa. Ini berarti guru harus menguasai
secara kontekstual materi-materi yang diajarkannya, bahkan
termasuk kemampuan menerapkan materi yang diajarkannya dalam
perkembangan Iptek. Guru yang kurang memahami konteks materi
yang diajarkan, akan ditanggapi negatif oleh siswa. Seperti pelajaran
yang terasa hambar, tidak jelas materinya dll. Akibatnya siswa terasa
bosan dan tidak menyukai pelajaran tersebut.

d. Keahlian Pedagogis
Ada beberapa aspek yang mestinya dipahami oleh guru,
diantaranya adalah kemampuan memahami dan mengembangkan
karakter, potensi, dan gaya belajar siswa, membimbing siswa dalam
menghadapi masalah, memahami SK/KD dan mengembangkannya
menjadi indikator-indikator belajar, memilih strategi pembelajaran
dan penilaian yang efektif untuk siswanya, mengelola kelas, dan
melakukan tindak lanjut penilaian. semua itu berhasil jika guru
mampu merencanakan pelaksanaan, dan mengevaluasi aspek-aspek
tersebut, jika aspek-aspek tersebut mampu dijalankan oleh guru
maka secara otomatis peran guru sebagai pendidik, pengajar dan
pembimbing (pelatih) terlaksana dengan baik dan meyakinkan.

e. Kepemimpinan
Untuk mengelola kegiatan belajar, sekolah memerlukan
kepemimpinan seorang guru dan kepala sekolah yang kuat. Coba
perhatikan apa yang selama ini dilakukan oleh seorang guru, seperti
mengelpla pengorganisasian materi pelajaran, siswa, kelas, dan
pembelajaran. Sudah dipastikan bahwa sebagian guru kita masih
terjebak dalam kegiatan merencanakan ddan mengarahkan
pembelajaran, tugas, perilaku siswa, dan kegiatan lainnya. Guru-guru
kita masih sedikit yang melakuakan kegiatan mengorganisasi
kegiatan belajar-mengajar. Padagal kemampuan guru mengelola
pembelajaran akan memengaruhi efektivitas dan tingkat keberhasilan
pembelajaran. Demikian juga kemampuan guru dalam membimbing
siswa belajar, mengambil keputusan dengan tepat, memecahkan
masalah diri/siswanya, juga akan mendukung keberhasilah diri,
siswa dan sekolahnya.

2. Tugas Profesi Guru


Menunut Gerstner (1981), tugas guru tidak hanya sebagai pengajar,
melainkan harus berperan sebagai berikut:
a. Pelatih, guru profesional berperan ibarat pelatih olahraga. Dia lebih
banyak membantu siswanya dalam permainan. Bedanya permainan
itu adalah belajar sebagai pelatih. Guru mendorong siswanya untuk
menguasai alat belajar dan memotivasi siswa untuk bekerja keras
mencapai prestasi setinggi-tingginya.
b. Konselor, guru akan menjadi sahabat siwa, teladan dalam pribadi
yang mengundang rasa hormat dan keakraban dari siswa,
menciptakan suasana dimana siswa belajar dari kelompok kecil
dibawah pimpinan guru.
c. Manajer belajar, guru akan bertindak ibarat manajer perusahaan.
Dia membimbing siswanya belajar, mengambil prakarsa,
mengeluarkan ide terbaik yang dimilikinya. Dia bertindak sebagai
bagian dari siswa dengan ikut belajar bersama mereka. Selain itu,
guru juga harus belajar dari teman seprofesinya. Sosok guru
diibaratkan segalanya bisa.

Guru dituntut untuk menguasai kompetensi mereka sebagai guru,


disamping sebagai anggota masyarakat dan warga negara yang baik.
Para ahli berpendapat tentang kompetensi, peran, dan bahkan harapan
yang dapat dilakukan oleh guru. Meskipun sebagian kompetensi dan
peran itu sulit dilakukan dan sangat ideal, namun itulah harapan
masyarakat terhadap guru.

Watten (1994) mengemukakan 14 peran yang dapat dilakukan


guru, yaitu sebagai: 1) tokoh terhormat dalam masyarakat, karena guru
tampak sebagai seorang yang berwibawa, 2) penilai, karena memberi
pemikiran, 3) sumber, karena memberi ilmu pengetahuan 4) pembantu,
karena membantu kesulitan siswa, 5) wasit, karena yang menentukan
sesuatu dalam proses pembelajaran, 6) detektif, karena rasa ingin
tahunya, 7) objek identikikasi, karena menjadi sosok yang diperhatikan,
8) penyangga rasa takut, karena memberikan ketenangan kepada
siwanya, 9) penolong, karena sering menolong siswanya, 10) pemimpin
kelompok, karena menjadi pemimpin dikelas, 11) orangtua wali, karena
menjadi pengganti orangtua siswa, 12) pembina dan pemberi layanan,
karena pembina moral anak bangsa dan memberikan pelayanan terbaik
kepada siswanya, 13) kawan sekerja, karena sama-sama bekerja, dan 14)
pembawa rasa kasih sayang, karena rasa sayangnya kepada siswanya.

Lebih lanjut Oliva (1994) mengemukakan 10 peran guru, yairu


sebagai: 1) Penceramah, 2) Narasumber, 3) Fasilitator, 4) Faseler, 5)
Pemimpin kelompok, 6) Tutor, 7) Manajer, 8) Kepala laboratorium, 9)
Perancang progam, 10) Manipulator, untuk mengubah situasi
pembelajaran menjadi lebih baik.

Sementara itu Pullias dan Young (1977) mengemukakan bahwa


guru itu hendaknya dapat berperan sebagai: 1) Pembimbing, 2) Guru, 3)
Modernis, 4) Model, 5) Peneliti, 6) Konselor, 7) Pencipta, 8) Empunya
kekuasaan, 9) Pemberi inspirasi, 10) Pekerja rutini, 11) Perantara, 12)
Pembawa cerita, 13) Aktor, 14) Pembuat desain skenario, 15) Pembina
masyarakat, 16) Siswa, 17) Peneima realitas, 18) Pengikut, 19)
Pengevaluasi, 20) Pengubah, 21) Peraih cita-cita/puncak 22) Manusia
biasa.

3. Usaha Peningkatan Profesionalisme Guru


Pengingkatan profesionalisme guru pada akhirnya ditentukan oleh
guru sendiri. Upaya yang dapat dilakukan guru dalam meningkatkan
profesionalismenya dengan cara harus berusaha untuk melakukan hal-hal
berikut.
1. Memahami tuntutan standart profesi yang ada.
2. Mencapai kualifikasi dan kompetensi yang dipersyaratkan.
3. Membangun hubungan kerja yang baik dan luas termasuk lewat
organisasi profesi.
4. Mengembangkan etos kerja atau budaya kerja yang mengutamakan
pelayanan bermutu tinggi kepada siswa.
5. Mengadopsi inovasi atau mengembangkan kreativitas dalam
pemanfaatan teknologi komunikasi dan informasi sehingga metode
pembelajaran dapat terus diperbarui.

Upaya mencapai kualifikasi dan kompetensi yang dipersyaratkan


juga tidak kalah pentingnya bagi guru. Dengan dipenuhinya kualifikasi
dan kompetensi yang memadai, guru akan memiliki posisi tawar yang kuat
dan memenuhi syarat yang dibutuhkan. Peningkatan kualitas dan
kompetensi ini dapat ditempuh melalui inserve training dan berbagai
upaya lain untuk memperoleh kualifikasi.

Selanjutnya, upaya membangun hubungan kerja yang baik dan luas


dapat dilakukan guru dengan membina jaringan kerja. Guru harus
berusaha mengetahui apa yang dilakukan sejawatnya yang sukses,
sehingga guru dapat belajar untuk mencapai kesuksesan yang sama atau
bahkan bisa lebih baik lagi. Melalui jaring kerja inilah guru memperoleh
akses terhadap inovasi-inovasi dibidang profesinya. Jaringan kerja guru
bisa dimulai dari skala sempit, misalnya mengadakan pertemuan informal
kekeluargaan dengan sesama teman sambil berolahraga, silaturrahmi, atau
melakukan kegiatan sosial lainnya. Pada kesempatan seperti ini guru bisa
membicangkan secara leluasa kisah suksesnya atau kesuksesan rekannya,
dengan harapan mereka dapat mengambil pelajaran melalui obrolan yang
santai. Selain itu, guru juga bisa dibina melalui jaringan kerja yang lebih
luas dengan menggunakan teknologi komunikasi dan informasi, misalnya
melalui Internet untuk skala yang luas, seperti facebook, twetter, skype.
Apabila korespondensi atau penggunaan Internet ini dapat dilakukan
secara intensif, maka akan dapat diperoleh kiat-kiat menjalankan profesi
dari sejawat guru diseluruh dunia. Pada dasarnya, jaringan kerja ini dapat
dibangun sesuai situasi, kondisi, serta budaya setempat.

Upaya membangun etos kerja yang mengutamakan pelayanan


bermutu tinggi kepada siswa merupakan suatu keharusan. Semua bidang
dituntut untuk memberikan pelayanan prima kepada siswa, orangtua, dan
sekolah pemangku kepentingan. Terlebih lagi pelayanan pendidikan
adalah termasuk pelayanan publik yang didanai, diadakan, dan dikontrol
oleh dan untuk kepentingan publik. Oleh karena itu, guru harus
mempertanggung jawabkan pelaksanaan tugasnya kepada publik.

a) Usaha Peningkatan Kualitas Guru


Untuk mengantisipasi tantangan dunia pendidikan yang semakin
berat, profesionalisme guru harus dikembangkan. Menurut Balitbang
Diknas, ada beberapa cara yang bisa ditempuh dalam pengembangan
profesionalisme guru, antara lain adalah:
a. Perlunya revalisasi pelatihan guru yang secara khusus
menitikberatkan pada perbaikan kinerja guru dalam meningkatkan
mutu pendidikan, bukan untuk meningkatkan sertifikasi mengajar
semata.
b. Perlunya mekanisme, kontrol penyelenggaraan pelatihan guru
untuk memaksimalkan pelaksanaannya.
c. Perlunya sistem penilaian yang sistemik dan periodik untuk
mengetahui efektifitas dan dampak pelatihan guru terhadap muru
pendidikan.
d. Perlunya desentralisasi pelatihan guru pada tingkat kabupaten/kota.
e. Perlunya upaya-upaya alternatif yang mampu meningkatkan
kesempatan dan kemampuan para guru dalam penguasaan materi
pelajaran.
f. Perlunya tolak ukur kemampuan profesional sebagai acuan
pelaksanaan pembinaan dan peningkatan mutu guru.
g. Perlunya mengkaji ulang aturan atau kebijakan yang ada melalui
perumusan kmbali aturan atau kebijakan yang lebih fleksibel dan
mampu mendorong guru mengembangkan kreativitasnya.
h. Perlu reorganisasi dan rekonseptalisme kegiatan pengelolaan
sekolah, sehingga kegiatan ini dapat menjadi sarana alternatif
peningkatan mutu guru.
i. Perlunya upaya untuk meningkatkan kemampuan guru dalam
penelitian. Terutama Penelitian Tindakan Kelas, agar guru lebih
memahami dan menghayati permasalahan-permasalahan yang
dihadapi dalam proses pembelajaran.
j. Perlu mendorong guru untuk bersikap kritis dan selalu berusaha
meningkatkan ilmu pengetahuan dan wwasan.
k. Memperketan persyaratan untuk menjadi calon guru pada Lembaga
Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK).
l. Menumbuhkan apresiasi karier guru dengan memberikan
kesempatan yang lebih luas untuk meningkatkannya.
m. Perlunya ketentuan sistem credit point yang lebih fleksibel untuk
mendukung jenjang karir guru, yang lebih menekankan pada
aktivitas dan kreativitas guru dalam melaksanakan proses
pengajaran.

Untuk lebih mendorong terbentuknya profesionalisme guru,


selain apa yang telah diutarakan oleh Balitbang Kemendiknas diatas,
tentunya “Penghargaan Profesional” terhadap profesi guru masih
sangat penting. Seperti yang diundangkan dalam Undang-Undang Guru
dan Dosen, bahwa guru berhak mendapatkan tunjangan profesi.
Realisasi pasal ini tentunya akan sangat penting dalam mendorong
tumbuhnya semangat profesionalisme pada diri guru. Dengan adanya
profesionalisme guru, peranan guru akan dituntut untuk lebih
ditingkatkan.
Wujud nyata yang dilakukan pemerintah untuk profesionalisme
guru adalah dengan sertifikasi guru. Sertifikasi guru adalah proses
pemberian sertifikat pendidik kepada guru, yang ditandatangani oleh
perguruan tinggi penyelenggara sertifikasi sebagai bukti pengakuan
formalitas yang diberikan kepada guru sebagai tenaga profesional.
Sertifikat ini diberikan kepada guru yang telah memenuhi standar
profesional. Guru profesional merupakan syarat mutlak untuk
menciptakan sistem dan praktik pendidikan yang berkualitas.
Sesungguhnya tujuan utama dalam mengikuti sertifiaksi bukan untuk
mendapatkan tunjangan profesi, melainkan untuk menunjukkan bahwa
yang bersangkutan telah memiliki kompetensi sebagaimana
diisyaratkan dalam kompetensi guru. Dengan menyadari hal ini, guru
tidak akan mencari cara lain guna memperoleh sertifikat profesi
kecuali mempersiapkan diri dengan belajar yang benar. Berdasarkan
hal tersebut, sertifikasi akan membawa dampak positif bagi
peningkatan kualitas guru. Adapun tujuan dari sertifikasi adalah:

a. Menentukan kelayakan guru dalam melaksanakan tugas sebagai


agen pembelajaran dan mewujudkan tujuan pendidikan nasioanal.
b. Menentukan proses dan mutu hasil pendidikan.
c. Meningkatkan martabat guru
d. Meningkatkan profesionalitas guru

Sementara itu, dalam melaksanakan tugas sebagai tenaga


profesional, guru berkewajiban:

a. Merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran


yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasihasil penilaian.
b. Meningkatkan dan mengebangkan kualifikasi akademik melalui
kompetensi yang baik dan berkelanjutan, sejalan dengan
pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.
c. Bertindak objektif dan tidakdeskriminatif terhadapjenis kelamin,
agama, ras, suku, dan kondisi fisik atau latar belakang, dan status
sosial-ekonomi siswa dalam belajar.
d. Menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum, kode
erik guru, dan nilai-nilai agama dan estetika.
e. Memelihara dan memupuk kesatuan dan persatuan bangsa.

b) Pembinaan Profesionalisme Guru Melalui Musyawarah Guru


Mata Pelajaran (MGMP)
Salah satu kegiatan yang selama ini dianggap efektif dalam
meningkatkan kemampuan profesionalisme guru adalah melalui
Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP). Kegiatan yang berasal dari
satu rumpun bidang studi ini dilakukan untuk mendiskusikan
permasalahan-permasalahan yang berhubungan dengan bidang studi
tersebut. Oleh karena itu, MGMP merupakan salah satu sistem
penataran guru dengan pola dari, oleh, dan untuk guru.
Ada beberapa langkah yang dapat dilakukan dalam mendirikan
MGMP, langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut:
a. Menetapkan terlebih dahulu hal-hal yang dianggap mendasar,
seperti: 1) Kerangka Anggaran Dasar, 2) Nama organisasi dan
tempat kedudukan, 3) Dasar,tujuan, dan bentukkegiatan, 4)
Keanggotaan dan kepenguusan, 5) Hak dan Kewajiban anggota dan
pengurus, 6) Pendanaan, 7) Data guru mata pelajaran, 8) Pengurus
dan letak sekretariat, 9) Progam Kerja, 10) Data yang berhubungan
dengan pengembangan MGMP, 11) Data pihak yang diajak bekerja
sama, 12) Program monitoring, evaluasi kerja, dan pelaporan.
b. Membuat beberapa rancangan kegiatan seperti : 1) Reformulasi
pembelajaran mulsi model-model pembelajaran yang variatif, 2)
Program pengajaran dan strategi alternatif pembelajaran yang
efektif, 3) pengembangan silabus penilaian sesuai dengtan
paradigma baru pendidikan, 4) membuat lembanran kegiatan ilmiah
untuk tiap kompetensi dasar dan, 5) penggunaan media
pembelajaran yang tepat.
c. Mendiskusikan berbagai kesulitan yang dihadapi dalam Kegiatan
Belajar Mengajar (KBM) dikelas, seperti: 1) Bagaimana mendata
masalah dan mencarikan solusinya, 2) Bagaimana mengatur jadwal
presentasi guru yang batu saja menyelesaikan penelitian tindakan
kelas, 3) Bagaimana cara mensosialisasikan dan
menstransformasikan berbagai pembaruan dalam bidang
pembelajaran yang telah diperoleh saat mengikuti
seminar/penataran baik tingkat provinsi maupun tingkat nasional,
4) Bagaimana cara memperluas wawasan keilmuan/pengetahuan
denagn mendatangkan narasumber atau melakukan studi banding.
Apabila dicermatu lebih jauh tentang konsep MGMP diatas,
tamolak bahwa Musyawarah Guru Mata Pelajaran pada hakikatnya
adalah peningkatan kemampuan kerja, yang dalam manajemen lebih
dikenal dengan istilah Program Pendidikan dan Latihan.
Agar tujuan MGMP dapat tercapai, berbagai langkah perlu
ditempuh dalam menentukan bentuk dan proses MGMP, seperti
berikut ini.
a. Penentuan kebutuhan pendidikan dan latihab, atau suatu penilaian
kutuhan yang komprehensif.
b. Penetapan tujuan yang bersifat umum dan spesifik
c. Oemilihan metode
d. Implementasi program
e. Evaluasi program
Berdasarkan pengakuan dari beberapa guru yang telah aktif
dalam kegiatan MGMP bahwa aktif dalam kegiatan MGMP sangat
memberi manfaat bagi guru .
Adapun manfaat lain dari MGMP, antara lain:
a. Sebagau wadah yang efektif untuk menyelesaikan permasalahan
yang dihadapi guru dikelas
b. Sebagai wadah untuk berdiskusi berbagai pengalaman, dan
mencari solusi permasalahn yang dihadapi dikelas, terutama
menyangkut perbedaan gaya(budaya) guru dan siswa
c. Sebagai wadah yang memberikan peluang kepada guru untuk
merancang program kerja berdasarkan kebutuhan guru mata
pelajaran dan juga disesuaikan dengan paradigm baru dibidang
pendidikan
c) Peningkatan Profesional Guru melalui Sertifikasi
Peningkatan profesionalisme guru dan tenaga pendidik menjadi
perhatian pemerintah, dengan diterbitkannya Undang-Undang RI No.
20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Undang-Undang RI
No.14/2005 tentang Guru dan Dosen, serta Peraturan Pemerintah RI
No. 19/2005 tentang Stndart Nasional Pendidikan yang menjadi paying
hokum bahwa guru adalah pendidik professional.
Isi pasal 1 butir(11) UUGD menyebutkan bahwa sertifikasi
adalah proses pemberian sertifikat pendidik kepada guru dan dosen,
dengan logika bahwa guru telah memiliki dua hal yang dipersyaratkan
yakni kualifikasi pendidikan minimum dan penguasaan kompetensi
guru. Kualifikasi pendidikan minimal dapat diperoleh melalui ijazah
(D4/S1). Namun sertifikat pendidik sebagai bukti penguasaan
kompetensi minimal sebagai guru harus dilakukan melalui suatu
evaluasi yang cermat dan komprehensif dari aspek-aspek pembentukan
guru yang kompeten dan professional. Tuntan eva;uasi yang cermat dan
komprehensif ini berlandaskan pada isis pasal 11 ayat (3) UUGD yang
menyebutkan bahwa sertifikasi pendidik guru dari sisi proses/calon
guru dinyatakan lulus dalam uji kompetensi ini, maka dia berhak
memperoleh sertifikat pendidik.
Permendiknas Nomor 18 Tahun 2007 menyatakan bahwa
sertifikat bagi guru dalam jabatan dilaksanakan melalui uji kompetensi
untuk memperoleh sertifikat pendidik. Uji kompetensi tersebut
dilakukan dalam bentuk penilaian portofolio, yang merupakan
pengakuan atas pengakuan professional guru dalam bentuk penilaian
terhadap kumpulan dokumen yang mencerminkan kompetensi guru
dalam bentuk penilaian terhadap kumpulan dokumen yang
mencerminkan kompetensi guru. Komponen penilaian portofolio
mencakup: a) kualifikasi akademik, b) pendidikan dan pelatihan, c)
pengalaman mengajar, d) perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran,
e) penilaian dari atasan dan pengawas, f)prestasi akademik, g) karya
pengembangan profesi, h) keikutsertaan dalam forum ilmiah, i)
pengalaman organisasi dibidang kependidikan dan sosial, dan j)
penghargaan yang relevan dengan bidang pendidikan.
Portifolio dinilai oleh LPTK penyelenggaraan sertifikasi
guruyang dikoordinasikan Konsorsium Sertifikat Guru (KSG). Unsure
KSG terdiri atas LPTK, Ditjen DIKTI, dan Ditjen PMPTK. Secara
umum, mekanismepelaksanaan sertifikat guru dalam jabatan dalam
peraga.

2.3 Cara Cara Menerapkan Profesional Guru Di Tengah Gejolak Zaman


Guru adalah suatu jabatan profesi. Guru melakukan fungsinya di
sekolah. Dalam pengertian tersebut, telah terkandung suatu konsep bahwa
guru profesional yang bekerja melaksanakan fungsi dan tujuan sekolah harus
memiliki kompetensi-kompetensi yang dituntut agar guru mampu
melaksanakan tugasnya dengan sebaik-baiknya. Tanpa megabaikan
kemungkinan adanya perbedaan tuntutan kompetensi profesional yang
disebabkan oleh adanya perbedaan lingkungan sosial kultural dari setiap
institusi sekolah sebagai indikator, maka guru yang dinilai kompeten secara
profesional, apabila:
1. Guru tersebut mampu mengembangkan tanggung jawab dengan sebaik-
baiknya.
2. Guru tersebut mampu melaksanakan peranan-peranannya secara berhasil.
3. Guru tersebuta mampu bekerja dalam usaha mencapai tujuan pendidikan
(tujuan instruksional) sekolah.
4. Guru tersebut mampu melaksanakan peranannya dalam proses mengajar
dan belajar dalam kelas.
Karakteristik tersebut akan ditinjau dai berbagai segi tanggung jawab
guru, fungsi dan peranan guru, tujuan pendidikan sekolah, peranan guru
dalam proses belajar mengajar.
a. Tanggung Jawab dan Kompetensi Guru
Setiap guru profesional harus memenuhi persyaratan sebagai
manusia yang bertanggung jawab dalam biang pendidikan, tetapi di pihak
lain juga mengemban sejumlah tanggung jawab dalam bidang pendidikan.
Guru selaku pendidik bertanggung jawab mewariskan nilai-nilai dan
norma-norma kepada generasi muda sehingga terjadi proses konservasi
nilai, bahkan melalui proses pendidikan diusahakan tercapainya nilai-nilai
baru.
Guru akan mampu melaksanakan tanggung jawabnya apabila dia
memiliki kompetensi yang diperlukan untuk itu. Setiap tanggung jawab
memerlukan sejumlah kompetensi. Setiap kompetensi dapat dijabarkan
menjadi sejumlah kompetensi yang lebih kecil dan khusus.
1. Tanggung Jawab Moral
Setiap guru profesional berkewajiban menghayati dan
mengamalkan Pancasila dan bertanggung jawab mewariskan moral
Pancasila itu serta nilai-nilai Undang-Undang Dasar 1945 kepada
generasi muda. Tanggung jawab ini, merupakan tanggung jawab
moral bagi setiap guru Indonesia. Dalam hubungan ini, setiap guru
harus memiliki kompetensi dalam bentuk kemampuan menghayati dan
mengamalkan Pancasila.
2. Tanggung Jawab dalam Bidang Pendidikan di Sekolah
Guru bertanggung jawab melaksanakan kegiatan pendidikan di
sekolah dalam arti memberikan bimbingan dan pengajaran kepada
para siswa. Tanggung jawab ini direalisasikan dalam bentuk
melaksanakan pembinaan kurikulum, menuntun para siswa belajar,
membina pribadi watak, dan jasmaniah siswa, menganalisis kesulitan
belajar, serta menilai kemajuan belajar para siswa.
Agar guru mampu mengemban dan melaksanakan tanggung
jawabnya ini, maka setiap guru harus memiliki berbagai kompetensi
yang relevan dengan tugas dan tanggung jawab tersebut. Seorang guru
harus menguasai cara belajar yang efektif, harus mampu membuat
model suatu pelajaran, mampu memahami kurikulum secara baik,
mampu mengajar di kelas, mampu menjadi model bagi siswa, mampu
memebrikan nasihat dan petunjuk yang berguna, menguasai tekni-
teknik memberikan bimbingan dan penyuluhan, mampu menyusun
dan melaksanakan prosedur penilaian kemajuan belajar dan
sebagainya.

3. Tanggung Jawab Guru dalam Bidang Kemasyarakatan


Guru profesional tidak dapat melepaskan dirinya dari bidang
kehidupan kemasyarakatan. Di satu pihak guru adalah warga
masyarakatnya dan di lain pihak guru bertanggung jawab turut serta
memajukan kehidupan masyarakat. Guru turut bertanggung jawab
memajukan kesatuan dan persatuan bangsa, menyukseskan
pembanguna nasional, serta menyukseskan pembanguna daerah
khususnya yang dimulai dari daerah di mana dia tinggal.
Untuk melaksanakan tanggung jawab turut serta memajukan
persatuan dan kesatuan bangsa, guru harus menguasai atau memahami
semua hal yang berkaitan dengan kehidupan nasional misalnya
tentang suku bangsa, adat istiadat, kebiasaan, norma-norma,
kebutuhan, kondisi lingkungannya, dan sebagainya. Selanjutnya, dia
harus mampu bagaimana cara menghargai suku bangsa lainnya,
menghargai agama yang dianut oleh orang lain, menghargai sifat dan
kebiasaan suku lain, dan sebagainya. Pengetahuan dan sikap itu
hendaknya dicontohkan kepada anak didik dalam pergaulannya
sehari-hari dan dalm proses pendidikan di sekolah.
4. Tanggung Jawab dalam Bidang Keilmuan
Guru selaku ilmuwan bertanggung jawab turut memajukan ilmu,
terutama ilmu yang telah menjadi spesialisasinya. Tanggung jawab ini
dilaksanakan daalm bentuk mengadakan penelitian dan
pengembangan.
Untuk melaksanakan tanggung jawab dalam bidang penelitan,
guru harus memiliki kompetensi tentang cara mengadakan penelitian,
seperti cara membuat desain penelitian, cara merumuskan masalah,
cara menentukan alat pengmpul data, cara mengadakan sampling dan
mengolah data dengan teknik statistik yang sesuai, selanjutnya
seorang guru harus mampu menyusun laporan hasil penelitian agar
dapat disebarluaskan.

b. Fungsi, Peranan Guru, dan Kompetensinya


Sebagaimana yang telah dikemukakan bahwa profesional guru
mengandung pengertian yang meliputi unsur-unsur kepribadian, keilmuan,
dan keterampilan. Dengan demikian dapat diartikan, bahwa kompetensi
profesional guru tentu saja akan meliputi ketiga unsur itu walaupun
tekanan yang lebih besar terletak pada unsur keterampilan sesuai dengan
peranan yang dikerjakannya.
1. Guru sebagai pendidik dan pengajar
Peranan ini akan dapat dilaksanakan bila guru memenuhi
syarat-syarat kepribadian dan penguasaan ilmu. Guru akam mampu
mendidik dan mengajar apabila dia mempunyai kestabilan emosi,
memiliki rasa tanggung jawab yang besar untuk memajukan anak
didik, bersikap relistis, bersikap jujur, serta bersikap terbuka dan peka
terhadap perkembangan, terutama terhadap inovasi pendidikan.
Dalam penerapan peranan guru tersebut menuntut keterampilan
tertentu, yakni:
 Terampil dalam menyiapkan bahan pelajaran
 Terampil menyusun suatu pelajran
 Terampil menyampaikan ilmu kepada murid
 Terampil menggairahkan semangat belajar murid
 Terampil memilih dan menggunakan alat peraga pendidikan
 Terampil melakukan penilaian hasil belajar murid
 Terampil menggunakan bahasa yang baik dna benar
 Terampil mengatur disiplin kelas, dan berbagai keterampilan
lainnya.
2. Guru sebagai anggota masyarakat
Untuk melaksanakan peranan ini, guru harus memenuhi syarat-
syarat kepribadian dan syarat penguasaan ilmu tertentu. Guru harus
bersikap terbuka, tidak bertindak secara otoriter, tidak bersikap
angkuh, bersikap ramah tamah terhadap siapa pun, suka menolong
dimana pun dan kapan saja, serta simpati dan empati terhadap
pimpinan, teman sejawat, dan para siswa. Agar guru mampu
mengembangkan pergaulan dengan masyarakat, dia perlu menguasai
psikolog sosial, khususnya mengenai hubungan antarmanusia dalam
rangka dinamika kelompok.

3. Guru sebgai pemimpin


Peranan kepemimpinan akan berhasil apabila guru memiliki
kepribadian, seperti kondisi fisik yang sehat, percaya pada diri sendiri,
memiliki daya kerja yang besar dan antusiasme, gemar dan dapat
cepat mengambil keputusan, bersikap objektif dan mampu menguasai
emosi, serta bertindak adil (Sondang P. Siagian, 1978). Selain itu,
guru harus menguasai ilmu tentang teori kepemimpinan dan dinamika
kelompok, menguasai prinsip-prinsip hubungan masyarakat,
menguasai teknik berkomunikasi, dan mneguasai semua aspek
kegiatan organisasi persekolahan.

4. Guru sebagai pelaksana administrasi ringan


Peranan ini memerlukan syarat-syarat kepribadian, seperti
jujur, teliti dalam bekerja, rajin, harus menguasai ilmu mengenai tata
buku ringan, korespondensi, penyimpanan arsip dan ekspedisi, dan
administrasi pendidikan. Untuk itu guru harus mampu menyusun
akademik records, keterampikan menyusun arsip, keterampilan
mengetik, serta berbagai keterampilan lainnya.

5. Kompetensi guru model P3G


Dalam lokakarya kurikulum pendidikan guru yang
diselenggrakan oleh P3G, telah dirumuskan sejumlah kemampuan
dasar seorang guru lulusan sistem multistrata sebagai berikut :
a. Menguasai bahan yakni menguasai bahan bidang studi dalam
kurikulum sekolah, menguasai bahan pengayaan/penunjang
bidang studi
b. Mengelola program belajar mengajar yakni merumuskan tujuan
instruksional, mengenal dan bisa pakai metode mengajar, memilih
materi dan prosedur instruksional yang tepat, melaksanakan
program belajar dan mengajar, mengenal kemampuan anak didik,
menyusun rencana dengan situasi kelas, merencanakan dan
melaksanakan pengajaran remidial, serta mengevaluasi hasil
belajar.
c. Mengelola kelas yakni mengatur tata ruang kelas dalam rangka
CBSA, dan menciptakan iklim belajar mengajar yang efektif.
d. Menggunakan media yakni memilih dan menggunakan media,
membuat alat-alat bantu pelajaran sederhana, menggunakan dan
mengelola laboratorium, mengembangkan laboratorium, serta
menggunakan perpustakaan dalam proses belajar mengajar.
e. Menguasai landasan-landasan kependidikan.
f. Merencanakan program pengajaran.
g. Mengelola interaksi belajar mengajar.
h. Menguasai macam-macam metode mengajar.
i. Menilai kemampuan prestasi siswa untuk kepentingan
pengajaran.
j. Mengenal fungsi dan program layanan bimbingan dan
penyuluhan di sekolah.
k. Mengenal penyelenggaraan administrasi sekolah.
l. Mampu memahami dan menafsirkan hasil-hasil penelitian
pendidikan yang sederhana guna kemajuan pengajaran.

c. Tujuan Sekolah Dasar dan Kompetensi Guru (Kurikulum SD 1975)


Untuk menentukan kompetensi-kompetensi yang patut dimiliki oleh
guru sekolah dasar, dilihat dari tujuan-tujuan yang hendak dicapai oleh
lembaga pendidikan tersebut. Sebagai contoh, dalam kurikulum SD 1975
ditegaskan, bahwa tujuan-tujuan khusus Sekolah Dasar adalah agar
lulusan berinisiatif, berfikir kritisdan kreatif, bersikap hemat, menghargai
waktu, serta berbadan sehat.
Selain dari itu, guru SD harus memiliki pengetahuan yang cukup
luas dalam semua bidang studi yang dipelajari di Sekolah Dasar, seperti
Agama, IPS, IPA, Matematika, Baha Indonesia, PPKn, Bahasa Derah dan
sebagainya. Untuk menyampaikan pelajaran kepada murid, guru perlu
memiliki keterampilan selaku pendidi dan pengajar, seperti telah penulis
kemukakan daalm pembahasan sebelumnya.

d. Peranan dan Kompetensi Gudu dalam Proses Mengajar dan Belajar


Keberhasilan guru melaksanakan peranannya dalam biang
pendidikan sebagian besar terletak pada kemampuannya melaksanakan
berbagai peranan yang bersifat khusus dalam situasi mengajar dan belajar.
Berdasarkan studi literatur pandangan Adams & Dickey dalam
bukunya Basic Principles of Student Teaching, dapat ditarik kesimpulan
bahwa paling tidak terdapat 13 peranan guru di dalam kelas. Tiap peranan
menuntut berbagai kompetensi atau keterampilan mengajar. Dalam tulisan
ini hanya akan menyebut salah satu keterampilan yang dipandang “inti”
untuk masing-masing peranan tersebut.
1. Guru sebagai pengajar, menyampaikan ilmu pengetahuan, perlu
memiliki keterampilan memberikan informasi kepada kelas.
2. Guru sebagai pemimpin kelas, perlu memiliki keterampilan cara
memimpin kelompok-kelompok murid.
3. Guru sebagai pembimbing, perlu memiliki keterampilan cara
mengarahkan dan mendorong kegiatan belajar siswa.
4. Guru sebagai pengatur lingkungan, perlu memiliki keterampilan
mempersiapkan dan menyediakan alat dan bahan pelajaran.
5. Guru sebagai partisipan, perlu memiliki keterampilan cara
memberikan saran, mengarahkan pemikiran kelas, dan memberikan
penjelasan.
6. Guru sebagai ekspeditur, perlu memiliki keterampilan menyelidiki
sumber-sumber masyarakat yang akan digunakan.
7. Guru sebagai perencana, perlu memiliki keterampilan cara memilih
dan meramu bahan pelajaran secara profesional.
8. Guru sebagai supervisior, perlu memiliki keterampilan mengawasi
kegiatan anak dan ketertiban kelas.
9. Guru sebagai motivator, perlu memiliki keterampilan mendorong
motivsi belajar anak.
10. Guru sebagai penanya, perlu memiliki keterampilan cara bertanya
yang merangsang kelas berfikir dan cara memecahkan masalah.
11. Guru sebagai pengganjar, perlu memiliki keterampilan cara
memberikan penghargaan terhadap anak-anak yang berprestasi
12. Guru sebagai evaluator, perlu memiliki keterampilan cara menilai
anak-anak secara objektif, kontinu, dan komprehensif.
13. Guru sebagai konselor, perlu memiliki keterampilan cara membantu
anak-anak yang mengalami kesulitan tertentu.

Anda mungkin juga menyukai