Disusun oleh :
IKHSAN SYUKRON
NIM. 801210132
i
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT. Shalawat dan salam
kita panjatkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. karena atas
hidayah-Nya-lah makalah ini dapat diselesaikan.
Makalah ini penulis sampaikan kepada pembina mata kuliah
Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Yang membahas tentang kajian
Lembaga Pendidikan Islam Dan Akses Pendidikan di Daerah sebagai salah satu
syarat kelulusan mata kuliah tersebut. Tidak lupa saya ucapkan terima kasih
kepada bapak dosen yang telah berjasa mencurahkan ilmu kepada
penulis dalam mengajar mata kuliah ini.
Penulis memohon kepada bapak khususnya. umumnya para
pembaca untuk memberikan saran perbaikan apabila menemukan kesalahan atau
kekurangan dalam sistematika penulisan maupun dalam penyampaian isi. Selain
itu. penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun kepada
semua pembaca demi lebih baiknya karya-karya tulis yang akan datang.
Penulis
A. Pendahuluan
Pendidikan merupakan bidang yang sangat vital dan berperan dalam
kemajuan dan perkembangan manusia pada khusunya dan bangsa pada umumnya.
Kemajuan dalam bidang pendidikan akan menentukan kualitas sumber daya
manusia dan perkembangan bangsa ke arah lebih baik dan maju. Peningkatan
kualitas pendidikan tidaklah mudah dan membutuhkan waktu yang panjang dan
keterlibatan berbagai komponen dan elemen. Semua komponen dan elemen harus
mendapatkan pembinaan dan pengembangan yang berkelanjutan agar dapat
membantu memperbaiki proses pembelajaran dan meningkatkan mutu pendidikan.
Guru memiliki peran yang sangat besar dalam meningkatkan mutu
pendidikan. Apabila ada guru yang kurang profesional, maka sangat dibutuhkan
bimbingan dan arahan dari orang lain atau supervisor dalam memecahkan
masalah-masalah yang mereka hadapi untuk mencapai tujuan pendidikan.
Sehingga peran guru yang sangat besar dalam meningkatkan mutu pendidikan
akan dapat tercapai jika semua permasalahan yang dihadapi oleh para guru dapat
dipecahkan dengan baik.
Aktivitas supervisi sekolah penting dalam peningkatan kualitas guru pada
khususnya dan peningkatan mutu pendidikan pada umumnya. Terdapat banyak
metode dan model yang bisa dijadikan acuan untuk melakukan supervisi
pendidikan. Metode dan model itu tentunya memiliki peran masing-masing dalam
peningkatan mutu pendidikan. Guru harus memiliki metode dalam pelaksanaan
supervisi pendidikan.
Mulyasa mengatakan bahwa peningkatan sumber daya manusia
merupakan prasyarat mutlak untuk mencapai tujuan pembangunan, salah satu
wahana untuk peningkatan sumber daya manusia adalah pendidikan, sehingga
kualitas pendidikan harus senantiasa ditingkatkan. Salah satu elemen pendidikan
yang mempunyai peran penting dalam mencapai tujuan agung pendidikan tersebut
ialah supervisi. Pelaksanaan supervisi pendidikan dilakukan dalam bentuk
“inspeksi” yang cenderung “mencari kesalahan” guru dalam melaksanakan tugas
mengajarnya, maka dalam pandangan modern dewasa ini, supervisi adalah usaha
untuk memperbaiki situasi belajar mengajar, yaitu supervisi pendidikan sebagai
1
2
B. Pembahasan
1. Pengertian Supervisi Pendidikan
Menurut Purwanto yang dikutip oleh Donni Juni, supervisi ialah suatu
aktifitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai
sekolah lainnya dalam melakukan pekerjaan secara efektif.2 Manullang
menyatakan bahwa supervisi merupakan suatu proses untuk menerapkan
pekerjaan apa yang sudah dilaksanakan, menilainya dan bila perlu mengoreksi
dengan maksud supaya pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan rencana semula.
Supervisi merupakan usaha memberi pelayanan agar guru menjadi lebih
profesional dalam menjalankan tugas melayani peserta didiknya. 3
Sedangkan Ngalimin Purwanto merumuskan istilah supervisi sebagai
pengawasan profesional, sebab hal ini disamping bersifat lebih spesifik juga
melakukan pengamatan terhadap pengawasan akademik yang mendasarkan pada
kemampuan ilmiah, dan pendekatannya pun bukan lagi pengawasan manajemen
biasa yang bersifat human, tetapi lebih bersifat menuntut kemampuan profesional
yang demokratis dan humanistik oleh para pengawas pendidikan.4
Sedangkan istilah supervisi dalam kelembagaan pendidikan diidentikkan
dengan supervisi pengawasan profesional, hal ini tentu dihadapkan pada berbagai
peristiwa dan kegiatan, contoh jika pengawasan dilakukan oleh kepala sekolah,
maka pengawasan dilakukan untuk melihat kinerja guru dalam melaksanakan
pembelajaran terhadap siswa, namun jika supervisi dilaksanakan oleh pengawas
1
Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, Konsep, Strategi Dan Implementasi (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2011), hal. 11
2
Donni Juni Priansa dan Rismi Somad, Manajemen Supervisi Dan Kepemimpinan Kepala
Sekolah, (Bandung: Alfabeta, 2014), hal. 83
3
M. Manullang dan Marihot AMH Manullang, Manajemen Personalia, (Yogyakarta: UGM Press,
2005), hal. 85
4
Ngalimin Purwanto, Administrasi dan Supervisi pendidikan (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2009), hal. 20
3
7
Rohiat, Manajemen Sekolah; Teori Dasar Dan Praktek, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2008),
hal. 115
5
8
Ibid., hal. 116
6
c) Metode Delphi
Metode Delphi dapat digunakan oleh pengawas dalam membantu pihak
sekolah merumuskan visi, misi dan tujuannya. Sesuai dengan konsep MBS, dalam
merumuskan Rencana Pengembangan Sekolah (RPS) sebuah sekolah harus
memiliki rumusan visi, misi dan tujuan yang jelas dan realistis yang digali dari
kondisi sekolah, peserta didik, potensi daerah, serta pandangan seluruh
stakeholder.9
Sejauh ini kebanyakan sekolah merumuskan visi dan misi dalam susunan
kalimat “yang bagus”, tanpa dilandasi oleh filosofi dan penda- laman terhadap
potensi yang ada. Akibatnya visi dan misi tersebut tidak realistis, dan tidak
memberikan inspirasi kepada warga sekolah untuk mencapainya.
Metode Delphi merupakan cara yang efisien untuk melibatkan banyak
stakeholder sekolah tanpa memandang faktor-faktor status yang sering menjadi
kendala dalam sebuah diskusi atau musyawarah. Misalnya sekolah mengadakan
pertemuan bersama antara sekolah, dinas pendidikan, tokoh masyarakat, orang
murid dan guru, maka biasanya pembicaraan hanya didominasi oleh orang-orang
tertentu yang percaya diri untuk berbicara dalam forum. Selebihnya peserta hanya
akan menjadi pendengar yang pasif.
Metode Delphi dapat disampaikan oleh pengawas kepada kepala sekolah
ketika hendak mengambil keputusan yang melibatkan banyak pihak. Langkah-
langkahnya menurut Gorton adalah sebagai berikut:
(1) Mengidentifikasi individu atau pihak-pihak yang dianggap memahami
persoalan dan hendak dimintai pendapatnya mengenai pengembangan
sekolah;
(2) Masing-masing pihak diminta mengajukan pendapatnya secara tertulis tanpa
disertai nama/identitas;
(3) Mengumpulkan pendapat yang masuk, dan membuat daftar urutannya sesuai
dengan jumlah orang yang berpendapat sama;
9
Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), hal.
102
7
(4) Menyampaikan kembali daftar rumusan pendapat dari berbagai pihak tersebut
untuk diberikan urutan prioritasnya.
(5) Mengumpulkan kembali urutan prioritas menurut peserta, dan menyampaikan
hasil akhir prioritas keputusan dari seluruh peserta yang dimintai
pendapatnya.10
d) Workshop
Workshop atau lokakarya merupakan salah satu metode yang dapat
ditempuh pengawas dalam melakukan supervisi manajerial. Metode ini tentunya
bersifat kelompok dan dapat melibatkan beberapa kepala sekolah, wakil kepala
sekolah dan/atau perwakilan komite sekolah. Penyelenggaraan workshop ini tentu
disesuaikan dengan tujuan atau urgensinya, dan dapat diselenggarakan bersama
dengan Kelompok Kerja Kepala Sekolah atau organisasi sejenis lainnya. Sebagai
contoh, pengawas dapat mengambil inisiatif untuk mengadakan workshop tentang
pengembangan KTSP, peran serta masyarakat, sistem penilaian dan sebagainya. 11
(1) Kunjungan kelas. Kunjungan kelas adalah teknik pembinaan guru oleh kepala
sekolah, pengawas, dan pembina lainnya dalam rangka mengamati
pelaksanaan proses belajar mengajar sehingga memperoleh data yang
diperlukan dalam rangka pembinaan guru. Tujuan kunjungan ini adalah
semata-mata untuk menolong guru dalam mengatasi kesulitan atau masalah
mereka di dalam kelas.
(2) Observasi Kelas. Observasi kelas secara sederhana bisa diartikan melihat dan
memperhatikan secara teliti terhadap gejala yang nampak. Observasi kelas
adalah teknik observasi yang dilakukan oleh supervisor terhadap proses
pembelajaran yang sedang berlangsung. Tujuannya adalah untuk memperoleh
data seobyektif mungkin mengenai aspek-aspek dalam situasi belajar
mengajar, kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh guru dalam usaha
memperbaiki proses belajar mengajar.
Pelaksanaan observasi kelas ini melalui beberapa tahap, yaitu: (1)
persiapan observasi kelas; (2) pelaksanaan observasi kelas; (3) penutupan
pelaksanaan observasi kelas; (4) penilaian hasil observasi; dan (5) tindak lanjut.
Dalam melaksanakan observasi kelas ini, sebaiknya supervisor menggunakan
instrumen observasi tertentu, antara lain berupa evaluative check-list, activity
check-list.
b) Pertemuan Individual
Pertemuan individual adalah satu pertemuan, percakapan, dialog, dan tukar
pikiran antara pembina atau supervisor guru, guru dengan guru, mengenai usaha
meningkatkan kemampuan profesional guru. Tujuannya adalah: (1) memberikan
kemungkinan pertumbuhan jabatan guru melalui pemecahan kesulitan yang
dihadapi; (2) mengembangkan hal mengajar yang lebih baik; (3) memperbaiki
segala kelemahan dan kekurangan pada diri guru; dan (4) menghilangkan atau
menghindari segala prasangka yang bukan-bukan.
c) Kunjungan Antar Kelas
Kunjungan antarkelas dapat juga digolongkan sebagai teknik supervisi
secara perorangan. Guru dari yang satu berkunjung ke kelas yang lain dalam
lingkungan sekolah itu sendiri. Dengan adanya kunjungan antarkelas ini, guru
9
3) Supervisi Kelompok
Supervisi kelompok adalah satu cara melaksanakan program supervisi
yang ditujukan pada dua orang atau lebih. Guru-guru yang diduga, sesuai dengan
analisis kebutuhan, memiliki masalah atau kebutuhan atau kelemahan-kelemahan
yang sama dikelompokkan atau dikumpulkan menjadi satu/bersama-sama.
Teknik-teknik supervisi yang dikelompokkan sebagai supervisi kelompok
meliputi :
a) Rapat Guru
Rapat Guru adalah teknik supervisi kelompok melalui rapat guru yang
dilakukan untuk membicarakan proses pembelajaan, dan upaya atau cara
meningkatkan profesi guru. Pada saat rapat guru berlangsung, kepala sekolah
diharapkan memiliki kemampuan yang tinggi dalam: a) menciptakan situasi yang
baik dan menjadi pendengar yang baik terhadap pendapat atau saran dari peserta;
13
Ibid., hal. 2016
10
b) menguasai ruang lingkup masalah atau materi yang dibicarakan dalam rapat
dan menghadapkan masalah yang sudah direncanakan kepada peserta untuk
dibahas serta dicari alternatif pemecahannya; c) menumbuhkembangkan motivasi
pada diri peserta untuk berpartisipasi secara aktif selama rapat berlangsung, dan
berusaha membantu mereka, terutama yang kurang berpengalaman dalam
mengemukakan ide dan pendapat.
b) Pertemuan orientasi
Pertemuan orientasi adalah pertemuan kepala sekolah dengan guru yang
bertujuan menghantar guru tersebut memasuki suasana kerja yang baru. Pada
pertemuan orientasi, kepala sekolah memberikan penjelasan mengenai hal-hal
penting yang perlu dilakukan dalam rangka meningkatkan kualitas
profesionalisme guru dalam melaksanakan tugas pengajaran. Setelah kepala
sekolah memberikan penjelasan yang penting, selanjutnya kepala sekolah
meminta masukan dari guru mengenai apa saja yang perlu dilakukan unstuck
memperbaiki kinerjanya. Dengan adanya pertemuan orientasi, diharapkan secara
dini, guru terhindar dari berbagai masalah yang mungkin dihadapi dalam
melaksanakan tugasnya. Hal ini dapat tercapai mengingat pertemuan orientasi
akan memberikan kesempatan bagi guru unstuck mengemban tugas dan
tanggungjawabnya dalam melaksanakan peranannya sebagai tenaga pendidikan.
c) Studi Kelompok Antar Guru
Guru-guru dalam mata pelajaran sejenis berkumpul bersama untuk
mempelajari suatu masalah atau sejumlah bahan pelajaran. Topik yang akan
dibahas dalam kegiatan ini telah dirumuskan dan disepakati terlebih dahulu.Pokok
bahasan telah ditentukan dan diperinci dalam garis-garis besar atau dalam bentuk
pertanyaan-pertanyaan pokok yang telah disusun secara teratur.
d) Diskusi
Diskusi adalah pertukaran pikiran atau pendapat melalui suatu percakapan
tentang suatu masalah untuk mencari alternatif pemecahannya. Diskusi
merupakan salah satu teknik supervisi kelompok yang digunakan supervisor untuk
mengembangkan berbagai ketrampilan pada diri para guru dalam mengatasi
berbagai masalah atau kesulitan dengan cara melakukan tukar pikiran antara satu
11
dengan yang lain. Melalui teknik ini supervisor dapat membantu para guru untuk
saling mengetahui, memahami, atau mendalami suatu permasalahan, sehingga
secara bersama-sama akan berusaha mencari alternatif pemecahan masalah
tersebut. Tujuan pelaksanaan supervisi diskusi adalah untuk memecahkan
masalah-masalah yang dihadapi guru dalam pekerjaannya sehari-hari dan upaya
meningkatkan profesi melalui diskusi.
e) Workshop
Workshop adalah suatu kegiatan belajar kelompok yang terjadi dari
sejumlah pendidik yang sedang memecahkan masalah melalui percakapan dan
bekerja secara kelompok. Ciri workshop adalah: 1) menggunakan secara
maksimal aktivitas mental dan fisik dalam kegiatannya, sehingga tercapai taraf
pertumbuhan profesi yang lebih tinggi dan lebih baik dari semula atau terjadi
perubahan yang berarti setelah mengikuti workshop, 2) dilaksanakan berdasarkan
kebutuhan bersama, 3) menggunakan narasumber yang memberi bantuan yang
besar dalam mencapai hasil, 4) metode yang digunakan adalah metode pemecahan
masalah, musyawarah, dan penyelidikan.
f) Tukar menukar pengalaman
Tukar menukar pengalaman adalah suatu teknik perjumpaan di mana guru
menyampaikan pengalaman masing-masing dalam mengajar terhadap topik-topik
yang sudah diajarkan, saling memberi dan menerima tanggapan dan saling belajar
satu dengan yang lain. Langkah-langkah sharring antara lain: 1) menentukan
tujuan yang dicapai, 2) menentukan pokok masalah yang akan dibahas dalam
bentuk problema, 3) memberikan kesempatan pada setiap peserta unstuck
menyumbangkan pendapat mereka, 4) merumuskan kesimpulan sementara dan
membahas problema baru.14
14
Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer, (Bandung: CV.Alfabeta, 2010), hal. 220
12
15
Prasojo dan Sudiyono, Supervisi Pendidikan, (Yogyakarta: Gava Media, 2011), hal. 88
13
perekam data ini berhubungan erat dengan penelitian. Walaupun demikian, hasil
perekam data secara ilmiah belum merupakan jaminan untuk melaksanakan
supervisi yang lebih manusiawi.
c) Model Supervisi Klinis
Supervisi klinis adalah bentuk supervisi yang difokuskan pada peningkatan
mengajar dengan melalui siklus yang sistematik, dalam perencanaan, pengamatan
serta analisis yang intensif dan cermat tentang penampilan mengajar yang nyata,
serta bertujuan mengadakan perubahan dengan cara yang rasional. Supervisi klinis
adalah proses membantu guru-guru memperkecil kesenjangan antara tingkah laku
rnengajar yang nyata dengan tingkah laku mengajar yang ideal. Supervisi klinis
mempunyai ciri-ciri antara lain:
(1) Inisiatif terhadap apa yang akan disupervisi timbul dari pihak guru bukan dari
supervisor.
(2) Supervisi dilakukan dengan penuh keakraban dan manusiawi.
(3) Hubungan antara supervisor dengan supervisie merupakan hubungan
kemitraaan.
d) Model Supervisi Artistik
Mengajar adalah suatu pengetahuan (knowledge), mengajar itu suatu
keterampilan (skill), tapi mengajar juga suatu kiat (art). Sejalan dengan tugas
mengajar supervisi juga sebagai kegiatan mendidik dapat dikatakan bahwa
supervisi adalah suatu pengetahuan, suatu keterampilan dan juga suatu kiat.
Supervisi itu menyangkut bekerja untuk orang lain (working for the others),
bekerja dengan orang lain (working with the others), bekerja melalui orang lain
(working through the others). Dari sinilah disadari bahwa kegiatan supervisi
adalah kegiatan menggerakkan orang lain, oleh karenanya dalam supervisi perlu
kiat dan seni agar orang lain mau berbuat untuk berubah dari kebiasaan lama
kepada kerja baru dalam upaya mencapai kemajuan, inilah yang disebut model
artistik.
Dalam hubungan bekerja dengan orang lain maka suatu rantai hubungan
kemanusiaan adalah unsur utama. Hubungan manusia dapat tercipta bila ada
kerelaan untuk menerima orang lain sebagaimana adanya. Hubungan itu dapat
14
tercipta bila ada unsur kepercayaan. Saling percaya saling mengerti, saling
menghormati, saling mengakui, saling menerima seseorang sebagaimana adanya.
Hubungan tampak melalui pengungkapan bahasa, yaitu supervisi lebih banyak.
16
Permendiknas Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah
15
C. Kesimpulan
Dalam supervisi pendidikan terdapat metode dan model yang
dikembangkan oleh para ahli guna meningkatkan mutu pendidikan. Metode
adalah sarana untuk mencapai tujuan. Dapat diartikan bahwa metode supervisi
pendidikan adalah sarana yang digunakan oleh supervisor untuk mencapai tujuan
pendidikan. Metode supervisi dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu: metode
manajerial dan supervisi akademik.
Selain dari metode supervisi pendidikan juga mempunyai model supervisi
pendidikan. Model supervisi pendidikan dapat diartikan sebagai pola atau ragam
yang digunakan oleh seorang supervisor untuk melakukan kegiatan supervisi di
bidang pendidikan. Model-model supervisi pendidikan antara lain ialah: model
konvensional (tradisional), model supervisi ilmiah, model supervisi klinis, dan
model supervisi artistik.
Keberhasilan supervisi pendidikan dapat diukur melaluI peningkatan
prestasi akademik dan non akademik. Supervisi pendidikan berperan dalam
mengawasi kegiatan jalannya pendidikan, memperbaiki kekekurangan dan
kesalahan dalam proses pendididikan, perencanaan, pengamatan, pembinaan dan
pengawasan untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.
D. Daftar Pustaka
Abdul Rahmat, Manajemen Pendidikan Islam. Gorontalo, Ideas Publising, 2013.
Dadang Suhardan, Program Layanan Supervisi Peningkatan Mutu, Jakarta: Balai
Pustaka, 2007.
Donni Juni Priansa dan Rismi Somad, Manajemen Supervisi Dan Kepemimpinan
Kepala Sekolah, Bandung: Alfabeta, 2014.
M. Manullang dan Marihot AMH Manullang, Manajemen Personalia,
Yogyakarta: UGM Press, 2005.
M. Rifa’i, Administrasi Dan Supervisi Pendidikan, Bandung; Jemmars, 1982.
17
Abdul Rahmat, Manajemen Pendidikan Islam (Gorontalo, Ideas Publising, 2013), hal. 14
16
E.