Anda di halaman 1dari 14

Lafaz yang Jelas

Maknanya:
Zhahir, Nash, Mufassar,
Muhkam
Kelompok 1
Annisa Fitriani (33010190025)
Niken Astriya (33010190113)
Ibnu Setya Jaya (33010170126)
Pengertian Lafaz yang Jelas Maknanya

Lafaz yang jelas maknanya (wadhih ad-dalalah) adalah


suatu lafaz yang menunjukkan suatu pengertian
berdasarkan shigaht lafal itu sendiri, tanpa ketergantungan
pada sesuatu yang bersifat khariji (eksternal) untuk
menjelaskannya. Lafaz itu sudah dapat dipahami maknanya
tanpa bantuan penjelasan lain, sehingga taklif yang
dikehendaki dalam lafal itu dapat dilaksanakan.
Ditinjau dari segi kejelasan maknanya, menurut
kalangan Hanafiyah itu ada empat, yaitu:

1. Zhahir
Secara bahasa adalah lafadz yang bisa
dipahami maknanya secara langsung tanpa ada
kesamaran. Atau dzahir adalah lafadz yang jelas
maknanya tanpa memerlukan qorinah untuk
menafsirkannya, atau menjelaskan maksudnya,
maknanya jelas dengan hanya mendengarkan
bunyi lafaznya.
Contoh :
“Maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu
senangi : dua, tiga, atau empat. Kemudian jika kamu takut
tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang
saja" (QS. An Nisaa’ : 3).

Bermakna jelas dalam memperbolehkan kawin dengan


wanita yang halal. Karena makna inilah yang langsung
َ ِّ‫ ) َ اف ْ ن ِك ُح ْوا َما طَا َب َ ل ُك ْم ِم َن الن‬dengan tidak
difahami dari kata (‫ساء‬
membutuhkan alasan. Makna ini bukan menjadi tujuan dari
susunan ayat, karena maksud asalnya adalah membatasi
jumlah istri maksimal empat atau hanya satu.
2. Nash
Pengertian Nash menurut Bahasa adalah
munculnya segala sesuatu yang tampak. Secara
istilah Nash berarti lafadz yang memiliki petunjuk
yang tegas sebagai makna yang dimaksudkan atau
suatu lafadz yang tidak mungkin mengandung
pengertian lain tanpa ada faktor lain. Nash juga harus
diamalkan menurut makna makna yang ditunjukkan
oleh Nash tersebut, hingga ada dalil yang
mentakwilkan.
Contohnya:
"Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah.
Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanla”.
(QS. Al-Hasyr: 7).

Teks ayat ini secara teks bertujuan untuk menyatakan


keharusan mengikuti Rasul tentang pembagian harta
rampasan, baik yang dibolehkan maupun yang tidak.
Namun dari teks ini juga dapat dipahami artinya secara
dzahir, bahwa kita wajib mengerjakan apa saja yang disuruh
Rasul dan meninggalkan apa saja yang dilarangnya.
3. Mufassar
Adalah sesuatu yang dapat di ketahui maknanya
dari lafadznya sendiri tanpa memerlukan qharinah
(petunjuk/indikasi) yang lain. Atau sesuatu lafadz
yang terang petunjuknya kepada yang di maksud,
lafadz itu tidak mungkin di-ta'wil-kan lagi kepada
yang lain akan tetapi dapat menerima nasakh
(penghapusan) pada masa di utusnya Rasulullah
SAW.
Jenis-jenis Mufassar :
• Mufassar bi Nafsihi:
yaitu ayat yang sudah jelas maknanya tanpa dijelaskan
oleh ayat atau dalil yang lain. Karena secara bahasa dan
makna kata yang ada di dalamnya sangat terang dan jelas.
• Mufassar bi Ghairihi:
yaitu ayat yang menjadi jelas maksudnya karena
dijelaskan oleh ayat atau dalil yang lain. Karena maksud
dari ayat tersebut masih samar, atau mujmal, tetapi setelah
ada penjelasan dari ayat atau dalil lainnya maka madsudnya
menjadi terang dan jelas.
Contoh Mufassar bi Nafsihi:

“ Dan orang –orang yang menuduh wanita-wanita yang


baik-baik (berbuat zina) dan mereka tidak mendatangkan
empat orang saksi, maka deralahmereka (yang menuduh itu)
delapan puluh kali dera.” Q.S An-Nur ayat 4.

Pada ayat diatas maknanya sudah jelas dan tidak


memerlukan penjelasan lagi. Dan sebagian besar dari ayat-
ayat Al-Qur'an termasuk ke dalam jenis ini.
Contoh Mufassar bi Ghairihi:
 
“Barangsiapa membunuh seorang yang beriman karena
tersalah (hendaklah) dia memerdekakan seorang hamba sahaya
yang beriman serta (membayar) tebusan yang diserahkan
kepada keluarganya (si terbunuh itu), kecuali jika mereka
(keluarga si terbunuh) membebaskan pembayaran”. (Q.S An-
Nisa ayat 92).

Pada ayat ini tidak jelas tentang jumlah, bentuk atau macam
diyatnya (ganti rugi), maka datang hadis nabi Muhammad SAW
yang berbunyi “ketahuilah sesungguhnya dalam korban
pembunuhan mirip sengaja, korban terbunuh oleh cambuk dan
tongkat, diyatnya 100 onta. HR Ibnu majah.
4. Muhkam
Merupakan dalil yang maknanya sudah sangat
jelas, tidak bisa atau tidak mungkin diganti dan
juga tidak bisa dibatalkan dengan dalil lainnya,
(muhkam) juga tidak bisa ditakwilkan.
Dalam hal ini dalil yang muhkam lebih kuat dan
di dahulukan dari pada mufassar, nash dan dhahir.
Muhkam terdapat dua macam:
• Muhkam Lidzaitihi
Yaitu muhkam yang dengan sendirinya bila tidak ada
kemungkinan untuk pembatalan atau nasakh muncul dari
lafadznya dan diikuti pula oleh penjelasan bahwa hukum
dalam lafadz itu tidak mungkin dinasakh.

• Muhkam Lighairihi
Yaitu muhkam karena faktor luar bila tidak dapatnya
lafadz itu dinasakh bukan karena nash atau teksnya itu
sendiri tetapi karena tidak ada nash yang menasahknya.
Lafadz dalam bentuk ini dalam istilah Ushul Fiqh disebut
dengan lafadz Qath’i.
Tingkat Kehujjahan
• jika terjadi pertentangan antara nash dan zhahir maka nash
dimenangkan, karena nash maknanya lebih jelas dibandingkan
zhahir
• Jika terjadi pertentangan antara nash dan mufassar, maka
mufassar didahulukan karena mufassar dilihat dari dalalahnya
lebih jelas dibangding nash serta mufassar tidak menerima takwil
karena sudah sangat jelas.
• jika terjadi pertentangan muhkam dan mufassar maka yang
didahulukan adalah muhkam karena dalalah muhkam lebih jelas
dan pasti dibandingkan mufassar.
• jika diletakkan secara berurutan dilihat dari kualitas kejelasannya
maka yang menempati urutan pertama adalah muhkam, kedua
mufassar ketiga nash dan keempat zhahir
Terima kasih!!

Anda mungkin juga menyukai