TEORI MUNASABAH
Mata Kuliah : PENGEMBANGAN STUDI AL-QUR’AN
DAN HADITS
Disusun oleh :
i
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah. Segala puji hanya milik Allah Tuhan semesta alam yang atas
karunia dan nikmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu.
Sholawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Baginda Rasulillah
Muhammad SAW yang selau kita harapkan syafaatnya kelak di yaumil kiyamah.
Makalah yang kami susun ini bertemakan Teori Munasabah Al-Qur’an pada
Mata Kuliah Pengembangan Studi Al-Qur‟an dan Hadits. Dengan rujukan dari
berbagai sumber dan bantuan dari teman-teman lain akhirnya makalah ini berhasil
kami susun meskipun jauh dari kata sempurna.
Ahirnya, dengan segala kerendahan hati kami berharap kritikan dan saran dari
pembaca dan semoga makalah ini dapat membawa manfaat bagi semua khususnya
kami sendiri.
Penulis
A. Pendahuluan
Diantara kitab-kitab suci yang lain, Al-Qur‟an merupakan kitab yang paling
sempurna. Al-Qur‟an diturunkan kepada Nabi Muhammad melalui perantara
Malaikat Jibril secara berangsur-angsur. Ia diturunkan sebagai rahmat bagi seluruh
alam dan petunjuk bagi manusia. Al-Qur‟an adalah sumber segala kebenaran dan
sumber inspirasi bagi siapapun.
Kitab al-Qur‟an berisi berbagai macam petunjuk dan peraturan yang
disyariatkan karena beberapa sebab dan hikmah yang bermacam-macam. Ayat-
ayatnya diturunkan sesuai dengan situasi dan kondisi yang membutuhkan. Susunan
ayat-ayat dan surat-suratnya ditertibkan sesuai dengan yang terdapat di lauh mahfudh,
sehingga tampak adanya persesuaian antara ayat yang satu dengan ayat yang lain dan
antar surat satu dengan surat yang lain.1
Meskipun bahasa al-Qur‟an indah, namun tidak semua orang dapat dengan
mudah memahami maknanya. Oleh sebab itu lahirlah ilmu tafsir, sedangkan ilmu
tafsir sendiri tidaklah sempurna tanpa memahami munasabah. untuk menelaah lebih
rinci tentang munasabah, simaklah uraian berikut.
B. Pembahasan
1. Pengeritan Munasabah
Secara etimologi, ”munasabah” semakna dengan “musyakalah” dan
“muraqobah”, yang berarti serupa dan berdekatan. Secara istilah, “munasabah”
berarti hubungan atau keterkaitan dan keserasian antara ayat-ayat al- Qur‟an.2
Ibnu Arabi, sebagaimana dikutip oleh Imam As-Syayuti, mendifinisikan
“munasabah” itu kepada “Keterkaitan ayat-ayat al-Qur‟an antara sebagiannya dengan
sebagian yang lain, sehingga ia terlihat sebagai suatu ungkapan yang rapi dan
sistematis.” Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa “munasabah” adalah suatu
1
Abdul Jalal, Ulumul Qur‟an (Surabaya: Dunia Ilmu, 2013), hal. 157
2
Kadar Yusuf, Studi Qur‟an (Jakarta: Amzah, 2012), hal. 96
1
2
ilmu yang membahas tentang keterkaitan atau keserasian ayat-ayat al-Qur‟an antara
satu dengan yang lain.3
Az-Zarkasy mengatakan: “manfaatnya ialah menjadikan sebagian dengan
sebagian lainnya, sehingga hubungannya menjadi kuat, bentuk susunannya kukuh dan
bersesuaian bagian-bagiannya laksana sebuah bangunann yang amat kokoh.” Qadi
Abu Bakar Ibnul „Arabi menjelaskan: “Mengetahui sejauh mana hubungan antara
ayat- ayat satu dengan yang lain sehingga semuanya menjadi seperti satu kata, yang
maknanya serasi dan susunannya teratur merupakan ilmu yang besar”.4
Sehingga munasabah dapat diartikan sebagai ilmu atau pengetahuan yang
membahas tentang hubungan al-Qur‟an dari berbagai sisinya. Tokoh yang
memelopori munasabah adalah Abu Bakar an-Naysaburi. Beliau adalah soerang alim
berkebangsaan Irak yang sangat ahli ilmu syariah dan kesustraan Arab. Selain itu, ada
pula Abu Ja‟far bin Zubair dengan karyanya “Al-Burhan fi Munasabah Tartib Suwar
a l-Qur‟an”, Burhanuddin Al-Biqa‟i dengan karyanya “Nuzhum Adh-Dhurar fi
Tatanasub A l-Ayi wa As-Suwar” dan As-Sayuti dengan karyanya “Tanasuq Adh-
Dhurar fi Tanasub As-Suwar”.5
2. Cara Mengetahui Munasabah
Untuk mengetahui munasabah unsur-unsur Al-Qur‟an, ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan, yaitu sebagai berikut:
a. Topik inti yang diperbicangkan dalam ayat. Mufassir perlu mengetahui
permasalahan utama yang diperbincangkan oleh suatu ayat. Hal ini dapat
diketahui melalui istilah-istilah yang digunakan dan alur pembicaraannya.
Permasalahan utama itu mungkin terdapat dalam ayat yang ditafsirkan atau
mungkin juga terdapat dalam ayat sebelumnya.
3
Ibid.,
4
Manna khalil al Qattan, Mabahis fi „Ulumil Qur‟an (Riyadh: Maktabah Wahbah), hal. 97
5
Kadar Yusuf, Studi Qur‟an, Op.Cit., hal. 96
3
b. Topik inti biasanya mempunyai sub-sub topik. Jika topik inti telah diketahui,
maka perlu pula dilihat dan dipahami hal-hal yang yang dicakupi oleh topik inti
tersebut.
c. Sub-subtopik itu mempunyai unsur-unsur tersendiri pula. Maka masing-masing
ayat, ada yang berbincang mengenai topik inti, subtopik, dan ada pula yang
memperbincangkan unsu-unsur yang ada pada subtopik. Munasabah Al-Qur‟an
dapat dilihat dari sisi lain.6
Pengetahuan mengenai korelasi dan hubungan antara ayat-ayat itu
bukanlahhal yang tauqif (tidak dapat diganggu gugat karena telah ditetapkan Rasul);
tetapi didasarkan pada ijtihad seoranh mufasir dan tingkat penghayatannya terhadap
kemukjizatan Qur‟an, rahasia retorika , dan segi keterangannya yang mandiri.
Apabila korelasi itu halus maknanya, harmonis konteksnya dan sesuai dengan asas-
asas kebahasaan dalam ilmu-ilmu bahasa Arab, maka korelasi tersebut dapat diterima.
Hal yang demikian ini tidak berarti bahwa seorang mufasir harus mencari
kesesuaian bagi setiap ayat, karena Al-Qur‟an turun secatra bertahap sesuai
dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi. Seorang mufasir terkadang dapat
menemukan hubungan antara ayat-ayat dan terkadang pula tidak. Oleh sebab itu, ia
tidak perlu memaksakan diri untuk menemukan kesesuaian itu, sebab kalu
memaksakannya juga maka kesesuaian itu hanyalah dibuat-buat danhal ini tidak
disukai.
3. Macam-Macam Munasabah
Dalam Al-Qur‟an sekurang-kurangnya terdapat tujuh macam munasabah.
yaitu sebagai berikut:
a. Munasabah antar surat dengan surat sebelumnya
As-Sayuti menyimpulkan bahwa munasabah antar stau surta dengan surat
sebelumnya berfungsi menerangkan atau menyempurnakan ungkapan pada surat
sebelumya. Sebagai contoh Qur‟an surat Al-Baqarah ayat 2:
6
Baidan, Nashruddin. Perkembangan Tafsir al-Qur‟an di Indonesia (Semarang: Tiga Serangkai
Pustaka Mandiri, 2003), hal. 14
4
Artinya :...Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa yang keluuar
darinya dan apa yang turun dari langit dan apa yang naik kepadanya...
Dari kata-katanya sudah sangat jelas terdpat korelasi yang berlawanan.
d. Munasabah Atar ayat yang letaknya berdampingan
Munasabah antarayat yang letaknya berdampingan sering terlihat dengan
jelas, namun sering pula tidak jelas. munasabah antarayat yang terlihat jelas
umumnya menggunakan pola ta‟kid (penguat), tafsir (penjelas), i‟tiradh (bantahan),
dan tasydid (penegasan).
5
1) Pola Tafsir
Munasabah antar ayat yang menggunakan pola tafsir apabila suatu ayat
ditafsirkan maknanya oleh ayat di sampingnya. Contoh Qur‟an surat al-Baqarah ayat
2 sampai 3 yang mana kata متّقينpada ayat kedua ditafsirkan oleh ayat ke tiga.
Dengan demikian pengertian orang yang bertakwa adalah orang yang mengimani hal
gaib, mengerjakan sholat, dan menginfakkan sebagian rizkinya.
2) Pola Ta‟kid
Apabila salah satu ayat atau bagian ayat memperkuat makna bagian ayat yang
terletak disampingnya. Contohnya surat Al-Fatihah ayat 1-2.
Artinya: dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.
3) Pola I‟tiradh
Apabila pada satu kalimat atau lebih tidak ada kedudukannya dalam i‟rab
(struktur kalimat), baik di pertengahan kalimat ataupun diantara dua kalimat yang
berhubungan maknanya. Contoh dalam surat An-Nahl ayat 57:
Artinya :Dan mereka menetapkan langit bagi Allah anak-anak perempuan. Mahasuci
Allah sedang untuk mereka sendiri (mereka tetapkan) apa yang mereka sukai
(yaitu anak laki-laki)
Kata سبحنهpada ayat di atas merupakan bentuk i‟tiradh dari dua ayat yang
mengantarinya. Kata itu merupakan bantahan bagi klaim orang-orang kafir yang
menetapkan anak perempuan bagi Allah.
6
4) Pola Tasydid
Apabila satu ayat atau bagian ayat mempertegas ayat yang terletak di
sampingnya. Contohnya pada surat al-Fatihah ayat 6 sampai 7.
Artinya: Hai anak adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian
untuk menutup auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian
takwa itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebagian dari tanda-
tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat.
Kata ( ) ولبا سا التّقواdalam ayat ini tidak berkaitan dengan ungkapan
sebelumnya, sebab ungkapan sebelumnya berbicara tentang pakaian penutup aurat,
sedangkan (( )ولبا سا التّقواpakaian taqwa) bukan pakaian fisik sebagai penutup aurat.
Jadi kata ( )ولبا سا التّقواsecara zahir tidak ada hubungannya dengan aurat. Akan tetapi
hubungan tersebut terlihat pada pakaian sebagai penutup aurat yang merupakan
bagian dari takwa.
7) Munasabah berpola at-tanzir terlihat pada adanya perbandingan antara ayat-ayat
yang berdampingan. Contohnya firman Allah dalam surat al-Anfal ayat 4-5 :
7
Rosihon Anwar, Pengantar Ulumul Qur‟an (Bandung: Pustaka Setia, 2009), hal. 136-138
8
Acep Hermawan, Ulumul Qur‟an (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), hal. 124
11
C. Kesimpulan
1. Munasabah adalah ilmu ilmu atau pengetahuan yang membahas tentang
hubungan al-Qur‟an dari berbagai sisinya.
2. Cara mengetahui munasabah adalah dengan cara:
a. Mencari terlebih dahulu topik yang dibicarakan diayat tersebut
b. Mencari sub-bab dari topik dan mencari unsur-unsur dari subtopik.
3. Macam- macam munasabah terdiri dari tujuh macam, yaitu
a. munasabah antarsurat dengan surat sebelumnya.
b. Munasabah antarnama surat dan tujuan turunnya.
c. Munasabah antarbagian suatu ayat, munasabah antarayat yang letaknya
berdampingan.
d. Munasabah antarsuatu kelompok ayat dengan kelompok ayat di sampingnya.
e. Munasabah antar pemisah dan isi surat
f. Munasabah antarawal surat dengan akhir surat yang sama, dan
9
M.Amin Suma, Ulumul Qur‟an (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2013), hal. 256
12
D. Daftar Rujukan
Amin, M. Suma. Ulumul Qur‟an. Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2013.
Anwar, Rosihon. Pengantar Ulumul Qur‟an. Bandung: Pustaka Setia, 2009.
Baidan, Nashruddin. Perkembangan Tafsir al-Qur‟an di Indonesia. Semarang: Tiga
Serangkai Pustaka Mandiri, 2003.
Hermawan, Acep. Ulumul Qur‟an. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011.
Jalal, Abdul. Ulumul Qur‟an. Surabaya: Dunia Ilmu, 2013.
Yusuf, Kadar. Studi Qur‟an. Jakarta: Amzah, 2012.