Anda di halaman 1dari 9

ANALISIS KETERBACAAN TEKS PADA BUKU PELAJARAN

BAHASA INDONESIA KURIKULUM 2013 KELAS VIII SMP


BERDASARKAN GRAFIK FRY

Lusi Apriliani ( 1988201028 )


Universitas Muhammadiyah Tangerang
Email : lusiapriliani3@gmail.com

Abstrak
Keterbacaan isi teks pada buku siswa tematik terpadu kelas VIII SMP Kurikulum
2013 berdasarkan Formula Grafik Fry. Ruang lingkup dalam penelitian yaitu
pemaparan permasalahan dengan cara melakukan analisis keterbacaan teks pada buku
siswa bahasa Indonesia kelas VIII SMP kurikulum 2013. Metode penelitian adalah
kualitatif dalam pengumpulan datanya menggunakan instrument penelitian berupa teks
bacaan dan hasil dari penelitian dipapakan menggunakan kata-kata tertulis yang bersifat
deskriptif dan dalam pengumpulan datanya menggunakan instrument penelitian berupa
teks bacaan dan hasil dari penelitian dipaparkan menggunakan kata-kata tertulis yang
bersifat deskriptif. Penelitian yang dilakukan penulis yaitu menganalisis buku paket
bahasa indonesia kelas VIII SMP. Setelah dihitung menggunakan langkah-langkah grafik
fry, dijumlah dan dirata- ratakan. Kemudian diplotkan ke dalam grafik fry, buku
paket Bahasa Indonesia kelas VIII cocok untuk tingkatan 8, dan 9.

Kata Kunci : Keterbacaan, Tematik, Grafik Fry

Abstract

Readability of text content in integrated thematic student books class VIII SMP
Curriculum 2013 based on Fry Graph Formula. The scope of the research is the description
of the problem by analyzing the readability of the text in Indonesian language students'
books of class VIII SMP curriculum 2013. The research method is qualitative in that the
data is collected using a research instrument in the form of reading texts and the results of
the research are used using written words that are descriptive and in data collection using a
research instrument in the form of reading text and the results of the study are presented
using written words that are descriptive. The research conducted by the author is analyzing
Indonesian language textbooks for class VIII SMP. After being calculated using the fry
graph steps, they are added and averaged. Then plotted into the fry chart, the Indonesian
language textbook for class VIII is suitable for levels 8, and 9.

Keywords: Readability, Thematic, Fry Graph


PENDAHULUAN mudah dimengerti yaitu aspek
Perlu diketahui bersama keterbacaan (readability) dari sebuah
bahwasanya pemasalahan di bidang buku bacaan atau teks bacaan .
pendidikan salah satunya yang Keterbacaan suatu bacaan atau teks harus
dihadapi oleh bangsa Indonesia, yaitu sesuai dengan kemampuan membaca
masih rendahnya kualitas pendidikan pembacanya. Lebih lanjut Klare
pada setiap jenjang. Pemerintah terus (1984:726) menyatakan bahwa bacaan
berupaya untuk meningkatkan mutu yang memiliki tingkat keterbacaan yang
pendidikan nasional, salah satunya baik akan memengaruhi pembacanya
dengan melakukan penyempurnaan dalam meningkatkan minat belajar dan
kurikulum. Kurikulum 2013 sebagai daya ingat, menambah kecepatan dan
kurikulum terbaru di Indonesia yang efisiensi membaca, dan memelihara
mulai diberlakukan pada tahun kebiasaan membacanya. Oleh karena
pelajaran 2013 – 2014 diharapkan itu bahwa aspek keterbacaan perlu
menjadi penyempurna dari kurikulum diperhatikan agar pembaca (siswa) tidak
sebelumnya. Implementasi kurikulum ini hanya mampu memahami makna atau isi
dilengkapi dengan disediakannnya oleh buku teks tetapi juga dapat meningkatkan
Pemerintah buku siswa dan pedoman motivasi belajarnya. Edward Fry
guru. Hal ini diharapkan agar memperkenalkan formula keterbacaan
pembelajaran yang terjadi menjadi lebih dalam bentuk grafik yang disebut
efekif dan efisien. Mulyasa, (2013:49) dengan Grafik Fry (Nurlaili, 2011: 171).
salah satu kunci sukses yang menentukan Formula keterbacaan dalam grafik ini
keberhasilan implementasi kurikulum berdasarkan dua faktor, yaitu panjang
2013 adalah sumber belajar yang pendek kata dan tingkat kesulitan kata
memadai, dan harus disadari, bahwa yang ditandai oleh jumlah (banyak-
sampai saat ini buku pelajaran masih sedikitnya) suku kata yang membentuk
merupakan sumber belajar yang sangat setiap kata dalam wacana tersebut
penting bagi siswa. (Laksono, 2008: 4.11). Maka dari itu Fry
Untuk meningkatkan kualitas mendasarkan kajiannya pada dua faktor
buku teks sebagai sumber informasi, isi utama, yaitu (1) panjang- pendeknya
atau makna yang disampaikan melalui kalimat dan (2) tingkat kerumitan kata
buku teks perlu diperhatikan dan atau panjang pendeknya kata. Kelebihan
disajikan dalam bentuk yang tidak hanya dari formula keterbacaan Grafik Fry
menarik secara visual tetapi juga merupakan hasil upaya untuk
menyederhanakan dan pengefisienan kata, dan sebagainya yang membentuk
teknik penentuan tingkat keterbacaan. ujaran, (3) ujaran yang dihasilkan dalam
(Laksono, 2008: 4.12). yang menyatakan interaksi manusia. Suatu teks juga dilihat
bahwa, “Grafik Fry merupakan hasil dari segi maksud dan makna yang
upaya menyederhanakan dan diujarankan. Teks memiliki kesatuan dan
mengefisiensikan teknik penentuan kepaduan antara isi yang ingin
tingkat keterbacaan wacana. disampaikan dengan bentuk ujaran,
Oleh karena itu berdasarkan analisis awal dan situasi kondisi yang ada. Dengan
peneliti menemukan buku siswa pada kata lain, bahwa teks itu berupa
mata pelajaran bahasa Indonesia ungkapan berupa bahasa yang di
kurikulum 2013 kelas VIII yang beredar dalamnya terdiri dari satu kesatuan antar
isi, bentuk, dan situasi kondisi
METODE penggunaannya. menganalisis teks adalah
Penelitian ini menggunakan penyelidikan (meneliti/memeriksa)
metode penelitian analisis terhadap suatu teks atau wacana
deskriptif.Deskripsi diperoleh dari data (karangan, perbuatan dan lain sebgainya),
yang dikumpulkan melalui teknik dan menganalisis merupakan kegiatan
grafik fry dan kemudian dianalisis melakukan analisis. Di dalam
secara statistik. menganalisis ada beberapa lagkah yang
Dalam hal ini peneliti menganalisis suatu perlu diperhatikan yaitu struktur, isi, dan
keterbacaan teks berdasarkan teks, bahasa.
keterbacaan teks, teknik mengukur Keterbacaan teks
keterbacaan teks & formula grafik fry. Keterbacaan berhubungan dengan
Yang akan dijabarkan berikut ini : suatu kalimat atau bentuk teks yang
Teks apabila di baca mudah dipahami,
Teks merupakan data dalam dimengerti dan diingat maksud dan
analisis wacana , baik teks yang lisan makna dari teks tersebut. Keterbacaan
maupun teks yang tulis. Teks dalam hal adalah keseluruhan unsur bacaan yang
ini mengacu pada bentuk transkripsi mempengaruhi keberhasilan yang
rangkaian suatu kaliamat atau ujaran. dicapai oleh sekelompok pembaca
Kridalaksana (2011:238) dalam Kamus dengan bahan tersebut (Hafni,
Linguistiknya menyatakan bahwa teks 2005:13). Keterbacaan adalah perihal
adalah (1) satuan bahasa terlengkap yang dapat dibacanya teks secara cepat,
yang bersifat abstrak, (2) deretan kalimat, mudah dimengerti, dipahami, dan diingat.
(Depdikbud :1998). Keterbacaan sering bahan bacaan, ada sejumlah formula
dikaitkan dengan hal ihwal terbaca alat ukur keterbacaan yang
tidaknya materi bacaan oleh pembacanya memperhitungkan variabel tersebut
(Tampubolon, 2008 :213). Tingkat sebagai faktor penentu keterbacaan teks,
keterbacaan biasanya dinyatakan yaitu formula Flesch, Fog Index, Grafik
dalam bentuk peringkat kelas Fry, SMOG, dan BI.
(Abdullah,2007:03). Setelah melakukan Landasan Keterbacaan Teks
pengukuran keterbacaan sebuah Perlu diketahui membaca
wacana, orang akan dapat mengetahui memiliki peranan yang sangat penting
kecocokan materi bacaan tersebut dalam kehidupan masyarakat. Membaca
untuk peringkat kelas tertentu. Menurut untuk memperoleh informasi memiliki
Sakri (1993:135) bahwa keterbacaan nilai yang mendasar dan strategis.
tergantung kosa kata dan konstruksi Artinya, hanya dengan melakukan
kalimat yang digunakan oleh penulis kegiatan membaca seseorang akan
dalam tulisannya. Nababan (2007:17) memperoleh informasi yang lebih.
menyebutkan faktor- faktor lainnya yang Karena itulah, secara tegas dinyatakan
dapat mempengaruhi keterbacaan teks oleh Ginting (2005 :18) bahwa salah
terjemahan:penggunaan kata asing dan satu wahana dalam upaya memperoleh
daerah, penggunaan kata dan kalimat informasi dan meningkatkan pengetahuan
taksa, penggunaan kalimat tak adalah melalui kegiatan membaca. Untuk
lengkap, dan alur pikir yang tidak menentukan bahan ajar membaca,
runtut. Merujuk dari beberapa pandangan guru diperkenankan memilih untuk
tentang keterbacaan tersebut dapat memilihkan bahan bacaan yang layak
disimpulkan bahwa faktor penentu bagi para siswanya hal ini merupakan hal
keterbacaan itu adalah kesulitan kosakata yang tidak dapat diabaikan, terlebih-lebih
sebagai variabel semantis dan kesulitan bagi guru bahasa indonesia, karena
kalimat sebagai variabel sintaksis. secara formal pengajaran membaca
Keterbacaan berkaitan dengan dibebankan pada guru bidang studi
keseluruhan unsur yang ada dalam teks bahasa indonesia. Dikemukakan Mulyati
atau materi bacaan, untuk menentukan (1997: 105) bahwa “buku paket, buku
keterbacaan suatu teks atau materi bacaan teks sebagai pegangan dasar dalam
dapat diukur dengan berbagai formula melaksanakan kegiatan belajar dewasa
(Sitepu, 2010 :3-7). Untuk ini sangat banyak jumlahnya, namun
memperkirakan tingkat keterbacaan tidak berarti guru harus terpaku dengan
satu macam bahan ajar yang ada”. Jadi, dengan kemampuan pemahaman
dengan menentukan bahan bacaan yang pembaca tingkat tertentu. Maka perlu
layak untuk dikonsumsi siswa guru harus diketahui apakah tiap formula
mampu memilihkan bahan bacaan yang keterbacaan itu menentukan tingkat
layak baca untuk para sisiwanya, salah keterbacaan sebuah teks sehingga teks
satunya guru harus memahami kriteria tersebut efektif digunakan dalam proses
penentuan kelayakan bahan bacaan itu pembelajaran membaca.
dengan menentukan tingkat keterbacaan Menurut Mc-Neill dan Singer &
sebuah bacaan/ wacana. Donlan (dalam Suherli, 2008) bahwa
Teknik Mengukur Keterbacaan Teks tingkat keterbacaan teks dapat
Formula keterbacaan yang ditentukan dengan formula keterbacaan
dikembangkan berbasis bahasa Inggris dan respon pembaca. Sehubungan
dan ada yang berbasis bahasa Indonesia. dengan respon pembaca, pembaca
Yang berbasis bahasa Inggris seperti dihadapkan dengan tes membaca
formula Flesch, Fog Index, SMOG, pemahaman yang gunakan untuk
dan Grafik Fry, sedangkan yang berbasis menguji pemahaman isi bacaan. Tiga
bahasa Indonesia adalah formula BI. faktor berkaitan dengan teks (text driven)
Semua formula keterbacaan yang yaitu pengenalan kata dan pengenalan
dikembangkan dapat meramalkan apakah sintaksis. Tiga faktor lain berhubungan
sebuah materi bacaan akan lebih sulit dengan pengetahuan pembaca
atau lebih mudah dipahami pembaca bila (knowledge driven) yang sifatnya
dibandingkan dengan materi bacaan yang tersembunyi dan tersirat.
lain (Ginting,1990). Formula Grafik fry
Dengan mengukur keterbacaan tersebut Formula Grafik Fry menggunakan
dengan menggunakan formula variabel kesukaran kata dan kerumitan
keterbacaan maka nantinya akan gramatikal sebagai faktor penentu
menemukan sebuah prediksi. Prediksi keterbacaan teks. Cara penghitungannya
tersebut dapat dijadikan pegangan untuk tidak jauh berbeda dengan formula
menentukan tingkat pembaca. Artinya, sebelumnya namun setelah ditemukan
apakah teks itu sesuai dengan siswa hasil perhitungan kesukaran kata dan
tingkat SD, SMP, SMA atau mahasiswa. kerumitan gramatikal selanjutnya
Selain itu, prediksi itu dapat juga dicocokkan dengan grafik Fry.
dimanfaatkan untuk menentukan atau Ketepatan pengukuran keterbacaan teks
memilih materi bacaan yang sesuai wacana dengan Grafik Fry sangat
ditentukan oleh penghitungan yang tepat batasan kata (seperti dijelaskan
jumlah suku kata, kata, dan kalimat di pada langkah 1) di atas yang
dalam wacana tersebut. Langkah-langkah memasukkan angka dan singkatan
penggunaan pengukuran keterbacaan sebagai kata, maka untuk kata dan
menggunakan grafik fry adalah sebagai singkatan, setiap lambang
berikut. diperhitungkan sebagai satu suku
1. Pilihlah penggalan yang kata. Misal, 234, terdiri atas tiga
representatif dari wacana yang suku kata, IKIP terdiri atas empat
hendak diukur tingkat suku kata.
keterbacaannya dengan mengambil 5. Perhatikan Grafik Fry. Kolom
100 buah kata dari wacana yang tegak lurus menunjukkan jumlah
hendak diukur keterbacannya. suku kata per seratus kata dan baris
2. Hitunglah jumlah kalimat dari 100 mendatar menunjukkan jumlah
kata tersebut hingga perpuluhan kalimat per seratus kata. Data yang
terdekat. Maksudnya jika kata yang kita peroleh pada langkah (2),
termasuk dalam hitungan seratus yakni rata-rata jumlah kalimat dan
buah perkataan (sampel wacana) data yang kita peroleh pada
tidak jatuh di ujung kalimat, maka langkah (3), yakni rata-rata jumlah
perhitungan kalimat tidak akan suku kata diplotkan ke dalam grafik
selalu utuh malainkan selalu akan untuk mencari titik temunya.
ada sisa. Pertemuan antara baris vertikal
3. Sisanya itu tentu adalah sejumlah (jumlah suku kata) dan baris
kata yang merupakan bagian dari horizontal (jumlah kalimat)
deretan kata- kata yang menunjukkan tingkat-tingkat kelas
membentuk kalimat utuh. Karena pembaca yang diperkirakan
keharusan pengambilan sampel mampu membaca wacana yang
wacana berpatokan pada angka terpilih itu. Jika persilangan baris
100, maka sisa kata yang vertikal dan baris horizontal itu
termasuk dalam hitungan seratus berada pada daerah gelap atau
itu diperhi-tungkan dalam bentuk daerah yang diarsir, maka wacana
desimal (per puluhan). tersebut dinyatakan tidak absah.
4. Hitunglah jumlah suku kata dari Oleh sebab itu harus dipilih wacana
wacana sampel yang 100 buah lain dan mengulangi langkah-
kata tadi. Sebagai konsekuensi dari
langkah yang sama seperti yang telah Tingkat keterbacaan ini bersifat
dijelaskan tadi. perkiraan. Penyimpangan mungkin
Perhatikan Grafik Fry. Kolom tegak terjadi, baik ke atas maupun ke bawah.
lurus menunjukkan jumlah suku kata Oleh karena itu, peringkat keterbacaan
per seratus kata dan baris mendatar wacana hendaknya ditambah satu tingkat
menunjukkan jumlah kalimat per seratus dan dikurangi satu tingkat. Sebagai
kata. Data yang kita peroleh pada contoh, jika titik pertemuan dari
langkah (2), yakni rata-rata jumlah persilangan baris vertikal untuk data suku
kalimat dan data yang kita peroleh kata dan baris horizontal untuk data
pada langkah (3), yakni rata-rata jumlah jumlah kalimat jatuh di wilayah 6, maka
suku kata diplotkan ke dalam grafik peringkat keterbacaan wacana yang
untuk mencari titik temunya. Pertemuan diukur tersebut harus diperkirakan
antara baris vertikal (jumlah suku sebagai wacana dengan tingkat
kata) dan baris horizontal (jumlah keterbacaan yang cocok untuk peringkat,
kalimat) menunjukkan tingkat-tingkat 5 yakni (6-1), 6, dan 7 yakni (6+1).
kelas pembaca yang diperkirakan Jika menggunakan formula ini untuk
mampu membaca wacana yang terpilih mengukur keterbacaan wacana bahasa
itu. Jika persilangan baris vertikal dan Indonesia, petunjuk langkah-langkah
baris horizontal itu berada pada daerah penggunaan Grafik Fry masih harus
gelap atau daerah yang diarsir, maka ditambah satu langkah lagi, yakni
wacana tersebut dinyatakan tidak memperkalikan hasil penghitungan
absah. Oleh sebab itu harus dipilih suku kata dengan angka 0.6. hal ini
wacana lain dan mengulangi langkah- disebabkan perbandingan antara jumlah
langkah yang sama seperti yang telah suku kata bahasa Inggris dengan
dijelaskan tadi. jumlah suku kata bahasa Indonesia itu
6:10 (6 suku kata dalam bahasa
Inggris kira-kira sama dengan 10 suku
kata dalam bahasa Indonesia).
Grafik Fry merupakan penelitian untuk
wacana bahasa inggris. Padahal struktur
bahasa inggris berbeda jauh dengan
bahasa Indonesia, terutama dalam hal
suku katanya. Berdasarkan kenyataan
Gambar 1. Grafik Fry tersebut, tidak akan pernah didapati
wacana dalam Bahasa Indonesia cocok ini buku paket kurikulum 2013 kelas
untuk peringkat kelas di dalam grafik VII SMP sudah bisa dikatakan sesuai
Fry. Sebab titik temunya pasti berada dengan jenjang SMP untuk kelas VIII.
pada daerah yang diarsir. Oleh karena itu Bisa dikatakan buku tersebut sudah
di tambah satu langkah lagi yaitu dengan sesuai dengan daya serap peserta didiki
mengalikan jumlah suku kata dengan pada tingkatan kelas VIII. Dan bisa
angka 0,6 (Laksono, 2008: 4.20). dibilang teks yang didalamnya sudah
memenuhi dari segala aspek seperti aspek
HASIL & PEMBAHASAN penggunaan kata, keterbacaan teks,
Analisis dalam penelitian ini kesederhanaan teks sesuai dengan
mengambil sampel wacana yang jenjang pendidikan tingkat SMP.
didalamnya memiliki 100 kata. Hasil Seleksi dapat dilakukan dengan
analisis keterbacaan buku Bahasa melakukan pengukuran tingkat
Indonesia kurikulum 2013 kelas VIII keterbacaan. Salah satu cara yang paling
SMP menggunakan prosedur mudah untuk mengukur tingkat
pengukuran formula grafik Fry, yaitu: keterbacaan adalah dengan memakai
Tabel 1. Hasil Temuan formula keterbacaan. Karena
Hal. Wacana Jumlah Jumlah itu,disarankan kepada guru Bahasa
No. Sampel 100 Suku Kalimat Indonesia agar selalu menguji
Kata Kata keterbacaan materi bacaannya dengan
1. 2 158,4 2,4 formula keterbacaan yang telah ada
2. 36 86,4 1,2
3. 84 175,8 0,25 sebelum dipastikan sebagai bahan ajar.
4. 116 157,8 0,1 Untuk meningkatkan kualitas
5. 145 154,2 2
Jumlah 632,6 5,95 penggunaan bahasa Indonesia terutama
Rata-Rata 126,52 1,19 aspek keterbacaan buku teks, penulis
Berdasarkan hasil rata–rata analisis
ataupun penerbit disarankan selalu
tersebut, kemudian diplotkan kedalam
mempertimbangkan kosakata dan
grafik fry ternyata titik temu dari
kalimat-kalimat dalam buku teks.
persilangan ke dua data tersebut jatuh
Dalam hal ini, guru dapat
pada wilayah 9. Artinya tingkat
memanfaatkan formula keterbacaan
keterbacaan buku paket kurikulum
sebagai alat bantu.
2013 kelas VII SMP berdasarkan formula
KESIMPULAN
keterbacaan grafik Fry cocok untuk
tingkat kelas 8, dan 9. Maka dalam hal
Dari hasil penelitaian yang penulis
lakukan penulis menyimpulkan hasil Khairil, Salam, dan Junus, Andi Fatimah.
2016. Keterbacaan Wacana Dalam
penelitian ini sebagai berikut.
Buku Teks Bahasa Indonesia
Penelitian yang dilakukan penulis “Ekspresi Diri Dan Akademik”
Cetakan Kedua Melalui Cloze Test
yaitu menganalisis buku paket Bahasa
Siswa Kelas X Sman 1 Makassar.
Indonesia Kurikulum 2013 kelas VIII Jurnal Retorika, Volume 9, Nomor 1,
Februari 2016, hlm. 1—89
SMP. Setelah dihitung menggunakan
langkah-langkah grafik fry, dijumlah Muslihatulizzah. 2015. Keterbacaan, hal
yang perlu diketahui dalam membaca.
dan dirata-ratakan. Kemudian diplotkan
http://muslihatulizzah.blogspot.com/2
ke dalam grafik fry, buku paket Bahasa 015/12/keterbacaan-hal-yang-perlu-
diketahui.html. (Diakses 17 Januari
Indonesia Kurikulum 2013 kelas VIII
2021 pukul 15.01 WIB)
SMP cocok digunakan dikelas 8 maupun
Nanis. 2013. Keterbacaan Bahan
9.
Bacaan.http://bynhananis.blogspot.co
SARAN m/2013/06/keterbacaan-bahan-
bacaan.html (Diakses 17 Januari 2021
Buku paket Bahasa Indonesia Kurikulum
pukul 15.01 WIB)
2013 kelas VIII SMP sudah cocok dan
Sutejo, Zabadi, Fairul. 2014. Bahasa
pas untuk disampaikan kepada peserta
Indonesia Wahana Pengetahuan.
didik. Oleh karena itu pendidik harus bisa Jakarta : Kemendikbud
menyampaikan sebuah wacana tersebut
Saroni, Nuyani.2015. Analisis
kepada peserta didik dengan baik dan Keterbacaan Tekspada Buku Tematik
Terpadu Kelas V Sd Berdasarkan
benar agar pemahaman mereka terhadap
Grafik Fry. Jurnal Keterbacaan
buku tersebut bisa diterima, dan pendidik (Recovered)
harus tetap bisa menguasai suatu
keterbacaan apabila hendak
menyampaikan materi kepada peserta
didik.
Karena keterbacaan sebuah wacana
akan mempengaruhi pemahaman
peserta didik terhadap bahan ajar yang
akan diberikan. Formula keterbacaan
grafik fry sebagai salah satu alat ukur
keterbacaan perlu dikembangkan dan
perlu dikuasai oleh seorang pendidik.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai