Anda di halaman 1dari 19

MODUL 4

KEGIATAN BELAJAR 1
KEMAMPUAN DASAR DALAM KEGIATAN MEMBACA
A. MEMBACA DALAM HATI
Kecepatan dalam hati jauh lebih cepat dibandingkan
dengan membaca bersuara. Sehubungan dengan membaca
dalam hati, menurut Tarigan (1993 : 30 31) secara garis
besar kita dapat membedakannya atas dua jenis kegiatan
membaca, yaitu membaca ekstensif dan membaca intensif.
Masih menurutnya, yang tergolong jenis membaca ekstensif
adalah membaca survei (survey reading), membaca sekilas
(skimming), dan membaca dangkal (superficial reading).
Kemudian, yang tergolong jenis membaca intensif, yaitu
membaca

telaah

isi

dan

membaca

telaah

bahasa.

Selanjutnya, membaca telaah isi tesebut terdiri atas jenis


membaca teliti, membaca pemahaman,membaca kritis, dan
membaca ide. Berikutnya, membaca telaah bahasa terdiri
atas membaca bahasa dan mambaca sastra.
1. Membaca Wacana Informatif
Sebagian informasi yang berlimpah tersebut tersedia
dalam wujud bahan bacaan berupa Koran, majalah, jurnal,
buku,

serta

surat

elektronik

(email),

artikel,

dan

berita/artikel yang disampaikan melalui internet.


Ada beberapa strategi membaca yaitu :
a. Membaca memindai
Kita perlu memindai judul-judul buku dalam kartu
katalog

dan

kode-kode

buku

di

rak

sebelum

memutuskan mengambil satu atau dua buah buku dari


suatu rak, dan kita perlu memindai daftar makanan dan
minuman di sebuah restoran sebelum memutuskan
memesan

makanan

dan

minuman.

Jenis

kegiatan

membaca seperti ini disebut membaca memindai, yang


sering pula disebut membaca scanning (Mikulecky,
1990 : 138).
Jenis kegiatan membaca lain yang juga dapat
disebut membaca memindai, yaitu membaca dengan
cepat

sesuatu

bahan

bacaan

untuk

mendapatkan

sesuatu kesan awal atau untuk menemukan sesuatu


yang kita cari yang mungkin terdapat di dalamnya.
Sebagian

pakar

demikian

menamakan

dengan

istilah

(Mikulecky, 1990 : 138)


Berdasarkan
uraian
mengatakan

bahwa

kegiatan
membaca

tersebut,

terdapat

dua

membaca
skimming

kita

jenis

dapat

membaca

memindai, yaitu scanning dan skimming. Oleh karena


itu kita dan para murid perlu berlatih agar dapat
memanfaatkan kedua jenis keterampilan membaca
tersebut.
1) Scanning
Mikulecky (1990 : 49 51) memberi penjelasan
mengenai jenis kegiatan membaca yang disebut
scanning. Scanning adalah keterampilan membaca
yang

bertujuan

dengan

sangat

menemukan
cepat.

informasi

Keterampilan

khusus

membaca

scanning hanya dapat diperoleh dengan melakukan


latihan-latihan. Dalam scanning kita hanya perlu
menangkap kata kunci yang menandai informasi
yang

kita

cari.

Tentu

saja

latar

belakang

pengetahuan pembaca turut menentukan kecepatan


seseorang dalam membaca scanning. Iklan jenis
tersebut terletak setelah iklan mengenai computer
maka orang tersebut berkemungkinan akan dapat
membaca scanning dengan kecepatan yang lebih

tinggi

dibandingkan

dengan

orang

yang

tidak

memiliki pengetahuan mengenai letak iklan yang


dimaksud

itu

pendangan

sebelumnya

mata

dan

bila

luas

jangkauan

kecepatan

pandangan mereka relative sama.


2) Skimming
Menurut Fry dalam Mikulecky

berpindah

(1990

138),

skimming memiliki kesamaan dengan scanning,


yaitu memerlukan kecepatan membaca yang tinggi.
Namun,

skimming

memiliki

perbedaan

dengan

scanning dalam hal berikut : scanning merupakan


jenis

membaca

cepat

dengan

tujuan

untuk

menemukan informasi khusus dalam suatu teks.


Berbeda dengan itu, skimming menuntut pembaca
memiliki
cepat

kemampuan
guna

memproses

memperoleh

teks

dengan

gambaran

umum

mengenai teks tersebut. Dalam hal ini, melalui


skimming

pembaca

memperoleh

kesan

umum

mengenai bentuk dan isi teks, yaitu mengenai


organisasi,
gagasan

gaya,

utama

dan
yang

focus

tulisan,

disampaikan

gagasan-

dan

sudut

pandang penulis, termasuk mengenai kaitan teks


dengan kebutuhan dan minat pembaca. Kata-kata
yang menyatakan suatu petunjuk (lexical clues),
dan kemampuan menemukan ide pookdari suatu
bacaan.
b. Membaca pemahaman
Kita menggunakan istilah membaca pemahaman
guna merujuk kepada jenis kegiatan memabca dalam
hati yang dilakukan untuk memperoleh pengertian
tentang sesuatu atau untuk tujuan belajar sehingga

memperoleh wawasan yang lebih luas tentang sesuatu


yang dibaca. Tarigan (1993) menyebut jenis kegiatan
membaca ini dengan istilah membaca teliti. Namun,
kita

tidak

menggunakan

istilah

membaca

teliti

mengingat ada kesan bahwa membaca teliti selalu


dilakukan dengan lambat. Selain itu, cakupan konsep
membaca pemahaman ini tidak sama persis dengan
cakupan

konsep

membaca

dalam

hati

yang

dikemukakan oleh Tarigan (1993).


1) Prabaca (previewing)
Guna mendapatkan gambaran umum mengenai
bahan bacaan yang akan kita baca, kita hendaknya
melakukan kegiatan prabaca (previewing). Kegiatan
prabaca

akan

memberikan

pemahaman

awal

kepada kita mengenai bahan bacaan yang dihadapi.


Kegiatan prabaca (previewing) yang perlu kita
lakukan ketika akan membaca sebuah buku, antara
lain berikut ini.
a) Bacalah halaman

judul

copyright.
b) Bacalah daftar isi.
c) Lakukan skimming

buku

terhadap

dan

halaman

bagian

(bab)

pendahuluannya.
d) Perhatikan halaman pertama pada setiap bab.
e) Lakukan skimming terhadap bab terakhir karena
biasanya bab terakhir merupakan kesimpulan
atau rangkuman dari isi buku.
f) Perhatikan pula bagian akhir

buku,

apakah

terdapat indeks, glosarium, daftar pustaka, dan


hal lain yang dapat membantu memahami isi
buku.
2) Pendugaan (predicting)
Ketika
melakukan
dugaan,
mendapatkan informasi:

kita

berupaya

a) Jenis bahan bacaan yang akan kita baca,


b) Apa yang sudah kita ketahui dan apa yang belum
mengenai isi bacaan.
c) Seberapa teliti kita harus membaca suatu bahan
bacaan.
2. Membaca

dengan

Kecepatan

Bervariasi

dan

Menandai Bahan Bacaan


Untuk memperoleh pemahaman yang utuh mengenai
bahan bacaan yang benar-benar baru bagi kita, kita perlu
menggunakan keterampilan membaca skimming terhadap
seluruh isi bacaan, kemudian membaca ulang dengan
tempo yang lebih lambat bagian-bagian yang memerlukan
ketelitian.
Berdasarkan hasil prabaca dan dugaan yang sudah
kita lakukan, mungkin untuk bagian-bagian yang sudah
kita pahami, kita baca dengan sangat cepat (skimming)
guna memperoleh kesan umum dan dibaca ulang dengan
teliti bagian-bagian yang kita anggap perlu untuk itu.
3. Membuat Rangkuman
Dalam belajar bahasa, kegiatan membaca bersuara
sangat besar kontribusinya terhadap belajar berbicara,
belajar mengucapkan kelompok kata, kalimat dan bahkan
mengucapkan suatu wacana utuh dengan benar melalui
membaca bersuara.
Membaca bersuara

merupakan

kegiatan

yang

dilakukan oleh pembaca bersama-sama dengan pendengar


untuk menangkap informasi dari suatu bacaan atau untuk
menikmati bacaan.
B. MEMBACA BERSUARA
Dalam belajar bahasa, kegiatan membaca bersuara
sangat

besar

kontribusinya

terhadap

belajar

berbicara.

Belajar mengucapkan kelompok kata, kalimat dan bahkan


mengucapkan suatu wacana utuh dengan benar melalui
membaca bersuara. Membaca bersuara merupakan kegiatan
yang

dilakukan

pendengar

oleh

untuk

pembaca

bersama-sama

mengungkapkan

informasi

dari

dengan
suatu

bacaan atau untuk menikmati bacaan.

MODUL 4
KEGIATAN BELAJAR 2
KEMAMPUAN DASAR DALAM KEGIATAN MEMBACA

A. MEMBACA NASKAH PIDATO


Dalam berpidato, kita dapat

menggunakan2

metode

persiapan tertulis. Cara pertama, kita dapat melakukan


persiapan

dengan

hanya

mencatat

garis

besar

materi

yangakan kita sampaikan dalam sebuah pidato. Dalam hal ini


kita hanya mencatat topik dan sub-sub topik yangakan kita
sajikan

dalam

sebuah

pidato.

Cara

kedua,

kita

dapat

melakukan persiapan pidato dengan menyiapkan naskah


pidato secara lengkap.
Memahami Isi Naskah dan Berlatih Membac Bersuara
Bersifat

member

informasi,

berupaya

mempengaruhi

ataukah sekedar suatu tindakan pendahuluan dari suatu


rangkaian

kegiatan

(misalnya

membuka

suatu

aacara

pameran, perlombaan, seminar). Pemahaman terhadap suatu


naskah pidato sangat diperlukan agar ketika membacakannya
secara nyaring dapat dipilih intonasi, tekanan dan tempo
suara yang tepat.
Hal

penting

lain

yangperlu

diperhatikan

ketika

membacakan naskahpidato di depan public atau televisi


adalah

bahasa

tubuh,

terutama

kontak

mata

dengan

pendengar. Ketika melakukan latihan membaca bersuara


tersebut, hendaknya dilatih menggunakan intonasi, tekanan
dan tempo suara serta ekspresi wajah dan gerak tubuh.
Sebaiknya, latihan menggunakan ekspresi wajah dan gerak
tubuh dan memelihara kontak mata dengan pendengar
dilakukan di muka cermin dan di depan orang lanin (teman
atau anggota keluarga)
B. MEMBACA WACANA INFORMATIF DI INTERNET
Setiap hari disebarkan informasi yang melimpah ruah,
mulai dari informasi ringan, seperti cara merawat binatang

peliharaan, sampai kepada informasi yang kompleks, seperti


cara kerja computer canggih. Beragam informasi tersedia
melalui internet.
Sebelum kita bahas beberapa tekhnik khusus mencari dan
membaca wacana informative di internet, sekali lagi saya
ingatkan bahwa kecepatan membaca sangat diperlukan.
C. MEMBACA KARYA SASTRA
Segala kejadian yang dituangkan dalam novel itu hanyalah
hasil imajinasi Nh. Dini, sebuah rekaan belaka. Rekaan, hasil
imajinasi pengarang, merupakan bagian dari kode sastra. Ada
juga beberapa penyair yang merasa terkungkung oleh kode
bahasa dan berupaya memberi makna baru di luar makna
yang sudah ada. Dengan mengenal kode sastra dan budaya
yang berlaku dalam suatu masyarakat, kita sebagai pembaca
dapat memberi penilaian-penilaian terhadap karya sastra
yang kita baca. Dengan berbekal pengalaman membaca dan
kemampuan menilai karya sastra, kita dapat memilah dan
memilih karya-karya yang bermanfaat bagi pendidikan anak
didik kita.

MODUL 5
KEGIATAN BELAJAR 1
KEMAMPUAN DASAR DALAM KEGIATAN MENULIS
Menulis adalah suatu proses berpikir dan menuangkan
pemikiran dalam bentuk wacana (karangan). Proses menulis
tampak bola-balik dari membuat rencana tulisan. Berikut ini akan
kita pelajari lebih lanjut proses menulis tersebut secara bertahap.
Kajian dan latihan yangakan kita lakukan guna memperoleh
ketrampilan

menulis

menggunakan

pendekatan

bottom-up

processing proses dari bawah ke atas (Celce-Murcia dan


Olhastain, 200:144)
A. MENULIS KEBAHASAAN
Dalam menulis karangan, apa pun bentuk organisasi
karngan itu, tentu saja kita harus memilih katan dan
entukannya yang tepat dan menyusun kalimat. Kemudian,
kalimat-kalimat

itu

kita

rangkai

sehingga

terbentuklah

paragraf-pragraf dan selanjutnya terwujudlah sebuah sebuah


karangan utuh dengan menggunakan organisasi karangan
tertentu. Dalam menuliskan kata serta kalimat, kita perlu pula
memperhatikan dan menaati konvensi dalam penggunaan
huruf, tanda baca, serta konvensi tata tulis lainnya. Ini berarti
dalam menulis, kita dituntut untuk dapat memilih kata yang
tepat, menggunakan kata yang benar, menyusun kalimat
yang efektif dan memperhatikan aspek ejaan serta organisasi
karangan. Kita dapat mengatakan bahwa kata dipersoalkan
dan dipermasalahkan merupakan kata-kata yang bersinonim.

Sedangkan yang menjadi masalah bagi penulis adalah


menyangkut pemilihan kata di antara kedua kata yang
bersinonim tersebut dalam menulis kalimat.
Anda tentu mengenal bahwa kata-kata dalam bahasa
Indonesia ada yang maknanya berhubungan dalam wujud
sinonim dan antonym dan ada pula yang merupakan kata
umum, kata khusus dan banyak lagi seluk-beluknya. Berikut
ini kita bicarakan seluk-beluk kata tersebut dan berlatih
memilih kata yang tepat sesuai dengan tujuan kita.
a. Sinonim dan antonym
Terdapat beberapa kata yang memiliki makna sama atau
mirip. Contohnya sebagai berikut.
Cara, motode
Secara denotative memiliki makna yang sama persis.
Bagaimana pula dengan kalimat (7). Kalimat itu diberi
tanda (*) karena penggunaan kata pelik dalam kalimat itu
terasa janggal. Jelaslah bahwa kita perlu melakukan
pemilihan terhadap kata-kata yang akan kita gunakan
dalam suatu tulisan dan harus hati-hati memilih kata-kata
yang bersinonim.
b. Denotasi dan konotasi
Ketika kita mendiskusikan pemakaian kata-kata

yang

bersinonim. Sebuah kata selain memiliki makna denotative


juga memiliki makina konotatif tertentu. Kata kemiskinan
dan kemelaratan memiliki makna leksikal yang sama yaitu
keadaan tidak memiliki harta benda yang cukup untuk
keperluan hidup minimum sehari-hari. Kata kemelaratan
dalam

kalimat

mempunyai

pula

makna

konotatif

menyedihkan
c. Kata umum dan kata khusus
Ada kata yang memiliki makna luas di dalamnya tercakup
kata-kata lain. Kita dapat mengatakan sukumerupakan kata

umum, sedangkan kata Bugis termasuk kata khusus.


Makna media masa dalam kalimat lebih sulit dipahami
dibandingkan dengan makna surat kabar. Kata media masa
memiliki makna yang abstrak sedangkan makna kata surat
kabar dapat dikatakan cukup konkret.
d. Kata konkret dan kata abstrak
Kata abstrak mempunyai referent

berupa

konsep,

sedangkan kata konkret mempunyai referent berupa objek


dapat

diamati.

Guna

menyampaikan

generalisasi-

generalisasi tentuk kita memerlukan kata-kata abstrak,


sedangkan untuk menyampaikan contoh-contoh mungkin
lebih banyak memerlukan kata konkret.
e. Kata popular dan kata kajian
Kata popular dipakai untuk merujuk kepada kata-kata yang
biasa dipakai dalam komunikasi sehari-hari, sedangkan
kata kajian merujuk kepada kata-kata yang dipakai dalam
komunikasiilmiah atau komunikasi profesi tertentu. Contoh
kedua jenis kata tersebut,
Kata Populer
Contoh
Cara
Berarti

kata kajian
sampel
metode
signifikan

f. Kata asing dan serapan


Kata asing adalah kata-kata yang berasal dari bahasa asing
yang bentuk dan pengucapannya dipertahankan seperti
dalam bahasa aslinya. Sebagai penulis, kita pelru berhatihati dalam menggunakan serapan agar tidak menyulitkan
pembaca.

Kalau

masih

ada

padanan

dalam

bahasa

Indonesia sebaiknya tidak menggunakan kata-kata asing.


Syarat pemakaian kata efektif
a. Unsur subjek dan predikat

Dalam sebuahkalimat efektif sekurang-kurangnya terdapat


unsur

subjek

dan

predikat.

Terdapat

unsure

subjek

penyajian materi pelajaran dan predikat harus disesuaikan.


Subjek kalimat yaitu pencapaian target pendidikan

dan

predikatnya adalah tidak mudah diraih.


b. kehematan
Selain hubungan subjek dan predikat dalam kalimat harus
jelas pemakaian unsur bahasa dalam tulisan ekspositoris
dan argumentative hendaknya tidak perlu berlebihan.
c. Kesejajaran
Syarat lain yang harus dipenuhi oleh sebuah kalimat efektif
adalah kesejajaran bentuk. Memiliki materi pelajaran dan
dua

buah

predikat,

menjanjikannya.
pelajaran dan

Kalimat

yaitu
ini

dikembangkan

memiliki

subjek

dan
materi

dua buah predikat dikembangkannya dan

disajikannya.
d. Kevariasian
Dapat kita bayangkan bagaimana jadinya bila kalimatkalimat yang digunakan dalamsebuah karangan seragam.
e. Penekanan
Penekanaan itu biasanya diwujudkan dengan cara
meletakan bagian yang mendapat penekanan itu pada
awal kalimat. Pada kalimat yang mendapatkan penekanan
adalah unsure onjek (anak-anak berbakat), pada kalimat
penekanan itu diberikan pada unsure keterangan waktu.
Aspek-aspek
a. Pemenggalan kata
1. Jika di tengah kata terdapat dua vocal berurutan maka
pemenggalannya di antara kedua vocal tersebut.
Contoh : maaf ma-af
2. Jika di tengah kata terdapat vocal dan konsonan maka
pemenggalan kata dapat dilakukan sebelum konsonan.
Media
me di a
Metode me to de

3. Jika ditengah kat terdapat dua konsonan


Ahli
ah li
4. Jika di tengah kata terdapat tiga konsonan atau lebih
maka pemenggalan suku katanya.
Instrument
in stru men
5. Imbuhan berupa awalan dan akhiran pada prinsipnya
diperlakukan sebagai satu kata bila dipenggal
Makanan ma kan an (bukan ma-ka-nan)
b. Penulisan
Penulisan kata depan dalam frase atau kalimat sebetulnya
sederhana

yaitu

selalu

dipisahkan

dari

kata

yang

mengikutinya.
c. Pemakaian tanda baca
Pemakaian tanda baca adalah berkenaan dengan penulisan
tanda koma(,), titik dua (:), dan tanda petik ( )
1. Pemakaian tanda koma dalam penulisan

gelar

akademik
2. Pemakaian tanda koma dalam penulisan kalimat
majemuk
3. Pemakaian tanda titik dua (:)
4. Penulisan tanda petik(K)
d. Menulis paragraph
Dalam sebuah paragraph, gagasan utama atau disebut
juga pikiran utama atau topik atau disebut juga kalimat
utama. Gagasan utama pargraf tersebut dituangkan dalam
kalimat topik atau kalimat utama yang terletak pada awal
paragraf. Sebuah paragraf dapat pula dimulai dengan
pikiran-pikiran yang dituangkan dalam kalimat-kalimat
penjelas. Pengembangan paragraf dengan cara menyajikan
serangkaian kalimat penjelas terlebih dulu dan diakhiri
dengan kalimat utama dapat disebut pengembangan
paragraf secara induktif. Pada paragraf tersebut pokok
pikiran utama yang dikemukakan pada awal paragraf
dikemukakan kembali diakhir paragraf.

MODUL 5
KEGIATAN BELAJAR 2
KEMAAMPUAN LANJUT DALAM KEGIATAN MENULIS
Secara dikotomis, membedakan tuisan atas dua jenis, yaitu
fiksi dan non fiksi. Contoh fiksi, yaitu cerpen, novel, dan naskah
drama sedangkan contoh non fiksi yaitu makalah, artikel dalam
jurnal, artikel dan berita dalam surat kabar.
A. MERENCANAKAN TULISAN FIKSI
Tulisan fiksi adalah hasil kegiatan kreatif dan imajinatif
penulisnya. Kalaupun terdapat fakta-fakta yang disajikan
dalam suatu tulisan fiksi, fakta-fakta itu hanyalah imajinasi
penulisnya. Pada umumnya, proses penulisan fiksi yang
dilakukan setiap pengarang tidaklah sama. Ada pula yang
mencari inspirasi untuk menulis fiksi dengan cara menekuni,
berbagai bahan bacaaan diperpustakaan.
B. MERENCANAKAN TULISAN NON FIKSI
1. Pemilihan Topik
Ada beberapa criteria yang dapat dipakai dalam pemilihan
topik karangan. Kriteria pertama, topic yang dipilih untuk
ditulis hendaklah menarik hati bagi penulis sendiri dan
dikuasai betul oleh penulis. Kriteria

kedua topic yang

dipilih hendaklah actual, sedang hangat dibicarakan atau


sangat diperlukan untuk memecahkan masalah yang
dihadapi oleh pembaca sasaran. Kriteria ketiga, bahanbahan

yang

dengantopik

kita

perlu

yang

kita

untuk
pilih

menulis

sehubungan

tersedia

atau

dapat

dijangkau. Kriteria keempat, topic yang dipilih hendaklah


sesuai cakupan ruang lingkupnya dengan waktu dan
sumber dana yang tersedia.
2. Perumusan tujuan
Dengan tulisan yang akan disusun, kita dapat bermaksud
member pengetahuan atau penjelasan kepada pembaca
menyangkut topic yang telah kita pilih. Mungkin pula
tujuan yang ingin kita capai dalam menulis adalah
berupaya

mempengaruhi

menginginkan

pembaca

sikap

pembaca

melakukan

atau

kita

suatu

tindakan

bermanfaat

terutama

sehubungan dengan topic yang kita tulis.


3. Penulisan kerangka karangan
Penulisan kerangka karangan

sebagai pedoman bagi penulis agar tidak ke luar dari topic


dan tujuan penulisan yang sudah ditetapkan sebelumnya.
Kerangka karangan merupakan panduan bagi penulis
dalam

penentuan

struktur

karangan

serta

dalam

pengumpulan bahan bagi karangan. Ada 2 cara penulisan


kerangka

karangan.

Cara

pertama

adlah

dengan

mendaftarkan seluruh subtopic dari topik yang telaah


dipilih. Cara kedua penulis langsung menetukan subtopik
apa yang perlu ditulis dan langsung mengurutkannya.

MODUL 6
KEGIATAN BELAJAR 1
KETRAMPILAN BERBAHASA TERPADU DENGAN FOKS
MENYIMAK
Menyimak dan berbicara memiliki hubungan yang sangat erat
karena keduanya merupakan dua ketrampilan yang berada
dalam satu ragam bahasa, yaitu bahasa lisan. Bukti-bukti lain
yang memperlihatkan adanya hubungan yang erat antara
menyimak dan berbicara .
1. Suatu ujaran dapat dipelajari melalui menyimak dan
meniru
2. Seorang (anak atau dewasa) akan lebih mudah mengulang
cerita apa yang disimaknya dibandingkan dengan cerita
yang dibacanya.

3. Seorang pembicara yang ucapannya atau lafal ujarannya


tidak jelas akan mempengaruhi hasil yang diperoleh
penyimak.
Berbicara

adalah

sebuah

ketrampilan

menyampaikan

informasi atau pesan kepada orang lain dengan menggunakan


media yang berupa simbol-simbol fonetis atau lebih singkatnya
dengan

menggunakan

pembicaraan

media

berlangsung

tidak

berupa
secara

bahasa
tatap

lisan.
muka

Jika
maka

pembicara harus memiliki ketrampilan lain yang tidak kalah


sulitnya dengan jika melakukannya melaui tatap muka, yaitu
pembicara harus memiliki kemampuan mendengarkan aspek
suprassegmental atau informasi yang jelas.

MODUL 6
KEGIATAN BELAJAR 2
KETERPADUAN KETERAMPILAN MEMBACA DENGAN FOKUS
MENYIMAK
Hubungan antara menyimak dan membaca,

1. Penguasaan kosakata yang sedikit yang diperoleh melalui


menyimak erat kaitannya dengan keseukaran-kesukaran
yang dihadapi seseorang dalam membaca.
2. Daya
simak
yang
buruk
sangat
mempengaruhi
kemampuan membaca seseorang.
3. Peningkatan terhadap kemampuan yang satu (menyimak)
akan menimbulkan peningkatan pada kemampuan yang
lainnya (membaca, menulis, berbicara)
Ahli lain mengatakan sebagai berikut.
1. Menyimak

maupun

membaca

menuntut

kesiapan

kecakapan.
2. Pada umumnya, maksud dan tujuan menyimak serta
membaca bersifat fungsional dan apresiatif.
3. Baik dalam menyimak maupun membaca kata buukanlah
merupakan kesatuan pemahaman tetapi mempengaruhi
pemahaman terhadap frase kalimat dan paragraph.
4. Menyimak dan membaca dapat berlangsung dalam situasi
individual atau sosial.

MODUL 6
KEGIATAN BELAJAR 3
KETERPADUAN KETRAMPILAN MENULIS DENGAN FOKUS
MENYIMAK

Perhatikan

hal-hal

yang

harus

Anda

lakukan

ketika

mendengarkan/menyimak rekaman tersebut yaitu :


1. Tentukanlah gagasan pokok dan gagasan-gagasan penjelas
yang terdapat dalam informasi tersebut.
2. Carilah gagasan pokok dan gagasan-gagasan penjelas
yang Anda tetntukan itu.
3. Susunlah gagasan-gagasan
kerangka karangan kecil.

tersebut

menjadi

sebuah

Anda mungkin juga menyukai