Anda di halaman 1dari 120

PEMBELAJARAN METODE PAKISTANI DALAM

MENINGKATKAN KUALITAS TAHFIZUL QUR`AN


DI PONDOK PESANTREN AL-IHSAN BANJARMASIN
Skripsi Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan (S.Pd.)

Oleh:

Nur Fatimatuzzahro
NIM. 15311590

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT ILMU AL-QUR’AN (IIQ)
JAKARTA
1440 H/2018 M
MOTTO

The will has to be stronger than the skill

#Muhammad Ali

iv
‫الرِح ْيم‬
َّ ‫الر ْح َم ِن‬ ِ ‫بِس ِم‬
َّ ‫اهلل‬ ْ
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang karena anugerah dari-Nya
penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pembelajaran Metode
Pakistani Dalam Meningkatkan Kualitas Tahfizul Qur`an di Pondok
Pesantren Al-Ihsan”. Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan
kepada junjungan besar kita, yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah
menunjukkan kepada kita jalan yang lurus berupa ajaran Islam yang
sempurna dan menjadi anugerah serta rahmat bagi seluruh alam semesta.
Skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menempuh
ujian Sarjana Pendidikan. Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini
masih banyak terdapat kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan, hal
ini dikarenakan keterbatasan kemampuan yang penulis miliki. Atas segala
kekurangan dan ketidak sempurnaan skripsi ini, penulis sangat
mengharapkan masukan, kritik dan saran yang bersifat membangun kearah
perbaikan dan penyempurnaan skripsi ini.

Penulisan skripsi ini dapat terselesaikan tidak lepas dari dukungan


berbagai pihak, yang telah memberikan dukungan baik berupa moril maupun
marteril. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat
bagi semua pihak. Berikut ini penulis secara khusus menyampaikan rasa
terimaskasih yang sebasar-besarnya kepada yang terhormat:

1. Ibu Prof. Dr. Hj. Huzaemah Tahido Yanggo, MA., Rektor Institut
Ilmu Al-Qur`an (IIQ) Jakarta.
2. Ibu Dr. Esi Hairani, M.Pd., Dekan Fakultas Tarbiyah Institut Ilmu
Al-Qur`an (IIQ) Jakarta
3. Ibu Reksiana, MA. Pd., Kaprodi Pendidikan Agama Islam (PAI)
Fakultas Tarbiyah Institut Ilmu Al-Qur`an (IIQ) Jakarta
v
4. Ibu Hasanah M.Pd., dosen pembimbing yang telah bersedia
meluangkan waktu dan tenaganya dalam memberikan arahan,
bimbingan dan motivasi kepada penulis dalam penyusunan skripsi
ini.
5. Segenap Civitas akademik Institut Ilmu Al-Qur`an (IIQ) Jakarta,
terkhusus staf akademik Fakultas Tarbiyah Ibu Wasmini dan Ibu
Yuyun Siti Zaenab, S. Pd. I., yang sudah sabar melayani semua
kebutuhan akademik dan administrasi.
6. Bapak dan Ibu dosen pengajar di Fakultas Tarbiyah Institut Ilmu Al-
Qur`an (IIQ) Jakarta. Khususnya yang telah memberikan berbagai
ilmu pengetahuan dan wawasan kepada penulis selama menjalani
masa perkuliahan.
7. Kepala dan staf perpustakaan Institut Ilmu Al-Qur`an (IIQ) Jakarta
yang telah banyak membantu penulis dalam mengakses berbagai
informasi dan referensi.
8. Pengasuh Pondok Pesantren Al-Ihsan Ustadzah Zainab Luthfi,
beserta para santri dan ustazah yang telah memberikan kesempatan
kepada penulis untuk mengadakan penelitian di tempat tersebut.
9. Orang tua penulis, yaitu aby Drs. A. Lahuri dan umy Masfufah
tercinta yang telah memberikan dukungan dan semangat dalam
menyelesaikan kuliah dan skripsi ini. terimakasih karena tidak pernah
lelah dalam memberikan dukungan baik berupa moril maupun
materil, serta tidak pernah berhenti untuk terus mendoakan anak-
anaknya, dan terimakasih yang sebesar-besarnya karena telak
mendidik penulis dari kecil hingga sekarang, dengan sebaik-baiknya.
10. Mba Ana Khani Jannah, Mas A. Anang Syaiful Rijal yang penulis
sayangi terimakasih sudah membantu dan memberikan arahan kepada

vi
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Baik itu dari tenaga, doa,
ataupun materil.
11. Sahabat terbaikku, Suci Nurmaya sari, Rifka Khumairah Shalihah,
Ka Nur Afnayanti, Ika Arifah, Aisyah Zuhdi, Yasirotul Umuri,
teman-teman tarbiyah C, yang telah memberikan semangat, motivasi,
do‟a dan dukungan yang luar biasa kepada penulis, sehingga penulis
bisa menyelesaikan skripsi ini.
12. Teman - teman seperjuangan angkatan 2015 yang telah memberikan
semangat, doa, masukan dan dukungan sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
13. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang
telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

Hanya harapan dan do`a yang bisa penulis panjatkan kepada Allah
Subhanahu wa ta`ala. Semoga Allah Subhanahu wa ta`ala, memberikan
balasan dengan balasan yang terbaik di dunia maupun di akhirat, kepada
semua pihak yang telah membantu untuk memudahkan penulis dalam
menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Akhirnya hanya kepada Allah Subhanahu wa ta`ala penulis berserah


diri dan menggantungkan seluruh harapan. Semoga usaha penulis, serta
peran dari semua pihak yang penulis tidak sebutkan satu persatu namanya
dalam skripsi ini. semoga amal dan jasa dari semua pihak dapat menjadi
ladang pahala dan dibalas oleh Allah Subhanahu wa ta`ala dengan ganjaran
yang berlipat ganda.

vii
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................... i

LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................ ii

PERNYATAAN PENULIS ........................................................................ iii

MOTTO ...................................................................................................... iv

KATA PENGANTAR ................................................................................. v

DAFTAR ISI ............................................................................................. viii

DAFTAR TABEL ...................................................................................... xi

PEDOMAN TRANSLITERASI .............................................................. xii

ABSTRACK .............................................................................................. xv

ABSTRAK ............................................................................................... xvi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ................................................................... 1


B. Identifikasi Masalah ........................................................................ 7
C. Pembatasan Masalah ......................................................................... 7
D. Rumusan Masalah ............................................................................. 7
E. Tujuan Penelitian .............................................................................. 8
F. Manfaat Penelitian ........................................................................... 8
G. Tinjauan Pustaka .............................................................................. 8
H. Sistematika Penulisan ..................................................................... 14
BAB II KAJIAN TEORI

A. Meningkatkan Kualitas .................................................................. 15


B. Pembelajaran Tahfizul Qur`an ........................................................ 19

viii
1. Pengertian Pembelajaran............................................................ 19
2. Pengertian Tahfiz Al-Qur`an .................................................... 20
3. Syarat-Syarat Menghafal Al-Qur`an .......................................... 22
4. Hikmah Menghafal Al-Qur`an .................................................. 25
5. Hukum Menghafal Al-Qur`an .................................................. 27
6. Etika Para Penghafal Al-Qur`an ................................................ 28
7. Keutamaan Menghafal Al-Qur`an ............................................. 31
8. Hal Yang Dapat Merusak Hafalan ............................................ 38
9. Faktor-Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Menghafal
Al-Qur`an .................................................................................... 40
C. Metode Menghafal Al-Qur`an
1. Pengertian Metode .................................................................... 43
2. Macam-Macam Metode Menghafal Al-Qur`an ........................ 44
D. Metode Pakistani
1. Pengertian Metode Pakistani .................................................... 46
2. Kelebihan Metode Pakistani ..................................................... 47
3. Kekurangan Metode Pakistani .................................................. 48

BAB III METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian ......................................................... 49


B. Pendekatan dan Jenis Penelitian .................................................... 49
C. Sumber Data ................................................................................... 51
D. Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 52
E. Teknik Analisis Data ...................................................................... 58
F. Uji Keabsahan Data ........................................................................ 60
G. Instrumen Penelitian ...................................................................... 60

ix
BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Objek Penelitian ............................................................. 63


1. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Al-Ihsan....................... 63
2. Manhaj (Kurikulum) Pondok Pesantren Al-Ihsan ................... 64
3. Visi dan Misi Pondok Pesantren Al-Ihsan ............................... 65
4. Struktur Organisasi Pondok Pesantren Al-Ihsan .................... 65
5. Keadaan Ustaz dan Ustazah .................................................... 68
6. Sarana dan Prasarana .............................................................. 69
7. Jadwal Kegiatan Harian Pondok Pesantren Al-Ihsan .............. 71
8. Peraturan dan Tata Tertib Pondok Pesantren Al-Ihsan ........... 73
B. Deskripsi Data ................................................................................ 74
C. Analisis Data .................................................................................. 77
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................... 91
B. Saran ........................................................................................ 92

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 95


LAMPIRAN

x
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Nama Guru-Guru Pondok Pesantren Al-Ihsan
Tabel 4.2 Sarana Prasarana Pondok Pesantren Al-Ihsan
Tabel 4.3 Ruang Kelas Pondok Pesantren Al-Ihsan
Tabel 4.4 Ruang Kantor Pondok Pesantren Al-Ihsan
Tabel 4.5 Jadwal Kegiatan Pondok Pesantren Al-Ihsan
Tabel 4.6 Jadwal Pembelajaran Tahfiz Pondok Pesantren Al-Ihsan
Tabel 4.7 Target Pencapaian Program Tahfizul Qur`an
Tabel 4.8 Hasil Hafalan Tahun 2018
Tabel 4.9 Hasil Hafalan Tahun 2019

xi
PEDOMAN TRANSLITERASI
Transliterasi adalah menyalin dengan penggantian huruf dari abjad
yang satu ke abjad yang lain. Dalam penulisan skripsi di IIQ Jakarta karya
Prof. Dr. Hj. Huzaemah T. Yanggo dan kawan-kawan tahun 2017 sebagai
berikut:

1. Konsonan

‫ا‬ :a ‫ط‬ : th
‫ة‬ :b ‫ظ‬ : zh
‫ث‬ :t ‫ع‬ :„
‫ث‬ : ts ‫غ‬ : gh
‫ج‬ :j ‫ف‬ :f
‫ح‬ :h ‫ق‬ :q
‫خ‬ : kh ‫ك‬ :k
‫د‬ :d ‫ل‬ :l
‫ذ‬ : dz ‫و‬ :m
‫ز‬ :r ‫ن‬ :n
‫ش‬ :z ‫و‬ :w
‫س‬ :s ‫ي‬ :h
‫ش‬ : sy ‫ء‬ :„
‫ص‬ : sh ‫ي‬ :y
‫ض‬ : dh

2. Vokal

Vokal tunggal Vokal panjang Vokal rangkap

Fathah : a ‫ أ‬:a ْ
‫ى‬...´ : ai
Kasrah : i ‫ى‬:î ْ‫و‬....´ : au
Dhammah :u ‫و‬:û

xii
3. Kata Sandang

a. Kata sandang yang diikuti alif lam (‫ )ال‬qamariyah


Kata sandang yang diikuti oleh alif lam (‫ )ال‬qamariyah
ditransliterasikan sesuai dengan bunyinya. Contoh:
‫ انبقسة‬: al-Baqarah
‫ انمديىت‬: al-Madînah
b. Kata sandang yang diikuti oleh alif lam (‫ )ال‬syamsyiah
Kata sandang yang diikuti oleh alif lam (‫)ال‬ syamsyiah
ditransliterasikan sesuai dengan aturan yang digariskan didepan dan
sesuai dengan bunyinya. Contoh:
‫ انسجم‬: ar-Rajul ‫ انسيدة‬: as-Sayyidah
‫ انشمس‬: asy-Syams ْ‫اندازمي‬: ad-Dârimî
c. Syaddah (Tasydîd)
Syaddah (Tasydîd) dalam sistem aksara Arab digunakan lambang (
ّْ), sedangkan untuk alih aksara ini dilambangkan dengan huruf,
yaitu dengan cara menggandakan huruf yang bertanda tasydîd.
Aturan ini berlaku secara umum, baik tasydîd yang berada di tengah
kata, di akhir kata ataupun yang terletak setelah kata sandang yang
diikuti oleh huruf-huruf syamsiyah.
Contoh:
ْ ‫اَ َمىَّبْبِب‬
ِ‫لل‬ : Âmannâ billâhi

ْ‫اَ َمهَ ْان ُّسفَهَبء‬ : Âmana as-sufahâ’u

َْ‫اِ َّنْانَّ ِريه‬ : Inna al-ladzîna

ْ‫َوانسُّ َّك ِع‬ : waar-rukka‘i

xiii
d. Ta Marbûthah (‫)ة‬
Ta Marbûthah (‫ )ة‬apabila berdiri sendiri, waqaf atau diikuti oleh kata
sifat (na’at), maka huruf tersebut dialih aksarakan menjadi huruf “h”.
Contoh:
ْ‫األَفئِ َد ِة‬ : al-Af’idah

ِ ‫انجب َ ِم َعت‬
ْ‫ْاإلسآل ِميَّت‬ : al-Jâmi‘ah al-Islâmiyyah
Sedangkan ta marbûthah (‫ )ة‬yang diikuti atau disambungkan (di-
washal) dengan kata benda (ism), maka dialihaksarakan menjadi
huruf “t”. Contoh:
ِ ‫عَب ِمهَتٌْو‬
ْ‫َبصبَت‬ : ‘Âmilatun Nâshibah

‫اآليَتْانكب َسى‬ : al-Âyat al-Kubrâ


e. Huruf Kapital
Sistem penulisan huruf Arab tidak mengenal huruf kapital, akan
tetapi apabila telah dialihaksarakan maka berlaku ketentuan ejaan
yang disempurnakan (EYD) bahasa Indonesia, seperti penulisan awal
kalimat, huruf awal nama tempat, nama bulan, nama diri dan lain-
lain. Ketentuan yang berlaku pada EYD berlaku pula dalam alih
aksara ini, seperti cetak miring (italic) atau cetak tebal (bold) dan
ketentuan lainnya. Adapun untuk nama diri yang diawali dengan kata
sandang, maka huruf yang ditulis kapital adalah awal nama diri,
bukan kata sandangnya. Contoh: „Alî Hasan al-„Âridh, al-‟Asqallânî,
al-Farmawî dan seterusnya. Khusus untuk penulisan kata Alqur‟an
dan nama-nama surahnya menggunakan huruf kapital. Contoh: Al-
Qur‟an, Al-Baqarah, Al-Fâtihah dan seterusnya.

xiv
ABSTRACT
Nur Fatimatuzzahro, (15311590) With the title "Application of the
Pakistani Method in Improving Memory Quality in Tahfizul Qur'an
Learning at Al-Ihsan Islamic Boarding School, Banjarmasin"

Memorizing the Qur'an requires an effective and efficient method to


facilitate memorization of the Qur'an, and strengthen memorization.
Problems that are often faced with memorizing the Qur'an in using a method
are usually memorized memorized not inherent (mutqin), because the
method used is only to add memorization, but does not make memorization
mutqin. Therefore it is very important for an effective method of memorizing
the Qur'an, so that the memorized memorized can be attached (mutqin). The
method applied at Al-Ihsan Islamic Boarding School is that the Pakistani
method consists of Sabaq, Sabqi, Manzil. This Pakistani method is very
effective for memorizing the Qur'an. The Pakistani method is not only to
increase memorization, but also to strengthen memorization. The formulation
of the problem in this study is how the application of the Pakistani method in
improving the memorization quality of the Koran in the learning of Tahfizul
Qur'an?. To answer the problem formulation, a research method and data
collection techniques are needed. The research method used is qualitative
research that is descriptive analysis. Data collection uses the method of
observation, interviews, documentation and questionnaires. From the results
of the study concluded that the application of this method is very influential
on the quality of memorization in the learning of Tahfizul Qur'an, seen from
the memorization of the students. This method is also not only to make it
easier to memorize the Qur'an, but also can strengthen the memorization of
the santri, seen from the stages of learning the Qur'an's tahfizul.

Keyword: Pakistani Method Learning, Improve the Quality of


Memorizing the Qur`an

xv
ABSTRAK
Nur Fatimatuzzahro (15311590), Skripsi dengan judul “Pembelajaran
Metode Pakistani Dalam Meningkatkan Kualitas Tahfizul Qur`an di
Pondok Pesantren Al-Ihsan Banjarmasin”
Menghafal Qur`an dibutuhkan sebuah metode yang efektif dan efesien untuk
memudahkan dalam menghafal Al-Qur`an, dan memperkuat hafalan.
Permasalahan yang sering dihadapi penghafal Al-Qur`an dalam
menggunakan sebuah metode biasanya hafalan yang sudah di hafal tidak
melekat (mutqin), karena metode yang digunakan hanya untuk menambah
hafalan, tapi tidak membuat hafalan menjadi mutqin. Oleh karena itu sangat
penting sebuah metode yang efektik dalam menghafal Al-Qur`an, sehingga
hafalan yang sudah di hafal dapat melekat (mutqin). Metode yang diterapkan
di Pondok Pesantren Al-Ihsan adalah metode Pakistani metode ini terdiri
dari Sabaq, Sabqi, Manzil. Metode Pakistani ini sangat efektif digunakan
untuk menghafal Al-Qur`an. Metode Pakistani tidak hanya untuk menambah
hafalan, tapi juga untuk memperkuat hafalan. Adapun rumusan masalah pada
penelitian ini adalah bagaimana pembelajaran metode Pakistani dalam
meningkatkan kualitas Tahfizul Qur`an?. Untuk menjawab rumusan masalah
tersebut di perlukan sebuah Metode penelitian dan teknik pengumpulan data.
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif yang bersifat
analisis deskriptif. Pengumpulan data menggunakan metode observasi,
wawancara, dokumentasi dan kuesioner. Dari hasil penelitian diperoleh
kesimpulan bahwa penerapan metode ini sangat efektif dalam meningkatkan
kualitas tahfizul Qur`an pada pembelajaran Metode Pakistani, dilihat dari
hasil hafalan para santri. Metode ini juga tidak hanya untuk mempermudah
dalam menghafal Al-Qur`an, tapi juga dapat memperkuat hafalan para santri,
dilihat dari tahapan pembelajaran Metode Pakistani.
Kata Kunci: Pembelajaran Metode Pakistani, Meningkatkan Kualitas
Tahfizul Qur`an

xvi
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pembelajaran adalah suatu konsep dari dua dimensi kegiatan
(belajar dan mengajar) yang harus direncanakan dan diaktualisasikan,
serta diarahkan pada pencapaian tujuan atau penguasaan sejumlah
kompetensi dan indikatornya sebagai gambaran hasil belajar.1 Menurut
undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional bahwa pembelajaran adalah proses interaksi
peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar yang berlangsung
dalam suatu lingkungan belajar.2 Pembelajaran dipandang secara nasional
sebagai suatu proses interaksi yang melibatkan komponen-komponen
utama, yaitu peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar yang
berlangsung dalam suatu lingkungan belajar. Dengan demikian, proses
pembelajaran merupakan suatu sistem, yaitu satu kesatuan komponen
yang satu diharapkan secara optimal sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan.3
Kemampuan pengajar dalam melaksanakan proses pembelajaran
bergantung pada ketepatannya dalam mendesain rancangan pembelajaran.
Dalam memperbaiki kualitas pembelajaran harus diawali dengan
perbaikan desain pembelajaran, tahapan yang dilakukan oleh pengajar
dalam mengajar telah terancang dengan baik, mulai dari mengadakan
analisis tujuan pembelajaran sampai dengan pelaksanaan evaluasi yang

1
Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2014)
Cet ke-3, h.5
2
Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional, Nomor 20 Tahun 2003
Pasal 1. UU20-2003Sisdiknas.pdf, diakses pada tanggal 20 Juli 2019.
3
Muh Sain Hanafy, “Konsep Belajar dan Pembelajaran” , Vol. 19 No. 1 Juni
2014, h.74

1
2

tujuannya untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran yang telah


di tetapkan.
Menurut Mulyasa di dalam jurnalnya Umy Rochyati, menyatakan
bahwa kualitas pembelajaran dapat dilihat dari segi proses dan hasil. Dari
segi proses, pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas apabila
seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian besar peserta didik terlibat
secara aktif baik fisik, mental maupun sosial dalam proses pembelajaran,
disamping menunjukkan semangat belajar yang besar dan rasa percaya
pada diri sendiri. Sedangkan dari segi hasil, proses pembelajaran
dikatakan berhasil apabila terjadi perubahan tingkah laku yang positif
pada diri peserta didik seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian besar.
Demikian pula Oemar Hamalik menyatakan pengajaran yang efektif
adalah pengajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau
melakukan aktivitas sendiri. Dipihak lain pendidikan dan pengajaran
dikatakan berhasil apabila perubahan-perubahan yang tampak pada
peserta didik harus merupakan akibat dari proses belajar mengajar yang
dialaminya.4
Dalam Islam, belajar merupakan hal yang diutamakan terutama
belajar tentang islam, seperti memahami kandungan-kandungan Al-
Qur`an serta menghafal ayat-ayat Al-Qur`an. Sesuatu yang paling berhak
dihafal adalah Al-Qur’an. Karena Al-Qur’an adalah Firman Allah,
pedoman hidup umat Islam, sumber dari segala sumber hukum, dan
bacaan yang paling sering diulang-ulang oleh manusia. Oleh karenanya,
seorang penuntut ilmu hendaknya meletakan hafalan Al-Qur’an sebagai
prioritas utamanya.

4
Umi Rochyati, Masduki Zakaria, Peningkatan Kualitas Pembelajaran Teknik
Digital Melalui Pembelajaran Berbasis Lesson Study, JPTK Vol. 19, No.1, Mei 2010. h.27
3

Al-Qur`an merupakan kitab suci yang terakhir yang diturunkan


Allah Swt. dengan perantara malaikat jibril kepada Nabi Muhammad
Saw. sebagai kunci dan kesimpulan dari semua kitab suci yang pernah
diturunkan Allah Swt. kepada nabi-nabi dan rasul-rasul yang diutus oleh
Allah.5 Al-Qur`an secara istilah adalah, firman Allah Swt. yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw. Melalui perantara malaikat
jibril a.s., membacanya dianggap sebagai ibadah, tertulis dalam satu
mushaf, mulai dari awal surah Al-Fatihah sampai akhir An-Nas yang
disampaikan dari generasi kegenerasi secara mutawatir. Menurut M.
Quraish Shihab, Al-Qur`an secara harfiah berarti bacaan sempurna. Al-
Qur`an merupakan suatu nama pilihan Allah yang sungguh tepat, karena
tiada satu bacaan pun sejak manusia mengenal baca tulis lima ribu tahun
yang lalu yang dapat menandingi Al-Qur`an, bacaan sempurna lagi
mulia.6
Al-Qur`an berbeda dengan kitab suci yang lain karena Al-Qur`an
adalah kitab suci yang keaslian kemurniannya telah dijamin oleh Allah
SWT, yang tidak akan mengalami perubahan, penambahan maupun
pengurangan, tidak ada satu huruf pun bergeser atau berubah dari
tempatnya, tidak satu huruf atau kata yang mungkin dapat disisipkan ke
dalamnya. Dalam hal ini Allah SWT telah menegaskan dalam (QS. Al-
Hijr[15]:9)

       

5
Sa’dullah, 9 Cara Praktis Menghafal Qur’an, (Jakarta : Gema Insani 2008), h.1
6
M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an, (Bandung: Mizan, 1996), h.3
4

“Sesungguhnya kami-lah yang menurunkan Al-Qur`an, dan


sesungguhnya kami benar-benar memeliharanya”. (QS. Al-
Hijr[15]:9)7
Dan salah satu cara Allah SWT memelihara dan menjaga
kemurnian Al-Qur`an adalah dengan memberikan kemudahan kepada
orang-orang yang dikehendaki untuk menghafal Al-Qur`an.
Sebagaimana firman Allah SWT dalam (QS. Al-Qamar[54]:17)

       

“Dan sesungguhnya telah kami mudahkan Al-Qur`an untuk


pelajaran, maka adakah orang yang mau mengambil
pelajaran?” (QS. Al-Qamar[54]:17)
Dengan demikian orang-orang yang hafal Al-Qur`an pada
hakikatnya adalah orang-orang pilihan yang sengaja dipilih oleh Allah
SWT untuk menjaga dan memelihara kemurnian Al-Qur`an.

Al-Qur’an sangat penting bagi kehidupan, karena Al-Qur`an


menjadi petunjuk bagi manusia, maka wajib hukumnya bagi setiap
muslim untuk mempelajari Al-Qur`an. Pembelajaran Al-Qur`an
hendaknya dimulai sejak dini, dimulai dengan pembelajaran membaca,
memahami, bahkan menghafal Al-Qur`an. Menghafal Al-Qur`an sudah
ada sejak diturunkannya Al-Qur`an. Nabi Muhammad adalah seorang
ummi yang artinya tidak bisa membaca dan menulis, sehingga pada
saat malaikat jibril menyampaikan kepada beliau dengan cara
menghafal, setiap wahyu yang di sampaikan malaikat jibril langsung
dihafal oleh Nabi Muhammad.

7
Imam Jalaluddin As-Suyuti, Terjemahan Tafsir Jalalain, terj. Baharun Abubakar
(Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2009), h.984
5

Menghafal merupakan suatu kegiatan menyerap informasi


atau ilmu pengetahuan ke dalam otak agar dapat digunakan untuk
jangka waktu mendatang, baik dalam bentuk lisan atau tulisan,
terutama ketika ujian atau tugas harian. Menghafal atau
memorizing merupakan suatu upaya aktif untuk memasukkan
informasi ke dalam otak.8 Kegiatan menghafal Al-Qur`an serta
mengkaji kandungan dari isi Al-Qur`an merupakan kegiatan yang
sudah menjadi kebiasaan dikalangan para sahabat dan diikuti oleh
generasi muslim selanjutnya hingga saat ini. terutama di pondok-
pondok pesantren mewajibkan santrinya menghafal Al-Qur`an.
Di Indonesia Pondok Pesantren tahfidz dengan berbagai macam
metode untuk menghafal Al-Qur`an, dan beberapa metode seperti
metode wahdah, metode kitabah, metode gabungan, dan metode
Pkistanu, yang digunakan, namun setiap metode memiliki kelebihan
dan kekurangan masing-masing. Kurang efektifnya sebuah
pembelajaran tahfidzul Qur`an dikarenakan penerapan metode yang
kurang tepat.
Pesantren Al-Ihsan merupakan sebuah pesantren bermanhaj
Ahlus Sunnah Waljamaah, yang didirikan oleh Ustadz Luthfi Yusuf
pada tahun 1998, awal bermula ingin didirikan Pondok Pesantren
tahfidz setelah pemilik pondok sekelurga datang dari Pakistan, karena
beliau melihat bahwa di pakistan hampir setiap rumah ada yang
mengahfal Al-Qur`an sehingga beliau tertarik untuk mendirikan sebuah
pesantren dengan metode Pakistani.
Pondok Pesantren Al-Ihsan tidak ada pendidikan formal,
sistemnya hanya Pondok Pesantren berbasis Al-Qur`an, tidak ada

8
Aji Indianto s, Kiat–kiat Mempertajam Daya Ingat Hafalan Pelajaran,
(Yoyakarta: Diva Press,2013) , hal. 11 – 12
6

batasan umur untuk yang ingin menghafal di Pondok Pesantren Al-


Ihsan, banyak dari mereka setelah lulus dari perguruan tinggi
melanjutkan untuk menghafal Al-Qur`an di pesantren tersebut, para
santri tidak hanya dari daerah Kalimantan saja bahkan ada yang dari
Sulawesi, Malaysia, dan daerah-daerah lainnya. Pondok Pesantren Al-
Ihsan juga menerapkan program Madrasah Diniyah bagi seluruh santri,
karena mereka ingin santri lulusan Pesantren Al-Ihsan tidak hanya
hafal Al-Qur`an tapi juga memahami hukum-hukum agama yang
berguna untuk masyarakat.
Menghafal Al-Qur`an adalah salah satu program yang wajib di
ikuti oleh seluruh santri di Pondok Pesantren Al-Ihsan dalam
pencapaian menghafal Al-Qur’an ada beberapa tahap yaitu: tahap
persiapan, tahap pelaksanaan, tahap akhir. Untuk pencapaian hafalan
sesuai dengan kemampuan masing-masing anak, tidak ada target yang
ditentukan oleh lembaga pesantren, namun harus mengikuti setiap
metode yang sudah ditetapkan oleh lembaga pesantren. Metode yang
digunakan di Pondok Pesantren Al-Ihsan ialah metode Pakistani, nama
tersebut diambil dari asal di mana metode itu lahir, yaitu berasal dari
Pakistan.
Penerapan metode yang efektif dan efesien menjadi salah satu
faktor keberhasilan santri dalam menghafal Al-Qur’an. Dengan
menggunakan metode Pakistani “sabaq, sabqi, dan manzil” para santri
termotivasi dan terpacu untuk berlomba-lomba menghafal Al-Qur`an.
Metode yang digunakan dalam menghafal Al-Qur`an sangat beragam
dan setiap metode memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing,
namun metode ini tidak hanya untuk menambah hafalan, tapi juga
untuk meningkatkan kualitas hafalan. Berdasarkan latar belakang
diatas sebuah metode yang diterapakan di Pesantren Al-Ihsan menarik
7

perhatian peneliti untuk mengetahui lebih jauh tentang metode


Pakistani. Maka penulis tertarik melaksanakan penelitian dengan judul,
“Penerapan Metode Pakistani Dalam Meningkatkan Kualitas Pada
Pembelajaran Tahfizul Qur`an di Pondok Pesantren Al-Ihsan”

B. Identifikasi Masalah
1. Pelaksanaan hafalan kegiatan Al-Qur`an di Pondok Pesantren Al-
Ihsan
2. Tentang keseriusan santri dalam mengikuti hafalan Al-Qur`n di
Pondok Pesantren Al-Ihsan
3. Upaya guru dalam meningkatkan kualitas hafalan santri di Pondok
Pesantren Al-Ihsan
4. Terdapat hubungan kemampuan menghafal Al-Qur’an dengan
metode yang di terapkan di Pondok Pesantren Al-Ihsan
5. Tentang kualitas hafalan Al-Qur`an di Pondok Pesantren Al-Ihsan

C. Pembatasan Masalah
Untuk memfokuskan permasalahan yang akan dibahas, maka
peneliti membuat batasan masalah sebagai berikut: Penerapan metode
Pakistani dalam meningkatkan kualitas hafalan pada pembelajaran
Tahfidzul Qur`an di Pondok Pesantren Al-Ihsan.

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah :
Bagaimana pembelajaran metode pakistani dalam meningkatkan kualitas
Tahfizul Qur`an di Pondok Pesantren Al-Ihsan?
8

E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini
adalah:
Untuk mengetahui pembelajaran metode Pakistani dalam
meningkatkan kualitas hafalan pembelajaran pada Tahfizul Qur`an di
Pondok Pesantren Al-Ihsan.
F. Manfaat Penelitian
Adapun hasil penelitian ini sangat berguna untuk :

a. Manfaat Teoritis

Untuk menjadi salah satu bahan pertimbangan dalam rangka


perbaikan serta peningkatan kualitas hafalan pada pembelajaran Al-
Qur`an dengan metode Pakistani di Pondok Pesantren Al-Ihsan.

b. Manfaat praktis
1. Sebagai bahan acuan bagi penelitian selanjutnya tentang
pengajaran menghafal Al-Qur`an, sebab pada dasarnya upaya
peningkatan kualitas menghafal Al-Qur`an terus tetap digalakkan
sampai kapan pun.
2. Untuk menambah wawasan para pendidik Al-Qur`an dan
masyarakat umumnya dalam rangka membumikan bacaan Al-
Qur`an di Indonesia.
G. Tinjauan Pustaka
1. Qorry Syamsiah, skripsi dengan judul, “ Efektifitas metode jarimatika
terhadap prestasi menghafal Al-Qur`an MI Bait Qur`ani Ciputat”.
Tahun 2016. Fakultas Tarbiyah Program Studi Pendidikan Agama
Islam Institut Ilmu Al-Qur`an Jakarta. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui apakah ada efektifitas atau pengaruh yang sangat
signifikan antara metode jarimatika terhadap prestasi menghafal
9

Qur`an pada siswa kelas IV MI Bait Qur`ani Ciputat. Pendekatan yang


digunakan dalam penelitian ini ialah pendekatan kuantitatif dengan
metode analisis korelasi, maka peneliti menghubungkan antara metode
jarimatika sebagai variabel X dengan prestasi menghafal l-Qur`an
variabel Y. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa MI Bait Qur`ani
Ciputat yang berjumlah 149 siswa dan diambil sampel sebanyak 16
siswa dari kelas IV, dengan pengumpulan data pengisian angket
kepada para siswa kelas IV semester I. Berdasarkan hasil analisis data
pembahasan dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat efektifitas yang
signifikan antara menghafal Al-Qur`an dengan metode jarimatika pada
antara menghafal Al-Qur`an dengan metode jarimatika pada siswa-
siswi kelas IV MI Bait Al-Qur`an Ciputat. Hal ini terbukti dari hasil
analisis yang memperoleh nilai sebesar 0,632 dengan r” tabel masing-
masing sebesar 0,497 taraf signifikan 5% 0,632 taraf signifikan 1%
dari perolehan df sebesar 16 berdasarkan interpretasi sederhana
besarnya rxy (0,067) berada pada tingkat rendah atau lemah.
Adapun Persamaan penelitian ini dengan penelitian penulis
ialah sama-sama meggunakan metode untuk menghafal Qur`an.
Perbedaannya dengan penelitian ini berbeda pada metode yang
digunakan
2. Syafiatul Ummah berjudul “Efektifitas Pembelajaran Metode Qiraati
Dalam Meningkatkan Kualitas Kefasihan Membaca Al-Qur`an” Tahun
2017. Fakultas Tarbiyah Program Studi Pendidikan Agama Islam
Institut Ilmu Al-Qur`an Jakarta. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara
efektivitas pembelajaran metode Qiraati dalam meningkatkan kualitas
kefasihan membaca Al-Qur`an pada siswa kelas VIII di Mts Al-
Nahdlal Islamic Boarding School. Penelitian ini dilaksanakan di di Mts
10

Al-Nahdlal Islamic Boarding School. Penelitian ini menggunakan


kuantitatif dan teknik yang digunakan sebagai alat pengumpulan data
dalam penelitian ini adalah teknik observasi, kuesioner/angket dan
dokumentasi. Penelitian ini dilakukan terhadap responden yang terdiri
dari siswa kelas VIII. Data penelitian efektivitas pembelajaran metode
Qiraati dalam meningkatkan kualitas kefasihan membaca Al-Qur`an
yang diperoleh dengan menggunakan alat ukur beruapa angket ang
terdiri dari 20 item pertanyaan. Setelah diperoleh hasil angket tentang
efektivitas pembelajaran metode Qiraati dalammeningkatkan kualitas
kefasihan membaca Al-Qur`an di Mts Al-Nahdlal Islamic Boarding
School, lalu penulis menghitung kedua variabel tersebut dengan
menggunakan rumus product moment. Hal ini untuk mengetahui
korelasi kedua variabel tersebut. Setelah penelitian dilakukan maka
nilai rxy adalah 0,457, dari perhitungan tersebut ternyata angka korelasi
antara variabel X dan Y tidak bertanda negatif yang mana tabel
interpretasi indeks korelasi poduct moment menunjukkan bahwa 0,457
berada diantara 0,40-0,70 yang berarti bahwa variabel X dan Y
terdapat korelasi yang sedang atau cukup.
Adapun persamaan penelitian ini dengan penelitian penulis
adalah sama-sama membahas tentang meningkatkan kualitas,
sedangkan perbedaanya terletak pada yang diteliti, penulis meneliti
meningkatkan kualitas pembelajaran tahfizul Qur`an, sedangkan
penelitian ini meningkatkan kualitas kefasihan membaca Al-Qur`an.
3. Galuh Fathatul Maula, skripsi dengan judul. “Metode Pembelajaran
Tahfizh Al-Qur`an pada program kelas takhasus Tafizh (Studi Kasus
SMP Adzkia Islamic School Serua Ciputat Tangerang Selatan)”. Tahun
2017 Fakultas Tarbiyah Program Studi Pendidikan Agama Islam
Institut Ilmu Al-Qur`an Jakarta. penelitian ini menggunakan metode
11

penelitian deskriptif dan pendekatan kualitatif. Adapun langkah-


langkah yang ditempuh saat penelitian yaitu dengan menggunakan
teknik observasi, wawancara mendalam, serta mengumpulkan
dokumentasi yang berkaitan dengan objek penelitian. Hasil yang
diperoleh dari penelitian ini adalah pelaksanaan dalam pembelajaran
tahfizh Al-Qur`an di SMP Adzkia Islamic School adalah cukup baik
dan lancar. Di mana sebagian besar peserta didik bisa menghafal
minimal dua juz sesuai yang ditargetkan oleh pihak sekolah, bahkan
ada beberapa siswa yang dapat melebihi target yang telah ditentukan.
Adapun persamaan penelitian ini dengan penelitian penulis
sama-sama membahas pembelajaran tahfiz sedangkan perbedaan
peneliti dengan penulis beda pada sebuah metode yang diterapkan.
4. Nadiatul `ula Rantau, judul skripsi “Implementasi Metode Turki
Usmani dalam Menghafal Al-Qur`an di Pondok Pesantren
Sulaimaniyah (UICCI) Jakarta.” Tahun 2018. Fakultas Tarbiyah
Program Studi Pendidikan Agama Islam Institut Ilmu Al-Qur`an
Jakarta. Penelitian ini dilatarbelakangi dengan semakin banyaknya
masyarakat yang ingin menghafal Al-Qur`an dan pesantren-pesantren
yang menyediakan berbagai macam metode dalam menghafal Al-
Qur`an. Mayoritas metode yang digunakan di Pesantren hampir sama
namun di Pesantren Sulaimaniyah bertujuan untuk mencetak generasi
Qur`ani yang berkualitas. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan
metode kualitatif, sedangakan jenis penelitian dalam penelitian ini
adalah penelitian lapangan (Field Research). Dalam pengumpulan
datanya menggunakan metode observasi, dokumentasi, wawancara
dengan menggunakan analisis reduksi data, display data dan penarikan
kesimpulan. Penelitian ini juga melakukan pengecekan keabsahan data
melalui triangulasi metode dan sumber. Setelah dianalisis dapat
12

disimpulkan bahwa metode Turki Usmani memilki istilah putaran,


halaman lama, halaman baru. Ada 20 putaran, apabila sudah selesai
putaran 20 maka sudah selesai menghafal. Yang dimaksud halaman
baru adalah halaman yang akan disetorkan dan halaman lama berupa
halaman yang sudah disetorkan (Muraja’ah) oleh gurunya.
Implementasi Metode Turki Ustmani dalam Menghafal Al-Qur`an di
Pondok Pesantren Sulaimaniyah (UICCI) Jakarta sudah sesuai dengan
prosedur yang telah ditetapkan dalam dua tahapan, yang pertama
tahapan persipan sebelum mengahafal dan tahap kedua yaitu mulai
menghafal Al-Qur`an. Santri yang menghafal menggunakan metode
tersebut dapat menghafal lebih cepat dan hafalannya lebih kuat.
Adapun persamaan penilitian ini dengan penelitian penulis
adalah sama-sama membahas tentang penerapan sebuah metode,
sedangkan perbedaannya terletak pada metode yang digunakan, penulis
meneliti metode Pakistani, sedangkan skripsi ini meneliti metode Turki
Usmani.
5. Feti Vera skripsi dengan judul. “Strategi Mahasiswa Dalam
meningkatkan kualitas hafalan Al-Qur`an (Studi Kasus Mahasiswi IIQ
Jakarta Fakultas Tarbiyah Semester 6). Tahun 2018. Fakultas Tarbiyah
Program Studi Pendidikan Agama Islam Institut Ilmu Al-Qur`an
Jakarta. Rumusan masalah dari penelitian ini adalah problem apa yang
dihadapi mahasiswa semester 6 fakultas tarbiyah dalam menghafal Al-
Qur`an, bagaimana solusi dan strategi mengatasi problem dalam
menghafal Al-Qur`an. Metode penelitian menggunakan metode
penelitian kualitatif deskriptif dengan jenis penelitian studi kasus.
hasil penelitian menunjukkan bahwa: a) rendahnya motivasi dari siswa
sendiri, solusi yang dilakukan mahasiswi semster 6 fakultas Tarbiyah
yaitu memotivasi diri sendiri, sering melakukan murajaah, serta bisa
13

mengetahui cara menghafal yang baik dan benar, strategi mahasiswa


dalam menghafal Al-Qur`an yaitu langkah pertama yang dilakukan
adalah tahsin Al-Qur`an, menggunakan satu jenis mushaf dalam
menghafal Al-Qur`an, memberi tanda ayat-ayat yang serupa agar
mudah dalam mengingatnya, dan menyetorkan hafalan kepada
instruktur tiga kali dalam seminggu, tujuannya membantu
menyelesaikan program yang diambil mahasiswi semester 6 fakultas
tarbiyah Institut Ilmu Al-Qur`an Jakarta.
Adapun persamaan penelitian ini dengan penelitian menulis
adalah sama-sama meneliti meningkatkan kualitas hafalan.
Perbedaannya terletak pada lokasi yang diteliti.
6. Ajeng Hamdika Sari, skripsi dengan judul “Penerapan Metode
Pakistani Sabaq, Sabqi, Manzil dalam menghafal Al-Qur`an” Tahun
2018. Fakultas Tarbiyah Program Studi Pendidikan Agama Islam
Institut Ilmu Al-Qur`an Jakarta. dibutuhkan metode yang akurat agar
menghafalnya dan hafalannya tidak Cuma hari itu saja menempek di
otak, melainkan agar selamanya menempel di otak. Permasalahan yang
sering dijumpai dalam menghafal Al-Qur`an khususnya metode
menghafal Al-Qur`an adalah hafalan yang dihafal kurang mutqin
dikarenakan kurang ampuhnya metode tersebut, jika pun ada metode
dalam menghafal ternyata metode tersebut tidak sesaui dengan yang
diharapkan. Oleh karena itu, sangat diperlukan metode dalam
menghafal Al-Qur`an yang akurat dan penerapannya sesuai dengan
yang di harapkan. Oleh karena itu, sangat diperlukan metode dalam
menghafal Al-Qur`an yang akurat dan penerapannya sesuai dengan
yang diharapkan. Adapun rumusan masalah pada penelitian ini adalah
bagaimanakan penerapan metode sabaq, sabqi, dan manzil di Pondok
Pesantren Al-Imam As-Syathiby?, dan bagaimanakah hasil hafalan
14

program hafalan di Pondok Pesantren Al-Imam As-Syathiby? Untuk


menjawab rumusan masalah tersebut digunakan metode penelitian
yaitu metode penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif analisis. Dari
hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa penerapan metode ini
sanagat bagus serta hal ini dapat dilihat dari prestasi jumlah hafalan
yang diperoleh para santri. Dan penerapan metode ini juga sangat
bagsu dalam menambah hafalannya agar dapat memperoleh hafalan
yang mutqin.
Adapun persamaan penelitian ini dengan penelitian penulis
adalah pada metodenya, sedangkan perbedaanya, jika penulis untuk
meningkatkan kualitas, sedangkan penelitian ini hanya penerapan
untuk menghafal Al-Qur`an.
H. Sistematika Penulisan
Teknik penulisan skripsi mengacu pada buku pedoman penulisan
Skripsi, Tesis dan Disertasi yang diterbitkan oleh Institut Ilmu Al-Qur`an
(IIQ) Jakarta tahun 2017. Adapun sistematika penulisan sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan. Pada Bab ini mencakup pembahasan
mengenai Latar Belakang Masalah, Identifikasi Masalah, Pembatasan
Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian,
Tinjauan Pustaka, dan Sistematika Penulisan.
BAB II Kajian Teori. Pada Bab ini mencakup landasan teoritis
atau konsep yang mendudukung penulisan yaitu meliputi pengertian
pembelajaran, pengertian tahfiz Al-Qur`an, syarat-syarat menghafal Al-
Qur`an, tujuan, hikmah menghafal Al-Qur`an, hukum menghafal Al-
Qur`an, adab para penghafal Al-Qur`an, keutamaan menghafal Al-Qur`an,
faktor pendukung dan penghambat dalam menghafal Al-Qur`an, hal yang
dapat merusak hafalan Al-Qur`an. Pengertian metode, macam-macam
15

metode menghafal Al-Qur`an, pengertian metode Pakistani, kelebihan


metode Pakistani, kekurangan metode Pakistani.
BAB III Metode Penelitian. Pada Bab ini, meliputi pembahasan
yang mencakup tempat dan waktu penelitian, sumber data, teknik
pengumpulan data, teknik analisis data.
BAB IV Analisis Data. Pada Bab ini meliputi pembahasan yang
mencakup. Deskripsi objek penelitian, deskripsi data, dan Analisis data.

BAB V Penutup. Pada Bab ini, membahas tentang penutup yang


berisi kesimpulan dan saran.
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Meningkatkan Kualitas

Menurut Mulyasa di dalam jurnalnya Umy Rochyati,


menyatakan bahwa kualitas pembelajaran dapat dilihat dari segi proses
dan hasil. Dari segi proses, pembelajaran dikatakan berhasil dan
berkualitas apabila seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian besar
peserta didik terlibat secara aktif baik fisik, mental maupun sosial dalam
proses pembelajaran, disamping menunjukkan kegairahan belajar yang
tinggi, semangat belajar yang besar dan rasa percaya pada diri sendiri.
Sedangkan dari segi hasil, proses pembelajaran dikatakan berhasil
apabila terjadi perubahan tingkah laku yang positif pada diri peserta
didik seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian besar. Demikian pula
Oemar Hamalik menyatakan pengajaran yang efektif adalah pengajaran
yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas
sendiri. Dipihak lain pendidikan dan pengajaran dikatakan berhasil
apabila perubahan-perubahan yang tampak pada peserta didik harus
merupakan akibat dari proses belajar mengajar yang dialaminya.1
Menurut Sukirman dalam jurnal Arief Agoestanto, salah satu
cara efektif untuk meningkatkan kualitas pembelajaran adalah dengan
melaksanakan Lesson Study. Lesson Study merupakan suatu model
pembinaan profesi pendidik melalui pengkajian pembelajaran secara
kolaboratif dan berkelanjutan.2

1
Umi Rochyati, Masduki Zakaria, Peningkatan Kualitas Pembelajaran Teknik
Digital Melalui Pembelajaran Berbasis Lesson Study, JPTK Vol. 19, No.1, Mei 2010. h.27
2
Arief Agoestanto, Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Pada Mata Kuliah
Pengantar Probilitas Melalui Lesson Study Dengan Pengajaran Berbalik Secara Team. Jurnal
Kreano Vol. 3, No.1, Juni 2012. h. 39

16
17

Menurut Lewis dalam Sukirman bahwa ide yang terkandung di


dalam Lesson Study sebenarnya singkat dan sederhana, yaitu jika
seseorang guru ingin meningkatkan pembelajaran, salah satu cara yang
paling jelas adalah melakukan kaloborasi dengan guru lain untuk
merancang, mengamati dan melakukan refleksi terhadap pembelajaran
yang dilakukan.3
Adapun tahapan pelaksanaan Lesson Study adalah sebagai
berikut:
a. Tahap perencanaan
Pada tahap ini guru yang tergabung dalam kegiatan Lesson
Study secara kolaboratif melakukan identifikasi masalah dan analisis
kebutuhan kegiatan belajar mengajar. Indentifikasi masalah dan
analisis kebutuhan ini menyangkut tingkat kesiapan belajar siswa,
pemilihan strategi pembelajaran, sarana dan prasarana pembelajaran,
penilaian hasil belajar.
b. Tahap pelaksanaan
Pada tahap kedua ini, terdapat dua kegiatan utama yaitu,
kegiatan pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh salah
seorang guru yang disepakati atau atas permintaan sendiri.
c. Tahapan Refleksi
Kegiatan refleksi dilakukan dalam bentuk diskusi yang diikuti
seluruh peserta Lesson Study. Diskusi dimulai dari penyampaian
kesan kesan guru yang telah mempraktikkan pembelajaran, dengan
menyampaikan komentar atau kesan umum maupun kesan khusus
atas proses pembelajaran yang dilakukannya, misalnya mengenai

3
Arief Agoestanto, Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Pada Mata Kuliah
Pengantar Probilitas Melalui Lesson Study Dengan Pengajaran Berbalik Secara Team. Jurnal
Kreano Vol. 3, No.1, Juni 2012. h. 40
18

kesulitan dan permasalahan yang dirasakan dalam menjalankan


pembelajaran.4
B. Pembelajaran Tahfizul Qur`an (Menghafal Al-Qur`an)
1. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan
pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat
terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan
kemahiran tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada
peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk
membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik.5
Pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang melibatkan seseorang
dalam upaya memperoleh pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai
positif dengan memanfaatkan berbagai sumber untuk belajar.
Pembelajaran dapat melibatkan dua pihak yaitu siswa sebagai
pembelajar dan guru sebagai fasilitator.6
Menurut Rusman dalam bukunya pembelajaran meruapakan
suatu sistem, yang terdiri atas berbagai komponen yang saling
berhubungan satu dengan yang lain7
Menurut Oemar Hamalik dalam buku belajar dan
pembelajaran. Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun
meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan,

4
Joko Suriyanto, Peningkatan Kualitas Pembelajaran Melalui Lesson Study. Jurnal
JPTK, Vol.16, No.1, 11 Mei 2007, h.111
5
Moh Suardi, belajar dan pembelajaran, (Yogyakarta: DEEPUBLISH, 2018) h.7
6
Rudi Susilana dan Cepi Riyana, Media Pembelajaran, (Bandung: CV Wacana
Prima, 2009) h.1
7
Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesional Guru,
(Depok: PT raja Grafindo Persada, 2014) Cet ke-4, h.1
19

prosedur yang saling memengaruhi dalam mencapai tujuan


pembelajaran. 8
Belajar pada hakikatnya merupakan proses kegiatan secara
berkelanjutan dalam rangka perubahan tingkah laku peserta didik
secara konstruktif yang mencakup aspek kognitif, afektif, dan
psikomotorik. Tujuan pembelajaran pun sebaiknya berorientasi pada
pengembangan kehidupan intelektual peserta didik suapaya kelak
sebagai orang dewasa memiliki kemampuan berpikir seperti yang
diharapkan dari orang dewasa secara ideal yaitu diantaranya mampu
berpikir logis, objektif, kritis, sistematis, analisis,integratif dan
inovatif.9
Permendikbud RI Nomor 22 Tahun 2016 tentang standar
proses pendidikan dasar dan menengah menyatakan bahwa, standar
proses pendidikan dasar dan menengah selanjutnya disebut standar
proses merupakan kriteria mengenai pelaksanaan pembelajaran pada
satuan pendidikan dasar dan satuan pendidikan menengah untuk
mencapai kompetensi lulusan.10
2. Pengertian Tahfiz Al-Qur`an
Al-Qur`an kitab yang lengkap dan sempurna. Tidak ada satu
aspek pun dalam kehidupan manusia yang tidak dibicarakan di dalam
Al-Qur`an. Hal ini dijelaskan di dalam Al-Qur`an (QS. al-An`am
[6]:38)

  ...       ...

8
Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2014)
Cet ke-3 h.4
9
Asis Saefudin, ika Berdiati, Pembelajaran efektif, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2014) Cet ke-1 h.9
10
Undang-undang Tentang Standar Proses Pendidikan Dasar Dan Menengah,
Nomor 20 Tahun 2016, UU20-2016 Kemendikbud.pdf, diakses tanggal 18 Agustus2019.
20

“...Tidak ada sesuatu pun yang kami luputkan di dalam


kitab...” (QS. al-An`am [6]:38)11

Secara etimologi, tahfiz Al-Qur`an terdiri dari dua suku kata,


yaitu tahfiz dan Al-Qur`an, yang mana keduanya mempunyai arti
yang berbeda. Pertama, tahfiz berasal dari bahasa Arab hafiza-
yahfadzu-hifdzan yang berarti menghafal, (Yunus, 1990: 105).
Kedua, Al-Qur`an berasal dari bahasa Arab qara-a, yaqra-u, yang
artinya: membaca. Menurut Abdul Azis Abdul Rauf, definisi tahfiz
atau menghafal adalah proses mengulang sesuatu, baik dengan
membaca atau mendengar. Pekerjaan apapun jika sering diulang pasti
menjadi hafal.
Sementara al-Azhari dalam kitabnya “Tahdzibal-Lughah
mengutip penjelasan al-Laits, seorang pakar bahasa, sebagai berikut:

ُ ‫ َواحلَِفْي‬.‫اه ُد َوقِلَّةُ الغُ ْفلَ ِة‬


َ ِ‫ امل َوكِ ُل ب‬: ‫ظ‬
‫الشْي ِئ‬ َ
ِ ‫ظ نَِقيض النِسي‬
‫ َوُه َو التَ َع‬,‫ان‬َ ْ ٌ ْ ُ ‫احلِْف‬
ُ
)٠٥٨‫ص‬/٢‫(هتذيب اللغة – (ج‬.‫ِِِب ْف ِظ ِه‬
“kata “hifzh” berarti kebalikan dari lupa yaitu senantiasa
mengingat dan lupanya sedikit. Sedang “al-hafizh” berarti
yang diserahi sesuatu untuk menjaganya”.12

Kemudian pengertian Al-Qur`an menurut istilah adalah kitab


yang diturunkan kepada Rasulullah SAW., ditulis dalam mushaf, dan
diriwayatkan secara mutawatir tanpa keraguan. Hal ini dijelaskan
dalam (Q.S al-Qiyamah [75]:17-18).

         

11
Asep Usman Ismail, Al-Qur`an dan Kesejahteraan Sosial, (Tangerang: Lentera
Hati, 2012), h.1
12
A. Muhaimin Zen, Tahfizh Al-Qur`an Metode Lauhun, (Jakarta :Transpustaka,
2013), cet ke-1 h.3
21

“Sesungguhnya atas tanggungan kamilah mengumpulkannya


(di dadamu) dan (membuat pandai) membacanya. Apabila
kami telah selesai membacakannya, maka ikutilah
bacaannya”. (Q.S al-Qiyamah [75]: 17-18)

Menurut Juju Saepudin secara Terminologi, Al-Qur`an adalah


kalamullah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Sebagai
mukjizat yang tertulis dalam lembaran-lembaran, yang diriwayatkan
secara mutawatir, dan membacanya merupakan ibadah.13
Sedangkan menurut Jalal al-Din al-Sayuthi didalam buku
pengantar studi Al-Qur`an, beliau adalah seorang ulama terkemuka
dalam bidang ulum Al-Qur`an meyatakan bahwa Al-Qur`an
merupakan telaga sumber ilmu. Didalamnya terkandung ilmu tentang
segala sesuatu, menjelaskan mana yang merupakan petunjuk dan
mana yang bukan. Dari Al-Qur`an lah setiap orang mengembangkan
spesialisnya dan berpegang kepadanya.14
3. Syarat-Syarat Menghafal Al-Qur`an
Menghafal Al-Qur`an adalah pekerjaan yang sangat mulia.
Oleh karena itu, ada hal-hal yang perlu dipersiapkan sebelum
menghafal agar dalam proses menghafal tidak begitu berat. Beberapa
hal yang perlu diperhatikan sebelum seseorang memasuki priode
menghafal Al-Qur`an.15
1. Niat yang ikhlas
Niat adalah syarat yang paling penting dan paling utama
dalam masalah hafalan Al-Qur`an. Sebab, apabila seseorang

13
Juju Saepudin, et.al., Membumikan peradaban Tahfiz Al-Qur`an, (Jakarta : Balai
Penelitian dan Pengembangan Agama Jakarta, 2015) cet ke-1 h.23
14
Munzir Hitami, Pengantar Studi Al-Qur`an, (Yogyakarta: LKIS Yogyakarta,
2012) cet ke-1 h. 19.
15
Juju Saepudin, et.al., Membumikan Peradaban Tahfiz Al-Qur`an, (Jakarta: Balai
Penelitian dan Pengembangan Agama, 2015), h.29-30
22

melakukan sebuah perbuatan tanpa dasar mencari keridhaan


Allah semata, maka amalannya hanya akan sia-sia16
Niat yang ikhlas, bulat, dan mantap sangat diperlukan dari
calon penghafal sebab apabila sudah ada niat yang bulat dan
mantap, maka kesulitan apapun yang merintang akan di terjang.
Sebaliknya, bila orang menghafalkan Al-Qur`an karena terpaksa
atau dipaksa orang lain, maka umumnya dia tidak berhasil. Untuk
melakukan ibadah diperlukan agar senantiasa ikhlas sebagaimana:
Firman Allah (QS. Az-Zumar [39]: 11)

         

“katakanlah sesungguhnya aku diperintahkan


suapaya menyembah Allah dengan ikhlas
(memurnikan) ketaatan kepadanya dalam
menjalankan agama”. (QS. Az-Zumar [39]: 11)
Seperti dikatakan sufi Syekh Ahmad bin Muhmmad
al-Iskandari dalam kitab al-Hikam17.

‫ص فِ ْي َها‬ ِ
ُ ‫اح َها ُو ُج ْو ُد س ِّرااإل ْخ ََل‬
ِ
ُ ‫ص ْوٌر قَائ َمةٌ َوأ َْرَو‬ ُ ‫األَ ْع َم‬
ُ ‫ال‬
“ Amal itu bagaikan jasad, sedangkan ruhnya adalah
adanya rahasia keikhlasan di dalamnya”.
2. Tekad yang kuat
Tekad yang kuat dan sungguh-sungguh akan
mengantarkan seseorang ketempat tujuan, dan akan membentengi
atau menjadi perisai terhadap kendala-kendala yang mungkin

16
Juju Saepudin, Membumikan Peradaban Tahfiz Al-Qur`an, (Jakarta: Balai
Penelitian dan Pengembangan Agama Jakarta, 2015) Cet Ke-1 h.29
17
A. Muhaimin Zen, Metode Pengajaran Tahfizh al-Qur`an, (Jakarta:
percetakonline.com, 2012) h.26
23

akan menjadi rintangan.18 Sebagaimana firman Allah Swt (QS.


Al-Isra [17]: 19)

         

  

"Dan barangsiapa yang menghendaki kehidupan


akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-
sungguh sedang ia adalah mukmin, maka mereka itu
adalah orang-orang yang usahanya dibalasi dengan
baik."

3. Menjauhi sifat tercela

Sifat madzmumah alias tercela harus dijauhi oleh setiap


muslim, terutama calon penghafal Al-Qur`an. Sifat madzmumah
sangat besar pengaruhnya terhadap orang-orang yang yang
menghafal Al-Qur`an karena Al-Qur`an adalah kitab suci yang
tidak boleh dinodai. Di antara sifat madzmumah itu adalah ujub,
riya`, hasud dan lain sebagainya.

4. Izin Orangtua, Wali atau Suami

Izin dari orang tua, wali atau suami juga ikut menentukan
keberhasilan dalam menghafal Al-Qur`an. Apabila seorang anak
telah memperoleh izin menghafal dari orang tua atau wali, apabila
seorang istri telah memperoleh izin menghafal dari suami, maka
dia telah memiliki keluasan untuk mengatur waktunya guna
menghafal Al-Qur`an. Memang menghafal Al-Qur`an

18
Ragib Al-Sirjani, Cara Cerdas Menghafal Al-Qur`an, (Solo: Aqwam, 2007), h.36
24

membutuhkan pengaturan waktu sedemikian rupa suapaya bisa


berhasil dengan baik.

5. Kontinuitas (Istiqamah)

Kontinuitas dan kedisiplinan dalam segala-galanya,


termasuk kedisiplinan dalam hal waktu, tempat dan terhadap
materi-materi yang dihafal sangat diperlukan. Singkronisasi
antara penggunaan waktu dan materi yang dihafal merupakan
keharusan.19

4. Hikmah Menghafal Al-Qur`an


Banyak hadits Rasulullah saw. Yang mendorong untuk
menghafal Al-Qur`an atau membacanya di luar kepala, sehingga hati
seorang muslim tidak kosong dari sesuatu bagian dari kitab Allah
SWT. Seperti dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas
secara marfu`.
ِ ‫إِ َّن الَّ ِذ لَْيس فِى جوفِ ِو َشيء ِمن الْ ُقراّ ِن َكالْب ْي‬
ِ ‫ت الْ َخ ْر‬
‫ب‬ َ ْ َ ٌْ َْ َ

“orang yang tidak mempunyai hafalan Al-Qur`an sedikitpun


adalah seperti rumah kumuh yang mau runtuh.”20
Adapun beberapa hikmah menghafal Al-Qur`an sebagai berikut:

a. Al-Qur`an menjanjikan kebaikan, berkah dan kenikmatan bagi


penghafalnya. Ini sesuai dengan firman Allah SWT. dalam (QS.
Sad [38]: 29)

         

19
A. Muhaimin Zen, Metode Pengajaran Tahfizh al-Qur`an, h.31
20
Yusuf Al-Qardhawi, Berinteraksi Dengan Al-Qur`an, (Doha: Gema Insan Press,
1997) h. 191
25

“ini adalah kitab yang kami turunkan kepadamu penuh


dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya
dan supaya mereka mendapat pelajaran orang-orang yang
mempunyai pikiran”. (QS. Sad [38]: 29)21
b. Hafiz Qur`an merupakan ciri-ciri orang yang diberi ilmu
c. Fasih dalam berbicara dan ucapannya.
d. Al-Qur`an memuat 77.439 kalimat. Jika seluruh penghafal Al-
Qur`an memahami seluruh arti kalimat tersebut berarti dia sudah
banyak sekali menghafal kosa kata bahasa Arab yang seakan-
akan ia menghafal kamus bahasa Arab.
e. Dalam Al-Qur`an banyak terdapat kata-kata hikmah yang sangat
berharga bagi kehidupan. Secara menghafal Al-Qur`an berarti
banyak menghafal kata-kata hikmah.
f. Hafiz Qur`an sering menjumpai kalimat-kalimat uslub atau ta`bir
yang sangat indah. Bagi seseorang yang ingin memperoleh rasa
sastra yang tinggi dan fasih untukkemudian bisa menikmati karya
sastra Arab atau menjadi sastrawan Arab perlu banyak menghafal
kata-kata uslub Arab yang indah seperti syair dan amtsar
(perumpamaan) yang tentunya banyak terdapat di Al-Qur`an.
g. Mudah menemukan contoh-contoh nahwu, sharaf, dan juga
bhalagah dalam Al-Qur`an.
h. Dalam Al-Qur`an banyak ayat-ayat hukum, dengan demikian
secara tidak langsung seorang penghafal Al-Qur`an akan
menghafal ayat-ayat hukum yang demikian ini sangat penting
bagi orang yang ingin terjun di bidang hukum.

21
Muhammad Shahab Thahir, Quran Hafalan dan Terjemahan, (Jakata: Almahira,
2015), h.454
26

i. Orang yang menghafal Al-Qur`an akan selalu mengasah


hafalannya. Dengan demikian otaknya akan semakin kuat untuk
menampung berbagai berbagai macam informasi.
j. Penghafal Al-Qur`an adalah orang yang akan mendapatkan
untung dalam perdagannya dan tidak akan merugi.
k. Al-Qur`an akan menjadi penolong (syafa`at) bagi para penghafal
Al-Qur`an.22

5. Hukum Menghafal Al-Qur`an

Hukum menghafal Al-Qur`an adalah sunnah. Al-Qur`an


adalah kitab suci bagi pemeluk agama Islam, sebagai pedoman hidup
dan sumber-sumber hukum. Tidak semua manusia sanggup
menghafal Al-Qur`an dan hamba-hamba yang terpilihlah yang
sanggup menghafalnya. Hal ini sesuai dengan firman Allah:

a. Surat Al-Qamar ayat 17

       

“Dan sesungguhnya telah kami mudahkan Al-Qur`an untuk


pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran.”
(QS. Al-Qamar [54]: 17)23
Ayat ini terdapat empat kali disebutkan dalam surah al-Qamar
(17, 22, 32 dan 40) yang menjelaskan bahwa al-Qur`an itu mudah
dibaca, dihafal dan dipahami maknanya bagi orang-orang yang mau
menghafal dan mempelajarinya. Ini menunjukkan bahwa betapa
pentingnya al-Qur`an itu dibaca, dan dihafal. Sementara itu, imam al-
Qurthubi menafsirkan ayat ini bahwa Allah swt akan memberi

22
Juju Saepudin, dkk, Membumikan peradaban Tahfiz Al-Qur`an, hlm 27
23
Al-Qur`an dan Terjemah, (Jakarta: CV Pustaka Jaya Ilmu, 2014) h. 529
27

kemudahan dan pertolongan bagi orang-orang yang mau menghafal


Al-Qur`an.24

b. Surat al-Hijr Ayat 9

       

“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-Quran, dan


sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya”. (QS. Al-Hijr
[15]: 9)

c. Surat Al-Hijr Ayat 87

       

“Sesungguhnya Kami telah berikan kepadamu tujuh ayat yang


dibaca-baca berulang-ulang dan Al-Quran yang agung”. (QS. Al-
Hijr [15]: 87)

6. Adab Para Penghafal Al-Qur`an


Dalam menghafal Al-Qur`an, ada adab-adab yang harus
diperhatikan. Para pengahafal Al-Qur`an mempunyai tugas yang
harus dijalankan, sehingga mereka benar-benar menjadi “keluarga
Al-Qur`an”. Rasulullah saw. Bersabda:

‫ك رضي اهلل‬ ٍ ِ‫س ابْ ِن مال‬


َ ِ ‫ك إِ َّن لِلَّ ِو أ َْىلِ ْي َن ِم َن الن‬
ِ َ‫ قَالُوا َع ْن أَن‬.‫َّاس‬ ٍ ِ‫س بْ ِن مال‬
َ ِ َ‫َع ْن أَن‬
ِ ‫ين ِم ْن الن‬
‫َّاس قَالُوا‬ ِ ِ َِّ ِ َّ ِ َّ َّ َ ‫اهلل‬
َ ‫إ َّن للو أ َْىل‬: َ ‫صلى اللوُ َعلَْيو َو َسل‬
ِ ‫ول‬ ُ ‫ال َر ُس‬
َ َ‫ ق‬:‫ال‬
َ َ‫عنو ق‬

24
A. Muhaimin Zen, Tahfizh Al-Qur`an Metode Lauhun, h.17-18.
28

ُ‫اصتُو‬ ِ ُ‫اصتُو‬
َّ ‫اهلل َو َخ‬ َّ ‫اهلل َو َخ‬ ِ ‫ ُى أ َْىل الْ ُقر‬: ‫ال‬
ِ ‫أ َْىل‬,‫آن‬ ِ ‫ول‬
َ َ‫ َم ْن ُى ْ ؟ ق‬,‫اهلل‬ َ ‫يَ َار ُس‬
ُ ْ ُ ْ
25
)‫(رواه أحمد و إبن ماجة‬
“Dari Anas bin Malik r.a berkata: Rasulullah Saw. Bersabda
Sesungguhnya Allah memiliki orang khusus (Ahliyyin) dari
kalangan manusia. Mereka (para sahabat) bertanya, “wahai
Rasulullah siapakah mereka?” Beliau menjawab “mereka
adalah ahlu Al-Qur`an, Ahlullah dan orang khususnya.“
(HR. Ahmad 11870 dan Ibnu Majah 215)

Beberapa etika penghafal Al-Qur`an antara lain, hendaknya ia


berpenampilan sempurna dan berperangai mulia serta menjauhkan
dirinya dari hal-hal yang dilarang Al-Qur`an demi memuliakan Al-
Qur`an. Diriwayatkan dari Umar bin Khatab r.a, bahwa ia berkata:
“wahai para penghafal Al-Qur`an, angkatlah kepala kalian! Sungguh
telah jelas bagi kalian jalan tersebut, berlomba-lombalah dalam
kebaikan dan jangan menjadi beban bagi orang lain”.26 Adapun adab-
adab dalam menghafal Al-Qur`an adalah sebagai berikut:
1. Selalu Bersama Al-Qur`an

Di antara etika itu adalah bersama Al-Qur`an, sehingga


Al-Qur`an tidak hilang dari ingatannya. Caranya, dengan terus
membacanya melalui hafalan, dengan membaca dari mushaf.
Pengahafal Al-Qur`an harus menjadikan Al-Qur`an sebagai
temannya dalam kesendiriannya, serta penghibur dalam
kegelisahan sehingga hafalannya tidak berkurang.

2. Berakhlak Dengan Akhlak Al-Qur`an

25
Ahmad bin Hanbal, Musnad Ahmad, (Mesir: Darul Hadits, 1995)
26
Abu Zakaria Yahya bin Syaraf An-Nawawi, At-Tibyan Adab Penghafal Al-
Qur`an, terj. Umniyyati Sayyidatul Hauro‟, et.al. (Solo: Al-Qowam, 2014) h.48
29

Orang yang menghafal Al-Qur`an hendaklah berakhlak


dengan akhlak Al-Qur`an seperti halnya Nabi Muhammad saw.
Aisyah r.a pernah ditanya tentang akhlak Rasulullah saw., ia
menjawab.

،‫ين‬ِِ َ ِ‫ت َعائ‬ َ َ‫ ق‬،‫ش ِام بْ ِن َع ِام ٍر‬


َ ‫َع ْن َس ْع ِد بْ ِن ِى‬
َ ‫ يَا أ َُّم ال ُْم ْؤمن‬:‫ْت‬
ُ ‫ فَ ُقل‬،َ‫شة‬ ُ ‫ أَتَ ْي‬:‫ال‬

ْ َ‫ قَال‬، َ َّ‫صلَّى اهللُ َعلَْي ِو َو َسل‬


‫ " َكا َن ُخلُ ُقوُ الْ ُق ْرآ َن‬:‫ت‬ ِ ِ ‫أَ ْخبِرنِي بِ ُخلُ ِق رس‬
َ ‫ول اللَّو‬ َُ ْ
27
)‫(رواه أحمد‬

“Sa‟ad bin Hisyam bin Amir berkata: “Aku pernah


mendatangi Aisyah radhiyallahu„anha, lalu aku
bertanya: “Wahai Ummul Mukminin, beritahukanlah
kepadaku akan akhlaknya Rasulullah shallallahu„alaihi
wasallam?”, beliau menjawab: “Akhlak beliau adalah Al
Quran” (HR Ahmad)
Pengahafal Al-Qur`an harus menjadi kaca tempat orang
dapat melihat akidah Al-Qur`an, nilai-nilainya, etika-etikanya,
dan akhlaknya agar ia membaca Al-Qur`an dan ayat-ayat itu
sesuai dengan perilakunya. Bukan sebaliknya, ia membaca Al-
Qur`an namun ayat-ayat Al-Qur`an melaknatnya.
3. Ikhlas dalam mempelajari Al-Qur`an
Para pengkaji dan penghafal Al-Qur`an harus
mengikhlaskan niatnya dan mencari keridhaan Allah SWT semata
dalam mempelajari dan mengajarkan Al-Qur`an itu. Bukan untuk
pamer di hadapan manusia dan juga tidak untuk mencari dunia.28

27
Ahmad bin Hanbal, Musnad Ahmad, (Mesir: Darul Hadits, 1995) h.861
28
Yusuf Al-Qardhawi, Berinteraksi Dengan Al-Qur`an, (Doha: Gema Insan Press,
1997) h.200
30

4. Tidak menjadikan Al-Qur`an sebagai mata pencaharian


Termasuk hal yang paling penting yang diperintahkan,
hendaknya ia sangat berhati-hati agar jangan sampai menjadikan
Al-Qur`an sarana mencari nafkah. Diriwayatkan Abdurrahman
bin Syibl r.a. ia berkata, Rasulullah Saw. Bersabda:

‫صلَّى اهللُ َعلَْي ِو‬ ِ ِ َّ ‫َع ْن َع ْب ِد‬


َ ‫الر ْح َم ِن بْ ِن ش ْب ٍل َرض َي اهللُ تَ َعالَى َع ْنوُ أَ َّن النَّبِ َّي‬
‫ اق َْرءُوا الْ ُق ْرآ َن َوَل تَغْلُوا فِ ِيو َوَل تَ ْج ُفوا َع ْنوُ َوَل تَأْ ُكلُوا بِ ِو َوَل‬:‫ال‬
َ َ‫َو َسلَّ َ ق‬
29
)‫(رواه أحمد‬.‫تَ ْستَ ْكثِ ُروا بِ ِو‬
“Dari Abdirrahman bin syibli ra. Bahwasanya Nabi
Muhammad Saw. Bersabda: Bacalah Al-Qur`an, dan
jangan melalaikannya, dan jangan menjauhinya, dan
jangan makan hasil darinya, dan jangan pula berlebih-
lebihan terhadapnya”. (HR Ahmad)
5. Membiasakan diri membaca Al-Qur`an
Hendaknya ia membiasakan dan memperbanyak membaca
Al-Qur`an. Para salaf mempunyai kebiasaan yang berbeda-beda
dalam mengkhatamkan Al-Qur`an.
Ibnu Abi Daud meriwayatkan dari beberapa salaf bahwasanya
mereka dahulu mengkhatamkan Al-Qur`an setiap dua bulan
sekali, yang lainnya sebulan sekali, ada yang sepuluh hari sekali.
Banyak di antara mereka yang menkhatamkan sekali dalam setiap
malamnya, ada yang sehari semalam dua kali, tiga kali, ada juga
yang delapan kali.30

29
Ahmad bin Hanbal, Musnad Ahmad, (Mesir: Darul Hadits, 1995)
30
Abu Zakaria Yahya bin Syaraf An-Nawawi, At-Tibyan Adab Penghafal Al-
Qur`an, terj, Umniyyati Sayyidatul Hauro‟. et.al. Solo: Al-Qowam, h.53
31

7. Keutamaan Menghafal Al-Qur`an

Menghafal Al-Qur`an merupakan suatu perbuatan yang sangat


terpuji dan mulia. Orang-orang yang mempelajari, membaca dan
menghafal Al-Qur`an merupakan orang-orang pilihan yang memang
dipilih oleh Allah untuk menerima warisan kitab suci Al-Qur`an.
Allah berfirman dalam (QS. Fatir [35]:32).

         

          

  

“kemudian kitab itu kami wariskan kepada orang-orang yang


kami pilih diantara hamba-hamba kami, lalu diantara mereka
ada yang menganiaya diri mereka sendiri dan diantara
mereka ada yang pertengahan dan di antara mereka ada
(pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah.
Hal yang demikian itu adalah karunia yang amat besar.”
(QS. Fatir [35]: 32).
Rasulullah Saw. bersabda: barang siapa membaca Al-Qur`an,
mempelajarinya dan mengamalkannya, maka dipakaikan kepada
orang tuannya mahkota dari cahaya pada hari kiamat. Cahayanya
seperti cahaya matahari dan kedua orang tuannya dipakaikan dua
jubah (kemuliaan) yang tidak pernah didapatkan di dunia. Keduanya
lalu bertanya, “mengapa kami dipakaikan jubah ini? dijawab, karena
kalian memerintahkan anak kalian untuk mempelajari Al-Qur`an.
32

Menurut Imam Nawawi dalam kitabnya At-Tibyan Fi Adabi


Hamalati Al-Qur`an menyebutkan ada dua keutamaan: pertama, Al-
Qur`an sebagai pemberi syafa`at pada hari kiamat bagi yang
membaca, memahami dan mengamalkannya. Dalam hadits
disebutkan: Abu Umamah al-Bahili.

‫صلَّى اهللُ َعلَْي ِو‬ ِ َ ‫ت رس‬ ِ ِِ


ِ َ َ‫ضي اهلل َع ْنوُ ق‬
َ ‫ول اهلل‬ ُ َ ُ ‫ال َسم ْع‬ ُ َ ‫َع ْن أَبِي أ َُم َامةَ الْبَاىلي َر‬

‫َص َحابِ ِو (رواه مسل‬ ِ ِ ِ ِ


ْ ‫ول اق َْرءُوا الْ ُق ْرآ َن فَِإنَّوُ يَأْتِي يَ ْو َم الْقيَ َامة َشفيعاأل‬
ُ ‫َو َسلَّ َ يَ ُق‬
31
)٨۰٤

Dari Abi Umamah Al-Bahili ra. berkata: “aku mendengar


Rasulullah Saw. bersabda. “Bacalah Qur‟an, karena ia akan
datang pada hari kiamat menjadi syafaat kepada pemiliknya”
(HR. Muslim: 804)
Kedua, para pengahafal Al-Qur`an telah dijanjikan derajat yang
tinggi disisi Allah SWT, pahala yang besar serta penghormatan di
antara sesama manusia.32
Al-Qur`an menjadi hujjah atau pembela bagi pembacanya dan
sebagai pelindung dari azab api neraka. Pembaca Al-Qur`an
khususnya penghafal Al-Qur`an yang kualitas dan kuantitas
bacaannya lebih tinggi, akan bersama malaikat yang selalu
melindunginya dan mengajak kepada kebaikan. Disebutkan didalam
buku menghafal Al-Qur`an beberapa keutamaan menghafal Al-
Qur`an yaitu:

31
Muslim bin Al-Hajjaj, Shahih Musim, (Mesir: Darul Hadits, 1995), h.775
32
Abu Zakaria Yahya bin Syaraf An-Nawawi, At-Tibyan Adab Penghafal Al-
Qur`an, terj. Umniyyati Sayyidatul Hauro‟, et.al. (Sukaharjo: Maktabah Ibnu Abbas, 2005)
h.15
33

1. Mendapatkan kedudukan yang tinggi dalam pandangan Allah.


Seorang penghafal Al-Qur`an sudah pasti cinta kepada
kalamullah. Allah mencintai mereka yang cinta kepada kalam-
Nya.
2. Penghafal Al-Qur`an akan meraih banyak sekali pahala. Bisa
digambarkan, jika setiap huruf yang dibaca seorang mendapatkan
10 pahala, jumlah huruf Al-Qur`an (sebagaimana disebutkan
Imam Sayuthi dalam Al-Itqan) adalah 671.323 huruf maka bisa
dibayangkan berapa juta pahala yang dihasilkan ketika seorang
penghafal Al-Qur`an berulang kali membaca ayat-ayat Al-
Qur`an.
3. Penghafal Al-Qur`an yang menjujung nilai-nilai Al-Qur`an
dijuluki dengan “Ahlullah” (keluarga Allah) atau orang yang
dekat dengan Allah. Imam Nasa‟i, Ibnu Majah, dan Hakim
mengeluarkan hadits yang diterimanya dari anas bin Malik.33

َ َ‫صلَّى اهللُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َ ق‬ ِ ٍِ


:‫ال‬ َ ‫س بْ ِن َمالك َرض َي اهللُ َع ْنوُ َع ِن النَّبِ ِي‬
ٍ َ‫َع ْن أَن‬

ِ ‫ من ُى يا رسو َل‬: ‫َّاس ِق ْيل‬ ِ ِ ِِ


‫ أ َْى ُل‬:‫ال‬
َ َ‫اهلل؟ ق‬ ُ َ َ ْ ْ َ َ ِ ‫إِ َّن للَّو تَ َعالَى أ َْىل ْي َن م َن الن‬
34
)‫ (رواه احمد و إبن ماجة‬.ُ‫اصتُو‬
َّ ‫اهلل َو َخ‬ ِ
ِ ‫َن ُى أ َْىل‬
ُ ْ ‫الْ ُق ْرأ‬
Dari sahabat Anas bin Malik ra. nabi Saw. Bersabda,
“sesungguhnya bagi Allah ada orang-orang yang
terdekat dengan-Nya” sahabat bertanya, “siapa
mereka, ya Rasul?” jawab Nabi, “Mereka adalah
ahlul Qur`an. Mereka itulah keluarga Allah dan
orang-orang yang terdekat dengan-Nya. (HR. Ahmad
dan Ibnu Majah)

33
Muhammad Ahmad Abdullah, Metode Cepat dan Efektif Menghafal Al-Qur`an,
(Jogjakarta: Garilmu, 2009) h.171
34
Ahmad bin Hanbal, Musnad Ahmad, (Mesir: Darul Hadits, 1995)
34

4. Nabi Muhammad Saw. Pernah menyegerakan penguburan


sahabat yang meninggal dalam perang uhud, yang hafalannya
lebih banyak daripada lain-nya. Ini penghargaan bagi mereka
yang hafal Al-Qur`an
5. Nabi Muhammad Saw. Pernah memerintahkan para sahabat agar
menjadi imam shalat adalah mereka yang paling bagus bacaan
Al-Qur`annya, yang sekaligus juga hafal.
6. Nabi menjanjikan bahwa orang tua penghafal Al-Qur`an akan
diberi mahkota oleh Allah pada hari kiamat nanti.

َ ‫ إِ َّن َر ُس‬:‫ال‬
‫ول‬ ِ ‫ َعن أَبِْي ِو ر‬: ‫اذ الْج َهنِ ِّي‬
َ َ‫ض َي اهللُ َع ْنوُ ق‬ ٍ ‫َعن س ْه ِل ب ِن مع‬
َ ْ ُ َُ ْ َ ْ

ُ‫س َوالِ َده‬ ِ ِِ ِ َ َ‫صلَّى اهللُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َ ق‬


َ ‫ أُلْب‬, ‫ َم ْن قَ َرأَ الْ ُق ْرأَ َن َو َعم َل بو‬:‫ال‬
ِ
َ ‫اهلل‬
ِ ‫س فِي ب ي‬
ُّ ‫وت‬
‫الدنْ يَا‬ ُُ َّ ‫ض ْوِء‬
ِ ‫الش ْم‬ َ ‫س ُن ِم ْن‬
َ ‫َح‬ َ , ‫تَاجا يَ ْو َم ال ِْقيَ َام ِة‬
ْ ‫ض ْوُؤهُ أ‬
35
)‫(رواه أبو داود‬." ‫ فَ َما ظَنُّ ُك ْ بِا لَّ ِذي َع ِم َل بِ َه َذا؟‬, ْ ‫ت فِ ْي ُك‬
ْ َ‫لَ ْو َكان‬
Dari Sahl bin Mu`adz al-Juhani, dari ayahnya bahwa
Nabi Saw. Bersabda:“barang siapa membaca Al-
Qur`an dan mengamalkan kandungannya, pada hari
kiamat nanti kedua orang tuannya akan disematkan
mahkota yang cahayanya lebih indah daripada
cahaya matahari yang menerangi kediaman mereka
didunia”. Jika demikian, maka bagaimana
(penghargaan Allah) terhadap orang yang
mengamalkannya...” (HR. Abu Daud)

7. Penghafal Al-Qur`an akan mendapatkan syafaat Al-Qur`an pada


hari kiamat. Al-Qur`an akan terus mengawalnya semenjak dari
kubur sampai masuk surga.

35
Abu Daud Sulaiman ibn „Asyats Ibn Ishak Ibn Basyir, Sunan Abu Daud, Jilid 2
(Beirut: Maktabah Al-„ishriyyah ), BaB Fii Tsawab Qira`atul Qur`an, h.70
35

ِ َ ‫ت رس‬ ِ ِِ
ِ َ َ‫ضي اهلل َع ْنوُ ق‬
ُ‫صلَّى اهلل‬
َ ‫ول اهلل‬ ُ َ ُ ‫ال َسم ْع‬ ُ َ ‫َع ْن أَبِي أ َُم َامةَ الْبَاىلي َر‬

‫َص َحابِ ِو‬ ِ ِ ِ ِ ُ ‫َعلَْي ِو َو َسلَّ َ يَ ُق‬


ْ ‫ول اق َْرءُوا الْ ُق ْرآ َن فَِإنَّوُ يَأْتِي يَ ْو َم الْقيَ َامة َشفيعاأل‬
36
)٨۰٤ ‫(رواه مسل‬

Dari Abi Umamah Al-Bahili ra. berkata: “aku


mendengar Rasulullah Saw. bersabda. “Bacalah
Qur‟an, karena ia akan datang pada hari kiamat
menjadi syafaat kepada pemiliknya” (HR. Muslim:
804)
Syimr bin `Athiyyah berkata: pada hari kiamat, Al-Qur`an
datang menjelma seorang lelaki yang kurus kering dengan
muka pucat pasi. Ia datang ke seseorang yang dibangkitkan
dari kuburnya. Lelaki itu berkata, ” Bergembiralah kamu
dengan penghormatan dari Allah.” Orang itu bertanya,
“Apakah orang sepertimu memberi kabar gembira? Siapa
kamu? Dia menjawab, “ akulah Al-Qur`an yang menjadikan
kamu selalu bergadang pada malam hari (untuk membaca Al-
Qur`an), dan menjadikan kamu haus di siang hari (karena
berpuasa).37

8. Orang-orang yang sudah pandai membaca Al-Quran derajatnya


disandingkan bersama para malaikat yang mulia. Dan orang yang
masih belajar diganjar dengan pahala tambahan 2 pahala. Artinya
dalam satu huruf, orang yang mau belajar membaca Al-Quran
akan mendapatkan 20 pahala sekaligus. Sebagaiman hadis yang
diriwayatkan Aisyah ra.

36
Muslim bin Al-Hajjaj, Shahih Musim, (Mesir: Darul Hadits, 1995), h.775
37
Ahsin Sakho Muhammad, “Menghafalakan Al-Qur`an”, (PT Qaf Media
Karya:2017) h.27-30
36

‫صلَّى اللَّوُ َعلَْي ِو‬ ِ ِ ‫ال رس‬


َ ‫ول اللَّو‬
ِ ‫شةَ ر‬
ْ َ‫ض َي اللَّوُ َع ْن َها قَال‬
ُ َ َ َ‫ ق‬:‫ت‬
ِ
َ َ ‫َع ْن َعائ‬
،ِ‫ْك َر ِام الْبَ َرَرة‬
ِ ‫الس َفرِة ال‬ ِِ ِ ِ َّ َّ
َ َّ ‫ «الذي يَ ْق َرأُ الْ ُق ْرآ َن َو ُى َو َماى ٌر بو َم َع‬: َ ‫َو َسل‬
38
)‫(رواه البخاري‬.»‫ان‬ َْ ٌّ ‫َوالَّ ِذي يَ ْق َرُؤهُ َو ُى َو َعلَْي ِو َش‬
ِ ‫ لَوُ أَجر‬،‫اق‬

“Dari Aisyah ra. telah berkata: bersabda Rasulullah


Saw. Orang yang ahli dalam membaca Al-Quran akan
bersama dengan para malaikat pencatat yang mulia
lagi taat. Dan orang yang terbata-bata ketika
membaca Al-Quran dan dia bersusah payah
mempelajarinya, maka baginya dua pahala.” (HR
Bukhari)

9. Para penghafal Al-Quran akan memakai mahkota kehormatan di


akhirat nanti.

َ َ‫ص لَّى اللَّ وُ َعلَْي ِو َو َس لَّ َ ق‬


‫ يَ ِج ُئ الْ ُق ْرآ ُن يَ ْو َم‬:‫ال‬ َ ‫َع ْن أَبِ ي ُى َريْ َرةَ َع ْن النَّبِ ِّي‬

ُ‫ب ِز ْده‬ ُ ‫ج الْ َك َر َام ِة َُّ َّ يَ ُق‬


ِّ ‫ول يَ ا َر‬ َ ‫س تَ ار‬
ِ ِّ ِّ ‫ول ي ا ر‬
ُ َ‫ب َحل و فَيُ ْل ب‬
ِ ِ
َ َ ُ ‫الْقيَ َام ة فَيَ ُق‬

ُ‫ال لَ و‬
ُ ‫ض ى َع ْن وُ فَيُ َق‬
َ ‫َ َع ْن وُ فَيَ ْر‬
َ ‫ب ْار‬ ُ ‫س ُحلَّ ةَ الْ َك َر َام ِة َُّ َّ يَ ُق‬
ِّ ‫ول يَ ا َر‬ ُ َ‫فَيُ ْل ب‬
39
)٤١٩٢ ‫سنَة (رواه الترمذي‬ ٍ ِ ُ ‫اقْرأْ و ْار َق وتُ َز‬
َ ‫اد ب ُك ِّل آيَة َح‬ َ َ َ

Dari Abu Hurairah r.a dari Nabi Saw. beliau bersabda,


“Orang yang hafal Al-Quran pada hari kiamat nanti akan
datang, dan Al-Quran berkata, “Wahai Tuhan,
pakaikanlah dia dengan pakaian yang baik lagi baru”.
Maka orang tersebut diberi “mahkota kehormatan”. Al-
Quran berkata lagi, “Wahai Tuhan, tambahilah
pakaiannya”. Maka orang tersebut diberi pakaian
kehormatan. Al-Quran lalu berkata lagi, “Wahai Tuhan,

38
Imam Bukhari, Shahih Bukhari, (Jakarta: Darul Hadits, t.t)
39
Muhammad bin Isa at-Tirmidzi, Shahih Sunan Attirmidzi, (Jakarta: Pustaka
Azzam, 2011)
37

relailah dia”. Maka kepadanya dikatakan, “Bacalah, dan


naiklah!” dan untuk setiap ayat, ia diberi tambahan satu
kebaikan”. (HR. At-Tirmidzi 4186)

8. Hal yang dapat merusak hafalan Al-Qur`an

Hal yang dapat merusak atau menghambat dalam menghafal


Al-Qur`an, bahkan dapat menghilanghkanya. Seorang penghafal Al-
Qur`an harus menghindari hal-hal yang dapat menghilangkan
hafalan. Berikut ini di antaranya:
1. Perbuatan Maksiat
Ini adalah hal paling tercela bila dikerjakan oleh
penghafal Al-Qur`an. Selain dapat merusak dan menghilangkan
hafalan, perilaku ini juga disebut sebagai orang zalim yang amat
merugi. Firman Allah dalam (QS. Al-Isra ayat [17] :82).

       ...

“.....Tidaklah (Al-Qur`an) menambah kepada orang-


orang zalim selain kerugian.” (QS. Al-Isra ayat [17] :
82).

Karena itu, hendaknya ahli Qur`an menjaga seluruh tubuhnya dari


perbuatan maksiat, dari kepala hingga ujung kaki. Jadikanlah
setiap ayat Al-Qur`an sebagai pedoman beraktifitas. Termasuk
perbuatan maksiat yang tercela ialah meminta tarif dalam
mengajar atau mendakwahkan isi Al-Qur`an. Hal ini bahkan tegas
dilarang oleh Al-Qur`an dalam (QS. Al-Muddassir [74]: 6).

   


38

“dan janganlah engkau memberi demi memperoleh


(balasan) yang lebih banyak” (QS. Al-Muddassir
[74]: 6).

2. Kurang Muraja‟ah
Hal selanjutnya yang dapat merusak atau bahkan
menghilangkan hafalan ialah kurangnya muraja`ah, waktu khusus
untuk mengulang hafalan. Ini dapat terjadi pada penghafal kala
sibuk beraktifitas hingga tidak disiplin dalam mengulang
hafalan.40 Sebagaimana yang disebutkan dalam sebuah hadits.

َ َ‫صلَّى اللَّوُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َ ق‬


:‫ال‬ ِ َ ‫َن رس‬
َ ‫ول اللَّو‬
ِ
ُ َ َّ ‫َع ِن بْ ِن عُ َم ٍر َرض َي اهللُ َع ْن ُه َما أ‬
ِ ِ ‫آن َكمث ِل ص‬
ِ ‫ب الْ ُقر‬ ِ ‫إِنَّما مثل‬
َ ‫اإلبِ ِل ال ُْم َع َّقلَة إِ ْن َع‬
‫اى َد َعلَْي َها‬ ِْ ‫ب‬ِ ‫اح‬ َ ََ ْ ِ ‫صاح‬ َ ُ ََ َ

ْ َ‫س َك َها َوإِ ْن أَطْلَ َق َها َذ َىب‬


41
)‫(رواه البخاري‬.‫ت‬ َ ‫أ َْم‬
Dari Ibn Umar ra.: Sesungguhnya Rasulullah Saw.
Bersabda: sesungguhnya perumpamaan orang yang
menghafal Al-Qur`an itu seperti perumpamaan orang
yang memilki seekor unta yang sedang ditambatkan.
Jika ia ingin untanya itu tetap ditempat, maka ia
harus menjaga dan menahannya, dan kalau sampai
dilepas maka unta itu akan lari.” (HR. Bukhari)

3. Ujub dan Riya


Dua penyakit ini mendapat perhatian serius dari para
ulama, khususnya ahli Qur`an. Sifat ujub dan riya adalah
perbuatan bathil yang mampu menghanyutkan ayat-ayat suci
yang telah terpatri di jiwa. Keduanya seringkali di tanamkan setan
kala penghafal Qur`an mulai tampil dihadapan publik ataupun

40
Adi Hidayat, 30 Hari Hafal AL-Qur`an Metode At-Taisir, (Bekasi Selatan:
Institut Quantum Akhyar, 2018) Cet ke-7, h.39
41
Abu ‘Abdillah Muhammad Ibn Isma’il
39

ketika Musabaqah (Perlombaan di bidang Al-Qur`an). Dalam


buku Adi Hidayat Imam An-Nawawi mengingatkan para
pengahafal Al-Qur`an untuk berhati-hati dengan penyakit ini.42
9. Faktor-Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Menghafal
Al-Qur`an
a. Faktor-faktor pendukung dalam menghafal Al-Qur`an
1. Menguasai Ilmu Tajwid
Ilmu tajwid sangat perlu diajarkan kepada orang yang
ingin membaca atau mempelajari Al-Qur`an. Sebab,
kesalahan satu huruf atau panjang pendek dalam membaca
Al-Qur`an dapat berakibat fatal, yakni perubahan arti. Dalam
ilmu tajwid diartikan bagaimana cara mengucapkan huruf
yang berdiri sendiri, yang dirangkai dengan huruf lain,
melatih lidah mengucapkan huruf sesuai dengan makhrajnya,
mengetahui panjang pendeknya suatu bacaan, dan sebagainya.
2. Menggunakan satu mushaf
Menggunakan satu mushaf Al-Qur`an untuk
memudahkan dalam menghafal Al-Qur`an maka hendaklah
memakai satu mushaf Al-Qur`an saja, bentuk dan letak ayat-
ayat dalam mushaf itu akan terpatri dalam hati jika sering
membaca dan melihat dalam mushaf.43
3. Motivasi
Motivasi dan stimulus harus diperhatikan bagi seorang
yang menghafal Al-Qur`an. Menghafal Al-Qur`an dituntut
kesungguhan khusus. Dorongan menghafal Al-Qur`an pada
umumnya dari orang tua. Orang tua mendorong anaknya

42
Adi Hidayat, 30 Hari Hafal AL-Qur`an Metode At-Taisir, h.40
43
Sa‟dullah, 9 Cara Menghafal Al-Qur`an, ( Jakarta: Gema Insani, 2008), h.38
40

menghafal Al-Qur`an agar mempunyai anak yang sholih dan


berguna bagi agama. Demikian pula, teman-teman mendorong
dan saling memberi motivasi untuk menghafal Al-Qur`an.
4. Persiapan yang matang
Persiapan yang matang merupakan syarat penting bagi
seorang yang menghafal Al-Qur`an. Faktor persiapan sangat
berkaitan dengan minat seseorang dalan menghafal Al-
Qur`an. Minat yang tinggi sebagai usaha menghafal Al-
Qur`an adalah modal awal seseorang mempersiapkan diri
secara matang.44
5. Faktor Kecerdasan
Kecerdasan merupakan salah satu faktor pendukung
dalam menjalani proses menghafalkan Al-Qur`an. Setiap
individu memiliki kecerdasan yang berbeda-beda. Sehingga,
cukup mempengaruhi terhadap proses hafalan yang dijalani.
Meskipun demikian, bukan berarti kurangnya kecerdasan
menjadi alasan untuk tidak bersemangat dalam menghafalkan
Al-Qur`an. Karena yang paling penting ialah kerajinan dan
istiqamah dalam menjalani hafalan.
6. Manajemen Waktu
Pengelolaan dan pengaturan waktu yang sangat
penting dalam menunjang keberhasilan penghafal Al-Qur`an.
Seseorang yang menghafal Al-Qur`an harus dapat
memanfaatkan waktu yang dimilki dengan sebaik-baiknya.
Oleh karena itu, seseorang yang menghafal Al-Qur`an harus

44
M. Ziyad Abbas, Metode Praktis Menghafal Al-Qur`an, (Jakarta: Firdaus, 1993)
h.32
41

dapat memilih kapan ia harus menghafal dan kapan ia harus


melakukan aktivitas dan kegiatan lainnya.
7. Faktor Usia
Menghafal Al-Qur`an pada dasarnya tidak dibatasi
dengan usia, namun setidaknya usia yang ideal untuk
menghafal Al-Qur`an harus dipertimbangkan. Seorang yang
menghafal Al-Qur`an dalam usia produktif (5-20 tahun) lebih
baik daripada menghafal Al-Qur`an dalam usia 30-40 tahun.
Faktor usia harus diperhitungkan karena berkaitan dengan
daya rekam (memori) seseorang.45 Hal ini adalah wajar sebab
pepatah Arab sendiri mengatakan:
“belajar di waktu kecil bagaikan mengukir di atas
batum sedangkan belajar di masa tua bagaikan mengukir di
atas air.46
b. Faktor-faktor penghambat dalam menghafal Al-Qur`an
1. Tidak sabar
Sabar merupakan kunci kesuksesan untuk meraih cita-
cita, termasuk cita-cita dan keinginan untuk menghafal Al-
Qur`an. Kesulitan ini akan dihadapi jika tidak sabar dalam
menghafal Al-Qur`an. Oleh karena itu, seorang penghafal Al-
Qur`an tidak boleh mengeluh dan patah semangat ketika
mengalami kesulitan dalam proses menghafal.
2. Tidak Sungguh-Sungguh
Seorang penghafal Al-Qur`an akan mengalami
kesulitan dan menjalani proses menghafal Al-Qur`an,
layaknya orang yang siap mencapai kesuksesan.47

45
Ragib As-Sirjani, Cara Cerdas Hafal Al-Qur`an, (Solo: Aqwam, 2013) h. 55
46
Ahsin W Al-Hafidz, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur`an, h.56-57
42

3. Malas atau Bosan


Sering muncul kemalasan dan kebosanan menghafal
Al-Qur`an, karena padatnya waktu yang digunakan santri
dalam kegiatan formal di sekolah mulai dari pagi hingga siang
hari
4. Kurangnya muraja`ah
Kurangnya minat muraja`ah hafalan, sehingga santri
sering lupa bacaan yang sudah hafal sebelumnya, di samping
juga karena kemampuan dan semangat belajar yang tidak
sama.48
C. Metode Menghafal Al-Qur`an
1. Pengertian Metode

Metode merupakan salah satu strategi atau cara yang


digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran yang hendak
dicapai, semakin tepat metode yang digunakan oleh seorang guru
maka pembelajaran akan semakin baik.49
Menurut arti bahasa metode adalah cara sistematis dan
terpkir secara baik untuk mencapai tujuan. Metode dalam bahasa
Arab dikenal dengan istilah Athariqah yang berarti langkah-
langkah strategis dipersiapkan untuk melakuakan pekjerjaan.
Sedangkan menurut istilah, metode adalah cara atau jalan yang
harus ditempuh atau dilalui untuk mencapai tujuan.50

47
Wiwi Alawiyah Wahid, Cara Cepat Bisa Menghafal Al-Qur`an, (Jogjakarta:
Diva Press, 2012), h. 113-114
48
Ali Akbar dan Hidayatullah Ismail, “Metode tahfidz Al-Qur`an di Pondok
Pesantren Kabupaten Kampar”, dalam jurnal Ushuluddin, Vol.24 No.1, Januari-Juni 2016. h.
100
50
Samiudin,” Peran Metode Untuk Mencapai Tujuan Pembelajaran”, dalam
jurnal Studi Islam, Vol. 11 No. 2, Desember 2016, h. 114
43

Metode menurut J.R. David dalam bukunya Abdul Majid


menyatakan bahwa untuk melaksanakan suatu strategi, digunakan
seperangkat metode pengajaran tertentu. Dalam pengertian
demikian maka metode pengajaran menjadi salah satu unsur
dalam strategi pembelajaran.51
Metode digunakan oleh guru untuk mengkreasi
lingkungan belajar dan mengkhususkan aktivitas dimana guru dan
siswa terlibat selama proses pembelajaran berlangsung.52

2. Macam-Macam Metode Menghafal Al-Qur`an

Metode meghafal Al-Qur`an pada umumnya terdiri dari


dua cara yaitu dengan cara menambah hafalan baru dan
mengulang hafalan yang sudah ada.53 Adapun beberapa metode
untuk memudahkan menghafal Al-Qur`an sebagai berikut.

a. Metode Wahdah
Menghafal satu persatu ayat yang akan dihafal, setiap
ayat hendaknya dibaca sebanyak sepuluh kali atau lebih
hingga proses ini mampu membentuk pola dalam bayangan,
untuk kemudian membentuk gerak refleks dari lisan. Setelah
benar-benar hafal barulah dilanjutkan pada ayat seterusnya
hingga mencapai satu halaman. Setelah ayat dalam satu
halaman dihafal, tahap berikutnya menghafal urutan ayat

51
Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, h.21
52
Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, h.21
53
Cucu Susianti, “Efektivitas Metode Talaqqi Dalam Meningkatkan Kemampuan
Menghafal Al-Qur`An Anak Usia Dini” dalam jurnal Tunas Siliwangi, Vol.2 No.1 April
2016, h.10
44

dalam satu halaman tersebut, kemudian di ulang-ulang sampai


benar-benar hafal.54
b. Metode kitabah
Artinya menulis. Pada metode ini penghafal menulis
terlebih dahulu ayat-ayat yang akan dihafalnya. Metode ini
cukup praktis dan baik, karena di samping membaca dengan
lisan, aspek visual menulis juga akan sangat membantu dalam
mempercepat terbentuknya pola hafalan dalam bayangannya.
c. Metode sima`i
Artinya mendengar. Yang dimaksud dengan metode
ini adalah mendengarkan sesuatu bacaan untuk dihafalkannya.
Metode ini akan sangat efektif bagi penghafal yang
mempunyai daya ingat ekstra, terutama bagi penghafal
tunanetra, atau anak-anak yang masih di bawah umur yang
belum mengenal baca tulis Al-Qur`an.
d. Metode Gabungan
Metode ini merupakan metode gabungan antara
metode wahdah dan metode kitabah. Hanya saja kitabah di
sini lebih memiliki fungsional sebagai uji coba terhadap ayat-
ayat yang telah dihafalnya. Maka dalam hal ini, setelah selesai
menghafal ayat yang dihafalnya, kemudian ia mencoba
menuliskannya di atas kertas yang disediakan untuknya.
e. Metode jama`
Metode jama` adalah cara menghafal yang dilakukan
secara kolektif, yakni ayat-ayat yang dihafal secara kolektif,
yakni ayat-ayat yang dihafal secara kolektif atau bersama-

54
Yusron Masduki, “Implikasi Psikologis Bagi Penghafal Al-Qur`an”, Medin-Te,
Vol. 18 No 1, Juni 2018, h.23
45

sama, dengan dipimpin seorang instruktur. Cara ini termasuk


metode yang baik untuk dikembangkan, karena akan dapat
menghilangkan kejenuhan, di samping akan membantu
menghidupkan daya ingat terhadap ayat-ayat yang
dihafalkannya.55
f. Metode Talaqqi
Metode talaqqi adalah cara yang digunakan dalam
mengajar Tahfiz Qur`an dimana guru dan murid berhadapan
langsung. Hal ini dilakukan untuk menghindari kekeliruan
dan kesalahan dalam mengucapkan huruf-huruf Al-Qur`an.
Dengan cara talaqqi guru dapat menjelaskan bagaimana cara
mengucapkan makhraj atau tempat keluarnya huruf,
kemudian mencontohkan bunyi huruf sehingga siswa dapat
langsung menirukan huruf-huruf atau ayat-ayat Al-Qur`an
yang dibacakan serta dapat dilakukan berulang-ulang sampai
hafalan tersebut tersimpan di dalam memori ingatan.56
g. Metode Muraja‟ah
Metode Muraja‟ah yaitu proses menghafal ayat yang
dilakukan para santri dengan mengulang-ulang materi hafalan
yang telah disetorkan, proses ini dilakukan secara pribadi.57

D. Metode Pakistani
1. Pengertian Metode Pakistani

55
Juju Saepudin, et.el., Membumikan peradaban Tahfiz Al-Qur`an, h.35-36.
56
Cucu Susianti, “Efektivitas Metode Talaqqi Dalam Meningkatkan Kemampuan
Menghafal Al-Qur`An Anak Usia Dini” dalam jurnal Tunas Siliwangi, Vol.2 No.1 April
2016, h.14
57
Muhammad Sobur dan Bunyamin Yusuf Sanur, Memelihara Kemurnian Al-
Qur`an Profil Lembaga Tahfiz Al-Qur`an Di Nusantara, (Jakarta: Lajnah Pentashihan
Mushaf Al-Qur`an di Nusantara, 2011) h. 13
46

Sebagaimana yang dikemukakan Sheikh Lokman Shazly


Al-Hafiz, pendiri Akademi Darul Huffaz Malaysia yang juga
menerapkan metode ini di pesantrennya menyebutkan bahwa:
“Pakistani merupakan metode pembelajaran Tahfidzul
Quran yang diadaptasi dari Pakistan yang terdiri dari tiga sistem
yaitu: Sabaq, Sabqi dan Manzil”.58
“Sabak adalah hafalan baru yang diperdengarkan setiap
hari kepada ustadz tahfidz. Sabaq dikenal juga dengan istilah
Setoran. Sabqi adalah mengulang hafalan yang sedang dihafal,
dan Manzil atau lebih dikenal dengan istilah Muraja‟ah adalah
mengulang juz-juz yang sudah dihafal sebelumnya.59
Berdasarkan penelitian hasil wawancara yang dilakukan
penulis dengan salah seorang pengasuh putri Pondok Pesantren
Al-Ihsan mengatakan bahwa.
“sabaq adalah menyetorkan hafalan yang baru, sabqi
adalah mengulang hafalan yang sudah dihafal, manzil adalah
mengulang hafalan yang sudah lama pernah di hafal”60
2. Kelebihan Metode Pakistani
a. Hafalan menjadi kuat karena menekankan kepada penguatan
hafalan dengan secara rutin mengulang hafalan yang lalu
setiap kali setoran baru.
b. Santri terbimbing dalam hafal Al-Qur`an dan tidak bingung
dengan apa yang harus mereka lakukan.

58
Wawancara dengan Pengasuh Pesantren Al-Ihsan, Zainab Luthfi, Banjarmasin,
13 Januari 2019
59
Jumal Ahmad, “Efektivitas Metode Pakistani di Pesantren Tahfidh Bina Qalbu”,
Skripsi, (Jakarta:2013), h.20.
60
Wawancara dengan Pengasuh Pondok Pesantren Al-Ihsan, Zainab Luthfi,
Banjarmasin, 19 Januari 2019.
47

c. Dengan sabki hafalan baru menjadi lebih kuat dan dengan


manzil hafalan lama menjadi kuat dan memudahkan santri
mengulang hafalan satu juz.
d. Dengan memaksakan manzil maka seluruh hafalan dapat
terulang meskipun tidak satu juz walau hanya dengan
menyetorkan rubu`- rubu`.
e. Dengan sistem sabaq, sabqi, manzil musyrif dapat berkreasi
dalam menerapkan sistem setoran.
f. Disiplin waktu.
g. Menjadikan tilawah harian yang dibaca menjadi lebih baik
dari segi tahsin tilawah.
h. Penekan hafalan baru sesuai dengan keadaan siswa.
i. Pendidikan dalam membaca Al-Qur`an baik dalam shalat
maupun di luar shalat.61
3. Kekurangan Metode Pakistani
a. Banyaknya pengulangan yang terus menerus membuat
beberapa di antara santri menjadi menjemukan
b. Santri dan ustadz membutuhkan energi yang tidak sedikit,
contohnya untuk memenuhi setoran sabaq, sabqi, manzil
santri membutuhkan persiapan di luar waktu halaqah, untuk
ustadz dengan sistem ini memaksa untuk selalu standby setiap
harinya, hal ini mengurangi waktu keluar dan bersama
keluarga bagi yang sudah berkeluarga.
c. Pada sebagian santri perlu menyesuaikan dengan metode ini
terlebih pada santri yang malas atau terpaksa.

61
https://ahmadbinhanbal.wordpress.com/2014/01/17/praktek-metode-tahfidh-
pakistani-di-pesantren-tahfidh-bina-qolbu/ diakses tanggal 25 April 2019
48

d. Metode ini membutuhkan perhatian yang besar dari


pembimbing sehingga apabila kurang perhatian dari
pembimbing maka metode ini kurang berjalan dengan baik.62

62
https://ahmadbinhanbal.wordpress.com/2014/01/17/praktek-metode-tahfidh-
pakistani-di-pesantren-tahfidh-bina-qolbu/ diakses tanggal 25 April 2019
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Pondok Pesantren Al-Ihsan yang


terletak di Banjarmasin terletak di Jl. Sebrang Mesjid, Kecamatan
Banjarmasin Tengah Kota Banjarmasin Kalimantan Selatan 70122.

Adapun waktu penelitian berlangsung sejak tanggal 13 Januari 2019


sampai tanggal 21 Juni 2019.

B. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian untuk skripsi ini adalah dalam bidang ilmu pendidikan


agama Islam yang termasuk dalam kelompok ilmu-ilmu sosial. Karena itu
penelitian ini mempergunakan pendekatan kualitatif dengan metodologi
deskriptif analisis.

Menurut Sugiyono dalam bukunya metode penelitian pendidikan,


metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang
berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti
pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah
eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci,
pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive dan
snowball, teknik pengumpulan dengan trianggulasi (gabungan)
analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif
lebih menkankan makna dari pada generalisasi.1
Bogdan dan Taylor mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
tertulis dan lisan dari orang-orang dan prilaku yang di dapat dari
sumbernya. Menurut Kirk dan Miller yang dikutip oleh Moleong

1
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2016) Cet.23 h.15

48
49

mengemukakan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam


ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada
pengamatan manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan
dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dalam
peristilahannya.
Penelitian kualitatif memiliki sejumlah ciri yang membedakan
dengan penelitian jenis lainnya. Menurut Bogdan dan Biklen serta
Lincoln dan Guba yang dikutip dari Moleong ciri-ciri penelitian kualitatif
adalah sebagai berikut: latar alamiah, manusia sebagai alat (instrument),
metode kualitatif, analisis data secara induktif, teori dasar (grounded
theory), deskriptif, lebih mementingkan proses dari pada hasil, adanya
batas yang ditentukan oleh fokus, adanya kriteria khusus untuk
keabsahan data, desain yang bersifat sementara, hasil penelitian
dirundingkan dan disepakati bersama.2
Dilihat dari jenisnya, penelitian ini merupakan penelitian lapangan
(field research) yang bertujuan melakukan studi yang mendalam
mengenai suatu unit sosial sedemikian rupa, sehingga menghasilkan
gambaran yang terorganisir dengan baik dan lengkap mengenai unit sosial
tersebut.3
Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian kualitatif, penelitian ini
cenderung menggunakan analisis dan lebih kepada menemukan
menggambarkan dan menjelaskan kualitas atau keistimewaaan dari
pengaruh sosial yang tidak dapat dijelaskan. Analisis kualitatif menurut
Bogdan dan Bikken dalam buku Soehardi Sigit, suatu penelitian dikatakan
sebagai penelitian kualitatif jika mempunyai lima ciri yaitu: perangkat

2
Lexy J.Moleong, Metodologi Penelitian kulaitatif ( Bandung : PT Remaja
Rosdakarya, 2004) h.4
3
Saifudin Azwar, Metodelogi Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 1998),
h.38
50

alami yaitu peneliti pergi langsung ke tempat tertentu di mana ia menaruh


perhatian untuk mengobservasi dan mengumpulkan data, data yang
dikumpulkan bukan berupa angka-angka, melainkan dalam bentuk kata-
kata atau gambar-gambar, menganalisis data secara induktif, peduli
terhadap bagaimana hidup mereka, yang menjadi sasaran penelitian itu.4
C. Sumber Data

Menurut Lofland dan Lofland dalam buku Moleong sumber data


utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya
adalah data tambahan seperti dokumen, dan lain-lain. Berkaitan dengan
hal itu pada bagian ini jenis datanya dibagi kedalam kata-kata dan
tindakan, sumber data tertulis, foto dan statistik.5

a. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.6
b. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang


dimilki oleh populasi tersebut.7 Teknik sampling merupakan teknik
pengambilan sampel. Untuk menentukan sampel yang akan digunakan
dalam penelitian, terdapat beberapa teknik sampling yang digunakan.
Pada penelitian kualitatif tidak ada sampel acak tetapi sampel
bertujuan (purposive sample)8. Prosedur yang digunakan dalam
penelitian ini adalah purposive sample. Purposive sample adalah

4
Prasetyo Irawan, et.al, Metode Penelitian, (Jakarta: Universitas Terbuka ) h.200
5
Lexy J.Moleong, Metodologi Penelitian kulaitatif, h.157
6
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, h.80
7
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, h.81
8
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2017) Cet ke-36, h.224
51

pengambilan sampel yang didasarkan adanya tujuan tertentu dan


dilakukan karena pertimbangan.9

Populasi atau sampel pada pendekatan kualitatif lebih tepat


disebut sumber data. Maka yang menjadi sumber data pada penelitian
ini adalah pengasuh putri, instruktur atau guru tahfiz dan santri
Pondok Pesantren Al-Ihsan yang berjumlah 30 orang. Penulis
mendapatkan data dengan melakukan wawancara terhadap pengasuh
pesantren, instruktur tahfiz, dan salah satu santri yang berprestasi.
Penulis juga memberikan kuesioner berupa pertanyaan kepada 30
santri Pondok Pesantren Al-Ihsan berjumlah 30 orang. Peneliti
mengambil subjek penelitian tersebut untuk memperoleh data.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik adalah sebuah cara yang dilakukan seseorang untuk


mengimplementasikan sebuah metode. Eileen Kane Dalam buku Moleong
istilah teknik penelitian adalah istilah yang digunakan oleh. Penulis
menggunakannya karena menganggap lebih sesuai di samping ingin
menghindari penggunaan metode penelitian karena sesungguhnyan uraian
berikut bukan berisi uraian metode semata-mata.10

Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting,


berbagai sumber, dan berbagai cara. Bila dilihat dari setting-nya data
dapat dikumpulkan pada setting alamiah (natural setting), pada

9
Suharismi Arikunto, Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta:
PT. Rineka Cipta, 1998), hal. 27.
10
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, h.157.
52

laboratorium dengan metode eksperimen, di rumah dengan berbagai


responden, pada suatu seminar, diskusi di jalan dan lain-lain.11

1. Observasi
Observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri
yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain, yaitu
wawancara dan kuesioner. Kalau wawancara dan kuesioner selalu
berkomunikasi dengan orang, maka observasi tidak terbatas pada
orang.12
Menurut Sutrisno Hadi (1986) dalam buku Sugiyono
mengemukakan bahwa, observasi merupakan suatu proses yang
kompleks, suatu proses yang tersusun dari proses biologis dan
psikologis. Dua diantara yang terpenting adalah proses-proses
pengamatan dan ingatan.
Observasi atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara
mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap
kegiatan tersebut bisa berkenaan dengan cara guru mengajar, siswa
belajar. Observasi dapat dilakukan secara partisipatif ataupun
nonpartisipatif.
a. Observasi Partisipatif

Dalam observasi partisipatif pangamat ikut serta dalam


kegiatan yang sedang berlangsung. Misalnya dengan mengikuti
pembelajaran dikelas.

11
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung:
Alfabeta, 2017) Cet.25 h.137
12
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, h.145
53

b. Observasi Nonpartisipatif

Dalam observasi nonpartisipatif pengamat tidak ikut serta


dalam kegiatan, dia hanya berperan mengamati kegiatan.13

Pada penelitian ini penulis melakukan observasi


nonpartisipatif, karena pada observasi ini penulis hanya
mengamati, dan tidak mengikuti pembelajaran di kelas. Observasi
dapat dilakukan dengan dua cara, yang kemudian digunakan
untuk menyebut jenis observasi yaitu:

a. Observasi non sistematis, yang dilakukan oleh pengamat


dengan tidak menggunakan instrumen pengamatan.
b. Observasi sistematis, yang dilakukan oleh pengamat dengan
menggunakan pedoman sebagai instrumen pengamatan.14
2. Wawancara
Wawancara adalah situasi berhadap-hadapan antara
pewawancara dan responden yang dimaksudkan untuk menggali
informasi yang di harapkan, dan bertujuan mendapatkan data tentang
responden dengan mnimum bias dan maksimum efesiens15
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data
apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk
menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila
peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih
mendalam dan jumlah respondennya sedikit/kecil.

13
Nana Syaodih Sukmadinata, metode penelitian pendekatan, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2010) Cet ke-6 h.220
14
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Yogyakarta: Rinek Cipta, 1998) h.
147
15
Lukman Nur Hakim, “Ulasan Metodologi Kualitatif: Wawancara Terhadap Elit,
Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi”, Aspirasi Vol. 4, No 2, Desember
2013, h.167
54

Wawancara dapat dilakukan dapat dilakukan secara


terstruktur maupun tidak terstruktur, dan dapat dilakukan melalui
tatap muka (face to face) maupun dengan menggunakan telpon.

a. Wawancara Terstruktur
Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik
pengumpulan data, bila peneliti atau atau pengumpul data telah
mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan
diperoleh. Oleh karena itu dalam melakukan wawancara,
pengumpulan data telah menyiapkan instrumen penelitian berupa
pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya pun
telah disiapkan. Dengan wawancara terstruktur ini setiap
responden diberi pertanyaan yang sama, dan pengumpulan data
mencatatnya. Dengan wawancara terstruktur ini pula,
pengumpulan data. Supaya setiap pewawancara mempunyai
keterampilan yang sama, maka diperlukan training kepada calon
pewawancara.
Dalam melakukan wawancara, selain harus membawa
instrumen sebagai pedoman untuk wawancara, maka pengumpul
data juga dapat menggunakan alat bantu seperti tape recorder,
gambar, brosur dan material lain yang dapat membantu
pelaksanaan wawancara menjadi lancar.
b. Wawancara Tidak Terstruktur
Wawancara tidak terstruktur, adalah wawancara yang
bebas di mana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara
yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk
pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan
hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan
ditanyakan. Wawancara tidak terstruktur atau terbuka, sering
55

digunakan dalam penelitian pendahuluan atau malahan untuk


penelitian yang lebih mendalam tentang responden. Pada
penelitian pendahuluan, peneliti berusaha mendapatkan informasi
awal tentang berbagai isu atau permasalahan yang ada pada
obyek, sehingga peneliti dapat menentukan secara pasti
permasalahan atau variabel apa yang harus diteliti. Untuk
mendapatkan gambaran permasalahan yang lebih lengkap, maka
peneliti perlu melakukan wawancara kepada pihak-pihak yang
mewakili berbagai tingkatan yang ada dalam obyek. Untuk
mendapatkan informasi yang lebih dalam tentang responden,
maka peneliti dapat juga menggunakan wawancara tidak
terstruktur.

Dalam wawancara tidak terstruktur, peneliti belum


mengetahui secara pasti data apa yang akan diperoleh, sehingga
peneliti lebih banyak mendengarkan apa yang diceritakan oleh
responden. Berdasarkan analisis terhadap setiap jawaban dari
responden tersebut, maka peneliti dapat mengajukan berbagai
pertanyaan berikutnya yang lebih terarah pada satu tujuan. Dalam
melakukan wawancara peneliti dapat menggunakan cara
“berputar-putar baru menukik” artinya pada awal wawancara
yang dibicarakan adalah hal-hal yang tidak terkait dengan tujuan,
dan bila sudah terbuka kesempatan untuk menanyakan sesuatu
yang menjadi tujuan, maka segera ditanyakan.16

Bentuk wawancara yang digunakan penulis dalam


penelitian ini adalah Bentuk wawancara terstruktur. Dalam
wawancara terstruktur ini, penulis sudah mempersiapkan

16
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan...h.203
56

pertanyaan pertanyaan secara lengkap dan cermat.17 Metode ini


digunakan untuk memperoleh data secara khusus berupa
keterangan-keterangan secara langsung dari pengasuh pesantren,
instruktur tahfiz dan santri yang berperan dalam penerapan
metode Pakistani. Disamping itu, metode wawancara ini penulis
gunakan juga untuk memperkuat atau memperjelas data observasi
yang penulis dapatkan.

3. Dokumentasi
Dokumentasi berasal dari kata dokumen, yang berarti tertulis,
metode dokumentasi adalah metode pengumpulan data yang
digunakan untuk menlusuri data historis. Dokumen tentang orang
atau sekelompok orang, peristiwa, atau kejadian dalam situasi sosial
yang sangat berguna dalam penelitian kualitatif.18
Dokumentasi berupa file dokumen, foto-foto pondok
pesantren Al-Ihsan sekolah, asrama, dan rekaman dalam bentuk
audio.
4. Kuesioner
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau
pernyataan tertulis kepada responden untuk di jawab19.
Uma Sekaran dalam buku sugiyono mengemukakan beberapa
prinsip penulisan kuesioner yaitu tipe dan bentuk pertanyaan. Tipe
pertanyaan dalam kuesioner dapat terbuka atau tertutup. Pertanyaan
terbuka adalah pertanyaan yang mengharapkan responden untuk

17
Sutrisno Hadi, Metodologi Research jilid 2, (Yogyakarta: Andi Offset, 2004), h.
233
18
“Academia Edu”
https://www.academia.edu/38325973/Teknik_Pengumpulan_Data_Kaualitatif.pdf diakses
tanggal 2 Mei 2019.
19
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, h.142
57

mrnuliskan jawabannya berbentuk uraian tentang sesuatu hal.


Pertanyaan tertutup akan membantu responden untuk menjawab
dengan cepat, dan juga memudahkan peneliti dalam melakukan
analisis data terhadap seluruh angket yang telah terkumpul.20
Tipe pertanyaan pada kuesioner ini tipe pertanyaan terbuka.
Karena tipe pertanyaan memerlukan jawaban berbentuk uraian. Pada
teknik penelitian ini penulis menyebarkan kuesioner kepada 30 santri.

E. Teknik Analisis Data

Menurut Bogdan dan Biklen dalam bukunya moleong analisis data


kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data,
mengorganisasikan data, memilah milihnya menjadi satuan yang dapat
dikelola, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting
dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang diceritakan kepada
orang lain.21 Susan Stainback dalam buku sugiyono mengatakan bahwa
analisis data merupakan hal yang kritis dalam penelitian kualitatif.
Analisis digunakan untuk memahami hubungan dan konsep dalam data
sehingga hipotesis dapat dikembangkan dan dievaluasi.22

Adapun proses analisis data yang dilakukan penulis melalui tahap


tahap sebagai berikut:

a. Reduksi Data

Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak,


untuk itu makaa perlu dicatat secara teliti dan rinci. Seperti telah
dikemukakan, semakin lama peneliti ke lapangan, maka jumlah data

20
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, h.143
21
Lexy J.Moleong, Metodologi Penelitian kulaitatif , h.
22
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, h.335
58

akan semakin banyak, kompleks dan rumit. Untuk itu perlu segera
dilakukan analisis data melalui reduksi data. Mereduksi data berarti
merangkum, memilih hal-hal yang pokok, demikian data yang telah
direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan
mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data
selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.23

b. Penyajian Data

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah


mendisplaykan data. Untuk menyajikan data dalam penelitian
kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif. Dengan
mendisplaykan data, maka akan memudahkan untuk memahami apa
yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang
telah dipahami.24

c. Tahap Kesimpulan
Langkah selanjutnya menurut Miles dan Huberman dalam
buku Sugiyono adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi.
Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan
akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang
mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila
kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh
bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke
lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan
merupakan kesimpulan yang kredibel.25
Kesimpulan dalam penelitian kualitatif merupakan temuan
baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa
23
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, h.247
24
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, h.249
25
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, h.252
59

deskripsi atau gambaran suatu obyek yang sebelumnya masih


remang-remang sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa
hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau teori.26
F. Uji Keabsahan Data

Dalam teknik pengumpulan data, triangulasi diartikan sebagai


teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai
teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Bila peneliti
melakukan pengumpulan data dengan triangulasi, maka sebenarnya
peneliti mengumpulkan data yang sekaligus menguji kredibilitas data,
yaitu mengecek kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan
data dan berbagai sumber data.27 Dalam penelitian ini, penulis
menggunakan obeservasi non partisipatif, wawancara terstruktut,
dokumentasi, dan kuesioner pertanyaan terbuka.
Adapun uji keabsahan data dilakukan dengan metode triangulasi.
Penelitian ini menggunakan triangulasi sebagai teknik untuk mengecek
keabsahan data. Triangulasi ini merupakan teknik pemeriksaan keabsahan
data yang memanfaatkan sesuatu yang lain dalam membandingkan hasil
wawancara terhadap objek penelitian.28

G. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian kualitatif yang menjadi instrumen atau alat


penelitian adalah peneliti itu sendiri. Penelitian kualitatif sebgai human
instrument, berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan
sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data,

26
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, h.245
27
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, h.241
28
Lexy J. Moleong, Metodologi penelitian kualitatif edisi revisi, (Bandung:
Rosdakarya Offest, 2005), h.161
60

analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas


temuannya.29
Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah wawancara,
dan kuesioner, yaitu kepada Ustazah Pembimbing Tahfiz, dan salah satu
santri yang berprestasi. Wawancara dilakukan guna untuk mendapatkan
data mengenai Penerapan Metode Pakistani dalam Meningkatkan
Kualitas Hafalan Pada Pembelajaran Tahfizul Qur`an di Pondok
Pesantren Al-Ihsan. yaitu dengan kisi-kisi dan indikator sebagai berikut:
Tabel 3.1

Kisi-kisi dan Indikator Pembelajaran Tahfizul Qur`an

NO KISI-KISI INDIKATOR
1. Sistem pendidikan a. Menyelidiki sistem perekrutan santri
tahfizul Qur`an b. Mengetahui pelaksanaan pendidikan di Pondok
Pesantren Al-Ihsan
c. Mendapatkan informasi tentang standarisasi lulusan
di Pondok Pesantren Al-Ihsan
2. Program Pondok a. Memiliki program-program pendidikan tahfizul
Pesantren Al-Ihsan Qur`an
b. Memilki program-program pendidikan diniyah
kitab kuning
c. Hasil pencapaian program tahfizul Qur`an di
Pondok Pesantren Al-Ihsan
3 Penerapan metode a. Memilki beberapa tahapan dalam menghafal Al-
Pakistani di Qur`an, yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan,
Pondok Pesantren tahap akhir.
Al-Ihsan

29
Sugiyono, Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, h.222
61

4 Peranan guru a. Memberikan penilaian kepada santri yang


dalam menerapkan menyetorkan hafalan
metode Pakistani b. Memberikan bimbingan terhadap santri yang
memilki kendala di dalam menghafal.
5 Faktor pendukung a. Memberikan dukungan kepada santri yang memilki
dan penghambat permasalahan di dalam menghafal Al-Qur`an.
dalam pelaksanaan b. Memberikan pemahaman sebagai penghafal Al-
metode Pakistani Qur`an
c. Menjaga kesehatan para santri
BAB IV
HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Objek Penelitian

Hasil wawancara dengan pengurus Pondok Pesantren Al-Ihsan


serta hasil observasi dan studi dokumentasi berupa kuesioner, diperoleh
data sebagai berikut:

1. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Al-Ihsan

Pondok Pesantren Al-Ihsan merupakan sebuah pesantren


bermanhaj Ahlus Sunnah Wal Jama’ah, yang didirikan oleh KH.
Lutfi Yusuf, LC. MA pada tahun 1997, awal bermula berdirinya
pondok pesantren tahfidz setelah KH. Lutfi beserta kelurga datang
dari pakistan, karena ketika beliau berada di Pakistan beliau
mempelajari Al-Qur`an dan beliau mengetahui langsung metode yang
digunakan di Pakistan tersebut. Ketika beliau berada di Pakistan
beliau juga mengetahui langsung bahwa di Pakistan hampir setiap
rumah di Pakistan ada yang menghafal Al-Qur`an. Sehingga beliau
tertarik untuk mendirikan sebuah pesantren dengan metode pakistani.
Untuk tempat kegiatan pembelajaran awalnya masih dilakukan di
rumah Kiyai Luthfi, karena keadaan pesantren yang belum memiliki
gedung untuk para santri, sehingga pembelajaran dilakukan di rumah
beliau, seiring berjalannya waktu saat ini Pesantren Al-Ihsan
Memiliki 2 gedung bangunan bertingkat, letak bangunan pesantren
ini dekat dengan masjid Al-Ihsan.1
Pondok pesantren Al-Ihsan tidak ada pendidikan formal,
sistemnya hanya pondok pesantren berbasis Al-Qur`an, tidak ada
1
Wawancara dengan Pengasuh Pondok Pesantren Al-Ihsan, Zainab Luthfi,
Banjarmasin, 23 Mei 2019.

62
63

batasan umur bagi yang ingin menghafal Al-Qur`an di pondok


pesantren Al-Ihsan. Bahkan ada dari mereka yang sudah lulus dari
perguruan tinggi yang ingin melanjutkan untuk menghafal Al-Qur`an
di pesantren tersebut, para santri tidak hanya dari daerah Kalimantan
saja bahkan ada yang dari Sulawesi, Malaysia, Batam dan daerah-
daerah lainnya. Program di Pondok pesantren Al-Ihsan tidak hanya
menghafal Al-Qur`an tapi juga ada Madrasah diniyah yaitu
pembelajaran kitab kuning, seluruh santri wajib mengikuti setiap
program yang ada di Pondok pesantren Al-Ihsan. Karena mereka
ingin santri lulusan pesantren Al-Ihsan tidak hanya hafal Al-Qur`an
tapi juga memahami hukum-hukum agama yang berguna di
lingkungan masyarakat.
2. Manhaj (Kurikulum) Pondok Pesantren Al-Ihsan
Pondok Pesantren Al-Ihsan memilki dua keunggulan
kurikulum yaitu, Pendidikan Tahfizul Qur`an dan Pembelajaran
Diniyah Kitab Kuning. Adapun penjelasannya sebagai berikut:
a. Tahfizul Qur`an
Mencetak santri-santri yang hafal Al-Qur`an 30 juz.
Maksud utamanya adalah menjaga lafadz Al-Qur`an. Lama
pembelajaran program hafalan Al-Qur`an ini adalah sesuai
dengan kemampuan setiap santri
b. Pembelajaran Diniyah Kitab Kuning
Mengajarkan pemahaman Tafsir, Hadis Nabawi, Fiqih,
Mazhab, dan cabang ilmu yang lain di bawah bimbingan guru
yang memiliki sanad muttasil. Dengan maksud waktu setiap kelas
1 tahun.2

2
Wawancara dengan Pengasuh Pondok Pesantren Al-Ihsan, Zainab Luthfi,
Banjarmasin, 24 Mei 2019
64

3. Visi dan Misi Pondok Pesantren Al-Ihsan


Setiap Pondok Pesantren Memiliki visi dan misi dalam
menjalankan sebuah Program, adapun visi, misi di Pondok Pesantren
Al-Ihsan adalah sebagai berikut :
a. Visi

Terwujudnya generasi santriwati hafizah berakhlakul


karimah, berilmu, serta bertanggung jawab untuk agama dan
bangsa.

b. Misi
a) Menyiapkan santriwati yang mampu membaca Al-Qur`an
dengan benar dan mampu menghafalkannya
b) Mendidik santriwati agar berakhlaqul karimah berdasarkan
Al-Qur`an dan sunah
c) Mendidik santriwati agar mampu menguasai ilmu agama
Islam
d) Menyiapkan santriwati yang mampu menjadi Daiyah dan
Madrasah Al-Ula bagi umat agar berguna untuk agama dan
bangsa3
4. Struktur organisasi Pondok Pesantren Al-Ihsan

Setiap Pondok Pesantren, tentulah memiliki sebuah struktur


organisasi. Maka Pondok Pesantren Al-Ihsan memiliki struktur
organisasi sebagai berikut:

Pimpinan Pondok Pesantren: KH. Lutfi Yusuf LC. MA

Pembimbing Pondok Pesantrer Putri: Ustazah Zainab Luthfi

3
Wawancara dengan Pengasuh Pondok Pesantren Al-Ihsan, Zainab Luthfi,
Banjarmasin, 24 Mei 2019
65

Biro Pengasuhan Santri: Ummu Ahmad dan Ustazah Annisa Hadi

Yang digambarkan dalam diagram struktur organisasi sebagai berikut:

Bagan 4.1
Pimpinan Pondok Pesantren
KH. Luthfi Yusuf, LC. MA

Pembimbing Pondok Pesantren


Ustadzah. Zainab Luthfi

Biro Pengasuh Santri Biro Pendidikan


Ustadzah. Annisa Hadi Ust. Devis Said

Santri

Ketua : Sabila Raudatul Jannah


Wakil Ketua : Desy Nur Ramadhany
Sekretaris : Miftahul Khoiriyah
Bendahara : Laili Rizky Amalia

Biro Pendidikan : Ustazah Husna


66

Ketua : Rahmania
Wakil Ketua: Hadzifah Ramadhani
a. Bagian Keamanan
 Ketua: syarifah Millah
 Wakil Ketua:
b. Bagian keibadahan
 Ketua : Hidayatul Aulia
 Wakil Ketua : Jauharoh Rif’ah
c. Bagian Istiqbal
a) Ketua : Hidayatus Sholeh
b) Wakil Ketua : Diana Bulqis Ustman
d. Bagian Dapur
a) Ketua : Halimah Nur Hasanah
b) Wakil Ketua: Rifka Nur Hikmah
e. Bagian Listrik
a) Ketua : Nur Asiah Mahmudah
b) Wakil Ketua: Rahma Muslikhah
f. Bagian Bahasa
a) Ketua : Nur Azkia
b) Wakil Ketua: Dewi Sabina Lukman
g. Bagian Kebersihan
a) Ketua : Aulia Kansa
b) Wakil Ketua : Wahyu Hidayat
h. Bagian Kesehatan
a) Ketua : Luthfiah Az-Zahro
b) Wakil Ketua : Luthfiah Rosyidah
i. Bagian Koperasi
a) Ketua : Siti Nur Lathifah
67

b) Wakil Ketua : Raudhatul Jannah


j. Bagian Acara
a) Ketua : Mardhiyah Hayati
b) Wakil Ketua :Asma Ahrori
5. Keadaan Ustaz dan Ustazah
Ustadzah mempunyai peran dan pengaruh yang besar
terhadap keberhasilan peserta didik, sebagai pelaksana langsung dan
orang yang bertanggung jawab terhadap tercapainya tujuan
pendidikan.

Jumlah guru yang mengajar di Pondok Pesantren Al-Ihsan


berjumlah 3 Orang guru laki-laki atau ustadz dan 15 orang guru
perempuan atau ustadzah.

Tabel 4.1

Nama-nama guru di Pondok Pesantren Al-Ihsan

NO Nama Guru-Guru Jabatan


1. Ustadz Hafidzi Guru
2. Ustadz Abdul Qudus Guru
3. Ustadz Abdurrahim Guru
4. Ustadzah Ummu Ahmad Guru
5. Ustadzah Annisa Hadi Guru
6. Ustadzah Yanti Guru
7. Ustadzah Aulia Guru
8. Ustadzah Halimah Guru
9. Ustadzah Aufa Guru
10. Ustadzah Ainun Guru
11. Ustadzah Milla Guru
68

12. Ustadzah Maymunah Guru


13. Ustadzah Murtafi’ah Guru
14. Ustadzah Maymunah Farisy Guru
15. Ustadzah Zulfa Guru
16. Ustadzah Nurul Qomariah Guru
17. Ustadzah Aina Guru
18. Ustadzah Hafidzah Guru

6. Sarana dan Prasarana


Suatu Pondok Pesantren tentu memiliki sarana dan prasarana
untuk menunjang terlaksananya kegiatan belajar mengajar. Sarana
dan prasarana yang mendukung keberhasilan dalam mencapai tujuan
pendidikan sangatlah diperlukan, disamping sebagai motivator juga
sebagai mediator bagi anak didik. Tanpa sarana dan prasarana yang
memadai, maka tujuan pendidikan tidak akan tercapai dengan baik.

Adapun Sarana dan Prasarana yang terdapat di Pondok


Pesantren Al-Ihsan sebagai berikut:

a. Fasilitas

Tabel 4.2

Sarana dan Prasarana Pondok Pesantren Al-Ihsan

NO Fasilitas Jumlah
1. Ruang Kelas 6
2. Masjid 1
3. Ruang Kantor 1
69

4. Kamar Mandi 6
5. Dapur 1
6. Tempat Wudhu 1
7. Aula 1
8. Gedung Asrama 2
9. Rak Sepatu 2

b. Sarana dan Prasarana


a) Ruang Kelas

Tabel 4.3

Ruang Kelas Pondok Pesantren Al-Ihsan

NO Nama Benda Jumlah


1. Kursi Masing-masing anak 1
2. Papan Tulis 1
3. Kipas Angin 1
4. Meja Guru 1
5. Meja Murid/ Rehal Masing-masing anak 1
6. Al-Qur`an Masing-masing anak 1

b) Kantor

Tabel 4.4

Ruang kantor Pondok Pesantren Al-Ihsan

NO Nama Benda Jumlah


1. Meja 2
2. Printer 1
70

3. Komputer 1
4. Lemari Buku 1

7. Jadwal kegiatan Harian Pondok Pesantren Al-Ihsan

Tabel 4.5

Jadwal Kegiatan Pondok Pesantren Al-Ihsan


WAKTU JADWAL KETERANGAN
(WITA)
04.00-Subuh Tahajjud + Istighosah Seluruh Santri
05.00-06.10 Sholat Subuh, Amalan Seluruh Santri
Bayan Subuh Seluruh Santri
Mufradat Kalau tidak ada
bayan subuh
06.10-07.15 Tandzif/Infirodi/Sholat Seluruh Santri
Dhuha
07.15-07.40 Futur (Sarapan Pagi) Seluruh Santri
07.40-07.50 Persiapan Madrasah Seluruh Santri
07.50-08.00 Berbaris Seluruh Santri
08.00-11.00 Madrasah Diniyah Santri Diniyah
08.00-10.30 Setor Sabqi + Manzil Santri Tahfiz
10.30-11.00 Persiapan Sabaq Santri Tahfiz
11.00-11.15 Infirodi Seluruh Santri
11.15-Zuhur Qailullah (Tidur Siang) Seluruh Santri
Zuhur-13.30 Sholat + Amalan Seluruh Santri
13.30-13.50 Ghoda (makan siang) Seluruh Santri
13.50-14.00 Persiapan Madrasah Seluruh Santri
71

14.00-15.15 Sabaq / Setoran Santri Tahfiz


15.15-Ashar Infirodi + Tanzhif Seluruh Santri
Ashar-16.15 Sholat Ashar + Amalan Seluruh Santri
16.15-16.30 Persiapan Halaqah Sore Seluruh Santri
16.30-17.45 Halaqah Sore Seluruh Santri
Musyawarah Roisah dan
Pengurus
17.45-Magrib Infirodi+Persiapan Magrib Seluruh Santri
Magrib-Isya Sholat Magrib+Amalan Seluruh Santri
Persiapan Isya
Isya-20.30 Sholat Isya Seluruh Santri
Ta‟lim Seluruh Santri
Pengumuman Harian Seluruh Santri
20.30-20.50 Makan Malam Seluruh Santri
20.50-21.00 Persiapan Halaqah Seluruh Santri
21.00-22.30 Halaqah Qur`an Santri Tahfiz
Muthala‟ah Santri Diniyah
22.30-22.50 Persiapan Tidur Seluruh Santri
Masuk Kamar Masing- Seluruh Santri
Masing
22-50-04.00 Absen Kamar + Tidur Seluruh Santri
Catatan

 Hari Kamis Sore (sesudah sholat ashar)


 Malam Jum’at Khataman dan Muzakarah 6 Sifat
 Hari Senin/Selasa Sore Daras „Am (Belajar Sore)4

4
Wawancara dengan Pembimbing Tahfiz Pondok Pesantren Al-Ihsan, Syifa,
Banjarmasin, 19 Januari 2019
72

Tabel 4.6

Jadwal kegiatan Tahfizul Qur`an di Pondok Pesantren Al-Ihsan

WAKTU JADWAL KETERANGAN


(WITA)
08.00-10.00 Setor Sabqi + Manzil Santri Tahfiz
10.30-11.00 Persiapan Sabaq Santri Tahfiz
14.00-15.15 Sabaq / Setoran Santri Tahfiz
21.00-22.30 Halaqah Qur`an Santri Tahfiz

8. Peraturan dan Tata Tertib Pondok Pesantren Al-Ihsan


Setiap Pondok Pesantren pasti memiliki peraturan yang harus
di taati oleh para santri, adanya tata tertib agar para santri dapat
disiplin, dan dapat mandiri, tidak bergantung kepada orang tua.
Apabila tata tertib tersebut tidak di taati. Maka santri yang melanggar
akan mendapatkan sanksi dari pihak ma‟had, sesuai peraturan yang
ada. Berikut tata tertib yang ada di Pondok Pesantren Al-Ihsan.5
a. Setiap santri wajib mematuhi tata tertib pesantren dengan baik
b. Santri wajib mengikuti semua program pembelajaran yang ada di
pesantren
c. Santri wajib berseragam rapi ketika sedang ada kegiatan
pembelajaran
d. Santri wajib mengikuti program bahasa (mufradat atau pemberian
kosa kata)
e. Dilarang keluar tanpa izin ketika sedang amalan
f. Dilarang bertemu dengan yang bukan mahram

5
Wawancara dengan Pembimbing Tahfiz Pondok Pesantren Al-Ihsan, Syifa,
Banjarmasin, 19 Januari 2019
73

g. Dilarang keluar pondok tanpa izin


h. Dilarang membawa dan memakai barang elektronik
B. Deskripsi Data

Penelitian ini adalah penelitian kualitatif, yang dilaksanakan mulai


tanggal 13 Januari 2019 sampai 21 Juni 2019. Teknik pengumpulan data
dalam penelitian ini adalah menggunakan teknik observasi, wawancara,
dokumentasi, dan kuesioner. Teknik observasi ini digunakan untuk
mengetahui yang berkaitan tentang metode yang di gunakan, keadaan
pesantren, para santri dan problematika pembelajaran yang ada di Pondok
Pesantren Al-Ihsan. Teknik wawancara ini digunakan untuk mengetahui
pembelajaran tahfizul Qur`an yang ada di Pondok Pesantren Al-Ihsan.
Teknik dokumentasi digunakan untuk mengetahui lebih detail data-data
Pondok Pesantren Al-Ihsan, yaitu berapa file, foto dan audio. Teknik
kuesioner digunakan untuk mengetahui penerapan metode Pakistani.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pembelajaran Tahfizul Qur`an di
Pondok Pesantren Al-Ihsan dengan menggunakan metode Pakistani.

Deskripsi data ini menjelaskan dari awal penulis melakukan


penelitian sampai akhir pengumpulan data. Penelitian ini dilaksanakan
dalam beberapa tahap. Yaitu tahap Observasi, wawancara dan tahap
pemberian kuesioner.

1. Tahap Observasi

Teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan


bila, penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja,
gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu
besar. Penulis melakukan observasi pada tanggal 13 Januari 2019
sampai 19 Januari 2019. Pada penelitian ini penulis melakukan
74

observasi nonpartisipatif, karena pada observasi ini penulis hanya


mengamati, dan tidak mengikuti pembelajaran di kelas.

Pada penelitian ini penulis mengamati dan mengumpulkan


data tentang problematika pembelajran tahfiz dan metode yang
digunakan di Pondok Pesantren Al-Ihsan. Penulis melakukan
observasi ini dengan datang langsung ke Pondok Pesantren Al-
Ihsan untuk mengetahui metode yang digunakan dalam
pembelajaran tahfiz di Pondok Pesantren tersebut. Selain itu
dengan observasi ini untuk mengamati kondisi Pondok Pesantren,
atau tempat pembelajaran tahfiz serta kondisi santri.

Penulis melakukan observasi pertama kali pada tanggal 13


Januari 2019. Penulis melakukan wawancara kepada pengasuh
putri, awal observasi ini penulis ingin mengetahui yang berkaitan
tentang metode yang digunakan, keadaan pesantren, para santri
dan pengajar, metode yang digunakan, dan problematika
pembelajaran yang ada di Pondok Pesantren Al-Ihsan.
2. Tahap Wawancara

Dalam penelitian ini penulis melakukan wawancara kepada


pengasuh putri, instruktur atau guru tahfiz dan santri. Alasan penulis
melakukan wawancara kepada pengasuh putri, instruktur atau guru
tahfiz karena penulis ingin mengetahui pembelajaran Tahfizul Qur`an,
dan merekalah yang mengetahui pembelajaran Tahfizul Qur`an secara
detail. Penulis juga mengambil salah satu santri yang berprestasi
untuk mengetahui hasil dari pembelajaran Tahfizul Qur`an di Pondok
Pesantren Al-Ihsan.

a. Penulis melakukan wawancara pertama pada tanggal 19 Januari


2019. Penulis melakukan wawancara kepada Ustazah Syifa dan
75

Thayibah salah satu santri yang berprestasi. Pada wawancara ini


penulis ingin mengetahui sejarah berdirinya, penerapan metode
Pakistani, serta pembelajaran tahfizul Qur`an di Pondok Pesantren
Al-Ihsan.
b. Penulis melakukan wawancara kedua pada tanggal 22 Mei 2019.
Penulis memberikan surat izin penelitian dan juga melakukan
wawancara kepada santri dan pengasuh putri. Pada wawancara ini
penulis ingin mengetahui lebih detail tentang metode Pakistani
serta penerapannya.
c. Pada tanggal 24 Mei 2019 Penulis melakukan wawancara ketiga
dan meminta data Pondok Pesantren Al-Ihsan pada tanggal 24 Mei
2019 yaitu berupa visi, misi, peraturan, struktur organisasi dan
sarana prasarana yang ada di Pondok Pesantren Al-Ihsan. penulis
juga meminta izin kepada pengasuh putri untuk memberikan
kuesioner kepada para santri.
3. Tahap Dokumentasi
Pada tanggal 18 Juni 2019 penulis mendokumentasikan berupa
gambar Pondok Pesanteren Al-Ihsan dan meminta file-file yang
diperlukan, seperti brosur, tata tertib, dan buku setoran para santri.
4. Tahap Pemberian Kuesioner
a. Pada tanggal 18 Juni 2019 penulis memberikan kuesioner kepada
30 santri yang sudah memiliki hafalan diatas 6 Juz, karena santri
yang sudah memiliki hafalan di atas 6 Juz mereka lebih paham
tentang pembelajaran yang ada di Pondok Pesantren Al-Ihsan.
b. Pada tanggal 21 Juni 2019 penulis datang untuk mengambil
beberapa surat yang diperlukan untuk salah satu syarat
kelengkapan skripsi.
76

C. Analisis Data
1. Sistem Rekrutmen dan Lulusan di Pondok Pesantren Al-Ihsan

Di setiap pondok Pesantren memiliki sistem pendidikan yang


berbeda-beda, bagitupun dengan sistem pendidikan yang ada di
Pondok Pesantren Al-Ihsan. dari hasil penelitian penulis berikut
penjelasan sistem pendidikan yang ada di Pondok Pesantren Al-Ihsan.

a. Sistem rekrutmen santri


Pendaftaran santri baru di mulai dari syawal, setiap santri baru
harus mengikuti beberapa tes yaitu:
1. Tes Tajwid
2. Tes Membaca Al-Qur`an
3. Tes wawancara

Adanya tes ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan


para santri, agar para pembimbing tahfiz, dapat membimbing para
santri sesuai dengan kemampuan santri, karena tidak semua santri
baru, dapat membaca Al-Qur`an dengan baik. Setelah melakukan
beberapa tes, para santri diperbolehkan untuk mengikuti kelas
tahap awal.6

b. Pelaksanaan pendidikan
a) Tahfiz

Pelaksanaan pembelajaran Tahfizul Qur`an di Pondok


Pesantren Al-Ihsan, dari hasil wawancara yang dilakukan
dengan pengasuh pesantren putri yaitu Ustazah Zainab, bahwa
setiap santri yang baru masuk pesantren, mereka akan di tes

6
Wawancara dengan Pengasuh Pesantren Al-Ihsan, Zainab Luthfi, Banjarmasin, 23
Mei 2019
77

bacaan Al-Qur`annya, bagi santri yang belum bisa membaca


Al-Qur`an, maka akan dibimbing dari dasar, di mulai dengan
pembelajran tahsin.7

Dari kesimpulan hasil kuesioner yang di berikan


kepada 30 santri bahwa pembelajaran tahfizul Qur`an pada
tahap awal, para santri tidak langsung menghafal Al-Qur`an.
Akan tetapi mereka akan di ajarkan materi tajwid. Dari
memperkenalkan huruf-huruf hijaiyah, hukum-hukum bacaan
tajwid, serta makharijul huruf dan bagaimana cara
membacanya. Jika dalam bacaannya masih ada yang salah,
maka para pembimbing tahfiz akan menjelaskan kembali
hingga santri menguasai materi tajwid yang telah diajarkan,
guna mencapai tingkat kualitas bacaan Al-Qur`an yang baik.8
Sebagaiman yang di perintahkan dalam Al-Qur`an untuk tidak
membacanya dengan asal membaca. Ini dapat dilihat pada ayat
Al-Qur`an (QS.Al- Muzammil [73]: 4)

٤ ‫أ َْو ِز ْد َعلَْي ِه َوَرتِّ ِل الْ ُق ْرآ َن تَ ْرتِ ًيل‬

“Bacalah Al-Qur`an dengan tartil yang optimal” (QS.Al-


Muzammil [73]: 4)
Artinya perintah membaca Al-Qur`an adalah bukan
sekedar dengan cara sekedar tartil, akan tetapi dengan tartil
yang berkualitas.9

7
Wawancara dengan Pengasuh Pesantren Al-Ihsan, Zainab Luthfi, Banjarmasin, 23
Mei 2019
9
Ahmad Fathoni, Petunjuk Praktis Tahsin Tartil Al-Qur`an Metode Maisura,
(Jakarta: Transhop Printing, 2015) h.1
78

Setelah santri dapat menyelesaikan Program kelas asasi.


Kemudian para santri melakukan program tahap selanjutnya
yaitu program kelas tahfiz. Pada program kelas tahfiz ini para
santri menghafal Al-Qur`an dimulai dari belakang yaitu juz 30,
juz 29, juz 28 dan seterusnya.
Adapun Pembelajaran Tahfizul Qur`an dengan
menggunakan metode Pakistani (Sabaq, Sabqi, Manzil). dalam
satu hari santri wajib menyetorkan Sabaq, Sabqi, Manzil.
Berikut penjelasan dalam menyetorkan hafalan dengan
menggunakan metode Pakistani (Sabaq, Sabqi, Manzil).
1. Sabaq adalah menyetorkan hafalan yang baru di hafal
waktu menyetorkan sabaq di pagi hari, minimal yang harus
di setorkan satu halaman
2. Sabqi adalah menyetorkan hafalan yang sudah pernah di
hafal waktu menyetorkan sabqi pada sore hari, minimal
yang harus di setorkan 5 halaman
3. Manzil adalah menyetorkan hafalan lama yang sudah
pernah di hafal, waktu menyetorkan hafalan di pagi dan
malam hari, minimal yang harus di setorkan 20 halaman.

b) Diniyah
Berdasarkan pengamatan penulis, Pondok Pesantren
Al-Ihsan memiliki program pendidikan Madrasah Diniyah
Untuk program Madrasah Diniyah meliputi pembelajran,
Fikih, Akhlak, Hadis.
79

c) Standar Lulus
Standar lulus adalah suatu kriteria yang harus di
selesaikan bagi santri yang sudah menyelesaikan hafalannya.
Adapun standar lulus di Pondok Pesantren Al-Ihsan, sebagai
berikut:
(1) Memahami ilmu-ilmu tajwid
(2) Dapat menerapkan ilmu tajwid
(3) Menyelesaikan hafalan Al-Qur`an (30 Juz)
(4) Mengikuti khataman qubra. Yaitu para santri membaca 30
Juz Al-Qur`an bilghaib (dengan tidak melihat) Al-Qur`an
dalam waktu 2 hari, sistemnya yaitu hari pertama membaca
15 Juz, selanjutnya 15 juz dilanjutkan di hari kedua.10

2. Program Pondok Pesantren Al-Ihsan

Berdasarkan pengamatan penulis, dengan melakukan


wawancara kepada ustazah Syifa selaku pembimbing tahfiz. Pondok
Pesantren Al-Ihsan memiliki program pendidikan Tahfizul Qur`an
dan Kitab Kuning. Pondok pesantren Al-Ihsan ini tidak hanya
memiliki program menghafal Al-Qur`an, tapi juga memiliki program
pembelajaran Kitab Kuning. Untuk pembelajran kitab kuning
meliputi pembelajran, fiqih, akhlak, hadits. Berikut ini penulis akan
menjelaskan program-program Tahfizul Qur`an yang ada di Pondok
Pesantren Al-Ihsan.11

10
Wawancara dengan Pengasuh Pesantren Al-Ihsan, Zainab Luthfi, Banjarmasin,
23 Mei 2019
11
Wawancara dengan Pembimbing Tahfiz Pondok Pesantren Al-Ihsan, Syifa,
Banjarmasin, 19 Januari 2019
80

Dari hasil wawancara yang dilakukan penulis kepada salah


satu ustazah Syifa selaku pembimbing tahfiz. Bahwa dalam
pencapaian program tahfizul Qur`an Pondok Pesantren Al-Ihsan
menggunakan metode Pakistani (sabaq, sabqi, manzil). Adapun
program yang harus dicapai setiap santri adalah sebgai berikut:

Tabel 4. 7

Target pencapaian program Tahfizul Qur`an

NO Program Target yang harus di capai


1. Kelas Asasi Iqra’ + Tibyan
2. Kelas Tahfiz 1 Juz 30 – Juz 25
3. Kelas Tahfiz 2 Juz 24 – Juz 19
4. Kelas Tahfiz 3 Juz 18 – Juz 13
5. Kelas Tahfiz 4 Juz 12 – Juz 7
6. Kelas Tahfiz 5 Juz 6 – Juz 1

Adapun penjelasan Program asasi, tahfiz dan murajaah, dari


hasil penelitian yang penulis lakukan adalah sebagai berikut:
1. Kelas Asasi

Program untuk kelas asasi ini, para santri dibimbing dari


awal, mulai dari memperkenalkan huruf-huruf hijaiyah, dan
hukum-hukum bacaan tajwid. agar santri ketika menghafal Al-
Qur`an bacaan Al-Qur`annya sudah lancar. Pada program ini para
santri tidak hanya diajarkan pembelajaran tajwid. Akan tetapi
juga mengkaji isi kitab tibyan. Yaitu Kitab yang menjelaskan
keutamaan membaca dan mengkaji Al-Qur`an, adab-adab
terhadap Al-Qur`an secara lengkap. Setelah menyelesaikan kelas
81

asasi ini para santri di perbolehkan untuk melanjutkan ke kelas


tahfiz.

2. Kelas Tahfiz

Kelas Tahfiz adalah kelas yang mempunyai program


target hafalan 6 Juz untuk dapat ke tingkatan kelas tahfiz
selanjutnya. Di kelas tahfiz ini para santri dalam mengahafal
menggunakan metode Pakistani (sabaq, sabqi, manzil) dalam
setiap harinya para santri harus menyetorkan sabaq, sabqi, dan
manzil. Untuk sistem setornya yang dijelaskan di pembahasan
tentang penerapan Metode Pakistani (sabaq, sabqi, manzil).

Untuk dapat ke tingkatan kelas tahfiz selanjutnya, Para


santri harus menyelesaikan target hafalan 6 juz. Jika santri sudah
menghafal 3 juz, maka santri akan di tes oleh pembimbing
tahfiznya. Sistem ujiannya dilakukan dua tahap yaitu:
a. Ujian 3 juz tahap 1 dengan sistem MHQ (Musabaqah Hifzil
Qur`an) yaitu ujian sambung ayat. Jika santri bisa
menyelesaikan ujian dengan baik, maka dia diperbolehkan
untuk lanjut ke juz selanjutnya.
b. Ujian 3 Juz tahap 2 sistemnya juga dengan MHQ (Musabaqah
Hifzil Qur`an) yaitu ujian sambung ayat. Jika santri bisa
menyelesaikan dua tahap ujian ini dengan baik, dengan
mendapatkan standar nilai mumtaz, maka santri diperbolehkan
untuk lanjut ke juz selanjutnya. dan naik ke Program kelas
tahfiz 2.
3. Kelas Murajaah

Kelas Murajaah adalah kelas yang sudah menyelesaikan


hafalan Al-Qur`an 30 juz yaitu sudah menyelesaikan seluruh
82

tingkatan program kelas tahfiz. Pada kelas murajaah ini para


santri mempersiapkan untuk mengikuti Khataman Qubra. Yaitu
para santri membaca 30 Juz Al-Qur`an bilghaib (dengan tanpa
melihat) Al-Qur`an dalam waktu 2 hari, sistemnya yaitu hari
pertama membaca 15 Juz, selanjutnya 15 juz dilanjutkan di hari
kedua.

3. Peranan Guru Dalam Menerapkan Metode Pakistani (Sabaq,


Sabqi, Manzil)

Hasil wawancara penulis dengan ustazah Ummu selaku


Pembimbing Tahfiz beliau menjelaskan bahwa peranan guru tahfiz
yaitu membimbing santri dalam menghafal Al-Qur`an sesuai tahapan.
Para pembimbing tahfiz akan menilai hafalan para santri yang sudah
disetorkan. Untuk penilaian sesuai kelancaran dan ketepatan tajwid
dalam menghafal. Jika hafalan nya lancar dan tajwidnya tepat, maka
akan mendapatkan nilai mumtaz.12
Hasil dari angket yang diisi oleh 30 santri dapat disimpulkan
bahwa, pembimbing tahfiz sangat penting dalam penerapan metode
pakistani (sabaq, sabqi, manzil), karena pembimbing tahfiz disini
tidak hanya menerima setoran, tapi mereka juga membimbing para
santri dengan sabar dan tekun. Hasil wawancara penulis dengan
Thayibah salah satu santri dia memberikan keterangan bahwa.
“Para pembimbing juga akan memberikan nasihat dan arahan
bagi santri yang memilki suatu kendala yang menghambat
dalam proses menghafal”.13

12
Wawancara dengan Pembimbing Tahfiz Pondok Pesantren Al-Ihsan, Syifa,
Banjarmasin, 23 Mei 2019
13
Wawancara dengan Santri Pondok Pesantren Al-Ihsan, Thayibah, Banjarmasin,
23 Mei 2019
83

4. Penerapan Metode Pakistani di Pondok Pesantren Al-Ihsan


1) Tahap-tahap penerapan metode Pakistani

Adapun penerapan metode pakistani dalam menghafal


Qur`an di Pondok Pesantren Al-Ihsan dibagi dalam beberapa
tahap yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap akhir.

a) Tahap persiapan
Untuk tahap persiapan di wajibkan seluruh santri
untuk mengikuti pembelajaran tahsin, agar ketika mulai
menghafal Al-Qur`an, bacaan mereka sudah lancar. Bagi
santri yang belum bisa membaca Al-Qur`an, di bimbing dari
awal, di perkenalkan huruf-huruf hijaiyah dan makharijul
huruf nya, jika santri sudah menguasai huruf-huruf hijaiyah
beserta makhrajnya, dan baik dalam bacaannya, santri di
perbolehkan untuk ke tahap selanjutnya.
b) Tahap pelaksanaan (sabaq, sabqi, manzil)

Pada tahap ini para santri sudah memahami huruf-


huruf hijaiyah beserta makhrajnya, mengetahui hukum-hukum
tajwid, dan sudah baik dan benar dalam membaca Al-Qur`an.
Pada tahap pelaksanaan para santri mulai menghafal dengan
menggunakan metode Pakistani (sabaq, sabqi, manzil).

c) Tahap akhir

Untuk tahap ini para santri sudah menyelesaikan


hafalanya (30 juz) para santri yang sudah menyelesaikan
hafalannya, harus mengikuti program khataman qubra yang
dilakukan setahun sekali, biasanya diadakan ketika bulan
84

Syawal, pada program ini para santri membaca 30 juz Al-


Qur`an bilghaib (tanpa melihat Al-Qur`an) dalam waktu 2
hari.14

2) Hasil Penerapan Metode Pakistani


Dalam setiap penerapan metode, pasti memiliki hasil yang
berbeda-beda. Penulis ingin menjelaskan sebuah hasil penerapan
metode Pakistani (sabaq, sabqi, manzil), hasil penelitian ini di
ambil dari kuesioner yang di isi oleh 30 santri Pondok Pesantren
Al-Ihsan. Setiap santri memiliki hafalan yang berbeda, dan dalam
waktu yang berbeda-beda. Adapun hasil hafalan santri dalam
menerapkan metode Pakistani adalah sebagai berikut:

Tabel 4.8

Hasil Hafalan Tahun 2018

NO NAMA SANTRI WAKTU HASIL HAFALAN


1. Siti Saida 3 Tahun Juz 10
2. Humairoh 4 Tahun Juz 13
3. Nurul Huda 3 Tahun Juz 12
4. Uswatun Hasanah 3 Tahun Juz 10
5 Yulianda Parnita 2 Tahun Juz 6
6. Annisa Salrin 2 Tahun Kelas Asasi
7. Hidayatus Sholehah 2 Tahun Juz 11
8. Alya Amalia 3 Tahun Juz 8
9. Rofiatul Izzah 1 Tahun Kelas Asasi
10. Aufa 1 Tahun Kelas Asasi

14
Wawancara dengan Pengasuh Pesantren Al-Ihsan, Zainab Luthfi, Banjarmasin,
23 Mei 2019
85

11. Nida Rusda 3 Tahun Juz 6


12. Meyla Wafika 3 Tahun Juz 20
13. Masyitoh Nuf Hafidzoh 3 Tahun Juz 20
14. Aisyah Amini 3 Tahun Juz 8
15. Nur Sakinah Ismail 3 Tahun Juz 10
16. Alya Alvariani 2 Tahun Juz 6
17. Raisah Nur Fauziah 3 Tahun Juz 12
18. Nur Baiti 3 Tahun Juz 12
19. Siti Nur Hafidzoh 1 Tahun Kelas Asasi
20. Siti Rahmah 2 Tahun Kelas Asasi
21. Amanda Lestari Hasim 2 Tahun Juz 8
22. Nor Kamila 4 Tahun Juz 6
23. Nisfi Maulidiyah 3 Tahun Juz 6
24. Nur Hikmah 3 Tahun Juz 12
25. Hajar 3 Tahun Juz 2
26. Dita Tri Cahyani 2 Tahun Juz 3
27. Putri Audija 3 Tahun Juz 13
28. Annisa 2 Tahun Juz 5
29. Yulinda Parmita 3 Tahun Juz 3
30. Salsabila 2 Tahun Juz 10

Tabel 4.9

Tahun 2019

NO NAMA SANTRI WAKTU HASIL HAFALAN


1. Siti Saida 3 Tahun Juz 16
2. Humairoh 4 Tahun Juz 25
86

3. Nurul Huda 3 Tahun Juz 18


4. Uswatun Hasanah 3 Tahun Juz 16
5 Yulianda Parnita 2 Tahun Juz 18
6. Annisa Salrin 2 Tahun Juz 6
7. Hidayatus Sholehah 2 Tahun Juz 23
8. Alya Amalia 3 Tahun Juz 20
9. Rofiatul Izzah 1 Tahun Juz 12
10. Aufa 1 Tahun Juz 12
11. Nida Rusda 3 Tahun Juz 18
12. Meyla Wafika 3 Tahun Juz 30
13. Masyitoh Nuf Hafidzoh 3 Tahun Juz 30
14. Aisyah Amini 3 Tahun Juz 12
15. Nur Sakinah Ismail 3 Tahun Juz 20
16. Alya Alvariani 2 Tahun Juz 12
17. Raisah Nur Fauziah 3 Tahun Juz 18
18. Nur Baiti 3 Tahun Juz 22
19. Siti Nur Hafidzoh 1 Tahun Juz 8
20. Siti Rahmah 2 Tahun Juz 6
21. Amanda Lestari Hasim 2 Tahun Juz 20
22. Nor Kamila 4 Tahun Juz 13
23. Nisfi Maulidiyah 3 Tahun Juz 18
24. Nur Hikmah 3 Tahun Juz 19
25. Hajar 3 Tahun Juz 8
26. Dita Tri Cahyani 2 Tahun Juz 15
27. Putri Audija 3 Tahun Juz 19
28. Annisa 2 Tahun Juz 15
29. Yulinda Parmita 3 Tahun Juz 9
87

30. Salsabila 2 Tahun Juz 20

Menurut penulis hasil dari penerapan metode ini dapat


digunakan untuk meningkatkan kualitas hafalan, karena para santri
tidak hanya sekedar menambah hafalan, tapi para santri dapat
menyelesaikan hafalan dengan mutqin yiatu kuat hafalannya.

Hasil dari wawancara yang dilakukan penulis dengan


narasumber yaitu Ustazah Syifa yang menjadi pembimbing tahfiz.
Beliau mengatakan bahwa:

Metode ini sangat bagus di gunakan untuk menghafal, karena


ada mengulang hafalan lama dan hafalan baru dan itu harus di
lakukan setiap hari, para ustazah juga harus mencatat hasil yang di
setorkan para santri. Misalnya seperti saya, saya memilki beberapa
santi, semua santri yang setor ke saya, saya catat, misalnya manzil
nya berapa juz”.15

Adapun santri-santri yang sudah mengikuti khataman Qubra


adalah sebagai berikut:

1. Binti Salahuddin
2. Binti Bahrun
3. Binti Syamsuri
4. Binti Abu Dzar
5. Binti Muslihul Khuluq
6. Binti Adam
7. Binti Abdurrahman

15
Wawancara dengan Ustazah Pondok Pesantren Al-Ihsan, Syifa, Banjarmasin, 19
Januari 2019
88

8. Binti Muhmmad Shadiq


9. Binti Abdullah
10. Binti Andi Aslam
5. Faktor Pendukung Dan Penghambat Dalam Pelaksanaan Metode
Pakistani
Pondok Pesantren Al-Ihsan memilki Program dalam bidang
tahfiz, bertujuan untuk mencetak santri-santri yang hafal Al-Qur`an
30 Juz. Maksud utamanya adalah menjaga lafadz Al-Qur`an.

Dari hasil wawancara dan kuesioner yang penulis berikan


kepada 30 santri mengenai faktor pendukung dan penghambat dalam
pelaksanaan metode Pakistani. Adapun faktor-faktor pendukung dan
penghambat dalam pelaksanaan Metode Pakistani adalah sebagai
berikut:

a. Faktor Pendukung
Faktor pendukung disini adalah faktor-faktor yang mendukung
dalam pembelajaran Tahfizul Qur`an. Adapun faktor pendukung
dalam penerapan metode Pakistani adalah sebagai berikut:
1. Faktor pembimbing tahfiz yang sabar
Dalam sebuah pembelajaran sanagat penting peran
seorang guru atau pembimbing, pembimbing tahfiz di Pondok
Pesantren Al-Ihsan ini sangat sabar dalam memibimbing para
santri, sehingga para santri tidak merasa bosan ketika sedang
pembelajaran Tahfizul Qur`an.
2. Pemberian Motivasi
Dari hasil wawancara yang dilakukan penulis kepada
Thayibah salah satu santri yang berprestasi, beliau
mengatakan bahwa:
89

“Faktor pendukung dalam pembelajaran Tahfizul Qur`an bisa


Dengan memberikan motivasi kepada santri, atau
memberikan reward bagi santri yang sudah menyelesaikan
hafalan, dan menjelaskan apa saja keutamaan para penghafal
Al-Qur`an, karena kita tidak bisa memaksakan setiap anak.
Karena anak tidak semuanya lancar dalam menghafal”16

3. Memberikan pemahaman tentang Al-Qur`an


Pemberian materi pemahaman tentang, adab-adab
penghafal Al-Quran, syarat-syarat penghafal Al-Qur`an dan
keutamaan pengahafal Al-Qur`an, pemberian materi tersebut
bertujuan agar para santri dapat mencintai Al-Qur`an,
sehingga akan lebih mudah dalam menghafal Al-Qur`an
b. Faktor Penghambat
Faktor penghambat disini adalah faktor-faktor yang dapat
menghambat dalam pembelajaran tahfizul Qur`an. Adapun faktor
penghambat dalam penerapan metode Pakistani adalah Faktor
Kesehatan

Faktor kesehatan sangat penting untuk keberlangsungan


dalam pembelajaran tahfizul Qur`an. Dari hasil angket,
kebanyakan dari mereka menjawab salah satu faktor penghambat
dalam pembelajaran tahfizul Qur`an adalah sakit, karena ketika
mereka sakit, mereka tidak fokus dalam pembalajaran.

16
Wawancara dengan Santri Pondok Pesantren Al-Ihsan, Thayibah, Banjarmasin,
23 Mei 2019
90

“Faktor penghamabat biasanya ketika sedang sakit, malas.


bagi santri baru biasanya masih belum betah di pondok, sehingga
membuat tidak fokus ketika menghafal”.17

Dari pihak pondok pesantren pun, sangat menjaga


kesehatan para santri, dan menjaga makanan yang dikonsumsi
para santri, bahkan di dalam peraturan, para santri tidak
diperbolehkan mengonsumsi mie instan. Untuk menjaga
kesehatan para santri.

17
Wawancara dengan Santri Pondok Pesantren Al-Ihsan, Thayibah, Banjarmasin,
23 Mei 2019
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah melakukan penelitian dan pengelolaan data yang diperoleh dari
observasi, wawancara, dokumentasi, dan angket, mengenai penerapan
metode Pakistani dalam meningkatkan kualitas hafalan pada
pembelajaran tahfizul Qur`an di Pondok Pesantren Al-Ihsan.
1. Pondok Pesantren Al-Ihsan menerapkan metode Pakistani dengan
menggunakan sistem sabaq, sabqi, manzil dalam menghafal Al-
Qur`an. Adapun pengertian metode tersebut. Tujuan menggunakan
metode ini adalah untuk meningkatkan kualitas hafalan, dengan
metode ini para santri tidak hanya sekedar hafal, tapi hafalan yang
dimiliki menjadi mutqin. Kelebihan dari metode ini adalah membuat
para santri lebih rajin dalam menghafal, karena setiap harinya para
santri harus menyetorkan sabaq, sabqi dan manzil. Pelaksanaan
pembelajaran tahfiz berjalan dengan baik, sesuai dengan jadwal
yang ada. Adapun jadwal tahfiz di Pondok Pesantren Al-Ihsan
sebagai berikut: di mulai dari jam 08.00-10.00 untuk menyetorkan
Sabqi dan Manzil, pada jam 10.30-11.00 persiapan sabaq, pada jam
14.00-15.15 menyetorkan sabaq, kemudian pada jam 21.00-22.30
khalaqah Qur`an. Adapun peranan guru tahfiz yaitu membimbing
santri dalam menghafal Al-Qur`an sesuai tahapan. Para pembimbing
tahfiz akan menilai hafalan para santri yang sudah di setorkan.
Untuk penilaian sesuai kelancaran dan ketepatan tajwid dalam
menghafal. Jika hafalan nya lancar dan tajwidnya tepat, maka akan
mendapatkan nilai mumtaz.
2. Hasil hafalan dalam sebulan mereka dapat menyelesaikan 1 juz,
sehingga dalam 6 bulan dapat menyelesaikan 6 juz, dalam waktu 2

91
92

setengah tahun dapat menghafal 30 Juz, setelah menyelesaikan 30


Juz, kemudian mempersiapkan untuk khataman qubra.
3. Menurut penulis hasil dari penerapan metode ini dapat digunakan
untuk meningkatkan kualitas hafalan, karena para santri tidak hanya
sekedar menambah hafalan, tapi para santri dapat menyelesaikan
hafalan dengan mutqin.
4. Faktor pendukung dalam pelaksanaan metode Pakistani adalah
faktor pembimbing tahfiz yang sabar, pemberian motivasi, serta
Memberikan pemahaman tentang Al-Qur`an. Adapun faktor
penghambat dalam penerapan metode Pakistani adalah Faktor
Kesehatan. Faktor kesehatan sangat penting untuk keberlangsungan
dalam pembelajaran tahfizul Qur`an. Dari pihak pondok pesantren
pun, sangat menjaga kesehatan para santri, dan menjaga makanan
yang dikonsumsi para santri, bahkan di dalam peraturan, para santri
tidak diperbolehkan mengonsumsi mie instan. Untuk menjaga
kesehatan para santri.
B. Saran

Berdasarkan penelitian tentang Penerapan Metode Pakistani


dalam Meningkatkan Kualitas Hafalan Pada Pembelajaran Tahfizul
Qur`an di Pondok Pesantren Al-Ihsan, maka penulis memberikan
masukan kepada seluruh pihak yang berkaitan di dalam pembelajaran
tahfizul Qur`an.

1. Bagi Pondok Pesantren


Diharapkan untuk mempertahankan metode Pakistani bagi
pembelajaran Tahfizul Qur`an karena dengan menggunakan metode
dan manajemen waktu yang sudah terprogram setiap harinya sangat
membantu para santri dalam menambah dan mengulang hafalan.
93

2. Bagi pembimbing tahfiz


Diharapkan para ustazah lebih tegas kepada para santri yang
melakukan setoran. Agar para santri menambah hafalan sesuai yang
ditargetkan. Metode ini membutuhkan perhatian yang besar dari
pembimbing tahfiz sehingga apabila kurang perhatian dari
pembimbing maka metode ini kurang berjalan dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Abbas, M. Ziyad. Metode Praktis Menghafal Al-Qur`an. Jakarta: Firdaus.
1993.
Abdullah, Muhammad Ahmad. Metode Cepat dan Efektif Menghafal Al-
Qur`an. Jogjakarta: Garilmu. 2009.
“Academia Edu”
https://www.academia.edu/38325973/Teknik_Pengumpulan_Data
Kualitatif.pdf diakses tanggal 2 Mei 2019.
Ahmad Jumal. Efektivitas Metode Pakistani di Pesantren Tahfidh Bina
Qalbu. Skripsi. Jakarta:2013.
Agoestanto, Arief. Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Pada Mata Kuliah
Pengantar Probilitas Melalui Lesson Study Dengan Pengajaran
Berbalik Secara Team. Jurnal Kreano Vol. 3, No.1, Juni 2012.
Arikunto, Suharismi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: PT. Rineka Cipta. 1998.
Azwar Saifudin. Metodelogi Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Belajar. 1998.
Basyir, Abu Daud Sulaiman ibn „Asyats Ibn Ishak Ibn. Sunan Abu Daud.
Jilid 2 (Beirut: Maktabah Al-„ishriyyah). Bab Fii Tsawab Qira`atul
Qur`an
Bukhari, Imam. Shahih Bukhari. Jakarta: Darul Hadits. t.t.

Cucu Susianti. “Efektivitas Metode Talaqqi Dalam Meningkatkan


Kemampuan Menghafal Al-Qur`An Anak Usia Dini” dalam jurnal
Tunas Siliwangi. Vol.2 No.1 April 2016.
Fathoni, Ahmad. Petunjuk Praktis Tahsin Tartil Al-Qur`an Metode Maisura.
Jakarta: Transhop Printing. 2015.
Hadi, Sutrisno. Metodologi Research jilid 2. Yogyakarta: Andi Offset. 2004.
Al-Hajjaj, Muslim bin. Shahih Musim. Mesir: Darul Hadits. 1995. h.555
Hakim, Lukman Nur. “Ulasan Metodologi Kualitatif: Wawancara Terhadap
Elit, Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi”. Aspirasi
Vol. 4. No 2. Desember 2013.
Hanafy, Muh Sain, “Konsep Belajar dan Pembelajaran” , Vol. 19 No. 1 Juni
2014.

95
96

Hanbal, Ahmad bin. Musnad Ahmad. Mesir: Darul Hadits. 1995.


Hanbal, Ahmad bin. Musnad Al-Imam Ahmad bin Hanbal. Beirut: Dar Al-
Fikr Al-Arabi, t.t.
Hasanah, Hasyim. “Teknik-Teknik Observasi”. dalam jurnal at-Taqaddum.
Vol.8 No.1 Juli 2016. H.35.
Majah, Ibnu. Sunan Ibnu Majah.. Beirut: Dar Al-Fikr Al-Arabi, t.t.
Hidayat, Adi. 30 Hari Hafal AL-Qur`an Metode At-Taisir. Bekasi Selatan:
Institut Quantum Akhyar. 2018 Cet ke-7.
Hitami, Munzir. Pengantar Studi Al-Qur`an. Yogyakarta: LKIS Yogyakarta.
2012 cet ke-1.
https://ahmadbinhanbal.wordpress.com/2014/01/17/praktek-metode-tahfidh-
pakistani-di-pesantren-tahfidh-bina-qolbu/ diakses tanggal 25 April
2019
Indianto S Aji. Kiat–Kiat Mempertajam Daya Ingat Hafalan Pelajaran.
Yoyakarta: Diva Press. 2013.
Irawan Prasetyo. Dkk. Metode Penelitian. Jakarta: Universitas Terbuka.
Ismail, Asep Usman. Al-Qur`an dan Kesejahteraan Sosial. Tangerang:
Lentera Hati. 2012.
Majid, Abdul Strategi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2014 Cet ke-3.
Masduki, Yusron “implikasi Psikologis Bagi Penghafal Al-Qur`an”. Medin-
Te, Vol. 18 No 1. Juni 2018.
Moleong Lexy J. Metodologi Penelitian kulaitatif Bandung : PT Remaja
Rosdakarya. 2004.
Moleong, Lexy J. Metodologi penelitian kualitatif edisi revisi. Bandung:
Rosdakarya Offest. 2005.
Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya. 2017.
Muhammad Ahsin Sakho. Oase Al-Qur`an. Jakarta : PT Qaf Media Kreativa.
2017.
An-Nawawi, Abu Zakaria Yahya bin Syaraf. At-Tibyan Adab Penghafal Al-
Qur`an. terj. Umniyyati Sayyidatul Hauro‟. et.al. Solo: Al-Qowam.
2014.
97

Peraturan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Nomor


22 Tahun 2016. Tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan
Menengah. Berita Negara Republik Indonesia NO. 955.
Qur`an dan Terjemah. Jakarta: CV Pustaka Jaya Ilmu. 2014.
Al-Qardhawi, Yusuf. Berinteraksi Dengan Al-Qur`an. Doha: Gema Insan
Press. 1997.
Rochyati, Umi, Masduki Zakaria, Peningkatan Kualitas Pembelajaran
Teknik Digital Melalui Pembelajaran Berbasis Lesson Study. JPTK
Vol. 19, No.1, Mei 2010.
Sa‟dullah. 9 Cara Praktis Menghafal Qur’an. Jakarta : Gema Insani 2008.
Saepudin, Juju. et.all..Membumikan peradaban Tahfiz Al-Qur`an. Jakarta:
Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Jakarta. 2015.
Saefudin, Asis. ika Berdiati. Pembelajaran efektif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya. 2014 Cet ke-1.
Al-Sirjani, Ragib. Cara Cerdas Hafal Al-Qur`an. Solo: Aqwam. 2013.
Sobur, Muhammad dan Bunyamin Yusuf Sanur. Memelihara Kemurnian Al-
Qur`an Profil Lembaga Tahfiz Al-Qur`an Di Nusantara. Jakarta:
Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur`an di Nusantara. 2011.
As-Suyuti, Imam Jalaluddin. Terjemahan Tafsir Jalalain. terj. Baharun
Abubakar Bandung: Sinar Baru Algesindo. 2009.
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta. 2016.
Suardi, Moh belajar dan pembelajaran. Yogyakarta: DEEPUBLISH. 2018.
Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta. 2016.
Sukmadinata, Nana Syaodih. metode penelitian pendekatan. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya. 2010. Cet ke-6.
Shihab, M. Quraish. Wawasan Al-Qur’an. Bandung: Mizan. 1996.
Suriyanto, Joko. Peningkatan Kualitas Pembelajaran Melalui Lesson Study.
JPTK. Vol.16. No.1. 11 Mei 2007.
Thahir, Muhammad Shahab. Quran Hafalan dan Terjemahan. Jakata:
Almahira. 2015.
98

At-Tirmidzi, Muhammad bin Isa Shahih Sunan Attirmidzi. Jakarta: Pustaka


Azzam. 2011.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional. TLN NO. 4301.
Wahid, Wiwi Alawiyah. Cara Cepat Bisa Menghafal Al-Qur`an. Jogjakarta:
Diva Press. 2012.
LAMPIRAN DOKUMENTASI

Dokumentasi Bangunan Pondok Pesantren Al-Ihsan


Struktur Organisasi Pondok Pesantren Al-Ihsan
Dokumentasi Buku Setoran Dengan Menggunakan Metode Pakistani
(Sabaq, Sabqi, Manzil)
BIODATA PENULIS

Nama : Nur Fatimatuzzahro


Tempat, Tgl Lahir : Banjarmasin, 15 Agustus 1997
Alamat Asal : Jalan Belitung Darat, Gang Karya IV RT/RW 15/01 No 177
Banjarmasin Barat, Kalimantan Selatan 70129
Alamat Domisili : Jl Kertamukti Gang Leman RT/RW 03/08 Kel Pisangan, Kec
Ciputat Timur, Kab Banten, Prov Tangerang Selatan. 15419
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 21 Tahun
Agama : Islam
Status : Single / Belum Menikah
Hp : 0821-5471-6959
Email : nurfatimatuzzahro1508@gmail.Com

Pendidikan Formal
Jenjang Pendidikan Lembaga Tahun

TK TK At-Taslim Banjarmasin 2002-2003

SD MI Innayatushibyan II 2003-2009

SMP MTS Misbahul Munir 2009-2012

MA MA Misbahul Munir 2012-2015

S1 Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta 2015-2019

Anda mungkin juga menyukai