Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

ADULT AND TEACHER DEVELOPMENT WITHIN THE CONTEXT


OF THE SCHOOL : CLUES FOR SUPERVISORY PRACTICE
Mata Kuliah : Supervisi

Dosen : Jumilah Gago , S.Pd ., M.Pd

Disusun oleh :
Maria Mega Silvia Pare (2019280599)

Nur Tursinai R.H (2019280641)

Paula Princilian Lambo (2019280981)

Angela Bunga (20129280984)

Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan


Program Studi Pendidikan Biologi
Universitas Flores
2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan karunia-Nya
kami dapat menyusun makalah yang berjudul “Adult and teacher development within the
context of the school : clues for supervisory practice” ini tepat pada waktu yang telah
ditentukan.

Kami berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi Peserta didik dan pembaca
pada umumnya, sebagai salah satu sumber pengetahuan dan bahan pembelajaran tentang
Adult and teacher development within the context of the school : clues for supervisory
practice.

Dalam hal ini kami selaku penyusun menyadari masih banyak kekurangan dan
kekeliruan dalam penyusunan makalah ini, untuk itu kami meminta maaf atas segala
keterbatasan waktu dan kemampuan kami dalam menyelesaikan makalah ini. Segala kritik
dan saran yang membangun senantiasa kami harapkan demi peningkatan kualitas makalah
ini.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Ende, 19 Desember 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Supervisi Pendidikan

2.2 Prinsip-prinsip dalam supervisi

2.3 Tujuan dan fungsi supervisi pendidikan

2.4 Jenis-jenis supervisi pendidikan

2.5 Tugas dan Tanggung Jawab Supervisi

2.6 Strategi Peningkatan Profesionalitas Guru Melalui Supervisi

2.7 Pelaksanaan Supervisi di Sekolah

2.8 Karakteristik dan Jenis Pengembangan Profesi Guru

2.9 Supervisi Pendidikan Sebagai Sarana Pengembangan Profesi Guru

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Guru adalah salah satu komponen sumber daya pendidikan memang pentinguntuk
melakukan supervisi selain meningkatkan akademiknya maupun perbaikanterhadap
kinerjanya demi mengingkatkan mutu siswa yang diajarnya. Guru di tuntut perlu
memiliki profesional yang berdaya guna bagi siswa dalam belajar, karena dengan
profesionalnya ini bisa membuat siswa memahami pengetahuan yang diberikan guru.
Guru berperan menciptakan kondisi pembelajaran . Kompetensi tanpa menggunakan
profesionalitas yang penting dalam belajar akan menjadikan siswa lambat memahami
pembelajaran dari guru tersebut.
Supervisi yang memiliki peran dalam membina profesional guru demiterwujudnya
peningkatkan kualitas belajar perserta didik dan pemahaman guru tentangkonsep, teknik,
dan metode belajar guru. Profesional guru adalah suatu tingkat penampilan seseorang
dalam melaksanakan pekerjaan sebagai guru atau tenaga pendidik yang didukung dengan
keterampilan yang dimiliki, kompetensi, kode etik dan pemahaman seorang guru.
Supervisi juga memiliki fungsi sebagai evalusi, untuk mengetahui kemampuanguru
yang akan dibina, maka sebelumnya perlu dilakukan evaluasi sehingga program untuk
meningkatkan profesionalitas guru berjalan sesuai dengan supervisi yang akan dilakukan
sehingga terjadi suatu hubungan yang berkesinambungan antara yang akan disupervisi
dan proses supervisi. Supervisor haruslah menjaga agar setiapguru dalam melaksanakan
dan menjalankan tugasnya dengan baik dalam situasi kerjayang kooperatif.
Ciri-ciri yang dimiliki oleh seorang guru yang memiliki suatu sifat profesionalan
adalah seorang guru yang profesional harus menguasai bidang ilmu pengetahuan
yangdiajarkannya kepada peserta didik yang akan menerimanya, seorang guru yang
profesional harus memiliki kemampuan menyampaikan atau mengajarkan ilmu yang
dimilikinya kepada peserta didik secara efektif dan efesien, seorang guru yang profesional
harus berpegang teguh kode etik profesional.Didalam supervisi yang memiliki beberapa
sumber ide, sumber informasi dan sumber petunjuk bagi permasalahan yang dihadapi
guru salah satunya masalah peningkatan profesionalitas guru ini. Masalah profesionalitas
guru dapat diketahui melalui kegiatan supevisi sehingga seorang supervisor dapat
mengetahui tingkat profesionalitas seorang guru. Bagaimana ia dalam mengajar serta apa
kekuarangannya, dan tingkat kemampuannya dalam menyusun kerangka pembelajaran.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah Pengertian dari Supervisi Pendidikan?
2. Apakah Prinsip-prinsip dalam Supervisi?
3. Apakah Tujuan dan fungsi Supervisi Pendidikan?
4. Apa saja Jenis-jenis Supervisi Pendidikan?
5. Bagaimana Tugas dan Tanggung Jawab Supervisi ?
6. Bagaimana Strategi Peningkatan Profesionalitas Guru Melalui Supervisi ?
7. Bagaimana Pelaksanaan Supervisi di Sekolah ?
8. Bagaimana karakteristik dan jenis pengembangan profesi guru ?
9. Bagaimana supervisi pendidikan sebagai sarana pengembangan profesi guru ?

1.3 Tujuan
1. Untuk Mengetahui Pengertian Supervisi Pendidikan.
2. Untuk Mengetahui Prinsip-prinsip dalam Supervisi.
3. Untuk Mengetahui Tujuan dan Fungsi Supervisi Pendidikan.
4. Untuk Mengetahui Jenis-jenis Supervisi Pendidikan.
5. Untuk Mengetahui Tugas dan Tanggung Jawab Supervisi.
6. Untuk Mengetahui Strategi Peningkatan Profesionalitas Guru melalui Supervisi.
7. Untuk Mengetahui Pelaksanaan Supervisi di Sekolah.
8. Untuk mengetahui karakteristik dan jenis pengembangan profesi guru.
9. Untuk mengetahui supervisi pendidikan sebagai sarana pengembangan profesi guru.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Supervisi Pendidikan


Supervisi secara etimologis berasal dari bahasa inggris “to supervise” atau
mengawasi. Supervisi juga diartikan sebagai suatu aktivitas pembinaan yang
direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai sekolah lainnya dalammelakukan
pekerjaan secara efektif. Orang yang melaksanakan supervisi disebut juga dengan
supervisor. Supervisi disini bukan hanya mengawasi guru atau pegawai dalam
menjalankan tugas dengan sebaik-baiknya sesuai dengan instruksi atau ketentuan-
ketentuan yang telah ditetapkan, tetapi juga guru harus berusaha bagaimana cara-cara
memperbaikI proses belajar mengajar.
1. Menurut Sagala (2009), supervisi adalah bantuan dan bimbingan profesional bagi
guru dalam melaksanakan tugas instruksional guna memperbaiki hal belajar
danmengajar dengan melakukan stimulasi, koordinasi dan bimbingan secara kontinu
untukmeningkatkan pertumbuhan jabatan guru secara individual maupun kelompok.
2. Menurut Bafadal (2005), supervisi adalah suatu layanan profesional berbentuk
pemberian bantuan kepada personel dalam meningkatkan kemampuannya sehingga
lebih mampu mempertahankan dan melakukan perubahan penyelenggaraan sekolah
dalam rangka meningkatkan pencapaian tujuan sekolah.
3. Supervisi pendidikan adalah aktivitas dan kegiatan pembinaan yang dilakukan oleh
seorang profesional untuk membantu guru dan tenaga pendidikan lainnya dalam
memperbaiki bahan, metode dan evaluasi pengajaran dengan melakukan stimulasi,
koordinasi dan bimbingan secara kontinyu agar guru menjadi lebih profesional dalam
meningkatkan pencapaian tujuan sekolah.
Supervisor memegang peranan penting dalam meningkatkan kualitas guru agardapat
melaksanakan pembelajaran yang lebih berkualitas. Jabatan supervisor di
sekolahmeliputi kepala sekolah dan pengawas. Supervisi yang dilakukan oleh kepala
sekolahdiatur dalam Permen Diknas Nomor 13 Tahun 2007 tentang standar
KepalaSekolah/Madrasah.

2.2 Prinsip-prinsip dalam Supervisi

Supervisi akademik dalam meningkatkan mutu hasil belajar peserta didikdi Madrasah
Aliyah pada umumnya dilaksanakan melalui rapat kerja madrasahatau musyawarah warga
madrasah dengan melibatkan wakil kepala madrasah, pengawas pembina dan guru mata
pelajaran. Kegiatan ini dimaksudkan untukmenyusun rencana yang lebih berkualitas dan
menimbulkan komitmen tugas dalam proses perencanaan supervisi akademik.

Menurut Sahertian (2000), terdapat empat prinsip dalam supervisi, yaitusebagai


berikut:

1. Prinsip ilmiah, prinsip ilmiah mencakup tiga unsur, yaitu: Sistematika(dilaksanakan


secara teratur, berencana dan kontinyu), Objektif (data yangdidapat pada observasi
yang nyata bukan tafsiran pribadi) dan Menggunakanalat (instrument) yang dapat
memberi informasi sebagai umpan balik untukmengadakan penilaian terhadap proses
belajar-mengajar.
2. Prinsip demokratis, yaitu menjunjung tinggi asas musyawarah, memiliki jiwa
kekeluargaan yang kuat serta sanggup menerima pendapat orang lain.
3. Prinsip kooperatif, seluruh staff dapat bekerja sama, mengembangkan usaha bersama
dalam menciptakan situasi belajar-mengajar yang lebih baik.
4. Prinsip konstruktif dan kreatif, yaitu membina inisiatif guru sertamendorongnya untuk
aktif menciptakan suasana dimana tiap orang merasaaman dan dapat menggunakan
potensi-potensinya.

2.3 Tujuan dan Fungsi Supervisi Pendidikan

Menurut Mulyasa (2014), tujuan supervisi pendidikan adalah sebagai berikut:

1. Membina kepala sekolah dan guru-guru untuk lebih memahami tujuan pendidikan
yang sebenarnya dan peranan sekolah dalam merealisasikantujuan tersebut.
2. Memperbesar kesanggupan kepala sekolah dan guru-guru untukmempersiapkan
peserta didiknya menjadi anggota masyarakat yang lebihefektif.
3. Membantu kepala sekolah dan guru mengadakan diagnosis secara kritisterhadap
aktivitas-aktivitasnya dan kesulitan-kesulitan belajar mengajar,serta menolong
mereka merencanakan perbaikan-perbaikan.
4. Meningkatkan kesadaran kepala sekolah dan guru-guru serta warga sekolahlain
terhadap cara kerja yang demokratis dan komprehensif, sertamemperbesar
kesediaan untuk tolong menolong.
5. Memperbesar semangat guru-guru dan meningkatkan motivasi berprestasiuntuk
mengoptimalkan kinerja secara maksimal dalam profesinya.
6. Membantu kepala sekolah untuk mempopulerkan pengembangan program
pendidikan di sekolah kepada masyarakat.
7. Melindungi orang-orang yang di supervisi terhadap tuntutan-tuntutan yangtidak
wajar dan kritik-kritik yang tidak sehat dari masyarakat.
8. Membantu kepala sekolah dan guru-guru dalam mengevaluasi aktivitasnyauntuk
mengembangkan aktivitas dan kreativitas peserta didik.
9. Mengembangkan rasa kesatuan dan persatuan (kolegialitas) di antara guru.

Tujuan supervisi akademik yang fokusnya adalah pada guru, yaitu untuk
pengembangan profesionalisme guru dalam memahami akademiknya, kehidupan kelas
danketerampilannya dalam melaksanakan proses pembelajaran, pengawasan kualitas dan
penumbuhan motivasi bagi guru bersangkutan. Dengan adanya kegiatan supervisi iharapkan
kegiatan pendidikan dapat dilaksanakan sesuai dengan semestinya danmampu mencapai
tujuan sekolah yang bersangkutan, sehingga pada akhirnya mampumewujudkan tujuan
pendidikan Nasional. Jadi, dapat disimpulkan keberhasilan pelaksanaan pendidikan di
sekolah tidak terlepas dari peran pengawas, Kepala Sekolahdan guru. Tugas pokok guru
adalah mengajar dan membantu siswa menyelesaikan masalah-masalah belajar dan
perkembangan pribadi dan sosialnya. Kepala Sekolah memimpin guru dan siswa dalam
proses Pembelajaran, dan membantu mengatasi masalah yang dihadapi.

Menurut Maryono (2011), fungsi supervisi pendidikan adalah sebagai berikut:

1. Penelitian. Fungsi penelitian adalah fungsi yang harus dapat mencari jalankeluar dari
masalah yang dihadapi.
2. Penilaian. Fungsi penilaian adalah untuk mengukur tingkat kemajuan yangdiinginkan,
seberapa besar yang telah dicapai, dan penilaian ini dilakukandengan berbagai cara
seperti tes, penetapan standar, penilaian kemajuan belajar siswa, melihat
perkembangan hasil penilaian sekolah, serta prosedurlain yang berorientasi pada
peningkatan mutu pendidikan.
3. Perbaikan. Fungsi perbaikan adalah sebagai usaha untuk mendorong guru baik secara
perseorangan maupun kelompok agar mereka mau melakukan berbagai perbaikan
dalam menjalankan tugas mereka. Perbaikan ini dapatdilakukan dengan bimbingan,
yaitu dengan cara membangkitkan kemauan,memberi semangat, mengarahkan dan
merangsang untuk melakukan percobaan, serta membantu menerapkan sebuah
prosedur mengajar yang baru.
4. Pembinaan. Fungsi pembinaan merupakan salah satu usaha untukmemecahkan
masalah yang sedang dihadapi, yaitu dengan melakukan pembinaan atau pelatihan
kepada guru-guru tentang cara-cara baru dalammelaksanakan suatu proses
pembelajaran, pembinaan ini dapat dilakukan dengan cara demonstrasi mengajar,
workshop, seminar, observasi,konferensi individual dan kelompok, serta kunjungan
supervisi.

2.4 Jenis-jenis Supervisi Pendidikan

a. Supervisi Klinis
Supervisi klinis dikembangkan pertama kali berdasarkan gagasan diagnosis dan perlakuan
dibidang medis oleh Morris Cogan tahun 1950 di sebuah sekolah laboratorium di
Universitas Harvard. Pendekatan ini dipengaruhi oleh teori behavioristik.
b. Supervisi Pengembangan
Supervisi pengembangan Carl D Glickman yang berbasiskan pada pengembanganseperti
Erickson dan Piaget Supervisor yang menggunakan model ini memperlakukanguru
sebagai individu yang berada pada berbagai tahap pertumbuhan dan pengembangan.
Model ini didasarkan pada asumsi bahwa guru memiliki beragam pengalaman,
kemampuan, dan tingkat pengembangan karir yang berbeda.
c. Supervisi Differensial
Supervisi diferensial adalah salah satu pendekatan terbaru supervisi. Supervisi dipelopori
oleh Allan Glatthorn. Menurut (1997: 3) bahwa supervisi diferensial merupakan
pendekatan supervisi yang menyediakan pilihan jenis supervisi dan evaluasi yang sesuai
dengan kebutuhan guru.

2.5 Tugas dan Tanggung Jawab Guru Melalui Supervisi


Pengembangan profesionalisme guru dilaksanakan melalui kegiatan penataran,latihan;
kelompok kerja guru; dan supervisi kelas. Pihak pimpinan guru-gurumempunyai peranan
yang cukup menentukan dalam usaha meningkatkan kualitas kemampuan mengajar guru-
guru. Maka melalui supervise tugas dan kewajiban guru :

1) Mencerdaskan kehidupan bangsa, yang mestinya ditunaikan dengan niat


mulia(komitmen) dan dengan keterampilan (kompetensi) memadai atau sesuai standar.
Komitmen yang tinggi lahir dari hati yang suci, bersih, bersinar terang atau
tidakterbelenggu oleh hawa nafsu. Selanjutnya hati yang suci akan menggerakkan
perasaan, pikiran dan tindakan fisik untuk menimba banyak pengetahuan, keterampilan
memadai dan sikap yang benar. Jadi komitmen tinggi akan melahirkan kompetensi tingg.i
2) Komitmen ditentukan oleh keterbukaan hati, komitmen bisa dibangun
denganmencerahkan hatinya. Bila hati sudah bisa dicerahkan, maka semangat belajarnya
akantumbuh dan berkembang sejalan dengan pertumbuhan kompetensinya
3) Karena kecenderungan sebagian besar manusia adalah dhalim dan bodoh,
makadiperlukan upaya terus-menerus (konsisten, istiqomah) untuk membangun dan
menagihkomitmen melalui supervisi akademis (supervisi klinis) yang mengedepankan
prinsip- prinsip humanis, kolaboratif, sehingga terbangun sinergy-building diantara
Kepala Sekolah selaku supervisor.
4) Menyusun perangkat persiapan pembelajaran (yaitu silabus dan RPP), melalui penagihan
komitmen dan bimbingan.

2.6 Strategi Peningkatan Profesionalitas Guru Melalui Supervisi


Strategi pengembangan profesionalisme guru secara berkelanjutan sebagaimana
pendapat Maister (1997) dapat dilakukan dengan berbagai strategi, antara lain sebagai
berikut:
Pertama, berpartisipasi di dalam pelatihan berbasis kompetensi. Bentuk pelatihan
yangfokusnya adalah keterampilan tertentu yang dibutuhkan oleh guru untuk
melaksanakantugasnya secara efektif. Pelatihan ini cocok dilaksanakan pada salah satu
bentuk pelatihan pre-service atau in-service. Model pelatihan ini berbeda dengan
pendekatan pelatihan yang konvensional, karena penekanannya leibh kepada evaluasi
performannyata suatu kompetensi tertentu dari peserta latihan.
Kedua, berpartisipasi di dalam kursus dan program pelatihan tradisional (termasuk
didalamnya pendidikan lanjut).
Workshop in-service, seminar, perkuliahan tingkatsarjana/pasca sarjana, konferensi
adalah bentuk-bentuk pilihan pelatihan yang sudahlama ada dan diakui cukup bernilai.
Walaupun disadari bahwa seringkali bahwa berbagai bentuk kursus/pelatihan tradisional
ini seringkali tidak dapat memenuhikebutuhan praktis dari pekerjaan guru. Oleh karena
itu, suatu kombinasi antara materi akademis dengan pengalaman lapangan akan sangat
efektif untuk pengembangankursus/pelatihan trandisional ini.
Ketiga, membaca dan menulis jurnal atau Makalah. Sebagaimana diketahui bahwa
jurnal atau bentuk makalah ilmiah lainnya secara berkesinambungan diproduksi
olehindividual pengarang, lembaga pendidikan maupun lembaga-lembaga lain. Jurnal
atau bentuk karya ilmiah lainnya tersebut tersebar dan dapat ditemui diberbagai pusat
sumber belajar (perpustakaan, internet, dan sebagainya). Walaupun artikel dalam jurnal
cenderung singkat, tetapi ia mengarahkan pembacanya kepada konsep-konsep baru dan
pandangan untuk menuju kepada perencanaan dan penelitian baru. Ia juga memiliki
kolom berita yang berkaitan dengan pertemuan, pameran, seminar, program
pendidikan,dan sebagainya yang mungkin menarik bagi guru. Oleh karenanya, dengan
membaca an memahami banyak jurnal atau Makalah ilmiah lainnya dalam bidang
pendidikanyang terkait dengan profesi guru, maka guru dengan sendirinya dapat
mengembangkan profesionalisme dirinya.
Selanjutnya dengan meningkatnya pengetahuan seiring dengan bertambahnya
pengalaman, guru mungkin dapat membangun konsep baru, keterampilan khusus
danalat/media belajar untuk dapat kontribusikan kepada orang satu profesi atau profesi
lainyang memerlukan.
Terakhir yaitu Guru dapat berpartisipasi di dalam kegiatan konferensi atau
pertemuanilmiah. Konferensi atau pertemuan ilmiah memberikan makna penting untuk
menjagakemutakhiran (up to date) hal-hal yang berkaitan dengan profesi guru. Tujuan
utamakebanyakan konferensi atau pertemuan ilmiah adalah menyajikan berbagai
informasidan inovasi.

2.7 Pelaksanaan Supervisi di Sekolah

Untuk menjadi supervisor yang baik maka perlu diketahui lebih dahulu apakah peran
kualifikasi atau syarat-syarat seorang supervisor. Dengan mengetahui peranan dankualifikasi
tersebut maka seorang supervisor harus selalu berusaha untukmengembangkan diri guna
memenuhi persyaratan tersebut. Dengan terpenuhinya persyaratan itu maka diharapkan
seorang supervisor dapat menjalankan fungsinyadengan lebih profesional. Pengawas sekolah
adalah guru yang diangkat dalam jabatan pengawas yang bertugas melakukan penilaian dan
pembinaan, baik dalam bentuksupervisi akademik maupun supervisi manajerial, serta
melakukan pembimbingan dan pelatihan profesional kepada guru, dengan ditopang oleh
sejumlah kompetensi yangharus dikuasainya. Sebagaimana tertuang dalam Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 12 Tahun 2007 tentang Standar Kompetensi Pengawas Sekolah,
mencakup :

1) kompetensi kepribadian; 2) kompetensi supervisi manajerial; 3) kompetensi supervisi


akademik; 4) kompetensi evaluasi pendidikan; 5) kompetensi penelitian
pengembangan;dan 6) kompetensi sosial.

Pengawas sekolah bertanggungjawab untuk melaksanakan penjaminan mutu dan


memberdayakan Kepala Sekolah dan guru yang menjadi binaannya. Dalam Panduan
Pelaksanaan Tugas Pengawas Sekolah (Direktorat Tenaga Kependidikan, 2009) dinyatakan
bahwa supervisi manajerial adalah supervisi yang berkenaan dengan aspek pengelolaan
sekolah yang terkait langsung dengan peningkatan efisiensi dan efektivitassekolah yang
mencakup perencanaan, koordinasi, pelaksanaan, penilaian, pengembangan kompetensi
sumberdaya manusia (SDM) kependidikan dan sumberdayalainnya. Dalam melaksanakan
fungsi supervisi manajerial, pengawas sekolah/ madrasah berperan sebagai :
1) Kolaborator dan negosiator dalam proses perencanaan, koordinasi, dan
pengembangan manajemen sekolah;
2) asesor dalam mengidentifikasi kelemahan dan menganalisis potensi sekolah
3) pusat informasi pengembangan mutu sekolah; dan
4) evaluator terhadap pemaknaan hasil pengawasan. Pengawas dapat menerapkan teknik
supervisi individual dan kelompok dalam supervisi manajerial. Teknik supervisi
individual di sini adalah pelaksanaan supervisi yang diberikan kepada Kepala
Sekolahatau personil lainnya yang mempunyai masalah khusus dan bersifat
perorangan. Teknik supervisi kelompok adalah satu cara melaksanakan program
supervisi yang ditujukan pada dua orang atau lebih.

Dengan program yang dilakukan pemerintah Indonesia guru juga harus lebih berdaya
untuk peningkatan dirinya secara swadaya, terutama bagi mereka yang telah menerima
tunjangan profesi. Keadaan tersebut dapat didukung oleh sekolah dengan melaksanakan
pelatihan-pelatihan secara mandiri. Sekolah dapat mendesain sendiri program-program
pelatihan yang menjadi kebutuhan guru. Sikap, kemampuan dan kemauan guru untuk
melakukan perubahan merupakan sebuah modal besar untuk peningkatan dirinya.

2.8 Karakteristik dan jenis pengembangan profesi guru

Karakteristik guru adalah segala tindak tanduk atau sikap dan perbuatan guru baik di
sekolah maupun di lingkungan masyarakat. Misalnya, sikap guru dalam meningkatkan
pelayanan, meningkatkan pengetahuan, memberi arahan, bimbingan dan motivasi kepada
peserta didik, cara berpakaian, berbicara, dan berhubungan baik dengan peserta didik, teman
sejawat, serta anggota masyarakat lainnya.

Dengan meningkatnya karakter guru profesional yang dimiliki oleh setiap guru, maka
kualitas mutu pendidikan akan semakin baik. Diantaranya karakteristik profesional yaitu ;

1) Taat pada peraturan perundang-undangan


2) Memelihara dan meningkatnya organisasi profesi
3) Membimbing peserta didik (ahli dalam bidang ilmu pengetahuan dan tugas mendidik)
4) Cinta terhadap pekerjaan
5) Memiliki otonomi/ mandiri dan rasa tanggung jawab
6) Menciptakan suasana yang baik di tempat kerja (Sekolah)
7) Memilihara hubungan dengan teman sejawat (memiliki rasa
kejawatan/kesetiakawanan)
8) Taat dan loyal kepada pemimpin

Guru mempunyai kedudukan sebagai tenaga profesional pada jenjang pendidikan dasar,
menengah, dan pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal. Kedudukan guru
sebagai tenaga profesional dimaksudkan berfungsi untuk meningkatkan martabat dan peran
guru sebagai agen pembelajaran sehingga diharapkan meningkatkan mutu pendidikan
nasional secara umum.
Profesionalisme guru menuntut dipersyaratannya kualifikasi akademik minimum dan
bersertifikat pendidik. Guru-guru PAI yang memiliki kreteria profesional akan mampu
menjalankan fungsi utama secara efektif dan efisien untuk mewujudkan proses pendidikan
dan pembelajaran. Oleh karena itu, profesionalisme guru perlu dipupuk, dibina, dan
dikembangkan sehingga cita-cita dan tugas luhur ini bisa terwujudkan, yang pada gilirannya
akan tercipta bangsa yang sejahtera dan bermartabat.

Adapun jenis-jenis kegiatan pengembangan profesionalisme guru dilaksanakan melalui


berbagai strategi dalam bentuk pendidikan dan pelatihan (diklat) maupun bukan diklat antara
lain :

Pendidikan dan pelatihan

a. In Hause traning (IHT); pelatihan yang dilaksanakan secara internal di kelompok guru,
sekolah atau tempat lain yang ditetapkan untuk menyelenggarakan pelatihan.
b. Program magang; pelatihan yang dilaksanakan di dunia kerja atau industri yang relevan
dalam rangka meningkatkan kompetensi profesional guru.
c. Kemitraan sekolah; kegiatan ini bisa dilaksankan antara sekolah dengan alasan bahwa
terdapat keunikan atau kelebihan yang dimiliki oleh mitra.
d. Belajar jarak jauh ; kegiatan ini bisa dilaksanakan tanpa menghadirkan instruktur dan
peserta pelatihan dalam ruang atau tempat tertentu, melainkan dengan sistem
pembelajaran melalui internet dan sejenisnya.
e. Pelatihan berjenjang dan pelatihan khusus; pelatihan ini dilaksanakan oleh lembaga-
lembaga yang diberi wewenang di mana program disusun secara berjenjang, mulai dari
jenjang dasar, menengah, dan lanjut dan tinggi.
f. Kursus singkat diperguruan tinggi atau tempat lainnya. Kegiatan ini dimaksudkan untuk
meningkatkan kemampuan guru dalam seperti kemampuan untuk penelitian tindakan
kelas, menyusun karya tulis ilmiah, merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi
pembelajaran, dan lain-lain.
g. Pembinaan internal sekolah ; dilakukan oleh kepala sekolah dan guru-guru yang memiliki
kewenangan membina, melalui rapat dinas, rotasi tugas mengajar, pemberian tugas-tugas
interal, dan lain-lain.
h. Pendidikan lanjut; kegiatan ini bisa dilaksankan melalui tugas belajar atuapun izin belajar.
Outputnya adalah untuk menghasilkan guru-guru pembina yang dapat membantu guru-
guru yang lain untuk meningkatkan profesionalisme guru.

Kegiatan selain pendidikan dan pelatihan

a. Diskusi fokus pendidikan; kegiatan ini bisa dilakukan secara berkala dengan topik diskusi
sesuai dengan masalah yang berkembang di sekolah.
b. Seminar; kegiatan seminar juga bisa digunakan untuk memperbaharui pengetahuan para
guru terkait peningkatan profesionalismenya.
c. Workshop; kegiatan ini akan lebih efektif kalau diarahkan untuk menghasilkan produk
yang bermanfaat bagi pembelajaran, peningkatan kompetensi maupun pengembangan
karir. Workshop ini bisa berupa kegiatan menyusun KTSP, analisis kurikulum,
pengembangan silabus, penyusunan RPP, dan lain-lain.
d. Penelitian; kegiatan ini bisa berupa penelitian tindakan kelas, penelitian eksperimen
dalam rangka peningkatan mutu pembelajaran.
e. Penulisan buku atau bahan ajar; kegiatan ini bisa memupuk munculnya budaya ilmiah
pada diri setiap guru yang diharapkan bisa ditransformasi kepada guru lain atau peserta
didik.
f. Pembuatan media pembelajaran; hal ini bisa berupa alat peraga, alat praktikum sederhana,
maupun bahan ajar elektronik atau animasi pembelajaran.
g. Pembuatan karya teknologi atau kerya seni; karya teknologi atau karya seni bisa berupa
karya yang bermanfaat bagi masyarakat atau karya yang memiliki nilai estetika yang
diakui masyarakat.

Pendidikan, pelatihan, dan pengembangan profesionalisme merupakan proses yang ditempuh


para guru pada saat menjalani tugas-tugas kedinasan. Kegiatan ini diarahkan dengan tujuan
untuk meningkatkan kompetensi, keterampilan, sikap, pemahaman, dan performansi yang
dibutuhkan oleh guru saat ini dan di masa mendatang.

2.9 Supervisi pendidikan sebagai sarana pengembangan profesi guru

Pengembangan profesionalisme guru adalah suatu keniscayaan yang harus ditempuh


jika mutu pendidikan ingin ditingkatkan, apalagi mengingat pendidikan Indonesia yang
terpuruk sekarang ini. Profesionalisme guru implikasinya bukan hanya tertuju pada mutu
pendidikan ingin ditingkatkan, apalagi mengingat pendidikan Indonesia yang terpuruk
sekarang ini. Profesionalisme guru implikasinya bukan hanya tertuju pada mutu pendidikan
saja namun juga kepada institusi di mana guru bekerja, dan lebih penting lagi bagi diri pribadi
guru, baik sebagai upaya peningkatan penghasilan sebagai profesi.

Penegmbangan profesionalisme guru harus dijalankan secara kontinyu tidaksecara


parsial saja, atau hanya berhenti ketika guru sudah bersertifikasi. Pengembangan
profesionalisme guru adalah proses yang tiada henti yang dijalani oleh seorng guru dalam
menggeluti profesinya. Kegiatan ini harus mendapatkan dukungan dari pemerintah, lembaga,
maupun diri guru itu sendiri.

Memberikan kewenangan guru dalam pengembangan profesinya relatif jarang


dilakukan secara proporsional, karena dengan kewenangan itu berarti harus diupayakan
penyertaan fasilitas pembinaannya, hal seperti ini kurang sekali dilaksanakan terutama di
sekolah dasar. Padahal kode etik guru sendiri secara tegas berbunyi gurupribadi dan bersama-
sama mengambangkan dan meningkatkan mutu dan martabat profesionalnya. Untuk
mengimpelmentasikan 2 (dua) aktivitas pemberdayaan yaitu, memampukan dan memberi
kewenangan harus berpijak kepada prinsif :

1) Dalam mengambangkan sekolah, SDM (guru) adalah komponen paling berharga


2) SDM (guru) akan berperan optimal jika dikelola dengan baik, sehingga mendukung
tercapainya tujuan institusional.
3) Kultur dan suasana organisasi di sekolah, serta perilaku manajerial kepala sekolah
sangat berpengaruh terhadap pencapaian tujuan pengembangan sekolah.’
4) Manajemen SDM (guru) di sekolah pada prinsipnya mengupayakan agar setiap guru
dapat bekerja sama dan saling mendukung untuk mencapai tujuan sekolah.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Supervisi pendidikan adalah aktivitas dan kegiatan pembinaan yangdilakukan oleh
seorang profesional untuk membantu guru dan tenaga pendidikan lainnya dalam
memperbaiki bahan, metode dan evaluasi pengajaran dengan melakukan stimulasi,
koordinasi dan bimbingan secarakontinyu agar guru menjadi lebih profesional dalam
meningkatkan pencapaian tujuan sekolah. Dengan meningkatnya pengetahuan
seiringdengan bertambahnya pengalaman, guru mungkin dapat membangun konsep
baru, keterampilan khusus dan alat/media belajar untuk dapat kontribusikankepada
orang satu profesi atau profesi lain. Supervisi akademik pada guru,yaitu untuk
pengembangan profesionalisme guru dalam memahamiakademiknya, kehidupan
kelas dan keterampilannya dalam melaksanakan proses pembelajaran, pengawasan
kualitas dan penumbuhan motivasi bagiguru bersangkutan. Dengan adanya kegiatan
supervisi diharapkan kegiatan pendidikan dapat dilaksanakan sesuai dengan
semestinya dan mampumencapai tujuan sekolah yang bersangkutan, sehingga pada
akhirnya mampumewujudkan tujuan pendidikan Nasional.

DAFTAR PUSTAKA
Andriani, Innes, ‘Supervisi Akademik Dalam Upaya Meningkatkan Motivasi Guru
Menyusun Perangkat Persiapan Pembelajaran Untuk Pengembangan Profesionalitas Guru’,
2006, 4

H.E Mulyasa, Guru dalam Implementasi Kurikulum, 2013 <Bandung RemajaRosdakarya>

Ibrahim Bafadal, Dasar-dasar Manajemen dan Supervisi Taman Kanak-kanak ,


2005<Jakarta: Bumi Aksara>

Kristiawan, Muhammad, MPd Yuyun Yuniarsih, MPd Happy Fitria, and MPd Nola Refika
SPd, Supervisi Pendidikan, 2019 <www.cvalfabeta.com>

Magis, Program, T E R Manajemen, and S T I E Widya Wiwaha, ‘STRATEGI


PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN MELALUI PEMBINAANPROFESIONAL GURU
DI SEKOLAH DASAR NEGERI BENDAN UNITPELAKSANA TEKNIS DINAS (UPTD)
PENDIDIKAN KECAMATAN MANISRENGGO KABUPATEN KLATEN TAHUN
2016/2017’, 2017

Mulyana, Yayan, ‘PERAN KEPALA SEKOLAH DASAR DALAMPENGEMBANGAN


PROFESINALISME GURU’, Jurnal Kependidikan Triadik ,12, No. 1 (2009), 93– 102

Putri, Agi Maehesa, and Uung Runalan Soedarmo, ‘Peningkatan Mutu Hasil BelajarPeserta
Didik Melalui Supervisi Akademik Kepala Sekolah’,Indonesian Journalof Education
Management and Administratin Review, 2.2 (2018)

Rosilawati, Titik, ‘Supervisi Akademik Dalam Upaya Peningkatan Motivasi GuruMenyusun


Perangkat Persiapan Pembelajaran’, Jurnal Penelitian TindakanSekolah Dan Kepengawasan

, 1.2 (2014), 57– 62

Sabandi, Ahmad (UNiversitas Negeri Padang), ‘SUPERVISI PENDIDIKAN UNT

UKPENGEMBANGAN PROFESIONALITAS GURU BERKELANJUTAN Oleh Ahmad


Sabandi Universitas Negeri Padang’, Ilmiah, Jurnal Pendidikan, Ilmu Xiii,Volume, XIII.2
(2013), 1 – 9

Anda mungkin juga menyukai