Anda di halaman 1dari 14

KAJIAN AYAT DAN HADITS TENTANG

PUASA RAMADHAN

Dosen pengampu : Drs. Mundzir Hz, M.Ag

Disusun oleh:

Kelompok 4

Farda Lia Hartini 1921030219


Febri Rahmana Putra 1921030220
Frischa Ayu Lestari 1921030222
Icksan Sofyan Syah 1921030230
Khoirunisa Alifia 1921030237

FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
RADEN INTAN LAMPUNG
2019/2020
KATA PENGANTAR

Dengan segala kerendahan dan keikhlasan hati, Penulis memanjatkan puji


syukur kehadirat Allah SWT. Karena dengan rahmat dan rahim-Nya yang telah
dilimpahkan, taufiq dan hidayah-Nya dan atas segala kemudahan yang telah
diberikan sehingga penyusunan makalah tentang “Pusat-Pusat Peradaban Islam” ini
dapat terselesaikan.

Shalawat terbingkai salam semoga abadi terlimpahkan kepada sang


pembawa risalah kebenaran yang semakin teruji kebenarannya baginda Muhammad
SAW, keluarga dan sahabat-sahabat, serta para pengikutnya. Dan Semoga
Tafsir Ayat dan Hadits Ahkam
syafa’atnya selalu menyertai kehidupan ini.

Makalah ini berisi ulasan-ulasan yang membahas tentang pengertian puasa


ramadhan, Kewajiban puasa, Rukhsah, dan kafarat bagi pasutri yang melakukan
hubungan intim pada siang hari di bulan ramadhan,

Dalam kesempatan kali ini, makalah dibuat untuk memenuhi tugas UTS
pada mata kuliah Tafsir Ayat dan Hadits ahkam yang diampu oleh bapak Drs.
Mundzir Hz, M.Ag. Besar harapan dari penulis, semoga makalah ini dapat
bermanfaat. Penulis menyadari keterbatasan yang penyusun miliki. Untuk itu,
penulis mengharapkan dan menerima segala kritik dan saran yang membangun
demi perbaikan dan penyempurnaan makalah ini.

Bandarlampung,15 Oktober 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

KATA PENGANTAR .................................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

A. Latar Belakang ................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah.............................................................................. 1
C. Tujuan ................................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 2

A. Pengertian Puasa Ramadhan ............................................................ 2


B. Kewajiban Puasa ................................................................................ 2
C. Rukhsah (Dispensasi) ......................................................................... 4
D. Kafarat Bagi yang Melakukan Hubungan intim di Siang Hari pada
Saat Puasa Ramadhan ....................................................................... 8
BAB III PENUTUP ........................................................................................ 10

A. Simpulan ............................................................................................. 10
B. Saran ................................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 11

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Puasa Ramadhan adalah suatu pokok dari rangkaian
pembinaan iman. Puasa adalah suatu sendi (rukun) dari sendi-sendi Islam.
Puasa di fardhukan atas umat islam yang mukallaf selama tidak ada
halangan yang menghalangi pelaksanaannya1. Bahwa puasa itu suatu
fardhu yang tidak boleh di tinggalkan dan suatu syi’ar Agama Allah yang
besar.
Hukum puasa Ramadhan adalah wajib berdasarkan al-Qur’an, As-
Sunnah dan Ijma. Kewajiban melaksanakan puasa merupakan kewajiban
yang dibebankan kepada umat Islam yang telah baligh dan berakal, maka
tidak ada alasan bagi umat Islam untuk tidak berpuasa pada bulan
Ramadhan, kecuali apabila orang tersebut secara syara’ boleh diberikan
keringanan (Rukhsah) untuk tidak melaksanakan puasa Ramadhan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan puasa ramadhan?
2. Adakah kewajiban dalam berpuasa ramadhan?
3. Apa itu rukshah dalam berpuasa ramadhan?
4. Adakah kafarat bagi pasutri yang melakukan hubungan intim di siang
hari pada bulan ramadhan?
C. Tujuan
1. Memahami apa yang dimaksud dengan puasa ramadhan
2. Memahami adanya kewajiban berpuasa di bulan ramadhan
3. Memahami apa yang dimaksud rukhsah
4. Mengertahui kafarat bagi pasutri yang melakukan hubungan intim di
siang hari pada bulan ramadhan

1
Prof. Dr. T.M. Hasbi Ash Shiddieqy , Pedoman Puasa, (Jakarta: bulan Bintang, 1954), hlm. 36
1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Puasa Ramadhan


Puasa Ramadan merupakan puasa yang dilaksanakan pada bulan
Ramadan yang jumlah harinya antara 29 dan 30 hari dalam puasa. Menurut
ajaran Islam dalam puasa di bulan Ramadan dapat kita menghapus
kesalahan atau terampuni dosa yang telah diperbuat selama ini2. Namun
harus dengan kekuatan iman dan mengharapkan pahala dari ridha Allah
SWT. Puasa pada bulan Ramadan merupakan pelaksanaan dari rukun Islam
yang keempat dalam ajaran Islam. Menurut ajaran Islam puasa pada bulan
Ramadan merupakan puasa yang wajib dilaksanakan selama 1 bulan penuh
rahmat. Sehingga jika dengan sengaja tidak melaksanakan ibadah puasa
pada bulan Ramadan maka seseorang tersebut akan berdosa.
Puasa Ramadan merupakan rutinitas yang ibadah yang tidak bisa
ditinggalkan dalam setiap tahunnya karena hukumnya yang wajib. Puasa
Ramadan ialah puasa yang dilaksanakan dari mulai fajar hingga terbenam
matahari. Di bulan Ramadan inilah seluruh umat Islam diwajibkan berpuasa
jika tidak mampu maka diharuskan untuk mengganti puasa tersebut pada
hari-hari yang lain.3 Dasar Wajibnya puasa Ramadan dikemukakan dalam
Al-Quran Surah Al-Baqarah. Allah berfirman, "Bulan Ramadan yang
didalamnya diturunkannya (permulaan) Al-Quran, sebagai petunjuk bagi
manusia dan penjelasan-pejelasan mengenai petunjuk-petunjuk itu dan
pembeda antara yang hak dan yang batil. karena itu barang siapa diantara
kamu berada pada bulan itu, maka berpuasalah.

B. Kewajiban Puasa Ramadhan


Allah memerintahkan untuk berpuasa Ramadhan sesuai pada firman-Nya
pada QS. Al-Baqarah ayat 183:

2
Al-Utsaimin Syaikh Muhammad bin Shalih, Majelis Bulan Ramadan (Jakarta: 2008) hlm. 17-21
3
Mahmud Ahmad Mustafa. Puasa Senin kamis (Jakarta: Mutiara Media,2009) hlm. 41
2
Artinya :
“Wahai orang-orang yang beriman telah diwajibkan atas kalian berpuasa
sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kalian
menjadi orang-orang yang bertakwa.”(183)
Allah SWT Telah menjelaskan kewajiban berpuasa Ramadhan dan
beberapa segi ketentuan hukum mengenainya. Pada QS. Al-Baqarah: 183
menegaskan diwajibkannya satu bentuk ibadah yang disebut puasa (as-
siyam) kepada orang-orang beriman, seperti telah diwajibkan kepada orang-
orang sebelum mereka. Puasa dimaksud, sebagaimana dijelaskan dalam
fikih, berbentuk menahan diri untuk tidak makan, tidak minum, tidak
berhubungan suami isteri dan tidak melakukan hal-hal yang membatalkan
puasa seperti merokok atau minum obat sejak fajar terbit hingga matahari
terbenam.
Ayat ini dimulai dengan seruan ya ayyuhal-lażina amanu (Hai
orang-orang beriman). Kata seru “ya” yang berarti ‘hai’ dalam ungkapan
ya ayyuhal-lażina amanu, menurut para ahli paramasastra Arab adalah
kata seru untuk memanggil orang pada jarak jauh, atau yang sama dengan
jarak jauh, seperti orang tidur. Namun, terkadang digunakan juga untuk
memanggil orang pada jarak dekat guna memberi penekanan dan
menimbulkan efek panggilan yang lebih mengesankan.4
Orang beriman adalah orang yang dekat dengan Allah Swt, namun
disapa dengan kata seru untuk jarak jauh guna menunjukkan bahwa isi pesan
yang diserukan adalah amat penting dan agar efek sapaan itu lebih
membekas. Frasa Ya ayyuhal-lażina amanu (Hai orang-orang beriman)
digunakan sebanyak 89 kali di dalam al-Qur’an dan 11 kali di antaranya
dalam surah al-Baqarah. Seruan itu menunjukkan bahwa isi pesan yang
disampaikan berupa ketentuan-ketentuan hukum syariah yang khusus
ditujukan kepada orang-orang beriman dan menunjukkan peralihan kepada
tema baru yang belum disebutkan sebelumnya.

4
Abu Hayyan, al-Bahr al-Muhit fī at-Tafsir, diedit oleh Zuhair Ja‘id (Beirut: Dar al-Firk li at-Tiba‘ah
wa an-nasyr wa at-Tauzī‘, 1425/2005), II: hlm. 172
3
Pada ayat ini dan beberapa ayat berikutnya, hukum yang
disampaikan adalah mengenai kewajiban melaksanakan puasa yang dalam
terma al-Qur’an disebut as-siyam. Adapun hadits mengenai kewajiban
puasa ramadhan :

YZSC ‫ ﷲ‬RST ِ‫ﷲ‬ ‫ َل َ ﱠ‬UُV‫ َر‬Wْ ُ XFِ Vَ :‫ َل‬EَQ EFَ ُHIْ Cَ ُ‫ﷲ‬ ‫ َ ﱠ‬Lَ Mِ ‫ َر‬Oَ Fَ Cُ >ِ @ْ ِ‫ ِ> ا‬Cَ ‫َو‬
:ُ‫ل‬Uُ[َ\ ]SV‫و‬
(ُYَ^ ‫ ُ_رُوا‬Qْ Eَ` ]ْ aُ Zْ َSCَ ]‫ ﱠ‬bُ ‫ ِ ْن‬dَ`,‫ُوا‬Oeِ `ْ َ fَ` ُ‫ه‬UFُ ُh\ْ َ‫ َوإِ َذا َرأ‬,‫ا‬Ulُ Uُmَ` ُ‫ه‬UFُ ُh\ْ َ‫)إِ َذا َرأ‬
:‫ريﱢ‬E َ ِwxَ َw ُYَ^ ‫ ُ_رُوا‬Qْ Eَ` ]ْ aُ Zْ َSCَ Lَ Fِ bْ ُ‫ ِ ْن أ‬dَ`) :]ٍ ِSoْ Fُ ِ^‫ َو‬.Yِ Zْ َSCَ q
ِ uَ ُvSْ ِ^‫>( َو‬Z ٌ َr‫ﱠ‬hlُ
َ ِwxَ َw َ‫ ﱠ_ة‬Xِ ^ْ َ‫ا ا‬UُSFِ zْ َ fَ`)
(>Z
َ ِwxَ َw ‫ن‬E
(>Z َ َvXْ {َ َ‫ ﱠ_ة‬Cِ ‫ا‬UُSFِ zْ َ fَ`) YIC ‫ ﷲ‬LM‫ةَ ر‬Oَ \ْ Oَ ُ‫ ھ‬Lِ@َ‫} أ‬ ِ \_ِ ~َ Lِ` ُYَ^‫َو‬

Artinya :
Ibnu Umar Radliyallaahu 'anhu berkata: Aku mendengar Rasulullah
Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Apabila engkau sekalian
melihatnya (bulan) shaumlah, dan apabila engkau sekalian melihatnya
(bulan) berbukalah, dan jika awan menutupi kalian maka perkirakanlah."
Muttafaq Alaihi. Menurut riwayat Muslim: "Jika awan menutupi kalian
maka perkirakanlah tiga puluh hari." Menurut riwayat Bukhari: "Maka
sempurnakanlah hitungannya menjadi tigapuluh hari." Menurut riwayatnya
dari hadits Abu Hurairah: "Maka sempurnakanlah hitungan bulan Sya'ban
30 hari."

C. Rukhsah (Dispensasi)
Rukhshah secara bahasa, berarti izin pengurangan atau keringanan.
Rukhshah hendaknya berdasarkan dalil al-Qur’an dan Sunnah baik secara
tekstual maupun konstektual melalui qiyas atau ijtihad, bukan berdasarkan
kemauan dan dugaan sendiri. Adanya rukhshah merupakan bagian dari
kasih sayang Allah Swt dan bukti bahwa Islam adalah agama yang mudah
dan tidak memberatkan.

4
Rukhsah terbagi menjadi tujuh macam yaitu pertama, rukshah yang
dengan menggugurkan kewajiban seperti boleh meninggalkan perbuatan
wajib atau sunnah karena berat dalam melaksanakannya atau
membahayakan dirinya apabila melakukan perbuatan tersebut. Kedua
rukhshah dalam bentuk mengurangi kadar kewajiban. Ketiga, dalam bentuk
mengganti kewajiban dengan kewajiban lain yang lebih ringan. Keempat
dalam bentuk penangguhan pelaksanaannya kewajiban seperti
penangguhan. Kelima, dala bentuk mendahulukan pelakasanaan kewajiban.
Keenam, dalam bentuk merubah kewajiban. Dan yang terakhir rukhshah
dalam bentuk membolehkan melakukan perbuatan yang haram dan
meninggalkan perbuatan yang wajib karena adanya uzur syar'i.
Dan pada pembahasan kali ini yang akan dibahas adalah rukshah
yang dengan menggugurkan kewajiban seperti boleh meninggalkan
perbuatan wajib atau sunnah karena berat dalam melaksanakannya.

5
Artinya :

“Barang siapa di antara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia
berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang
ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain.”(184)

"Bulan Ramadan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur'an,


sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai
petunjuk itu dan pembeda (antara yang benar dan yang batil). Karena itu,
barang siapa di antara kamu ada di bulan itu, maka berpuasalah. Dan barang
siapa sakit atau dalam perjalanan (dia tidak berpuasa), maka (wajib
menggantinya), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang
lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki
kesukaran bagimu. Hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan
mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, agar
kamu bersyukur."(185)
Pada ayat 184 dan permulaan ayat 185, Allah menerangkan bahwa
puasa yang diwajibkan itu ada beberapa hari yaitu pada bulan Ramadan
menurut banyaknya hari bulan Ramadan itu (29 atau 30 hari). Nabi Besar
Muhammad Saw. semenjak turunnya perintah puasa sampai wafatnya,
beliau selalu berpuasa di bulan Ramadan selama 29 hari kecuali satu kali
saja yang genap 30 hari.
Sekalipun Allah Swt. telah mewajibkan puasa pada bulan Ramadan
kepada semua orang-orang yang beriman, akan tetapi Allah Yang Maha
Bijaksana memberikan keringanan kepada orang-orang yang sakit dan
musafir untuk tidak berpuasa pada waktu itu dan menggantinya pada hari-
hari lain di luar bulan Ramadan. Menurut ayat diatas, barang siapa yang
benar-benar merasa berat menjalankan puasa, maka ia boleh menggantinya
dengan fidyah, walaupun ia tidak sakit dan tidak musafir. Termasuk orang-
orang yang berat mengerjakan puasa itu ialah:
1. Musafir
Dengan didukung oleh hadits yang diriwayatkan oleh Abu At-Tarmizi:
“Para sahabat berpendapat barangsiapa yang merasa kuat kemudian
6
puasa (maka) itu baik (baginya), dan barangsiapa yang merasa lemah
kemudian berbuka (maka) itu baik (baginya)”.5
2. Wanita Hamil dan Menyusui
Diperbolehkan tidak berpuasa apabila jika berpuasa akan menyebabkan
terganggunya kesehatan sang ibu dan anak.6
3. Sakit
Allah membolehkan orang yang sakit untuk berbuka sebagai rahmat
dari-Nya, dan kemudahan bagi orang yang sakit tersebut. Sakit yang
membolehkan berbuka adalah sakit yang apabila dibawa berpuasa akan
menyebabkan suatu madharat atau menjadi semakin parah penyakitnya
atau dikhawatirkan terlambat kesembuhannya.
4. Haid dan Nifas
Ahlul ilmi telah bersepakat bahwa orang yang haid dan nifas tidak
dihalalkan berpuasa, keduanya harus berbuka dan mengqadha, kalaupun
keduanya puasa (maka puasanya) tidak sah.
5. Lanjut Usia
Didukung dengan hadits yang diriwayatkan oleh Abu Quthni Dari Abu
Hurairah Radhiyallahu ‘anhu : “Barangsiapa yang mencapai usia lanjut
dan tidak mampu puasa Ramadhan, harus mengeluarkan setiap harinya
satu mud gandum”.7 Selain itu diperkuat oleh hadits yang diriwayatkan
oleh Al-Bukhori yakni “Kakek dan nenek yang lanjut usia, yang tidak
mampu puasa harus memberi makan setiap harinya seorang miskin”.8
Adapun hadits mengenai rukhsah (dispensasi) bagi musafir, sakit dan
orang tua renta riwayat Ibnu Abbas Radliyallaahu 'anhu berkata: Orang
tua lanjut usia diberi keringanan untuk tidak shaum dan memberi makan
setiap hari untuk seorang miskin, dan tidak ada qodlo baginya. Hadits
shahih diriwayatkan oleh Daruquthni dan Hakim.

5
Machfuddin Aladip, Bulughul Maram Terjemahan dari Al-Asqalani, (Semarang: Toha Putra.
2010), hlm. 323
6
Aqis Bil Qisthi, Wanita Dalam Naungan Hukum Islam, (Surabaya: Bintang Usaha. 2005)
7
Machfuddin Aladip,Opcit. hal 323
8
Ibid., hal 324
7
D. Kafarat Bagi yang Melakukan Hubungan intim di Siang Hari pada
Saat Puasa Ramadhan
Kaffarah (kafarat) adalah denda yang dikenakan kepada orang-
orang yang membatalkan puasa karena melakukan hubungan suami istri di
siang hari pada saat puasa ramadan, atau jima'. Berdasarkan hadist yang
diriwayatkan dari Abu Hurairah Ra, mengenai kafarat bagi suami istri yang
melakukan hubungan inti di siang hari pada saat puasa ramadhan :

L‫ِ ﱢ‬v‫ﱠ‬I^َ‫ ا‬Rَ^ِ‫ ٌˆ إ‬‰ُ ‫ َء َر‬E‰َ ) :‫ َل‬EَQ YIC ‫ ﷲ‬LM‫ةَ ر‬Oَ \ْ Oَ ُ‫ ھ‬Lِ@َ‫ ْ> أ‬Cَ ‫َو‬
َ aَ َS‫ أَ ْھ‬Elَ ‫ َو‬:‫ َل‬EَQ .ِ‫ﷲ‬
?‹ ‫ َل َ ﱠ‬UُV‫ َر‬Eَ\ W ُ aْ َSَ‫ ھ‬:‫ َل‬Eَ[َ` ]SV‫ و‬YZSC ‫ ﷲ‬RST
qُ ِhXْ َŒ Elَ _ُ •ِ َŒ ْˆَ‫ ھ‬:‫ َل‬Eَ[َ` ،‫ن‬Eَ •َ lَ ‫ َر‬Lِ` LِŒَ‫أ‬Oَ lْ ِ‫ ا‬RَSCَ Wْ
ُ XَQ‫ َو‬:‫ َل‬EَQ
:‫ َل‬EَQ ?>ِ Zْ Xَ ِ@Eَhَhlُ >ِ \ْ Oَ Hْ {َ ‫ َم‬UُmَŒ ‫ ُ‘ أَ ْن‬Zeِ َhoْ َŒ ْˆَHَ` :‫ َل‬EَQ ’َ :‫ َل‬EَQ ?ً”َvَQ‫َر‬
LِŒُfَ` ,• َ َS‰َ ]‫ُ ﱠ‬w ,’َ :‫ َل‬EَQ ?EًIZaِ oْ lِ >Z َ ‫ﱢ‬hVِ ]ُ Xِ eْ ُŒ Elَ _ُ •ِ َŒ ْˆَHَ` :‫ َل‬EَQ ’َ
, ‫َ َ–ا‬Hِ@ ‫ ﱠ_ ْق‬m ٍ Oَ Xَ ِ@ ]SV‫ و‬YZSC ‫ ﷲ‬RST L‫ِ ﱡ‬v‫ﱠ‬I^َ‫ا‬
َ َŒ :‫ َل‬Eَ[َ` .ٌOFْ َŒ Yِ Zِ` ‫ق‬
,E‫ﱠ‬Ilِ Yِ Zْ َ^ِ‫ ُج إ‬Uَ ْ~َ‫ أ‬W
ٍ Zْ َ@ ˆُ ‫ أَ ْھ‬EَHZْ َhَ@’َ >َْ Zَ@ EFَ َ` ?E‫ﱠ‬Ilِ Oَ َ[`ْ َ‫ أ‬RَSCَ َ‫ أ‬:‫ َل‬Eَ[َ`
ْ ‫ َل‬EَQ ]‫ُ ﱠ‬w ،ُYُ@EَZ›ْ َ‫ت أ‬
ْšَ‫اذھ‬: ْ _َ َ@ R‫ﱠ‬h~َ ]SV‫ و‬YZSC ‫ ﷲ‬RST L‫ِ ﱡ‬v‫ﱠ‬I^َ‫‹ ا‬ َ •ِ • َ َ`
ْ َ fَ`
َ َS‫ُ أَ ْھ‬YFْ Xِ ‫ط‬
]ٍ ِSoْ Fُ ِ^ ُžrْ ‫ﱠ‬S^‫ َوا‬,ُ”Xَ vْ o‫‹( َر َواهُ اَ^ ﱠ‬
Artinya :
Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu berkata: Ada seorang laki-laki
menghadap Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam, lalu berkata: Wahai
Rasulullah, aku telah celaka. Beliau bertanya: "Apa yang
mencelakakanmu?" Ia menjawab: Aku telah mencampuri istriku pada saat
bulan Ramadhan. Beliau bertanya: "Apakah engkau mempunyai sesuatu
untuk memerdekakan budak?" ia menjawab: Tidak. Beliau bertanya:
"Apakah engkau mampu shaum dua bulan berturut-turut?" Ia menjawab:
Tidak. Lalu ia duduk, kemudian Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam
memberinya sekeranjang kurma seraya bersabda: "Bersedekahlan denan

8
ini." Ia berkata: "Apakah kepada orang yang lebih fakir daripada kami?
Padahal antara dua batu hitam di Madinah tidak ada sebuah keluarga pun
yang lebih memerlukannya daripada kami. Maka tertawalah Nabi
Shallallaahu 'alaihi wa Sallam sampai terlihat gigi siungnya, kemudian
bersabda: "Pergilah dan berilah makan keluargamu dengan kurma itu."
Riwayat Imam Tujuh dan lafadznya menurut riwayat Muslim.
Adapun hukuman denda atau kafarat yang harus dilakukan terhadap
orang yang melakukan hubungan intim di siang hari saat bulan puasa
terdapat tiga tahapan.
a. Pertama, orang itu harus memerdekakan hamba sahaya atau budak
perempuan yang beriman, tak boleh yang lain. Sahaya itu juga harus
bebas dari cacat yang mengganggu kinerjanya.
Namun karena sekarang tidak ada budak, dapat diganti dengan tahapan
berikutnya.
b. Kedua, jika tidak mampu, ia harus berpuasa selama dua bulan berturut-
turut.
c. Ketiga, jika tidak mampu lagi, ia harus memberi makanan kepada 60
orang fakir, masing-masing sebanyak satu mud (kurang lebih sepertiga
liter).

Kewajiban membayar kafarat bagi orang yang mempergauli istrinya


pada siang hari bulan Ramadhan. Imam An Nawawi menyatakan, madzhab
kami dan madzhab para ulama menyatakan wajibnya kafarat atasnya, jika
berjima’ dengan sengaja.

9
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan
Puasa Ramadan merupakan rutinitas yang ibadah yang tidak bisa
ditinggalkan dalam setiap tahunnya karena hukumnya yang wajib. Puasa
Ramadan ialah puasa yang dilaksanakan dari mulai fajar hingga terbenam
matahari. Di bulan Ramadan inilah seluruh umat Islam diwajibkan berpuasa
jika tidak mampu maka diharuskan untuk mengganti puasa tersebut pada
hari-hari yang lain. Puasa dimaksud, sebagaimana dijelaskan dalam fikih,
berbentuk menahan diri untuk tidak makan, tidak minum, tidak
berhubungan suami isteri dan tidak melakukan hal-hal yang membatalkan
puasa seperti merokok atau minum obat sejak fajar terbit hingga matahari
terbenam.
Sekalipun Allah Swt. telah mewajibkan puasa pada bulan Ramadan
kepada semua orang-orang yang beriman, akan tetapi Allah Yang Maha
Bijaksana memberikan keringanan kepada orang-orang yang sakit dan
musafir untuk tidak berpuasa pada waktu itu dan menggantinya pada hari-
hari lain di luar bulan Ramadan.
Kaffarah (kafarat) adalah denda yang dikenakan kepada orang-
orang yang membatalkan puasa karena melakukan hubungan suami istri di
siang hari pada saat puasa ramadan, atau jima'.

B. Saran
Dengan adanya dalil-dalil baik dari Al-Qur’an maupun hadits yang
mewajibkan puasa pada bulan ramadhan diharapkan kepada seluruh umat
Muslim agar bisa menjalankannya dengan baik. Kecuali bagi mereka yang
termasuk dalam golongan orang yang mendapat rukhsah.

10
DAFTAR PUSTAKA

Prof. Dr. T.M. Hasbi Ash Shiddieqy. (1954) Pedoman Puasa, Bulan
bintang: Jakarta
Al-Utsaimin Syaikh Muhammad bin Shalih (2008), Majelis Bulan
Ramadan : Jakarta
Ahmad Mustafa, Mahmud, (2009) Puasa Senin kamis, Mutiara Media :
Jakarta
Abu Hayyan, (1425/2005) , al-Bahr al-Muhit fī at-Tafsir, diedit oleh Zuhair
Ja‘id, Dar al-Firk li at-Tiba‘ah wa an-nasyr wa at-Tauzī‘: Beirut
Aladip, Machfuddin. (2010) Bulughul Maram Terjemahan dari Al-
Asqalani, Toha Putra : Semarang
Aqis Bil Qisthi, (2005), Wanita Dalam Naungan Hukum Islam, Bintang
Usaha : Surabaya

11

Anda mungkin juga menyukai