Latar belakang
Masyarakat Indonesia sejak dulu sudah dikenal sangat heterogen dalam berbagai
aspek, seperti adanya keberagaman suku bangsa, agama, bahasa, adat istiadat dan sebagainya.
Di lain pihak, perkembangan dunia yang sangat pesat saat ini dengan mobilitas dan dinamika
yang sangat tinggi, telah menyebabkan dunia menuju ke arah “desa dunia” (global village)
yang hampir tidak memilik batas-batas lagi sebagai akibat dari perkembangan teknologi
modern, khususnya teknologi komunikasi. Dengan teknologi komunikasi interaksi dan
pertukaran informasi menjadi mudah dan cepat. Kendala geografis sudah tidak menjadi
persoalan. Setiap orang dengan mudah mangakses informasi yang asalnya dari berbagai
tempat di berbagai belahan dunia. Bersamaan dengan pertukaran informasi tersebut, terjadi
pula proses pertukaran nilai-nilai sosial budaya.
Oleh karenanya masyarakat (dalam arti luas) harus sudah siap menghadapai situasi-
situasi baru dalam konteks keberagaman kebudayaan. Interksi dan komunikasi akan
melibatkan orang-orang dari berbagai latar belakang sosial budaya. Dalam komunikasi
dengan konteks keberagaman latar belakang sosial budaya, kerap kali menemui masalah atau
hambatan-hambatan yang tidak diharapkan sebelumnya. Misalnya saja dalam penggunaan
bahasa, lambang-lambang, nilai atau norma-norma masyarakat dan lain sebagainya. Karena
dalam kebanyakan situasi, para pelaku interaksi antarbudaya tidak menggunakan bahasa yang
sama. Sebuah kata yang bunyinya sama, bisa jadi berbeda maknanya. Sedangkan syarat untuk
terjalinnya hubungan itu tentu saja harus ada saling pengertian dan pertukaran informasi atau
makna antara satu dengan yang lainnya
Dalam kehidupan sehari-hari komunikasi sosial budaya merupakan jenis komunikasi
yang sangat dominan, frekuensi terjadinya sangat tinggi, karena peluang berinteraksi dengan
orang yang berasal dari latar belakang sosial dan budaya memang sangat besar. Komunikasi
antara orang yang berbeda usia, jenis kelamin, status sosial ekonomi, dan sebagainya akan
selalu terjadi.
Untuk membangun sebuah komunikasi yang efektif, Anda harus tahu, Apa tujuan komunikasi
Anda. Apakah Anda berkomunikasi untuk sekadar memberikan sambutan atau memang Anda
diharuskan menjadi pembicara untuk membahas suatu materi.
2. Mengenali Komunikan (audience)
Langkah kedua untuk membangun sebuah komunikasi yang efektif adalah Anda harus
mengenali betul siapa dan bagaimana audience yang dihadapi. Carilah informasi mengenai
latar belakang mereka (usia, pekerjaan, status marital, dan lain-lain). Cari juga tahu juga
berapa orang audience yang akan hadapi.
3. Menyampaikan Pesan dengan Jelas
Langkah yang ketiga ini merupakan hal dasar yang harus dilakukan untuk membangun
sebuah komunikasi yang efektif. Ya, hal ini berkaitan langsung dengan prinsip komunikasi
audible. Bagaimana mungkin tercipta sebuah komunikasi yang efektif jika cara penyampaian
pesan pun tidaklah jelas. Untuk meningkatkan kemampuan menyampaikan pesan sering-
seringlah berlatih sendiri di depan cermin. Perbaiki juga suara Anda dengan latihan olah
vokal.
4. Menggunakan Alat Bantu yang Baik
haal lain yang tidak boleh dilupakan ketika hendak membangun sebuah komunikasi yang
efektif dalam forum resmi adalah penggunaan alat bantu.Periksa alat bantu/media yang akan
Anda gunakan. Pastikan Anda menggunakan alat bantu yang tidak rusak. Hal ini akan
mengganggu jalannya komunikasi.
5. Memusatkan Perhatian
Dalam memusatkan perhatian ada dua hal yang harus Anda perhatikan. Pertama, Anda harus
memusatkan perhatian kepada audience. Komunikator yang baik harus bisa menatap mata
lawan bicaranya. Tentunya dengan dengan maksud untuk menunjukkan bahwa Anda
memperhatikan dan menghargai mereka.
Kedua, adalah bagaimana agar Anda juga diperhatikan lawan bicara. Jika audience atau
lawan bicara tidak memperhatikan Anda, maka pastinya apa yang Anda sampaikan tidak
akan diteria oleh audience. Jika Anda melihat ada audience atau lawan bicara yang tidak
memperhatikan Anda, cobalah untuk sesekali menyapa atau menyebut namanya. Ada banyak
cara agar audience mau memperhatikan Anda.
6. Menghindari Gangguan Komunikasi
Pastikan Anda dan komunikan aman dari sumber-sumber yang dapat menimbulkan gangguan
komunikasi. Berbagai gangguan komunikasi itu bisa berupa alat bantu yang rusak, suara
bising, lalu-lalang orang atau kendaraan, bisa juga karena ada aroma bau yang tidak sedap,
dan lain-lain.
7. Membuat Suasana yang Menyenangkan
Semakin Anda pandai membuat suasana yang menyenangkan, maka audiene pun akan
semakin tertarik untuk menerima pembicaraan Anda. Gunakan sesekali humor atau cerita-
cerita lucu yang bisa membuat audience tertawa. Sering-seringlah tersenyum dan sampaikan
komunikasi dengan wajah yang ceria dan sikap yang akrab.
8. Menggunakan Bahasa Tubuh (body languange) yang Benar
Hati-hati dengan bahasa tubuh. Terutama ketika Anda menghadapi audience yang bersifat
visual. Gerak-gerik Anda akan sangat diperhatikan. Jangan pula Anda mematung ketika
berbicara. Gunakanlah/gerakanlah kedua tangannya, kaki dan anggota tubuh yang lain sesuai
dengan isi pembicaraan Anda.
Indikator keberhasilan
Komunikasi merupakan sesuatu yang sulit diukur dalam numerik atau skala tertentu, hal ini
dikarenakan cara orang menerima ataupun mengirim informasi berbeda-beda dan sesuai
dengan karakteristik manusia yang tiap orang itu unik dalam cara berpikir dan memberikan
sudut pandang atau respon terhadap sesuatu.
Namun, kecenderungan keberhasilan dapat diukur, salah satu faktor yang bersifat umum
adalah efektif. Komunikasi dapat dikatakan berhasil apabila telah efektif. Ini kemudian
menjadi sebuah harapan semua orang untuk mampu mengkomunikasikan ataupun menerima
informasi dengan lebih baik. dengan komunikasi efektif tersebut, pihak-pihak didalamnya
akan memperoleh manfaat sesuai yang diinginkan.
Komunikasi efektif dilihat dari seberapa besar effort yang dilakukan untuk mengurangi noises
atau ganggguan-gangguan dalam berkomunikasi. Ada beberapa faktor yang menentukan
komunikasi berhasil, hal ini dikemukakan Suranto (2012 : 15), diantaranya :
1) Faktor keberhasilan komunikasi dilihat dari sudut komunikator
a. Kredibilitas, artinya adalah kewibaan seorang komunikator dihadapan komunikan.
Pesan yang disampaikan oleh seorang komunikator kredibilitasnya tinggi akan
lebih banyak memberi pengaruh terhadap penerima pesan.
b. Daya tarik, ialah daya tarik fisik maupun non fisik. Adanya daya tarik ini akan
mengandung simpati para penerima pesan komunikasi.
c. Kemampuan intelektual: ialah tingkat kecapakan, kecerdasan, dan keahlian
seorang komunikator. Kemampuan intelektual itu diperlukan seorang
komunikator, terutama dalam hal menganalisis suatu kondisi sehingga bisa
mewujudkan cara komunikasi yang sesuai.
d. Integritas atau keterpaduan sikap dan perilaku dalam aktivitas tempat kerja sehari-
hari. Komunikator yang memiliki keterpaduan, kesesuaian antara ucapan dan
tindakannya akan lebih disegani oleh komunikan.
e. Kepercayaan
f. Kepekaan sosial
g. Kematangan tingkat emosional
h. Beriorientasi pada kondisi psikologis komunikan,
i. Komunikan harus bersikap supel, ramah, dan tegas.
j. Komunikator harus mampu menyesuaikan diri dengan masyarakat dimana dia
bicara
2) Faktor keberhasilan komunikasi dilihat dari sudut komunikan
a. Komunikan yang cakap akan mudah menerima dan mecerna materi yang
diberikan oleh komunikator
b. Komunikan yang mempunyai pengetahuan yang luas akan cepet menerima
informasi yang berikan komunikator
c. Komunikan harus bersikap ramah, supel dan pandai bergaul agar tercipta proses
komunikasi yang lancar
d. Komunikan bersikap bersahabat dengan komunikator
3) Faktor keberhasilan komunikasi dilihat dari sudut pesan
a. Pesan komunikasi perlu dirancang dan disampaikan sedemikian rupa sehingga
dapat menumbuhkan perhatian komunikan
b. Lambang-lambang yang dipergunakan harus benar-benar dapat dipahami oleh
kedua belah pihak, yaitu komunikator dan komunikan
c. Pesan-pesan tersebut disampaikan secara jelas dan sesuai dengan kondisi maupun
situasi setempat
d. Tidak menimbulkan multi interprestasi atau penafsiran yang berlainan.
Penilaian Keberhasilan
Model konvergensi merupakan strategi yang dapat dilakukan dalam konteks organisasi yang
bersifat multibudaya. Penilaian yang dilakukan memang secara skala tidak dapat dilakukan
dengan numerik, namun tingkat keberhasilan dapat diukur dalam psikologis seseorang yang
berkomunikasi menggunakan model konvergensi tersebut. Langkah yang ditempuh untuk
menilai hal tersebut adalah dengan wawancara yang berkaitan dengan psikologis sebelum dan
setelah melakukan komunikasi dan angket berupa pernyataan dan pertanyaan sesuai indikator
yang telah ditetapkan.