Anda di halaman 1dari 26

MASALAH-MASALAH INTERNAL & EKSTERNAL BELAJAR DAN

PENGOLAHAN SUMBER BELAJAR

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Profesi Kependidikan yang diampu
oleh Dr. Chairil Faif Pasani, M.Si., Juhairiah, S.Pd., M.Pd., dan Rahmita Noorbaiti, S.Pd.,
M.Pd.

Disusun Oleh :

Kelompok 8

1. Aina Khairima (NIM. 2010118220032)

2. Alyana Salsabila (NIM. 2010118220032)

3. Diva Farapikatan (NIM. 2010118110008)

4. Lazuardi Ramadhan Pratama (NIM. 2010118310014)

5. Nazhira Yuliana (NIM. 2010118220018)

6. Nisrina Amalia (NIM. 2010118220008)

7. Salma Anida (NIM. 2010118220048)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARMASIN

2021
DAFTAR ISI

A. Pengertian Masalah-Masalah Internal dan Eksternal Belajar dan Pengolahan Sumber


Belajar............................................................................................................................. 3

B. Masalah-Masalah Internal dan Eksternal Belajar .............................................................. 3

C. Jenis-Jenis Sumber Belajar ............................................................................................ 12

D. Faktor-Faktor Internal dan Eksternal yang Mempengaruhi Masalah Belajar Siswa ......... 13

E. Pengolahan dan Pengelolaan Sumber Belajar ................................................................. 15

F. Masalah yang Dialami oleh Siswa di Daerah 3T ............................................................. 19

G. Upaya Pemerintah Mengatasi Permasalahan Eksternal Belajar di Daerah 3T ................. 20

Kesimpulan ................................................................................................................... 23

Daftar Pustaka ............................................................................................................... 25

2
A. Pengertian Masalah-Masalah Internal dan Eksternal Belajar dan Pengolahan
Sumber Belajar

Masalah-masalah dalam belajar merupakan hal yang wajar terjadi pada setiap
siswa. Masalah tersebut dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu masalah internal dan
masalah eksternal. Masalah belajar internal adalah masalah yang timbul dari dalam diri
siswa atau faktor-faktor internal yang ditimbulkan dari ketidakberesan siswa dalam
belajar. Sedangkan, Masalah belajar eksternal adalah masalah-masalah yang timbul dari
luar diri siswa sendiri atau faktor-faktor eksternal yang menyebabkan ketidak- beresan
siswa dalam belajar.
Sumber belajar merupakan sumber-sumber yang menjadi acuan siswa dalam
mempelajari suatu bidang ilmu pengetahuan. Sebagai contoh dari sumber belajar adalah
buku, situs web, atau video-video yang dirancang untuk pembelajaran siswa, dan lain
sebagainya. Sumber belajar tersebut juga bisa berupa sumber belajar yang berasal dari
individu, contohnya adalah guru yang memberikan penjelasan pada saat berlangsungnya
proses belajar tersebut. Oleh sebab itu, pengolahan sumber belajar adalah kegiatan yang
berkaitan dengan pengadaan, pengembangan/produksi, pemanfaatan sumber belajar
(terutama bahan dan alat) untuk kegiatan pendidikan dan pembelajaran.

B. Masalah-Masalah Internal dan Eksternal Belajar

Secara umum kondisi belajar internal dan eksternal akan mempengaruhi belajar.
Kondisi itu antara lain, pertama, lingkungan fisik. Lingkungan fisik yang ada dalam
proses dan di sekitar proses pembelajaran memberi pengaruh bagi proses belajar. Kedua,
suasana emosional siswa. Suasana emosional siswa akan memberi pengaruh dalam
proses pembelajaran siswa. Hal ini bisa dicermati ketika kondisi emosional siswa sedang
labil maka proses belajarpun akan mengalami gangguan. Ketiga, lingkungan sosial.
Lingkungan sosial yang berada di sekitar siswa juga turut mempengaruhi bagaiman
seorang siswa belajar. Masalah internal dan eksternal yang dialami siswa yang
berpengaruh pada proses belajar terurai sebagai berikut.
1. Masalah Internal Belajar

Aktivitas belajar juga dapat diketahui oleh guru dari perlakuan siswa
terhadap bahan belajar. Proses belajar sesuatu dialami oleh guru dan aktivitas belajar
suatu dapatdiamati oleh guru. Proses belajar merupakan hal yang kompleks.

3
Siswalah yangmenentukan terjadi atau tidak terjadi belajar.Untuk bertindak belajar
siswa menghadapimasalah-masalah secara intern. Jika siswa tidak dapat mengatasi
masalahnya, maka ia tidak belajar dengan baik. Faktor intern yang dialami dan
dihayati oleh siswa yang berpengaruh pada proses belajar sebagai berikut.

a. Ciri Karakteristik Siswa

Persoalan intern pembelajaran berkaitan dengan kondisi kepribadian siswa,


baik fisik maupun mental. Berkaitan dengan aspek-aspek fisik tentu akan relative
lebih mudah diamati dan dipahami, dibandingkan dengan dimensi-dimensi
mental dan emosional. Sementara dalam kenyataannya, persoalan-persoalan
pembelajaran lebih banyak dengandimensi mental atau emosional. Masalah-
masalah belajar yang berkenaan dengan dimensi siswa sebelum belajar pada
umumnya berkenaan dengan minat, kecakapan, dan pengalaman-pengalaman.
Bilamana siswa memiliki minat yang tinggi untuk belajar, maka ia akan
berupaya mempersiapkan hal-hal yang berkaitan dengan apa yang akan dipelajari
dengan lebih baik. Hal ini misalnya dapat dilihat dari kesediaan siswa untuk
mencatat pelajaran, mempersiapkan buku, alat-alat tulis, atau hal-hal lain yang
diperlukan.

b. Sikap Terhadap Belajar

Sikap merupakan kemampuan memberikan penilaian tentang sesuatu, yang


membawa diri sesuai dengan penilaian. Adanya penilaian tentang sesuatu,
mengakibatkan terjadinya sikap menerima, menolak, atau mengabaikan. Siswa
memperoleh kesempatan belajar. Meskipun demikian, siswa dapat menolak,
menerima,atau mengabaikan kesempatan belajar tersebut.

c. Motivasi Belajar

Motivasi belajar merupakan kekuatan yang dapat menjadi tenaga pendorong


bagi siswa untuk mendaya gunakan potensi-potensi yang ada pada dirinya dan
potensi di luar dirinya untuk mewujudkan tujuan belajar. Siswa yang memiliki
motivasi belajar akan nampak melalui kesungguhan untuk terlibat di dalam
proses belajar, antara lain nampak melalui keaktifan bertanya, mengemukakan
pendapat, menyimpulkan pelajaran,mencatat, membuat resume, mempraktekkan
sesuatu, mengerjakan latihan-latihan dan evaluasi sesuai dengan tuntutan
pembelajaran. Di dalam aktivitas belajar sendiri, motivasi individu

4
dimanifestasikan dalam bentuk ketahanan atau ketekunan dalam
belajar,kesungguhan dalam menyimak isi pelajaran, kesungguhan dan
ketelatenan dalam mengerjakan tugas dan sebagainya.

d. Konsentrasi Belajar

Konsentrasi belajar merupakan salah satu aspek psikologis yang sering kali
tidak begitu mudah untuk diketahui oleh orang lain selain diri individu yang
sedang belajar. Hal ini disebabkan kadang-kadang apa yang terlihat melalui
aktivitas seseorang belumtentu sejalan dengan apa yang sesungguhnya individu
sedang pikirkan. Sebagai contoh, ketika dihadapan siswa terdapat sebuah buku
yang sedang terbuka, dan terlihat sepintas siswa seperti sedang mengamati atau
membaca buku tersebut. Akan tetapi benarkan siswa tersebut sedang
memusatkan perhatian (berkonsentrasi). Maka perlu diperiksa ataumemang benar
siswa tersebut membaca buku. Kesulitan berkonsentrasi merupakan indikator
adanya masalah belajar yangdihadapi siswa, karena hal itu akan menjadi kendala
didalam mencapai hasil belajar yangdiharapkan. Untuk membantu siswa agar
dapat berkonsentrasi dalam belajar memerlukan waktu yang cukup lama, di
samping menuntut ketelatenan guru. Akan tetapi dengan bimbingan, perhatian,
serta bekal kecakapan yang dimiliki guru, maka secara bertahap hal ini akan
dapat dilakukan.

e. Mengolah Bahan Belajar

Mengolah bahan belajar dapat diartikan sebagai proses berpikir seseorang


untukmengolah informasi-informasi yang diterima sehingga menjadi bermakna.
Dalam kajian konstruktivisme mengolah bahan belajar atau mengolah informasi
merupakan kemampuan penting agar seseorang dapat mengkonstruksikan
pengetahuannya sendiri berdasarkan informasi yang telah ia dapatkan. Dalam
proses pembelajaran, makna yang dihasilkan dari proses pengolah pesan
merupakan hasil bentukan siswa sendiri yang bersumber dari apa yang mereka
dengar, lihat, rasakan, dan alami. Secara substansial, belajar bukanlah aktivitas
pengembangan pemikiran- pemikiran baru. Dalam keadaan ini,maka kemampuan
siswa mengolah bahan belajar merupakan kemampuan yang harus terus didorong
dan dikembangkan agar siswa semakin mampu mencapai makna belajar dan
akan semakin mengarah pada perkembangan serta kemampuan berpikir yang

5
sangat berguna untuk menghasilkan pengetahuan-pengetahuan baru.
f. Menggali Hasil Belajar
Kesulitan didalam proses menggali kembali pesan-pesan lama
merupakankendala di dalam proses pembelajaran karena siswa akan mengalami
kesulitan untukmengolah pesan-pesan baru yang memiliki keterkaitan dengan
pesan- pesan lama yangtelah diterima sebelumnya. Dalam proses pembelajaran
guru hendaknya berupaya untukmengaktifkan siswa melalui pemberian tugas,
latihan- latihan menggunakan cara kerjatertentu, rumus, latihan-latihan agar
siswa mampu meningkatkan kemampuannya didalam mengolah pesan-pesan
pembelajaran.
g. Rasa Percaya Diri
Rasa percaya diri merupakan salah satu kondisi psikologis seseorang
yang berpengaruh terhadap aktivitas fisik dan mental dalam proses pembelajaran.
Rasa percaya diri pada umumnya muncul ketika seseorang akan melakukan atau
terlibat didalam suatu aktivitas tertentu dimana pikirannya terarah untuk
mencapai suatu hasil yang diinginkan. Dari dimensi perkembangan, rasa percaya
diri dapat tumbuh dengan sehat bilamana ada pengakuan dari lingkungan. Itulah
sebabnya maka di dalam proses pendidikan dan pembelajaran, baik di lingkungan
rumah tangga, maupun sekolah, orang tua atau guru terhadap anak. Mendidik
dengan memberikan penghargaan atau pujian jauh lebih baikdaripada mendidik
dengan mencemooh dan mencela.
h. Kebiasaan Belajar
Kebiasaan belajar adalah perilaku belajar seseorang yang telah tertanam
dalam waktu yang relative lama sehingga memberikan ciri dalam aktivitas
belajar yangdilakukan. Ada beberapa bentuk perilaku yang menunjukkan
kebiasaan tidak baik dalam belajar yang sering kita jumpai pada sejumlah siswa
sebagai berikut.

1) Belajar tidak teratur

2) Daya tahan belajar rendah

3) Belajar bilamana menjelang ulangan atau ujian

4) Tidak memiliki catatan pelajaran yang lengkap

5) Tidak terbiasa membuat ringkasan

6
6) Tidak memiliki motivasi untuk memperkaya materi pelajaran

7) Senang menjiplak pekerjaan teman

8) Sering dating terlambati.

9) Melakukan kebiasaan-kebiasaan buruk

i. Kemampuan Berprestasi atau Unjuk Hasil Kerja

Kemampuan berprestasi atau unjuk hasil kerja merupakan suatu puncak


proses belajar. Pada tahap ini siswa membuktikan kemampuanya dalam proses-
proses penerimaan, pengaktifan, pra-pengolahan, penyimpanan, serta
pemanggilan untuk pembangkitan pesan dan pengalaman. Bila proses-proses
tersebut tidak baik, maka siswa dapat berprestasi kurang atau juga dapat gagal
berprestasi jadi perlu upaya dalam mengoptimalkan proses-proses tersebut yang
sudah dijelaskan diatas.
j. Intelegensi dan Keberhasilan Belajar
Menurut Wechler (Monk & Knoer, Siti Rahayu Haditiono) Intelegensi
merupakan suatu kecakapan global atau rangkuman kecakapan untuk bertindak
secara terarah, berpikir secara baik, dan bergaul dengan lingkungan secara
efisien. Yang menjadi masalah adalah siswa yang memiliki intelegensi dibawah
normal. Ini akan mempengaruhi perolehan hasil belajar. Oleh karena itu pada
tempatnya mereka didorong untuk belajar di bidang-bidang keterampilan sebagai
antisipasinya. Penyediaan kesempatan belajar diluar sekolah, merupakan langkah
bijak untuk mempertinggi taraf kehidupan warga Indonesia.
k. Cita-cita Siswa
Cita-cita merupakan motivasi intrinsik, dan perlu didikan. Didikan cita-cita
harus dimulai sejak sekolah dasar. Disekolah menengah didikan mengenai cita-
cita sudah semakin terarah karena akan sangat bedampak buruk bila pencapaian
cita-cita tidak benar. Didikan pemilikan dan pencapaian cita-cita sebaiknya
berpangkal dari kemampuan berprestasi, dimulai dari hal yang sederhana ke hal
yang semakin sulit. Dengan mengaitkan pemilikan cita-cita dengan kemampuan
berprestasi, maka diharapkan siswa berani bereksplorasi sesuai dengan
kemampuan dirinya sendiri.

Contoh dari masalah belajar internal dapat dilihat dari kasus berikut:

7
Ita gadis cilik berusia 9 tahun. Akhir-akhir ini prestasinya sangat menurun.
Hasil ulangannya selalu buruk kalau soal-soal ulangan ditulis di papan tulis. Namun
ketika ujian sumatif, hasil ulangan Ita tidak begitu buruk. Soal-soal ulangan dicetak
dan dibagikan kepada setiap murid. Namun demikian, peringkat Ita di kelas turun
drastis, dari peringkat 5 menjadi peringkat 20. Dari kasus di atas dapat dilihat,
masalah yang ditekankan adalah kemampuan indera untuk menangkap rangsangan.
Ita tampaknya mempunyai kesulitan dalam penglihatan. Ini terbukti dari berbedanya
hasil yang dicapai antara ulangan harian yang soalnya ditulis di papan tulis dengan
ulangan sumatif yang soalnya dicetak dan dibagikan kepada setiap murid.

2. Masalah Eksternal Belajar

Faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi hasil belajar siswa antara lain sebagai
berikut.

a. Lingkungan Sosial
1) Lingkungan keluarga
a. Orang tua
Dalam kegiatan belajar, seorang anak perlu diberi dorongan dan
pengertian dari orang tua. Apabila anak sedang belajar, anak jangan
diganggu dengan tugas rumah. Orang tua berkewajiban memberi
pengertian dan dorongan serta semaksimal mungkin membantu dalam
memecahkan masalah- masalah yang dihadapi anak di sekolah. Didikan
orang tua yang kurang baik akan berpengaruh tidak baik pula terhadap
kondisi anak dalam kegiatan belajar.
b. Suasana rumah
Hubungan antar anggota keluarga yang kurang harmonis akan
menimbulakan suasana kaku dan tegang dalam berkeluarga yang
menyebabkan anak kurang bersemangat untuk belajar. Sedangkan
suasana rumah yang akrab, menyenangkan dan penuh kasih sayang, akan
memberikan dorongan belajar yang kuat bagi anak.
c. Kemampuan ekonomi keluarga
Hasil belajar yang baik, tidak dapat diperoleh hanya dengan
mengandalkan keterangan-keterangan yang diberikan oleh guru di depan
kelas, tetapi juga alat-alat belajar yang memadai, seperti buku, pensil,

8
pena, peta, bahkan buku bacaan. Sedangkan sebagian besar, alat-alat
pelajaran harus disediakan sendiri oleh murid yang bersangkutan. Bagi
orang tua yang keadaan ekonominya kurang memadai, sudah barang
tentu tidak dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan anaknya itu secara
maksimal. Maka murid akan menanggung resiko yang tidak diharapkan.
d. Latar Belakang Kebudayaan
Tingkat pendidikan dan kebiasaan dalam keluarga, akan
mempengaruhi sikap anak dalam belajar. Jadi, anak-anak hendaknya
ditanamkan kebiasaan yang baik agar mendorong anak untuk belajar.
2) Lingkungan Guru

a. Interaksi guru dan murid

Guru yang kurang berinteraksi dengan murid secara rutin akan


menyebabkan proses belajar menjadi kurang lancar, dan menyebabkan
anak didik merasa ada distansi (jarak) dengan guru, sehingga segan
untuk berpartisipai aktif dalam kegiatan belajar-mengajar.

b. Hubungan antar murid

Guru yang kurang bisa mendekati siswa dan kurang bijaksana, maka
tidak akan mengetahui bahwa di dalam kelas ada grup yang saling
bersaing secara tidak sehat. Suasana kelas semacam ini sangat tidak
diharapkan dalam proses belajar. Untuk itu maka, guru harus mampu
membina jiwa kelas supaya dapat hidup bergotong-royong dalam belajar
bersama, hal ini dimaksudkan agar kondisi.

c. Cara penyajian bahan pelajaran

Guru yang hanya bisa mengajar dengan metode ceramah saja,


membuat siswa menjadi bosan, mengantuk, pasif, dan hanya mencatat
saja. Guru yang progresif, adalah guru yang mencoba metode-metode
baru, yang dapat membantu dalam meningkatkan kondisi belajar siswa.

3) Lingkungan Masyarakat

a. Teman Bergaul
Pergaulan dan teman sepermainan sangat dibutuhkan dalam dan
membentuk kepribadian dan sosialisasi anak. Orang tua harus

9
memperhatikan agar anak-anaknya jangan sampai mendapat teman
bergaul yang memiliki tingkah laku yang tidak diharapkan. Karena
prilaku yang tidak baik, akan mudah sekali menular kepada anak lain.
b. Pola Hidup Lingkungan
Pola hidup tetangga yang berada di sekitar rumah di mana anak itu
berada, punya pengaruh besar terhadap pertumbuhan dan
perkembangan anak. Jika anak berada di kondisi masyarakat kumuh
yang serba kekurangan, dan anak-anak pengangguran misalnya, akan
sangat mempengaruhi kondisi belajar anak, karena ia akan mengalami
kesulitan ketika memerlukan teman belajar atau berdiskusi atau
meminjam alat-alat belajar.
c. Kegiatan dalam masyarakat
Kegiatan dalam masyarakat dapat berupa karang taruna, menari, olah
raga, dan lain sebagainya. Bila kegiatan tersebut dilakukan secara
berlebihan, tentu akan menghambat kegiatan belajar. Jadi, orang tua
perlu memperhatikan kegiatan anak-anaknya.
d. Massa Media
Massa media adalah sebagai salah satu faktor penghambat dalam
belajar. Misalnya, bioskop, radio, video-kaset, novel, majalah, dan lain-
lain. Banyak anak yang terlalu lama menonton TV, membaca novel,
majalah yang tidak dibertanggung jawabkan dari segi pendidikan.
Sehingga, mereka akan lupa akan tugas belajarnya. Maka dari itu, buku
bacaan, video-kaset, majalah, dan mass media lainnya perlu diadakan
pengawasan yang ketat dan diseleksi dengan teliti. Sebagai makhluk
social maka setiap siswa tidak mungkin melepaskan dirinya dari interaksi
dengan lingkungannya, terutama sekali teman-teman sebaya disekolah.
Dalam kajian sosiologis, sekolah merupakan sistem sosial di mana setiap
orang yang adadidalamnya terikat oleh norma-norma dan aturan-aturan
sekolah yang disepakati sebagai pedoman untuk mewujudkan ketertiban
pada lembaga pendidikan tersebut. Lingkungan sosial dapat memberikan
pengaruh positif dan dapat pula memberikan pengaruh negative terhadap
siswa.

b. Kurikulum Sekolah

10
Dalam rangkaian proses pembelajaran disekolah, kurikulum merupakan
panduan yang dijadikan guru sebagai kerangka acuan untuk mengembangkan
proses pembelajaran. Seluruh aktivitas pembelajaran, mulai dari penyusunan
rencana pembelajaran, pemilihan materi pembelajaran, menentukan pendekatan
dan strategi/metode, memilih dan menentukan media pembelajaran, menentukan
teknikevaluasi, kesemuanya harus berpedoman pada kurikulum.Karena kurikulum
disusun berdasarkan tuntutan perubahan dan kemajuan masyarakat, sementara
perubahan dan kemajuan adalah sesuatu yang harus terjadi, maka kurikulum juga
harus mengalami perubahan.

Perubahan kurikulum dapat menimbulkan masalah bagi guru, siswa, petugas


pendidik serta orang tua siswa. Bagi guru, ia perlu mengadakan perubahan
pembelajaran. Dalam hal ini guru harus menghindarkan diri dari cara-cara belajar
”lama”. Bagi Siswa, ia perlu mempelajari cara-cara belajar, buku pelajaran, dan
sumber belajar yang baru dengan cara siswa harus menghindarkan diri dari cara-
cara belajar ”lama”. Bagi petugas pendidik, ia juga perlu mempelajari tata kerja
pada kurikulum “baru”, dan menghindarkan diri dari tata kerja pada kurikulum
”lama”. Bagi Orang Tua siswa, ia perlu mempelajari maksud, tata kerja, peran
guru, dan peran siswa dalam belajr pada kurikulum “baru” serta memahami
adanya metode dan teknik belajar “baru” bagi anak-anaknya maka ia dapat
membantu proses belajar anaknya secara baik.

c. Sarana dan Prasarana

Prasarana dan sarana pembelajaran merupakan faktor yang turut memberikan


pengaruh terhadap hasil belajar siswa. Keadaan gedung sekolah dan ruang kelas
yangtertata dengan baik, ruang perpustakaan sekolah yang teratur,tersedianya
fasilitas kelasdan laboratorium, tersedianya buki-buku pelajaran, media/alat bantu
balajar merupakankomponen-komponen penting yang dapat mendukung
terwujudnya kegiatan-kegiatan belajar siswa.

Contoh dari masalah belajar eksternal dapat dilihat dari kasus berikut:

Talia seorang gadis cilik duduk di kelas III SD. Ia termasuk salah seoprang dari
sejulah anak di kelasnya yang belum dapat membaca dengan lancar. Setiap pelajaran
membaca, ia menjadi ketakutan karena setiap membuka mulut, ia ditertawakan oleh
teman-temannya. Gurunya hanya membiarkan saja dan mengalihkan giliran kepada

11
murid lain. Akibatnya, Talia selalu ketinggalan dari teman-temannya. Di rumah, Talia
selalu dimarahi karena dalam membaca ia dikalahkan Doli adiknya yang duduk di kelas
II. Pada kasus ini tampaknya lebih banyak menekankan pada pengaruh lingkungan,
ketinggalan Talia dalam membaca tampaknya lebih banyak disebabkan oleh “rasa
takut” dan tertekan yang ditimbulkan oleh sikap lingkungan yang tidak mendorong
Talia untuk belajar.

C. Jenis-Jenis Sumber Belajar

Menurut AECT (Association of Educational Communication and Technology, 1977),


berdasarkan tujuan pembuatannya sumber belajar diklasifikasikan menjadi 2 jenis, yaitu:

1. Sumber belajar yang dirancang (learning resources by design), yakni sumber


belajar yang secara khusus dirancang atau dikembangkan sebagai komponen sistem
instruksional untuk memberikan fasilitas belajar yang terarah dan bersifat formal.
Maksudnya, sumber belajar yang sengaja direncanakan untuk keperluan
pembelajaran. Contohnya : buku paket , LKS, modul, petunjuk praktikum, dan
sebagainya.
2. Sumber belajar yang dimanfaatkan(learning resources by utilization), yaitu
sumber belajar yang tidak di desain khusus untuk keperluan pembelajaran dan
keberadaannya dapat ditemukan, diterapkan dan dimanfaatkan untuk keperluan
pembelajaran. Maksudnya, segala sesuatu yang ada di sekitar kita yg dapat
dimanfaatkan untuk keperluan belajar. Contohnya: pasar, museum, kebun binatang,
masjid, lapangan, dan sebagainya.
Dari kedua macam sumber belajar tersebut, sumber-sumber belajar dapat
berbentuk:
a. Pesan
Pesan adalah semua informasi yang diteruskan oleh sumber lain dalam bentuk ide,
data, fakta, arti, kata, dan lain-lain. Contohnya: bahan ajar, cerita rakyat, dongeng,
hikayat, bidang studi kurikulum, isi buku, isi program slide, informasi dalam
media elektronik (CD ROM, DVD, flash disk, komputer, dan internet).
b. Orang

12
Orang di sini adalah orang yang bertindak sebagai penyimpan, pengolah, dan
penyaji/penyalur informasi. Contohnya: dosen atau guru, pustakawan, instruktur,
tokoh masyarakat, pimpinan lembaga, dan narasumber.
c. Bahan
Perangkat lunak atau bahan adalah sesuatu yang mengandung pesan untuk
disajikan melalui pemakaian alat. Contohnya: film, buku, gambar, grafik yang
dirancang untuk pembelajaran, komik, dan majalah.
d. Alat atau Perlengkapan
Alat atau perlengkapan adalah segala sesuatu yang dipakai untuk menyampaikan
pesan yang terdapat di dalam software. Peralatan/alat ini biasa juga disebut
perangkat keras (hardware) Contohnya: berbagai jenis proyektor, hardware
komputer, radio, televisi, VCD/DVD, kamera, alat listrik.
e. Teknik
Teknik adalah prosedur atau acuan yang dipersiapkan untuk menggunakan bahan,
peralatan, dan lingkungan guna menyampaikan pesan. Contohnya: kuliah,
ceramah, diskusi, seminar, simulasi, pemecahan masalah, debat, dan talkshow.
f. Lingkungan
Lingkungan yaitu berupa situasi orang yang menerima pesan, bisa lingkungan
fisik dan non-fisik. Contohnya: Lingkungan fisik (gedung, kelas, studio,
perpustakaan, dsb). Lingkungan non-fisik(ventilasi udara dan penerangan).

D. Faktor-Faktor Internal dan Eksternal yang Mempengaruhi Masalah Belajar Siswa

Faktor internal (faktor dari dalaam siswa), yaitu keadaan/kondisi jasmani dan
rohani siswa. Sedangkan, faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yaitu hal yang
berada di luar diri siswa tersebut. Contoh dari faktor eksternal adalah sarana dan
prasarana yang kurang memadai untuk menunjang proses pembelajaran.
Faktor internal siswa faktor yang dari dalam diri siswa sendiri, meliputi dua
aspek yaitu: aspek fisiologis (yang bersifat jasmaniah); dan aspek psikologis (yang
bersifat rohaniah).
1. Aspek fisiologis kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai
tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat mempengaruhi
semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Kondisi organ tubuh yang
lemah, apalagi jika disertai pusing-pusing kepala, hal ini dapat menurunkan kualitas
ranah cipta (kognitif) sehingga materi yang dipelajari siswa tersebut kurang

13
berbekas. Agar dapat mempertahankan tonus jasmani agar tetap bugar, siswa sangat
dianjurkan mengkonsumsi makanan dan minuman yang bergizi. Kondisi organ-organ
khusus siswa seperti tingkat kesehatan indera pendengar dan indera penglihat, juga
sangat mempengaruhi kemampuan siswa dalam menyerap informasi dan
pengetahuan, khususnya yang disajikan dalam proses belajar-mengajar. Daya
pendengaran dalam penglihatan siswa yang rendah, umpamanya akan menyulitkan
sensori register dalam menyerap item-item informasi yang bersifat echoic dan econic
(gema dan citra). Akibat sistem yang negatif , akibatnya memori siswa tersebut akan
terganggu dalam menerima pembelajaran atau ilmu pengetahuan yang sedang dia
pelajari.
2. Aspek psikologis dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan
pembelajaran siswa. Namun diantara banyak hal tersebut ada lima faktor
rohaniah yang umumnya dipandang lebih esensial. Kelima hal tersebut adalah: 1.
Tingkat kecerdasan/intelegensi siswa, 2. Sikap siswa, 3. Bakat siswa, 4. Minat siswa,
5. Motivasi siswa. Intelegensi pada umumnya dapat diartikan sebagai kemamapuan
psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan
yaitu dengan cara yang tepat. Jadi, intelegensi sebenarnya bukan persoalan kualitas
otak saja, melainkan juga kualitas organ-organ tubuh lainnya. Akan tetapi, memang
harus diakui bahwa peran otak dalam hubungannya dengan intelegensi manusia
lebih menonjol daripada organ tubuh lainnya, lantaran otak merupakan ”menara
pengontrol” hampir seluruh aktivitas manusia. Tingkat kecerdasan atau intelegensi
siswa tak dapat diragukan lagi, karena sangat menentukan tingkat keberhasilan belajar
siswa, hal ini berarti semakin tinggi kemampuan intelegensi anak, maka semakin
besar peluanganya untuk untuk meraih prestasi yang lebih tinggi. Sikap merupakan
gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau
merespon dengaan cara yang relatif tetap terhadap objek orang, barang, dan
sebagainya, baik secara positif maupun negatif. Sikap siswa yang merespon positif
terhadap guru dan mata pelajaran akan membawa dampak yang baik dalam proses
belajar-mengajar. Namun sebaliknya, sikap siswa yang negatif terhadap guru dan
mata pelajaran, akan membawa dampak buruk terhadap proses belajar mengajar.
Dampak baik dan dampak buruk dalam proses belajar mengajarkan dan
mempengaruhi prestasi yang diraih oleh siswa. Dengan demikian, sikap siswa juga
akan mempenagruhi peraihan prestasi belajar.

14
E. Pengolahan dan Pengelolaan Sumber Belajar

Kegiatan belajar akan mendapatkan hasil yang baik jika di dalam prosesnya
memanfaatkan sumber belajar. Hal ini dikarenakan sumber belajar menjadi salah satu
komponen yang harus hadir dalam pembelajaran. Kualitas pembelajaran saat ini belum
mencapai maksimal karena sumber belajar yang dipakai kurang inovatif dan dipakai
secara berulang-ulang. Terlebih di era revolusi industri saat ini, pendidik diharapkan
mampu memanfaatkan teknologi informasi sebagai tambahan sumber belajar. Meskipun
demikian, buku teks tetap menjadi sumber belajar penting dalam proses pembelajaran.
Sumber belajar digunakan untuk menunjang proses pembelajaran. Sumber belajar yang
baik adalah sumber belajar yang sesuai dengan kebutuhan dari peserta belajar. Untuk
mengetahui kebutuhan peserta belajar perlu adanya kegiatan analisis kebutuhan dari
peserta itu sendiri, sehingga kebutuhan peserta akan sumber belajar berbeda-beda.
Dengan demikian perlu adanya tahapan-tahapan dalam pengolahan dan pengelolaan
sumber belajar agar apa yang sudah menjadi kebutuhannya dapat tepat sasaran. Tahapan-
tahapan tersebut yaitu:
1. Perencanaan
Tahapan awal dalam pengolahan dan pengelolaan sumber belajar adalah
perencanaan. Perencanaan yang dimaksud adalah merancang sumber-sumber belajar
yang dapat menunjang proses pembelajaran dalam mencapai tujuan. Dalam
perencanaan sumber belajar perlu memperhatikan, a) analisis kebutuhan sumber
belajar terhadap peserta belajar dengan cara membuat daftar sumber belajar, b)
membuat skala prioritas terhadap sumber belajar untuk disesuaikan dengan proses
pembelajaran, c) menentukan sumber belajar yang sesuai dengan kebutuhan proses
pembelajaran. Analisis kebutuhan sumber belajar dilakukan secara kuantitatif dan
kualitatif. Secara kuantitatif dilakukan untuk menentukan jumlah sumber belajar yang
digunakan dalam proses pembelajaran. Secara kualitatif dilakukan untuk menentukan
jenis sumber belajar, tujuan penggunaan sumber belajar tersebut, dan alasan
menggunakan sumber belajar tersebut. Menurut Ary H. Gunawan (1982:8)
penyesuaian perencanaan dengan analisis kebutuhan meliputi empat tahapan antara
lain: 1) identifikasi tujuan umum yang mungkin dapat dicapai, 2) menyusun tujuan
berdasarkan kepentingannya, 3) identifikasi perbedaan antara yang diinginkan dan
apa yang sesungguhnya, 4) menentukan skala prioritas. Kegiatan membuat skala
prioritas dalam pemanfaatan sumber belajar yaitu mengurutkan daftar sumber belajar

15
sesuai dengan tingkat kepentingan penggunaannya dalam proses pembelajaran. Proses
yang terakhir yaitu menentukan sumber belajar yang dianggap paling sesuai dengan
kebutuhan proses pembelajaran. Dalam hal ini terjadi kesepakatan antara pendidik
dengan peserta didik dalam penggunaan sumber belajar.
Dengan demikian faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam perencanaan
sumber belajar untuk menunjang proses pembelajaran yaitu:
a. Jenis sumber belajar yang ditentukan apakah berupa sumber belajar cetak atau
non cetak.
b. Jumlah sumber belajar yang akan digunakan
c. Kesesuaian antara rencana penggunaan sumber belajar dengan anggaran
pendanaan yang tersedia.

Ketepatan pemanfaatan sumber belajar menjadi hal yang penting untuk


dilakukan. Hal ini dikarenakan sumber belajar yang sesuai dengan kebutuhan maka
akan memperlancar proses pembelajaran dan mencapai tujuan sesuai yang
diharapkan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memilih sumber belajar
menurut Muslimin (2010:99) sebagai berikut: 1) ekonomis yaitu tidak harus terpatok
pada harga yang mahal; 2) praktis: tidak memerlukan pengelolaan yang rumit, sulit
dan langka; 3) mudah: dekat dan tersedia di sekitar lingkungan; 4) fleksibel: dapat
dimanfaatkan untuk berbagai tujuan instruksional dan; 5) sesuai dengan tujuan:
mendukung proses pencapaian tujuan belajar, dapat membangkitkan motivasi dan
minat belajar siswa. Optimalisasi hasil belajar ini dapat dilihat tidak hanya dari hasil
belajar saja, namun juga dilihat dari proses pembelajaran yang berupa interaksi
peserta didik dengan berbagai sumber belajar yang dapat memberikan rangsangan
untuk belajar dan mempercepat pemahaman dan penguasaan bidang ilmu yang
dipelajari.

2. Pengadaan

Kegiatan pengadaan sumber belajar didasarkan pada proses perencanaan


sebelumnya. Proses perencanaan dilakukan secara sistematis, rinci dan teliti
berdasarkan informasi yang realistis tentang kebutuhan sumber belajar dalam proses
pembelajaran. Perencaanaan pengadaan disesuaikan dengan hasil analisis sebelumnya
dan disesuaikan dengan dana dan tingkat kepentingannya. Pengadaaan sumber belajar
adalah menghadirkan alat atau media dalam menunjang pelaksaan proses
pembelajaran. Dalam pengadaan sumber belajar bisa dilakukan dengan dua cara yaitu

16
dengan cara membuat sendiri atau dibuat oleh pabrik.sumber belajar yang ditentukan
dengan membuat sendiri misalnya pemanfaatan lingkungan untuk sumber belajar,
pemanfaatan benda-benda yang ada di sekitar yang menunjang proses pembelajaran
dan membuat sendiri sumber belajar dengan kreativitas dari pendidik dan peserta
didik. Sumber belajar yang dibuat oleh pabrik dapat berupa sumber belaja cetak
(buku, majalah, jurnal) ataupun non cetak (VCD/Video).
Pengadaan sumber belajar dalam proses pembelajaran dapat diperoleh melalui
membeli, mendapatkan hadiah atau sumbangan, tukar menukar dan meminjam. Selain
itu sumber belajar dapat hanya dengan memanfaatkan potensi lingkungan sendiri.
Sebagai contoh, pasar tradisional dapat dijadikan sebagai sumber belajar peserta didik
dengan memperhatikan berbagai aktivitas yang terjadi di dalam pasar tersebut. Proses
pengadaan sumber belajar dengan cara membeli yaitu:
a. Menentukan kegiatan belajar yang akan dilakukan
b. Menentukan sumber belajar yang sesuai dengan kegiatan belajar
c. Pentingnya pemahaman tentang penggunaan sumber belajar tersebut
d. Penyesuaian dengan sumber dana yang tersedia
e. Memahami prosedur pembelian sumber belajar
f. Melakukan pembelian sumber belajar
Dalam pengadaan sumber belajar diawali dengan perencanaan yang disesuaikan
dengan kebutuhan dan ketersediaan sumber belajar yang sudah ada sebelumnya. Hal
ini dimaksudkan agar tidak terjadi penumpukan sumber belajar yang sama, sehingga
mengurangi anggaran biaya.
3. Pendistribusian

Sumber belajar yang sudah diadakan untuk proses pembelajaran harus


didistribusikan sesuai dengan kebutuhan kegiatan belajar. Menurut Bafadal
(2003:38) bahwa kegiatan pendistribusian adalah kegiatan pemindahan barang dan
tanggung jawab dari seorang penanggung jawab penyimpanan kepada unit-unit
atau orang-orang yang membutuhkan barang itu. Adapun proses pendistribusian
mencakup 3 hal yaitu ketepatan barang yang disampaikan, ketepatan sasaran
penyampaiannya dan ketepatan kondisi barang yang disalurkan.
4. Penggunaan dan Pemanfaatan

Pemanfaatan sumber belajar harus disesuaikan dengan kebutuhan belajar agar


efektif dan efisien. Efektif berarti pemanfaatan sumber belajar bertujuan untuk

17
memperlancar proses pembelajaran. Efisien memiliki arti dalam pemakaian sumber
belajar harus dilakukan secara hati-hati sesuai dengan kebutuhan.
Ketersediaan bahan ajar dan sarana belajar merupakan faktor penting dalam
menunjang keberhasilan proses pembelajaran (Setiyani, 2010). Sumber belajar
akan lebih bermanfaat bila disediakan secara bervariasi agar dapat meningkatkan
kemampuan dasar dan kreativitas siswa dalam kegiatan belajar-mengajar.
Hasanah (2006) mengungkapkan sumber belajar dapat dipandang sebagai suatu
sistem karena merupakan satu kesatuan yang di dalamnya terdapat komponen-
komponen yang saling berpengaruh satu sama lain.
Sumber belajar yang sudah tersedia dengan baik tidak akan memberikan
manfaat secara maksimal jika dalam pemanfaatannya tidak menggunakan strategi
belajar yang baik. Sumber belajar berfungsi untuk membantu proses pembelajaran
agar lebih efektif dan efisien. Peserta didik diharapkan lebih mudah memahami
materi dengan memanfaatkan sumber belajar. Strategi yang dapat diterapkan oleh
Koswara (2015) dengan memanfaatkan sumber belajar yaitu: 1) Learning by
doing, yaitu simulasi belajar dengan melakukan apa yang hendak dipelajari;
contohnya adalah dalam pembelajaran keterampilan memasak dengan cara
menampilkan video cara memasak di mana peserta didik mengikuti proses
memasak sesuai dengan apa yang ada di dalam video. Dengan demikian peserta
didik dapat mengalami secara langsung proses yang terjadi. 2) Incidental learning
yaitu mempelajari sesuatu secara tidak langsung. Tidak semua hal menarik untuk
dipelajari, oleh karena itu dengan strategi ini seorang peserta didik dapat
mempelajari sesuatu melalui hal lain yang lebih menarik, dan diharapkan
informasi yang sebenarnya dapat diserap secara tidak langsung. Misalnya
mempelajari bahasa daerah di Indonesia dengan cara melakukan “perjalanan
maya” ke daerah-daerah tersebut. 3) Learning by reflection yaitu mempelajari
sesuatu dengan mengembangkan ide/gagasan tentang subyek yang hendak
dipelajari. Peserta didik didorong untuk mengembangkan suatu ide/gagasan
dengan cara memberikan informasi awal dan aplikasi akan “mendengarkan” dan
“menyimak” memproses masukan ide/gagasan dari siswa untuk kemudian
diberikan informasi lanjutan berdasarkan masukan dari siswa. Contoh video
tentang informasi tentang binatang terbesar di dunia, siswa dapat menulis kembali
dalam bentuk sebuah tulisan tentang binatang tersebut. 4) Case-based learning,
yaitu mempelajari sesuatu berdasarkan kasus-kasus yang telah terjadi mengenai

18
subyek yang hendak dipelajari. Siswa dapat mempelajari suatu materi dengan cara
menyerap informasi dari narasumber yang memberi materi tersebut. Contoh
tentang penjelasan mengenai penulisan puisi. 5) Learning by exploring yaitu
mempelajari sesuatu dengan cara melakukan eksplorasi terhadap subyek yang
hendak dipelajari didorong untuk memahami suatu materi dengan cara melakukan
eksplorasi mandiri atas materi tersebut. Siswa diposisikan dalam sebagai
seseorang yang harus mencapai tujuan/sasaran dan aplikasi menyediakan fasilitas
yang diperlukan dalam melakukan hal tersebut, misalkan video cerita tentang
seorang tokoh.
Dengan demikian pemanfaatan sumber belajar menjadi hal yang harus
diperhatikan oleh pendidik. Pendidik diharapkan tidak keliru dalam menerapkan
strategi belajar dalam pemanfaatan sumber belajar.

F. Masalah yang Dialami oleh Siswa di Daerah 3T

Daerah 3T adalah julukan bagi daerah terpencil, terluar dan tertinggal di kawasan
Indonesia. Daerah ini memiliki permasalahan yang kompleks secara umum, antara lain
kesejahteraan masyarakat masih sangat rendah, tidak adanya infrastruktur yang
mendukung kegiatan sosial-ekonomi masyarakat, hingga hal yang vital seperti kesehatan
dan pendidikan pun juga jauh dari kata layak. Dalam hal pendidikan, amandemen UUD
1945 pasal 31 menyatakan bahwa (1) setiap warga negara berhak mendapat pendidikan
dan (2) Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib
membiayainya. Dari kedua pasal tersebut jelas bahwa masyarakat di daerah 3T yang
merupakan warga negara Indonesia memiliki hak dan kewajiban atas pendidikan yang
layak. Namun kenyataan di lapangan, terdapat beberapa permasalah pokok yang dihadapi
dalam pelaksanaan pendidikan di daerah 3T di antaranya dapat dipaparkan sebagai
berikut:
1. Sarana dan Prasarana Pendidikan yang Tidak Layak
Sebagian besar anak-anak di wilayah 3T belajar di dalam gedung sekolah
yang kurang memadai, bahkan ada gedung sekolah yang semi permanen, beratapkan
jerami, beralaskan tanah, berdinding bambu. Kemudian sarana belajar juga jauh dari
kata layak.

19
2. Tenaga Pendidik (Guru) yang Kurang Memadai
Di daerah 3T permasalahan lain yang utama adalah kurangnya jumlah guru
yang kompeten. Tidak jarang di daerah 3T ini merekrut lulusan SMA untuk menjadi
guru. Hal ini tentunya akan menambah sulitnya daerah 3T untuk bergerak maju.
3. Pelaksanaan Pendidikan yang Tidak Dapat Sejalan Dengan Kurikulum yang
Berlaku
Jika berbicara mengenai kurikulum maka daerah 3T dapat dikatakan tidak
mampu menjalankan kurikulum dengan baik. Jangankan untuk menjalankan
kurikulum yang berlaku, untuk dapat belajar setiap hari saja sudah sulit dan banyak
tantangan. Oleh sebab itu, beberapa kasus di daerah 3T umumnya anak usia SD
masih terpusat pada belajar Calistung (baca, tulis, hitung) baik kelas rendah maupun
kelas tinggi. Jika daerah ini dipaksa untuk sejalan dengan kurikulum tentunya akan
menjadi permasalahan baru yang mungkin tidak dapat diatasi oleh para tenaga
pendidik yang terbatas kemampuan dan jumlahnya.
Dalam kondisi saat ini, praktik belajar dari rumah di masa Pandemi Covid-19
menemui banyak tantangan, dan keterbatasan sarana seperti tidak semua siswa
memiliki ponsel pintar, sulitnya sinyal internet, dan keterbatasan kapasitas orangtua
mendampingi anak belajar. Keterbatasan terutama dirasakan di daerah tertinggal,
terdepan dan terluar (3T) Indonesia. Namun, di tengah segala tantangan pada masa
darurat ini, inisiatif-inisiatif dilakukan untuk tetap melakukan pembelajaran pada
anak didik. Menurut data Kemendikbud (2020), sebanyak 46 ribu atau lebih 17
persen satuan pendidikan dasar dan menengah tidak memiliki akses ke internet.
Sebanyak 8 ribu lebih satuan pendidikan atau 3 persen belum terpasang listrik, dan
tidak terjangkau jaringan internet.
Tantangan lain dihadapi pengajar dan siswa di daerah 3T adalah; siswa dan
guru belum terbiasa dengan sistem belajar mandiri, kuota internet terbatas,
lingkungan belajar kurang nyaman di rumah, dan perbedaan kemampuan orangtua
dalam mendampingi anak-anak.

G. Upaya Pemerintah Mengatasi Permasalahan Eksternal Belajar di Daerah 3T

1. Kemitraan Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK)

20
Program ini mempertemukan guru inti dan guru mitra untuk saling berbagi
pengalaman, menginspirasi, dan mengembangkan kerja sama dalam upaya
peningkatan dan pemerataan kualitas pendidikan.
Pemilihan guru inti dan guru mitra yang diundang sebagai peserta dalam
kegiatan ini berdasarkan berbagai indikator, salah satunya adalah rata-rata nilai Ujian
Nasional (UN) dari sekolah yang terpilih. Untuk guru inti berasal dari sekolah yang
memiliki rata-rata capaian UN yang tinggi, sedangkan guru mitra berasal dari daerah
yang secara nasional memiliki capaian UN rendah (tahun ini berdasarkan hasil UN
tahun pelajaran 2017/2018).
Antara guru inti dan guru mitra dapat saling bertukar pengalaman. Para guru
mitra dapat melihat, mengamati, dan mempelajari proses belajar-mengajar di sekolah
guru inti. Kegiatan ini akan dilaksanakan selama tujuh hari di sekolah inti. Usai
penyelenggaraan program, para guru inti nantinya akan melanjutkan kunjungan ke
sekolah guru mitra untuk memonitoring dan mengevaluasi program yang telah
dipelajari.
2. Guru Garis Depan (GGD)
Guru Garis Depan adalah suatu Program dari Pemerintah melalui Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan yang bekerja sama dengan Kementrian Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi serta pemerintah daerah dalam
memeratakan pelayanan pendidikan di seluruh wilayah Indonesia, yang utama dalam
hal mendistribusikan guru-guru. Jadi pemerintah akan melakukan sejumlah tes dan
bagi yang lulus tes biasanya akan didistribusikan ke daerah-daerah terpencil yang
tujuannya adalah pemerataan pelayanan pendidikan di seluruh wilayah Indonesia.
Gaji GGD bisa mencapai Rp. 8 Juta perbulan, dan pemerintah sendiri juga menjamin
kelayakan gaji mereka, karena mereka mengajar di daerah yang sulit terjangkau atau
pedalaman Indonesia.
3. Program Sarjana Mendidik di Daerah 3T (SM3T)
Program SM3T adalah program pengabdian sarjana pendidikan untuk
berpartisipasi dalam percepatan pembangunan pendidikan di daerah 3T selama satu
tahun. Program tersebut dilakukan sebagai penyiapan pendidik profesional yang akan
dilanjutkan dengan program Pendidikan Profesi Guru. Program ini bertujuan untuk :
a. Membantu daerah 3T dalam mengatasi permasalahan pendidikan terutama
kekurangan tenaga pendidik.

21
b. Memberikan pengalaman pengabdian kepada sarjana pendidikan sehingga
terbentuk sikap profesional, cinta tanah air, bela negara, peduli, empat, terampil
memecahkan masalah kependidikan, dan bertanggung jawab terhadap kemajuan
bangsa, serta memiliki jiwa ketahanmalangan dalam mengembangkan pendidikan
pada daerah-daerah tergolong 3T.
c. Menyiapkan calon pendidik yang memilki jiwa keterpanggilan untuk
mengabdikan dirinya sebagai pendidik profesioanl pada daerah 3T.
d. Mempersiapkan calon pendidik profesional sebelum mengikuti Program
Pendidikan Profesi Guru (PPG).
4. Digitalisasi Sekolah
Program Digitalisasi Sekolah merupakan terobosan baru yang memanfaatkan
perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) untuk mempermudah
proses belajar-mengajar. Pemerintah akan memberikan komputer tablet yang akan
digunakan oleh masing-masing siswa, dan setiap sekolah akan menerima satu unit
PC server, satu unit laptop, harddisk, router, LCD, dan speaker.
Sebagai langkah awal, program Digitalisasi Sekolah akan direalisasikan
kepada 31.387 sekolah melalui BOS Afirmasi dan 5.987 sekolah melalui BOS
Kinerja. Melalui program ini, Pemerintah akan memberikan sarana pembelajaran di
sekolah berupa komputer tablet kepada 1.753.000 siswa kelas VI, kelas VII, dan
kelas X di seluruh Indonesia, khususnya sekolah-sekolah yang berada di wilayah
pinggiran. Untuk memastikan penggunaan sarana pembelajaran berfungsi dengan
baik, Kemendikbud bekerja sama dengan berbagai kementerian/lembaga pemerintah.
5. Program Indonesia Pintar (PIP)
PIP dirancang untuk membantu anak-anak usia sekolah dari keluarga
miskin/rentan miskin /prioritas tetap mendapatkan layanan pendidikan sampai tamat
pendidikan menengah, baik melalui jalur formal SD sampai SMA/SMK dan jalur non
formal paket a smpai paket c dan pendidikan khusus. melalui program ini pemerintah
berupaya mencegah peserta didik dari kemungkinan putus sekolah, dan diharapkan
dapat menarik siswa putus sekolah agar kembali melanjutkan pendidikannya. PIP
juga diharapkan dapat meringankan biaya personal pendidikan peserta didik, baik
biaya langsung maupun tidak langsung.

22
KESIMPULAN

1. Masalah dalam belajar terbagi menjadi 2 yaitu masalah internal (dari dalam diri siswa)
dan masalah eksternal (dari luar diri siswa). Pengolahan sumber belajar adalah
pengolahan sumber-sumber yang menjadi acuan dalam mempelajari suatu konsep ilmu
pengetahuan agar mudah untuk disampaikan dan dipahami.
2. Adapun masalah internal dan eksternal dalam belajar yaitu :
a. Masalah Internal Belajar
- ciri karateristik siswa
- motivasi siswa
- cara mengolah bahan belajar
b. Masalah eksternal belajar
- lingkungan sosial
- kurikulum sekolah
- sarana dan prasarana
3. Jenis-jenis sumber belajar terbagi menjadi 2 yaitu sumber belajar yang dirancang
(learning resources by design) dan sumber belajar yang dimanfaatkan(learning resources
by utilization).

4. Faktor yang mempengaruhi masalah belajar siswa ada 2, yaitu faktor internal dan faktor
eksternal. Faktor internal mempunyai 2 aspek yaitu aspek fisiologis dan aspek
psikologis.

5. Pengolahan dan pengelolaan sumber-sumber belajar melalui empat tahapan, yaitu:


a. Perencanaan
b. Pengadaan
c. Pendistribusian
d. Penggunaan dan pemanfaatan
6. Terdapat beberapa permasalah pokok yang dihadapi dalam pelaksanaan pendidikan di
daerah 3T di antaranya :
a. Sarana dan prasarana pendidikan yang tidak layak
b. Tenaga pendidik (guru) yang kurang memadai
c. Pelaksanaan Pendidikan yang Tidak Dapat Sejalan Dengan Kurikulum yang

23
Berlaku.

7. Upaya pemerintah dalam mengatasi masalah belajar eksternal di daerah 3T adalah


dengan melaksanakan beberapa program, seperti berikut ini:
a. Kemitraan Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK)
b. Guru Garis Depan (GGD)
c. Program Sarjana Mendidik di Daerah 3T (SM3T)
d. Digitalisasi Sekolah
e. Program Indonesia Pintar (PIP)

24
DAFTAR PUSTAKA

Andriani, Anisa, dkk. 2019. Makalah Belajar dan Pembelajran Masalah-Masalah Belajar Di
SekolahDasar.
https://www.academia.edu/40796557/Makalah_masalah_masalah_belajar_klpk.
Diakses 24 Maret 2021.

Bangsaku. 2016. Jadi Guru PNS Melalui GGD (Guru Garis Depan) Gaji 8 Jutaan.
http://www.bangsaku.web.id/2015/11/jadi-guru-pns-melalui-ggd-guru-
garis.html#:~:text=Cara%20Mendaftar%20Guru%20Garis%20Depan,di%20seluruh%
20wilayah%20Indonesia%2C%20. Diakses pada 24 Maret 2021.

Dimyati dan Mudjiono. 2013. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Fibrani, Mutiara. 2015. Jenis dan Bentuk-Bentuk Sumber Belajar dan Bahan Ajar. Online
(https://slideplayer.info/slide/2325399/). Diakses 24 Maret 2021.

Herdiana, Rian. 2017. Pendidikan: Sudahkah Pemerataan di Daerah 3T (Terdepan, Terluar,


dan Terbelakang)?. https://genta.fkip.unja.ac.id/category/siginjai/. Diakses pada 24
Maret 2021.

Kemendikbud. 2017. Kemendikbud Siapkan Lima Program Afirmasi untuk Pemenuhan Guru
di Daerah. https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2017/11/kemendikbud-siapkan-
lima-program-afirmasi-untuk-pemenuhan-guru-di-daerah. Diakses pada 24 Maret
2021.

Kemendikbud. 2020. Mengimbaskan Praktik Baik Pembelajaran Melalui Program


Kemitraan. https://gtk.kemdikbud.go.id/read-news/mengimbaskan-praktik-baik-
pembelajaran-melalui-program-kemitraan. Diakses pada 24 Maret 2021.

Kominfo. 2019. Digitalisasi Sekolah Percepat Perluasan Akses Pendidikan Berkualitas di


Daerah 3T. https://kominfo.go.id/index.php/content/detail/22211/digitalisasi-sekolah-
percepat-perluasan-akses-pendidikan-berkualitas-di-daerah-3t/0/artikel_gpr. Diakses
pada 24 Maret 2021.

Mukhlas, Dedi. 2014. SM-3T Maju Bersama Mencerdaskan Indonesia. http://ft.um.ac.id/sm-


3t-maju-bersama-mencerdaskan-indonesia/. Diakses pada 24 Maret 2021.

25
Puslapdik. 2020. Program Indonesia Pintar. https://pip.kemdikbud.go.id/home. Diakses pada
24 Maret 2021.

Yunita, Niken Widya. 2017. Jurus Mendikbud Percepat Pendidikan yang Merata dan
Berkualitas. https://news.detik.com/berita/d-3603275/jurus-mendikbud-percepat-
pendidikan-yang-merata-dan-berkualitas. Diakses pada 24 Maret 2021.

26

Anda mungkin juga menyukai