Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2017 diperkirakan lebih baik dibanding tahun
sebelumnya. Perkiraan ini mempertimbangkan potensi dan berbagai risiko ekonomi baik yang
berasal dari eksternal maupun domestik. Perekonomian global yang diperkirakan membaik di
tahun 2017 diharapkan mampu mendukung kinerja perekonomian nasional. Meskipun
demikian, perbaikan tersebut menghadapi sejumlah risiko seperti perkiraan penurunan
kinerja ekonomi Tiongkok, adanya ketidakpastian ekonomi Eropa yang sedang melakukan
penyesuaian terhadap Brexit, dan risiko stabilitas akibat perubahan arah kebijakan ekonomi
AS setelah pemilihan umum Presiden.
Dari sisi domestik, perkiraan perbaikan kinerja ekonomi nasional dalam tahun 2017 didukung
oleh membaiknya konsumsi rumah tangga sejalan dengan inflasi yang relatif stabil terutama
harga barang kebutuhan pokok. Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) juga diperkirakan
tetap memiliki kinerja cukup baik yang didorong oleh keberlanjutan pembangunan
infrastruktur yang diharapkan mampu meningkatkan daya saing dan penguatan konektivitas
nasional. Selain itu, kebijakan amnesti pajak diharapkan juga mampu mendorong investasi di
sektor riil melalui penguatan likuiditas dari hasil repatriasi dana yang ada di luar negeri. Seiring
membaiknya perekonomian global, kinerja perdagangan internasional juga diharapkan
mengalami perbaikan.
Dari sisi sektoral, pertumbuhan sektor industri pengolahan sebagai penyumbang terbesar
dalam perekonomian juga diperkirakan menunjukkan penguatan yang salah satunya
dipengaruhi oleh perbaikan ekonomi dan arah kebijakan ekspor terhadap produk bernilai
tambah tinggi. Komitmen Pemerintah dalam pembangunan infrastruktur diperkirakan juga
tetap mendorong kinerja pertumbuhan sektor konstruksi, transportasi, dan pergudangan.
Selain itu, sektor keuangan juga diperkirakan meningkat sejalan dengan peningkatan arus
dana dari kebijakan amnesti pajak.
Oleh karena itu, dengan mempertimbangkan perkembangan terkini perekonomian global dan
domestik, kebijakan yang diambil pemerintah, serta potensi dan risiko ke depan, maka
pertumbuhan ekonomi tahun 2017 diperkirakan sebesar 5,3 persen. Perkiraan ini lebih baik
dibanding proyeksi realisasi pertumbuhan ekonomi tahun 2016 sebesar 5,2 persen.
TABEL I
OUTLOOK PERTUMBUHAN PDB PENGELUARAN
DAN LAPANGAN USAHA 2017
(persen, yoy)
2017*
Pertumbuhan Ekonomi 5,3
Sisi Pengeluaran
Konsumsi Rumah Tangga** 5,1
Konsumsi Pemerintah 5,4
PMTB 6,4
Ekspor Barang dan Jasa 1,1
Impor Barang dan Jasa 2,2
Sektor Lapangan Usaha
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 3,9
Pertambangan dan Penggalian 0,1
Industri Pengolahan 5,4
Pengadaan Listrik dan Gas 3,8
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah, dan Daur Ulang 7,3
Konstruksi 8,1
Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 3,8
Transportasi dan Pergudangan 7,1
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 5,5
Informasi dan Komunikasi 10,6
Jasa Keuangan dan Asuransi 8,9
Real Estate 5,7
Jasa Perusahaan 8,5
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 5,4
Jasa Pendidikan 8,3
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 8,4
Jasa Lainnya 8,4
* Perkiraan
** Termasuk LNPRT
Sumber: Bappenas dan Kemenkeu
Inflasi
Kondisi perekonomian global menjadi salah satu faktor yang memengaruhi laju inflasi di tahun
2017. Harga komoditas energi, terutama minyak mentah dan dinamika pergerakan nilai tukar
dolar AS terhadap mata uang dunia, termasuk Rupiah, yang secara keseluruhan diperkirakan
masih memberikan kontribusi pada level moderat terhadap pergerakan laju inflasi 2017.
Sementara itu dari sisi internal, beberapa faktor yang diperkirakan memberikan tekanan
terhadap laju inflasi, antara lain komponen administered price, faktor iklim, dan pengaruh
musiman seperti panen, tahun ajaran baru, dan Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN).
Salah satu upaya yang dilakukan Pemerintah dalam menjaga tingkat inflasi berupa kebijakan
memitigasi adanya gejolak harga pangan dan energi domestik yang dilaksanakan melalui
strategi pengendalian baik dari sisi produksi, distribusi, maupun konsumsi. Selain itu,
Pemerintah juga telah mengalokasikan anggaran guna stabilisasi harga pangan serta dana
cadangan beras pemerintah yang dapat dimanfaatkan pada saat terjadi kelangkaan barang
dan gejolak harga melalui programprogram, seperti operasi pasar dan penyediaan bahan
pangan pokok dengan harga terjangkau.
Suku Bunga SPN 3 Bulan
Suku bunga SPN 3 bulan pada tahun 2017 diperkirakan masih dipengaruhi berbagai faktor
eksternal antara lain keberlangsungan normalisasi kebijakan moneter AS (risiko kenaikan
suku bunga The Fed fund rate/FFR), perlambatan ekonomi Tiongkok, serta pelonggaran
kebijakan moneter oleh bank sentral di kawasan Eropa dan Jepang yang masih berlangsung.
Faktor lain yang perlu diperhatikan adalah keluarnya Inggris dari Uni Eropa (Brexit). Brexit
menyebabkan diperlukannya penyesuaian kebijakan di beberapa negara maju lainnya yang
tidak dapat diselesaikan dalam jangka pendek. Kondisi tersebut akan menimbulkan
ketidakpastian di pasar keuangan global sehingga menimbulkan peluang yang lebih tinggi
terhadap arus modal untuk masuk ke negara emerging market termasuk Indonesia.
Dari sisi domestik, faktor-faktor yang mempengaruhi pergerakan suku bunga SPN 3 bulan
adalah kinerja perekonomian nasional yang relatif lebih baik dibandingkan negara lainnya di
kawasan regional, laju inflasi yang terkendali, dan berlakunya UU Pengampunan Pajak.
Dengan terkendalinya laju inflasi, ruang pelonggaran kebijakan moneter dan makroprudensial
semakin besar. Sementara kebijakan pengampunan pajak diperkirakan meningkatkan aliran
modal masuk ke domestik karena mewajibkan untuk investasi dari dana-dana hasil repatriasi
minimal 3 tahun ke instrumen keuangan maupun sektor riil.
TABEL II
OUTLOOK PERTUMBUHAN PDB PENGELUARAN
DAN LAPANGAN USAHA 2017
(persen, yoy)
2018*
Pertumbuhan Ekonomi 5,4
Penggunaan
Konsumsi Rumah Tangga dan LNPRT 5,1
Konsumsi Pemerintah 3,8
PMTB 6,3
Ekspor Barang dan Jasa 5,1
Impor Barang dan Jasa 4,5
Lapangan Usaha
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 3,7
Pertambangan dan Penggalian 1,0
Industri Pengolahan 4,9
Pengadaan Listrik dan Gas 5,7
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah, dan Daur Ulang 5,4
Konstruksi 6,9
Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 5,7
Transportasi dan Pergudangan 8,3
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 5,4
Informasi dan Komunikasi 11,0
Jasa Keuangan dan Asuransi 9,4
Real Estate 5,4
Jasa Perusahaan 7,6
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 4,0
Jasa Pendidikan 4,4
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 5,7
Jasa Lainnya 8,2
* Perkiraan
** Termasuk LNPRT
Sumber: Bappenas dan Kemenkeu
Inflasi
Program-program pengendalian inflasi yang telah dijalankan dalam beberapa tahun
terakhir telah menunjukkan hasil yang cukup baik. Hal ini antara lain tercermin dari
semakin rendah dan terkendalinya laju inflasi umum dan inflasi inti yang merupakan
komponen utama pembentuk Indeks Harga Konsumen (IHK). Laju inflasi volatile food
semakin dapat dikendalikan meskipun dalam beberapa tahun terakhir menunjukkan
gejolak yang cukup besar. Keberhasilan langkah-langkah yang telah dijalankan menjadi
dasar penyusunan dan perbaikan program kebijakan pengendalian inflasi ke depan.
Pada tahun 2018, perkembangan perekonomian global diperkirakan cukup berpengaruh
pada pergerakan laju inflasi. Secara keseluruhan harga komoditas internasional dan
pergerakan nilai tukar Rupiah terhadap dolar AS diperkirakan memberikan kontribusi pada
level yang moderat dalam perkembangan laju inflasi sepanjang tahun 2018.
Sementara dari sisi domestik, faktor yang diperkirakan cukup berpengaruh terhadap laju
inflasi, antara lain faktor musiman seperti panen, tahun ajaran baru, serta Hari Besar
Keagamaan Nasional (HBKN). Dampak dari fluktuasi harga akibat HBKN, panen, atau faktor
musiman lainnya dapat menekan laju inflasi komponen volatile food. Akan tetapi,
pembangunan dan perbaikan infrastruktur yang mendukung produktivitas pangan dan
konektivitas akan memperkuat sisi penawaran dan distribusi.