Anda di halaman 1dari 28

PERUBAHAN, PEMBAHARUAN, PENERAPAN, PEMBINAAN,

PENGEMBANGAN, DAN PENYEMPURNAAN KURIKULUM

BAB II
PEMBAHASAN

A. Perubahan Kurikulum
Konsep perubahan kurikulum adalah suatu usaha yang di sengaja. Perubahan kurikulum
terjadi karena adanya perbedaan dalam satu komponen kurikulum atau lebih dalam dua periode
waktu tertentu. Sebagai contoh, bila sampai tahun 1975 kurikulum Sekolah Dasar masih
menggunakan sistem mata pelajaran, maka mulai tahun 1975 kurikulum tersebut telah
menggunakan sistem bidang studi. Ini berarti, bahwa telah terjadi perubahan dalam organisasi
kurikulum Sekolah Dasar. Jadi, perubahan kurikulum adalah suatu kegiatan atau usaha yang di
sengaja untuk menghasilkan kurikulum baru secara lebih baik, yang di dasarkan atas perbedaan
satu atau lebih komponen kurikulum dalam dua periode waktu yang berdekatan.
Dari definisi tersebut di atas dapat diketahui bahwa perubahan kurikulum dapat bersifat
sebagian, tetapi juga dapat terjadi atau bersifat menyeluruh. Di katakan sebagian jika perubahan
kurikulum tersebut hanya terjadi pada komponen kurikulum tertentu. Misalnya, perubahan
metode mengajar saja, isi kurikulum saja, atau sistem penilaian saja. Sedangkan , perubahan
kurikulum secara menyeluruh terjadi, jika dalam kegiatan kurikulum itu terjadi perubahan
terhadap keseluruhan komponen (bahkan sistem) kurikulum, misalnya perubahan itu mencakup:
komponen tujuan, isi, metode, media, organisasi, dan strategi pelaksanaannya. Seperti yang
terjadi pada perubahan kurikulum 1968 menjadi kurikulum 1975.

B. Pembaharuan Kurikulum
Berbicara masalah pembaharuan (inovasi) tidak lepas dari istilah invention dan discoveri .
Invention adalah suatu penemuan sesuatu yang benar-benar baru, artinya hasil kreasi manusia
yang sebelumnya belum pernah ada, kemudian diadakan dengan bentuk hasil kreasi baru.
Discoveri adalah suatu penemuan sesuatu, yang sesuatu itu sebenarnya telah ada sebelumnya,
tetapi semula belum di ketahui orang. Jadi, pembaharuan (inovasi) adalah usaha menemukan
sesuatu yang baru dengan jalan melakukan kegiatan (usaha) dengan invention dan discoveri.
Dalam kaitan ini, Ibrahim (1989) mengatakan, bahwa inovasi adalah penemuan yang berupa
suatu ide, barang, kejadian, metode, yang diamati sebagai suatu hal yang baru bagi seseorang
atau sekelompok orang (masyarakat).
Dari pengertian di atas dapat dikatakan, bahwa pembaharuan (inovasi) kurikulum adalah
suatu gagasan atau praktek kurikulum baru dengan mengadopsi bagian-bagian yang potensial
dari kurikulum tersebut dengan tujuan memecahkan masalah atau mencapai tujuan tertentu.
Dengan kata lain, pembaharuan itu diajukan berkenaan dengan ide dan teknis pada skala yang
terbatas. Pembaharuan selalu berkaitan dengan masalah kreasi dan atau penciptaan sesuatu yang
baru dan menuju ke arah yang lebih baik.

C. Penerapan Kurikulum
Penerapan adalah pemasangan, pengenaan; perihal mempraktikkan. (Kamus Besar Bahasa
Indonesia, 1988 : 935). Kurikulum berasal dari bahasa Inggris “Curriculum” berarti rencana
pelajaran (S. Wojowasito-WJS. Poerwadarminta, 1980 : 36.). Secara istilah, kurikulum adalah
“seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu”. (Badan Standar Nasional Pendidikan, 2006 : 4, Depag. RI. Dir. Jen.
Kelembagaan Agama Islam, 2004: 2).
Dari penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa penerapan kurikulum adalah upaya
mempraktikkan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran
serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu. Atau lebih tegasnya penerapan kurikulum adalah
mentransformasikan program pendidikan kepada siswa dalam proses pembelajaran.
D. Pembinaan Kurikulum
Sedangkankan pembinaan kurikulum adalah kegiatan mempertahankan dan menjaga
pelaksanaan kurikulum yang ada dengan maksut untuk mencapai hasil yang lebih baik.
Pembinaan kurikulum adalah menjaga dan mempertahankan agar pelaksanaan kurikulum
sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan dalam kurikulum ideal atau potensial, dengan kata
lain upaya menyesuaikan kurikulum aktual dengan kurikulum potensial sehingga tidak terjadi
kesenjangan.
Pada hakekatnya pembinaan dan pengembangan kurikulum tidak dapat di pisahkan satu
dengan yang lainnya. Pembinaan dan pengembangan kurikulum yang dilakukan dapat bersifat
dasar dan bersifat teknis. Bersifat dasar jika kegiatan tersebut terjadi pada kurikulum itu sendiri.
Bersifat teknis jika kegiatan tersebut muncul pada waktu membahas pelaksanaan kurikulum di
sekolah.

E. Pengembangan Kurikulum
Kurikulum secara umum didefinisikan sebagai suatu rencana yang dikembangkan untuk
memperlancar proses belajar-mengajar dengan arahan atau bimbingan sekolah serta anggota
stafnya.
Apakah pengembangan kurikulum itu ? Pengembangan kurikulum adalah proses yang
mengaitkan satu komponen kurikulum dengan lainya untuk menghasilkan kurikulum yang lebih
baik.
Pengembangan kurikulum adalah upaya meningkatkan dalam bentuk nilai tambah dari apa
yang telah dilaksanakan sesuai dengan kurikulum potensial dan merupakan tahap lanjutan dari
kegiatan pembinaan.
Caswell mengartikan pengembangan kurikulum sebagai alat untuk membantu guru dalam
melakukan tugas mengajarkan bahan, menarik minat murid dan memenuhi kebutuhan
masyarakat1[1]. Sementara Beane, Toefer, dan Allesia menyatakan bahwa perencanaan atau
pengembangan kurikulum adalah suatu proses di mana partisipasi pada berbagai tingkat dalam
membuat keputusan tentang tujuan, tentang bagaimana tujuan di realisasikan melalui proses
belajar mengajar dan apakah tujuan dan alat itu serasi dan efektif.2[2] Sedangkan menurut
Oemar Hamalik pengembangan kurikulum adalah suatu proses perencanaan kurikulum agar
menghasilkan rencana kurikulum yang luas dan spesifik.3[3]
Dari pendapat tersebut di atas dapat di katakan bahwa pengembangan kurikulum merupakan
suatu proses yang merencanakan, menghasilkan suatu alat yang lebih baik dengan di dasarkan
pada hasil penilaian terhadap kurikulum yang telah berlaku, sehingga dapat memberikan kondisi
belajar-mengajar yang lebih baik. Dengan kata lain pengembangan kurikulum adalah kegiatan
untuk menhasilkan kurikulum baru melalui langlah-langkah penyusunan kurikulum atas dasar
hasil penilaian yang di lakukan selama periode waktu tertentu.

F. Penyempurnaan Kurikulum
Sebelum mengupas tentang konsep penyempurnaan kurikulum, Kami mencoba
mengetengahkan tentang prinsip penyempurnaan kurikulum. Prinsip penyempurnaan kurikulum,
yaitu:
 Penyesuaikan kurikulum dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta tuntutan
kebutuhan masyarakat.
 Dilakukan untuk mendapatkan proporsi yang tepat antara tujuan yang ingin dicapai dengan
beban belajar, potensi siswa, dan keadaan lingkungan serta sarana pendukungnya
 Untuk memperoleh kebenaran substansi materi pelajaran dan kesesuaian dengan tingkat
perkembangan siswa.
 Mempertimbangkan berbagai aspek terkait, seperti tujuan materi, pembelajaran, evaluasi, dan
sarana/prasarana termasuk buku pelajaran.
 Tidak mempersulit guru dalam mengimplementasikannya dan tetap dapat menggunakan buku
pelajaran dan sarana prasarana pendidikan lainnya yang tersedia di sekolah.
Jadi penyempurnaan kurikulum adalah upaya menyesuaikan kurikulum dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta tuntutan kebutuhan masyarakat untuk
mendapatkan proporsi yang tepat antara tujuan yang ingin dicapai dengan beban belajar, potensi
siswa, dan keadaan lingkungan serta sarana pendukungnya di samping juga untuk memperoleh
kebenaran substansi materi pelajaran dan kesesuaian dengan tingkat perkembangan siswa.
Atau lebih tepatnya penyempurnaan kurikulum adalah upaya menyesuaikan kurikulum
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk memperoleh kebenaran substansi
materi pelajaran dan kesesuaian dengan tingkat perkembangan siswa. Sebagai contoh kurikulum
1994 dibuat sebagai penyempurnaan kurikulum 1984 dan dilaksanakan sesuai dengan Undang-
Undang no. 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

G. Perbedaan Tentang Perubahan, Penerapan, Pembinaan, Pengembangan, Dan


Penyempurnaan Kurikulum.
Di muka sedikit telah di singgung bahwa Semua kurikulum nasional dirancang berdasarkan
landasan yang sama, yaitu Pancasila dan UUD 1945, perbedaanya pada penekanan pokok dari
tujuan pendidikan serta pendekatan dalam merealisasikannya. Begitu pula dari konsep-konsep
yang telah di jelaskan di atas pada intinya juga mempunyai tujuan yang sama pula yaitu upaya
untuk menjadikan kurikulum sebagai alat untuk menghasilkan sebuah output berupa pendidikan
yang lebih baik yang bisa menjawab tantangan dan kebutuhan masyarakat sesuai dengan tuntutan
zamannya. Namun dalam prakteknya selain persamaan di atas sesuai dengan hal-hal yang
mendasarinya dalam konsep tersebut ditemukan beberapa perbedaan yang menjadi ciri dari
konsep itu sendiri.
Dan di bawah ini akan kami jabarkan beberapa perbedaan yang ada di dalamnya.
1. Perubahan Kurikulum
• Kegiatan atau usaha yang disengaja untuk menghasilkan kurikulum baru secara lebih baik.
• Di dasarkan atas perbedaan satu atau lebih komponen kurikulum dalam dua periode waktu yang
berdekatan.
• Perubahanya bisa bersifat sebagian dan bisa juga menyeluruh.
Dari tiga poin tersebut dapat kita lihat penekanannya adalah pada usaha menghasilkan
kurikulum baru secara lebih baik yang di dasarkan atas adanya perbedaan dalam satu komponen
kurikulum atau lebih pada dua periode yang berdekatan, adapun bentuk dari perubahan
kurikulum itu bisa sebagian dan juga bisa menyeluruh. Sedangkan;
2. Penerapan Kurikulum.
• Upaya mempraktikan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran
untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
• Mentransformasikan program pendidikan kepada siswa dalam prosses pembelajaran.
Dari dua konsep di atas terdapat perbedaan yang sangat mendasar, pada konsep perubahan
secara jelas terdapat penekanan tarhadap upaya mengahasilkan, sedang pada konsep penerapan
penekanannya upaya praktek /transforasi dari apa yang telah di hasilkan dari perubahan di
maksud.

3. Pembinaan Kurikulum.
Dalam Konsep ini dapat kita lihat poin-poin yang jelas berbeda dengan dua konsep
sebelumnya seiring dengan perbedaan penekanan arti dan tujuan yang ada pada masing-masing
konsep. Pada konsep ini lebih cenderung pada:
• Upaya mempertahankan dan menyempurnakan pelaksanaan kurikulum yang ada.
• Upaya yang di lakukan dapat bersifat dasar dan bersifat teknis
Dari sini dapat kita ambil kesimpulan adanya tindak lanjut dari dua konsep sebelumnya,
Yakni setelah kita mendapatkan lalu kita praktekkan sebagai bentuk upaya untuk
memepertahankan dari apa yang telah kita dapatkan lalu kita melakukan suatu pembinaan.
4. Pengembangan kurikulum.
Pada konsep perkembangan kurikulum yang telah di jelaskan di atas dapat di lihat bahwa
perkembangan Kurikulum sebagai;
• Suatu proses yang merencanakan, menghasilkan suatu alat yang lebih baik.
• Didasarkan pada hasil penilaian terhadap kurikulum yang telah berlaku.
• Bertujuan dapat memberikan kondisi belajar-mengajar yang lebih baik.
Tiga poin tersebut jelas menunjukkan adanya perbedaan arti dengan konsep-konsep
sebelumnya sesuai dengan tujuan dan hal-hal yang mendasari, sekaligus menunjukkan adanya
kemajuan dalam melangkah. Sebab menurut hemat kami pada konsep ini merupakan sebagai
upaya melanjutan langkah-langkah yang telah di tempuh pada konsep-konsep sebelumnya.
5. Penyempurnaan Kurikulum
Dalam Konsep penyempurnaan telah di tegaskan beberapa poin penting yang mana hal itu
merupakan wujud dinamika kurikulum dalam rangka memenuhi tuntutan dunia pendidikan yang
terus maju, seiring perkembangan ilmu Pengetahuan dan teknologi yang semakian maju pesat.
Dan dari poin-poin tersebut memperjelas adanya perbedaan antara Kosep Penyempuenaan
dengan Kosep sebelumnya. Dalam konsep Penyempurnaan di tegaskan adanya:
• Upaya menyesuaikan kurikulum dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
• Untuk memperoleh kebenaran substansi materi pelajaran dan kesesuaian dengan tingkat
perkembangan siswa.
• Dilakukan untuk mendapatkan proporsi yang tepat antara tujuan yang ingin dicapai dengan
beban belajar, potensi siswa, dan keadaan lingkungan serta sarana pendukungnya.
Dari sini nampak jelas terjadinya kelengkapan dari upaya untuk menjadikan Kurikulum dapat
memenuhi tuntutan masyarakat sesuai dengan perkembangan zamannya. Kurikulum itu tidak
hanya sekedar di kembangkan tanpa adanya tindakan penyempurnaan, melainkan setiap
kekurangan yang di temukan dalam pengembangan kurikulum harus segera di sempurnakan agar
dunia pendidikan dapat mengikuti perubahan zaman serta perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Sebagaimana layaknya perangkat pada komputer. Kita tidak hanya bisa berbangga
karena telah menguasai pentium 1, yang pada kenyataannya hari ini pentium 4 sudah dianggap
ketinggalan zaman. Hal ini sejalan dengan pernyataan Blaney, pengembangan kurikulum
merupakan suatu proses yang sangat komplek karena mencakup pembicaraan penyusunan
kurikulum, penilaian yang intensif, dan penyempurnaan-penyempurnaan terhadap komponen
kurikulum.4[5]

http://belajare-learning.blogspot.com/2011/10/perubahan-pembaharuan-penerapan.html

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada saat ini banyak siswa yang mengeluh dan bosan dengan metode pembelajaran yang
dipakai dalam kegiatan belajar mengajar. Kegiatan pembelajaran dirasakan monoton dan hal ini
berlangsung dalam waktu yang lama. Pembelajaran bersifat kompleks artinya tidak hanya guru
yang terlibat aktif dalam pembelajaran melainkan siswa dan guru. Guru dituntut untuk
mengembangkan keahlian yang dimiliki dan menyalurkannya kepada siswa. Untuk itu guru perlu
mengadakan inovasi pembelajaran guna mengoptimalkan kemampuan siswa dan supaya tidak
bosan.
Dengan adanya inovasi pada kurikulum yang dibuat, diharapkan ada kemajuan yang akan
dicapai sesuai dengan tujuan pendidikan yang direncanakan. Guru juga dituntut agra bisa
memompa semangat belajar siswa agar lebh giat lagi. Selain itu, seorang pendidik harus bisa
memanfaatkan media yang telah maju untuk dipakai dalam pembelajaran agar siswa lebih
tertarik dan tidak monoton.
B. Tujuan Penulisan
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah Kurikulum dan Pembelajaran. Selain
itu, penulis pun bisa mendapatkan pemahaman mengenai inovasi kurikulum yang akan menjadi
bekal kelak jika sudah terjun dalam dunia pendidikan.
C. Metode Penulisan
Dalam menyusun makalah ini, penulis menggunakan metode pustaka. Penulis mencari
sumber-sumber yang berkaitan dengan isi makalah pada buku-buku dan sumber lain yang
bersangkutan.

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan apa yang telah dipaparkan pada latar belakang di atas, maka timbulah
beberapa masalah yang akan penulis sajikan dalam pembahasan, yaitu :
a. Apa pengertian inovasi kurikulum?
b. Apakah ciri-ciri inovasi?
c. Faktor-faktor apa saja yang perlu diperhatikan dalam inovasi pendidikan?
d. Bagaimana prosedur pengembangan kurikulum?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Inovasi
Inovasi dapat diartikan sebagai sesuatu yang baru dalam situasi sosial tertentu yang
digunakan untuk menjawab atau memecahkan suatu permasalahan. Dilihat dari bentuknya atau
wujudnya "sesuatu yang baru" itu dapat berupa ide, gagasan, benda atau mungkin tindakan.
Inovasi juga seringkali diartikan pembaharuan, penemuan dan ada yang mengaitkan
dengan modernisasi. Menurut Nicholls (1982: 2) penggunaan kata perubahan dan inovasi sering
tumpang tindih. Pada dasarnya inovasi adalah ide, produk, kejadian atau metode yang dianggap
baru bagi seseorang atau sekelompok orang atau unit adopsi yang lain. Baik itu hasil invensi
maupun hasil discovery. (Ibrahim, 1998: 1 ; Hanafi, 1986: 26 ; Rogers, 1983: 11). Berbicara
mengenai inovasi (pembaharuan) mengingatkan kita pada istilah invention dan discovery.
Invention adalah penemuan sesuatu yang benar-benar baru artinya hasil karya manuasia.
Discovery adalah penemuan sesuatu (benda yang sebenarnya telah ada sebelumnya. Dengan
demikian, inovasi dapat diartikan usaha menemukan benda yang baru dengan jalan melakukan
kegiatan (usaha) invention dan discovery. Dalam kaitan ini Ibrahim (1989) mengatakan bahwa
inovasi adalah penemuan yang dapat berupa sesuatu ide, barang, kejadian, metode yang diamati
sebagai sesuatu hal yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang (masyarakat). Inovasi dapat
berupa hasil dari invention atau discovery. Inovasi dilakukan dengan tujuan tertentu atau untuk
memecahkan masalah (Subandiyah 1992:80).
Selain itu defenisi inovasi yang dikemukakan oleh Rogers (1983: 11): “An innovation is
an idea, practice, or object that is perceived as new by an individual or other unit of adoption”.
Zaltman dan Duncan (1973: 7) mengatakan: “An innovation is an idea, practice, or material
artifact perceived to be new by the relevant unit of adoption. The innovation is the change
object”.
Adapun inovasi pendidikan adalah inovasi untuk memecahkan masalah dalam
pendidikan. Inovasi pendidikan mencakup hal-hal yang berhubungan dengan komponen sistem
pendidikan, baik dalam arti sempit tingkat lembaga pendidikan maupun arti luas di sistem
pendidikan nasional. Sehingga dapat dikatakan inovasi kurikulum merupakan suatu hal yang
dapat terjadi dalam ruang lingkup pendidikan itu sendiri.
Secara implisit manajemen inovasi mengacu pada komponen perencanaan, pengawasan,
pengarahan dan perintah. Urwick dalam Nicholls (1993:3) mengidentifikasi, manajemen atau
pengolahan dimaksudkan sebagai aktivitas yang berkenaan dengan perencanaan, pengaturan,
pemberian perintah, koordinasi, pengawasan dan penilaian. Hal ini dikaitkan dengan kegiatan
atau aktivitas yang berkenaan dengan upaya pendayagunaan segala material dan non material
untuk mencapai tujuan inovasi. Manajemen inovasi sendiri dari sudut proses berhubungan
dengan kegiatan perencanaan. Yang mana dalam perencanaan inovasi menuntut untuk
melakukan asesmen situasi dan mengidentifikasi tujuan dari inovasi itu sendiri. Keberhasilan
inovasi akan berjalan baik, jika didukung oleh perencanaan inovasi yang efektif.
Jadi, inovasi kurikulum dan pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu ide, gagasan atau
tindakan-tindakan tertentu dalam bidang kurikulum dan pembelajaran yang dianggap baru untuk
memecahkan masalah pendidikan.
B. Ciri-ciri inovasi
Ciri-ciri suatu inovasi yang dikemukakan oleh Rogers
1. Keuntungan relatif, yaitu sejauh mana inovasi dianggap menguntungkan bagi penerimanya.
Tingkat keuntungan atau kemanfaatan suatu inovasi dapat diukur berdasarkan nilai ekonomi,
faktor status sosial (gengsi), kesenangan, kepuasan atau mempunyai komponen yang sangat
penting makin menguntungkan bagi penerimaan makin cepat tersebarnya inovasi.
2. Kompatibel (compatibility), yaitu tingkat kesesuaian inovasi dengan nilai, pengalaman lalu dan
kebutuhan dari penerima. Inovasi yang tidak sesuai dengan nilai atau norma yang diyakini oleh
penerima tidak akan diterima secepat inovasi yang sesuai dengan norma yang ada. Misalnya
penyebarluasan penggunaan alat kontrasepsi di masyarakat yang keyakinan agamanya melarang
penggunaan alat tersebut, maka tentu saja penyebaran inovasi akan terhambat.
3. Kompleksitas (complexity), yaitu tingkat kesukaran untuk memahami dan menggunakan inovasi
bagi penerimanya. Suatu inovasi yang mudah dimengerti dan mudah digunakan oleh penerima
akan cepat tersebar, sedang inovasi yang sukar dimengerti atau sukar digunakan oleh penerima
akan lambat proses penyebarannya. Makin mudah dimengerti suatu inovasi akan makin cepat
diterima oleh masyarakat.
4. Trialibilitas (trialibility), yaitu dapat dicoba atau tidaknya suatu inovasi oleh penerima. Misalnya
penyebarluasan penggunaan bibit unggul pada gogo akan cepat diterima oleh masyarakat jika
masyarakat mencoba dulu menanam dan dapat melihat hasilnya.
5. Dapat diamati (observability), yaitu mudah tidaknya diamati suatu hasil inovasi. Suatu inovasi
yang hasilnya mudah diamati akan makin cepat diterima oleh masyarakat. Misalnya
penyebarluasan penggunaan bibit unggul padi, karena para petani dapat dengan mudah melihat
hasil padi yang menggunakan bibit unggul tersebut, maka mudah untuk memutuskan mau
menggunakan bibit unggul yang diperkenalkan (Ibrahim, 1988, hal. 47-48).
C. Faktor-Faktor yang Perlu Diperhatikan Dalam Inovasi pendidikan
Faktor-faktor utama yang perlu diperhatikan dalam inovasi pendidikan adalah :

1. Guru

Guru sebagai ujung tombak dalam pelaksanaan pendidikan merupakan pihak yang sangat
berpengaruh dalam proses belajar mengajar. Kepiawaian dan kewibawaan guru sangat
menentukan kelangsungan proses belajar mengajar di kelas maupun efeknya di luar kelas. Guru
harus pandai membawa siswanya kepada tujuan yang hendak dicapai. Ada beberapa hal yang
dapat membentuk kewibawaan guru antara lain adalah penguasaan materi yang diajarkan,
metode mengajar yang sesuai dengan situasi dan kondisi siswa, hubungan antar individu, baik
dengan siswa maupun antar sesama guru dan unsur lain yang terlibat dalam proses pendidikan
seperti adminstrator, misalnya kepala sekolah dan tata usaha serta masyarakat sekitarnya,
pengalaman dan keterampilan guru itu sendiri. Dengan demikian, maka dalam pembaharuan
pendidikan, keterlibatan guru mulai dari perencanaan inovasi pendidikan sampai dengan
pelaksanaan dan evaluasinya memainkan peran yang sangat besar bagi keberhasilan suatu
inovasi pendidikan. Tanpa melibatkan mereka, maka sangat mungkin mereka akan menolak
inovasi yang diperkenalkan kepada mereka. Hal ini seperti diuraikan sebelumnya, karena mereka
menganggap inovasi yang tidak melibatkan mereka adalah bukan miliknya yang harus
dilaksanakan, tetapi sebaliknya mereka menganggap akan mengganggu ketenangan dan
kelancaran tugas mereka. Oleh karena itu, dalam suatu inovasi pendidikan, gurulah yang utama
dan pertama terlibat karena guru mempunyai peran yang luas sebagai pendidik, sebagai orang
tua, sebagai teman, sebagai dokter, sebagai motivator dan lain sebagainya. (Wright1987).
2. Siswa

Sebagai obyek utama dalam pendidikan terutama dalam proses belajar mengajar, siswa
memegang peran yang sangat dominan. Dalam proses belajar mengajar, siswa dapat menentukan
keberhasilan belajar melalui penggunaan intelegensia, daya motorik, pengalaman, kemauan dan
komitmen yang timbul dalam diri mereka tanpa ada paksaan. Hal ini bisa terjadi apabila siswa
juga dilibatkan dalam proses inovasi pendidikan, walaupun hanya dengan mengenalkan kepada
mereka tujuan dari pada perubahan itu mulai dari perencanaan sampai dengan pelaksanaan,
sehingga apa yang mereka lakukan merupakan tanggung jawab bersama yang harus dilaksanakan
dengan konsekuen. Peran siswa dalam inovasi pendidikan tidak kalah pentingnya dengan peran
unsur-unsur lainnya, karena siswa bisa sebagai penerima pelajaran, pemberi materi
pelajaran pada sesama temannya, petunjuk, dan bahkan sebagai guru. Oleh karena itu, dalam
memperkenalkan inovasi pendidikan sampai dengan penerapannya, siswa perlu diajak atau
dilibatkan sehingga mereka tidak saja menerima dan melaksanakan inovasi tersebut, tetapi juga
mengurangi resistensi seperti yang diuraikan sebelumnya.

3. Kurikulum

Kurikulum pendidikan, lebih sempit lagi kurikulum sekolah meliputi program pengajaran dan
perangkatnya merupakan pedoman dalam pelaksanaan pendidikan dan pengajaran di sekolah.
Oleh karena itu, kurikulum sekolah dianggap sebagai bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam
proses belajar mengajar di sekolah, sehingga dalam pelaksanaan inovasi pendidikan, kurikulum
memegang peranan yang sama dengan unsur-unsur lain dalam pendidikan. Tanpa adanya
kurikulum dan tanpa mengikuti program-program yang ada di dalamya, maka inovasi pendidikan
tidak akan berjalan sesuai dengan tujuan inovasi itu sendiri. Oleh karena itu, dalam pembahruan
pendidikan, perubahan itu hendaknya sesuai dengan perubahan kurikulum atau perubahan
kurikulum diikuti dengan pembaharuan pendidikan dan tidak mustahil perubahan dari kedua-
duanya akan berjalan searah.

4. Fasilitas

Fasilitas, termasuk sarana dan prasarana pendidikan, tidak bisa diabaikan dalam dalam proses
pendidikan khususnya dalam proses belajar mengajar. Dalam pembahruan pendidikan, tentu saja
fasilitas merupakan hal yang ikut mempengaruhi kelangsungan inovasi yang akan diterapkan.
Tanpa adanya fasilitas, maka pelaksanaan inovasi pendidikan akan bisa dipastikan tidak akan
berjalan dengan baik. Fasilitas, terutama fasilitas belajar mengajar merupakan hal yang esensial
dalam mengadakan perubahan dan pembahruan pendidikan. Oleh karena itu, jika dalam
menerapkan suatu inovasi pendidikan, fasilitas perlu diperhatikan. Misalnya ketersediaan gedung
sekolah, bangku, meja dan sebagainya.

5. Lingkup Sosial Masyarakat

Dalam menerapakan inovasi pendidikan, ada hal yang tidak secara langsung terlibat dalam
perubahan tersebut tapi bisa membawa dampak, baik positif maupun negatif, dalam pelaksanaan
pembahruan pendidikan. Masyarakat secara tidak langsung atau tidak langsung, sengaja maupun
tidak, terlibat dalam pendidikan. Sebab, apa yang ingin dilakukan dalam pendidikan sebenarnya
mengubah masyarakat menjadi lebih baik terutama masyarakat di mana peserta didik itu berasal.
Tanpa melibatkan masyarakat sekitarnya, inovasi pendidikan tentu akan terganggu, bahkan bisa
merusak apabila mereka tidak diberitahu atau dilibatkan. Keterlibatan masyarakat dalam inovasi
pendidikan sebaliknya akan membantu inovator dan pelaksana inovasi dalam melaksanakan
inovasi pendidikan.
D. Prosedur pengembangan inovasi kurikulum
Pengembangan kurikulum mempunyai makna yang cukup luas. Menurut Sukmadinata
(2001:I), pengembangan kuriulum bisa berarti penyusunan kurikulum yang sama sekali baru
(curriculum construction), bisa juga menyempurnakan kurikulum yang telah ada (curriculum
improvement). Dalam mengembangkan suatu kurikulum, Seller memandang bahwa kurikulum
harus dimulai dari menentukan orientasi kurikulum, yakni kebijakan-kebijakan umum, misalnya
arah dan tujuan pendidikan, pandangan tentang hakikat belajar dan hakikat anak didik,
pandangan tentang keberhasilan implementasi kurikulum dan sebagainya.
Berikut ini adalah beberapa karakteristik dalam pengembangan kurikulum :
a. Rencana kurikulum harus dikembangkan dengan tujuan yang jelas. Salah satu maksud utama
rencana kurikulum adalah mengidentifikasi cara untuk tercapainya tujuan.
b. Suatu program atau kegiatan yang dilaksanakan di sekolah merupakan bagian dari kurikulum
yang dirancang selaras dengan prosedur pengembangan kurikulum.
c. Rencana kurikulum yang baik dapat menghasilkan terjadinya proses belajar yang baik, karena
berdasarkan kebutuhan dan minat siswa.
d. Rencana kurikulum harus mengenalkan dan mendorong diversitas di antara para pelajar. Poses
belajar akan menyenangkan jika rencana kurikulum menyediakan berbagai kesempatan yang
memungkinkan mereka mengembangkan potensi pribadi, melakukan berbagai kegiatan, dan
memanfaatkan berbagai sumber di sekolah.
e. Rencana kurikulum harus dikembangkan sesuai dengan karakteristik siswa pengguna. Oleh
karena itu, pengembangan kurikulum harus mengandung gagasan yang jelas tentang tahapan
kognitif, kebutuhan perkembangan, gaya belajar, prestasi awal, konsep belajar siswa, dan lain-
lain
.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Sudah seharusnya kurikulum yang ada dalam dunia pendidikan dilakukan inovasi dari
waktu ke waktu. Karena dengan adanya perubahan proses belajar dan pembelajaran pun akan
lebih menyenangkan dan tidak akan terkesan monoton.
Inovasi dapat diartikan sebagai sesuatu yang baru dalam situasi sosial tertentu yang
digunakan untuk menjawab atau memecahkan suatu permasalahan. Inovasi juga seringkali
diartikan pembaharuan, penemuan dan ada yang mengaitkan dengan modernisasi.
Adapun ciri-ciri inovasi yaitu : Keuntungan relatif, Kompatibel (compatibility),
kompleksitas (complexity), dan trialibilitas (trialibility).
Dalam melakukan inovasi tidak muadah, ada faktor-faktor yang dapat menghambat, yaitu
:
1. Guru
2. Siswa
3. Kurikulum
4. Fasilitas
5. Lingkup Sosial Masyarakat.
B. Saran

Dalam menyusun makalah ini, penulis masih banyak kekurang dalam mencari rujukan
yang tepat. Sekiranya, para pembaca mempunyai rujjukan yang lain bisa menambahkan maupun
mengoreksi isi dari makalah ini agar ke depannya bisa disusun kembali dengan benar.

http://abiebram-bram.blogspot.com/2011/12/inovasi-kurikulum.html

makalah tentang kurikulum

PENDAHULUAN

Kurikulum adalah atat untuk mencapai tujuan pendidikan. Dengan demikian kurikulum
merupakan alat penting dalam proses pendidikan, sebagai alat yang penting untuk mencapai
tujuan, kurikulum hendaknya berperan dan bersifat anticiptatory dan adaptif terhadap perubahan
dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kurikulum juga sering dibedakan antara
kurikulum sebagai rencana (curriculum planning) dengan kurikulum yang fungsional (functional
curriculum). Kurikulum bukan hanya meruapakn rencana tertulis bagi pengajaran, melainkan
sesuatu yang fungsional yang beroperasi dalam kelas, yang memberi pedoman dan mengatur
lingkungan kegiatan yang berlangsung didalam kelas. Rencana tertulis merupakan dokumen
kurikulum, sedangkan yang diopersikan di kelas merupakan kurikulum fungsional.
Oleh karena itu adalah wajar bila kurikulum selalu berubah dan berkambang sesuai dengan yang
berubah dan dikembangkan itu agar dapat sesuai dengan apa yang diharapkan maka perlu adanya
orang-orang yang memiliki kemamuan dasar teoritis tentang pengembangan kurikulum yang
memadai, khususnya dari kalangan para ilmuan yang berkecimpung dalam prosses pendidikan.
Pihak yang terlibat langsung dalam proses pengembangan kurikulum juga harus menguasai
secara mendalam teori pengembangan kurikulum tersebut, sehingga pada saatnya diharapkan
dapat menerapkannya dalam praktek secara baik. Disamping itu, guru melakukan kegiatan /
usaha perubahan. Juga dituntut melakukan pembaharuan jika perlu, hal inilah yang biasa disebut
inovasi. Inovasi ini dilakukan apabila guru benar-benar memiliki keyakinan bahwa pembaharuan
itu memang harus dilakukan dan diperlukan.
A. Konsep Perubahan dan Inovasi Kurikulum
Untuk menelaah tentang perubahan kurikulum dan inovasi kurikulum hendaknya dipahami
tentang kategori apa yang ada dalam perubahan kurikulum itu sendiri. Husen dan Postlethwaite
(1985) mengatakan bahwa untuk melakukan studi (kajian) tentang perubahan kurikulum dapat
ditelusuri dari dua sisi, yaitu: (1) berkenaan denan hakikat perubahan; dan (2) berkenaan dengan
proses dan tahap perubahan. Hakikat perubahan kurikulum berkenaan dengan masalah
perubahan (reform), inovasi (innovation), dan pergerakan (movement). Sedangkan proses dan
tahap-tahap perubahan berkenaan dengan masalah pengembangan (development), penyebaran
(diffusion), diseminasi (dissemination), perencanaan (planning), adopsi (adoption), penerapan
(implementation) dan evaluasi (evaluation).
Secara konseptual agaknya sulit untuk mendefinisikan tentang pengertian perubahan kurikulum.
Perubahan kurikulum adalah suatu usaha yang disengaja. Perubahan kurikulum terjadi karena
adanya perbedaan dalam satu komponen kurikulum atau lebih dalam dua periode waktu tertentu.
Sebagai contoh, bila sampai tahun 1975 kurikulum Sekolah Dasar masih menggunakan sistem
mata pelajaran, mulai tahun 1975 kurikulum tersebut telah menggunakan sistem bidang studi. Ini
berarti, bahwa telah terjadi perubahan dalam organisasi kurikulum Sekolah Dasar. Jadi,
perubahan kurikulum adalah suatu kegiatna atau usaha yang disengaja untuk menghasilkan
kurikulum baru secara lebih baik, yang didasarkan atas perubahan satu atau lebih komponen
kurikulum dalam dua periode waktu yang berdekatan.
Perubahan kurikulum menyangkutpautkan banyak pihak. Oleh karena itu, di dalam mengubah
kurikulum perlu dipertimbangkan faktor-faktor manusia (human factors), yaitu : guru, peserta
didik, orang tua peserta didik, staf administrasi sekolah, pemakai lulusan, serta pihak lain yang
mungkin terlibat dalam sistem pendidikan, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Oleh karena guru merupakan pelaku utama dalam pelaksanaan kurikulum, maka guru merupakan
pelaku utama dalam pelaksanaan perubahan kurikulum. Di pihak lain, guru yakin anak
pentingnya perubahan kurikulum. Tentu saja, dengan keyakinan itu berarti bahwa partisipasi
guru merupakan hal yang sangat penting (diperlukan) dalam perubahan dan pembinaan hal yang
sangat penting harus sadar akan hambatan kemamuannya untuk bertindak dan terlibat secara
efektif. Disamping itu, kepercayaan guru terhadap perubahan adalah perlu harus tertanam dalam-
dalam di pikiran guru. Jikak guru mempercayai bahwa perubahan itu diinginkan, guru tentunya
akan membuat dan melaksanakan perubahan tuntutan itu secara baik, yang iikuti dengan
perasaan dan sikap receptive, responsive, dan adaptif.

B. Beberapa Petunjuk Tentang Proses Perubahan Kurikulum


Di bawah ini diberi sejumlah saran-saran singkat tentang langkah-langkah dalam proses
mengubah kurikulum:
1. Pupuklah suasana dan kondisi kerja yang serasi.
Suasana kerja harus memberi kesempatan bagi peserta untuk mengeluarkan buah pikirannya
secara bebas. Saran-saran mereka harus diperhatikan. Mereka harus diikutsertakan dalam
merumuskan dan memecahkan masalah yang dihadapi bersama.
Kebershasilan perubahan bergantung pada kualitas dan kuantitas para pesrta. Ada kalnya
diperlukan bantuan dari orang lain, misalnya dari Kanwil atau Perguruan Tinggi perlu disediakan
sumber dan bahan yang diperlukan. Hendaknya dijauhi hal-hal yang dapat mengganggu.
2. Beriakn wakty yang cukup, jangan terlampau cepat, jangan pula lambat. Mendesak agar cepa
bekerja akan cepat menghasilkan pekerjaan yang tergesa-gesa dan tidak cermat. Pelaksanaan
perubahan memerlukan waktu. Ada kalanya untuk suatu program, misalnya perbaikan
pengajaran bahasa, diperlukan waktu 3-4 tahun.
3. Tentukan kegiatan yang sesuai, misalnya ada yang lebih serasi bila dilakukan oleh panitia,
kelompok studi, worldshop, konperensi, seminar, dapat pula mengadakan wawancara, observasi,
demonstrasi, atau menggunakan alat-alat seperti tape-recorder, TV, dan lain-lain.
4. Tentukan prosedur penilaian dalam tiap usaha perubahan Evaluasi dimaksud untuk
memperoleh gambaran tentang taraf tercapainya tujuan. Setelah dirumuskan tujuan perubahan,
harus segera ditentukan cara menilai hingga mau tercapainya tujuan itu. Baru kemudian
ditentukan kegiatan-kegiatan untuk mencapai tujuan itu. 1

• Jenis-Jenis Perubahan
Perubahan kurikulum dapat bersifat sebagian-sebagian, tapi dapat pula bersifat menyeluruh.
1. Perubahan sebagian-sebagian
Perubahan yang terjadi hanya pada komponen (unsur) tertentu saja dari kurikulum kita sebut
perubahan yang sebagian-sebagian. Perubahan dalam metode mengajar saja, perubahan dalam itu
saja, atau perubahan dalam sistem penilaian saja, adalah merupakan contoh dari perubahan
sebagian-sebagian. Demikian pula contoh-contoh yang dikemukakan dalam penjelasan mengenai
pengertian perubahan kurikulum pada bagian yang lalu masih menunjukkan perubahan yang
sifatnya sebagian-sebagian.
Dalam perubahan sebagian-sebagian ini, dapat terjadi bahwa perubahan yang berlangsung pada
komponen tertentu sama sekali tidak berpengaruh terhadap komponen yang lain. Sebagai contoh,
penambahan satu atau lebih bidang studi kedalam suatu kurikulum dapat saja terjadi tanpa
membawa perubahan dalam cara (metode) mengajar atau sistem penilaian dalam kurikulum
tersebut.

2. Perubahan Menyeluruh
Di samping secara sebagian-sebagian, perubahan suatu kurikulum dapat saja terjadi secara
menyeluruh. Artinya keseluruhan sistem dari kurikulum tersebut mengalami perubahan,
perubahan mana tergambar baik di dalam tujuannya, isinya organisasi dan strategi dan
pelaksanaannya.
Perubahan dari kurikulum 1968 menjadi kurikulum 1975 & 1976 lebih merupakan perubahan
kurikulum secara menyeluruh. Demikian pula kegiatan pengembangan kurikulum sekolah yang
bersifat menyeluruh. Kurikulum 1975 dan 1976 misalnya, pengembangan, tujuan, isi, organisasi
dasn strategi pelaksaan yang baru dan dalam banyak hal berbeda dari kurikulum sebelumnya.

• Faktor-faktor Yang Mempengerhui Peruahan Kurikulum


Ada sejumlah faktor yang dipandang mendorong terjadinya perubahan kurikulum pada berbagai
Negara dewasa ini.
Pertama, bebasnya sejumlah wilayah tertentu di dunia ini dari kekuasaan kaum Kolonialis.
Dengan merdekanya Negara-negara tersebut, mereka menyadari bahwa selama ini mereka telah
dibina dalam suatu sistem pendidikan yang sudah tidak sesuai lagi dengan cita-cita nasional
mereka. Untuk itu, mereka mulai merencanakan adanya perubahan yang cukup penting di dalam
kurikulum dan sistem pendidikan yang ada.
Kedua, perkembangan ilmu pengetahun dan teknologi yang pesat sekali. Di satu pihak,
perkembangan dalam berbagai cabang ilmu pengetahuan yang diajarkan di Sekolah
menghasilkan diketemukannya teori-teori yang lama. Di lain pihak, perkembangan di dalam ilmu
pengetahuan psikologi, komunikasi, dan lain-lainnya menimbulkan diketemukannya teori dan
cara-cara baru di dalam proses belajar mendorong timbulnya perubahan dalam isi maupun
strategi pelaksanaan kurikulum.
Ketiga, pertumbuhan yang pesat dari penduduk dengan bertambahnya penduduk, maka makin
bertambah jumlah orang yang membutuhakn pendidikan. Hanya menyebabkan bahwa cara atau
pendekatan yang telah digunakan selama ini dalam pendidikan perlu ditinjau kembali dan kalau
perlu diubah agar dapat memenuhi kebutuhan akan pendidikan yang semakin besar. Ketiga
faktor di atas itulah yang secara umum banyak mempengaruhi timbulnya perubahan kurikulum
yang kita alami dewasa ini.
Berbicara masalah inovasi (pembaharuan) mengingatkan kita pada istilah invention dan
discovery. Baiklah kita tengok sejenak tentang kedua pengertian/kegiatan tersebut, dengan
maksud, pada akhirnya kita nanti dapat mengarah pada apa sebenarnya pengertian inovasi itu.
Invention adalah suatu penemuan sesuatu yang benar-benar baru, artinya hasil kreasi manusia.
Penemuan sesuatu (benda) itu sebelumnya memang belum pernah ada, kemudian diadakan
dengan bentuk hasil kreasi baru. Discovery adalah suatu penemuan-penemuan sesuatu (benda),
yang benda itu sebenarnya telah ada sebelumnya, tetapi semula belum diketahui orang. Jadi,
inovasi adalah usaha menemukan benda yang baru dengan jalan melakukan kegiatan (usaha)
baik intention dan discovery. Dalam kaitan ini, Ibrahim (1989) mengatakan, bahwa inovasi
adalah penemuan yang dapat berupa suatu ide, barang, kejadian, metode yang diamati sebagai
suatu hal yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang (masyarakat). Inovasi ini dilakukan
dengan tujuan tertentu atau untuk memecahkan suatu masalah.

Dari pengertian di atas dapat dikatakan, bahwa inovasi kurikulum adalah suatu gagasan atau
praktek kurikulum baru dengan mengadopsi bagian-bagian yang potensial dari kurikulum
tersebut dengan tujuan untuk memecahkan masalah atau mencapai tujuan tertentu. Dengan kata
lain, pembaharuan atau inovasi itu diajukan berkenaan dengan ide dan teknis pada skala yang
terbatas. Hal penting juga sering digunakan untuk menunjukkan proses baik gagasan ataupun
praktek. Inovasi selalu merupakan suatu pengembangan dari beberapa bentuk yang sudah ada,
sehingga hal ini berarti bahwa inovasi selalu berkaitan dengan masalah kreasi dan atau
penciptaan sesuatu yang baru dan menuju kea rah yang lebih baik.
Banyak kendala yang mempengaruhi keberhasilan usaha inovasi kurikulum pada khususnya, dan
inovasi pendidikan pada umumnya. Kendala utama yang dapat menghambat jalannya usaha
inovasi di antaranya adalah (1) Estimasi yang tidak tepat terhadap inovasi; (2) Konflik dan
motivasi yang kurang sehat; (3) Lemahnya berbagai faktor penunjang sehingga mengakibatkan
tidak berkembangnya inovasi yang dihasilkan; (4) Masalah-masalah keuangan (financial) yang
tidak memenuhi; (5) Adanya penolakan dari kelompok tertentu atas hasil inovasi; dan (6) Kurang
adanya hubungan sosial dan publikasi.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan, bahwa guru, administrator, orang tua peserta didik, harus
berubah sikap dan perilakunya jika ada perubahan dan pembaharuan kurikulum, sehingga
perubahan dan pembaharuan itu diharakan data berhasil dengan baik (berhasil). Perubahan dan
pembaharuan kurikulum dilakukan untuk mengurangi ketidak puasan atas kurikulum atau
program yang telah ada. Agar terdapat kepuasan berbagai pihak, maka perlu diorganisasikan
masalah waktu, perbedaan pendapat dan juga kekurangan-kekurangan lainnya yang dapat
memberikan dasar pengorganisasian program/kegiatan pembaharuan dan perubahan kurikulum
tersebut lebih baik.
Sebagaimana diketahui guru adalah pelaksana sentral atas kurikulum yang sedang dijalankan.
Oleh karena itu, agar kegiatan perubahan dan pembaharuan kurikulum itu dapat berjalan dengan
baik, pihak guru disarankan untuk mengurangi hal-hal seperti yang diungkapkan oleh Oliver
(1977) sebagai berikut:
1. Kegelisahan dan ketidakamanan
Sikap gelisah dan rasa tidak aman yang ada pada pihak guru merupakan satu faktor yang besar
pengaruhnya terhadap keberhasilan usaha perubahan dan pembaharuan kurikulum.
2. Ketidakmampuan
Rasa ketidakmampuan merupakan hambatan besar bagi usaha perubahan dan pembaharuan
kurikulum. Hal ini sangat berkaitan dengan sikap kepemimpinan pihak pembaharuan.
3. Kekurangan dana
Kurangnya dana yang tersedia merupakan hambatan yang besar bagi usaha perubahan dan
pembaharuan kurikulum; dan
4. Kekurangan waktu
Kurangnya waktu ayng dimiliki oleh guru (misalnya: kesibukan guru melakukan kegiatan lain)
akan berpengaruh besar pada keberhasilan usaha perubahan dan pembaharuan kurikulum.
Apabila proses perubahan dan pembaharuan kurikulum diharakan berhasil seperti yang
dikehendaki oleh kebanyakan pihak, maka pihak yang terkait perlu mengurangi faktor-faktor
penghambat, dan berusaha menciptakan sikap, kepercayaan, kepastian positif terhadap hasil
perubahan dan pembaharuan yang telah dilakukan.

C. Hubungan Antara Perubahan dan Pembaharuan Kurikulum


Untuk mengetahui hubungan antara perubahan dan pembaharuan (inovasi) kurikulum, perlu
diketahui bagaimana skala dan skope (jangkauan) perubahan dan inovasi kurikulum. Seperti
dikatakan, bahwa perubahan kurikulum dapat didefinisikan sebagai suatu perubahan dalam
segala aspek dalam komponen kurikulum. Hal ini berarti, perubahan kurikulum adalah istilah
yang sering diguanakn dan paling umum sifatnya. Perubahan kurikulum merupakan konsep yang
paling umum sifatnya. Perubahan kurikulum merupakan konsep yang paling umum diguanakn
dalam pengajaran atau dalam pendidikan. Perubahan kadang-kadang digunakan secara samara-
samar yang menunjuk pada perubahan secara umum dan langsung mengenai keseluruhan aspek
dalam suatu sistem, namun kadang-kadang juga digunakan secara khuss yang fungsinya untuk
menguraikan (menjelaskan) perubahan secara khsusu.
Istilah perubahan kurikulum yang diguanakan dalam skala lebih khusus, disebut “Inovasi
(pembaharuan) kurikulum”. Rentangan atau skala inovasi kurikulum dapat terjadi misalnya pada
perubahan dalam mata pelajaran atau bidan studi itu sendiri sampai kepada perubahan secara
komprehensif (misalnya pendekatan mengajar yang terintegrasi). Dalam hal ini inovasi ditandai
dengan batas yang relative jelas dan label khusus yang melekat dalam inovasi itu. Inovasi dapat
dianalisis menurut perbedaan karakteristiknya, seperti: biaya, kompleksitas, kejelasan dan
sebagainya.
Uraian di atas menunjukkan bahwa antara perubahan dan inovasi kurikulum ada suatu hubungan,
bahkan keduanya ini sering digunakan secara bergantian (interchangeable) dalam proses
perubahan kurikulum, namun keduanya masing-masing memiliki penekanan yang berbeda.
Dengan demikian dapat dikatakan, bahwa berskala relatif terbatas dalam bidang kurikulum
(perubahan dalam skala mikro), sedang perubahan kurikulum merupakan pembaharuan yang
relatif menyeluruh terhadap komponen sistem kurikulum (perubahan pada taraf makro) 2

Pelaksanaan inovasi kurikulum yang dapat mempermudah pengadopsian hasil inovasi kurikulum
tersebut memerlukan teknik dan konteks yang tepat dan menguntungkan bagi inovasi kurikulum
itu, sebab hal-hal yang berkaitan dengan masalah inovasi kurikulum yang bersifat negative akan
tidak memberi makna atau tidak menguntungkan dalam pengadopsian hasil inovasi kurikulum.
Dalam kaitan dengan hal ini, nampaknya perlu ditinjau kondisi inovasi kurikulum yang terjadi
pada tahun enam puluhan, sebagai berikut:
Pada permulaan tahun enam puluhan muncullah satu pergerakan (movement) pengembangan
kurikulum yang lebih baik bagi inovasi kurikulum. Teknik dan kontek itu seperti yang
diungkapkan oleh Unwin dan Eleese (1978), yaitu:
1. Iklim politik dan sosial yang menguntungkan bagi peningkatan penanaman (investasi) dalam
penelitian dan pengembangan pendidikan yang dirancang untuk meningkatkan perubahan-
perubahan pelaksanaan (praktek) persekolahan dewasa ini.
2. Suatu dasar keuangan yang berkembang, melengkapi sumber-sumber bagi usaha penelitian
dan pengembangan sekolah negeri dan swasta yang melebihi kemampuan maupun kepentingan
suatu kelas sekolah atau ke semua sistem sekolah.
3. Keterlibatan secara aktif dalam reformasi sekolah oleh para peserta didik dan guru dengan
mempersiapkan waktu dan usaha yang kreatif untuk pembaharuan kurikulum.
4. Pengalaman praktid dalam melaksanakan taskforce type projects dalam skala waktu tiga
sampai enam tahun dan diarahkan kepada perolehan bahan pengajaran di sekolah yang langsung
dapat digunakan.
5. Suatu model penelitian, pengembangan dan penyebaran yang menganjurkan adanya bentuk
kegiatan kea rah keberhasilan perubahan persekolahan yang dapat diramalkan.
6. Suatu rencana kerja yang mendasar untuk merencanakan kurikulum baru (Hasil pemikiran
Tyler).
7. Skematisasi tujuan pendidikan (ingat taksonomi tujuan dari Bloom dan Krathwohl).
8. Pendirian lembaga-lembaga lokal, regional dan nasional untuk pengembangan sumber dan
bahan.
9. Suatu landasan bagi pendidikan guru dan studi pendidikan di Universitas yang mampu
menghasilkan guru, peneliti dan pengembang yang terlatih.
Konsep inovasi tersebut di atas merupakan konsep yang diterima dan memungkinkan bagi usaha
perencanaan dan penerapan kurikulum dalam praktek. Perencanaan dan penerapannya
didasarkan oleh perumusan tujuan secara eksplisit dan hasil dari pelaksanaan kurikulum yang
diharapkan. Kurang berhasilnya penerapan hasil inovasi kurikulum disebabkan oleh kondisi
sekolah yang tidak memungkinkan untuk menerima dan mengasimilasikan mentalitas inovasi di
dalam kenyataan pelaksanaannya. Kedua hal ini merupakan faktor yang esensial dalam
menunjang keberhasilan pelaksanaan inovasi dan implementasi hasil inovasi kurikulum.

D. Penyebaran Inovasi Kurikulum


Sebagaimana yang dikatakan, bahwa inovasi adalah suatu gagasan atau praktek yang diterima
sebagai sesuatu yang baru dengan adopsi bagian-bagian secara potensial. Sedangkan difusi
(penyebaran) adalah proses pengembangan praktek dan gagasan melalui sisem sosial. Oleh
Karena itu, agar hasil inovasi tersebut dapat tersebar secara luas, maka pihak yang terkait dengan
kurikulum atau pendidikan dapat memperlancar jalannya proses difusi tersebut. Jalur komunikasi
dapat ditempuh baik secara formal maupun ssecara informal. Jalur komunikasi formal dapat
dilakukan dengan cara berkomunikasi antar guru, kepala sekolah, penilik sekolah serta orang
lainnya. Sedangkan yang secara informal dapat dilakukan melalui artikel-artikel yang berkanaan
dengan masalah inovasi yang akan didifusikan (disebarluaskan).
Dari usaha yang pernah dilakukan di Indonesia seperti disebutkan di atas, dalam pembahasan ini
akan diuraikan beberapa hasil inovasi dalam uraian secara singakt sebagai berikut:
1. Sekolah Menengah Pertama Terbuka (SMPT)
a. Latar Belakang
Keberhasilan progam wajib belajar tingkat sekolah dasar (bagi anak usia 7-12 tahun)
mengakibatkan kurangnya daya tampung di SMP. Sesuai dengan prinsip pemerataan dalam
pendidikan dan peningkatan taraf pendidikan masyarakat, maka pemerintah harus menyediakan
dan menambah daya tampung Sekolah Menengah Pertama.
Realisasi penyelenggaraan SD inpres mengakibatkan meledaknya lulusan SD, hal ini terjadi pada
akhir tahun 1980. Perkembangan yang amat pesat ini belum akan terkandung oleh besarnya dana
dan biaya lain yang harus disediakan oleh pemerintah untuk menampung lulusan SD yang akan
melanjutkan sekolahnya ke Sekolah Menengah Pertama.

b. Ciri dan Tujuan SMP Terbuka


Penyelenggaraan SMP Terbuka berinduk kepada SMP Negeri atau SMP Swasta yang ditunjuk.
Ciri-ciri SMP Terbuka adalah sebagai berikut:
1. Terbuka bagi peserta didik tanpa pembatasan umur dan tanpa syarat-syarat akademik,
2. Terbuka dalam memilih program belajar untuk mencapai ijazah formal, untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan jangka pendek yang bersifat praktis, incidental, dan perorangan.
3. Terbuka dalam proses belajar-mengajar, yaitu tidak selalu diselenggarakan di ruang kelas
secara tatap muka, dapat juga melalui media seperti radio, media cetak, kaset, slide, model dan
gambar-gambar.
4. Terbuka dalam keluar masuk sekolah sesuai dengan waktu yang tersedia bagi peserta didik.
5. Terbuka dalam pengelolaan sekolah, sekolah dikelola oleh pegawai negeri dan orang lain yang
diperlukan partisipsinya, misalnya pemimpin masyarakat, orang tua peserta didik dan pamong
pemerintah setempat.
Tugas utama SMP Terbuka adalah untuk memperluas kesempatan belajar (pendidikan) bagi
lulusan Sekolah Dasar atau yang sederajat, atau peserta didik SMP yang putus sekolah. Tujuan
dari SMP Terbuka adalah, agar lulusan:
1. Menjadi warga Negara yang baik sebagai manusia yang utuh, sehat, dan kuat lahir batin.
2. Menguasi hasil pendidikan umum yang merupakan kelanjutan dari pendidikan di Sekolah
Dasar.
3. Memiliki bekal untuk melanjutkan pelajarannya ke Sekolah Lanjutan Atas dan untuk terjun ke
masyarakat.
4. Meningkatkan disiplin siswa.
5. Menilai kemajuan siswa dan memantapkan hasil pelajaran dengan media (Zahara Idris, 1982).

c. Pengajar dan Tuga-tugasnya


Tenaga pengajar di SMP Terbuka terdiri atas guru Pembina dan guru pembimbing yang diambil
dari anggota masyarakat setempat yang memenuhi kriteria tertentu. Di samping itu orang tua
juga ikut mengawasi anaknya dalam belajar. Dengan demikian masing-masing guru Pembina dan
guru pembimbing memiliki tugas sebagai berikut:
1. Tugas guru Pembina antara lain, adalah:
a. Merencanakan kegiatan belajar, baik yang bersifat tatap muka, maupun kegiatan belajar dalam
pusat kegiatan belajar kelompok.
b. Memberikan petunjuk, bimbingan dan supervise kepada guru pembimbing.
c. Memberikan bimbingan perorangan kepada peserta didik.
d. Mengatur penyampaian bahan-bahan pelajaran.
e. Mengatur penggunaan fasilitas pelajaran yang diperlukan untuk pelajaran secara tatap muka.
2. Tuga guru pembimbing antara lain adalah:
a. Membantu memecahkan dan menampung, menyalurkan persoalan yang dihadapi peserta didik
secara perseorangan maupun kelomok baik yang bersifat edukatif maupun administratif.
b. Membagikan bahan-bahan pelajaran kepada peserta didik.
c. Membimbing peserta didik agar belajar dengan teratur menurut jadwal yang telah ditentukan.
d. Mencatat dan melaporkan hasil kegiatan belajar peserta didik kepada guru Pembina.

2. Pengajaran dengan Modul


a. Pengertian Modul
Menurut S. Nasution (1984), yang dimaksud dengan modul adalah suatu unit lengkap yang
berdiri sendiri atas suatu rangkaian kegiatan belajar yang disusun untuk membantu peserta didik
mencapai sejumlah tujuan yang dirumuskan secara khusus dan jelas. Menurut Saleh Muntasir
(1985), modul adalah satuan pelajaran yang tercetak, dimana pelajaran tersebut telah tersusun
dan terprogram sedemikian rupa meliputi tujuan pengajaran, informasi bahan, latihan dan riset
kegiatan praktikum, tes dasn umpan balik serta ujian, sehingga modul itu dapat mengajar sendiri.

b. Tujuan Pengajaran Modul


Di dalam pengajaran yang menggunakan modul keaktifan peserta didik dalam belajar sangat
diperlukan. Kesimulan yang dapat diajukan mengandung pengertian bahwa tujuan pengajaran
modul adalah agar :
1. Tujuan pendidikan dan pengajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.
2. Menjadikan peserta didik aktif belajar.
3. Peserta didik dapat bekerja sendiri baik dalam keadaan dibantu oleh guru ataupun tidak.
4. Peserta didik dapat mengikuti pelajaran (program pendidikan) sesuai dengan kemampuannya
masing-masing.
5. Pesrta didik dapat mengetahui hasil belajar secara berkelanjutan.

c. Prinsip Pengajaran Modul


Sebagai suatu sistem penyampaian dalam proses belajar-mengajar, modul memiliki prinsip-
prinsip pelaksanaan yang digunakan sebagai dasar implementasinya. Prinsip-prinsip yang harus
diperhatikan dalam pengajaran modul adalah:
1. Keaktifan peserta didik
2. Perbedaan individual peserta didik
3. Peserta didik harus memecahkan masalah (problem solving)
4. Continuous program (program belajar berkelanjutan)

d. Ciri-ciri Modul
Gambaran tentang modul secara tererinci dapat dilihat dengan mendasarkan pada ciri-ciri modul.
Dalam kaitan ini Mohammad Ali (1983), yang mengutip pendapat Soedijarto, mengemukakan
ciri-ciri modul, sebagai berikut:
1. Sebuah modul adalah unit pengajaran terkecil yang direncanakan dan ditulis secara sistematis
dan operasional yang terdiri atas.
a. Rumusan tujuan instruksional yang diharapkan dapat dikuasai peserta didik setelah
menyelesaikan unit pelajaran.
b. Deskripsi isi pengajaran yang harus dipelajari.
c. Daftar alat-alat pelajaran yang akan digunakan peserta didik dalam proses belajar-mengajar.
d. Kegiatan belajar harus disusun dalam bentuk:
1. Teks bacaan dan petunjuk yang harus diikuti.
2. Lembaran kerja yang berisi tugas-tugas yang harus diselesaikan dengan kegiatan yang
dilakukan sebagaimana point a.
e. Kunci lembar kerja
f. Lembar evaluasi test untuk mengukur taraf penguasaan

3. Perubahan dan Pembaharuan Struktur Program


Sejak Indonesia merdeka sampai dewasa ini telah terjadi perubahan pembaharuan kurikulum
beberapa kali. Perubahan ini meliputi perubahan (pembaharuan) kurikulum untuk jenjang
Pendidikan Dasar, Pendidikan Menengah dan Pendidikan Tinggi. Dalam kesempatan ini sebagai
contoh disajikan pembaharuan kurikulum Sekolah Dasar, sebagai berikut:
a. Padah tahun 1952, program pendidikannya dikenal dengan nama Rencana Pelajaran Terurai.
b. Pada tahun 1964, program pendidikannya dikenal dengan nama Pancawardana.
c. Pada tahun 1968, program pendidikan terbagi atas kelompok-kelompok,yaitu; kelompok
pertama tentang Pembinaan Jiwa Pancasila; Kelompok kedua tentang Pembinaan Pengetahuan,
dan kelompok ketiga tentang Pembinaan Kecakapan Khusus.
d. Pada tahun 1975, dikenal dengan Kurikulum Sekolah Dasar 1975.
e. Pada tahun 1986, dikenal Kurikulum Sekolah Dasar 1975 yang disempurnakan.
Dalam terakhir bab ini, anda akan memperoleh penjelasan tentan jenis-jenis dan tahap kegiatan
yang ditempuh dalam mengembangkan kurikulum SD, SMP dan SMA.
1. Jenis Kegiatan.
Ada 3 jenis kegiatan yang telah ditempuh dalam mengembangkan kurikulum SD, SMP, SMA
studi dokumentasi, survei, danlokakarya. 3
2. Survei
Survei ini terutama dimaksudkan untuk mengumpulkan pandangan berbagai pihak dalam
masyarakat serta lembaga-lembaga pendidikan yang lebih tinggi kualitas hasil pendidikan yang
mereka harapkan dari lulusan pendidikan dasar dan menengah.
3. Lokakarya
Atas dari hasil studi dokumentasi dan survai di atas, selanjtunya diselenggarakan lokakarya
penyusunan kurikulum SD, SMP, SMA, dari penyusunan tujuan intruksional sampai dengan
penyusunan pedoman-pedoman pelaksanaan.

E. Tahap-Tahap Dalam Mengadopsi Inovasi Kurikulum


Di muka telah dijelaskan bahwa inovasi merupakan suatu usaha pembaharuan terhadap sesuatu
yang belum atau telah ada kearah yang lebih baik.
Didalam melaksanakan inovasi kurikulum kita tidak dapat terlepas dari faktor-faktor yang terkait
dan mempengaruhinya. Dalam kaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi inovasi, Arnold
dan Goodloe (1974) mengidentifikasi sembilan faktor yang mereka rasa ada dalam masalah
inovasi, yaitu:
1. Inovasi sebagai jawaban terhadap kebutuhan atau masalah pendidikan yang diakui secara
lokal.
2. Hubungan antara inovasi dengan masalahnya harus dikenali secara jelas oleh administrator,
guru, badan pembuat keputusan dan orang yang terkait (orang tua peserta didik).
3. Inovasi merupakan suatu jawaban yang tepat terhadap masalah yang dikemukakan.
4. Sekolah setempat harus membuat dan melakukan inventarisasi yang berarti tentang sumber
dalam proyek itu.
5. Staf sekolah harus memahami tentang rasional program inovatif dan harus mempersiapkannya
secara memadai agar dapat menyelesaikan tugas dengan berhasil.
6. Pelayanan pelengkap yang memadai membantu dalam kelas selama tahap permulaan.
7. Kriteria evaluasi yang memadai bagi inovasi yang diterapkan selama program dilaksanakan
sampai diperoleh kesimpulannya.
8. Progam inovasi dimulai dari skala yang dapat dijangkau atau dikelola.
9. Pemimpin program yang cakap dan yang secara relative tetap tidak dapat diganti selama
periode penerapan (implementasi).

Kesembilan faktor di atas hendaknya dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi pihak yang
terkait dalam usaha inovasi kurikulum. Salah satu acuan kita dalam mengadakan inovasi termuat
dalam The Austin Project, yang didalamnya berisi tahap-tahap dalam pelaksanaan usaha inovasi,
yaitu:
1. Eksplorasi
2. Antisipasi
3. Penanganan (Management)
4. Adaptasi (Penyesuaian)
5. Kerjasama (Collaboration)
6. Perhitungan (Extrapolation)

Peran Agen Pembaharuan dalam Implementasi Inovasi Kurikulum


Kedudukan agen pembaharu (helper) dalam proses inovasi dan difusinya (hasil inovasi) menurut
Havellock yang dikutip oleh Oliver (1977) dikatakan, bahwa ada empat cara dasar dalam
kaitannya dengan fungsi agen pembaharu, yaitu:
1. Sebagai katalisator (a catalyst)
2. Sebagai pemberi pemecahan ( a solution giver)
3. Sebagai pembantu dalam proses (a process helper), dan
4. Sebagai penghubung sumber (a source linker)
Dengan melihat bahwa fungsi agen pembaharu adalah sebagai a process helper, Havellock
menggariskan enam langkah dalam mengembangkan (mengubah) pendidikan pada saat ini untuk
masa depan, yaitu:
Langkah 1 : Membangun hubungan antara agen pembaharu dengan klien.
Langkah 2 : Mendiagnosa masalah.
Langkah 3 : Mendapatkan sumber yang relevan
Langkah 4 : Memilih cara pemecahan
Langkah 5 : Mencari/memperoleh dukungan
Langkah 6 : Menstabilkan inovasi dan menghasilkan pembaharu sendiri.

F. Pengambilan Keputusan Dalam Inovasi Kurikulum


Penerimaan atau penolakan hasil inovasi tergantung pada keputusan yang diambil, apalagi jika
keputusan tersebut berkaitan dengan pelaksanaan program organisasi ataupun juga dalam
melaksanakan kurikulum. Pengambilan keputusan dalam inovasi kurikulum yang tepat akan
sangat besar pengaruhnya bagi keberhasilan inovasi itu.
Manakah yang tergolong dalam pengambilan keputusan inovatif dan mana yang tidak? Menurut
Ibrahim (1989) ada perbedaan antara pengambilan keputusan inovatif dan pengambilan
keputusan tidak inovatif. Menurutnya, pada umumnya pengambilan keputusan yang inovatif
melalui empat langkah, yaitu:
1. Tersedianya berbagai alternative tentang kegiatan yang harus dilakukan atau berbagai tindakan
yang harus diambil.
2. Tersedianya serangkaian konsekuensi dari setiap alternatif kegiatan atau tindakan yang akan
diambil atau dipilih.
3. Menyusun suatu urutan atau ranking konsekuensi dari setiap alterntif, berdasarkan
kemanfaatannya bagi suatu pihak.
4. Memilih salah satu alternatif yang paling menguntungkan dan paling mudah dilaksanakan.

KESIMPULAN

Perubahan kurikulum adalah suatu usaha yang disengaja. Perubahan kurikulum terjadi karena
adanya perbedaan dalam satu komponen kurikulum atau lebih dalam dua periode waktu tertentu,
dan inovasi kurikulum adalah suatu gagasan atau praktek kurikulum baru dengan mengadopsi
bagian yang potensi dari kurikulum tersebut dengan tujuan untuk memecahkan masalah atau
mencapai tujuan tertentu. Hubungan antara perubahan dan pembaharuan kurikulum, hubungan
keduanya ini sering digunakan secara bergantian (interchangade) dalam proses perubahan
kurikulum namun keduanya masing-masing memiliki penekanan yang berbeda.
Teknik dan konteks yang menguntungkan bagi inovasi kurikulum adalah iklim politik dan sosial
yang menguntungkan bagi peningkatan penanaman (investasi), suatu dasar keuangan yang
berkembang, melengkapi sumber-sumber bagi usaha penelitian. Selain itu, terdapat penyebaran
inovasi kurikulum dapat tersebar secara luas oleh pihak yang terkait dengan kurikulum. Di dalam
inovasi kurikulum terdapat beberapa taha-tahap dalam mengadopsi inovasi kurikulum yaitu
Eksplorasi, Antisipasi, penanganan (Management), adaptasi (penyesuaian), kerjasama
(collaboration), dan perhitungan (Ekstrapolation), dan terdapat beberapa alternatif tentang
kegiatan yang harus dilakukan, dan tersedianya serangkaian konsekuansi.

KATA PENGANTAR

Alhamdulilah segala puji bagi Allah SWT, yang sensantiasa memberikan taufik dan hidayahnya
kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Konsep
pemaharuan dalam inovasi dan implementasi manajemen kurikulum ”.
Pembuatan makalah ini ditunjukan guna memenuhi tugas kelompok mata kuliah manajemen
kurikulum. Kami sadar pada penyusunan makalah ini masih banyak terdapat kekurangannya,
untuk itu kami membuka tangan untuk menerima kritikan dan saran yang sifatnya membangun
dari berbagai pihak guna penyempurnaan makalah ini.
Dalam kesempatan ini tak lupa kami sampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan kepada kami untuk
menyelesaikan makalah ini.
Semoga Allah SWT, melimpahkan rahmatnya atas segala kebaikan yang telah membantu dan
mendukung kami dalam penyelesaian makalah ini, dan dapat balasan dari Allah SWT. Semoga
pembuatan makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan khususnya kepada diri sendiri.
Akhirnya penulis serahkan segala sesuatunya pada Allah SWT, semoga amal ibadah semua
diterima dan mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT. Amin.

Pandeglang, November 2010

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Beberapa Petunjuk Tentang Proses Perubahan Kurikulum 3
C. Hubungan Antara Perubahan dan Pembaharuan Kurikulum 8
D. Penyebaran Inovasi Kurikulum 11
E. Tahap-Tahap Dalam Mengadopsi Inovasi Kurikulum 17
F. Pengambilan Keputusan Dalam Inovasi Kurikulum 18

KESIMPULAN 20
DAFTAR PUSTAKA

Nasution, Asas-asas Kurikulum, Jakarta: Bumio Aksara, 1995


Subandijah, Pengembangan dan Inovasi Kurikulum, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada 1996.
Wasty Soemanto, Pembina dan Pengembangan Kurikulum, Jakarta : Bumi Aksara, 1993.

http://mochammadirfan99.blogspot.com/2010/12/makalah-tentang-
kurikulum.html?zx=f78d88239bf996d0
DAFTAR PUSTAKA
Hamallik, Oemar. 2009. Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum. Jakarta : PT Remja
Rosdakarya.
Sanjaya, Wina. 2009. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta :Kencana Prenada Media
Group.
Kompas.com

Anda mungkin juga menyukai