Tarekh Tasyri’
Tentang
Periode Pembangunan Mazhab: Kondisi Sosial dan Politik, Alasan
Berdirinya Mazhab, Serta Ulama Mazhab Termasyhur dan Karyanya
Dosen pengampu:
M. Rhazes Adiasa, S.HI, M,A.HK
Puji dan syukur dengan hati dan pikiran yang tulus penulis panjatkan ke
hadirat Allah SWT. Karena berkat nikmat dan hidayah-Nya, makalah ini dapat
penulis selesaikan dengan sesuai waktu yang telah ditetapkan. Shalawat dan salam
penulis haturkan kepada Nabi Muhammad SAW. Beserta keluarga dan sahabatnya
yang setia mengorbankan jiwa raga dan lainnya untuk tegaknya syari’at Islam,
yang pengaruh dan manfaatnya hingga kini masih terasa.
Selanjutnya makalah ini penulis buat sebagai untuk menunjang tugas mata
kuliah Tarikh Tasyri’ yang dibimbing oleh Bapak M. Rhazes Adiasa, S.HI,
M,A.HK. Penulis sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan agar makalah
selanjutnya dapat menjadi lebih baik lagi.
Akhir kata penulis berharap makalah ini dapat memberikan wawasan dan
pengetahuan kepada para pembaca pada umumnya dan pula khususnya. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat dalam kehidupan kita sehari-hari.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................. 1
C. Tujuan Penulisan ................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Mazhab ................................................................................................. 3
B. Kondisi Sosial Politik dan Sejarah Singkat terbentuknya Mazhab ........................ 4
C. Alasan didirikannya Mazhab.................................................................................. 7
D. Ulama Yang Termasyhur dan Karyanya ................................................................ 9
1. Imam Abu Hanifah.............................................................................................. 9
2. Imam Malik......................................................................................................... 11
3. Imam Syafi’i........................................................................................................ 13
4. Imam Ahmad....................................................................................................... 16
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................................................. 18
B. Saran ...................................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembinaan hukum Islam seperti yang telah kita pelajari bersama telah
mengalami beberapa fase periode. Dimulai pada zaman Nabi hingga
sekarang. Nabi telah meletakkan dasar hukum yang dipegang teguh oleh
para sahabat. Ketika beliau wafat, tradisi keilmuan yang berkenaan dnegan
hukum Islam diteruskan oleh para sahabat beliau. Tentu sebagai
konsekuensinya lapangan ijtihad semakin meluas bersamaan dengan
meluasnya wilayah kekuasaan Islam. Selama periode Nabi tersebut, wahyu
Allah dan Sunnah Rasulullah ditetapkan sebagai satu-satunya sumber
hukum Islam.
Dalam tahap berikutnya, pada masa Khulafaur Rasyidin, prinsip-
prinsip ijma’ dalam fiqih mulai dikembangkan, dan ijtihad menjadi prinsip
independen dari fiqih yang bernama qiyas. Madzhab pada periode tersebut
pada dasarnya merupakan madzhab masing-masing khalifah, sebab
keputusan akhir dalam permasalahan hukum berada ditangan mereka.
Selanjutnya pada periode awal dari Dinasti Umayyah
memperlihatkan adanya pembagian ulama fiqih kedalam dua madzhab
utama dalam hal kaitannya dengan ijtihad yaitu; ahlul –ra’yu dan ahlul-
hadits.
Setelah kekuasaan Umayyah berakhir, pemerintahan Islam
selanjutnya dipegang oleh Dinasti Abbasyiah. Berbeda dengan periode
sebelumnya yang ditandai dengan perluasan wilayah, periode ini ditandai
dengan perkembangan ilmu pengetahuan yang pengaruhnya masih dapat
dibuktikan sampai saat ini.
Periode ini, dalam sejarah hukum Islam dikenal sebagai fase atau zaman
keemasan. Adapun beberapa faktor yang mendorong perkembangan
hukum Islam pada periode ini beberapa diantaranya; pendirian dan
perkembangan madzhab, berikut kami akan menjelaskannya dalam
pembahasan makalah kami yang berjudul “Periode Pembangunan Mazhab:
1
Kondisi Sosial dan Politik, Alasan Berdirinya Mazhab, Serta Ulama
Mazhab Termasyhur dan Karyanya “
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Mazhab?
2. Bagaimana Kondisi Sosial Politik dan Sejarah Singkat terbentuknya
Mazhab?
3. Apa alasan didirikannya Mazhab?
4. Siapa Ulama Yang Termasyhur dan Karyanya apasaja?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian Mazhab.
2. Untuk mengetahui Kondisi Sosial Politik dan Sejarah Singkat
terbentuknya Mazhab.
3. Untuk mengetahui alasan didirikannya Mazhab.
4. Untuk mengetahui Ulama Yang Termasyhur dan Karyanya.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Mazhab
Secara terminologis, dalam kamus al-Munjid Fi al-Lughah wa al-
‘Alam, karya Luis Ma’luf, kata mazhab memiliki dua pengertian: pertama,
kata mazhab berasal dari kata dzaba-ydzhabu-dzuban-wa mazdzzhaban
yang memilki arti telah berjalan, telah berlalu, telah mati. Kedua, kata
mazhab memiliki arti sesuatu yang diikuti dalam berbagai masalah
disebabkan adanya pemikiran.
Adapun pengertian mazhab menurut terminologis,
1. Wahbah Al Zuhaili dalam bukunya Al fiqih Al Islami wa Adillatuhu
memberikan definisi mazhab adalah segala hukum yang mengandung
berbagai masalah, baik dilihat dari aspek metode yang mengantarkan
pada kehidupan secara keseluruhan maupun aspek hukum sebagai
pedoman hidup.
2. Qadri Azizy memberikan definisi mazhab ialah mengikuti mazhab
tertentu dalam sistem pengambilan hukum Islam atau fiqih dari
mazhab fi aqwal (pendapat) menuju pengembangan mazhab almanhaj
(metodologi).
3. A. Djazuli ( guru besar fakultas syariah UIN Sunan Gunung Djati
Bandung), menyebut mazhab sebagai aliran aliran dalam fiqih yang
diawali dari perbedaan penggunaan metode berakibat pada perbedaan
pendapat yang hasilnya terbentuk kelompok pendukung (murid Imam)
sebagai penerus imamnya dan selanjutnya berkembang menjadi
mazhab tertentu.
4. Menurut M. Husain Abdullah, madzhab adalah kumpulan pendapat
mujtahid yang berupa hukum-hukum Islam, yang digali dari dalil-dalil
syariat yang rinci serta berbagai kaidah (qawa’id) dan landasan
3
(ushul) yang mendasari pendapat tersebut, yang saling terkait satu
sama lain sehingga menjadi satu kesatuan yang utuh.1
Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksud dengan mazhab adalah pokok pikiran atau dasar yang digunakan
oleh Imam mujtahid dalam memecahkan masalah; atau mengistinbathkan
hukum Islam. Disini bisa disimpulkan pula bahwa mazhab mencakup; (1)
sekumpulan hukum-hukum Islam yang digali seorang imam mujtahid; (2)
ushul fiqh yang menjadi jalan (thariq) yang ditempuh mujtahid itu untuk
menggali hukum-hukum Islam dari dalil-dalilnya yang rinci.
1
Panji Adam, Hukum Islam Sejarah Perkembangan dan Implementasi di
Indonesia,(Jakarta : Perpustakaan Nasional RI, 2020), h. 168-169
4
menggantikan peran ilmu Ushul fiqih dalam memahami istilah-istilah
kefiqihan.
Namun jika dilihat dari perspektif ijtihad dan segala
problematikanya, maka abad ini dianggap sebagai masa kejumudan
pemikiran teori-teori yurisprudensi Islam, dan ketutupan yang
semuanya telah terkodifikasi dalam karya-karya fikih mazhab yang
kaku dan final. Beragam aliran mazhab fiqih yang berijtihad secara
mutlak, dan dikatakan bahwa jumlahnya sekitar lima ratus mazhab.
Namun yang tetap eksis jumlahnya hanya empat mazhab di kalangan
sunni yaitu : Hanafi Maliki Syafi’i dan Hanbali. Para ulama besar
pendiri mazhab mazhab ini tidak mengklaim dirinya sebagai pemilik
kebenaran final, akan tetapi hanya seorang mujtahid mutlak yang
independen dalam menetapkan dalil-dalil.
Sebenarnya ikhtilaf (perbedaan pendapat) telah ada di masa
sahabat. Hal ini terjadi antara lain karena perbedaan pemahaman
diantara mereka dan perbedaan Nas atau sunah yang sampai dalam
masalah hadis tidak sama juga karena perbedaan pandangan tentang
dasar penetapan hukum dan berlainan tempat dari fragmentasi sejarah.
Kemunculan mazhab-mazhab fiqih pada periode ini merupakan puncak
dari perjalanan kesejarahan tasyri’. Munculnya mazhab-mazhab itu
lahir dari perkembangan sejarah sendiri, bukan karena pengaruh hukum
Romawi sebagaimana yang dituduh oleh para orientalis.
Fenomena perkembangan tasyri pada periode ini antara lain
tumbuh suburnya kajian-kajian ilmiah, kebebasan berpendapat, dan
banyaknya fatwa-fatwa yang dimodifikasi ilmu, banyak tasyrik
memiliki keterkaitan sejarah yang panjang dan tidak dapat dipisahkan
antara satu dengan lainnya.2
2. Kondisi Politik
2
Malikhus Solekha, Pendidikan Agama Islam untuk Perguruan Tinggi, ( Yogyakarta :
Perpustakaan Nasional, 2017) h.216
5
Pengaruh peristiwa politik dengan perkembangan fikih terjadi
pada abad 2 H sejak akhir pemerintahan Bani Umayyah hingga masa
munculnya khalifah Bani Abasiyyah. Kemudian pada masa Bani
Abbasiyah ulama dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok
ulama Kuffah dan Madinah, di mana pemerintahan Bani Abasiyah
lebih mendukung pada kelompok ulama Kuffah.
Setelah itu pada abad 3 H kelompok ulama tersebut lebih
mengarah pada penokohan pribadi sebagai contoh: Mazhab Hanafi,
Maliki, Syafi’i, dan Hanbali (terkenal dengan fikih personal). Awal
abad ketiga hijriyah ini telah berkembang di masyarakat muslim lebih
dari lima ratus mazhab, namun yang mampu bertahan hanya ada
beberapa mazhab yang berkembang, di antaranya Mazhab Maliki,
Hanafi, Syafi’i, Hanbali, Zaidiyah, Imamiyah, dan Ibadiyah (Imbabi,
tt: 140). 3
Menurut Huzaemah Tahido Yanggo didalam bukunya
mengelompokkan fikih pada pada mazhab:
a. Ahl al-Sunah wa al-Jama’ah: (1) ahl al-Ra’yi dikenal dengan
Mazhab Hanafi, (2) ahl al-Hadits dikenal dengan Mazhab
Maliki, Syafi’I, dan Hanbali.
b. Syi’ah: Syiah Zaidiyah dan Syi’ah Imamiyah
c. Khawarij
d. Sedangkan Mazhab yang telah musnah yaitu: Mazhab al-Auza’I,
al-Zhahiri, al-Thabari, dan al-Laitsi.
3. Kondisi Sosial
Para penguasa awal Dinasti Abbasiyah sangat mendorong fuqaha
untuk melakukan ijtihad dalma mencari formulasi fiqh guna
menghadapi persoalan sosial yang semakin kompleks. Perhatian para
penguasa Abbasiyah terhadap fiqh misalnya dapat dilihat ketika
khalifah Harun ar-Rasyid meminta imam malik untuk mengajar kedua
3
Nafiul Lubab & Novita Pancaningrum, Mazhab : Keterkungkungan Intelektual atau
Kerangka Mrtodologis (Dinamika Hukum Islam), , Jurnal,Vol.6. No.2, Desember 2015, hal.397
6
anaknya, al-Amin dan al-Ma’mun. Disamping itu, khalifah Harun ar-
Rasyid juga meminta kepada imam Abu Yusuf untuk menyusun buku
yang mengatur masalah administrasi, keuangan, ketatanegaraan dan
pertanahan.
Imam Abu Yusuf memenuhi permintaan khalifah ini dnegan
menyusun buku yang berjudul al-Kharaj. Ketika Abu Ja’far al-Mansur
menjadi Khalifah, ia juga meminta imam Malik untuk menulis sebuah
kitab fiqh yang akan dijadikan pegangan resmi pemerintah dna lembaga
peradilan. Atas dasar inilah iamam Malik menyusun bukunya yang
berjudul al-Muwaththa’ (yang disepakati).4
4
Ibid.,hal. 399
7
stagnan, sehingga setiap permasalahan yang muncul cukup dijawab dengan
Alquran dan sunah serta fatwa sahabat bagi masalah-masalah
tertentu.daerah ini meliputi wilayah Hijaz, tepatnya Madinah yang sekaligus
merupakan pusat perbendaharaan sunnah.
Sementara daerah kedua, merupakan sebuah wilayah pergolakan
politik, budaya dan sosial, dimana permasalahan-permasalahan hukum yang
muncul tidak cukup dijawab dengan Alquran dan Sunnah, karena memang
daerah ini bukan tempat perbendaharaan tradisi nabi atau sunnah. Oleh
karena itu umat Islam dituntut untuk berijtihad dalam rangka
mengaktualisasikan hukum Islam. Dari kedua ini mencakup wilayah Irak
dan secara lebih spesifik kota Kuffah.
Benih-benih perbedaan pendapat semenjak masa sahabat, antara
yang berkecenderungan untuk menggunakan kekuatan akal dengan
berkecenderungan di teralis, pada masa tabiin menjadi semakin berkembang
dan membuahkan dua Madrasah besar di kalangan umat Islam yaitu
Madrasah ahli hadits dan Madrasah ahli ra’yi.
Secara umum, proses lahirnya mazhab paling utama adalah faktor
usaha para murid Imam mazhab yang menyebarkan dan menanamkan
pendapat para imam kepada masyarakat dan juga disebabkan adanya
pembukuan pendapat Imam mazhab sehingga memudahkan tersebarnya
pendapat tersebut di kalangan masyarakat, karena pada dasarnya, para imam
mazhab tidak mengakui atau mengklaim sebagai “mazhab”. Secara umum
mazhab berkaitan erat dengan nama Imam atau tempat.5
Ada beberapa faktor yang menyebabkan berdirinya mazhab, antara
lain:
a. Semakin meluasnya daerah kekuasaan Islam sehingga hukum Islam
pun menghadapi berbagai macam masyarakat yang berbeda-beda
tradisinya.
b. Munculnya ulama-ulama besar pendiri madzhab-madzhab fiqih yang
berusaha menyebarluaskan pemahamannya dengan mendirikan
5
Panji Adam, op.cit , h.172-173
8
pusat- pusat study tentang fiqih yang mereka namai denga Al-
Madrasah.
c. Adanya kcenderungan masyarakat Islam ketika memilih salah satu
pendapat dari ulama-ulama madzhab ketika mereka menghadapi
masalah hukum. Sehingga Kholifah merasa perlu menegakkan
hukum Islam dalam pemerintahannya.
d. Permasalahan politik, perbedaan pendapat di kalangan muslim
terdahulu dengan muslim pada zaman itu tentang acuan dalam
menyelesaikan masalah politik seperti pengangkatan kholifah, ikut
memberikan andil bagi kemunculan berbagai madzhab dalam hukum
Islam.6
9
belajar kepada ulama’ “Ahlul-Bait” seperti missal : Zaid bin Ali
Zainal ‘Abidin (79-122 H/698-740 M), Muhammad Al-Baqir ([57-
114 H/ 676-732 M]), Ja’far bin Muhammad Al-Shadiq (80-148 H/
699-765 M) serta Abdullah bin Al-Hasan. Beliau juga pernah
berjumpa dengan beberapa sahabat seperti missal : Anas bin Malik
(10 SH-93 H/ 612-712 M), Abdullah bin Abi Aufa (w. 85 H/ 704
M]) di kota Kufah, Sahal bin Sa’ad Al-Sa’idi (8 SH-88 H/ 614-697
M) di kota Madinah serta bertemu dengan Abu Al-Thufail Amir bin
Watsilah (W 110 H/729 M) di kota Makkah.
Salah satu muridnya yang terkenal adalah Muhammad bin
Al-Hassan Al-Shaibani, guru Imam Syafi’i. Melalui goresan tangan
para muridnya itu, pandangan-pandangan Imam Hanafi menyebar
luas di negeri-negeri Islam, bahkan menjadi salah satu mazhab yang
diakui oleh mayoritas umat Islam.8
8
Abas Ubaidillah, Sejarah Perkembangan Imam Mazhab, (Jakarta: Pustaka Bintang
Pelajar:2013), h.47
9
Munawar Cholil, Biografi 4 Serangkai Imam Mazhab (Jakarta: Bulan Bintang, 1995),
hal. 260
10
Jumlah kitab yang ditulis muridnya yang dijadikan pegangan pengikut
Mazhab Hanafi.Ulama Mazhab Hanafi membagi kitab-kitab itu menjadi
tiga tingkatan.
a. Tingkat masa’il Al-Ushul (masalah-masalah pokok) yaitu kitab
yang berisi masalah-masalah yang langsung diriwayatkan dari
Imam Hanafi dan sahabat-sahabatnya disebut juga zahir Al-
Riwayah yang terdiri dari enam kitab :
1) Kitab Al-Mabsud (buku yang terbentang).
2) Kitab Al-jami’ As-Saghir (Himpunan Riwayat).
3) Kitab Al-Jami’ Al-Kabir (Himpunan Lengkap).
4) Kitab As-Sair Al-Kabir (Sejarah Lengkap)
5) Kitab Az-Ziyyadah (Tambahan)10
Pada awal ke-4 Hijriah ke enam buku ini dihimpun dan disusun
menjadi satu oleh Imam Abdul Fadl Muhammad ibn Ahmad al-Marazi
dengan nama “Al-Kafi’ (yang memadai) yang kemudian diberi
penjelsan oleh Imam Muhammad ibn Muhammad ibn Sahal as-Sarkhasi
dengan nama “Al-Mabsuth” (yang menuai).
b. Tingkat Al-Masa’il An-Nawazir (masalah tentang sesuatu yang
diberikan sebagai nazar) yaitu kitab yang berisi masalah-masalah
fiqh yang diriwayatkan oleh Abu Hanifah dan sahabat-sahabatnya
dalam kitab selain zahir ar-riwayah.
c. Tingkat al-Fatawa wa al-Waqi’at (fatwa-fatwa dalam
permasalahan)yaitu kitab-kitab yang berisi masalah-masalah fiqh
yang berasal dari istinbath (pengambilan hukum dan
11
penetapannya)
10
Ibid.,
11
Ibid.,
11
kelahirannya terdapat perbedaaan riwayat. al-Yafii dalam kitabnya
Thabaqat fuqoha meriwayatkan bahwa imam malik dilahirkan pada
94 H. ibn Khalikan dan yang lain berpendapat bahawa imam Malik
dilahirkan pada 95 H. sedangkan. imam al-Dzahabi meriwayatkan
imam malik dilahirkan 90 H. Ia menyusun kitab Al Muwaththa’, dan
dalam penyusunannya ia menghabiskan waktu 40 tahun, selama
waktu itu, ia menunjukan kepada 70 ahli fiqh Madinah.
Imam Malik menerima hadits dari 900 orang (guru), 300 dari
golongan Tabi’in dan 600 dari tabi’in tabi’in, ia meriwayatkan hadits
bersumber dari Nu’main al Mujmir, Zaib bin Aslam, Nafi’, Syarik
bin Abdullah, az Zuhry, Abi az Ziyad, Sa’id al Maqburi dan Humaid
ath Thawil, muridnya yang paling akhir adalah Hudzafah as Sahmi
al Anshari.
Di antara guru beliau adalah Nafi’ bin Abi Nu’aim, Nafi’ al
Muqbiri, Na’imul Majmar, Az Zuhri, Amir bin Abdullah bin Az
Zubair, Ibnul Munkadir, Abdullah bin Dinar, dan lain-lain. Di antara
murid beliau adalah Ibnul Mubarak, Al Qoththon , Ibnu
Mahdi, Ibnu Wahb, Ibnu Qosim, Al Qo’nabi, Abdullah bin
Yusuf, Sa’id bin Manshur, Yahya bin Yahya al Andalusi, Yahya bin
Bakir, Qutaibah Abu Mush’ab, dan lain-lain.12
12
Mahmud Sirojuddin, Hukum Islam Sejarah perkembangannya, ( Jakarta : Pustaka
Lentera Iman, 2013), h.85
12
Pendapat-pendapat Imam Malik mengenai hukum Islam juga dapat
dilihat dari pendapat dan pelajaran yang disampaikan Imam Malik kepada
muridnya dalam berbagai kesempatan. Dalam hal ini dapat dilihat dalam
kita murid-murid Imam Malik di antaranya:
a. Matan al-Risalah fi al-Fiah al-Malik, oleh Abu Muhammad Abdullah
ibn Zaid.
b. Bidayatul al-ujtahid Wanihayah al-Mutasit, oleh ibn Rusyd.
c. Syarah al-Shaghir dan Syarh al-Kabir al-Barakah Sa’du oleh Ahmad
ad- Darbi.
d. Bulughah al-Salit li Aqrab al-Masalik, oleh Imam Ahmad as-Sawi.13
13
Projek Pembinaan Perguruan Tinggi Agama IAIN, Pengantar Ilmu Fiqh (Jakarta :
1981), hal. 110
14
Ahmad Hasan, Nasyatul Fiqh al_Islamiy, ( Damaskus : Dar al Hijroh,1996), hal.104
13
Ia pergi ke Madinah dan berguru fiqh kepada Imam Malik bin
Anas. Ia mengaji kitab Muwattha’ kepada Imam Malik dan menghafalnya
dalam 9 malam. Imam Syafi’i meriwayatkan hadis dari Sufyan bin
Uyainah, Fudlail bin Iyadl dan pamannya, Muhamad bin Syafi’ dan lain-
lain. Adapun Murid beliau yang paling terkenal antara lain adalah Imam
ahmad bin hanbal.15
Salah satu karya imam Syafi’i ialah Penulisan Ilmu Ushul Fiqh.
Untuk pembahasan tentang penulisan ilmu ushul fiqh pada zaman ini ini
yang ditulis oleh Imam Asy-Syafi’i. Faktor pendorong atau motivasi Imam
Asy-Syafi’i untuk menulis kitab Ar-Risalah sebagai kitab ushul fiqh
pertama adalah keprihatinan beliau ketika melihat para ulama berselisih
pendapat dalam berijtihad, cara berijtihad dan metode istinbat.16 Oleh
karenanya para ulama’ menyusun ilmu yang mereka namakan “Ushul
Fiqh”, yaitu kaidah-kaidah yang wajib diikuti oleh setiap mujtahid dalam
melakukan istinbath hukum.17
15
Abas Ubaidillah, Sejarah Perkembangan Imam Mazhab, (Jakarta: Pustaka Bintang
Pelajar:2013), h. 67
16
Rasyad Hasan Khalil, Tarikh Tasyri’, terj. Nadirsyah Hawari, (Jakarta: Amzah, 2011),
hal. 113-114
17
Ibid.,hal.395
14
Sazkin dalam pernyataannya yang secara ringkasnya bahwa kitab karya
Imam al-Syafi’i jumlahnya mencapai sekitar 113-140 kitab.18
Murid-murid Imam al-Syafi’i membagi karya Imam Syafi’i
menjadi dua bagian yaitu al-Qadim adalah kitab-kitab karyanya yang
ditulis ketika Imam syafi’i berada di Baghdad dan Mekkah, sedangkan al-
hadist adalah kitab-kitab karyanya yang ditulis ketika berada di Mesir.
Diantara Kitab yang termasuk dari hasil karyanya adalah :
a. Kitab al-Umm
Setelah Imam al-Syafi’i meninggal para muridnya mengumpulkan
beberapa pelajarannya untuk disatukan menjadi satu kitab.
Berdasarkan pernyataan Abu Thalib al-Makki orng yang telah
melakukannya adalah murid Imam Al-Syafi’i yang bernama Yusuf
bin Yahya al-Buwaithi, Sedang menurut sumber lain orang yang
melakukannya adalah muridImam Al-Syafi’i yang lain yang
bernama Ar-Rabi’ ibn Sulaiman.19
b. Kita ar-Risalah
Kitab ini menjelaskan tentang masalah ushul fiqh. Kitab ini diberi
nama Ar-Risalah karena Imam Syafi’i menulisnya untuk menjawab
surat yang berisi permintaan dari Abdurrahman ibn Mahdi. Dalam
bahasa Arab Ar-Risalah mempunyai arti surat .Ar-Risalah
merupakan kitab Ushul Fiqh yang pertama kali dikarang yang
sampai bukunya kepada generasi sekarang didalamnya diterangkan
pokok-pokok pikiran Imam Al-Syafi’i dalam menetapkan hukum.
c. Kitab al-Musnad
Dalam kitab ini disebutkan hadist Nabi SAW yang dihimpun dalam
kitab al-Umm disana dijelaskan keadaan sanad setiap hadist, yang
telah dikumpulkan Aul Abbas ibn Muhammad ibn Ya’kub al-Asham
dari karya Imam Al-Syafi’i yang lain.
d. Kitab Ikhtilaf al-Hadits
18
Syaikh Aahmad Farid, 60 Biografi Ulama Salaf, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2006),
hal. 355
19
Ibid.,i
15
Suatu kitab hadist yang menguraikan pendapat Imam al-Syafi’I
mengenai perbedaan-perbedaan yang terdapatdalam hadits.
20
Ahmad Asy-Syurbusy, Sejarah Biografi Empat Imam Mazhab, terj. Sabil Huda,
Aahmad hamadi, (Jakarta: Bumi Aakasara, 1992), hal. 269
21
M. Ali Al-Sayis, Fiqih ijtihad Pertumbuhan dan Perkembangannya,(Nasy’ah al-Fiqh
al-Ijtihadi wa Athwaruhu) terj. M.Muzamil, (Solo: Pustaka Mantiq, 1997), h.146.
16
Karya-karya Imam Ahmad bin Hambal
Imam Ahmad ibn Hanbal selain seorang ahli megajar dan ahli
mendidik, ia juga seorang pengarang. Ia mempunyai beberapa kitab yang
telah disusun dan direncanakannya, yang isinya sangat berharga bagi
masyarakat umat yang hidup sesudahnya. Di Antara kitab-kitabnya adalah
sebagai berikut:
a. Kitab al-Musnad
b. Kitab Tafsir al-Qur’an
c. Kitab al-Nasikh wa al-Mansukh
d. Kitab al-Muqaddam wa al-Muakhkhar fi al-Qur’an
e. Kitab Jawabat al-Qur’an
f. Kitab al-Tarikh
g. Kitab Manasik al-Kabir
h. Kitab Manasik al-Shaghir
i. Kitab Tha’at al-Rasul
j. Kitab al-‘Illah
k. Kitab al-Shalah22
l. Kitab al-Zuhud
m. Kitab al-Ra’du ‘Ala al-Jahmiah23
n. Kitab Hadits Syu’bah
o. Kitab Nafyu al-Tasybih
p. Kitab al-Shahabah24
22
Munawar Cholil, Op.Cit.,
23
Ibid.,
24
Ibid.,
17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Mazhab adalah pokok pikiran atau dasar yang digunakan oleh Imam
Mujtahid dalam memecahkan masalah, atau mengistinbathkan hukum
Islam. Proses lahirnya madzhab adalah usaha para pengikut atau
pendukung untuk menyebarkan hasil ijtihad imamnya. Penyebaran ini
dilakukan dengan metode lisan dan juga tulis (pembukuan fiqih).
Kemudian, pengikut hasil ijtihad itu semakin banyak, membentuk suatu
komunitas dan disebutlah komunitas tersebut bermadzhab imam ini dan
itu. Ada beberapa alasan didirikannya mazhab ialah:
a. Semakin meluasnya daerah kekuasaan Islam
b. hukum Islam menghadapi berbagai macam masyarakat yang
berbeda-beda tradisinya termasuk kondisi sosial dan politik.
c. Munculnya ulama-ulama besar pendiri madzhab-madzhab fiqih
yang berusaha menyebarluaskan pemahamannya
d. Adanya kcenderungan masyarakat Islam ketika memilih salah
satu pendapat
Adapun mazhab yang termasyhur hingga sekarang ada empat atau
juga disebut dengan imam mazhab yang empat yaitu : Hanafi, Maliki,
Syafi’i, dan Hambali.
B. Saran
Penulis menyadari bahwa didalam makalah ini masih banyak
terdapat kesalahan serta jauh dari kesempurnaan, untuk itu kami sarankan
agar pembaca tidak hanya mencukupkan pengetahuan dengan materi yang
telah terlampir, namun menambah wawasan dengan menggunakan referensi
yang lain. Semoga makalah ini bermanfaat dan kami sebagai penulis
memohon maaf yang sebesar-besarnya karena makalah ini jauh dari kata
sempurna dan banyak kesalahan.
18
DAFTAR PUSTAKA
19