Anda di halaman 1dari 9

MENGUKUR KETERBACAAN BUKU TEKS DENGAN FOMULA FRY

RAYGOR
KETERAMPILAN BAHASA RESEPTIF
DOSEN PENGAMPU : IKA FEBRIANA S.Pd, M.Pd

Disusun oleh:
Irma Yanti Sitorus : NIM. 2231111059
Kevin Pardede : NIM. 2231111055

PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini tepat pada
waktunya. Makalah ini membahas tentang “MENGUKUR KETERBACAAN BUKU
TEKS DENGAN FOMULA FRY RAYGOR”. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas
keolompok pada mata kuliah Keterampilan Bahasa Reseptif. Kami berharap makalah ini
dapat menjadi referensi bagi para pelajar dan pembaca sekalian.
Kami menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk
penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk
penyempurnaan makalah selanjutnya. Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat kepada kita sekalian.

Medan, 27 November 2023

Kelompok 12
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Makalah
D. Manfaat Makalah
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Keterbacaan
B. Pengertian Grafik Raygor
C. Rumus dan pengaplikasian Grafik Raygor
D. Manfaat Grafik Raygor
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Membaca adalah salah satu keterampilan berbahasa yang harus dimiliki oleh
setiap pelajar mulai jenjang sekolah dasar, menengah sampai dengan perguruan
tinggi. Teks atau wacana yang dibaca harus sesuai dengan tingkat pemahaman peserta
didik. Untuk mengukur sesuai tidaknya suatu teks ada sebuah alat atau formula yang
dapat digunakan, yaitu formula keterbacaan. Dengan menggunakan alat ini, seorang
guru dapat melihat apakah teks yang akan diberikan itu sesuai atau tidak.

Keterbacaan memiliki pengertian yang dapat dibaca dan dipahami. Artinya, sebuah
teks atau wacana yang diberikan ita itu tidak hanya bisa dibaca saja, tetapi juga
mampu dipahami dengan baik oleh pembaca, Sehingga apa yang tercantum dalam
teks atau wacana dapat dimengerti dan diingat oleh pembaca. Ada beberapa jenis
formula keterbacaan, diantaranya grafik fry, grafik raygor, dan teks rumpang. Dari
ketiga cara tersebut hanya grafik raygor yang akan dibahas dalam makalah ini.

Grafik raygor merupakan alat untuk mengukur tingkat kesukaran dari teks yang
dibaca. Cara pengukurannya dilihat dari seberapa banyak kalimat dan kata yang sulit,
yaitu kata yang terdiri dari enam atau lebih huruf dalam bacaan. Grafik raygor ini
banyak mengukur bacaan .

B. Rumusan Masalah

a. Apakah yang dimaksud dengan keterbacaan?


b. Apakah yang dimaksud dengan grafik raygor?
c. Bagaimana rumus dan cara penggunaan grafik raygor?
d. Manfaat grafik raygor untuk pembelajaran bahasa Indonesia

C. Tujuan

a. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan keterbacaan.


b. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan keterbacaan grafik raygor.
c. Untuk mengetahui rumus serta cara mengaplikasikan grafik Raygor
d. Untuk mengetahui manfaat dari grafik raygor untuk pembelajaran bahasa
Indonesia.

D. Manfaat Grafik Raygor

Makalah ini penulis susun guna meningkatkan pengetahuan dan pemahaman


mengenai formula keterbacaan khuusnya grafik raygon yang digunakan untuk
mengukur kesukaran sebuah teks ataupun wacana. Serta dengan adanya makalah ini
diharapkan pembaca maupun penulis mampu mengaplikasikan formula keterbacaan
grafik raygon dalam sebuah analisis terhadap teks maupunpun wacana. Selain itu,
makalah ini juga disusun sebagai penunjang Mata Kuliah Membaca 1.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Keterbacaan

Menurut Harjasujana dan Mulyati (dalam Fadilah dan Mintowati), secara


etimologis keterbacaan merupakan alih bahasa dari readability. Readability
merupakan kata turunan yang dibentuk oleh kata dasar readable, artinya dapat dibaca
atau terbaca Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi V (luring) disebutkan
bahwa keterbacaan adalah perihal dapat dibacanya suatu teks secara cepat dan mudah
dipahami serta diingat oleh si pembaca. Keterbacaan mempersoalkan tingkat
kesulitan atau tigkat kemudahan suatu bahan bacaan tertentu bagi peringkat pembaca
tertentu. Keterbacaan merupakan ukuran tentang sesuai-tidaknya suatu bacaan bagi
pembaca tertentu dilihat dari segi tingkat kesulitan atau kemudahan wacananya

Tampubolon (dalam Rahma, 95-2016) menyatakan, "Keterbacaan readability)


ialah sesuai tidaknya suatu bacaan bagi pembaca dilihat dari segi tingkat
kesukarannya". Oleh karena itu, untuk mengukur kesukaran tersebut diperlukan
formula keterbacaan. Dale dan Chale (dalam Rahma, 95-2016) memaknai
keterbacaan sebagai "sejumlah elemen dalam bagian tertentu dari sebuah teks atau
bahan bacaan yang memengaruhi keberhasilan sekelompok pembaca dalam
memahami teks atau bahan bacaan tersebut." Dari beberapa pengertian tersebut dpaat
disimpulkan bahwa keterbacaan adalah alat pengukur terbaca tidaknya suatu bahan
bacaan oleh pembaca dengan menggunakan alat ukur keterbacaan.

Dengan mengukur keterbacaan sebuah wacana kita akan mengetahui wacana


(materi bacaan) tersebut sesuai untuk jenjang kognisi kelas berapa (satu, dua, tiga,
dan seterusnya). Menurut Gray dan Leary (dalam Rahima, 95-2016), setidaknya
terdapat 289 faktor yang memengaruhi keterbacaan dan 20 faktor di antaranya
dinyatakan signifikan. Penelitian terakhir membuktikan bahwa ada dua faktor yang
berpengaruh terhadap keterbacaan, yakni (1) panjang- pendeknya kalimat, dan (2)
tingkat kesulitan kata. Artinya, dalam megukur keterbacaan suatu bacaan atau
wacana dilihat dari seberapa panjang dan sulimya kata yang digunakan dalam bacaan
tersebut.
Keterbacaan tidak hanya mengukur sulit tidaknya atau cocok tidaknya suatu
bacaan bagi pembaca, tetapi juga dapat mengukur pemahaman pembaca terhadap
bahan bacaan. Hal tersebut dijelaskna pula oleh Dalman (dalam Fadilah dan
Mintowati) yang mengatakan bahwa ada tiga aspek dalam keterbacaan, yaitu
kemudahan, kemenarikan, dan keterpahaman. Ruswanto (dalam Rahma, 2016)
mengatakan aspek keterbacaan berkaitan dengan peristilahan, kejelasan bahasa, dan
kesesuaian bahasa dengan perkembangan anak. Artinya, keterbacaan ini mampu
mengukur mudah tidaknya suatu bacaan, menarik tidaknya, dan paham tidaknya
pembaca terhadap bahan bacaan dalam mengukur keterbacaan ini terdapat beberapa
rumus atau formula yang digunakan, salah satunya adalah grafik raygor.

B. Formulasi Grafik Raygor


Grafik Raygor ini diperkenalkan oleh Alton Raygor pada tahun 1977. Formula
ini mendekati kecocokan dalam penggunaan bahasa huruf latin. Dengan kata lai,
grafik ini lebih menghitung keterbacaan bacaan dalam bacaannya. yang memiliki
kata-kata asing Grafik raygor adalah salah satu alat ukur yang yang digunakan dalam
keterbacaan. Dengan menggunakan jumlah kalimat dan kata yang sulit yang terdiri
enam kata atau lebih yang terdapat dalam wacana atau bacaan sehingga dapat ditarik
simpulan bahwa Keterbacaan Grafik Raygor adalah mempersoalkan atau
tingkat kemudahan terhadap suatu bacaan bagi pembaca tertentu dengan
menggunakan metode pengklasifikasian grafik raygor atau menggunakan sub sampel
dari bagian awal, tengah, dan akhir bacaan dengan prosedur (menggunakan kalimat
atau kata yang sulit terdiri enam atau lebih) apabila wacana atau bacaannya panjang.

C. Rumus dan Pengaplikasian Grafik Raygor


Dalam menghitung keterbacaan dengan menggunakan grafik raygor terdapat
beberapa rumus perkiraan yang dapat mempermudah dalam penghitungannya,
diantaranya sebagai berikut.
1. Ekstrak bagian 100 kata pilihan. Apabila bacaannya panjang maka ambil sub sampel
dari awal, tengah dan akhir.
2. Hitung jumlah kalimat di setiap bagian. Hitung setengah kalimat sebagai 0,5.
3. Hitung jumlah kata di setiap bagian yang berisi enam huruf atau lebih.
4. Temukan titik pada grafik Raygor.
Pengapliaksan grafik raygor salah satunya dengan analisis yang dilakukan oleh Rahma
(2013:96) FPBS Universitas Pendidikan Indonesia melakukan sebuah analisis menggunakan
grafik raygor dengan berjudul Keterbacaan teks pada buku model bahasa Indonesia Tematik
SD Kelas Tinggi Kurikulum 2013. Adapun metode yang digunakan pada penelitiannya yaitu
deskriptif Dengan proses beberapa tahapan diantaranya meliputi:
1. Pengumpulan teks dari Tematik SD Bahasa Indonesia Kelas tinggi kurikulum 2013
2. Melakukan klasifikasi jenis teks
3. Melakukan kajian analisis
4. Menyusun laporan hasil analisis tingkat keterbacaan
Adapun sumber data yang digunakan adalah teks yang terdapat pada buku model bahasa
Indonesia tematik kurikulum 2013 kelas IV SD.Data tersebut dikumpulkan kemudian
dianalisis agar peneliti mendapat informasi berupa sebaran teks pada buku model bahasa
Indonesia tematik SD Kelas tinggi tersebut(kelas IV) kurikulu 2013 tersebut dan informasi
mengenai tingkat keterbacaannya.
Untuk jenjang kelas IV SD yang diunduh berjumlah 9 buku terdiri buku tematik 1-9
Adapun jumlah teksnya terdapat 69 teks yang tersebar dalam 9 buku tematik. Berikut daftar
judul yang ada di buku model bahasa Indonesia tematik SD kelas tinggi (kelas IV) kurikulum
2013 beserta halamanya untuk buku tematik 1 dan 2.

Adapun tingkat keterbacaan dari grafik raygor yang telah diaplikasikan bahwasanya
diketahui tingkat keterbacaan nya sangat rendah. Tidak ada satu pun teks yang memiliki
tingkat keterbacaan yang sesuai dengan jenjang kognisi siswa kelas IV SD Berdasarkan
analisis banyak ditemukan teks yang memiliki kalimat yang panjang dan kompleks,diksi yang
digunakankurang tepat sehingga kurang dipahami.Makadariny keterbacaan yang tidak sesuai
dengan jenjang kognisi siswa. Dari penelitian yang dilakukan oleh Rahma tersebut dapat
diambil simpulan bahwa kesesuaian tingkat keterbacaan teks pada buku model Bahasa
Indonesia tematik SD kelas IV Kurikulum 2013 sangat rendah.
D. Manfaat Grafik Raygor
Mengukur keterbacaan menggunakan formula grafik raygor memiliki beberapa manfaat,
sebagai berikut.
1. Untuk melihat tingkat kesulitan atau tingkat kemudahan suatu bacaan tertentu. Jadi untuk
melihat tingkat keterbacaannya, apakah bacaan tersebut mudah dipahami atau tidak. Dengan
grafik raygor kita dapat melihat tingkat keterbacaan suatu bacaan.
2. Untuk memperkirakan tingkat kesulitan wacana. Memperkirakan bahan ajar yang tepat
atau cocok, serta memperkirakan tingkat kesulitan dalam suatu bacaan agar bahan ajar yang
disampaikan mudah dipahami. Secara umum grafik raygor mempunyai mangfaat bagi
pembelajaran yaitu untuk mempertimbangkan tingkat kesulitan dan kemudahan dalam sebuah
bacaan, Dengan adanya pertimbangan tersebut maka guru atau pengajar bisa menentukan
tingkat kesulitan wacana, sehingga dapat menentukan bahan bacaan yang cocok untuk
digunakan sebagai bahan pembelajaran.

BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Keterbacaan adalah alat ukur yang digunakan untuk mengukur tingkat pemahaman
pembaca terhadap bahan bacaan serta mengukur tingkat kesukaran dari bacaan tersebut.
Dengan begitu, akan terlihat apakah bahan bacaan atau teks itu sesuai atau tidak dengan
jenjang pendidikan, baik sekolah dasar, menengah maupun perguruan tinggi. Untuk
mengukur keterbacaan ini, digunakan beberapa formula yang disebut dengan formula grafik
raygor. Grafik raygor sendiri merupakan alat yang mengukur tingkat kesukaran dari bahan
bacaan denga memfokuskan menelaah kata-kata sulit yang terdiri dari enam atau lebih huruf
dalam satu kata. Kata-kata yang diukur juga biasanya kata-kata dari bahasa asing, misalnya
bahasa inggris, latin, dan lain sebagainya.
Untuk mengukur keterbacaan menggunakan grafik raygor ada beberapa rumus, yaitu
memilih 100 kata pilihan dari bahan bacaan. Kata-kata tersebut diambil dari awal, tengah,
dan akhir, dengan catatan bahan bacaannya panjang. Kemudian menghitung jumlah kalimat
disetiap bagian yang ada di dalam bacaan. Bila terdapat kalimat yang belum selesai atau baru
setengah, hitung dengan hitungan 0,5. Selanjytnya, perlu diperhatikan bahwa setiap kata
terdiri dari enam huruf atau lebih. Yang terakhir, tentukan titik pada grafik raygor.
B. Saran
Makalah ini belumlah mendekati sempurna, karena masih terdapat banyak kekurangan
yang disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan penulis. Oleh Karena itu, kami mohon kritik
dan saran yang bersifat membangun baik dari pembaca maupun pihak-pihak yang terkait.
Sehingga, penulis dapat menjadikannya sebagai motivasi guna perbaikan dalam proses
belajar kami selanjutnya. Kami juga berharap agar setiap isi dari makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.
DAFTAR PUSTAKA
Rahma, R. (2016). Keterbacaan Dalam Teks Pada Buku Model Bahasa Indonesia Tematik
SD Kelas Tinggi Kurikulum 2013. FPBS Universitas Pendidikan Indonesia [Online]. Vol 2
(1) 39 halaman. Tersedia rositarahma@upi.edu. Diakses pada 19 Maret 20211.
Fadilah, Rohana dan Maria Mintowati. 2015. Buku Teks Bahasa Indonesia SMP dan SMA
kurikulum 2013 Terbitan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan 2014. Jurnal Pena
Indonesia (JPI). [Online] Vol 1 (1). 36 halaman. Tersedia di http://Journal.unesa.ac.id
/index.php/jpi ISSN:22477-5150/35. Diakses pada [7 Maret 20211.
Mousir, K. 2014. Pengertian Keterbacaan dan Teknik Mengukurnya. [Online]. Tersedia:
http://www.guruberbahasa.com/2016/05/pengertian-keterbacaan-dan-cara.html? m-1. Diakses
pada [ 6 Maret 20211.

Anda mungkin juga menyukai