PROPOSAL TESIS
Disusun Oleh:
YOGYAKARTA
2019
0
PENGARUH PENGUASAAN QOWAID DAN MUFRODAT
bahasa Asing, dalam hal ini bahasa Arab meliputi empat keterampilan. Diantaranya yaitu,
Kemampuan Menyimak (listening competence/ )مهااا اإل ستمااااااا ااا, kemampuan Berbicara
(speaking competence/ )ماهااا اإل ستما ا ا ا, kemampuan membaca (reading competence/ماهااا اإلس
atas itulah yang menjadi tolak ukur seseorang dalam menguasai bahasa Arab. Dari keempat
dan membaca termasuk dalam kategori reseptif. Dikategorikan keterampilan yang bersifat
bahasa lisan maupun tulisan, sehingga dapat dikatakan pula keterampilan ini keterampilan
(receive/ )تك سااااااااbahasa lisan maupun tulisan yang digunakan, sehingga katerampilan
penting. Karena sesungguhnya sejak zaman Nabi saja, ketika permulaan turunnya ayat suci
Al-Qur’an ditandai dengan kata perintah yang singkat, yaitu ( )تقرأyang artinya “Bacalah”.
Ini menunjukkan bahwa hal pertama yang diperintahkan kepada Nabi SAW dan kepada
umatnya adalah membaca, karena membaca akan menghadapkan kita kepada ilmu
1
pengetahuan, dan peradaban.1 Sebagaimana dikemukakan oleh Muhammad Salih Samak,
“Bahwa segala materi pelajaran bersumber dari bacaan”. 2 Karena sumber-sumber tata
bahasa dan kaidah umumnya menggunakan bahasa Arab. Sehingga sangat penting dikuasai
dan dipelajari untuk memahami kaidah bahasa Arab itu sendiri maupun untuk mempelajari
Selanjutnya untuk dapat memahami teks-teks yang tertulis dalam bahasa Arab
tersebut, tentunya pembaca perlu memiliki kemampuan menerjemahkan yang baik kedalam
bahasa yang lebih dulu difahaminya, dalam hal ini berarti bahasa Indonesia. Pada dasarnya
penerjemahan bertujuan untuk untuk menghasilkan suatu karya terjemahan yang dapat
menghadirkan makna yang paling dekat dengan bahasa sumber. Menerjemahkan secara
umum merupakan suatu proses pengalihan ide atau gagasan dari bahasa sumber ke bahasa
mendesak untuk menyampaikan ide atau gagasan dari suatu bahasa ke bahasa lain, tetapi
juga terkait dengan usaha menguasai bahasa asing atau bahasa tertentu. Kegiatan
menerjemahkan teks berbahasa Arab ke bahasa Indonesia, misalnya, selain didasarkan pada
keperluan untuk memperoleh gagasan dan informasi yang terkandung dalam teks berbahasa
Arab tersebut ke dalam bahasa Indonesia, juga dapat dijadikan sarana menguasai bahasa
Arab secara lebih mendalam, misalnya bidang tata bahasa dan kosakata. Dalam
pembelajaran bahasa Arab terutama di lembaga pendidikan, dan sekolah yang menjadi
objek kajian penerjemahan adalah teks-teks yang terdapat dalam materi qira’ah. Materi ini
1 Taha Husain. Limadza Naqra’, Litaaifah Minal Mufakkirin, Daarul Ma’arif: Al-Qaahirah,
duuna Tarikh, shaf. 11
2 Muhammad Abdul Qaadir Ahmad. Taariqah Ta’lim Al-Lughah Al-Arabiyah, Maktabah An-
2
biasanya menjadi materi pengantar sekaligus materi inti dalam setiap bab pada buku-buku
dua macam, yaitu, pertama, metode tradisional/Klasikal dan kedua, metode modern.
Metode pengajaran bahasa Arab tradisional adalah metode pengajaran bahasa Arab yang
terfokus pada “bahasa sebagai budaya ilmu” sehingga belajar bahasa Arab berarti belajar
secara mendalam tentang seluk beluk ilmu bahasa Arab, baik aspek gramatika/sintaksis
yang berkembang dan masyhur digunakan untuk tujuan tersebut adalah metode Qawa’id
Tarjamah. Metode ini mampu bertahan beberapa abad, bahkan sampai sekarang pesantren-
Hal ini didasarkan pada hal-hal sebagai berikut: Pertama, tujuan pengajaran bahasa arab
nampaknya pada aspek budaya/ilmu, terutama nahwu dan sharf. Kedua, kemampuan ilmu
nahwu dianggap sebagai syarat mutlak untuk memahami teks dan kata-kata bahasa Arab
klasik yang tidak mengenal harakat dan tanda baca lainnya. Ketiga, bidang tersebut
merupakan tradisi turun temurun, sehingga kemampuan di bidang itu memberikan rasa
merupakan metode yang tepat dalam pengajaran menerjemahkan, karena sesuai dengan
pembelajaran bahasa Arab. Bahasa Arab sebagai bahasa asing, maka tidak mustahil bagi
seorang pembelajar akan menemui kesulitan dalam mempelajarinya dan kesalahan dalam
menulisnya. Untuk bisa menulis bahasa Arab dengan baik dan benar maka diperlukanlah
perbendaharaan kosa kata (mufrodat) yang memadai dan penguasaan struktur kalimat
3
(qawaid) yang baik pula. Rahmawati berpendapat bahwasanya kualitas berbahasa
kesulitan menulis apabila dia tidak mempunyai perbendaharaan kosa kata yang memadai,
Selanjutnya apabila siswa tidak memahami struktur kalimat dengan baik, maka dia juga
akan kesulitan dalam menyusun kata menjadi kalimat yang benar. pernyataan ini sesuai
dengan hasil penelitian terdahulu yang menyatakan bahwa terdapat koefisien kolerasi dan
koefisien regresi yang sangat signifikan antara penguasaan kosa kata dan pemahaman
kalimat terhadap keterampilan menulis narasi, dengan nilai kolerasi 0,837 % dan
(Chadis4 ). Dengan demikian penguasaan mufrodat dan qowaid sangat berperan penting
merupakan salah satu sekolah yang menjadikan bahasa Arab sebagai salah satu mata
pelajaran pokok didalamnya. Bahasa Arab diajarkan 3 jam pelajaran dalam seminggu,
3 Rahmawati, The Influence of vocabulary skills and sentence structure with the ability to
write a paragraphs description of vocational students. (Jurnal, HORTATORI : Jurnal Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia, Edisi 2, Juli 2017), hal. 61.
4 Chadis, Pengaruh Penguasaan Kosa Kata dan Pemahaman Kalimat terhadap Keterampilan
Menulis Narasi. (Jurnal, DEIKSIS, Vol 6, No 02. Mei 2014), hal. 79.
4
B. Identifikasi Masalah
sebagai berikut :
C. Pembatasan Masalah
kemampuan menerjemahkan teks bahasa Arab. Oleh karena itu penulis membatasi
penelitian ini hanya pada aspek penguasaan Qawaid sebagai variabel predictor (x1) dan
penguasaan Mufrodat sebagai variabel predictor (x2) yang merupakan variabel bebas
menerjemahkan teks bahasa Arab ini dilakukan pada siswa kelas VIII siswa SMP
D. Rumusan Masalah
5
2. Sejauh mana signifikansi penguasaan qawaid terhadap kemampuan tarjamah siswa di
E. Tujuan Penelitian
3 Depok, Sleman.
6
bahasa Arab. Selain itu juga dapat dijadikan sebagai bahan masukan dan pertimbangan
dalam peningkatan kemampuan menerjemahkan teks bahasa Arab para siswa Kelas VIII
SMP Muhammadiyah 3 Depok, Sleman.
G. Kajian Pustaka
Bahan acuan dan pembanding penelitian ini yang membahas tentang kosa kata
(mufradat) adalah penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Firman pada mahasiwa
program studi bahasa Inggris di Universitas Muhammadiyah Mataram, salah satu
simpulannya menjelaskan bahwa terdapat pengaruh interaksi antara strategi pembelajaran
(induktif dan deduktif) dan motivasi belajar terhadap keterampilan menulis argumentasi
bahasa Inggris. Artinya adalah strategi yang baik dan motivasi yang tinggi memberikan
pengaruh terhadap keterampilan mahasiswa dalam menulis argumentasi.5
5 Firman, Pengaruh Strategi Pembelajaran dan Motivasi Belajar Terhadap Keterampilan Menulis
Argumentasi dalam Bahasa Inggris. (Tesis S2, Universitas Muhammadiyah Mataram, 2011). Hal.122
6 Nandang Faturohman, Kemampuan Memahami Bacaan Teks Berbahasa Arab dalam Hubungannya
dengan Penguasaan Kosakata dan Motivasi Baca, (Tesis S2 STAIN Sultan Maulana Hasanuddin Serang,
Banten, 2004), hal 120
7
siswa MTs Hidayatus Sholihin Kediri. Dari hasil penelitian terdapat pengaruh yang
signifikan penguasaan kosakata dan pemahaman struktur kalimat secara bersama-sama
terhadap kemampuan menulis bahasa Arab. Hal ini dibuktikan dengan perolehan nilai sig
0,000 < 0,05 dan F0 = 240,605. Secara bersama-sama variabel penguasaan kosakata dan
pemahaman struktur bahasa memberikan kontribusi sebesar 0,902 terhadap variabel
keterampilan menulis Arab.7
H. Kerangka Teoretis
7 Uswatun Hasanah, Pengaruh Penguasaan Mufrodat dan Struktur Kalimat Terhadap Ketrampilan
Menulis Bahasa Arab. (Jurnal, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Kediri, Edisi 6, April 2017), hal. 15.
8 Mustofa Ghalayini. Jami’ al-Durus al-Arabiyah, Beirut: al-Maktabah al-Ashriyah, 1993, hal. 7
8
b. I’rab adalah ilmu yang menguarakan tentang asal kata dan pemecahannya
Untuk dapat memahami bahasa Arab, hanya dengan dua cabang ilmu inilah
sebagai pendukungnya, yang tak lain adalah ilmu sharaf, dan ilmu nahwu, yang
keduanya ini saling berhubungan.
a. Ilmu Sharaf
Ilmu sharaf adalah ilmu yang mempelajari tentang perubahan yang terjadi
pada kata. Atau dengan kata lain ilmu sharaf adalah Ilmu pengetahuan yang
menguraikan tentang bentuk asal kata, maka dengan ilmu ini dapat dikenal kata
dasar dan kata bentukan, dikenal pula masa lampau, masa sekarang, masa akan
datang, kata kerja yang sesuai dengan masa.9
b. Ilmu Nahwu
Ilmu nahwu adalah Ilmu pengetahuan yang membahas prihal kata-kata Arab,
baik ketika sendiri (satu kata) maupun ketika terangkai dalam kalimat. Kaidah-
kaidah ini orang dapat mengatahui Arab baris akhir kata (kasus), kata-kata yang
tetap barisnya (mabni), kata yang dapat berubah ( mu’rab). Tujuanya adalah untuk
menjaga kesalahan-kesalahan dalam mempergunakan bahasa, untuk
menghindarkan kesalahan makna dalam rangka memahami AI-Quran dan Hadits,
dan tulisan-tulisan ilmiah atau karangan10. Menurut sistem lama, nahwu sharaf
adalah pelajaran yang mula-mula dalam pelajaran bahasa Arab. Menurut sistem
yang terbaru di Mesir, bahwa nahwu sharaf itu belum diajarkan di kelas I, II, III,
dan IV sekolah ibtidaiyyah. Hanya di kelas V dan VI baru diajarkan sedikit demi
sedikit, yaitu sekadar dua jam pelajaran dalam seminggu. Pelajaran nahwu dan
sharaf baru diajarkan pada sekolah menengah pertama (SMP/MTs), dengan teratur.
Seorang yang mengajarkan qawa’id harus memperhatikan beberapa hal,
diantaranya adalah sebagai berikut (Yunus):
a. Hendaklah dipentingkan dahulu pelajaran muhadatsah (bercakap-cakap) dalam
bahasa Arab, sebelum mengajarkan qawa’id. Apabila peserta didik telah
terbiasa bercakap-cakap dengan perkataan yang betul, mudahlah mereka
mengetahui qawa’id itu.
b. Hendaklah diperbanyak lebih dahulu pelajaran muthalaah (membaca) dalam
9
bahasa Arab, begitu juga mahfudzat (hafalan), menghafal kalimat-kalimat yang
mudah dan pendek.
c. Hendaklah dipergunakan metode (sistem) istimbath (menyimpulkan) dalam
mengajarkan qawa’id, yaitu dengan mulai beberapa misal (perumpamaan),
kemudian sampai mendapat kaidah (ta’rif).
d. Misal-misal itu hendaklah dalam kalimat yang sempurna, karena kata-kata itu
tidak terang arti yang sebenarnya, melainkan bila dipakai dalam kalimat yang
ada artinya. Menurut metode yang terbaru misal-misal itu diambil dari kisah
pendek atau dari sepotong bacaan, bukan dari misal- misal yang tidak ada
perhubungan antara satu dengan yang lain.
e. Janganlah guru memastikan supaya peserta didik menghafal kaidah-kaidah
(ta’rif-ta’rif) dan misal-misal yang termaktub dalam kitab-kitab qawa’id tanpa
mengubah sedikit juga dengan perkataan lain, karena itu mematikan tenaga
otak peserta didik untuk berfikir.
f. Hendaklah misal-misal itu banyak, terang, menarik hati dan sesuai dengan
masyarakat sekarang, serta mempunyai pengertian yang hakiki. Oleh karena itu
11 Mahmud Yunus. Metodik Khusus Bahasa Arab (Bahasa Al Qur'an), Jakarta: Hidakarya
Agung, 1983, hal. 81-82
10
c. Suruhlah peserta didik melihat ke papan tulis dan salah seorang mereka membaca
misal-misal itu.
d. Suruhlah peserta didik melihat ke papan tulis itu satu demi satu, yaitu dengan
pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya menjadi pokok dan jalan untuk
memahami kaidah atau ta’rif itu.
e. Setelah selaesai bersoal jawab dan memperbandingkan misal-misal itu, barulah
guru menyuruh peserta didik menyimpulkan kaidah (ta’rif) dari misal-misal itu.
f. Guru menuliskan kaidah yang disimpulkan itu di papan tulis dengan didiktekan
oleh peserta didik.
g. Suruhlah peserta didik membuat misal-misal yang sesuai dengan kaidah itu dari
karangan mereka sendiri.
h. Berikanlah kata-kata, supaya peserta didik menyusun kata- kata itu dalam
kalimat yang mempunyai pengertian, sesuai dengan kaidah yang telah dipelajari.
i. Perhatikanlah kepada peserta didik beberapa kalimat dan suruh mereka
mengatakan apa-apa yang berhubungan dengan kaidah itu.12
Teori yang dikemukakan oleh Mahmud Yunus di atas sangat bagus untuk
diterapkan dalam pembelajaran qawa'id, dengan demikian pembelajaran dapat
berjalan dengan lancar. Metode serupa yang digunakan oleh guru dalam mengajar
kitab Jurumiyyah dan Alfiyyah adalah dengan menghafalkan setiap bait yang di
dalamnya terkandung kaidah-kaidah bahasa Arab. Jadi, bila metode Mahmud Yunus
dan metode Jurumiyyah dan Alfiyyah digabungkan atau dipadukan akan lebih bagus
lagi. Peserta didik juga akan lebih mudah dalam memahami kaidah-kaidah bahasa
Arab.
Pendeknya metode mengajarkan qawa’id terdiri dari lima tingkat menurut
metode Herbart, yaitu:
a. Pendahuluan, yaitu bersoal jawab dengan peserta didik tentang pelajaran yang
telah lalu yang berhubungan dengan pelajaran baru. Dengan lain perkataan
pengetahuan yang telah diketahui peserta didik menjadi dasar untuk pelajaran
baru yang belum diketahuinya.
b. Memperlihatkan misal-misal (contoh-contoh) yang dituliskan di papan tulis. Lalu
guru menyuruh peserta didik membaca dan memahami maksudnya. Hendaklah
11
diberi garis di bawah kata-kata yang dimaksud serta diberi harakat secukupnya.
c. Memperbandingkan (memperdebatkan), yaitu bersoal jawab dengan peserta
didik tentang misal-misal itu satu demi satu, mana sifat-sifatnya yang bersamaan
dan mana sifat-sifatnya yang berlainan, apa macam kata-katanya, apa macam
i’rabnya dan yang berhubungan dengan materi. Dengan demikian guru bersama
peserta didik dapat mengambil kesimpulan hukum yang umum (kaidah atau
ta’rif).
d. Mengambil kesimpulan, yaitu setelah selesai memperbandingkan dan
mengetahui sifat-sifat yang bersamaan dalam misal-misal itu, dapatlah guru
bersama peserta didik mengambil kesimpulan kaidah (ta’rif) dengan
memberikan nama istilahnya. Lalu guru menuliskan kaidah itu di papan tulis dan
menyuruh salah seorang peserta didik membacanya.
e. Tathbiq (mempergunakan kaidah dengan mengadakan latihan), yaitu setelah
peserta didik mengetahui kaidah, haruslah diadakan latihan yang sesuai dengan
kaidah tersebut.13
12
dengan bahasa tersebut. Dapat dikatakan bahwa berbicara dan menulis yang
merupakan kemahiran berbahasa tidak dapat tidak, harus didukung oleh
pengetahuan dan penguasaan kosa-kata yang kaya, produktif dan aktual.
14 Effendy, Onong Uchana. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, Bandung: Remaja Rosda
Karya, 2005, hal. 96.
15 Rusydy Ahmad Tha’imah. Ta'lim al-'Arabiyah lighairi al-nathiqin biha manahijuhu wa
13
benda, kata kerja, dll.
b) Kata-kata fungsi (function words). Kata-kata ini yang mengikat dan
menyatukan kosa-kata dan kalimat sehingga menbentuk paparan yang
baik dalam sebuh tulisan. Contohnya hurûf jâr, adawât al-istifhâm,
dan seterusnya.
c) Kata-kata gabungan (cluster words). Kosa-kata ini adalah kosa-kata
yang tidak dapat berdiri sendiri, tetapi selalu dipadukan dengan kata-
kata lain sehingga membentuk arti yang berbeda-beda.
14
sekali dikuasai oleh peserta didik, oleh karena itu, ketika ingin mengajarakan
harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut (Fuad Effendy, 2005: 97-98):
(a) Pembelajaran kosa-kata (al-mufradâh) tidak berdiri sendiri. Kosa-kata (al-
mufradâh) hendaknya tidak diajarkan sebagai mata pelajaran yang berdiri
sendiri melainkan sangat terkait dengan pembelajaran muthâla’ah, istimâ’,
insyâ’, dan muhâdatsah.
(b) Pembatasan makna dalam pembelajaran kosa-kata hendaknya makna harus
dibatasi sesuai dengan konteks kalimat saja, mengingat satu kata dapat
memiliki beberapa makna. Bagi para pemula, sebaiknya diajarkan kepada
makna yang sesuai dengan konteks agar tidak memecah perhatian dan
ingatan peserta didik. Sedang untuk tingkat lanjut, penjelasan makna bias
dikembangkan dengan berbekal wawasan dan cakrawala berpikir yang
lebih luas tentang makna kata dimaksud.
(c) Kosa-kata dalam konteks. Beberapa kosa-kata dalam bahasa asing (Arab)
tidak bisa dipahami tanpa pengetahuan tentang cara pemakaiannya dalam
kalimat. Kosa-kata seperti ini hendaknya diajarkan dalam konteks agar
tidak mengaburkan pemahaman peserta didik.
(d) Terjemah dalam pengajaran kosa-kata. Pembelajaran kosa- kata dengan
cara menerjemahkan kata ke dalam bahasa ibu adalah cara yang paling
mudah, namun mengandung beberapa kelemahan. Kelemahan tersebut
antara lain dapat mengurangi spontanitas peserta didik ketika
menggunakannya dalam ungkapan saat berhadapan dengan benda atau
objek kata, lemah daya lekatnya dalam ingatan peserta didik, dan juga tidak
semua kosa-kata bahasa asing ada padanannya yang tepat dalam bahasa
ibu. Oleh karena itu, cara penerjemahan ini direkomendasikan sebagai
senjata terakhir dalam pembelajaran kosa-kata, digunakan untuk kata-kata
abstrak atau kata-kata yang sulit diperagakan untuk mengetahui maknanya.
(e) Tingkat kesukaran. Bila ditinjau dari tingkat kesukarannya, kosa-kata
bahasa Arab bagi pelajara di Indonesia dapat dibedakan menjadi tiga,
antara lain:
Kata-kata yang sedang dan tidak sukar meskipun tidak ada persamaannya
15
dalam bahasa Indonesia, seperti :
misalnya
(c) Permainan peran. Seperti guru memainkan peran sakit perut dan
dokter merawatnya
16
(d) Menyebutkan antonim, seperti contoh guru menyebutkan kata
(g) Asosiasi
3. Hakikat Menerjemahkan
a. Pengertian Menerjemahkan
Setiap pakar penerjemahan memiliki versi yang berbeda-beda tentang definisi
penerjemahan. Berikut adalah beberapa contoh batasan tentang
penerjemahan18:
1) Nida menyatakan :
2) Catford mengemukakan :
hal.12.
17
“Translation is the replacement of textual material in one language (SL)
by equivalent textual material in another language (TL).” 20
Definisi yang kedua ini lebih sederhana dari definisi pertama yang
dikemukakan oleh Nida. Karena sederhananya itu, maka peneliti tidak
memperoleh keterangan secara jelas tentang apa saja yang harus diganti
dalam proses replacement itu. Namun dari frase equivalent textual material
ini dapat dipahami bahwa yang di-replace (diganti atau ditempatkan
kemabali) itu adalah informasinya. Jadi dalam hal ini seorang penerjemah
harus mampu mengganti atau menempatkan kembali informasi teks
sumber dengan informasi yang sepadan pada teks sasaran.
3) Larson mengatakan :
“Translation is transferring the meaning of the source language into the
receptor language. This is done by going from the form of the first language
to the form of a second language by way of semantic structure. It is
meaning which is being transferred and must be held constant. 21
Dalam definisi ini, Larson memunculkan sebuah kelengkapan dan
keharmonisan antara bentuk bahasa dan struktur makna. Inilah sebuah
kemasan yang mampu menghantarkan pemahaman berupa makna yang
terkandung oleh Tsu yang harus mampu ditransfer ke Tsa dengan penuh
tanggung jawab.
4) Sperber and Wilson dalam Bell menyatakan :
“Translations is the replacement of a representation of a text in one
language by representation of an equivalent text in a second language.”22
Definisi ini hampir mirip dengan yang dikemukakan oleh Catford
pada definisi kedua. Bedanya adalah Sperber and Wilson memunculkan
konsep representasi teks yang sepadan, sedangkan Catford menyebutnya
dengan informasi tekstual. Jadi perbedaan diantara keduanya adalah yang
pertama lebih condong pada sajian teks, sedangkan yang kedua pada
18
informasi tekstual.
5) Steiner dalam Choliludin mengatakan :
“Translation can be seen as (co) generation of texts under specific
constraints that is relative stability of situational factors and, therefore,
register, and clasically, change of language and (context of) culture”.23
Definisi yang terakhir ini tampaknya lebih mengusung format modern
karena Steiner mengangkat terjemahan sebagai teks generasi kedua yang
memperhatikan sosiolinguistik dan konteks kultural. Steiner lebih
memandang kondisi kekinian yang sarat kompleksitas register yang ada
dalam masyarakat dewasa ini, sehingga dengan definisinya dia lebih
dahulu mengantisipasi permasalahan leksis dan perubahan bahasa yang
bisa muncul setiap saat.
b. Jenis-Jenis Penerjemahan
Banyak para pakar penerjemahan yang memiliki beragam sudut pandang dan
pendapat tentang jenis penerjemahan. Diantaranya adalah sebagai berikut.
1. Penerjemahan Dinamik
2. Penerjemahan Pragmatik
19
Soemarno mengemukakan bahwa fokus penerjemahan pragmatik terletak
pada ketepatan informasi yang disampaikan oleh Tsu. Penerjemahan ini
tidak begitu memperhatikan aspek-aspek kebahasaan Tsu. Contoh dari
terjemahan pragmatik ini dapat kita jumpai dalam bentuk dokumen-
dokumen teknik. Dokumen-dokumen teknik ini berguna bagi para ahli
mesin untuk dibaca sebagai instruksi manual, misalnya pada saat mereka
akan merakit mesin.25
4. Penerjemahan Etnografik
5. Penerjemahan Linguistik
20
penerjemahan yang hanya berisi informasi linguistik yang implisit dalam
Bsu yang dijadikan eksplisit dalam Bsa. Hal ini terjadi karenasebuah
kalimat misalnya, berbentuk kalimat taksa (ambiguous sentence) yang
memiliki struktur lahir (surface structure) yang sama namun struktur
batinnya (deep structure) berbeda. Sebelum diterjemahkan kalimat
tersebut harus ditransformasikan balik atau dianalisis komponennya
terlebih dahulu, sehingga kalimat tersebut dapat dipahami dengan baik.28
I. Hipotesis
1) Semakin tinggi tingkat penguasaan qowaid dan mufradat siswa, maka semakin
tinggi pula tingkat keterampilan menerjemah bahasa Arab siswa, dan semakin
rendah penguasaan qowaid dan mufradat siswa maka semakin rendah pula
2) Ada pengaruh yang signifikan antara penguasaan qowaid dan mufradat dengan
21
Qawaid Mufrodat
Kompetensi Tarjamah
J. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Berdasarkan dari segi tempat, penelitian ini termasuk penelitian lapangan (field
Berdasarkan dari segi sifat data, penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif.
2. Pendekatan Penelitian
Yang mana survey ini bertujuan untuk meneliti secara umum bagaimana proses
pengajaran bahasa Arab khususnya qowaid dan mufradat yang mempunyai peranan
3. Sumber Data
Disini penulis menggunakan penelitian sample random atau sample acak atau
sample campur, karena jumlahnya lebih dari 100 orang maka penulis mengambil
40 siswa yang dipilih secara acak. Dalam hal ini penulis mengambil 30% dari siswa
22
4. Metode Pengumpulan Data
a) Observasi
b) Dokumentasi
sejarah berdirinya sekolah, keadaan guru, keadaan siswa serta dokumentasi lainnya
c) Metode Test
Test adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan
yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Metode ini berupa tes tertulis yang
digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam hal penguasaan qowaid dan
d) Wawancara (Interview)
dan mengumpulkan data dari kepala sekolah dan guru bidang studi bahasa Arab
e) Angket
informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal- hal yang
23
ia ketahui. Metode ini digunakan sebagai pendukung untuk mengetahui latar
belakang siswa.
Analisa data merupakan suatu cacatan untuk memperoleh data setelah diperoleh
hasil penelitian, sehingga dapat ditarik kesimpulan berdasarkan data yang faktual.
Untuk menganalisa data dalam penelitian ini, penulis menggunakan analisa data
Depok Sleman. Untuk data kuantitatif dianalisa dengan rumus statistik yaitu:
Keterangan :
P = Persentasi
F = Frekuensi
24
b. Rumus persamaan garis regresi linear satu prediktor:
Y = aX + K
Dimana:
Y = kriterium
X = prediktor
K. Sistematika Pembahasan
Untuk menjadikan penulisan skripsi ini lebih sistematis dan berfokus, maka
29 Sutrisno Hadi. Analisis Regresi, Yogyakarta: Andi Offset, 2004, hal. 01-02.
25
Bab Kedua Gambaran umum SMP Muhammadiyah 3 Depok Sleman yang
meliputi : letak geografis, sejarah singkat berdirinya, struktur organisasi, keadaan guru
Bab Ketiga pembahasan dan analisa yang meliputi: proses pengajaran bahasa
Arab, analisa data tentang pengaruh penguasaan qowaid dan mufradat terhadap
Bab Keempat Penutup yang berisi tentang kesimulan, saran–saran, dan kata
lampiran.
26
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Qaadir Ahmad, Muhammad, Taariqah Ta’lim Al-Lughah Al-Arabiyah, Maktabah An-
Nahdhah Al-Mishriyah, Al-Qaahirah, 1982.
Bell, Roger T, Translation and Translating: Theory and Practice, London: Longman, 1991.
Choliludin, The Technique of Making Idiomatic Translation, Jakarta Timur: Kesaint Blanc,
2006.
Effendy, Ahmad Fuad, Metodologi Pengajaran Bahasa Arab, Malang: Misykat, 2005.
Effendy, Onong Uchana, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, Bandung: Remaja Rosda Karya,
2005.
Hartono, Rudi, Teori Penerjemahan (A Handbook for Translators), Semarang: Cipta Prima
Nusantara, 2011.
Husain, Taha, Limadza Naqra’, Litaaifah Minal Mufakkirin, Daarul Ma’arif: Al-Qaahirah,
duuna Tarikh.
Mustafa, Fahim, Agar Anak Anda Gemar Membaca, Bandung: Hikmah, 2005.
27
Nababan, M.R., Teori Menerjemah Bahasa Inggris, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003.
Nida, Eugene A, The theory and practice of translation, Leiden: E.J. Brill, 1969.
Soemarno, Thomas, Studi Tentang Kesalahan Terjemahan Dari Bahasa Inggris ke Dalam
Bahasa Indonesia, Malang Pascasarjana, 1983.
Tarigan, Henry Guntur, Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Bahasa, Bandung: CV.
Angkasa, 2013.
Yunus, Mahmud, Metodik Khusus Bahasa Arab (Bahasa Al Qur'an), Jakarta: Hidakarya
Agung, 1983.
Firman. 2011. Pengaruh Strategi Pembelajaran dan Motivasi Belajar Terhadap Keterampilan
Menulis Argumentasi dalam Bahasa Inggris. Tesis. Mataram. Universitas
Muhammadiyah Mataram.
Nandang Faturohman. 2004. Kemampuan Memahami Bacaan Teks Berbahasa Arab dalam
Hubungannya dengan Penguasaan Kosakata dan Motivasi Baca, Tesis. Serang. STAIN
Sultan Maulana Hasanuddin Serang, Banten.
Chadis. 2014. Pengaruh Penguasaan Kosa Kata dan Pemahaman Kalimat terhadap
Keterampilan Menulis Narasi. Jurnal DEIKSIS. Vol 6, No 02:79.
28
Rahmawati. 2017. The Influence of vocabulary skills and sentence structure with the ability to
write a paragraphs description of vocational students. Jurnal HORTATORI. Vol 1, No
1:61.
Uswatun Hasanah. 2017. Pengaruh Penguasaan Mufrodat dan Struktur Kalimat Terhadap
Ketrampilan Menulis Bahasa Arab. Jurnal Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Kediri,
Edisi 6:15.
29