Abd. Halik
8 - 2 Unit 8
Subunit 1
Pendekatan Emotif
Sebelum kita bahas pengertian pendekatan emotif, perlu kita mengajukan
beberapa pertanyaan. Apakah Anda merasa senang pada saat membaca puisi
atau membaca karya sastra lainnya? Kalau ya, bagaimana bentuk keindahan
yang Anda rasakan itu? Tentu kita berharap bahwa Anda merasa senang saat
membaca atau mendengarkan pembacaan puisi/karya sastra lainnya sekaligus
dapat mengungkapkan bentuk kidahan yang dirasakan.
Apa yang melatarbelakangi lahirnya pendekatan emotif? Tidak lain
karena karya sastra adalah salah satu bagian dari karya seni yang sarat berbagai
nilai-nilai estetis. Nilai estetis tersebut diharapkan dapat dinikmati oleh
masyarakat luas termasuk murid SD dalam berbagai media cetak dan elektronik
agar mereka dapat memperoleh hiburan yang mendidik.
Pendekatan emotif merupakan pendekatan yang mengarahkan pembaca
untuk mampu menemukan dan menikmati nilai keindahan (estetis) dalam suatu
karya sastra tertentu, baik dari segi bentuk maupun dari segi isi. Kaitannya
dengan pendekatan emotif, Aminuddin (2004:42) mengemukakan bahwa:
Dalam termangu
Aku masih menyebut nama-Mu
Biar susah sungguh
Mengingat kau penu seluruh
...........................................
Jika kita cermati dan resapi larik demi larik puisi di atas akan terasa
nilai keindahan bentuknya, kususnya dari segi persamaan bunyi akhirnya.
Selanjutnya, kita cermati keindahan penggalan puisi W.S. Rendra yang
berjudul Sajak Sebatang Lison berikut.
...........................................
Delapan juta kanak-kanak
menghadapi suatu jalan panjang.
tanpa pilihan
tanpa pepohonan.
tanpa dangau persinggahan
tanpa ada bayangan ujungnya.
.............................................
8 - 4 Unit 8
tinggi; kita harus memiliki ide-ide yang tidak cukup 100 200-300 tahun untuk
merampungkannya melainkan 1000 tahun lamanya, alangkah akbar dan
tingginya ide itu!
Anda sudah pahami materi di atas, bukan? Kalau sudah, baca puisi
berikut lalu kemukakan nilai keindahan (emotif) yang Anda rasakan sebagai
latihhan untuk mempermantap pemahaman Anda tentang penerapan pendekatan
emotif.
DESAKU
Hagu
Sebuah nama selalu merdu
Di telingaku
Di relung qalbuku
Setiap waktu
Alammu
Nyiurmu
Pantaimu
Memanggil daku selalu
Agar selamanya dekat di sisimu
Pendekatan Didaktis
Mengapa ada pendekatan didaktis? Pertanyaan itu mungkin muncul
dalam hati Anda, bukan! Pendekatan tersebut ada karena mutu karya sastra
antara lain ditentukan oleh ada tidaknya nilai kemanfaatan didaktis yang
terkandung di dalamnya. Semakin banyak mengandung nilai kemanfaatan
didaktis-humanistik semakin tinggi pula mutu karya sastra itu .
Pendekatan didaktis mengantar pembaca untuk memperoleh berbagai
amanat, petuah, nasihat atau pandangan keagamaan yang sarat dengan nilai-
nilai yang dapat memperkaya kehidupan rohaniah pembaca. Aminuddin
(2004:47) mengemukakan bahwa:
Nasihat apa yang dapat diperoleh setelah membaca puisi di atas? Paling
kurang ada tujuh macam: (1) sebagai anak sekolah hendaknya bermain-main
pada pada Sabtu sore bukan Rabu sore, supaya semua PR dapat terselesaikan
dengan baik, (2) hendaknya pergi bermain sesudah salat ashar, (3) kalau shalat
diupayakan berjamaah dengan seisi rumah, (4) kalau pergi bermain jangan
sendiri tetapi bersama kawan-kawan agar lebih asyik dan jika mengalami
kecelakaan ada yang menolong, (5) biasakan hidup kebersamaan jangan
biasakan hidup jalan sendiri (egois), (6) sebagai anak-anak perlu bermain jangan
hanya belajar supaya perkembangan jiwanya normal, dan (7) jika bermain
layangan kiranya di tanah lapang, bukan di jalan raya, berbahaya.
Latihan.
Bacalah puisi berikut lalu kemukakan minimal 5 pesan yang terkandung di
dalamnya!
KAKEKKU
Carollah Indah C.
Kakekku
Aku sayang padamu
Aku suka dongengmu
Aku senangi penampilanmu
Aku bangga kepribadianmu
Ya Allah, ya Rabbi
Ampunilah dosa kakekku
Balaslah amal ibadahnya
Dengan surgamu-Mu
1. Tema cerita
Sebagai langkah awal yang harus ditempuh oleh pengarang dalam
mencipta-kan sebuah karya sastra prosa adalah menentukan tema. Hal ini
karena tema oleh Sumardjo (1984:57) adalah pokok pembicaraan dalam
sebuah cerita. Tentu saja pokok pembicaraan artau ide tersebut melandasi
lahirnya karya sastra mulai dari awal sampai akhir.
Apabila kita memperhatikan dengan cermat, dalam sebuah karya
sastra prosa, maka akan nampak pada kita dengan jelas bahwa tema tersebut
akan terasa dan mewarnai karya sastra tersebut dari halaman awal hingga
akhir. Dengan demikian, tema cerita dapat dikatakan bahwa tema adalah
permasalahan yang merupakan titik tolak pengarang dalam menyusun cerita
dan sekaligus merupakan permasalahan yang ingin dipecahkan pengarang
dalam karyanya.
Kartini Oh Kartini
Mama kaget luar biasa ketika Ocha mengutarakan keinginannya
meng-ikuti Pemilihan Putri Kartini Cilik 97 di Super Market terbesar di
Bandung. Bukan lantaran tajkut tidak menang, tetapi lebih karena
pembawa-an Ocha yang tomboy.
Kamu hanya bercanda, kan? tanya Mama masih terkaget-kaget.
Ya, enggak dong, Ma. Ocha sudah menginginkannya dari tahun ke-
marin. Lagi pula Ocha sudah belajar berjalan di atas cat walk pada Sisil.
Jawabnya.
Sisil yang mana? Tanya Mama lagi.
Putri Bu Dewi, yang rumahnya di Blok P. Dia kerap menang lom-ba
putri-putrian sampai jadi bin-tang iklan segala, Ocha berusaha
meyakinkan.
Tap kamu.....Mama meng gantungkan kalimatnya. Ah, sudah-lah,
lupakan pemilihan itu Mama menepis tangan.
Tapi, ma, meskipun tomboy, Ocha juga ingin sesekali tampil lemah
lembut! Ocha tetap ngotot.
Mama terdiam beberapa jenak. Ocha yang jago Tae Kwondo,
pmegang ban hitam, sering mengan di kejuaraan karate, dan paling suka
pakai celana dibanding rok, mau ikut pemilihan putri-putrian? Apa tidak
salah dengar?
Ma biar jago tea kwondo, tapi ocha bisa tampil lemah lembut kalau
mama mengizinkan, Ucap ocha membaca pikiran Mama. Kata Sisil,
Ocha sudah punya modal keperca-yaan diri, tinggal belajar
membawakannya sebaik mungkin, lanjutnya.
Melihat kesungguhan yang ter-pancar dari mata putri semata wa-
yangnya, akhirnya Mama mengiyakan. Hari itu juga, dia mengajak Ocha
mendaftar ketempat persewaan pakaiaan tradisional yang tidak jauh dari
rumah. Ocha memilih pakaian adat daerah Jawa Tengah.
Ternyata, kertika Ocha mendaftar, Selly, teman sekolahnya yang
selalu tampil cantik dan se-ring mengikuti pemilihan putri-put-rian itu juga
mendaftar. Di sekolah diceritakan pada teman-temannya.
Orang tomboy ikut pemilihan putri-putrian? Apa tidak salah de-
ngar? Sindir Oni, saat Ocha berjalan di depan mereka.
Kalau pun tidak salah de-ngar, pasti dia sudah tidak waras! kali ini
suara Teni, sipembuat ulah dan pembual besar.
Karuan membuat telinga Ocha merah. kamu bilang apa? tanya
Ocha mendekati mere-ka. Keempat teman Ocha yang memang jago
ngerumpi dan ngomongin orang itu langsung diam.
Hei, anak-anak manis, kalau ngo-mong jangan sembarangan, ya.
Kena batunya baru tahu rasa! ujar Ocha memperingatkan, sebelum masuk
ke-las dan membiarkan mereka bungkam.
Hari yang dinanti-nanti akhirnya datang juga. Peserta Pemilihan Puti
Kartini Cilik 97 itu ternyata banyak sekali. Ocha, yang duduk di kelas IV
mnasuk kategori C. antara kelas IV sampai kelas VI SD.
Di daerah bangku tengah, Mama melihat penampilan Ocha dengan
haru campur senang. Sesekali dia mengisap mata yang tiba-tiba lembab
dengan sapu tangan.
Yang dikatakan Ocha memang benar. Dia bisa berjalan di atas pentas
dengan luwes, seperti layaknya putri Solo. Tidak sia-sialah dia belajar
berjalan selama sebulan lebih pada Sisil.
Itu putri Ibu? tunjuk seorang penonton yang duduk di samping
Mama Ocha. Mama mengangguk.
Penampilannya sempurna se-kali. Saya yakin, dia pasti dapat salah
satu juara, komentar penon-ton tadi.
Mama semakin haru. Dan, keharuan mama berubah jadi tangis
kegembiraan yang teramat sangat, ketika para pemenang diumumkan. Ocha
terpilih sebagai The Best Putri Kartini Cilik 97, sementara Silly hanya
meraih juara harapan.
Selamat, ya salah seorang penonton memberikan ucapan selamat
pada Mama Ocha.
Ternayata dia seorang wartawan. Dia tanya macam-macam pada
Mama Ocha. Saat sedang asyik nya difoto, dari arah belakang tiba-tiba ada
seorang ibu yang berteriak minta tolong. Dia kecopetan.
Secepat kilat, Ocha meng-angkat kain tinggi-tinggi, lantas tanpa
menghiraukan penampilannya me-nerjang seorang laki-laki bertopi yang
ditunjuk Ibu yang berteriak-teriak tadi.
Laki-laki itu terjengkang dan seketika ditangkap Pak Satpam. Tapi
konde Ocha ikut juga terjeng-kang, lepas dari rambutnya. Orang- yang
sedang belanja dan melihat kejadian itu tertawa cekikikan..
Aduh, konde kamu, Ocha jerit Mama terus memungutnya. Ocha
tidak merasa malu atau merasa ditertawakan. Dengan cueknya, dia
meminta mamanya membetulkan konde-nya seperti semula.
Om wartawan geleng kepala. Ocha-Ocha, kamu memang Kartini
zaman sekarang gumamnya pelan.
Rangkuman
Pilih salah satu jawaban yang paling tepat dari beberapa alternatif jawaban yang
disediakan!
1. Urutan alur cerita yang benar adalah..
A. pengenalan- permasalahan- penyelesaian klimaks
B. pengenalan-permasalahan-klimaks- penyelesaian
C. Permasalahan klimaks-pengenalan-penyelesaian
D. Pengenalan- penyelesaian- permaslahan-klimaks
2. Latar (setting) cerita berkaitan dengan
A. tempat-waktu kejadian
B. suasanatempat-waktu kejadian
C. tempat pelaku waktu kejadian
D. tempat- bahasa waktu kejadian
3. Pendekatan yang membantu pembaca memahami unsur-unsur instrinsik
suatu karya sastra dan hubungan antara unsur tersebut sebagai suatu
kesatuan yang padu dan utuh adalah
A. Pendekatan emotif
B. Pendekatan didaktis
C. Pendekatan analitis
D. Pendekatan terpadu
4. Sambung sinambung peritiwa yang membentuk suatu kesatuan utuh
dalam suatu cerita disebut
A. Latar
B. tema
C. Penokohan
D. alur
5. Pendekatan yang dapat mengarahkan pembaca untuk menikmati dan
menentukan nilai-nilai keindahan yang terkandung dalam suatu karya
sastra di sebut pendekatan...
A. emotif
B. analitis
C. didaktis
D. terpadu
6. Pendekatan yang mengarahkan pembaca suatu karya sastra untuk
memperleh sejumlah pemahaman tentang pesan, petuah, atau nasihat
yang dapat memperkaya pengalaman rokhania disebut...
A. Pendekatan emotif
B. Pendekatan analitis
C. Pendekatan didaktis
D. Pendekatan terpadu
7. Segala menebal,
Segala mengental
Segala tak kukenal
Selamat tinggal
Keindahan yang relatif cepat dapat dinikmati setelah membaca penggalan
puisi Chairil Anwar di atas adalah...
A. keindahan irama
B. keindahan tema
C. Keindahan diksi
D. Keindahan rima
8. ...............
Ah, apa guna kusesalkan
Menyesal tua tiada berguna
Hanya menamba luka sukma
Kepada yang muda kuharapkan
Atur barisan di pagi hari
Menuju padang bakti
...............................
Pesan-pesan yang dapat dipahami setelah membaca penggalan puisi di atas ...
kecuali:
A. Tidak ada gunanya menyesal di hari tua.
B. Menyesal di masa tua hanya semakin menyakitkan.
C. Yang muda perlu siap mengahadapi tantangan masa depan.
D. Di masa tua harus terus berjuang di padang bakti.
9. Pelaku ayang selalu muncul sejak awal sampi akhir cerita disebut...
A. pelaku utama
B. pelaku tambahan
C. pelaku antagonis
D. pelaku dinamis
10. Pelaku yang hanya menampilkan sifat yang buruk atau perlawanan
terhadap pelaku utama disebut..
A. pelaku protogonis
B. Pelaku tritogonis
C. Pelaku antagonis
D. Pelaku statis
Pendekatan Parafrastis
Parafrase merupakan salah keterampilan yang dapat meningkatkan apre-
siasi sastra siswa. Melalui parafrase, siswa berlatih mengubah bentuk karya
sastra tertentu menjadi bentuk karya sastra yang lain tanpa mengubah tema atau
gagasan pokoknya, misalnya prosa menjadi puisi, puisi menjadi prosa , prosa
menjadi drama atau seba-liknya. Dengan melalui pengubahan bentuk tersebut,
siswa dapat semakin memahami isi karya sastra tersebut. Aminuddin (2004)
menjelaskan bahwa parafrase adalah strategi pemahaman makna suatu bentuk
karya sastra dengan cara mengungkapkan kembali karya pengarang tertentu
dengan menggu-nakan kata-kata yang berbeda dengan kata-kata yang digunakan
pengarang.
Mengapa pendekatan parafrastis perlu dipahami dan dialami oleh siswa?
Sebagaimana yang Anda ketahui bahwa para pengarang sering menggunakan
kata yang konotatif, kias, elipsis atau menghilangkan sebagian unsur, dan
kurang menaati tatabahasa karena adanya hak licentia poetica pengarang
Kesemuanya itu dapat menyulitkan pembaca untuk memahami karya sastra
tertentu. Melalui parafrase, pembaca dapat semakin memahami karya sastra
tertentu.
Di samping itu, Aminuddin (2004) mengemukakan bahwa pendekatan
parafrastis pada dasarnya beranjak dari prinsip bahwa (a) pengubahan bentuk
karya sastra tententu ke dalam bentuk sastra yang lain (puisi ke prosa atau
sebaliknya) akan semakin meningkatkan keluasan dan ketajaman pemahaman
pembaca yang bersangkutan (b) gagasan tertentu dapat dikemukakan dalam
bentuk yang berbeda, misalnya puisi ke prosa, (c) simbol yang konotatif
(mengandung ketaksaan makna atau abstrak) dapat diganti dengan kata yang
lebih konkret dan mudah dipahami, (d) pengungkapan yang eliptis dapat
ditambah sehingga semakin lengkap dan mudah dimengerti.
I.G.P. Antara (1985) mengemukakan bahwa teknik memparafrasekan
puisi menjadi prosa dapat dilakukan dengan berbagai cara, yakni sebagai
berikut.
(a) Teknik larik yakni perubahan bentuk puisi ke dalam bentuk prosa dengan
mendasarkan kepada kalimat demi kalimat yang terdapat dalam puisi
tersebut.
(b) Teknik bait yakni perubahan bentuk puisi menjadi prosa didasarkan
kepada susunan bait demi bait yang menyusun puisi yang diparafrasekan.
(c) Teknik global yakni perubahan bentuk puisi menjadi prosa yang
didasarkan kepada keseluruhan unsur yang membentuk puisi itu. Makna
yang tercermin dalam puisi itu dituangkan ke dalam bentuk prosa .
Berikut disajikan contoh parafrase puisi ke prosa.
HARI LIBUR
Hatiku gembira
Ujian usai sudah
Rapor ku terima
Aku rangking pertama
Esok amulai libur
Liburan kuhabiskan di rumah nenek
Liburan sambil melepas rindu
Kunikmati damainya desa
Tiap hari
Kutelusuri pematang sawah
Bernyanyi riang
Menyambut kicau burung
Satu minggu sudah
Hari libur habis
Aku harus pulang
Selamat tinggal
Selamat tinggal nenek
Puisi yang berjudul Hari Libur di atas dapat diubah menjadi sebuah
cerita seperti berikut.
HARI LIBUR
Selain hari minggu, saya selalu menyelesaikan tugas PR selama 1-
2 jam sesudah bangun tidur siang hari. Setelah itu, baru pergi main
bersama teman-teman. Setelah salat magrib secara berjamaah dengan
Bapak, Ibu dan Kakek, Nenek, dan Kakak, saya belajar selama satu jam
untuk mengulangi pelajaran yang telah dipelajari di sekolah, kemudian
pergi menonton dan tidur. Dengan demikian, pada waktu ujian cawu,
seluruh pertanyaan dapat saya jawab dengan baik dan tepat. Dengan
ketekunan dan kedisiplinan belajar tersebut, pada waktu menerima rapor,
di , lalu saya buka, di dalamnya tertulis sebagai peringkat I . langsung saya
mengucapkan Alhamdulillah, betapa senangnya dan puasnya saya saat itu.
Begitu pun, mama ,bapak, dan nenek di rumah.
Sesaat setelah pembagian rapor, ada siswa bertanya, Kapan mulai
libur cawu , Bu?, tanya Imran.
Libur cawu mulai besok, jawab Bu Guru.
Ady sambung bertanya, Berapa lama libur, Bu?
Jawab bu Guru, Sembilan hari. Jadi kita mulai sekolah pada hari
Rabu
Pada malam harinya, bapak bertanya, Berapa lama kau libur,
Nak? Sembilan hari , Pak! Jawabku singkat. Lalu di mana akan
berlibur? tanya bapak Lagi. Saya mau berlibur ke rumah nenek di desa
sambil melepas rindu, sekaligus menikmati damai dan indahnya panorama
desa. Jawabku dengan wajah yang ceria. Itu ide yang bagus. Insya Allah
nanti bapak-ibu antar besok sekalian melepas rindu juga dengan nenek dan
kelu-arga lainnya di desa kelahiran bapak.
Keesokan harinya, tepatnya pada hari minggu pagi, saya berangkat
bersama Ayah dan ibu ke rumah nenek yang jauhnya sekitar 25 kilometer
dari rumah kami. Dua jam kemudian saya tiba rumah nenek. Betapa
gembiranya nenek menyambut kami, saya langsung dipeluk dan dicium
sambil berkata Kenapa baru datang, Nak. Lama sekali rasanya baru
bertemu. Nenek sudah rindu sekali. Baru libur, Nek! Jawabku.
Selama di rumah nenek, setiap hari aku berjalan bersama nenek,
mene-lusuri pematang sawah sambil menyanyi dengan riang gembira.
Utamanya pada pagi hari setelah shalat subuh, kami berjalan-jalan
bersama nenek mengelilingi desa sambil mendengarkan kicauan berbagai
macam burung yang begitu mengasyikkan. Alangkah indahnya berlibur di
rumah nenek.
Pada malam Selasa, saya menyampikan kepada nenek bahwa besok
saya akan pulang karena sudah beberapa hari di sini . Mengapa cepat
sekali pulang cucuku? Rindu nenek masih... Lusa hari sekolah sudah
mulai, Nek! sambungku cepat. Kalau begitu, nenek tidak bisa
menahanmu, nanti bapakmu marah. Nek, bisa antar saya besok sekalian
jalan-jalan ke kota. Sudah lama juga nenek tidak ke kota. Nanti kita jalan-
jalan menikmati ramai dan hiruk pikuknya kendaraan dan megahnya ba-
ngunan di kota Makassar . Nenek sudah tua, dan ada sepupumu akan
dinikahkan minggu depan Jawabnya.
Keesokan harinya, Bapak dan Ibu menjemputku. Sekiat 20 meter
dari rumah nek, Saya melambaikan tangan kepada nenek sambil
mengucapkan dalam hati Selamat tinggal panorama desaku yang indah
dan permai, sela-mat tinggal nenek tersayang , sampai jumpa nek di libur
cawu mendatang.
MENYESAL
Ali Hasymi
Untuk mengerjakan latihan di atas, Anda perlu membaca puisi tersebut secara
berulang-ulang lalu mencermati kata-kata yang konotatif pada setiap larik/bait,
kemudian memahami makna inti atau tema puisi tersebut, terakhir mencermati alur
cerita yang akan dibuat berdasarkan puisi tersebut.
Pendekatan Analitis
Pendekatan analitis telah dibahas teori dan penerapannya pada unit
subunit 1 yang tujuannya untuk meningkatkan taraf apresiasi sastra anak SD
secara reseptif. Oleh karena itu, pendekatan analitis pada subunit 2 ini akan
diarahkan pembahasan dan penerapannya untuk meningkatkan taraf apresiasi
sastra anak SD secara produktif.
Sebagaimana yang telah diuraikan pada subunit 1 bahwa pendekatan
analitis merupakan pendekatan yang mengarahkan pembaca untuk memahami
unsur-unsur instrinsik yang menangun suatu karya sastra tertentu dan hubungan
antarunsur yang satu dengan lainnya sebagai suatu kesatuan yang utuh
(Aminuddin, 2004). Diharapkan dengan pemahaman tersebut pembaca menulis
karya sastra tertntu dengan baik. Untuk itu, sebelum siswa ditugasi menulis
puisi misalnya lebih dahulu dibelajarkan tentang unsur-unsur instrinsik puisi.
Menurut I.A Richard (dalam Situmorang,1980) ada dua hal pokok yang
membangun puisi, yaitu hakikat puisi dan metode puisi. Hakikat puisi meliputi
tema, rasa, nada, dan amanat, sedang metode puisi meliputi diksi, gaya bahasa,
kata konkret, imagery, ritme dan rima. Hubungan keduanya erat, oleh Tarigan
(1989) seperti hubungan jiwa dan tubuh.sehingga hakikat puisi dapat disebut
sebagai unsur batiniah dan metode puisi dapat disebut sebagai unsur lahiriah
puisi.
a. Unsur lahiriah (metode puisi)
(1) Diksi. Diksi merupakan kemampuan memilih kata demi kata secara
tepat menurut tempatnya yang sesuai dalam suatu jalinan kata yang
harmonis dan artistik sehingga sejalan dengan maksud puisinya, baik
secara denotatif maupun secara konotatif. Misalnya:
Sekali berarti (bukan: bermakna, berguna, bermanfaat)
Sudah itu mati (bukan: wafat, meninggal, tewas, mampuas, dll.
.....................
(2) Gaya bahasa. Gaya bahasa ialah cara atau gaya tertentu yang digunakan
penyair untuk menciptakan kesan tertentu, daya bayang, dan nilai
keindahan, seperti:
- gaya personifikasi : Kerling danau di pagi hari (Situr Situmorang)
- Gaya simbolisme : Ah, rumput, akarmu jangan turut mengering
(Waluyati)
(3) Kata konkret. Kata konkret ialah pemakaian kata-kata yang dapat
mewakili suatu pengertian secara konkret dengan memilih kata yang
khusus; bukan yang umum, misal:
- Anak itu bersi mpuh di kaki ibundanya. (kata khusus)
- Aak itu duduk lalu memel uk kaki ibundanya (kata umum)
(4) Daya bayang (imagery). Daya bayang (imagery) ialah kemampuan
penyair mendeskripsikan atau melukiskan suatu benda atau peristiwa
sehingga seolah-olah pembaca menyaksikan benda atau mengalami
peristiwa seperti yang disaksikan atau dialami penyair tersebut. Daya
bayang terwujud sebagai manifestasi dari pemakaian kata konkret, diksi,
dan gaya bahasa yang tepat. Misalnya:
(2) Rasa (feeling) ialah sikap pandang (pendapat) penyair terhadap pokok
persoalan/tema tertentu. Ada penyair yang bersikap simpati-antipati,
setuju-tidak setuju, dll. Misalnya Chairil Anwar dalam masih bersikap
menerima terhadap gadis yang telah mengecewakannya dengan
persyaratan tertentu. Sebaliknya Armyn Pane bersikap menolak terhadap
gadis yang telah mengecewakannya. Hal itu terungkap dalam puisinya
masing-masing sebagai berikut.
(3) Nada (tone) ialah sikap bahasa penyair terhadap penikmat karyanya.
Ada penyair bersikap didaktis, persuasif, sinis (ironis), tawadhu (rendah
diri), dan sebagainya. Misalnya Ali Hasymi bersikap persuasif dalam
puisinya sebagai berikut.
MENYESAL
Pagiku hilang melayang
Hari mudaku sudah pergi
Sekarang petang datang membayang
Batang usiaku sudah tinggi
Aku lalai di hari pagi
Beta lengah di hari pagi
Kini hidup meracuni hati
Miskin ilmu miskin harta
Ah, apa guna kusesalkan
Menyesal tua tiada berguna
Hanya menambah luka sukma
Kepada yang muda kuharapkan
Atur barisan di pagi hari
Menuju ke arah padang bakti
(4) Amanat. Amanat adalah pesan, nasihat, petuah, yang disampaikan oleh
penyair dalam karyanya baik secara langsung atau taklangsung . Pesan
tersebut dapat dijadikan sebagai perluasan wawasan, memperkaya
pengalaman, dan memperhalus budi pekerta, serta mempertinggi nilai-
nilai kemanusiaan. Misalnya larik puisi Chairil Anwar yang berbunyi
/pilih kuda liar/ pacu sampai melaju / jangan tambatkan pada siang
dan malam/, antara lain mengandung amanat bahwa kita harus hidup
dengan penuh semangat, selalu memanfatkan waktu secara dinamis-
kreatif.
Penerapan pendekatan analitis dalam upaya menignkatkan apresiasi
sastra anak SD seara produktif sejalan dengan pendapat Badriyah (2000) tentang
langkah-langkah menulis puisi sebagai berikut.
(1) Mengamti suatu objek secara cermat.
(2) Tentukan tema lalu dijadikan judul puisi
(3) Susun alur (kronologis / spasial) lalu kembangkan menjadi cerita
(4) Susunlah berurutan ke bawah, satu baris satu kalimat pendek.
(5) Jika ada kalimat yang panjang, pendekkan dengan membuang kata-kata
sambung yang tidak penting.
(6) Cari kata/kalimat yang intesitas keindahannya dan maknanya kurang kuat
dan deang kata-kata yang lebih indah (konotatif) dan imajinatif, misalnya
angin, hitam, diganti dengan bayu, pekat/kelam,
(7) Cemati terus menerus tiap kalimat/kata dengan memperhatikan keindahan
bunyi dan penggunaan gaya baya bila memungkinkan.
Sebagai contoh:
BAJU KESUKAANKU
Warnamu sungguh sangat baik
Mataku senang melihatmu
Selalu aku kupakai
Pergi kegiatan penting
Denganmu aku gembira dan riang
Dan bisa bergaul dengan baik
Tanpa ada rasa malu dan rendah diri
Namun sekarang ini
Kau sudah penuh banyak debu
Kau sudah penuh banyak lumpur
Aku selalu lupa mencucimu
POHON KELAPA
Di sebuah padang yang cukup luas
Kau sedang tumbuh dengan begitu suburnya
Daun-daunmu rindang dan kelihatan hijau
Dengan batangmu yang berdiri kokoh dan besar
Serta akar serabutmu mu tertanam jauh ke dalam tanah
Kau sekarang telah berbuah banyak
Ada yang sudah tua,
Ada pula yang belum tua
Ada juga yang kecil
Buahmu yang tua aku buat minyak untuk menggoreng
Buah yang muda kubuat es kelapa sirop untuk diminum
Buahmu yang kecil aku buat menjadi obat penyakit
Kau memang tumbuhan banyak manfaat
Bagi keperluan hidup banyak orang
RANGKUMAN
Pilih salah satu jawaban yang paling tepat dari beberapa alternatif jawaban yang
disediakan!
1. Pendekatan yang menuntun siswa mengubah bentuk karya sastra tertentu
seperti puisi ke dalam bentuk prosa di sebut ...
A. Pendekatan parafrastis
B. Pendekatan analitis
C. Pendekatan emotif
D. Pendekatan terpadu
2. Persaman bunyi apada awal, akhir, awal-akhir disebut...
A. irama
B. rima
C. sajak
D. larik
3. Mengubah bentuk suatu puisi ke dalam bentuk prosa tanpa mengubah
gagasan intinya disebut ..
A. parafrase prosa
B. Parafrase puisi
C. Parafrase drama
D. Bagian a dan c.
4. Berikut ini unsur lahiriah puisi... Kecuali
A. Daya bayang
B. Sikap pengarang
C. Gaya bahasa
D. Pilihan kata
5. Pilih memilih kata yang dianggap susuai dan tepat dalam konteks
kalimat/bait tertentu disebut...
A. rima
B. irama
C. diksi
D. Imagery
6. Gayamu
Citamu
Kepribadianmu
Dan Pengambdianmu
Membuatku semakin mencintaimu
...................
Penggalan puisi di atas menggunakan persamaan bunyi atau ....
A. rima akhir
B. rima awal
C. rima awal akhir
D. rima awal-tengah, akhir
7. Sikap pandang penyair terhadap pokok persoalan tentang karya yang
ditulisnya disebut..
A. diksi
B. tone
C. tema
D. feeling
8. Berikut adalah prinsip yang mendasari penerapan pendekatan parafrastis
adalah... kecuali:
A. Pengubahan bentuk karya sastra tententu ke dalam bentuk sastra
yang lain akan semakin meningkatkan ketajaman pemahaman
pembaca itu sendiri.
B. Gagasan tertentu dapat dikemukakan dalam bentuk yang berbeda. C.
Simbol yang denotatif dapat diganti dengan kata yang lebih jelas
sehingga mudah dipahami.
D. Pengungkapan yang eliptis dapat dilengkapi sehingga semakin
mudah dimengerti pembaca.
9. Sikap bahasa penyair terhadap pembaca karya sastra yang ditulisnya disebut
A. diksi
B. feeling
C. tone
D. tema
10. Berikut adalah unsur-unsur yang bukan bagian dari metode puisi... kecuali:
A. diksi nada imagery - rima
B. irama rima - kata konkret - tema
C. kata konkret diksi plot rima
D. diksi kata konkret irama - imagery
UMPAN BALIK DAN TINDAK LANJUT
Saya yakin Anda telah menyelesaikan soal-soal di atas dengan baik,
bukan!. Kalau sudah, sekarang cocokkanlah jawaban Anda dengan kunci
jawaban tes formatif subunit 1 ini yang terdapat pada bagian akhir Unit 1 ini.
Hitunglah jawaban Anda yang benar, kemudian gunakanlah rumus di bawah ini
untuk mengetahui tingkat pemahaman Anda terhadap materi subunit 2.
Rumus:
Jumlah jawaban Anda yang benar
Tingkat penguasaan = x 100%
10
Arti tingkat penguasaan yang Anda capai:
90 100% = baik sekali
80 89% = baik
70 79% = cukup
< 70% = kurang
Apabila tingkat penguasaan Anda mencapai 80% ke atas, selamat! Anda
sukses! Anda dapat terus mempelajari subunit berikutnya. Bila tingkat
penguasaan Anda masih di bawah 80%, jangan putus asa. Ulangilah
mempelajari subunit 1, terutama bagian yang belum Anda kuasai.
Kunci Jawaban Tes Formatif
Tes Formatif 1
reseptif : bersifat menerima atau memahami suatu gagasan secara tepat dan komprehensif
Badriyah, Ratu. 2000. Apresiasi Puisi dan Cerita Anak secara Produktif.. Jakarta:
Universitas Terbuka
Liothe, Wimanjaya. 1991. Petunjuk Praktis Mengarang Cerita Anak. Jakarta: Balai
Pustaka.
Rendra. W.S. 1980. Potret Pembangunan dalam Puisi. Jakarta Lembaga Studi
Pembangunan
Pramuki, Esti. 2000. Apresiasi Karya Sastra Anak secara Reseptif. Jakatra. Universitas
Terbuka.