Anda di halaman 1dari 26

“PENGERTIAN DAN SASARAN SIKAP PROFESIONAL PENDIDIK,

SERTA PENINGKATAN KINERJA PROFESIONAL PENDIDIK”

Makalah Ini Ditulis Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Etika Profesi Pendidikan

Dosen Pengampu:

Zakaria Firdaus, M.Pd.I

Disusun Oleh:

1. Bahrawi
2. Inayatul Luthfiah
3. Muslikah

FAKULTAS TARBIYAH
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA ARAB
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM BADRUS SHOLEH
2021
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan rasa syukur kepada Allah Yang Maha Esa atas segala
nikmat dan karunia-Nya. Kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat
waktu. Sehingga dapat memenuhi tugas dari dosen mata kuliah Etika Profesi
Pendidikan.
Tak lupa pula, kami haturkan ucapan terimakasih kepada semua pihak
yang turut membantu dan mendorong dalam pembentukan makalah ini, baik yang
selalu menemani kami, maupun yang membantu dalam hal materi.
Meskipun kami telah berusaha sekuat tenaga dalam pembuatan makalah
ini, kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kami mengharapkan kepada semua pembaca untuk memberikan kritik dan saran
agar dapat menjadi tolak ukur kami dalam pembuatan makalah lain dan agar lebih
tertata kembali dalam aspek bahasa maupun tulisan. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat untuk seluruh pembaca khususnya untuk mahasiswa di STAI-BA.

Kediri, 23 Oktober 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI
Halaman Judul
Kata Pengantar.........................................................................................................ii
Daftar Isi................................................................................................................iii
BAB I: Pendahuluan
A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................2
C. Tujuan Penulisan..........................................................................................2
BAB II: Pembahasan
A. Pengertian Sikap Profesional Pendidik........................................................3
B. Sasaran Sikap Profesional Pendidik.............................................................4
C. Pengembangan Sikap Profesional Pendidik ..............................................14
D. Pengertian Kinerja Profesional Pendidik...................................................16
E. Peningkatan Kinerja Profesional Pendidik.................................................19

BAB III: Penutup


A. Simpulan....................................................................................................22
Daftar Pustaka

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemerosotan pendidikan bukan diakibatkan oleh kurikulum tetapi
kurangnya kemampuan profesionalisme guru menggunkana kurikulum
tersebut dalam kegiatan belajar mengajar dengan sungguh-sungguh karena
berbagai alasan salah satu alasannya pendekatan guru dalam memberikan
pelajaran cenderung tidak menarik. Tentu saja ada guru yang betul-betul
menguasai materi pelajaran dan menggunakan pendekatan yang menarik dan
komunikatif, tetapi jumlah mereka tidak banyak. Kemampuan dan kualitas
guru melaksanakan tugas sebagai pendidik selalu disebut menjadi guru yang
profesional atau tidak profesional. Profesionalisme menekankan kepada
penguasaaan ilmu pengetahuan khusunya materi pelajaran yang menjadi
tanggungjawabnya, kemudian kemampuan manajemen pembelajaran beserta
strategi penerapannya.
Profesionalisme bukan sekadar pengetahuan teknologi dan manajemen
tetapi harus didukung sikap responsif mampu menyelesaikan masalahmasalah
pembelajaran. Pengembangan profesionaliem guru tentu harus lebih baik dan
ideal dibanding seorang teknisi. Guru bukan hanya memiliki keterampilan
yang tinggi dalam hal pengajaran tetapi memiliki suatu tingkah laku
pedagogik yang dipersyaratkan. Guru akan diposisikan sebagai suatu profesi,
harkat dan martabatnya sebagaimana halnya akuntan, dokter dan pengacara.
Tujuan dijadikannya guru sebagai suatu profesi adalah sebagai bagian dari
peningkatan kualitas sumber daya manusia pada jalur pendidikan.
Dalam rangka mencapai tujuan pendidikan ini, guru dituntut bersikap
profesional. Sikap profesional guru bukan sekadar mempunyai pengetahuan
tetapi mempunyai sikap yang dapat mengarahkan dan membimbing peserta
diidk agar dapat belajar dalam arti sebenarnya, katena tugas utama seorang
guru adalah menyelenggarakan kegiatan pembelajaran agar kegiatan itu
terselenggara dengan efektif.

1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, adaupun permasalahan yang diangkat
dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan sikap profesional guru?
2. Apa saja sasaran sikap profesional guru?
3. Bagaimana pengembangan sikap profesional guru?
4. Bagaimana pengertian kinerja profesional pendidik?
5. Bagaimana peningkatan kinerja profesional pendidik?
C. Tujuan Pembahasan
Berdasarkan perumusan masalah yang telah ditentukan, maka tujuan
pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Memahami pengertian sikap profesional guru
2. Memahami apa saja sasaran sikap profesional guru
3. Memahami pengembangan sikap profesional guru
4. Memahami pengertian kinerja profesional pendidi
5. Memahami peningkatan kinerja profesional pendidik.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Sikap Profesional Pendidik


Sikap profesional keguruan adalah sikap seorang guru dalam
menjalankan pekerjaannya yang mencakup keahlian, kemahiran dan
kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta
memerlukan pendidikan profesi keguruan. Profesionalisme guru sering
dikaitkan dengan tiga faktor yang cukup penting, yaitu kompetensi guru,
sertifikasi guru, dan tunjangan profesi guru. Ketiga faktor tersebut disinyalir
berkaitan erat dengan maju mundurnya kualitas pendidikan di Indonesia.1
Sebagai reaksi maka sikap selalu berhubugan dengan dua alternatif,
yaitu senang (like) atau tidak senang (dislike), menurut dan melaksanakan atau
menjauhi/menghindari sesuatu. Nana Sudjana sendiri menjelaskan profesional
adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi
sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau
kecakap. Pekerjaan yang bersifat profesional adalah pekerjaan yang hanya
dapat dilakukan oleh mereka khusus dipersiapkan untuk itu dan bukan
pekerjaan yang dilakukan oleh mereka karena tidak dapat memperoleh
pekerjaan yang lain.
Menurut para ahli profesionalisme menekankan kepada penguasaan
ilmu pengetahuan atau kemampuan manajemen beserta strategi penerapannya.
Maister sendiri mengemukakan bahwa profesionalisme bukan sekedar
pengetahuan teknologi dana manajemen tatapi lebih merupakan sikap,
pengembangan profesionalisme lebih dari seorang teknisi bukan hanya
memiliki keterampilan yang tinggi tetapi memiliki suatu tingkah laku yang
dipersyaratkan.2
Selanjutnya, dijelaskan pula menurut Arifin bahwa guru Indonesia yang
profesional memiliki beberapa yang dipersyaratkan yaitu:
1. Dasar ilmu yang kuat sebagai pengejawantahan terhadap masyarakat
teknologi dan masyarakat ilmu pengetahuan di abad 21.

1
Soetjipto, Profesi Keguruan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), hlm 54
2
Ibid.

3
2. Penguasaan kiat-kiat profesi berdasarkan riset dan praksis pendidikan
yaitu ilmu pendidikan sebagai ilmu praksis bukan hanya merupakan
konsepkonsep belaka. Pendidikan merupakan proses yang terjadi
dilapangan dan bersifat ilmiah, serta riset pendidikan hendaknya diarahkan
pada praksis pendidikan masyarakat indonesia.
3. Pengembangan kemampuan profesioanl berkesinambungan profesi guru
merupakan profesi yang berkembang terus menerus dan
berkesinambungan antara LPTK dengan praktek pendidikan Kekerdilan
profesi guru dan ilmu pendidikan disebabkan terputusnya program pre-
service dan in-service karena pertimbangan birokratis yang kaku atau
manajemen pendidikan yang lemah. 3
Jadi dapat disimpulkan sikap profesional keguruan adalah sikap seorang
guru dalam menjalankan pekerjaannya yang mencakup keahlian, kemahiran,
dan kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta
memerlukan pendidikan profesi keguruan.
Ciri-ciri Guru Profesional4
1. Memiliki keahlian dalam mendidik atau mengajar
2. Memiliki kemampuan intelektual yang memadai
3. Kemampuan memahami visi dan misi pendidikan
4. Keahlian mentransfer ilmu pengetahuan atau metodologi pembelajaran
5. Memahami konsep perkembangan anak/psikologi perkembangan
6. Kemampuan mengorganisir dan problem solving
7. Kreatif dan memiliki seni dalam mendidik.
B. Sasaran Sikap Profesional Pendidik
Secara umum, sikap profesional seorang guru dapat dilihat dari faktor
luar, akan tetapi, hal tersebut belum mencerminkan seberapa baik potensi yang
dimiliki guru sebagai seorang tanpa pendidik. Menurut PP No.74 Tahun 2008
pasal 1 ayat 1 tentang Guru dan UU. No.14 Tahun 2005 pasal 1 ayat 1 tentang
Guru dan Dosen, guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
3
Ramayulis, Profesi dan Etika Keguruan, (Jakarta: Kalam Mulia, 2012), hlm 30
4
Aep Saepul Anwar dan Fatkhul Mubin, Pengembangan Sikap Profesionalisme Guru Melalui
Kinerja Guru pada Satuan Pendidikan MTs Negeri 1 Serang, Jurnal Pendidikan Islam, Vol.2 No.1,
2020, hlm 155

4
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalar pendidikan
formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Berikut ini yang
dijadikan sasaran dengan profesi keguruan yaitu meliputi sikap profesional
keguruan terhadap (1) peraturan perundang-undangan, (2) Organisasi Profesi,
(3) Teman Sejawat, (4) Anak didik, (5) Tempat Kerja, (6) Pemimpin, dan (7)
Pekerjaan.5
1. Sikap Terhadap Peraturan Perundang-undangan
Sikap terhadap peraturan perundang-undangan adalah suatu pola
perilaku yang menunjukan guru dalam menjalankan tugas mengajar,
membimbing, mendidik dan sebagainya, berdasarkan peraturanperatuaran
yang ditetapkan pemerintah terkait dengan peraturan kebijakaan
pendidikan. Pada butir sembilan Kode Etik Guru Indonesia disebutkan
bahwa: “Guru melaksanakan segala kebijaksanaan Pemerintah dalam
bidang pendidikan”.
Kebijaksanaan pendidikan di Negara kita dipengang oleh
pemerintah, dalam hal ini oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
Dalam rangka pembangunan di bidang pendidikan di Indonesia,
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan mengeluarkan kententuan-
ketentuan dan peraturan-peraturan yang merupakan kebijaksanaan yang
akan dilaksanakan oleh aparatnya, yang meliputi antara lain: pembangunan
gedung-gedung pendidikan, pemerataan kesempatan belajar antara lain
melalui kewajiban belajar, peningkatan mutu pendidikan, pembinaan
generasi muda dengan menggiatkan kegiatan karang taruna, dan lain-lain.
Kebijaksanaan pemerintah tersebut biasanya akan dituangkan ke dalam
bentuk ketentuanketentuan pemerintah. Dari ketentuan-ketentuan
pemerintah ini selanjutnya dijabarkan ke dalam program-program umum
pendidikan.
Guru merupakan unsur aparatur Negara dan abdi Negara. Karena
itu, guru mutlak mengetahui kebijaksanaan-kebijaksanaan pemerintah
dalam bidang pendidikan, sehingga dapat melaksanakan
ketentuanketentuan yang merupakan kebijaksanaan tersebut.
5
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 pasal 1 tentang Guru
dan Dosen

5
Kebijaksanaan pemerintah dalam bidang pendidikan ialah segala
peraturan-peraturan pelaksanaan baik yang dikeluarkan oleh Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan, dipusat maupun di daerah, maupun lembaga
lain dalam rangka pembinaan pendidikan di Negara kita. Sebagai contoh,
adanya program beasiswa unggulan, program Indonesia Pintar (PIP),
program rumah belajar, program televisi edukasi, penyelenggaraan ujian
nasional (UN), dan lain sebagainya.
Untuk menjaga agar guru Indonesia tetap melaksanakan
ketentuanketentuan yang merupakan kebijaksanaan pemerintah dalam
bidang pendidikan, Kode Etik Guru Indonesia mengatur hal tersebut,
seperti yang tertentu dalam dasar kesembilan dari kode etik guru. Dasar ini
juga menunjukkan bahwa guru Indonesia harus tunduk dan taat kepada
pemerintah Indonesia dalam menjalankan tugas pengabdiannya, sehingga
guru Indonesia tidak mendapat pengaruh yang negarif dari pihak luar,
yang ingin memaksakan idenya melalui dunia pendidikan. Dengan
demikian, setiap guru Indonesia wajib tunduk dan taat kepada segala
ketentuan-ketentuan pemerintah. Dalam bidang pendidikan ia harus taat
kepada kebijaksanaan dan peraturan, baik yang dikeluarkan oleh
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan maupun lembaga lain yang
berwenang mengatur pendidikan, di pusat dan di daerah dalam rangka
melaksanakan kebijaksanaan-kebijaksanaan pendidikan di Indonesia.
2. Sikap Terhadap Organisasi Profesi
Menurut Richard D. Kellough, ada beberapa kompetensi yang
harus dikuasai oleh guru yang profesional. Salah satunya yakni guru
merupakan anggota aktif organisasi profesi guru, membaca jurnal
profesional, melakukan dialog dengan sesama guru, mengembangkan
kemahiran metodologi, membina siswa dan materi pelajaran.6 PGRI atau
Persatuan Guru Republik Indonesia merupakan organisasi profesi guru
yang ada di Indonesia. Guru secara bersama-sama memelihara dan
meningkatkan mutu organisasi PGRI sebagai sarana perjuangan dan
pengabdian.

6
Sudarman Danim, Profesionalisasi dan Etika Profesi Guru, (Bandung: Alfabeta, 2010), hlm 57

6
Guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu
organisasi PGRI sebagai sarana perjuangan dan pengabdian. Sementara
guru pada satuan madrasah sebagai payung organisasinya berada di bawah
naungan Persatuan Guru Madrasah Indonesia (PGMI) dasar ini
menunjukkan bahwa betapa pentingnya peranan organisasi profesi sebagai
wadah dan sarana pengabdian.
PGRI dan PGMI sebagai organisasi profesi memerlukan
pembinaan, agar lebih berdaya guna dan berhasil guna sebagai wadah
usaha untuk membawakan misi dan menetapkan profesi guru.
Keberhasilannya sangat bergantung kepada kesadaran para anggotanya,
rasa tanggung jawab dan kewajiban para anggotanya. Organisasi PGRI
dan PGMI adalah suatu sistem yang unsur pembentukannya adalah guru-
guru. Oleh karena itu, guru harus bertindak sesuai dengan tujuan sistem.
Ada hubungan timbal balik antara anggota profesi dengan organisasi, baik
dalam melaksanakan kewajiban maupun dalam mendapatkan hak.
PGRI sendiri didirikan sebagai wadah untuk para guru. Guru yang
menjadi anggota aktif suatu organisasi keprofesian sudah pasti memiliki
kewajiban dan hak anggota. Kewajiban membina organisasi profesi
merupakan kewajiban semua anggota beserta pengurusnya. Dalam
pelaksanaan kewajibannya, seluruh anggota harus memberikan sebagian
waktunya untuk kepentingan pembinaan profesinya dan semua waktu serta
tenaga ini akan dikoordinasikan oleh pejabat organisasi tersebut sehingga
pemanfaatannya menjadi efektif dan efisien.
Guru serta organisasi tersebut juga hendaknya berperan serta dalam
pengembangan program-program studi baru, buku-buku pelajaran, dan alat
bantu pengajaran. Selain itu, guru dan organisasi-organisasi tersebut juga
diharapkan bekerjasama penuh dengan pihak yang berwenang untuk
kepentingan murid-murid, layanan pendidikan dan masyarakat umumnya.
Sehingga kerjasama diantara keduanaya amatlah penting.
Dalam usaha peningkatan dari pengembangan mutu profesi di
Indonesia dapat dilakukan perseorangan maupun secara berkelompok.
Peningkatan mutu profesi keguruan secara berkelompok dapat dilakukan

7
melalui penataran, lokakarya dan seminar. Sehingga diharapkan organisasi
keguruan dapat mewadahi peningkatan mutu profesi khususnya profesi
keguruan di Indonesia secara lebih baik. Sesuai dengan fungsi dan peran
organisasi itu sendiri.
3. Sikap Terhadap Teman Sejawat
Suharsimi Arikunto mengatakan bahwa secara garis besar,
kompetensi guru dapat dibedakan menjadi tiga yakni kompetensi personal,
kompetensi sosial, dan kompetensi profesional.7 Dari tiga kompetensi
tersebut, kompetensi sosial merupakan kemampuan guru yang
berhubungan dengan partisipasi sosialnya dalam kehidupan sehari-hari di
masyarakat baik di tempat kerja maupun tempat tinggalnya. Sehingga
seorang guru diharapkan dapat membina hubungan baik dengan teman-
teman sejawatnya baik di lingkungan kerja maupun lingkungan
keseluruhan.
Dalam Kode Etik Guru pasal 7 dinyatakan bahwa. “Guru
memelihara hubungan seprofesi, semangat kekeluargaan, kesetiakawanan
sosial”. Kode etik guru di Indonesia menunjukkan bahwa betapa
pentingnya hubungan harmonis yang harus diciptakan dengan
mewujudkan perasaan bersaudara yang mendalam antara teman/rekan
sesama profesi.
Hubungan sesama anggota profesi dapat dilihat dari dua segi,
yakni hubungan formal dan hubungan kekeluargaan. Hubungan formal
adalah hubungan yang perlu dilakukan dalam tugas kedinasan. Sedangkan
hubungan kekeluargaan suatu hubungan di lingkungan kerja maupun
lingkungan keseluruhan.
a. Hubungan guru berdasarkan lingkungan kerja
Lingkungan kerja guru sebagian besar akan berpusat pada
sekolah. Kegiatan yang dilakukan guru juga banyak dilakukan di
sekolah. Seperti yang telah diketahui bersama, di sekolah tidak hanya
guru dan siswa yang berperan dalam penyelenggaraannya tetapi juga
kepala sekolah, pegawai tata usaha serta pegawai-pegawai lain yang

7
Ibid., hlm 58

8
memiliki tujuan bersama yakni ingin memajukan sekolah tersebut.
Sebagai seorang guru, sudah selayaknya menjaga keharmonisan di
dalam sekolah agar setiap personil sekolah dapat berfungsi
sebagaimana mestinya.
Sikap profesional lain yang juga harus dimiliki oleh seorang
guru adalah sikap saling bekerja sama, saling menghargai, saling
pengertian dan tanggung jawab. Apabila seluruh sikap profesional
tersebut dapat diterapkan oleh guru, maka keberlangsungan proses
belajar-mengajar di sekolah akan menjadi lebih baik. Selain itu juga,
sikap profesional tersebut dapat menghindarkan guru dari perasaan
saling menjatuhkan satu sama lain. Apabila sikap saling menjatuhkan
ini yang dipupuk, tidak menutup kemungkinan bahwa masyarakat luas
akan memberi penilaian negatif pada sekolah tersebut. Sehingga sikap
profesional antara profesi di dalam lingkungan kerja sangat penting.
b. Hubungan guru berdasarkan lingkungan keseluruhan.
Tidak hanya pada sekolah bersangkutan, guru juga harus
menjaga sikap profesional dengan guru-guru lain yang berada di
sekolah lain. Sebagai seorang guru, sudah sepatutnya menganggap
bahwa seluruh guru di sekolah manapun guru tersebut mengajar adalah
sebuah keluarga besar. Persatuan antara guru di seluruh Indonesia akan
membantu mendorong kemajuan dalam bidang profesinya. Sebagai
suatu keluarga besar, guru wajib saling mengoreksi dan menegur rekan
lainnya apabila terdapat kesalahan maupun penyimpangan yang dapat
membawa dampak negatif bagi profesinya. Hal ini berguna bagi
kelangsungan pendidikan di Indonesia. Seluruh guru harus bersatu
demi melayani kebutuhan pendidikan serta meningkatkan mutu
pendidikan di Indonesia.
4. Sikap Terhadap Anak Didik
Sikap guru dalam mendidik memiliki pengaruh terhadap
perkembangan jiwa anak didik, sehingga guru dituntut memiliki sikap
yang tepat sesuai dengan tuntutan tugas profesionalnya sebagai seorang
pendidik yang bertanggung jawab.

9
Dalam kode etik guru indonesia dijelaskan bahwa: Guru berbakti
membimbing peserta didik untuk membentuk manusia seutuhnya yang
berjiwa pancasila, dasar ini mengandung beberapa prinsip yang harus
dipahami oleh seorang guru dalam menjalankan tugasnya sehari-hari,
yakni: Tujuan pendidikan nasional, prinsip membimbing, dan prinsip
pembentukan manusia Indonesia seutuhnya.
Tujuan pendidikan nasional dalam UU No. 2/1989 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, yakni membentuk manusia Indonesia seutuhnya
yang berjiwa pancasila. Prinsip yang lain adalah membimbing peserta
didik, bukan mengajar, atau mendidik saja.8
Pengertian seperti yang dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara
dalam sistem amongnya. Tiga kalimat yang terkenal dari sistem itu adalah
“ing angarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, dan tut wuri
handayani”. Ketiga kalimat itu mempunyai arti bahwa pendidikan harus
dapat memberi contoh, harus dapat memberikan pengaruh dan harus
dapat mengendalikan peserta didik. Dalam tut wuri terkandung maksud
membiarkan peserta didik menuruti bakat dan kodratnya dan guru
memperhatikannya. Dalam handayani berati guru mempengaruhi peserta
didik, dalam arti membimbing atau mengajarnya. Dengan demikian
membimbing mengandung arti bersikap menentukan kearah pembentukan
manusia yang seutuhnya yang berjiwa pancasila, dan bukanlah mendikte
peserta didik, apalagi memaksanya menurut kehendak sang pendidik.
Motto tut wuri handayani sekarang telah diambil menjadi motto dari
departemen pendidikan dan kebudayaan Indonesia.9
Prinsip manusia seutuhnya dalam kode etik ini memandang
manusia sebagai kesatuan yang bulat, utuh, baik jasmani maupun rohani
tidak hanya berilu tinggi tetapi juga bermoral tinggi pula. Oleh Karenanya,
Guru dalam mendidik seharusnya tidak hanya mengutamakan pengetahuan
atau perkembangan intelektual saja. Tetapi juga harus memperhatikan
perkembangan seluruh pribadi peserta didik, baik jasmani, rohani dan
sosial sesuai dengan dimaksudkan agar peserta didik pada akhirnya akan
8
Ibid., Soetjipto, Profesi Keguruan..., hlm 50
9
Ibid., hlm 50

10
dapat menjadi manusia yang mampu menghadapi tantangan tantangan
dalam kehidupannya sebagi insan dewasa. Peserta didik tidak dapat
dipandang sebagai objek semata yang harus patuh kepada kehendak dan
kemauan guru.
Salah satu implementasi sikap professional guru terhadap anak
didik, antara lain:
a. Tetap semangat dalam menjalankan tugas
b. Selalu melakukan perubahan dalam mengajar
c. Ciptakan Kondisi Kondusif
d. Pelaksanaan Evaluasi.
5. Sikap Terhadap Tempat Kerja
Tempat kerja merupakan wahana dimana personel sekolah berada.
Suasana yang baik di tempat kerja akan meningkatkan produktivitas.
Untuk menciptakan suasana yang baik itu terdapat dua hal yang harus
dipehatikan, yaitu:10
a. Guru sendiri
Guru harus aktif dalam mengusahakan suasana yang baik dengan
berbagai cara, baik dengan metode mengajar yang sesuai, penggunaan
media yang tepat, maupun pendekatan lainnya yang diperlukan.
b. Hubungan guru dengan orang tua dan masyarakat sekeliling
Hal ini harus dilakukan agar orang tua dan masyarakat juga merasa
memiliki rasa tanggung jawab terhadap pendidikan anak mereka di
sekolah.
Terhadap guru sendiri dengan jelas juga dituliskan dalam salah satu
butir dari kode etik yang berbunyi : “Guru menciptakan suasana sekolah
sebaik-baiknya yang menunjang keberhasilan proses belajar mengajar”.
Oleh sebab itu, guru harus aktif mengusahakan suasana yang baik itu
dengan berbagai cara, baik dengan penggunaan metode mengajar sesuai,
maupun dengan penyediaan alat belajar yang cukup, serta pengaturan
organisasi kelas yang mantap, ataupun pendektan lainnya yang diperlukan.

10
Ibid., hlm 51

11
Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa suasana yang baik di
tempat kerja akan meningkatkan produktifitas. Hal ini disadari dengan
sebaik-baiknya oleh setiap guru dan guru berkewajiban menciptakan
suasana yang demikian dalam lingkungannya, menjalin kerjasama dengan
orang tua dan masyarakat, sekolah dapat mengambil prakarsa, misalnya
dengan cara mengundang orang tua sewaktu mengambil rapor,
mengadakan kegiatan-kegiatan yang melibatkan masyarakat sekitar.
6. Sikap Terhadap Pemimpin
Sikap seorang guru terhadap pemimpin harus positif, dalam
pengertian harus bekerja sama dalam menyukseskan program yang sudah
disepakati, baik disekolah maupun di luar sekolah. Sebagai salah seorang
anggota organisasi, baik organisasi guru maupun organisasi yang lebih
besar, guru akan selalu berada dalam bimbingan dan pengawasan pihak
atasan. Dari organisasi guru, ada strata kepemimpinan mulai dari pengurus
cabang, daerah, sampai kepusat.
Pemimpin suatu unit atau organisasi akan mempunyai
kebijaksanaan dan arahan dalam memimpin organisasinya, di mana tiap
anggota organisasi itu dituntut berusaha untuk bekerja sama dalam
melaksanakan tujuan organisasi tersebut. Kerja sama yang dituntut
tersebut berupa tuntutan akan kepatuhan dalam melaksanakan arahan dan
petunjuk yang diberikan mereka. Kerja sama juga dapat diberikan dalam
bentuk usulan dan malahan kritik yang membangun demi pencapaian
tujuan yang telah digariskan bersama dan kemajuan organisasi. Oleh sebab
itu, dapat disimpulkan bahwa sikap seorang guru terhadap pemimpin harus
positif.
7. Sikap Terhadap Pekerjaan
Profesi guru berhubungan dengan anak didik, yang secara alami
mempunyai persamaan dan perbedaan. Tugas melayani orang yang
beragam sangat memerlukan kesabaran dan ketelatenan yang tinggi,
terutama bila berhubungan dengan peserta didik yang masih kecil.
Barangkali tidak semua orang dikarunia sifat seperti itu, namun bila

12
seseorang telah memilih untuk memasuki profesi guru, ia dituntut untuk
belajar dan berlaku seperti itu.
Dalam UU No. 14 Tahun 2005 Pasal 7 Ayat 1, tentang Guru dan
Dosen merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan
berdasarkan prinsip sebagai berikut: (a) Memiliki bakat, minat, panggilan
jiwa, dan idealism, (b) Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu
pendidikan, keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia.11
Hal ini berarti seorang guru sebagai pendidik harus benar-benar
berkomitmen dalam memajukan pendidikan. Guru harus mampu
melaksanakan tugasnya dan melayani peserta didik dengan baik. Agar
dapat memberikan layanan yang memuaskan masyarakat. Guru harus
selalu dapat menyesuaikan kemampuan dengan keinginan masyarakat,
dalam hal ini peserta didik dan para orang tuanya. Keinginan dan
permintaan ini selalu berkembang sesuai dengan perkembangan
masyarakat yang biasanya dipengaruhi oleh perkembangan ilmu dan
teknologi. Oleh karena itu, guru selalu dituntut untuk secara terus menerus
meningkatkan dan mengembangkan pengetahuan dan keterampilannya.
selalu dituntut untuk secara terus menerus meningkatkan dan
mengembangkan pengetahuan dan keterampilannya.
Agar dapat memberikan layanan yang memuaskan masyarakat,
guru harus selalu dapat menyesuaikan kemampuan dan pengetahuannya
dengan keinginan dan permintaan masyarakat, dalam hal ini peserta didik
dan orang tuanya. Keinginan ini selalu berkembang sesuai perkembangan
dengan perkembangan masyarakat yang biasanya dipengaruhi oleh
perkembangan ilmu dan teknologi. Oleh karena itu guru selalu dituntut
untuk secara terus menerus meningkatkan dan mengembangkan
pengetahuan, keterampilan, dan mutu layanannya. Keharusan
meningkatkan dan mengembangkan mutu ini merupakan butir yang
keenam dalam Kode Etik Guru Indonesia yang berbunyi: “Guru secara
pribadi dan bersama-sama, mengembangkan dan meningkatkan mutu dan
martabat profesinya”.

11
Ibid., Anwar dan Mubin, Pengembangan Sikap..., hlm 156

13
Dalam butir keenam ini dituntut kepada guru, baik secara pribadi
maupun secara kelompok, untuk selalu meningkatkan mutu dan martabat
profesinya. Guru, sebagaumana juga dengan profesi lainnya, tidak
mungkin dapat meningkatkan mutu dan martabat profesinya bila guru itu
tidak menigkatkan atau menambah pengetahuan dan keterampilannya,
karena ilmu dan pengetahuan yang menunjang profesi itu selalu
berkembang sesuai dengan kemajuan zaman.
Untuk meningkatkan mutu profesi secara mandiri, guru dapat
melakukannya secara formal maupun secara informal. Secara formal
artinya guru mengikuti berbagai pendidikan lanjutan atau kursus yang
sesuai dengan bidang tugas, keinginan, waktu, dan kemampuannya, serta
secara informal guru dapat meningkatkan pengetahuan dan
keterampilannya melalui media masa seperti televise, radio, majalah
ilmiah, koran dan sebagainya, ataupun membaca buku teks dan
pengetahuan lainnya yang cocok dengan bidangnya.
C. Pengembangan Sikap Profesional Pendidik
Untuk menjadi guru profesional adalah suatu keniscayaan. Namun
demikian, profesi guru juga sangat lekat dengan peran psikologis, humannis
bahkan identik Secara umum sikap professional seorang guru dapat dilihat
dari faktor luar. Akan tetapi, hal tersebut belum mencerminkan seberapa baik
potensi yang dimilikiguru sebagai seorang pendidik. Menurut PP No.74 tahun
2008 pasal 1 ayat 1 tentang Guru menjelaskan “Guru adalah pendidika
profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada
pendidikan anak usia dini jalar pendidikan normal, pendidikan dasar, dan
pendidikan menengah”. Pengembangan sikap professional dalam rangka
meningkatkan mutu, baik mutu professional maupun mutu layanan, guru juga
harus meningkatkan sikap profesionalnya. Pengembangan sikap professional
dapat dilakukan selagi dalam pendidikan prajabatan maupun selagi bertugas
(dalam jabatan).
Dalam meningkatkan mutu seorang guru, guru harus meningkatakan
dan mengembangkan sikap profesionalnya. Pengembangan sikap profesional

14
ini dapat dilakukan baik dalam pendidikan pra-jabatan maupun dalam jabatan.
Berikut penjelasan mengenai Pengembangan sikap profesional dalam
pendidikan pra-jabatan dan dalam jabatan.12

1. Pengembangan Sikap Selama Pendidikan Prajabatan


Dalam pendidikan prajabatan calon guru dididik dalam berbagai
pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diperlukan dalam pekerjaannya
nanti. Karena tugasnya yang bersifat unik, guru selalu menjadi panutan
bagi siswanya, dan bahkan bagi masyarakat sekelilingnya. Oleh karena itu,
guru bersikap terhadap pekerjaan dan jabatannya selalu menjadi perhatian
siswa dan masyarakat. Pembentukan sikap yang baik tidak mungkin
muncul begitu saja, tetapi harus dibina sejak calon guru memulai
pendidikannya di lembaga pendidikan guru. Berbagai usaha, latihan,
contoh-contoh, aplikasi penerapan ilmu, keterampilan, serta sikap
profesional yang dirancang dan dilaksanakan selama calon guru berada
dalam pendidikan prajabatan. Sering juga pembentukan sikap tertentu
terjadi sebagai hasil sampingan (by product) dari pengetahuan yang
diperoleh calon guru. Sikap teliti dan disiplin, misalnya dapat terbentuk
sebagai hasil sampingan dari hasil belajar matematika yang benar, karena
belajar matematika selalu menuntut ketelitian dan kedisiplinan
penggunaan aturan dan prosedur yang telah ditentukan. Sementara itu
tentu saja pembentukan sikap dapat diberikan dengan memberikan
pengetahuan, pemahaman, dan penghayatan khusus yang direncanakan,
sebagaimana halnya mempelajari Pedoman Penghayatan dan Pengamalan
Pancasila (P4) yang diberikan kepada seluruh siswa sejak dari sekolah
dasar sampai perguruan tinggi.
2. Pengembangan Sikap Selama dalam Jabatan
Pengembangan sikap profesional tidak berhenti apabila calon guru
selesai mendapatkan pendidikan prajabatan. Banyak usaha yang dapat
dilakukan dalam rangka peningkatan sikap profesional keguruan dalam
masa pengabdiannya sebagai guru. Seperti telah disebut, peningkatan ini

12
Soetjipto dan Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2007), hlm 50-51

15
dapat dilakukan dengan cara formal melalui kegiatan mengikuti penataran
lokakarya, seminar, atau kegiatan ilmiah lainnya, ataupun secara informal
melalui media massa televisi, radio, koran, dan majalah maupun publikasi
lainnya. Kegiatan ini selain dapat meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan, sekaligus dapat juga meningkatkan sikap profesional
keguruan.
D. Pengertian Kinerja Profesional Pendidik
Tingkat keberhasilan guru dalam menyelesaikan pekerjaannya disebut
dengan istilah “level of performance” atau level kinerja. Kinerja bukan
merupakan karakteristik individu, seperti bakat atau kemampuan, tetapi
merupakan perwujudan dari bakat atau kemampuan itu sendiri.13 Kinerja
merupakan perwujudan dari kemampuan dalam bentuk karya nyata. Kinerja
merupakan hasil kerja yang dicapai guru di sekolah dalam rangka mencapai
tujuan sekolah. Kinerja guru Nampak dari tanggungjawabnya dalam
menjalankan amanah, profesi yang diembannya, serta moral yang dimilikinya.
Hal tersebut akan tercermin dari kepatuhan, kepatutan, komitmen dan
loyalitasnya dalam mengembangkan potensi peserta didik serta memajukan
sekolah. Guru yang memiliki level kinerja tinggi merupakan guru yang
memiliki produktivitas kerja sama dengan/di atas standar yang ditentukan,
begitupun sebaliknya, guru yang memiliki level kinerja rendah, maka guru
tersebut merupakan guru yang tidak produktif.
Kinerja guru merupakan kemampuan guru dalam menunjukkan
kecakapan atau kompetensi yang dimilikinya dalam dunia kerja yang
sebenarnya. Dunia kerja guru yang sebenarnya adalah pembelajaran siswa
dalam kegiatan pembelajaran dikelas. Kinerja guru adalah segala hasil dari
usaha guru dalam mengantarkan proses pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan, yang meliputi seluruh kegiatan yang menyangkut tugasnya
sebagai guru. Tugas profesional seorang guru mencakup kegiatan
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan
mengevaluasi peserta didik.

13
Donni Juni Priansa, Kineja dan Profesionalisme Guru, (Bandung: Alfabeta, 2014),
hlm 79

16
Dengan demikian, kinerja guru merupakan hasil kerja yang dicapai
oleh seorang guru dalam melaksanakan tugas mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta
didik. Kinerja seorang guru dapat dilihat dari prestasi yang diperoleh oleh
seorang guru, bagaimana seorang guru dalam melaksanakan proses
pembelajaran dan mengevaluasi hasil pembelajaran serta memberikan
tindak lanjut dari evaluasi pembelajaran, dan hasil kerja yang diperoleh oleh
seorang guru.
Kinerja profesional guru merupakan suatu kegiatan yang dilakukan
untuk melaksanakan, menyelesaikan tugas dan tanggung jawab sesuai dengan
harapan dan tujuan yang telah ditetapkan dalam kegiatan pembelajaran di
kelas dan pendidikan di sekolah. Kinerja diartikan sebagai prestasi,
menunjukkan suatu kegiatan atau perbuatan dan melaksanakan tugas yang
telah dibebankan. Pengertian kinerja disering diidentikkan dengan prestasi
kerja. Karena ada persamaan antara kinerja dengan prestasi kerja.
Kinerja profesional terdiri dari dua kata, yaitu kinerja dan profesional.
Istilah kinerja sering diidentikkan dengan istilah prestasi. Istilah kinerja atau
prestasi merupakan pengalih bahasaan dari kata inggris “performance”.
Terdapat beberapa pengertian mengenai kinerja yaitu sebagai berikut:
1. Mangkunegara mendefinisikan kinerja adalah hasil kerja yang secara
kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam
melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan
kepadanya.
2. Sulistiyani dan Rosidah menyatakan kinerja seseorang merupakan
kombinasi dari kemampuan, usaha, dan kesempatan yang dapat dinilai dari
hasil kerjanya.
3. Bernandin dan Rusell mengemukakan kinerja adalah suatu hasil kerja yang
dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan
kepadanya yang didasarkan ataskecakapan, pengalaman, dan
kesungguhan, serta waktu.14

14
Supardi, Kinerja Guru, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013), hlm 45

17
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, definisi kerja sebagai hasil
kerja yang dicapai oleh individu yang disesuaikan dengan peran atau tugas
individu tersebut dalam suatu organisasi pada suatu periode tertentu, yang
dihubungkan dengan suatu ukuran nilai atau standar tertentu dari organisasi
dimana individu tersebut bekerja. Sedangkan profesional adalah seseorang
yang hidup dengan mempraktekkan suatu keahlian pada pendidikan dan
jenjang pendidikannya atau dengan terlibat dalam suatu kegiatan tertentu yang
menurut keahlian yang dimilikinya yang merupakan jalan untuk mendapatkan
hasil yang maksimal dari apa yang berupaya pekerjaannya. Dengan demikian,
kinerja profesional merupakan hasil kerja yang dicapai oleh individu dengan
mempraktekkan suatu keahlian pada pendidikan dan jenjang pendidikannya
pada suatu periode tertentu, yang dihubungkan dengan suatu ukuran nilai atau
standar tertentu dari organisasi dimana individu tersebut bekerja.
Kinerja profesional guru tidak hanya ditunjukan oleh pencapaian hasil
kerja, akan tetapi juga ditentukan oleh perilaku dalam bekerja. Lembaga
Administrasi Negara menyebut kinerja sebagai; “gambaran tentang singkat
pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan dalam mewujudkan sasaran”.15 Kriteria
kinerja guru ini diterjemahkan kepada ketentuan yang berlaku bagi PNS. Di
dalam himpunan peraturan perundang-undangan tentang kepegawaian tahun
1982 yang diterbitkan oleh Depdikbud, kriteria kinerja guru PNS terdiri atas
kesetiaan, prestasi kerja, tanggung jawab, ketaatan, kejujuran, dan kerja sama.
Kinerja guru juga dapat ditunjukan dari seberapa besar kompetensi-
kompetensi yang dipersyaratkan dipenuhi. “Kompetensi tersebut meliputi
kompetensi pedagogic, kompetensi kepribadian, kompetemsi sosial dan
kompetensi professional.16 Sementara kinerja professional guru dapat terukur
dengan jelas, dalam pembelajaran yang diperlihatkannya dari prestasi belajar
peserta didik. Kinerja guru yang baik akan menghasilkan prestasi belajar
peserta didik yang baik. Selanjutnya, “kinerja yang baik terlihat dari hasil
yang diperoleh dari penilaian prestasi peserta didik”.17

15
Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia, Kinerja Aparatur Negara,
(Jakarta: Lembaga Administrasi Negara, 1993), hlm 3
16
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen

18
Menurut Mulyasa faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja profesional
guru antara lain:18
1. Sikap mental berupa motivasi, disiplin dan etika kerja.
2. Tingkat pendidikan, pada umumnya orang yang mempunyai pendidikan
lebih tinggi akan mempunyai wawasan yang lebih luas.
3. Keterampilan, makin terampil tenaga kependidikan akan lebih mampu
bekerja sama serta mengguinakan fasilitas dengan baik.
4. Manajemen atau gaya kepemimpinan kepala sekolah, artikan dengan hal
yang berkaitan dengan sistem yang diterapkan oleh pimpinan untuk
mengelola dan memimpin serta mengendalikan tenaga pendidikan
5. Hubungan industrial, menciptakan ketenangan kerja dan memberikan
motivasi kerja, menciptakan hubungan kerja yang serasi dan dinamis
dalam bekerja dan meningkatkan harkat dan martabat tenaga kependidikan
sehingga mendorong mewujudkan jiwa yang ber dedikasi dalam upaya
peningkatan kinerjanya
6. Tingkat penghasilan atau gaji yang memadai, ini dapat menimbulkan
konsentrasi kerja dan kemampuan yang dimiliki dapat dimanfaatkan untuk
meningkatkan kinerjanya.
7. Kesehatan, akan meningkatkan semangat kerja.
8. Jaminan sosial yang diberikan dinas pendidikan kepada tenaga pendidikan,
dimaksudkan untuk meningkatkan pengabdian dan semangat kerjanya.
9. Lingkungan sosial dan suasana kerja yang baik, ini akan mendorong
tenaga kerja kependidikan dengan senang bekerja dan meningkatkan
tanggung jawabnya untuk melekukan pekerjaan yang lebih baik.
10. Kualitas sarana pembelajaran, akan berpengaruh pada peningkatan
kinerjanya.
11. Teknologi yang dipakai secara tepet akan mempercepat penyelesaian
proses pendidikan, menghasilkan jumlah lulusan yang berkualitas serta
memperkecil pemborosan.

17
N. S. Glasman, Evaluated-Based Leadership: School Administration in
Contemporary Perspective, (New York: State University of New York Press, 1986),
hlm 12
18
E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012),
hlm 140

19
12. Kesempatan berprestasi dapat menimbulkan dorongan psikologis untuk
meningkatkan dedikasi serta pemanfaatan potensi yang dimiliki dalam
meningkatkan kinerjanya.
E. Peningkatan Kinerja Profesional Pendidik
Peningkatan kinerja profesionalisme guru pada akhirnya berpeluang
dan ditentukan oleh para guru. Upaya apa sajakah yang harus dilakukan guru
untuk meningkatkan kinerja profesionalismenya? Dari sekian banyaknya
upaya dalam meningkatkan kinerja profesional guru pemerintah sering
melakukan berbagai upaya peningkatan kualitas guru, antara lain melalui
pelatihan, seminar, dan lokakarya, bahkan melalui pendidikan formal, dengan
menyekolahkan guru pada tingkat yang lebih tinggi. Walaupun demikian pada
pelaksanaannya masih jauh dari harapan.
Kaitannya dengan pengembangan sikap profesionalitas guru dalam
meningkatkan kinerja guru dalam hal ini guru yang memiliki kemampuan
serta profesionalitas akan memberikan hasil yang maksimal serta dapat
meningkatkan prestasi sekolah. Dalam kegiatan pembinaan dan
pengembangan profesionalitas guru terdapat beberapa program antara lain: (1)
Program peningatan kualifikasi pendidikan guru, (2) Program penyetaraan dan
sertifikasi, (3) Program pelatihan integritas berbasis kompetensi, (4) Program
supervisi pendidikan, (5) Program pemberdayaan MGMP (Musyawarah Guru
Mata Pelajaran), (6) Melakukan penelitian.
Syaiful Bhari Djamarah memberikan batasan guru harus selalu berusaha
memperbaiki untuk melakukan hal-hal sebagai berikut: Pertama, memahami
tuntutan standar profesi yang ada, Kedua mencapai kualifikasi dan kompetensi
yang dipersyaratkan, Ketiga, membangun hubungan kesejawatan yang baik
dan luas termasuk lewat organisasi profesi, Keempat, mengembangkan etis
kerja atau budaya kerja yang mengutamakan pelayanan bermutu tinggi kepada
konstituen, kelima, mengadopsi teknologi komunikasi dan informasi mutakhir
agar senantiasa tidak ketinggalan dalam kemampuannya mengelola
pembelajaran.19

19
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif Suatu
Pendekatan Teoretis Psikologis, (Jakarta: Rineka, 2006), hlm 22

20
Berkaitan dengan pernyataan Djamarah tersebut, jelaslah bahwa guru
professional tidak hanya dituntut untuk menguasai bidang ilmu, bahan ajar,
metode pembelajaran, memotivasi peserta didik, memiliki keterampilan yang
tinggi dan wawasan yang luas terhadap dunia pendidikan, tetapi juga harus
memiliki pemahaman yang mendalam tentang hakikat manusia, dan
masyarakat. Hakikathakikat ini akan melandasi pola pikir dan budaya kerja
guru, serta loyalitas terhadap profesi pendidikan.
Upaya peningkatan kualitas guru tersebut didasarkan pada terdapatnya
kelemahan-kelemahan yang dialami oleh guru. Faktor utama yang
menunjukkan lemahnya kinerja guru dalam melaksanakan pembelajaran,
sebagaimana yang dikemukakan oleh Mulyasa sehubungan dengan: Tujuh
indikator yang menunjukkan lemahnya kinerja guru dalam melaksanakan
tugas utama mengajar (teaching), (a) rendahnya pemahaman tentang strategi
pembelajaran, (b) kurang kemahiran dalam mengelola kelas, (c) rendahnya
kemampuan melakukan dan memanfaatkan penelitian tindakan kelas, (d)
rendahnya motivasi berprestasi, (e) kurang disiplin, (f ) rendahnya komitmen
profesi, (g) serta rendahnyya kemampuan manajemen waktu.20

E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional: Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan


20

Menyenangkan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), hlm 9

21
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Sikap profesional keguruan adalah sikap seorang guru dalam
menjalankan pekerjaannya yang mencakup keahlian, kemahiran, dan
kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta
memerlukan pendidikan profesi keguruan. Sasaran profesi keguruan yaitu
meliputi sikap profesional keguruan terhadap (1) peraturan perundang-
undangan, (2) Organisasi Profesi, (3) Teman Sejawat, (4) Anak didik, (5)
Tempat Kerja, (6) Pemimpin, dan (7) Pekerjaan. Dalam meningkatkan mutu
seorang guru, guru harus meningkatakan dan mengembangkan sikap
profesionalnya. Pengembangan sikap profesional ini dapat dilakukan baik
dalam pendidikan pra-jabatan maupun dalam jabatan.
Kinerja guru merupakan kemampuan guru dalam menunjukkan
kecakapan atau kompetensi yang dimilikinya dalam dunia kerja yang
sebenarnya. Kinerja guru Nampak dari tanggungjawabnya dalam menjalankan
amanah, profesi yang diembannya, serta moral yang dimilikinya. Kaitannya
dengan pengembangan sikap profesionalitas guru dalam meningkatkan kinerja
guru dalam hal ini guru yang memiliki kemampuan serta profesionalitas akan
memberikan hasil yang maksimal serta dapat meningkatkan prestasi sekolah.
Dalam kegiatan pembinaan dan pengembangan profesionalitas guru terdapat
beberapa program antara lain: (1) Program peningatan kualifikasi pendidikan
guru, (2) Program penyetaraan dan sertifikasi, (3) Program pelatihan integritas
berbasis kompetensi, (4) Program supervisi pendidikan, (5) Program
pemberdayaan MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran), (6) Melakukan
penelitian.

22
DAFTAR RUJUKAN

Danim, Sudarman. 2010. Profesionalisasi dan Etika Profesi Guru. Bandung:


Alfabeta

Djamarah, Syaiful Bahri. 2006. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif
Suatu Pendekatan Teoretis Psikologis. Jakarta: Rineka

Glasman, N. S. 1986. Evaluated-Based Leadership: School Administration in


Contemporary Perspective. New York: State University of New York Press

Mulyasa, E. 2007. Menjadi Guru Profesional: Menciptakan Pembelajaran Kreatif


dan Menyenangkan. Bandung: Remaja Rosdakarya

________2012. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: Remaja


Rosdakarya

Priansa, Donni Juni. 2014. Kineja dan Profesionalisme Guru. Bandung: Alfabeta

Ramayulis. 2012. Profesi dan Etika Keguruan. Jakarta: Kalam Mulia

Soetjipto. 2009. Profesi Keguruan. Jakarta: Rineka Cipta

________Kosasi, Raflis. 2007. Profesi Keguruan. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Supardi. 2013. Kinerja Guru. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Anwar, Aep Saepul dan Mubin, Fatkhul. 2020. Pengembangan Sikap


Profesionalisme Guru Melalui Kinerja Guru pada Satuan Pendidikan MTs
Negeri 1 Serang. Jurnal Pendidikan Islam, Vol.2 No.1

Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia. 1993. Kinerja Aparatur


Negara. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan


Dosen

23

Anda mungkin juga menyukai