Anda di halaman 1dari 23

“SUPERVISI AKADEMIK”

Makalah Ini Ditulis Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Adminisrasi dan Supervisi Pendidikan

Dosen Pengampu:

Dr. Banu Sodikun, M.Pd.I

Disusun Oleh:

1. Ani
2. Edi
3. Sundusiyah

JURUSAN TARBIYAH
PRODI PENDIDIKAN BAHASA ARAB
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM BADRUS SHOLEH
2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Supervisi pembelajaran atau yang lebih dikenal dengan pengawasan
pembelajaran memiliki konsep dasar yang saling berhubungan. Dalam
konsep dasar supervisi pembelajaran dijelaskan beberapa dasar-dasar tentang
konsep supervisi pembelajaran itu sendiri. Pembelajaran berbeda dengan
mengajar, pembelajaran adalah suatu proses pendewasaan yang dilakukan
oleh seorang pendidik kepada peserta didik dengan memberikan stimulus
positif.
Supervisi pengajaran ialah kegaiatan kepengawasan yang ditujukan untuk
memperbaiki kondisi-kondisi, baik personal maupun material, yang
memungkinkan terciptanya situasi belajar mengajar yang lebih baik demi
tercapainya tujuan pendidikan. Pembelajaran haruslah diawasi atau disupervisi
mulai dari perencanaan,pelaksanaan, dan umpan balik oleh supervisor.
Pengawasan di sini bertujuan untuk meningkatkan kinerja para pendidik
dan pegawai sekolah lainnya dengan cara memberikan pengarahan-
pengarahan yang baik dan bimbingan serta masukan tentang cara atau metode
mendidik yang baik dan profesional. Perkembangannya supervisi
pembelajaran memberikan pengaruh yang baik pada perkembangan
pembelajaran di Indonesia sehingga para pendidik memiliki kemampuan
mendidik yang kreatif, aktif, efektif, dan inovatif.
Upaya peningkatan profesional guru adalah dengan melalui supervisi
pengajaran. Pelaksanaan supervisi pengajaran perlu dilakukan secara
sistematis oleh kepala sekolah dan pengawas sekolah bertujuan memberikan
pembinaan kepada guru-guru agar dapat melaksanakan tugasnya secara
efektif dan efisien. Implementasi kemampuan professional guru mensyaratkan
guru gar mampu meningkatkan peran yang dimiliki, baik sebagai informatory,
organisator, motivator, director, inisiator, transmitter, fasilitator, mediator, dan
evaluator sehingga diharapkan mampu mengembangkan kompetensinya.

1
Mewujudkan kondisi ideal dimana kemampuan professional guru dapat
diimplementasikan bukan merupakan hal yang mudah. Hal tersebut lantaran
aktualisasi kemampuan guru tergantung pada berbagai komponen sistem
pendidikan yang saling berkolaborasi. Oleh karena itu, keterkaitan berbagai
komponen pendidikan sangat menentukan implementasi kemampuan guru
agar mampu mengelola pembelajaran yang efektif.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat diambil rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana konsep supervisi akademik?
2. Apa saja ruang lingkup supervisi akademik?
3. Apa tujuan supervisi akademik?
4. Bagaimana prinsip-prinsip supervisi akademik?
5. Bagaimana dimensi substansi supervisi akademik?
6. Apa saja teknik supervisi akademik?
7. Apa saja pendekatan supervisi akademik?
8. Bagaimana tahap-tahap supervisi akademik?
C. Tujuan Pembahasan
1. Memahami konsep supervisi akademik.
2. Mengetahui ruang lingkup supervisi akademik.
3. Mengetahui tujuan supervisi akademik.
4. Memahami prinsip-prinsip supervisi akademik.
5. Memahami dimensi substansi supervisi akademik.
6. Mengetahui teknik supervisi akademik.
7. Mengetahui pendekatan supervisi akademik.
8. Mengetahui tahap-tahap supervisi akademik.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Supervisi Akademik


Menurut Glickman, supervisi akademik adalah serangkaian kegiatan atau
proses membantu guru untuk mengembangkan kemampuannya mengelola
proses pembelajaran demi pencapaian tujuan pembelajaran. Sejalan dengan
devinisi yang dikemukakan oleh Daresh, supervisi akademik merupakan
upaya membantu guru-guru mengembangkan kemampuannya mencapai
tujuan pembelajaran. Dengan demikian, berarti, esensi supervisi akademik itu
sama sekali bukan menilai unjuk kerja guru dalam mengelola proses
pembelajaran, melainkan membantu guru mengembangkan kemampuan
profesionalitasnya.1
Secara bahasa supervisi berasal dari kata supervision yang berarti
pengawasan. Dalam organisasi pendidikan istilah supervisi sudah lama dikenal
dan dibicarakan, yang maknanya sebagai pelayanan yang berorientasi kepada
perbaikan pengajaran. Kegiatan supervisi menaruh perhatian pada usaha
mengembangkan kegiatan belajar mengajar dengan memperhatikan berbagai
faktor yang mempengaruhinya seperti, guru, murid, kurikulum, alat dan
bukubuku pengajaran serta kondisi lingkungan sosial dan fisik yang
mempengaruhi proses belajar mengajar.2
Supervisi dilakukan untuk memperoleh kepastian apakah pelaksanaan
pekerjaan atau kegiatan telah dilakukan sesuai dengan rencana semula.
Kegiatan pengawasan pada dasarnya membandingkan kondisi yang ada
dengan yang seharusnya terjadi. Menurut Murdick sebagaimana dikutip oleh
Fattah dikatakan bahwa “pengawasan merupakan proses dasar yang secara
esensial tetap diperlukan bagaimanapun rumit dan luasnya suatu organisasi”.
Proses dasarnya terdiri dari tiga tahap; pertama, menetapkan standar
pelaksanaan; kedua, pengukuran pelaksanaan pekerjaan dibandingkan dengan
1
Lantip Diat Prasojo dan Sudiyono, Supervisi Pendidikan, (Yogyakarta: Gava Media, 2011), hlm
84
2
Yurnalis Etek, Supervisi Akademik dan Evaluasi Pengajaran, (Jakarta: Transmisi Media, 2008),
hlm 11-12

3
standar, dan ketiga, menentukan kesenjangan (deviasi) antara pelaksanaan
dengan standar dan rencana.3
Program supervisi bertumpu pada suatu prinsip yang mengakui bahwa
setiap manusia itu sudah mempunyai potensi yang dapat dikembangkan.
Menurut H. Burton dan Leo J. Brucker, yang dikutip oleh Soetopo dan
Soemanto bahwa supervisi adalah teknik pelayanan yang tujuannya
mempelajari dan memperbaiki secara bersama faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan anak.4
Kemudian Suharsimi Arikunto menyatakan tentang pengertian supervisi
pengajaran atau supervisi akademik dengan menyebut sebagai “supervisi
klinis” yaitu suatu bentuk supervisi yang difokuskan pada peningkatan
kualitas mengajar dengan melalui sarana siklus yang simpatik untuk langkah-
langkah intensif dan cermat tentang penampilan mengajar yang nyata serta
bertujuan untuk mengadakan perubahan dengan cara yang rasional.5
Dari definisi-definisi supervisi tersebut dapat ditarik suatu kesimpulan
supervisi dilaksanakan untuk memajukan dan mengembangkan pengajaran
sehingga proses belajar mengajar yang di lakukan oleh seorang guru
berlangsung lebih baik dan efektif. Supervisi mempunyai pengertian yang
luas, meliputi segala aktivitas pembinaan yang merupakan bantuan profesional
dari pengawas pendidikan yang tertuju kepada peningkatan kualitas sekolah
dalam mencapai tujuan pendidikan. Dan pada supervisi akademik adalah
peningkatan kinerja guru dalam merencanakan, melaksanakan dan
mengevaluasi pembelajaran.
Suhertian, menjelaskan bahwa kegiatan supervisi pendidikan merupakan
usaha memberikan layanan dan bimbingan terutama kepada guru secara
perorangan maupun secara bersama-sama guna memperbaiki kualitas proses

3
Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000),
hlm 110
4
Hendiyat Soetopo dan Wasty Soemanto, Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan, (Jakarta: PT.
Bina Aksara, 1988), hlm 39-40
5
Suharsimi Arikunto, Organisasi dan Administrasi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, (Jakarta:
Rajawali Pers, 1989), hlm 99

4
dan hasil pembelajaran.6 Burhanuddin, memperjelas hakikat subtansinya
tentang supervisi pendidikan yaitu segenap upaya bantuan supervisor terutama
guru yang mempunyai tujuan guna perbaikan dan pembinaan utamanya pada
aspek pembelajaran.7
Proses pemberian bantuan kepada guru harus berorientasikan dalam
usaha peningkatan kualitas proses dan hasil belajar yang tepat sasaran. Selain
itu dengan pengamatan yang teliti dan apa adanya berdasarkan panduan juga
mempunyai tujuan untuk memperbaiki dan mengembangkan situasi kegiatan
belajar mengajar. Pelaksanaan pengawasan yang efektif merupakan
pelaksanaan dengan cara melihat, menilai, dan membina agar guru
melaksanakan tugas dan fungsi secara maksimal. Ruang lingkup pengawasan
pendidikan meliputi kegiatan yang bertujuan untuk mengidentifikasi,
memantau, menilai dan melakukan diagnosa terhadap apa yang terjadi dalam
proses pendidikan mulai dari lingkup sekolah (mikro) sampai lingkup nasional
(makro).8
Supervisi akademik adalah serangkaian kegiatan membantu guru
mengembangkan kemampuannya mengelola proses pembelajaran untuk
mencapai tujuan pembelajaran.9 Sehingga supervisi akademik bukan menilai
unjuk kerja guru melainkan membantu guru guna mengembangkan
kemampuan profesionalnya. Walaupun demikian kegiatan supervisi akademik
tidak dapat terlepas dari penilaian unjuk kerja guru dalam mengelola kegiatan
belajar mengajar.
Beberapa pendapat ahli dan pernyataan dari guru diatas sebaiknya dikaji
dan dianalisa guna memperoleh informasi mengenai kemampuan guru dalam
mengelola kegiatan belajar mengajar. Dalam hal ini guna melihat kelebihan
dan kekurangan dalam proses kegiatan belajar mengajar yang terjadi di kelas.

6
Piet A. Sahertian, Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan dalam Rangka Pengembangan
Sumber Daya Manusia, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2000), hlm 19
7
Burhanuddin, Profesi Keguruan, (Malang: UM Press, 2004), hlm 284
8
Oteng Sutisna, Administrasi Pendidikan Dasar Teoritis untuk Praktek Profesional, (Bandung:
Jamrsa, 2003), hlm 54
9
M. Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2010), hlm 120

5
Apabila terjadi kekurangan dalam kegiatan belajar mengajar tersebut akan
dilakukan tindak lanjutnya berupa pembuatan program yang baik.
Kegiatan supervisi akademik bukan penilaian unjuk kerja guru yang
hanya mengukur kualitas guru dalam memenuhi tugas pokok dan fungsi guna
kepentingan akreditasi. Dalam hal ini kegiatan supervisi akademik adalah
serangkaian kegiatan membantu guru mengembangkan kemampuannya
mengelola proses pembelajaran demi pencapaian tujuan pembelajaran.
Dengan demikian secara esensi supervisi akademik itu sama sekali bukan
menilai kinerja guru dalam mengelola proses pembelajaran, melainkan
membantu guru mengembangkan kemampuan profesionalismenya.
Ada tiga konsep pokok atau kunci dalam pengertian supervisi akademik
yaitu:10
1. Supervisi akademik harus mempengaruhi dan mengembangkan perilaku
guru secara langsung dalam mengolah proses pembelajaran.
2. Perilaku supervisor harus didisain secara official dalam membantu guru
yangmengembangkan kemampuannya, sehingga jelas waktu mulai dan
berakhirnya program pengembangan tersebut.
3. Tujuan akhir supervisi akademik adalah agar guru semakin mampu
memfasilitasi proses belajar bagi murid-muridnya.
Secara semantik, para ahli memberilon berbagai corak definisi, tapi pada
prinsipnya mengandung makna yang sama. Menurut Wiles, “Supervision is
assistance in the development of a betterteflding-learning situation" (supervisi
adalah bantuan dalam pengembangan situasi mengajar yang lebih baik.
Neagley dalam Pidarte menyebutkan bahwa supervisi adalah layanan kepada
guru-guru di sekolah yang bertujuan untuk menghasilkan perbaikan
instruksional, belajar, dan kurikulum. Menurut Mc. Nemey dalam Sahertian,
mengartikan supervisi sebagai prosedur memberi arah serta mengadakan
penilaian secara kritis terhadap proses pengajaran. Sedangkan Poerwanto
menyatakan, supervisi adalah suatu aktivitas pembinaan yang direncanakan

10
Jamal Ma’mur Asmani, Tips Efektif Supervisi Pendidikan Sekolah, (Yogyakarta: Diva
Press, 2012), hlm 95-96

6
untuk membanfu guru dan pegawai sekolah lainnya dalam melakukan
pekerjaan mereka secara efektif. Tugas pokok pengawas sekolah atau satuan
pendidikan adalah melakukan penilaian dan pembinaan dengan
melaksanakanfungsi-fungsi supervisi, baik supervisi akademik maupun
supervisi manajerial.11
Terdapat tiga unsur yang dapat melakukan supervisi akademik di
sekolah, yaitu pengawas sekolah, kepala sekolah dan guru yang sudah
berpengalaman dibidang keahliannya. Strategisnya peran pengawas sekolah,
kepala sekolah, dan guru berpengalaman sebagai seorang supervisor juga
sejalan dengan pendapat Sergiovanni and Starrat yang mengatakan bahwa
tugas supervisi dititik beratkan kepada supervisor yang posisinya paling dekat
dengan guru dan bidang pekerjaan disekolah.
Pengawas sekolah berada dalam posisi yang independent dalam
melakukan supervisi terhadap guru. Sebagaimana yang disebutkan dalam
Permendiknas No 12. Tahun 2007 dan Sejalan dengan yang dikatakan oleh
Sagala bahwa pengawas sekolah merupakan tenaga kependidikan professional
yang diberi tugas, tanggung jawab dan wewenang secara penuh oleh pejabat
yang berwenang untuk melakukan pembinaan dan pengawasan dalam bidang
akademik maupun manajerial.12 Dalam Peraturan Menteri Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi nomor 21 tahun 2010 tentang
Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah dan Angka Kreditnya, disebutkan tugas
pokok Pengawas Sekolah adalah melaksanakan tugas pengawasan akademik
dan manajerial pada satuan pendidikan yang meliputi penyusunan program
pengawasan, pelaksanaan pembinaan, pemantauan pelaksanaan 8 (delapan)
Standar Nasional Pendidikan, penilaian, pembimbingan dan pelatihan
professional Guru, evaluasi hasil pelaksanaan program pengawasan, dan
pelaksanaan tugas kepengawasan di daerah khusus.
Sebagai seorang supervisor, pengawas sekolah seharusnya dapat
memberikan perhatian yang secara objektif dan sungguh-sungguh terhadap
11
Muwahid Shulhan, Supervisi Pendidikan: Teori dan Terapan dalam Mengembangkan Sumber
Daya Guru, (Surabaya: Acima Publishing, 2012), hlm 5-6
12
Sagala Syaiful, Supervisi Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2012), hlm 138

7
aspek yang dapat menjadi hambatan dan tantangan tugas guru dalam
melaksanakan proses belajar mengajar. Sehingga supervisor dapat memahami
permasalahan guru tersebut dan mencarikan solusi yang tepat. Selain itu
supervisor juga dapat memberikan kesempatan kepada guru dalam
mengembangkan ide dan kreatifitasnya yang pada akhirnya akan berdampak
terhadap pelaksanaan belajar mengajar yang efektif. Idealnya pengawas
sekolah sebagai supervisor akademik harus menjadi idola para guru, karena
keberadaan pengawas sekolah di tengah-tengah mereka menjadi inspirator
bagi guru untuk mengatasi berbagai masalah yang berkaitan dengan tugas
mengajar.
Mukhtar dan Iskandar mengatakan pelaksanaan supervisi akademik oleh
pengawas di sekolah belum efektif sehingga belum memberi kontribusi yang
memadai untuk meningkatkan mutu layanan belajar, alasan utamanya
bertumpu pada dua hal yaitu pertama beban kerja pengawas terlalu berat,
kedua latar belakang pendidikan mereka kurang sesuai dengan bidang studi
yang disupervisi. Akibatnya, di lapangan beberapa guru merasakan kehadiran
pengawas di tengah-tengah mereka tidak dapat membantu memperbaiki dan
mengatasi kesulitan guru dalam melaksanakan tugas pengajaran yang
dihadapinya. Bahkan dalam praktiknya pengawas lebih sering menekankan
pada tanggung jawab administratif guru. Artinya dalam melaksanakan
supervisi akademik pengawas hanya memeriksa kelengkapan administrasi
pengajaran guru.13
Berdasarkan tugas pokok dan fungsi di atas minimal ada tiga kegiatan
yang harus dilaksanakan pengawas yakni:
1. Melakukan pembinaan pengembangan kualitas sekolah, kinerja kepala
sekolah, kinerja guru, dan kineria seluruh staf sekolah
2. Melakukan evalusi dan monitoring pelaksanaan program sekolah beserta
perkembangannya.

13
Mukhtar dan Iskandar, Orientasi Baru Supervisi Pendidikan, (Jakarta: Gaung Persada, 2009),
hlm 39

8
3. Melakukan penilaian terhadap proses dan hasil program pengembangan
sekolah secara kolaboratif dengan stakeholder sekolah.
Supervisi yang dilakukan oleh pengawas satuan pendidikan memiliki visi
yang berbeda dengan supervisi kepala sekolah. Dalam hal ini supervisi lebih
ditujukan untuk memberikan pelayanan kepada kepala sekolah dalam
melakukan pengelolaan kelembagaan secara efektif dan efisien serta
mengembangkan mutu kelembagaan pendidikan, dalam konteks pengawasan
mutu pendidikan, maka supervisi oleh pengawas satuan pendidikan antara lain
kegiatannya berupa pengamatan secara intensif terhadap proses pembelajaran
pada lembaga pendidikan, kemudian ditindak lanjuti dengan pemberian feed
back.14
Ada empat macam peran pengawas atau supervisor pendidikan, yaitu
sebagai: coordinator, consultant, group leader, dan evaluator. Supervisor
harus mampu mengkoordinasikan program, materials, and reports yang
berkaitan dengan sekolah dan para guru. Supervisor juga harus mampu
berperan sebagai konsultan dalam manajemen sekolah, pengembangan
kurikulum, teknologi pembelajaran, dan pengembangan staf.15
B. Ruang Lingkup Supervisi Akademik
Ruang lingkup supervisi akademik meliputi beberapa hal berikut:
1. Pelaksanaan kurikulum yang sedang berlaku
2. Persiapan, pelaksanaan, dan penilaian pembelajaran oleh guru
3. Pencapaian standar kompetensi lulusan, standar proses, standar isi, dan
peraturan pelaksanaannya
4. Peningkatan mutu pembelajaran, hal ini dapat dilakukan
melalui pengembangan sebagai berikut:
a. Model pembelajaran yang mengacu pada standar proses
b. Peran peserta didik dalam proses pembelajaran
c. Peserta didik dapat membentuk karakter dan memiliki pola pikir serta
kebebasan berfikir

14
Ibid., Shulhan, Supervisi Pendidikan..., hlm 31
15
Ibid., hlm 32

9
d. Keterlibatan peserta didik secara aktif dalam proses belajar yang
dilakukan dengan bersunguh-sungguh
e. Bertanggung jawab terhadap mutu pencernaan kegiatan pembelajaran
untuk setiap mata pelajaran yang diampu, agar peserta didiknya
memiliki sejumlah kemampuan.16
C. Tujuan Supervisi Akademik
Tujuan supervisi akademik adalah untuk peningkatan mutu pembelajaran
melalui pembinaan dan pengembangan terhadap kualitas mengajar guru.
Supervisi akademik yang mampu memperbaiki kualitas mengajar guru
menurut Sahertian adalah yang dilaksanakan dengan berpijak pada prinsip-
prinsip sistematis, berencana dan kontinyu. Supervisi dilakukan berdasarkan
data dan fakta yang obyektif. Keberhasilan supervisi akademik juga ditunjang
dengan hubungan kesejawatan yaitu hubungan yang dibangun secara akrab
dan hangat atas dasar kemanusiaan dengan menjunjung tinggi harga diri dan
martabat guru. Suasana supervisi akademik yang hangat dan akrab tersebut
membuat guru merasa aman dan nyaman sehingga pengawas dapat membantu
mengembangkan usaha bersama, yaitu memberi dorongan dan rangsangan
agar guru merasa tumbuh bersama seiring dengan supervisi yang dilakukan
oleh pengawas sekolah.17
Secara ringkas, tujuan supervisi akademik adalah sebagai berikut:18
1. Membantu guru mengembangkan kemampuan profesionalnya dalam
mengembangkan akademik, kehidupan kelas, mengembangkan
keterampilan mengajarnya dan menggunakan kemampuannya melalui
teknik-teknik tertentu.
2. Memonitor kegiatan belajar mengajar di sekolah.
3. Mendorong guru menerapkan kemampuannya dalam melaksanakan tugas-
tugas mengajarnya, mendorong guru mengambangkan kemampuannya

16
Ibid., Prasojo dan Sudiyono, Supervisi Pendidikan..., 84-86
17
Piet A. Sahertian, Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta,
2008), hlm 20
18
Ibid., Shulhan, Supervisi Pendidikan..., hlm 41-42

10
sendiri, serta mendorong guru agar ia memiliki perhatian yang sungguh-
sungguh (commitment) terhadap tugas dan tanggungjawabnya.
Supervisi akademik yang baik adalah supervisi akademik yang mampu
berfungsi mencapai multitujuan tersebut di atas. Tidak ada keberhasilan bagi
supervisi jika hanya memperhatikan salah satu tujuan tertentu dan
mengabaikan tujuan lainnya. Hanya dengan merefleksian ketiga tujuan inilah
supervisi akademik akan berfungsi mengubah perilaku mengajar guru. Pada
gilirannya nanti perubahan perilaku guru ke arah yang lebih berkualitas akan
menimbulkan perilaku belajar murid yang lebih baik. Hasil supervisi
akademik berfungsi sebagai sumber informasi bagi pengembangan
profesionalisme guru.19
D. Prinsip-Prinsip Supervisi Akademik
Akhir-akhir ini, beberapa literatur telah banyak mengungkapkan teori
supervisi akademik sebagai landasan bagi setiap perilaku supervisi akademik.
Beberapa istilah seperti demokrasi, kerja kelompok, dan proses kelompok
telah banyak dibahas dan dihubungkan dengan konsep supervisi akademik.
Pembahasannya semata-mata untuk menunjukkan kepada kita bahwa perilaku
supervisi akademik itu harus menjauhkan diri dari sifat otoriter, dimana
supervisor sebagai atasan dan guru sebagai bawahan. Begitu pula dalam latar
sistem persekolahan, keseluruhan anggota (guru) harus aktif berpartipasi,
bahkan sebaiknya sebagai prakarsa, dalam proses supervisi akademik,
sedangkan supervisor merupakan bagian darinya.20
Semua ini merupakan prinsip-prinsip supervisi akademik modern yang
harus direalisasikan pada setiap proses supervisi akademik. Selain tersebut di
atas, berikut ada beberapa prinsip lain yang harus diperhatikan dan
direalisasikan oleh supervisor, yaitu sebagai berikut:
1. Supervisi akademik harus mampu menciptakan hubungan kemanusiaan
yang harmonis, bersifat terbuka, kesetiakawanan, dan informal. Hubungan
demikian ini bukan saja antara supervisor dengan guru, melainkan juga

19
Ibid., Asmani, Tips Efektif..., hlm 102
20
Ibid., Shulhan, Supervisi Pendidikan..., hlm 43-47

11
antara supervisor dengan pihak lain yang terkait dengan program supervise
akademik. Oleh karena itu dalam pelaksanaannya supervisor harus
memiliki sifat-sifat seperti sikap membantu, memahami, terbuka, jujur,
ajeg, sabar, antusias, dan penuh humor.
2. Supervisi akademik harus dilakukan secara berkesinambungan. Supervisi
akademik bukan tugas yang bersifat sambilan yang hanya dilakukan
sewaktu-waktu jika ada kesempatan. Perlu dipahami bahwa supervisi
akademik adalah salah satu essential function dalam keseluruhan program
sekolah. Apabila guru telah berhasil mengembangkan dirinya tidak berarti
tugas supervisor sudah selesai, melainkan harus tetap dibina secara
berkesinambungan. Hal ini logis, mengingat problema proses
pembelajaran selalu muncul dan berkembang.
3. Supervisi akademik harus demokratis. Supervisi akademik tidak boleh
mendominasi pelaksanaan supervisi akademiknya. Titik tekan supervisi
akademik yang demokratis adalah aktif dan kooperatif. Supervisor harus
melibatkan secara aktif guru yang dibinanya. Tanggung jawab perbaikan
program akademik bukan hanya pada supervisor melainkan juga pada
guru. Karena itu, program supervisi akademik sebaiknya direncanakan,
dikembangkan dan dilaksanakan bersama secara kooperatif dengan guru,
kepala sekolah, dan pihak lain yang terkait di bawah koordinasi supervisor.
4. Program supervisi akademik harus integral dengan program pendidikan.
Di dalam setiap organisasi pendidikan terdapat bermacam-macam sistem
perilaku dengan tujuan yang sama, yaitu tujuan pendidikan. Sistem
perilaku tersebut antara lain berupa sistem perilaku administratif, sistem
perilaku akademik, sistem perilaku kesiswaan, sistem perilaku konseling,
dan sistem perilaku supervisi akademik. Antara satu sistem dengan sistem
lainnya harus dilaksanakan secara integral. Dengan dmikian, program
supervisi akademik integral dengan program pendidikan secara eseluruhan.
Dalam upaya perwujudan prinsip ini diperlukan hubungan yang baik dan
harmonis antara supervisor dengan semua pihak pelaksana
program pendidikan.

12
5. Supervisi akademik harus komprehensif. Program supervisi akademik
harus mencakup keseluruhan aspek pengembangan akademik, walaupun
mungkin saja ada penekanan pada aspek-aspek tertentu berdasarkan hasil
analisis kebutuhan pengembangan akademik sebelumnya. Prinsip ini tidak
lain hanyalah untuk memenuhi tuntutan multitujuan supervisi akademik,
berupa pengawasan kualitas, pengembangan profesinal, dan motivasi guru.
6. Supervisi akademik harus konstuktif. Supevisi akademik buknlah untuk
mencari kesalahan-kesalahan guru, melainkan untuk mengembangkan
pertumbuhan dan kreativitas guru dalam memahami dan memecahkan
problem-problem akademik yyang dihadapi.
7. Supervisi akademik harus objektif. Dalam menyusun, melaksanakan, dan
mengevaluasi, keberhasilan program supervisi akademik harus obyektif
berdasarkan kebutuhan nyata pengembangan profesional guru. Di sinilah
pentingnya instrumen pengukuran yang memiliki validitas dan reliabiltas
yang tinggi untuk mengukur seberapa kemampuan guru dalam mengelola
proses pembelajaran.
E. Dimensi Substansi Supervisi Akademik
Menurut Glickman, ada empat prototipe guru dalam mengelola proses
pembelajaran. Prototipe guru yang terbaik menurut teori ini adalah guru
prototipe profesional. Seorang guru bisa diklasifikasikan sebagai prototipe
profesional apabila ia memiliki kemampuan tinggi (high levetl of abstract) dan
motivasi kerja yang tinggi (high level of commitment). Supervisi akademik
yang baik harus mampu membuat guru semakin kompeten. Sehubungan
dengan pengembangan kedua dimensi ini, menurut Neagley terdapat dua
aspek yang harus menjadi perhatian supervisi akademik.21
Pertama, apa yang disebut dengan substantive aspects of
professionalisme (aspek substantif). Aspek ini merujuk pada kompetensi guru
yang harus dikembangkan dan dikuasai melalui supervisi akademik. Ada
empat kompetensi guru yang harus dikembangkan dan dikuasai melalui
supervisi akademik, yaitu kompetensi kepribadian, pedagogik, profesional,

21
Ibid., Shulhan, Supervisi Pendidikan..., hlm 47-49

13
dan sosial. Aspek substansi pertama dan kedua mempresentasikan nilai,
keyakinan, dan teori yang dipegang oleh guru tentang hakikat pengetahuan,
bagaimana murid-murid belajar, penciptaan hubungan guru dan murid, dan
faktor lainnya. Aspek ketiga berkaitan dengan seberapa luas pengetahuan guru
tentang materi yang diajarkan.
Kedua, professional development competency areas (aspek kompetensi).
Aspek ini merujuk pada luasnya setiap aspek substansi. Guru tidak berbeda
dengan kasus profesional lainnya. Ia harus mengetahui bagaimana
mengerjakan (know how to do) tugas-tugasnya. Tetapi mengetahui dan
memahami saja tidaklah cukup, seorang guru harus mampu menerapkan
pengentahuan dan pemahamannya. Dengan kata lain ia harus bisa
mengejarkan (can do). Selanjutnya seorang guru juga harus mau mengerjakan
(will do) tugas-tugas berdasarkan kemampuannya.
F. Teknik Supervisi Akademik
1. Teknik Perseorangan. Yaitu supervisi yang dilaksanakan oleh
perseorangan atau individu. Beberapa kegiatan diantaranya yaitu:22
a. Kunjungan kelas (classroom visitation), dengan tujuan untuk
mengobservasi bagaimana guru mengajar, apakah ada kekurangan atau
kelemahan yang sekiranya masih perlu diperbaiki, kemudian diadakan
diskusi untuk memberikan masukan perbaikan.
b. Kunjungan observasi (observation visits). Guru dari suatu sekolah
ditugaskan untuk mengamati seorang guru yang sedang
mendemonstrasikan cara-cara mengajar mata pelajaran tertentu, misal
cara menggunakan alat-alat media yang baru, dll.
c. Membimbing guru tentang cara-cara mempelajari pribadi siswa dan
atau mengatasi problema yang dialami siswa.
d. Membimbing guru dalam hal-hal yang berhubungan dengan
pelaksanaan kurikulum sekolah, antara lain: menyusun program
semester dan mingguan, menyusun atau membuat satuan program
pembelajaran, mengorganisasi kegiatan-kegiatan pengelolaan kelas,

22
Ibid., Shulhan, Supervisi Pendidikan..., hlm 57-60

14
melaksanakan teknik-teknik evaluasi pengajaran, mengadakan media
dan sumber PBM, dan mengorganisasi kegiatan-kegiatan siswa dalam
bidang ekstrakurikuler dan study tour.
2. Teknik Kelompok. Yaitu supervisi yang ditujukan pada dua orang atau
lebih. Guru yang diduga sesuai dengan analisis kebutuhan, memiliki
masalah kebutuhan atau kelemahan yang sama dikelompokkan atau
dikumpulkan menjadi satu. Strategi atau teknik yang digunakan
diantaranya yaitu:
a. Supervisor mengadakan pertemuan atau rapat (meetings)
b. Mengadakan diskusi kelompok (group discussions), dengan
membentuk kelompok-kelompok guru bidang studi tertentu yang telah
diprogramkan untuk mengadakan pertemuan atau diskusi guna
membicarakan hal-hal yang berhubungan usaha pengembangan proses
pembelajaran.
c. Mengadakan penataran-penataran (inservice-training), penataran untuk
guru bidang studi tertentu pada umumnya diadakan oleh pusat atau
wilayah, tugas kepala sekolah adalah mengolah dan membimbing
pelaksanaan tidak lanjut (follow-up) dari hasil penataran.
G. Pendekatan Supervisi Akademik
Ada 3 pendekatan yang bisa dilakukan dalam supervisi akademik, yaitu:23
1. Pendekatan langsung (direktif)
Pendekatan direktif adalah cara pendekatan terhadap masalah yang
bersifat langsung. Supervisor memberikan arahan langsung. Sudah tentu
pengaruh perilaku supervisor lebih dominan. Oleh karena guru ini
mengalami kekurangan, maka perlu diberikan rangsangan agar ia bisa
bereaksi. Supervisor dapat menggunakan penguatan (reinforcement) atau
hukuman (punishment). Pendekatan seperti ini dapat dilakukan dengan
menjelaskan, menyajikan, mengarahkan, memberikan contoh, menetapkan
tolak ukur, dan menguatkan.

23
Ibid., Sahertian, Konsep Dasar..., 2008, hlm 44-52

15
2. Pendekatan tidak langsung (non-direktif)
Pendekatan tidak langsung (non-direktif) adalah cara pendekatan
terhadap permasalahan yang sifatnya tidak langsung. Perilaku supervisor
tidak secara langsung menunjukkan permasalahan, tapi ia terlebih dahulu
mendengarkan secara aktif apa yang dikemukakan guru-guru. Ia member
kesempatan sebanyak mungkin kepada guru untuk mengemukakan
permasalahan yang mereka alami. Guru mengemukakan masalahnya
supervisor mencoba mendengarkan, memahami, apa yang dialami guru-
guru. Perilaku supervisor dalam pendekatan non-direktif adalah:
mendengarkan, memberi penguatan, menjelaskan, menyajikan, dan
memecahkan masalah.
3. Pendekatan kolaboratif
Yang dimaksud dengan pendekatan kolaboratif adalah cara
pendekatan yang memadukan cara pendekatan direktif dan non-direktif
menjadi pendekatan baru. Pada pendekatan ini baik supervisor maupun
guru bersama-sama, bersepakat untuk menetapkan struktur, proses dan
kriteria dalam melaksanakan proses percakapan terhadap masalah yang
dihadapi guru. Dengan demikian pendekatan dalam supervisi berhubungan
pada dua arah. Dari atas kebawah dan dari bawah keatas (bottom up dan
top down). Perilaku supervisor dalam pendekatan ini adalah sebagai
berikut: menyajikan, menjelaskan, mendengarkan, memecahkan masalah,
dan negosiasi.
H. Tahap-Tahap Supervisi Akademik
Supervisi akademik dalam pelaksanaannya memiliki beberapa tahapan.24
Tahapan pertama supervisi akademik ini sedikitnya ada empat dokumen
perencanaan yang harus disiapkan, yaitu:
1. Tujuan supervisi akademik yang dirumuskan berdasarkan kasus yang
terjadi

24
Ibid., Asmani, Tips Efektif..., hlm 95-96

16
2. Jadwal supervisi akademik yang ditetapkan yang memuat informasi seperti
nama guru yang disupervisi, mata pelajaran, hari dan tanggal pelaksanaan,
jam pelajaran, kompetensi dasar, dan pokok bahasan/materi
3. Teknik supervisi akademik yang dipilih merupakan keputusan yang
diambil supervisor setelah mengidentifikasi dan memilih teknik supervisi
akademik yang tepat dengan kasus yang ada
4. Instrumen supervisi akademik yang dipilih berdasarkan hasil analisis dan
identifikasi intrumen yang akan digunakan.
Kedua, supervisi akademik harus dilaksanakan setelah dilakukan
sosialisasi dan kesepakatan bersama guru yang akan di supervisi akademik.
Materi kesepakatan memuat waktu dan aspek-aspek dalam supervisi
akademik. Setelah sepakat barulah supervisi akademik dilaksanakan dengan
tahapan sebagai berikut:
1. Memeriksa kelengkapan perangkat pembelajaran
2. Mengamati proses pembelajaran
3. Melakukan penilaian pembelajaran dengan menggunakan instrumen
observasi.
Tahapan-tahapan tersebut berguna untuk mengidentifikasi masalah-
masalah yang terjadi dalam rangkaian kegiatan. Rekapitulasi hasil supervisi
akademik biasanya berupa tabel yang memuat, nomor, nama, komponen nilai
(perangkat pembelajaran, proses pembelajaran, penilaian pembelajaran, skor
rata-rata), serta catatan hasil temuan. Rentang penilaian dan hari tanggal dan
tanda tangan supervisor/kepala sekolah.
Ketiga, pelaksanaan supervisi akademik harus dianalisis. Hasil
pelaksanaan supervisi akademik akan menjadi bahan kita selanjutnya untuk
melakukan analisis. Kegiatan ini muara kita melakukan umpan balik,
penyempurnaan instrumen, dan program tindak lanjut. Tahapan ini dilakukan
dengan kegiatan mengidentifikasi beberapa kekuatan dan kelemahan guru
yang telah disupervisi. Komponen yang dianalisis adalah komponen yang kita
supervisi, yaitu:

17
1. Rencana pembelajaran berupa dokumen perangkat pembelajaran
2. Proses pembelajaran
3. Penilaian pembelajaran.
Kegiatan dilengkapi dengan membuat rangkuman/kesimpulan hasil
analisis terhadap perangkat pembelajaran, proses pembelajaran, dan penilaian
pembelajaran. Buatlah dengan rapi dan baik agar memudahkan kita
melakukan evaluasi dan tindak lanjut. Kemudian sajikanlah dalam bentuk
laporan hasil analisis dan evaluasi kita dalam bentuk rangkuman hasil
identifikasi masalah pelaksanaan supervisi akademik dan rekapitulasi hasil
pelaksanaan supervisi akademik.
Komponen pengamatan supervisi akademik yang diamati yaitu:
1. komponen pertama; Rencana Pembelajaran (RPP)
2. Komponen kedua; pelaksanaan pembelajaran dengan sub komponen: a)
kegiatan pendahuluan, b) kegiatan inti (ekspolorasi, elaborasi, konfirmasi),
komponen ketiga yaitu penutup dan refleksi.
Keempat, hasil analisis supervisi akademik harus diberikan umpan balik.
Bagian ini dilakukan setelah analisis dan evaluasi supervisi akademik.
Rencana umpan balik dilakukan terhadap guru biasanya dilaksanakan
bersamaan dengan kegitan tindak lanjut. Sehingga langkah-langkah yang
harus dilakukan sama. Langkah-langkah tersebut adalah:
1. Mengkaji rangkuman/kesimpulan hasil analisis perencanaan, proses, dan
penilaian pembelajaran
2. membuat rencana umpan balik (feedback), dan rencana tindak lanjut
3. melaksanakan umpan balik (feedback) dan tindak lanjut dalam bentuk
lisan dan/atau tertulis.
Kelima, supervisi akademik mesti dilengkapi dengan rencana tindak
lanjut. Langkah-langkah yang dilakukan pada kegiatan umpan balik
bersamaan dengan kegiatan tindak lanjut. Kegiatan umpan balik dan tindak
lanjut biasanya berupa:
1. Pemberian penguatan dan penghargaan jika guru yang di supervisi
akademik telah memenuhi standar

18
2. Bagi guru yang belum memenuhi standar, kepala sekolah harus
menyampaikannya dengan cara bijak dan mendidik, alangkah baiknya jika
guru dipancing mengemukakan kelemahannya sendiri
3. Guru diberi kesempatan untuk menyampaikan keluhan, kesulitan dan
hambatan yang ditemukan
4. Guru diberi kesempatan mengikuti kegiatan pelatihan baik di berbagai
kesempatan dan tingkatan.
Keenam, menyusun laporan hasil supervisi akademik. Setelah kita
melakukan tahapan demi tahapan supervisi akademik di atas maka sampailah
kita pada bagian akhir kegiatan. Tahapan ini tidak kalah penting dengan
tahapan sebelumnya, bahkan merupakan akhir kegiatan yang sangat
berpengaruh terhadap seluruh rangkain kegiatan supervisi akademik.
Sedikitnya ada 8 (delapan) aspek sebagai berikut:25
1. Identitas
2. Pendahuluan
3. Kerangka Berpikit Pemecahan Masalah
4. Pendekatkan dan Metode Supervisi
5. Hasil Pelaksanaan Program Supervisi
6. Penutup
7. Lampiran
8. Bahan Pendukung.

25
Ibid., Prasojo dan Sudiyono, Supervisi Pendidikan, hlm 84-86

19
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Supervisi akademik adalah serangkaian kegiatan membantu guru
mengembangkan kemampuannya mengelola proses pembelajaran untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat tiga unsur yang dapat melakukan
supervisi akademik di sekolah, yaitu pengawas sekolah, kepala sekolah dan
guru yang sudah berpengalaman dibidang keahliannya.
Ruang lingkup supervisi akademik meliputi beberapa hal berikut: 1)
pelaksanaan kurikulum yang sedang berlaku, 2) persiapan, pelaksanaan, dan
penilaian pembelajaran oleh guru, 3) pencapaian standar kompetensi lulusan,
standar proses, standar isi, dan peraturan pelaksanaannya, 4) peningkatan
mutu pembelajaran, dan 5) bertanggung jawab terhadap mutu pencernaan
kegiatan pembelajaran untuk setiap mata pelajaran yang diampu.
Tujuan supervisi akademik adalah untuk peningkatan mutu pembelajaran
melalui pembinaan dan pengembangan terhadap kualitas mengajar guru.
Supervisi akademik yang mampu memperbaiki kualitas mengajar guru
menurut Sahertian adalah yang dilaksanakan dengan berpijak pada prinsip-
prinsip sistematis, berencana dan kontinyu.
Prinsip-prinsip supervisi akademik yaitu: supervisi akademik harus
mampu menciptakan hubungan kemanusiaan yang harmonis, bersifat terbuka,
kesetiakawanan, dan informal, berkesinambungan, demokratis, integral
dengan program pendidikan, komprehensif, konstuktif, dan objektif.
Sehubungan dengan pengembangan kedua dimensi supervisi akademik,
terdapat dua aspek yang harus menjadi perhatian. Pertama, substantive
aspects of professionalisme (aspek substantif). Dan kedua, professional
development competency areas (aspek kompetensi).
Teknik supervisi akademik: 1) teknik perseorangan (kunjungan kelas,
kunjungan observasi, membimbing guru tentang cara-cara mempelajari
pribadi siswa dan atau mengatasi problema yang dialami siswa, membimbing
guru dalam hal-hal yang berhubungan dengan pelaksanaan kurikulum

20
sekolah), 2) teknik kelompok (supervisor mengadakan pertemuan atau rapat,
mengadakan diskusi kelompok, mengadakan penataran). Sementara itu,
pendekatan yang dilakukan dalam supervisi akademik yaitu pendekatan
langsung (direktif), tidak langsung (non-direktif), dan pendekatan kolaboratif.
Tahapan pelaksanaan supervisi akademik yaitu: 1) mempersiapkan
dokumen yang berisi tujuan, jadwal, teknik, dan instrumen pelaksanaan
supervisi akademik; 2) dilaksanakan setelah dilakukan sosialisasi dan
kesepakatan bersama guru yang akan di supervisi akademik; 3) analisis; 4)
memberikan umpan balik; 5) melaksanakan rencana tindak lanjut; 6)
menyusun laporan hasil supervisi akademik.

21
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 1989. Organisasi dan Administrasi Pendidikan Teknologi


dan Kejuruan. Jakarta: Rajawali Pers

Asmani, Jamal Ma’mur. 2012. Tips Efektif Supervisi Pendidikan Sekolah.


Yogyakarta: Diva Press

Burhanuddin. 2004. Profesi Keguruan. Malang: UM Press

Etek, Yurnalis. 2008. Supervisi Akademik dan Evaluasi Pengajaran. Jakarta:


Transmisi Media

Fattah, Nanang. 2000. Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung: PT. Remaja


Rosdakarya

Mukhtar dan Iskandar. 2009. Orientasi Baru Supervisi Pendidikan. Jakarta:


Gaung Persada

Prasojo, Lantip Diat dan Sudiyono. 2011. Supervisi Pendidikan. Yogyakarta:


Gava Media

Purwanto, M. Ngalim. 2010. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung:


Remaja Rosdakarya

Sahertian, Piet A. 2000. Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan dalam
Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT. Rineka Cipta

________2008. Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan. Jakarta: PT.


Rineka Cipta

Shulhan, Muwahid. 2012. Supervisi Pendidikan: Teori dan Terapan dalam


Mengembangkan Sumber Daya Guru. Surabaya: Acima Publishing

Soetopo, Hendiyat dan Soemanto, Wasty. 1988. Kepemimpinan dan Supervisi


Pendidikan. Jakarta: PT. Bina Aksara

Sutisna, Oteng. 2003. Administrasi Pendidikan Dasar Teoritis untuk Praktek


Profesional. Bandung: Jamrsa

Syaiful, Sagala. 2012. Supervisi Pembelajaran. Bandung: Alfabeta

22

Anda mungkin juga menyukai