PROFESI PENDIDIKAN
NIM : 7203344024
FAKULTAS EKONOMI
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya maka penulis dapat
penulisan adalah memenuhi tugas mata kuliah Etika Profesi Pendidikan Ekonomi Universitas
PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang
Guru memiliki peran yang sangat esensial bagi mutu pendidikan di Indonesia karena guru
menjadi salah satu faktor yang menentukan berhasil atau tidaknya proses pembelajaran
disamping kurikulum dan sarana prasarana. Guru memiliki tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, dan mengevaluasi peserta didik. Tugas utama tersebut akan menjadi efektif
apabila guru memiliki derajat profesionalitas tertentu yang meliputi kompetensi yang harus
dimiliki guru disertai dengan kode etik tertentu. Menurut Undang-undang Nomor 14 tahun 2005
kompetensi yang harus dimiliki guru meliputi meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi
kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. keempat kompetensi tersebut dalam
praktiknya merupakan satu kesatuan yang utuh. Guru profesional sudah seyogyanya mampu
menguasai keempat kompetensi tersebut. Dalam kaitannya dengan mutu pendidikan, kompetensi
Semakin guru menguasai kompetensi minimal yang harus dimilikinya maka mutu pendidikan
di Indonesia juga akan meningkat. Namun melihat fenomena yang ada sekarang, masih banyak
ditemukan kasus yang mencerminkan masih rendahnya tingkat profesionalitas guru di Indonesia.
Salah satunya dapat dilihat dari masih banyak guru yang menggunakan metode pembelajaran
yang monoton tanpa adanya inovasi dalam pembelajaran, masih benyak guru yang belum
mempunyai kualifikasi S1dan masih banyak persolan lainnya. Pengembangan guru di Indonesia
juga masih rendah. Banyak guru-guru dalam bidang skill (kemampuan mengajar) masih kurang,
kurangnya pengembangan dan peningkatan organisasi serta kurangnya pengembangan dan
peningkatan keperibadian (motivasi berprestasi). Padahal peran guru demikian penting dalam
peningkatan mutu pendidikan. Secara kuantitatif jumlah tenaga guru telah cukup memadai, tetapi
mutu serta profesionalismenya belum sesuai dengan harapan. Guru bukan hanya sekedar profesi.
Guru bukan hanya mengajarkan materi dan memberikan 2 penilaian. Dalam proses
penyampaian materi itu sendiri memerlukan teknik dan seni sebagai hasil dari perpaduan
kompetensi yamg dimiliki oleh guru. Sehingga guru menjadi lebih kreatif dalam
profesi guru dinilai sangat berpengaruh terhadap hasil belajar peserta didik dan lebih luas lagi
meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Maka dalam makalah ini, penulis tertarik untuk
1.2 RumusanMasalah
kelompok mata kuliah Etika Profesi Keguruan dan antara lain bertujuan agar dapat:
PEMBAHASAN
mengetahui apa sebenarnya definisi dari ketiga kata tersebut.Dalam Kamus Besar Bahasa
ilmu pengetahuan dan teknologi yang bertujuan memanfaatkan kaidah dan teori ilmu
pengetahuan yang telah terbukti kebenarannya untuk meningkatkan fungsi, manfaat, dan aplikasi
ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah ada, atau menghasilkan teknologi baru. Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia, profesi bisa diartikan dengan bidang pekerjaan yang dilandasi
Selain istilah profesi kita mengenal istilah profesional, profesionalisme, dan profesionalisasi.
membedakan ketiga istilah tersebut sebagai berikut : Profesional merujuk pada dua hal yaitu
orang yang menyandang suatu profesi dan kinerja dalam melakukan pekerjaan yang sesuai denga
profesinya. Profesionalisme dapat diartikan sebagai komitmen para anggota suatu profesi untuk
penyandang suatu profesi untuk mencapai kriteria standar ideal dari penampilan atau perbuatan
kompetensi keprofesiannya tetap sesuai dengan perkembangan zaman yang semakin modern.
kepribadian, profesional, dan sosial. Sedangkan pembinaan dan pengembangan karier meliputi
penugasan, kenaikan pangkat, dan promosi. Keduanya disesuaikan dengan jabatan fungsional
masing-masing.
B. Sikap Profesionalitas
bahwa profesionalisme bukan sekadar pengetahuan, teknologi dan manajemen tetapi lebih
merupakan sikap, pengembangan profesionalisme lebih dari 6 seorang teknisi bukan hanya
memiliki keterampilan yang tinggi tetapi memiliki suatu tingkah laku yang dipersyaratkan.
Profesional juga bisa diartikan sebagai pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang
dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran atau
kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan
profesi (UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen ). Jadi profesional menunjuk pada
dua hal yakni orang yang melakukan pekerjaan dan penampilan atau kinerja orang tersebut
Guru profesional adalah guru yangmelaksanakan tugas keguruan dengan kemampuan tinggi
yang diperlukan guru, yakni kompetensi kepribadian Syah (2011) ( Lilies,2014). Menurut
Suryadi dalam Suwarna (2004) ( Mustofa,2007), predikat guru profesional dapat dicapai dengan
dan keterampilan serta prestasi dalam pekerjaannya. Secara sederhana, guru harus menguasai
membelajarkan siswanya.
b. Ciri-ciri Guru
Profesional GPM memiliki ciri-ciri sebagai professional sungguhan. Ciri-ciri itu terefleksi
dari perilaku kesehariannya sebagai GPM. Hasil study beberapa ahli mengenai sifat-sifat atau
karakteristik profesi, yang secara taat asas dimiliki dan dijunjung tinggi oleh GPM, yang
1. Kemampuan intelektual yang diperoleh melalui pendidikan. Termasuk dalam kerangka ini,
pelatihan-pelatihan khusus yang berkaitan dengan keilmuan yang dimiliki oleh seorang
penyandang profesi.
bidang keilmuan tertentu. Guru yang sesungguhnya harus memiliki spesialisasi bidang studi
pemahaman terhadap norma–norma organisasi, kepatuhan terhadap kewajiban dan larangan yang
4. Memiliki pengetahuan praktis yang dapat digunakan langsung oleh orang lain atau klien.
Pengetahuan khusus itu bersifat aplikatif dimana aplikasinya didasari atas kerangka teori yang
5. Memiliki teknik kerja yang dapat dikomunikasikan atau communicable. GPM mampu
berkomunikasi sebagai guru dalam makna apa yang disampaikannya dapat dipahami oleh siswa.
7. Mementingkan kepentingan orang lain (altruism). Memberikan layanan kepada anak didik
8. Memiliki kode etik. Kode etik dijadikan norma dan asas yang disepakati dan diterima oleh
guru–guru Indonesia sebagai pedoman sikap dan perilaku dalam melaksanakan tugas profesi
sebagai pendidik.
9. Memiliki sanksi dan tanggung jawab komunitas. Dalam bekerja GPM memiliki tanggung
10. Mempunyai sistem upah. Sistem upah yang dimaksud disini adalah standar gaji yang
11. Budaya professional. Budaya profesi dapat berupa penggunaan symbol yang berbeda
dengan simbol–simbol untuk profesi lain. 10 12. Melaksanakan pertemuan professional tahunan.
Pertemuan ini dapat dilakukan dalam bentuk forum guru, seminar, diskusi panel, workshop.
c. Prinsip Profesional Profesi guru menurut Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang
Guru dan Dosen harus memiliki prinsip-prinsip profesional seperti tercantum pada pasal 5 ayat 1,
yaitu: 1. ”Profesi guru dan dosen merupakan bidang pekerjaan khusus yang memerlukan prinsip-
2. Memiliki kualifikasi pendidikan dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang
tugasnya.
a. Masih banyak guru yang tidak menekuni profesinya secara utuh.Hal ini disebabkan oleh
banyak guru yang bekerja diluar jam kerjanya untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari
sehingga waktu untuk membaca dan menulis untuk meningkatkan diri tidak ada;
b. Kemungkinan disebabkan oleh adanya perguruan tinggi swasta sebagai pencetak guru
yang lulusannya asal jadi tanpa mempehitungkan outputnya kelak di lapangan sehingga
menyebabkan banyak guru yang tidak patuh terhadap etika profesi keguruan;
c. Kurangnya motivasi guru dalam meningkatkan kualitas diri karena guru tidak dituntut
mendapatkan perhatian secara global, karenaguru berperan penting dalam mencerdaskan bangsa
dan sebagai sentral pendidikan karakter. Tugas mulia yang diemban seorang guru tersebut
menjadi berat karena bukan saja guru harus mempersiapkan generasi muda sebagai penerus yang
mampu bersaing namun juga unggul dari segi karakter. Mengembangkan profesi guru bukan
sesuatu yang mudah, maka diperlukan strategi yang tepat dalam upaya menciptakan iklim
kondusif bagi pengembangan profesi guru. Situasi kondusif ini jelas amat diperlukan oleh tenaga
pendidik untuk dapat mengembangkan diri sendiri ke arah profesionalisme guru. Dalam jurnal
ekonomi dan pendidikan yang ditulis Mustofa dijelaskan beberapa strategi yang bisa dilakukan
untuk menciptakan situasi yang kondusif bagi pengembangan profesi guru, yaitu:
a. Strategi perubahan paradigma Strategi ini dimulai dengan mengubah paradigma birokasi
bukan dilayani. Strategi perubahan paradigma dapat dilakukan melalui pembinaan guna
menumbuhkan penyadaran akan peran dan fungsi birokrasi dalam kontek pelayanan masyarakat.
b. Strategi debirokratisasi Strategi ini dimaksudkan untuk mengurangi tingkatan birokrasi
yang dapatmenghambat pada pengembangan diri guru. Strategi tersebut memerlukan metode
operasional agar dapat dilaksanakan. Sementara strategi debirokratisasi dapat dilakukan dengan
cara mengurangi dan menyederhanakan berbagai prosedur yang dapat menjadi hambatan bagi
pengembangan diri guru serta menyulitkan pelayanan bagi masyarakat. 14 Untuk melakukan
profesionalisasi ada tiga pengembangan yang ditawarkan oleh R.D. Lansbury (Pahrudin, 2015)
yang dapat dijadikan sebagai kerangka dalam merumuskan strategi pengembangan yakni :
sehingga profesi itu benar-benar dijalankan sesuai dengan tuntunan profesional. Pendekatan
profesionalisasi yang menekankan pada adanya pengakuan suatu profesi oleh negara.
Di Indonesia Dunia pendidikan erat kaitannya dengan proses transfer ilmu pengetahuan dan
nilai-nilai karakter. Dimana pelaku utamanya adalah guu. Guru menjadi poros utama yang
menentukan kualitas peserta didiknya dan lebih jauh lagi mempengaruhi mutu pendidikan.
2005 tentang Guru dan Dosen (UUGD) yang disahkan oleh DPR. Sesuai dengan amanat Undang
- Undang No 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen yang ditindaklanjuti dengan Peraturan
Pemerintah No 74 tahun 2008 tentang Guru dan Peraturan Menteri pendidikan Nasional No 18
Tahun 2007 tentang Sertifikasi Guru dalam Jabatan menyebabkan perlu adanya penyelenggaraan
sertifikasi profesi guru melalui penilaian portofolio atau melalui pendidikan profesi yang
diselenggarakan oleh Lembaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan yang selanjutnya disebut
LPTK.
LPTK merupakan Perguruan Tinggi yang ditunjuk untuk pelaksanaan proses sertifikasi
(Permendikbud No.62 Tahun 2013). LPTK yang dipilih merupakan perguruan tinggi yang
terakreditasi dan ditetapkan oleh pemerintah. Sertifikasi guru sebagai upaya peningkatan mutu
guru yang diikuti dengan peningkatan kesejahteraan guru, diharapkan dapat meningkatkan mutu
pembelajaran dan meningkatkan mutu layanan bimbingan dan konseling yang pada akhirnya
meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia secara berkelanjutan. Bagi peserta sertifikasi yang
belum dinyatakan lulus, LPTK Rayon merekomendasikan alternatif untuk melakukan kegiatan
mandiri untuk melengkapi kekurangan dokumen portofolio atau mengikuti Pendidikan dan
Pelatihan Profesi Guru (Diklat Profesi Guru atau PLPG) yang diakhiri dengan ujian. 29 PLPG
diakhiri dengan uji kompetensi guru (UKG) yang dilakukan oleh LPTK Penyelenggara
Sertifikasi Guru dengan mengacu pada ramburambu Ujian PLPG. Uji kompetensi meliputi uji
tulis dan uji kinerja (praktik pembelajaran). PLPG sangat diperlukan dalam meningkatkan dan
mengembangkan sumber daya manusia dalam suatu lembaga pendidikan. PLPG juga penting
untuk membantu meningkatkan kemampuan sumber daya manusia dengan lebih baik. Selain itu
PLPG akan membawa keuntungan bagi lembaga pendidikan, sehingga akan tercipta
1. PLPG dilaksanakan oleh LPTK penyelenggara sertifikasi guru dalam jabatan yang telah
ditetapkan pemerintah.
2. PLPG diselenggarakan selama minimal 9 hari dan bobot 90 jam pertemuan (JP), dengan
Dalam kondisi tertentu yang tidak memungkinkan (dari segi jumlah) rombel dapat dilakukan
5. Satu rombel maksimal 30 orang peserta, dan satu kelompok peer teaching/peer
counseling/peer supervising maksimal 10 orang peserta 30 dalam kondisi tertentu jumlah peserta
satu rombel atau kelompok peer teaching/peer counseling/peer supervising dapat disesuaikan.
6. Satu kelompok peer teaching/peer counseling/peer supervising difasilitasi oleh dua orang
difasilitasi oleh satu orang, tetapi pada saat ujian, instruktur harus 2 orang.
7. Dalam proses pembelajaran, instruktur menggunakan multi media dan multi metode yang
8. PLPG diawali pretest sacara tertulis (1 JP) untuk mengukur kompetensi pedagogic dan
9. PLPG diakhiri uji kompetensi dengan mengacu pada rambu-rambu pelaksanaan PLPG. Uji
10. Ujian tulis pada akhir PLPG dilaksanakan dengan pengaturan tempat duduk yang layak
a. Guru kelas dan guru mata pelajaran terpadu dengan kegiatan peer teaching.
b. Guru bimbingan konseling atau konselor terpadu dengan kegiatan peer counseling.
c. Guru yang diangkat dalam jabatan pengawas, ujian praktik terdiri atas penyusunan
rencana program kepengawasan, penyusunan laporan kepengawasan dan ujian praktik supervisi
(peer supervising).
d. Sekurang-kurangnya satu penguji pada ujian praktik harus memiliki NIA yang relevan
(IPKG II), ujian praktik bimbingan konseling dinilai dengan Lembar Penilaian Pelaksanaan
Bimbingan Konseling.
f. Khusus untuk guru yang diangkat dalam jabatan pengawas ujian praktik supervisi dinilai
12. Penentuan kelulusan peserta PLPG dilakukan secara objektif dan didasarkan pada rambu-
13. Peserta yang lulus mendapat sertifikat pendidik, sedangkan yang tidak lulus diberi
kesempatan untuk mengikut ujian ulang sebanyakbanyaknya dua kali. Ujian ulang diselesaikan
pada tahun berjalan. Jika terpaksa tidak terselesaikan, maka ujian ulang dilakukan bersamaan
14. Pelaksanaan ujian diatur oleh LPTK penyelenggara sertifikasi guru dalam jabatan dengan
15. Peserta yang belum lulus pada ujian ulang yang kedua diserahkan kembali ke dinas
pendidikan/kandepag kabupaten/kota untuk dibina lebih lanjut Adapun materi PLPG disusun
kepribadian, 4) sosial.” Standarisasi kompetensi dirinci dalam materi PLPG ditentukan oleh
LPTK penyelenggara sertifikasi dengan mengacu pada rambu-rambu yang ditetapkan oleh Dirjen
Dikti atau Ketua Konsorsium Sertifikasi Guru dan hasil need assesment. (Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional, Sertifikasi Guru dalam Jabatan Tahun
Menjadi guru bukan merupakan bakat sejak lahir, seseorang yang akan menjadi guru
profesional harus melewati proses pendidikan, pengarahan, dan pelatihan yang intensif terlebih
dahulu. Guru sebagai pemeran utama dalam menentukan kualitas pendidikan memang sudah
semestinya mendapatkan sarana dalam mengupgrade kapasitas dirinya agar menjadi guru yang
berkompeten dan profesional yang kemudian berdampak pada peningkatan kualitas peserta didik
dan lebih jauh lagi menigkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Dalam rangka merealisasikan
amanat Undang-Undang No 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (UUGD) tentang sertifikasi
guru, pemerintah telah menyusun berbagai program yang bertujuan untuk peningkatan kualitas
Salah satunya adalah adanya program sertifikasi guru. Namun dalam realisasinya
pelaksanaan program sertifikasi guru masih menemui banyak permasalahan, baik dalam hal
pelaksannannya maupun pencapian tujuan sesuai dengan hasil yang diinginkan. Dalam
praktiknya ternyata banyak ditemui berbagai tindak penyelewengan baik yang nampak hingga ke
publik maupun yang terselubung oleh pihak-pihak tertentu. Sebagaimana penelitian yang
dilakukan oleh Malem Sendah Sembiring, Staf Peneliti Puslitjaknov, balitbang Kemdiknas,
melalui penelitiannya yang berjudul “Kajian Implementasi Kebijakan Program Sertifikasi Guru”
(Rohemi, 2013) mencatat setidaknya ada empat temuan yang menunjukkan kegagalan program
pengaruhnya terhadap peningkatan kompetensi guru dan mutu pembelajaran. Kedua, untuk
memenuhi persyaratan penilaian portofolio sejumlah guru terkendala dengan persyaratan jumlah
jam mengajar dan kualifikasi pendidikan. Ketiga, terindikasi adanya praktek-praktek kurang
terpuji alam proses mendapatkan dokumen yang diperlukan untuk penilian 33 portofolio guru.
Keempat, belum terlihat adanya perbedaan kompetensi akademik, paedagogik, sosial antara guru
yang bersertifikat dan belum bersertifikat (Jurnal Penelitian Kebijakan Pendidikan, vol. 8 tahun
ke-3, Agustus 2010) (Rohemi, 2013) Dari hasil penelitian tersebut dapat diambil kesimpulan
bahwa misi sertifikasi guru untuk meningkatkan mutu pendidikan dan menyejahterakan guru
akan sulit terwujud bila hambatan dan kecurangan-kecurangan yang sudah terjadi baik oleh
pihak pemda maupun oleh para guru itu sendiri masih tetap terpelihara. Praktik-praktik
kecurangan yang telah terindikasi beberapa tahun terakhir masih saja terjadi. Sehingga tidak
Dengan memperhatikan berbagai problematika dalam realisasi sertifikasi guru, bukan berarti
sertifikasi guru ini harus ditinjau ulang dan distop pelaksanaannya. Sertifikasi guru harus tetap
berlangsung dan terus dievaluasi secara komprehensif karena program ini merupakan amanat
undang-undang. Dalam tataran penerapannya ada beberapa aspek atau komponen yang harus
1. Pentingnya peran petugas dalam pelaksanaan program sertifikasi guru dalam jabatan
seharusnya diimbangi dengan pemenuhan jumlah sumber dayanya. Maka dari itu perlu untuk
memerhatikan jumlah staf atau pegawai yang dibutuhkan untuk melaksanakan segala kegiatan
yang berhubungan dengan implementasi program sertifikasi guru serta sumber daya finansialnya.
2. Sosialisasi merupakan hal yang penting agar program sertifikasi guru dalam jabatan dapat
berjalan sesuai dengan tujuan dan harapan. Maka dari itu seharusnya kegiatan sosialisasi ini lebih
ditingkatkan lagi agar pelaksanaan program sertifikasi guru ini berjalan sesuai dengan panduan
yang telah ditetapkan sehingga baik para pelaksana maupun peserta dapat melaksanakan tugas
3. Dalam melaksanakan suatu program, kegiatan pengawasan dan Pembuatan laporan secara
kontinyu sangat dibutuhkan untuk nantinya dapat digunakan sebagai patokan atau acuan dan
sebagai bahan evaluasi. Untuk itu seharusnya dalam memberikan laporan pelaksanaanprogram
harus sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan agar dapat melihat perkembangan dari program
4. Diperlukan adanya kesadaran diri khususnya bagi guru yang sudah tersertifikasi, sudah
semestinya berupaya munjukkan kinerja yang lebih baik lagi, khususnya kinerja yang terkait
dengan proses belajar mengajar sangat erat kaitannya dengan usaha meningkatkan mutu
pendidikan.
5. Keyakinan dalam diri setiap guru yang sudah maupun belum tersertifikasi bahwa
tunjangan profesi bukan tujuan utama dan bukan segala-galanya. Semangat atau tidaknya
mengajar bukan dikarenakan ada atau tidaknya tunjangan profesi. Guru bukan merupakan mata
pencaharian yang akan menjadikan kita kaya karena guru adalah pengabdian yang berbalas
pahala dan tunjangan itu hanyalah penghargaan. Maka sudah seharusnya mindset ingin kaya
dengan menjadi guru karena berbagai tunjangan yang didapatkan harus dibuang jauh-jauh.
Tanamkan dalam diri sebuah keyakinan bahwa mendidik merupakan panggilan jiwa, panggilan
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
meningkatkan taraf atau derajat profesi seorang guru yang menyangkut kemampuan guru, baik
penguasaan materi ajar atau penguasaan metodologi pengajaran, serta sikap keprofesionalan guru
menyangkut motivasi dan komitmen guru dalam menjalankan tugas sebagai guru. Guru
profesional adalah guru yang menyadari bahwa dirinya adalah pribadi yang dipanggil untuk
Perwujudannya, jika terjadi kegagalan pada peserta didik, guru terpanggil untuk menemukan
akar penyebabnya dan mencari solusi bersama peserta didik, bukan mendiamkannya atau
malahan menyalahkannya. Sikap yang harus senantiasa dipupuk adalah kesediaan untuk
mengenali diri dan kehendak untuk memurnikan keguruannya serta mau belajar dengan
oleh guru secara pribadi agar mereka dapat meningkatkan kualitas keprofesionalan, dengan atau
tanpa bantuan pihak lain. Dengan kata lain dapat dikatakan sebagai pelatihan mandiri. Kedua,
pengembangan yang dilakukan oleh manajemen lembaga melalui berbagai kebijakan manajerial
yang dilakukan. Kedua level ini dapat diaktegorikan dalam strategi mikro pengembangan
profesional guru. Sedangkan level ketiga adalah upaya pengembangan pada level makro yang
menjadi tanggung jawab pemerintah dan masyarakat secara luas dalam kerangka manajemen
pendidikan nasional.
3.2 Saran
Diharapkan bagi pembaca khusunya mahasiswa jurusan kependidikan dan calon guru serta
para guru supaya lebih meningkatkan dan mengembangkan profesinya sehingga menjadi guru
yang lebih professional dan berkualitas dalam upaya menambah wawasan dan memperkaya
pengetahuan pesertadidik.
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
Alzano, Alfi. 2015.” Efektivitas Program Sertifikasi Guru Dalam Meningkatkan Mutu Hasil
Program Sarjana Unpad. Chairiah, Siti. 2010. “Efektivitas Pendidikan Dan Latihan Profesi
Guru (PLPG) Dalam Menunjang Profesionalisme Guru (Studi Kasus Pada Guru Smp
Skripsi Program Studi Ki-Manajemen Pendidikan . Jakarta. Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan
Keguruan Uin Syarif Hidayatullah Danil, Deden. 2009. “Upaya Profesionalisme Guru
Madrasah Aliyah Cilawu Garut)”. Garut: Jurnal Pendidikan Universitas Garut. Vol. 3,No.
Pelatihan Profesi Guru (PLPG). Drajat, Manpandan Ridwan Effendi. 2014. Etika Profesi
Guru Melalui Penulisan Karya Tulis Ilmiah Bagi Guru Profesional di SMA NEGERI 1:
(KONASPI) VIII. Malang. Syahrul. 2009. ”Pengembangan Profesi dan Kompetensi Guru
Berbasis Moral dan Kultur”. Malang: Jurnal MEDTEK. Vol. 1,No. 1. Undang-Undang
Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen sebagai Tenaga Profesi. Yusuf, Ningrum
Fauziah; Herijanto Bekti; Dedi Sukarno. 2017. “Implementasi Program Sertifikasi Guru
Dalam Jabatan (Studi Pada Madrasah Aliyah Negeri Ciparay Kabupaten Bandung)”.