Anda di halaman 1dari 12

ILMU MANTIQ

AL-ISTIQRA’ DAN AL-QIYAS


Makalah:
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Matakakuliah Ilmu Mantiq

Oleh :
Musrifah Mei Andini (07040520090)
Rani Zaindina Wibawanti Mashuri (07020520058)

Dosen Pengampu :
Dr.Hj. Muzaiyyanah Mutasin Hasan.MA

PROGRAM STUDI ILMU HADIS


FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT
UNIVERSITAS NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
2021
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT. Sholawat serta salam semoga tetap terlimpah

curahkan kepada Baginda Rasulullh SAW, keluarga serta para sahabat dan mereka yang

menyeruh dengan seruannya serta berpedoman dengan petunjuknya.Alhamdulillah syukur

kehadirat Allah SWT, karena atas segala kasih sayangNya makalah tentang Akal Dan Wahyu ini

telah selesai, semua itu tak lepas dari dukungan serta motivasi dari beberapa pihak, maka tak

lupa kami ucapkan terimakasih atas semua bantuan serta keikhlasannya sehingga makalah ini

bisa selesai meskipun masih banyak sekali kekurangan baik dari segi pembahasan maupun

tulisan, manusia tempatnya salah dan lupa, namun sebaik-baik orang yang bersalah adalah

mereka yang mau bertobat dan berusaha memperbaiki kesalahannya, dari situlah kami harapkan

saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan dan kelancaranproses pembelajaran kami

dan demi kebaikan kita bersama.Harapan kami semoga makalah ini dapat membawa manfaat

baik bagi diri kami sendiri maupun kita semua serta bermanfaat bagi siapa saja yang

membacanya. Amin ya robbal ‘alamin.

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................................................... 2
DAFTAR ISI..................................................................................................................................................... 3
BAB I ............................................................................................................................................................ 4
PENDAHULUAN ........................................................................................................................................ 4
A. Latar Belakang ...................................................................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah................................................................................................................................. 4
C. Tujuan Penulisan ................................................................................................................................... 4
BAB II ............................................................................................................................................................. 5
PEMBAHASAN ............................................................................................................................................... 5
A. AL-ISTIQRA’ ........................................................................................................................................... 5
B. al-Qiyas ................................................................................................................................................. 6
a. Pengertian al-Qiyas ........................................................................................................................... 6
b. Pembagian Qiyas ............................................................................................................................... 6
BAB III .......................................................................................................................................................... 10
KESIMPULAN ............................................................................................................................................... 10
A. Kesimpulan ......................................................................................................................................... 10
B. Saran ................................................................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................................................... 12
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sebagaimana yang telah diketahui bersama bahwasanya Jumhur Ulama’ dalam masalah
dalil-dalil Syariat (adillah Syar’iyah) membagi dua bagian. Pertama adalah Adillah Muttafaq
“alaiha yaitu Al qur’an, As Sunnah, Al Ijma’ dan Al Qiyas. Yang kedua adalah adillah
mukhtalaf fiha yaitu Al Istishab, Al Mashalih Mursalah, Qaulus Shahabi, Al Istihsan,As
Syar’u Man Qablana,As Syaddud Dzarai’, Al Urf, dan Al Istiqra’. Pada pembahasan kali ini
saya tidak akan membahas secara keseluruhan masalah adillah mukhtalaf fiha karena telah
dikaji pada pertemuan-pertemuan sebelumnya. Yang akan dibahas dalam tulisan ini adalah
Istiqra’ yang merupakan salah satu bagian dari adillah mukhtalaf fiha.
Istqra’ adalah sebuah metode penelitian atau pemeriksaan atas berbagai hal dalam sebuah
masalah. Ynag menghasilkan sebuah kesimpulan hukum untuk keseluran. Metode ini banyak
digunankan ulama’ dalam menyimpulkan hukum-hukum yang tidak memiliki landasan
hukum yang tertulis secara jelas di dalam Al Qur’an atau al Hadist. Misalnya ulama’
menyimpulkan bahwa usia yang paling kecil seorang wanita haid adalah umur sembilan
tahun. Atau kesimpulan seorang ulama’ yang mengatakan masa ideal haid adalah antara
seminggu hingga sepuluh hari. kesemua dari kesimpulan hukum itu tidak berdasarkan atas
nash namun berdasarkan penelitian dan riset. Inilah yang biasa disebut istiqra’.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Istiqra?
2. Sebutkan Pembagian Istiqra?
3. Apa Pengertian Qiyas?
4. Sebutkan Pembagian Qiyas?
C. Tujuan Penulisan
1. Mempelajari tentang istiqra’
2. Mengetahui tentang pembagian istiqra’
3. Mempelajari tentang al Qiyas.
4. Mengetahui Pembagian al Qiyas.
BAB II
PEMBAHASAN

A. AL-ISTIQRA’
Dalam artian secara bahasa Al Istiqra’ adalah yang berarti: meminta untuk dibaca, diselidiki,
dan diteliti. Sedangkan dalam artian secara istilah ialah: Meneliti permasalahan-permashan
cabang (juz-i) dengan mendetail guna menemukan sebuah hukum yang diterapkan pada seluruh
permasalahan (kulli). Atau biasa diartikan dengan sebuah pengambilan dalil dengan menetapkan
suatu hukum pada hal-hal yang (Juz-i) yang kemudian diberlakukan pada hal-hal yang (Kulli),
atau dalam artian lain adalah pengambilan dalil hukum dengan cara metode induktif. Adapun
pembagian Istiqrâ, yaitu dalam pembahasan kaedah ini, Istiqrâ dibagi menjadi dua macam
bentuk didalam penerapannya, sesuai dengan metode penelitian yang dilakukan. antara penelitian
yang dilakukan secara menyeluruh atau penelitian yang hanya dilakukan pada sebagian besar
permasalahan. Pembagian itu adalah:
1. Pertama, Istiqrâ yang lengkap (Tâmm) yaitu penelitian pada seluruh bagian-bagian
permasalahan tanpa tersisa kecuali permasalahan yang berlawanan untuk menetapkan hukum
atasnya. Seperti seorang meneiliti seluruh anggota badannya agar mengetahui apakah dia sehat
atau sakit. Dan penelitian ini harus benar-benar diyakini bahwa semua cabang permasalahan
yang diteliti tanpa tertinggal satupun. Sehingga menghasilkan sebuah keputusan hukum yang
pasti (qath’i) bukan hukum yang samar atau sekedar persangkaan (dzanni).Adapun contoh Istiqrâ
Tam yang biasa disebutkan dalam kitab-kitab fiqh adalah shalat terdiri dari shalat wajib atau
shalat sunah, dan setiap dari kedua macam shalat ini tidak terlepas dengan adanya bersuci.
Karena bersuci adalah merupan sebuah syarat sah seorang mengerjakan shalat. Maka setiap
orang melakukan shalat harus senantiasa bersuci (thaharah). atau dengan artian lain;
bahwasannya tidak akan sah solat seseorang jika sekiranya tanpa diikuti dengan Wudlu
(Thahârah).
2. Kedua, Istiqrâ yang kurang (Nâqish) yaitu: Penelitian yang dilakukan hanya pada sebagian
besar dari permasalahan yang menjadi obyek pembahasan untuk mendapat sebuah kesimpulan
hukum keseluruhan. Dalam metode ini tidak didapatkan permaslahan –permasalhan yang
berlawanan hukum. Sehingga kesimpulan hukum yang dihasilkan dari istiqra’ naqish ini hanya
secara keumuman (hasbi dhohir). Karena tidak semua permasalahan diteliti satu-persatu. Maka
kekuatan hukum yang dihasilkan juga bersifat persangkaan (dzonni) bukan bersifat pasti (qath’i).
Sebagaimana hasil penelitian bahwa hewan adalah mengunyah makanan dengan geraham bawah.
Namun hasil penelitian ini tidak berlaku untuk semua jenis hewan, karena ada beberapa hewan
yang memakan mangsanya tidak dengan gerakan geraham bawah, contohnya adalah buaya.
Disebut dengan naqish karena hukum yang dihasilkan pada penelitian ini tidak berlaku untuk
keseluruhan. Berbeda dengan istiqra’ tam yang berlaku untuk semua cabang permasalahan.

B. al-Qiyas
a. Pengertian al-Qiyas
Kata Qiyas berasal dari bahasa arab yang berarti ukuran. Miqiyas, berarti alat mengukur.
Qiyas adalah pernyataan yang tersusun dari beberapa qadhiyah, di mana ketika pernyataan
tersebut diterima, akal manusia dari qadhiyah-qadhiyah tersebut akan menerima pernyataan yang
lain (kesimpulan).
Dalam hal ini ada beberapa poin yang mesti dijelaskan:
a. Qiyas merupakan sebuah pernyataan yaitu susunan yang sempurna yang bersifat khobari. Oleh
karenanya, kalimat yang tersusun dari kalimat kalimat perintah atau pertanyaan, bukan termasuk
kepada Qiyas.
b. Qiyas selamanya tersusun dari beberapa qadhiyah dan yang dimaksud dengan beberapa
qadhiyah artinya 2 qadhiyah atau lebih.
c. Qiyas adalah rangkaian dari beberapa qadhiyah yang mana ketika kita menerimanya, maka
kita juga pasti menerima kesimpulan darinya. Dengan kata lain, dengan menerima Muqaddimah
( premis) sebuah Qiyas, maka kalau kita pasti akan menerima pernyataan lain ( kesimpulan).

b. Pembagian Qiyas
Qiyas dari segi bentuk dan bangunannya terbagi kepada dua; Istisna’i dan Iqtirani.
1. Qiyas Istisna’i
Qias Istishna adalah kias yang ketikan natijah atau lawannya disebutkan dalam
Muqaddimah secara sempurna, seperti “ jika turun hujan maka udara akan sejuk akan
tetapi hujan telah turun, maka udara menjadi sejuk”. Contoh lain “ Jika seseorang berbuat
adil maka dia tidak akan berbuat zalim, akan tetapi Dia berbuat zalim maka orang
tersebut tidak bersifat adil”.
Dalam contoh pertama natijah disebutkan dalam Muqaddimah sementara dalam
contoh kedua, lawan dari natijah disebutkan di Muqaddimah. Qiyas ini disebutkan
dengan Qiyas Istisna’i karena natijah pengecualian (Istisna’) Mukadimah kedua dengan
menggunakan kata-kata seperti ” akan tetapi”, “ namun” dan sejenisnya.
2. Qiyas Iqtirani
a. Pengertian Qiyas Iqtirani
Qiyas yang didalamnya bagian dari natijah ada pada mukadimah-mukadimah dan
artinya secara utuh tidak disebutkan dalam muqaddimahnya, seperti “ Hasan adalah
manusia, setiap manusia Fana, maka Hasan fana”. Dalam contoh ini, kata “Hasan” dan
“fana” yang merupakan bagian dari natijah, masing-masing berada pada kedua
Muqaddimah.Qiyas ini disebut dengan Qiyas iqtirani karena setiap bagian dari natijah
ada dan disebutkan pada mukadimah-mukadimah istidlal.
Bagian dari qiyas iqtirani: qiyas iqtirani minimal tersusun dari dua qadhiyah yang
disebut dengan “ muqadimatain” ( dua muqadimah). Natijah (kesimpulan) juga tersusun
dari dua bagian asli; maudhu atau muqaddam dan mahmul atau taali. Maudhu atau
Muqaddam dalam natijah disebut “asghar” atau “Had Asghar”. Sedangkan mahmul atau
taali disebut dengan “akbar” atau “had akbar”. Muqadimah yang didalamnya terdapat had
asghar disebut dengan “sugro” (premis minor), sedangkan muqadimah yang di dalamnya
terdapat had akbar disebut dengan “kubro” (premis mayor). Kata atau ungkapan yang
terulang dalam dua muqadimah disebut dengan “wasath” atau “had ausath”.
b. Pembagian Qiyas Iqtirani
Dari segi shuroh (formasi) mukadimah-mukadimahnya Qiyas iqtirani terbagi kepada
dua bagian;
1. Qiyas Iqtirani Hamliyah: adalah qiyas yang kedua mukadimahnya dari segi
bentuk mantiqi merupakan qadhiyah hamliyah.
2. Qiyas Iqtirani Syartiyah: adalah qiyas yang kedua atau salah satu mukadimahnya
dari segi bentuk mantiqi merupakan qadiyah syartiyah, seperti “ setiap manusia
yang sempurna maka pikirannya akan berbobot”, “ setiap yang pikirannya
berbobot maka akan maju”. dalam contoh ini, kedua mukadimahnya berbentuk
qadiyah syartiyah Dan kalimat “ pikiran yang berbobot” merupakan had ausath
Yang diulang-ulang, perhatikan contoh lainnya “ jika manusia muslim maka ia
akan jujur”, “ setiap yang jujur akan bertanggung jawab” maka “ jika manusia
muslim maka ia akan bertanggung jawab”. dalam kias ini mukadimah
pertamanya nya qadhiyah syarthiyah sedangkan mukadimah keduanya qadhiyah
hamliyah.
c. Bentuk-Bentuk Qiyas Iqtirani
Dari segi posisi si ‘Had Ausath’ dalam sughra dan kubro, Qiyas Iqirani tidak keluar dari
empat keadaan; dalam kedua mukadimah sebagai maudhu, dalam kedua mukadimah sebagai
mahmul atau dalam salah satu mukadimah sebagai maudhu dan dalam mukadimah yang lain
sebagai mahmul. Berdasarkan empat keadaan ini, Qiyas iqtirani memiliki 4 bentuk (syakl):
1. Syakl awal ( bentuk pertama)
Qiyas yang had ausath nya dalam sughra sebagai mahmul dan dalam kubra sebagai maudhu,
seperti “Ali adalah ilmuan”, “setiap ilmuan berpikir cemerlang” maka “ Ali berpikiran
cemerlang”. Bentuk pertama merupakan bentuk yang paling jelas dari qiyas iqtirani dan
setiap dari tiga bentuk berikutnya dari segi kemudahan istintaj memiliki tingkatan berurutan.
rahasia kemudahan yang ada pada bentuk pertama adalah bahwa proses berpikir secara alami
menuntut bahwa maudhu dan dari setiap mukadimah memiliki posisi yang sama dalam
kesimpulan berbeda dengan bentuk-bentuk yang lain yang mana had Akbar dan had asghar
atau keduanya memiliki posisi dalam kesimpulan akan tetapi posisi lain pada mukadimah.
2. Syakl Tsani ( bentuk kedua)
Qiyas yang had ausath nya baik yang dalam sughra maupun dalam kubra terletak sebagai
mahmul, seperti “sebagian manusia adalah filsuf”, “setiap yang bodoh bukanlah filsuf”, maka
“sebagian manusia tidaklah bodoh”.
3. Syakl Tsalits ( bentuk ketiga)
Qiyas yang had ausath nya baik yang dalam sughra maupun dalam kubra terletak sebagai
maudhu, seperti “setiap manusia adalah hewan”, “setiap menusia berpikir”, maka “sebagian
hewan adalah berpikir”.
4. Syakl Rabi’ (bentuk ke empat)
Qiyas yang had ausath nya dalam sughra sebagai maudhu dan dalam kubra sebagai mahmul.
Seperti “setiap manusia memiliki jisim”, “setiap yang berpikir adalah manusia”, maka
“sebagian yang memiliki jisim adalah yang berpikir”.
BAB III
KESIMPULAN

A. Kesimpulan
Jika kita menemukan cabang permasalahn yang belum diketahui apakah hukum kesimpulan
umumnya pasti (qath’an) atau samar (dzhonnan). Maka yang patut kia lakukan adalah melihat
kembali dari metode istiqra’ apakah yang digunakan. Jika metode istiqra’ yang dipakai adalah
istiqra’ taam maka hasil hukumnya bersifat pasti. Adapun jika metode istqra’ yang dipakai
adalah istiqra’ naqish maka hasil kesimpulan hukumnya bersipfat samar atau belum pasti.
Dalam penetapan hukum islam secara umum dapat di kelompokkan kepada dua macam:
yaitu pertama, metode verbal (at-turuq al-lafzdiyah) yaitu metode penetapan hukum yang
bertumpu kepada analisis kebahasaan. semisal, lafaz-lafaz‘ amm, khas, muthlaq, muqayyad,
amar, nahi. Kedua, metode substansial (at-turuq al-ma’nawiyah), yaitu metode penetapan hukum
yang bertumpu kepada pengertian implisit nash dengan menggali substansi-substansi hukum
islam (al-iltifatila al-ma’aniwa al-maqasid).
Secara garis besar, ditemukan dua aliran usul al-fiqh, usul al-fiqh, yang berbeda delam
perumusan kaidah-kaidah usul. Pertama, aliran Mutakallimun atau Syafi’iyah. Mereka
membangun kaidah-kaidah usul al-fiqh secara teoretis, logis dan rasional, dengan di dukung oleh
alasan kuat baik naqli maupun ‘aqli. Kedua, aliran Hanafiyah atau Fuqoha. Mereka membangun
dan merumuskan kaidah-kaidah usul dengan beranjak dari masalah-masalah cabang dalam
mazhab, setelah meneliti dan manganalisis masalah-masalah cabang tersebut.
Untuk memadukan dan menyatukan kedua aliran dalam hukum islam di atas maka lahirlah
aliran konvergensi, yaitu yang dipelopori oleh Asy-Syatibi dengan metode Istiqra’i. dan dalam
bukunya Duski Ibrahim yang berjudul “Metode Penetapan Hukum Islam : Membongkar Konsep
al-istiqra’ al-Man’nawi ­Asy-Syatibi” sangat menarik untuk dibaca. Pada buku ini dijelaskan
berbagai konsep tentang al-istiqra’ al-Man’nawi oleh Asy-Syatibi. Dengan kerangka teoretis
perumusan kaidah-kaidah usul dan metode dan konsep penetapan hukum yang ditawarkan oleh
Asy-Syatibi.
Kata Qiyas berasal dari bahasa arab yang berarti ukuran. Miqiyas, berarti alat mengukur. Qiyas
adalah pernyataan yang tersusun dari beberapa qadhiyah, di mana ketika pernyataan tersebut
diterima, akal manusia dari qadhiyah-qadhiyah tersebut akan menerima pernyataan yang lain
(kesimpulan).
Qiyas dari segi bentuk dan bangunannya terbagi kepada dua; Istisna’i dan Iqtirani.
1. Qiyas Istisna’i
Qias Istishna adalah kias yang ketikan natijah atau lawannya disebutkan dalam Muqaddimah
secara sempurna
2. Qiyas Iqtirani
a. Pengertian Qiyas Iqtirani
Qiyas yang didalamnya bagian dari natijah ada pada mukadimah-mukadimah dan artinya secara
utuh tidak disebutkan dalam muqaddimahnya
b. Pembagian Qiyas Iqtirani
Dari segi shuroh (formasi) mukadimah-mukadimahnya Qiyas iqtirani terbagi kepada
dua bagian;
1. Qiyas Iqtirani Hamliyah
2. Qiyas Iqtirani Syartiyah
c. Bentuk-Bentuk Qiyas Iqtirani
1. Syakl awal ( bentuk pertama)
2. Syakl Tsani ( bentuk kedua)
3. Syakl Tsalits ( bentuk ketiga)
4. Syakl Rabi’ (bentuk ke empat)

B. Saran

Penulis menyadari bahwa makalah ini banyak sekali kesalahan dan sangat jauh dari
kesempurnaan. Tentunya penulis akan terus memperbaiki makalah dengan mengacu pada sumber
yang dapat dipertanggung jawabkan nantinya. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik
dan saran tentang pembahasan makalah diatas.
DAFTAR PUSTAKA

l Al ayatul Bayinat, Syarhu Jam’ul Jawami’. Imam jalauddin Al Mahalli.


l Syarhul Kaukabus Sathi’, Nadzam Jam’ul Jawami’. Abu Bakar As Syuyuti.
l Al Ilmam Bil Mukhtalaf Fih min Ushulil Ahkam. Hamdi Shubhi Thaha.
l Makalah Kelompok Kajian Andalus. Ade Budiman.
l Ibrahim Duski, Juli 2008. Metode Penetapan Hukum Islam : Membongkar Konsep al istiqra’
al-Man’nawi Asy-Syatibi. Penerbit : AR-Ruzz Media, Jogjakarta
Muqaddam, Mahmud Muntazeri. 2014. Pelajaran Mantiq. Yogyakarta: Rausyanfikr Institute

Anda mungkin juga menyukai