DISUSUN OLEH:
SILFIA
YOLANDA TRISYIA
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, dan hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami bisa
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Shalawat beserta salam semoga
selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW.
Penulisan makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Fiqih.
Makalah ini membahas tentang “Fiqih Jinayah”.
Dalam penyusunan makalah ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan
serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima
kasih kepada:
1. Bapak Arif Marsal Lc., MA. selaku dosen pembimbing mata kuliah Fiqih
Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.
2. Teman-teman yang telah memberikan dorongan, semangat, dan bantuan baik
secara moril maupun materil demi lancarnya penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, baik dari segi penulisannya serta materinya. Oleh karena itu, kami
sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.
Tim penulis
3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................ i
DAFTAR ISI............................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Simpulan......................................................................................... 14
3.2 Saran............................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA
4
BAB I
PENDAHULUAN
yang dapat dibebani kewajiban), sebagai hasil dari pemahaman atas dalil-dalil
hukum yang terperinci dari Al-qur’an dan hadist.
Tindakan kriminal adalah tindakan-tindakan kejahatan yang
mengganggu ketentraman umum serta tindakan melawan peraturan
perundang-undangan yang bersumber dari Al-Qur’an dan hadist. Hukum
Pidana Islam merupakan syari’at Allah yang mengandung kemaslahatan bagi
kehidupan manusia di dunia maupun akhirat.5
Jarimah ialah larangan-larangan Syara’ yang diancamkan oleh Allah
dengan hukuman had atau ta’zir. Para Fuqoha sering memakai kata-kata
“Jinayah” untuk “jarimah”. semula pengertian “jinayah” ialah hasil
perbuatan seseorang, dan biasanya dibatasi kepada perbuatan seseorang, dan
biasanya dibatasi kepada perbuatan yang dilarang oleh syara’, baik perbuatan
itu mengenai (merugikan) jiwa atau harta-benda ataupun lain-lainnya. Akan
tetapi kebanyakan fuqoha memakai kata-kata “Jinayah” hanya untuk
perbuatan yang mengenai jiwa orang atau anggota badan, seperti membunuh,
melukai, memukul, menggugurkan kandungan dan sebagainya.6
BAB II
PEMBAHASAN
Adapun istilah Jinayah yang juga berasal dari bahasa arab dari kata
Artinya : Dan dalam qishaash itu ada (jaminan kelangsungan) hidup bagimu,
Hai orang-orang yang berakal, supaya kamu bertakwa. (Al-Baqarah 179).10
8
Ahmad Wardi Muslich, Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam, (Jakarta : Sinar Grafika,
2004), hal. 45.
9
Jazuli, Fiqih Jinayah cet 3, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2010), hal. 3.
10
Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahannya, ( Surakarta : PT. Qomari Prima, 2014).
9
kebenaran yang menjadi tumpuan berpikir atau berpendapat. Selain itu juga
menjadi alas keterangan atau landasan. Asas hukum berarti kebenaran yang
hukum islam berasal dari Alqur’an dan Sunnah Nabi Muhammad saw, baik
11
Ibid, hal. 88.
12
Ibid, hal.262.
13
Ibid, hal. 78.
10
bersifat rinci maupun yang bersifat umum. 14 Asas-asas hukum pidana islam
diantaranya :
a. Asas Legalitas
Asas legalitas adalah tiada delik tiada hukuman sebelum ada
ketentuan terlebih dahulu. Asas ini merupakan suatu jaminan dasar bagi
kebebasan individu dengan memberi batas aktivitas apa yang dilarang
secara tepat dan jelas. Asas ini melindungi dari penyalahgunaan kekuasaan
atau kesewenangan-wenangan hakim, menjamin keamanan indivdu
dengan informasi yang boleh dan yang dilarang. Setiap orang harus diberi
peringatan sebelumnya tentang perbuatan-perbuatan illegal hukumnya.
Jadi berdasarkan asas ini, Asas legalitas adalah suatu asas yang
menyatakan bahwa tidak ada pelanggaran dan tidak ada hukuman sebelum
ada nash (ketentuan) yang melarang perbuatan tersebut dan
mengancamnya dengan hukuman.15
14
Zainudin Ali, Hukum Pidana Islam, (Jakarta : Sinar Grafika, 2007), hal. 2.
15
Ahmad Wardi Muslich, Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam, (Jakarta : Sinar Grafika,
2004), hal. 29.
11
Bahwa asas tidak berlaku surut dalam hukum pidana yang dimuat
dalam pasal 8 dari The Declaration of thr Right of Men and the Citizan
(1789), dan diikuti oleh beberapa konstitusi serta kitab undang-undang
modern ini, telah dikenal dan diterapkan berabad-abad sebelumnya dalam
syar’at islam. Para ahli fiqih modern menyimpulkan bahwa larangan
berlaku surut adalah satu prinsip dasar dari syari’at. “Tidak ada hukuman
untuk perbuatan sebelum adanya suata nash. “secara singkat tiada
kejahatan dan pidana, kecuali ada hukumannya lebih dahulu.
d. Asas Kesalahan
Seseorang yang dikenai pidana dalam hukum islam adalah orang
yang telah terbukti melalui pembuktian, telah melakukan suatau tindakan
yang dilarang syar’i. Terpidana adalah orang yang benar-benar memiliki
kesalahan, dan kesalahan itu bukan sekedar praduga, tetapi harus
dibuktikan sehingga tidak ada lagi keraguan. Keraguan hakim terhadap
kasus yang dihadapinya dapat berakibat pada keputusannya. Para sarjana
muslim sepakat bahwa hakim tidak boleh menjatuhkan hukuman had dan
qisas ada keraguan, tetapi mereka berdeda dalam kejahatan ta’zir.
16
Zainudin, Hukum Pidana Islam, hal. 7.
13
a) Perzinaan
b) Qadzaf (menuduh berbuat zina)
17
Ahmad Hanafi, Asas-asas Hukum Pidana Islam, (Jakarta : Bulan Bintang, 1967), hal. 71.
15
18
Ibid, hal. 11.
16
a. Paksaan
Yakni pelaku dipaksa melakukan perbuatan jarimah yang tidak
dikehendaki.
b. Mabuk
Orang mabuk adalah orang yg mengigau dalam percakapannya.
Menghilangkan cakapnya bertindak, oleh karena itu tidak sah akad,
ucapan dan perbuatannya. Jika ia dipaksa untuk mabuk, kemudian dia
melakukan jarimah, maka ia tidak dikenakan pidana. Namun, jika ia
mabuk atas kemauannya sendiri,kemudian ia melakukan jarimah,
19
Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam, (Jakarta : Sinar Grafika, 2005), hal. 248-249.
17
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Secara bahasa kata jinayah adalah bentuk jama’ dari kata jinayah yang
berasal dari janaa dzanba yajniihi jinaayatan yang berarti melakukan dosa.
Sekalipun isim mashdar (kata dasar), kata jinaayah dijama’kan karena ia
mencakup banyak jenis perbuatan dosa. Kadang-kadang ia mengenai jiwa dan
anggota badan, baik disengaja ataupun tidak. Jinayah terdiri atas dua macam,
yaitu jinayah terhadap jiwa dan jinayah terhadap badan. Sebab-sebab jinayah
yaitu membunuh, meminum khamar, berzina, qadzaf, mencuri, muharobah
dan lain-lain.
3.2 Saran
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini banyak
kekurangan terutama mengenai tata bahasa dan juga referensi. Maka, penulis
berharap apabila terdapat kesalahan mohon dimaklumi dan dimaafkan karena
keterbatasan penulis. Juga kritik ataupun saran, sangat diharapkan agar di
kemudian hari dapat menghasilkan makalah maupun karya tulis yang lebih
baik.
19
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Ali, Muhammad Daud. 1990. Hukum Islam. Jakarta : Rajawali Pers Citra Niaga
Buku Perguruan Tinggi.
Ali, Zainudin. 2007. Hukum Pidana Islam. Jakarta : Sinar Grafika.
Departemen Agama. 2014. Al-Qur’an dan Terjemahannya. Surakarta : PT.
Qomari Prima.
Hanafi, Ahmad. 1967. Asas-asas Hukum Pidana Islam. Jakarta : Bulan Bintang.
Jazuli. 2010. Fiqih Jinayah cet 3. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Muslich, Ahmad Wardi. 2004. Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam. Jakarta:
Sinar Grafika.
Syahar, Syaidus. 1983. Asas-asas Hukum Islam. Bandung : Alumni.