Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

MODEL URGENSI SUPERVISI PENDIDIKAN

Mata Kuliah : Administrasi dan Supervisi Pendidikan


Dosen Pengampu : Dr. Raudhoh, S.Ag., S.S., M.Pd.I

Disusun oleh :
IKHSAN SYUKRON
NIM. 801210132

MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
TAHUN 2022

i
ii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT. Shalawat dan salam
kita panjatkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. karena atas
hidayah-Nya-lah makalah ini dapat diselesaikan.
Makalah ini penulis sampaikan kepada pembina mata kuliah
Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Yang membahas tentang kajian
Lembaga Pendidikan Islam Dan Akses Pendidikan di Daerah sebagai salah satu
syarat kelulusan mata kuliah tersebut. Tidak lupa saya ucapkan terima kasih
kepada bapak dosen yang telah berjasa mencurahkan ilmu kepada
penulis dalam mengajar mata kuliah ini.
Penulis memohon kepada bapak khususnya. umumnya para
pembaca untuk memberikan saran perbaikan apabila menemukan kesalahan atau
kekurangan dalam sistematika penulisan maupun dalam penyampaian isi. Selain
itu. penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun kepada
semua pembaca demi lebih baiknya karya-karya tulis yang akan datang.

Jambi. 02 Desember 2022

Penulis
A. Pendahuluan
Pendidikan merupakan bidang yang sangat vital dan berperan dalam
kemajuan dan perkembangan manusia pada khusunya dan bangsa pada umumnya.
Kemajuan dalam bidang pendidikan akan menentukan kualitas sumber daya
manusia dan perkembangan bangsa ke arah lebih baik dan maju. Peningkatan
kualitas pendidikan tidaklah mudah dan membutuhkan waktu yang panjang dan
keterlibatan berbagai komponen dan elemen. Semua komponen dan elemen harus
mendapatkan pembinaan dan pengembangan yang berkelanjutan agar dapat
membantu memperbaiki proses pembelajaran dan meningkatkan mutu pendidikan.
Guru memiliki peran yang sangat besar dalam meningkatkan mutu
pendidikan. Apabila ada guru yang kurang profesional, maka sangat dibutuhkan
bimbingan dan arahan dari orang lain atau supervisor dalam memecahkan
masalah-masalah yang mereka hadapi untuk mencapai tujuan pendidikan.
Sehingga peran guru yang sangat besar dalam meningkatkan mutu pendidikan
akan dapat tercapai jika semua permasalahan yang dihadapi oleh para guru dapat
dipecahkan dengan baik.
Aktivitas supervisi sekolah penting dalam peningkatan kualitas guru pada
khususnya dan peningkatan mutu pendidikan pada umumnya. Terdapat banyak
metode dan model yang bisa dijadikan acuan untuk melakukan supervisi
pendidikan. Metode dan model itu tentunya memiliki peran masing-masing dalam
peningkatan mutu pendidikan. Guru harus memiliki metode dalam pelaksanaan
supervisi pendidikan.
Mulyasa mengatakan bahwa peningkatan sumber daya manusia
merupakan prasyarat mutlak untuk mencapai tujuan pembangunan, salah satu
wahana untuk peningkatan sumber daya manusia adalah pendidikan, sehingga
kualitas pendidikan harus senantiasa ditingkatkan. Salah satu elemen pendidikan
yang mempunyai peran penting dalam mencapai tujuan agung pendidikan tersebut
ialah supervisi. Pelaksanaan supervisi pendidikan dilakukan dalam bentuk
“inspeksi” yang cenderung “mencari kesalahan” guru dalam melaksanakan tugas
mengajarnya, maka dalam pandangan modern dewasa ini, supervisi adalah usaha
untuk memperbaiki situasi belajar mengajar, yaitu supervisi pendidikan sebagai

1
2

bantuan bagi guru dalam meningkatkan kualitas mengajar untuk membantu


peserta didik agar lebih baik dalam belajar.1 Mengacu pada pemikiran di atas,
maka dalam makalah akan dibahas beberapa metode dan model supervisi
pendidikan.

B. Pembahasan
1. Pengertian Supervisi Pendidikan
Menurut Purwanto yang dikutip oleh Donni Juni, supervisi ialah suatu
aktifitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai
sekolah lainnya dalam melakukan pekerjaan secara efektif.2 Manullang
menyatakan bahwa supervisi merupakan suatu proses untuk menerapkan
pekerjaan apa yang sudah dilaksanakan, menilainya dan bila perlu mengoreksi
dengan maksud supaya pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan rencana semula.
Supervisi merupakan usaha memberi pelayanan agar guru menjadi lebih
profesional dalam menjalankan tugas melayani peserta didiknya. 3
Sedangkan Ngalimin Purwanto merumuskan istilah supervisi sebagai
pengawasan profesional, sebab hal ini disamping bersifat lebih spesifik juga
melakukan pengamatan terhadap pengawasan akademik yang mendasarkan pada
kemampuan ilmiah, dan pendekatannya pun bukan lagi pengawasan manajemen
biasa yang bersifat human, tetapi lebih bersifat menuntut kemampuan profesional
yang demokratis dan humanistik oleh para pengawas pendidikan.4
Sedangkan istilah supervisi dalam kelembagaan pendidikan diidentikkan
dengan supervisi pengawasan profesional, hal ini tentu dihadapkan pada berbagai
peristiwa dan kegiatan, contoh jika pengawasan dilakukan oleh kepala sekolah,
maka pengawasan dilakukan untuk melihat kinerja guru dalam melaksanakan
pembelajaran terhadap siswa, namun jika supervisi dilaksanakan oleh pengawas

1
Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, Konsep, Strategi Dan Implementasi (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2011), hal. 11
2
Donni Juni Priansa dan Rismi Somad, Manajemen Supervisi Dan Kepemimpinan Kepala
Sekolah, (Bandung: Alfabeta, 2014), hal. 83
3
M. Manullang dan Marihot AMH Manullang, Manajemen Personalia, (Yogyakarta: UGM Press,
2005), hal. 85
4
Ngalimin Purwanto, Administrasi dan Supervisi pendidikan (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2009), hal. 20
3

satuan pendidikan, maka kepala sekolah dalam konteks kelembagaan jelas


menjadi tujuan utama dalam meningkatkan mutu pendidikan secara menyeluruh.
Menurut N.A Ametembun, Supervisi pendidikan adalah pembinaan ke
arah perbaikan situasi pendidikan. Pendidikan yang dimaksudkan berupa
bimbingan atau tuntutan ke arah perbaikan situasi pendidikan pada umumnya, dan
peningkatan mutu mengajar dan belajar pada khususnya. 5
Misi utama supervisi pendidikan adalah memberi pelayanan kepada guru
untuk mengembangkan mutu pembelajaran, memfasilitasi guru agar dapat
mengajar dengan efektif. Melakukan kerjasama dengan guru atau anggota staf
lainnya untuk meningkatkan mutu pembelajaran, mengembangkan kurikulum,
serta meningkatkan pertumbuhan professional semua anggotanya. Supervisi hadir
karena satu alasan untuk memperbaiki belajar mengajar. Oteng Sutisna dalam
dadang suhardan, menyatakan bahwa supervisi hadir untuk membimbing
pertumbuhan kemampuan dan kecakapan profesional guru. Bilamana guru
memperoleh pembinaan dan kemudian menyadari pentingnya meningkatkan
kemampuan diri, guru tumbuh dan makin bertambah mampu dalam menjalankan
tugasnya. Proses belajar peserta didik akan menerima dampak lebih baik karena
kecakapan guru mengolah pembelajaran makin sempurna, murid juga akan belajar
berkembang lebih pesat.6
Kegiatan supervisi digunakan untuk memajukan pembelajaran melalui
pertumbuhan kemampuan guru-gurunya. Supervisi mendorong guru menjadi lebih
berdaya, dan situasi belajar mengajar menjadi lebih baik, pengajaran menjadi
efektif, guru menjadi lebih puas dalam melaksanakan pekerjaannya. Kepala
sekolah sebagai pelaksana supervisi harus mampu membimbing guru-guru secara
efisien yang dapat menanamkan kepercayaan, menstimulir dan membimbing
penelitian profesional, usaha kooperatif yang dapat menunjukkan kemampuannya
membantu guru dalam memecahkan masalah yang dihadapinya dan mampu
mengadakan studi dan pembinaan profesional dalam rangka peningkatan kualitas
mengajar dan mutu pembelajaran.
5
N.A Ametembun, Guru Dalam Administrasi Pendidikan, (Bandung: IKIP, 1981), hal. 5
6
Dadang Suhardan, Program Layanan Supervisi Peningkatan Mutu, (Jakarta: Balai Pustaka,
2007), hal. 110
4

Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat dipahami bahwa supervisi


pendidikan adalah suatu aktifitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu
para guru dan pegawai sekolah lainnya dalam melakukan pekerjaan mereka secara
efektif.

2. Metode Dan Teknik Supervisi Pendidikan


Metode dalam konteks pengawasan merupakan suatu cara yang ditempuh
oleh pengawas pendidikan guna merumuskan tujuan yang hendak dicapai baik
oleh sistem perorangan maupun kelembagaan pendidikan itu sendiri. Dengan kata
lain metode adalah sarana untuk mencapai tujuan. Setiap metode memiliki teknik-
teknik tertentu yang sesuai dengan tujuan yang harus dicapainya. Berikut ini akan
diuraikan tentang metode supervisi pendidikan:
1) Metode Supervisi Manajerial
Supervisi manajerial adalah berupa kegiatan pemantauan, pembinaan dan
pengawasan terhadap kepala sekolah dan seluruh elemen sekolah lainnya di dalam
mengelola, mengadministrasikan dan melaksanakan seluruh aktivitas sekolah,
sehingga dapat berjalan dengan efektif dan efisien dalam rangka mencapai tujuan
sekolah serta memenuhi standar pendidikan nasional. Berikut metode supervisi
manajerial yang dapat dikembangkan oleh para pengawas sekolah:
a) Monitoring dan Evaluasi
Metode utama yang mesti dilakukan oleh pengawas satuan pendidikan
dalam supervisi tentu saja adalah monitoring dan evaluasi.
Monitoring adalah suatu kegiatan yang ditujukan untuk mengetahui
perkembangan pelaksanaan penyelenggaraan sekolah, apakah sudah sesuai
dengan rencana, program, dan/atau standar yang telah ditetapkan, serta
menemukan hambatan-hambatan yang harus diatasi dalam pelaksanaan program.7
Monitoring lebih berpusat pada pengontrolan selama program berjalan.
Melalui monitoring, dapat diperoleh umpan balik bagi sekolah atau pihak lain
yang terkait untuk menyukseskan ketercapaian tujuan. Aspek-aspek yang

7
Rohiat, Manajemen Sekolah; Teori Dasar Dan Praktek, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2008),
hal. 115
5

dicermati dalam monitoring adalah hal-hal yang dikembangan dan dijalankan


dalam Rencana Pengembangan Sekolah (RPS). Dalam melakukan monitoring ini
tentunya pengawas harus melengkapi diri dengan parangkat atau daftar isian yang
memuat seluruh indikator sekolah yang harus diamati dan dinilai.
Sedangkan kegiatan evaluasi ditujukan untuk mengetahui sejauhmana
kesuksesan pelaksanaan penyelenggaraan sekolah atau sejauhmana keberhasilan
yang telah dicapai dalam kurun waktu tertentu. Tujuan evaluasi utamanya adalah
untuk mengetahui tingkat keterlaksanaan program, mengetahui keberhasilan
program, mendapatkan bahan/masukan dalam perencanaan tahun berikutnya, dan
memberikan penilaian (judgement) terhadap sekolah.8
b) Refleksi dan Focused Group Discussion
Sesuai dengan paradigma baru manajemen sekolah yaitu pemberdayaan
dan partisipasi, maka judgement keberhasilan atau kegagalan sebuah sekolah
dalam melaksanakan program atau mencapai standar bukan hanya menjadi
otoritas pengawas. Hasil monitoring yang dilakukan pengawas hendaknya
disampaikan secara terbuka kepada pihak sekolah, terutama kepala sekolah, wakil
kepala sekolah, komite sekolah dan guru. Secara bersama-sama pihak sekolah
dapat melakukan refleksi terhadap data yang ada, dan menemukan sendiri faktor-
faktor penghambat serta pendukung yang selama ini mereka rasakan.
Forum untuk ini dapat berbentuk Focused Group Discussion (FGD), yang
melibatkan unsur-unsur stakeholder sekolah. Diskusi kelompok terfokus ini dapat
dilakukan dalam beberapa putaran sesuai dengan kebutuhan. Tujuan dari FGD
adalah untuk menyatukan pandangan stakeholder mengenai realitas kondisi
(kekuatan dan kelemahan) sekolah, serta menentukan langkah-langkah strategis
maupun operasional yang akan diambil untuk memajukan sekolah. Peran
pengawas dalam hal ini adalah sebagai fasilitator sekaligus menjadi narasumber
apabila diperlukan, untuk memberikan masukan berdasarkan pengetahuan dan
pengalamannya.

8
Ibid., hal. 116
6

c) Metode Delphi
Metode Delphi dapat digunakan oleh pengawas dalam membantu pihak
sekolah merumuskan visi, misi dan tujuannya. Sesuai dengan konsep MBS, dalam
merumuskan Rencana Pengembangan Sekolah (RPS) sebuah sekolah harus
memiliki rumusan visi, misi dan tujuan yang jelas dan realistis yang digali dari
kondisi sekolah, peserta didik, potensi daerah, serta pandangan seluruh
stakeholder.9
Sejauh ini kebanyakan sekolah merumuskan visi dan misi dalam susunan
kalimat “yang bagus”, tanpa dilandasi oleh filosofi dan penda- laman terhadap
potensi yang ada. Akibatnya visi dan misi tersebut tidak realistis, dan tidak
memberikan inspirasi kepada warga sekolah untuk mencapainya.
Metode Delphi merupakan cara yang efisien untuk melibatkan banyak
stakeholder sekolah tanpa memandang faktor-faktor status yang sering menjadi
kendala dalam sebuah diskusi atau musyawarah. Misalnya sekolah mengadakan
pertemuan bersama antara sekolah, dinas pendidikan, tokoh masyarakat, orang
murid dan guru, maka biasanya pembicaraan hanya didominasi oleh orang-orang
tertentu yang percaya diri untuk berbicara dalam forum. Selebihnya peserta hanya
akan menjadi pendengar yang pasif.
Metode Delphi dapat disampaikan oleh pengawas kepada kepala sekolah
ketika hendak mengambil keputusan yang melibatkan banyak pihak. Langkah-
langkahnya menurut Gorton adalah sebagai berikut:
(1) Mengidentifikasi individu atau pihak-pihak yang dianggap memahami
persoalan dan hendak dimintai pendapatnya mengenai pengembangan
sekolah;
(2) Masing-masing pihak diminta mengajukan pendapatnya secara tertulis tanpa
disertai nama/identitas;
(3) Mengumpulkan pendapat yang masuk, dan membuat daftar urutannya sesuai
dengan jumlah orang yang berpendapat sama;

9
Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), hal.
102
7

(4) Menyampaikan kembali daftar rumusan pendapat dari berbagai pihak tersebut
untuk diberikan urutan prioritasnya.
(5) Mengumpulkan kembali urutan prioritas menurut peserta, dan menyampaikan
hasil akhir prioritas keputusan dari seluruh peserta yang dimintai
pendapatnya.10
d) Workshop
Workshop atau lokakarya merupakan salah satu metode yang dapat
ditempuh pengawas dalam melakukan supervisi manajerial. Metode ini tentunya
bersifat kelompok dan dapat melibatkan beberapa kepala sekolah, wakil kepala
sekolah dan/atau perwakilan komite sekolah. Penyelenggaraan workshop ini tentu
disesuaikan dengan tujuan atau urgensinya, dan dapat diselenggarakan bersama
dengan Kelompok Kerja Kepala Sekolah atau organisasi sejenis lainnya. Sebagai
contoh, pengawas dapat mengambil inisiatif untuk mengadakan workshop tentang
pengembangan KTSP, peran serta masyarakat, sistem penilaian dan sebagainya. 11

2) Metode Supervisi Akademik


Supervisi akademik ditujukan untuk membantu guru meningkatkan
pembelajaran, sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan belajar siswa. Sesuai
dengan tujuannya tersebut maka istilah yang sering digunakan adalah supervisi
pengajaran (instructional supervision).12
Terdapat beberapa metode dan teknik supervisi yang dapat dilakukan
pengawas. Metode-metode tersebut dibedakan antara yang bersifat individual dan
kelompok.
a) Supervisi Individual
Supervisi individual di sini adalah pelaksanaan supervisi yang diberikan
kepada guru tertentu yang mempunyai masalah khusus dan bersifat perorangan.
Supervisor di sini hanya berhadapan dengan seorang guru yang dipandang
memiliki persoalan tertentu. Teknik-teknik supervisi yang dikelompokkan sebagai
teknik individual meliputi :
10
Richard A Gorton, School Administration, (New York: Wm. C. Brown, 2002), hal. 26-27
11
Nanang Fattah, Op.Cit., hal. 105
12
Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer, (Bandung: CV.Alfabeta, 2010), hal. 213
8

(1) Kunjungan kelas. Kunjungan kelas adalah teknik pembinaan guru oleh kepala
sekolah, pengawas, dan pembina lainnya dalam rangka mengamati
pelaksanaan proses belajar mengajar sehingga memperoleh data yang
diperlukan dalam rangka pembinaan guru. Tujuan kunjungan ini adalah
semata-mata untuk menolong guru dalam mengatasi kesulitan atau masalah
mereka di dalam kelas.
(2) Observasi Kelas. Observasi kelas secara sederhana bisa diartikan melihat dan
memperhatikan secara teliti terhadap gejala yang nampak. Observasi kelas
adalah teknik observasi yang dilakukan oleh supervisor terhadap proses
pembelajaran yang sedang berlangsung. Tujuannya adalah untuk memperoleh
data seobyektif mungkin mengenai aspek-aspek dalam situasi belajar
mengajar, kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh guru dalam usaha
memperbaiki proses belajar mengajar.
Pelaksanaan observasi kelas ini melalui beberapa tahap, yaitu: (1)
persiapan observasi kelas; (2) pelaksanaan observasi kelas; (3) penutupan
pelaksanaan observasi kelas; (4) penilaian hasil observasi; dan (5) tindak lanjut.
Dalam melaksanakan observasi kelas ini, sebaiknya supervisor menggunakan
instrumen observasi tertentu, antara lain berupa evaluative check-list, activity
check-list.
b) Pertemuan Individual
Pertemuan individual adalah satu pertemuan, percakapan, dialog, dan tukar
pikiran antara pembina atau supervisor guru, guru dengan guru, mengenai usaha
meningkatkan kemampuan profesional guru. Tujuannya adalah: (1) memberikan
kemungkinan pertumbuhan jabatan guru melalui pemecahan kesulitan yang
dihadapi; (2) mengembangkan hal mengajar yang lebih baik; (3) memperbaiki
segala kelemahan dan kekurangan pada diri guru; dan (4) menghilangkan atau
menghindari segala prasangka yang bukan-bukan.
c) Kunjungan Antar Kelas
Kunjungan antarkelas dapat juga digolongkan sebagai teknik supervisi
secara perorangan. Guru dari yang satu berkunjung ke kelas yang lain dalam
lingkungan sekolah itu sendiri. Dengan adanya kunjungan antarkelas ini, guru
9

akan memperoleh pengalaman baru dari teman sejawatnya mengenai pelaksanaan


proses pembelajaran pengelolaan kelas, dan sebagainya.
Agar kunjungan antarkelas ini betul-betul bermanfaat bagi pengem-
bangan kemampuan guru, maka sebelumnya harus direncanakan dengan sebaik-
baiknya. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh supervisor apabila
menggunakan teknik ini dalam melaksanakan supervisi bagi guru-guru.
d) Menilai Diri Sendiri
Menilai diri sendiri merupakan satu teknik individual dalam supervisi
pendidikan. Penilaian diri sendiri merupakan satu teknik pengembangan
profesional guru. Penilaian diri sendiri memberikan informasi secara obyektif
kepada guru tentang peranannya di kelas dan memberikan kesempatan kepada
guru mempelajari metoda pengajarannya dalam mempengaruhi murid. Semua ini
akan mendorong guru untuk mengembangkan kemampuan profesionalnya. Nilai
diri sendiri merupakan tugas yang tidak mudah bagi guru. Untuk mengukur
kemampuan mengajarnya, di samping menilai murid-muridnya, juga menilai
dirinya sendiri.13

3) Supervisi Kelompok
Supervisi kelompok adalah satu cara melaksanakan program supervisi
yang ditujukan pada dua orang atau lebih. Guru-guru yang diduga, sesuai dengan
analisis kebutuhan, memiliki masalah atau kebutuhan atau kelemahan-kelemahan
yang sama dikelompokkan atau dikumpulkan menjadi satu/bersama-sama.
Teknik-teknik supervisi yang dikelompokkan sebagai supervisi kelompok
meliputi :
a) Rapat Guru
Rapat Guru adalah teknik supervisi kelompok melalui rapat guru yang
dilakukan untuk membicarakan proses pembelajaan, dan upaya atau cara
meningkatkan profesi guru. Pada saat rapat guru berlangsung, kepala sekolah
diharapkan memiliki kemampuan yang tinggi dalam: a) menciptakan situasi yang
baik dan menjadi pendengar yang baik terhadap pendapat atau saran dari peserta;

13
Ibid., hal. 2016
10

b) menguasai ruang lingkup masalah atau materi yang dibicarakan dalam rapat
dan menghadapkan masalah yang sudah direncanakan kepada peserta untuk
dibahas serta dicari alternatif pemecahannya; c) menumbuhkembangkan motivasi
pada diri peserta untuk berpartisipasi secara aktif selama rapat berlangsung, dan
berusaha membantu mereka, terutama yang kurang berpengalaman dalam
mengemukakan ide dan pendapat.
b) Pertemuan orientasi
Pertemuan orientasi adalah pertemuan kepala sekolah dengan guru yang
bertujuan menghantar guru tersebut memasuki suasana kerja yang baru. Pada
pertemuan orientasi, kepala sekolah memberikan penjelasan mengenai hal-hal
penting yang perlu dilakukan dalam rangka meningkatkan kualitas
profesionalisme guru dalam melaksanakan tugas pengajaran. Setelah kepala
sekolah memberikan penjelasan yang penting, selanjutnya kepala sekolah
meminta masukan dari guru mengenai apa saja yang perlu dilakukan unstuck
memperbaiki kinerjanya. Dengan adanya pertemuan orientasi, diharapkan secara
dini, guru terhindar dari berbagai masalah yang mungkin dihadapi dalam
melaksanakan tugasnya. Hal ini dapat tercapai mengingat pertemuan orientasi
akan memberikan kesempatan bagi guru unstuck mengemban tugas dan
tanggungjawabnya dalam melaksanakan peranannya sebagai tenaga pendidikan.
c) Studi Kelompok Antar Guru
Guru-guru dalam mata pelajaran sejenis berkumpul bersama untuk
mempelajari suatu masalah atau sejumlah bahan pelajaran. Topik yang akan
dibahas dalam kegiatan ini telah dirumuskan dan disepakati terlebih dahulu.Pokok
bahasan telah ditentukan dan diperinci dalam garis-garis besar atau dalam bentuk
pertanyaan-pertanyaan pokok yang telah disusun secara teratur.
d) Diskusi
Diskusi adalah pertukaran pikiran atau pendapat melalui suatu percakapan
tentang suatu masalah untuk mencari alternatif pemecahannya. Diskusi
merupakan salah satu teknik supervisi kelompok yang digunakan supervisor untuk
mengembangkan berbagai ketrampilan pada diri para guru dalam mengatasi
berbagai masalah atau kesulitan dengan cara melakukan tukar pikiran antara satu
11

dengan yang lain. Melalui teknik ini supervisor dapat membantu para guru untuk
saling mengetahui, memahami, atau mendalami suatu permasalahan, sehingga
secara bersama-sama akan berusaha mencari alternatif pemecahan masalah
tersebut. Tujuan pelaksanaan supervisi diskusi adalah untuk memecahkan
masalah-masalah yang dihadapi guru dalam pekerjaannya sehari-hari dan upaya
meningkatkan profesi melalui diskusi.
e) Workshop
Workshop adalah suatu kegiatan belajar kelompok yang terjadi dari
sejumlah pendidik yang sedang memecahkan masalah melalui percakapan dan
bekerja secara kelompok. Ciri workshop adalah: 1) menggunakan secara
maksimal aktivitas mental dan fisik dalam kegiatannya, sehingga tercapai taraf
pertumbuhan profesi yang lebih tinggi dan lebih baik dari semula atau terjadi
perubahan yang berarti setelah mengikuti workshop, 2) dilaksanakan berdasarkan
kebutuhan bersama, 3) menggunakan narasumber yang memberi bantuan yang
besar dalam mencapai hasil, 4) metode yang digunakan adalah metode pemecahan
masalah, musyawarah, dan penyelidikan.
f) Tukar menukar pengalaman
Tukar menukar pengalaman adalah suatu teknik perjumpaan di mana guru
menyampaikan pengalaman masing-masing dalam mengajar terhadap topik-topik
yang sudah diajarkan, saling memberi dan menerima tanggapan dan saling belajar
satu dengan yang lain. Langkah-langkah sharring antara lain: 1) menentukan
tujuan yang dicapai, 2) menentukan pokok masalah yang akan dibahas dalam
bentuk problema, 3) memberikan kesempatan pada setiap peserta unstuck
menyumbangkan pendapat mereka, 4) merumuskan kesimpulan sementara dan
membahas problema baru.14

3. Model Supervisi Pendidikan


Ada beberapa model dalam supervisi pendidikan, yaitu model
konvensional (tradisional), model ilmiah, model klinis, dan model artistik.

14
Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer, (Bandung: CV.Alfabeta, 2010), hal. 220
12

a) Model konvensional (tradisional)


Menurut Prasojo dan Sudiyono model supervisi tradisional ada dua,
yaitu:15
(1) Observasi Langsung. Supervisi model ini dapat dilakukan dengan observasi
langsung kepada guru yang sedang mengajar melalui prosedur: pra-observasi,
observasi, dan post-observasi.
(2) Observasi Tidak Langsung. Supervisi ini dilaksanakan melalui:
(a) Tes dadakan
Sebaiknya soal yang digunakan pada saat diadakan sudah diketahui
validitas, reliabilitas, daya beda, dan tingkat kesukarannya. Soal yang diberikan
sesuai dengan yang sudah dipelajari peserta didik waktu itu.
(b) Diskusi kasus
Diskusi kasus berawal dari kasus-kasus yang ditemukan pada observasi
Proses Pembelajaran (PBM), laporan-laporan, atau hasil studi dokumentasi.
Supervisor dengan guru mendiskusikan kasus demi kasus, mencari akar
permasalahan, dan mencari berbagai alternatif jalan keluarnya.
(c) Metode angket
Angket ini berisi pokok-pokok pemikiran yang berkaitan erat dan
mencerminkan penampilan, kinerja guru, kualifikasi hubungan guru dengan
peserta didiknya, dan sebagainya.
b) Model Supervisi Ilmiah
Supervisi yang bersifat ilmiah memiliki ciri-ciri sebagai berikut: (1)
Dilaksanakan secara berencana dan kontinu, (2) Sistematis dan menggunakan
prosedur serta teknik tertentu, (3) Menggunakan instrumen pengumpulan data, (4)
Ada data yang objektif yang diperoleh dari keadaan yang riil.
Dengan menggunakan merit rating, skala penilaian atau checklist lalu para
siswa atau mahasiswa menilai proses kegiatan belajar-mengajar guru/dosen di
kelas. Hasil penelitian diberikan kepada guru-guru sebagai balikan terhadap
penampilan mengajar guru pada cawu atau semester yang lalu. Data ini tidak
berbicara kepada guru dan guru yang mengadakan perbaikan. Penggunaan alat

15
Prasojo dan Sudiyono, Supervisi Pendidikan, (Yogyakarta: Gava Media, 2011), hal. 88
13

perekam data ini berhubungan erat dengan penelitian. Walaupun demikian, hasil
perekam data secara ilmiah belum merupakan jaminan untuk melaksanakan
supervisi yang lebih manusiawi.
c) Model Supervisi Klinis
Supervisi klinis adalah bentuk supervisi yang difokuskan pada peningkatan
mengajar dengan melalui siklus yang sistematik, dalam perencanaan, pengamatan
serta analisis yang intensif dan cermat tentang penampilan mengajar yang nyata,
serta bertujuan mengadakan perubahan dengan cara yang rasional. Supervisi klinis
adalah proses membantu guru-guru memperkecil kesenjangan antara tingkah laku
rnengajar yang nyata dengan tingkah laku mengajar yang ideal. Supervisi klinis
mempunyai ciri-ciri antara lain:
(1) Inisiatif terhadap apa yang akan disupervisi timbul dari pihak guru bukan dari
supervisor.
(2) Supervisi dilakukan dengan penuh keakraban dan manusiawi.
(3) Hubungan antara supervisor dengan supervisie merupakan hubungan
kemitraaan.
d) Model Supervisi Artistik
Mengajar adalah suatu pengetahuan (knowledge), mengajar itu suatu
keterampilan (skill), tapi mengajar juga suatu kiat (art). Sejalan dengan tugas
mengajar supervisi juga sebagai kegiatan mendidik dapat dikatakan bahwa
supervisi adalah suatu pengetahuan, suatu keterampilan dan juga suatu kiat.
Supervisi itu menyangkut bekerja untuk orang lain (working for the others),
bekerja dengan orang lain (working with the others), bekerja melalui orang lain
(working through the others). Dari sinilah disadari bahwa kegiatan supervisi
adalah kegiatan menggerakkan orang lain, oleh karenanya dalam supervisi perlu
kiat dan seni agar orang lain mau berbuat untuk berubah dari kebiasaan lama
kepada kerja baru dalam upaya mencapai kemajuan, inilah yang disebut model
artistik.
Dalam hubungan bekerja dengan orang lain maka suatu rantai hubungan
kemanusiaan adalah unsur utama. Hubungan manusia dapat tercipta bila ada
kerelaan untuk menerima orang lain sebagaimana adanya. Hubungan itu dapat
14

tercipta bila ada unsur kepercayaan. Saling percaya saling mengerti, saling
menghormati, saling mengakui, saling menerima seseorang sebagaimana adanya.
Hubungan tampak melalui pengungkapan bahasa, yaitu supervisi lebih banyak.

4. Urgendi Supervisi Pendidikan


Di dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor
13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah ditegaskan bahwa salah satu
kompetensi yang harus dimiliki seorang kepala sekolah adalah kompetensi
kepribadian, kompetensi menejerial, kompetensi supervisi, kompetensi sosial dan
kompetensi kewirausahaan.16 Dengan Permendiknas tersebut berarti seorang
kepala sekolah harus kompeten dalam melakukan supervisi terhadap guru-guru
yang dipimpinnya, termasuk juga dalam kegiatan supervisi yang arahnya adalah
perbaikan kinerja, kekurangan kinerja seseorang akan bisa dilihat oleh orang lain.
Kepala sekolah sebagai supervisor memiliki peran yang strategis dalam
meningkatkan mutu lembaga pendidikan. Dalam menjalankan fungsinya sebagai
supervisor kepala sekolah harus menguasai tugas-tugasnya dan melaksanakan
tugasnya dengan baik, ia bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan sekolah,
mengatur proses belajar mengajar, mengatur hal-hal yang menyangkut kesiswaan,
personalia, sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam proses pembelajaran,
ketatausahaan, keuangan serta mengatur hubungan dengan masyarakat.
Supervisi pendidikan berperan untuk mengawasi kegiatan jalannya
pendidikan, dan memperbaiki kekekurangan dan kesalahan dalam proses
pendidikan untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Kualitas pendidikan dapat
dilihat dari prestasi akademik dan non akademik peserta didik dalam kancah
nasional dan internasional. Sehingga keberhasilan pelaksanaan supervisi
pendidikan dapat diukur dari peningkatan prestasi belajar peserta didik. Selain itu
sebagaimana yang diungkapkan oleh Rahmat, supervisi adalah ilmu tentangcara
membina sumber daya manusia yang berperan pada pelaksanaan pendidikan yaitu
pendidik untuk mencapai tujuan yang telah disepakati dan dijalankan oleh
supervisior yaitu pengawas dan kepala sekolah. Supervisior berperan mengawasi,

16
Permendiknas Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah
15

memimpin, membina, mengontrol sumber daya yang meliputi perencanaan,


pengamatan, pembinaan dan pengawasan.17

C. Kesimpulan
Dalam supervisi pendidikan terdapat metode dan model yang
dikembangkan oleh para ahli guna meningkatkan mutu pendidikan. Metode
adalah sarana untuk mencapai tujuan. Dapat diartikan bahwa metode supervisi
pendidikan adalah sarana yang digunakan oleh supervisor untuk mencapai tujuan
pendidikan. Metode supervisi dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu: metode
manajerial dan supervisi akademik.
Selain dari metode supervisi pendidikan juga mempunyai model supervisi
pendidikan. Model supervisi pendidikan dapat diartikan sebagai pola atau ragam
yang digunakan oleh seorang supervisor untuk melakukan kegiatan supervisi di
bidang pendidikan. Model-model supervisi pendidikan antara lain ialah: model
konvensional (tradisional), model supervisi ilmiah, model supervisi klinis, dan
model supervisi artistik.
Keberhasilan supervisi pendidikan dapat diukur melaluI peningkatan
prestasi akademik dan non akademik. Supervisi pendidikan berperan dalam
mengawasi kegiatan jalannya pendidikan, memperbaiki kekekurangan dan
kesalahan dalam proses pendididikan, perencanaan, pengamatan, pembinaan dan
pengawasan untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.

D. Daftar Pustaka
Abdul Rahmat, Manajemen Pendidikan Islam. Gorontalo, Ideas Publising, 2013.
Dadang Suhardan, Program Layanan Supervisi Peningkatan Mutu, Jakarta: Balai
Pustaka, 2007.
Donni Juni Priansa dan Rismi Somad, Manajemen Supervisi Dan Kepemimpinan
Kepala Sekolah, Bandung: Alfabeta, 2014.
M. Manullang dan Marihot AMH Manullang, Manajemen Personalia,
Yogyakarta: UGM Press, 2005.
M. Rifa’i, Administrasi Dan Supervisi Pendidikan, Bandung; Jemmars, 1982.

17
Abdul Rahmat, Manajemen Pendidikan Islam (Gorontalo, Ideas Publising, 2013), hal. 14
16

N.A Ametembun, Guru Dalam Administrasi Pendidikan, Bandung: IKIP, 1981.


Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya,
2011.
Rohiat, Manajemen Sekolah; Teori Dasar Dan Praktek, Bandung: PT. Refika
Aditama, 2008.
Richard A Gorton, School Administration, (New York: Wm. C. Brown, 2002
Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer, Bandung: CV. Alfabeta,
2010.
Prasojo dan Sudiyono, Supervisi Pendidikan, Yogyakarta: Gava Media, 2011.
17

E.

Anda mungkin juga menyukai