Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Berkaitan dengan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 tahun 2005
mengenai Guru dan Dosen, Pasal 1 ayat (1) menjelaskan bahwa Guru merupakan
tenaga professional yang memiliki tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan
anak usia sekolah pada jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan
menengah. Begitu juga dalam Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 tahun
2003 mengenai Sistem Pendidikan Nasional pasal 39 ayat 2 yang menjelaskan
bahwa pendidik adalah tenaga profesional dengan tugasnya untuk melakukan
perencanaan dan pelaksanaan pada proses pembelajaran, melakukan penilaian
selama proses pembelajaran, memberikan bimbingan dan melakukan pelatihan serta
melakukan penelitian dan pengabdian terhadap masyarakat. Dalam melaksanakan
tugasnya, guru diharuskan memiliki kemampuan-kemampuan dasar agar dapat
menyajikan pembelajaran yang menarik perhatian peserta didik. Kemampuan sama
halnya dengan kompetensi yang merupakan segala jenis pengetahuan, keterampilan
dan perilaku yang wajib dimiliki serta dikuasai oleh guru dalam menjalankan
tugasnya. Selain itu untuk mencapai tujuan pendidikan secara maksimal juga
memerlukan kemampuan atau kompetensi-kompetensi dasar guru yang meliputi
kompetensi pedagogik, kompetensi social, kompetensi professional dan kompetensi
kepribadian
Komptensi guru dapat dimengerti sebagai kemampuan atau kesanggupan guru
dalam menjalankan tugas profesinya sebagai guru. Endang (2007: 1) mengatakan
bahwa kompetensi diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai dasar
yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Dalam hal ini, baik
pengetahuan, keterampilan, maupun nilai-nilai dasar yang ditumbuhkan
kembangkan dalam kehidupan sehari-hari akan membentuk kemampuan seseorang
untuk melaksanakan pekerjaannya sehari-hari. Dalam konteks guru, kemampuan
seorang guru dalam melaksanakan tugasnya haruslah dilaksanakan secara
profesional karena pekerjaan sebagai guru itu merupakan sebuah profesi. Tidak
semua orang secara bebas dan asal ingin menjadi guru dapat mengerjakan pekerjaan
sebagai guru karena pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai yang membentuk
kompetensi seseorang agar dapat menjalankan tugas sebagai guru adalah
pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai yang berhubungan dengan dunia
pendidikan. Dengan demikian, hanya orang-orang yang memperoleh ilmu
kependidikan dan keterampilan-keterampilan pedagogislah yang bisa mengerjakan
pekerjaan sebagai guru. Kemampuan untuk dapat melaksanakan pekerjaan sebagai
guru harus melalui proses dan kualifikasi pendidikan yang khusus.
Tuntutan pekerjaan menjadi guru dewasa ini semakin berat dan kompleks. Tidak
cukup dengan kualifikasi pendidikan atau sekedar menyandang gelar sarjana
pendidikan, menguasai disiplin ilmu tertentu atau berbagai disiplin ilmu dan
mengajarkan atau mentransferkannya kepada peserta didik. Dahulu, pekerjaan
menjadi guru dapat dilakukan oleh siapa saja yang mampu memahami isi buku
pelajaran, menjelaskan isi buku pelajaran itu kepada peserta didik dan meminta
peserta didik mencatat sesuai penjelasan guru, serta memberi tugas-tugas tambahan
untuk dikerjakan peserta didik di rumah. Dewasa ini, seseorang guru dituntut selain
harus memiliki kualifikasi akademik sarjana pendidikan tetapi juga harus memiliki
kompetensi dan sertifikat pendidik sesuai dengan persyaratan untuk setiap jenis dan
jenjang pendidikan tertentu. Persyaratan ini mengharuskan seorang guru
menjalankan tugas dan pekerjaannya sebagai guru secara profesional dan
bertanggungjawab. Namun, disinyalir bahwa masih terdapat guru yang belum
menempatkan pekerjaan menjadi guru sebagai sebuah profesi. Terdapat guru yang
meskipun sudah tersertifikasi dan memperoleh tunjangan sertifikasi tetapi belum
secara sungguh-sungguh mempersiapkan dan melaksanakan tugas sebagai guru
secara profesional. Dilihat dari bidang tugas mengajar sehari-hari, masih ada guru
yang mengajar dengan kemampuan yang belum memadai, kurang membuat
persiapan pembelajaran yang baik, kurang menguasai bahan ajar, memilih dan
menggunakan metode dan model pembelajaran yang kurang variatif, kurang mampu
merangsang dan memotivasi peserta didik untuk terlibat aktif dalam proses
pembelajaran, masih mendominasi kegiatan pembelajaran, kurang menguasai ICT,
ada yang memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi yang memadai tetapi
kinerjanya terkategori rendah dan lain sebagainya.
Profesionalisme adalah tingkah laku dari berbagai jenis perilaku dan sikap
seseorang dalam lingkungan kerja atau bisnis. Seseorang tidak harus bekerja dalam
profesi tertentu untuk menunjukkan kualitas dan karakteristik penting seorang
profesional. Istilah profesional mengacu pada siapa pun yang mencari nafkah dari
melakukan aktivitas yang membutuhkan tingkat pendidikan, keterampilan, atau
pelatihan tertentu.
Berbicara mengenai kompetensi profesional berarti berbicara tentang seberapa
guru dapat memberikan pelayanan pembelajaran terhadap peserta didiknya. Karena
kompetensi profesional merupakan kemampuan penguasaan materi pembelajaran
secara luas dan mendalam yang menghubungkan isi materi pembelajaran dengan
memanfaatkan menggunakan teknologi komunikasi dan informasi serta memberikan
bimbingankepada peserta didik yang sesuai dengan standar nasional pendidikan.
Oleh karena itu, guru dituntut harus memiliki wawasan yang luas serta penguasaan
mengenai konsep teoritik, mampu memilih model, strategi, dan metode yang tepat
dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Sebagai motor penggerak dalam
mewujudkan tujuan dari penyelenggaraan pendidikan, guru dituntut mampu
menciptakan suasana pembelajaran yang bermakna, menyenangkan, kreatif dan
dinamis bagi peserta didik sehingga peserta didik termotivasi untuk belajar. Selain
itu juga, guru diharapkan memiliki komitmen yang tinggi terhadap 123
keprofesionalannya dan mampu memberikan teladan dalam meningkatkan mutu
pendidikan. Hal tersebut dapat diwujudkan melalui pelaksanaan pembelajaran
tematik.
Guru dikatakan kompetensi di bidangnya apabila memiliki memapuan secara
pengetahuan, keterampilan dan sikap. Boyatzis (2008:6) menyatakan bahwa
“competency defined as capability or ability” yang berarti kemampuan atau
kecakapan. Pernyataan tersebut mengandung makna bahwa kompetensi merupakan
kombinasi antara pengetahuan, keterampilan dan sikap. Sedangkan Lynn dan Nixon
(1985:33) menjelaskan “competencies may range from recall and understanding of
fact and concepts, to advanced motor skill, to teaching behaviors, and professional
values”. Artinya kompetensi terdiri dari pengalaman dan pemahaman tentang fakta
dan konsep, peningkatan kehlian, pengajaran perilaku dan sikap. Dapat disimpulkan
bahwa kompetensi merupakan kemampuan keahlian pada bidang tertentu yang
diperoleh berdasarkan pengalaman yang dapat diwujudkan berupa pengetahuan,
keterampilan dan sikap.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis dapat merumuskan beberapa
masalah yaitu
a. Bagaimana kompetensi professional guru?
b. Hal apa saja yang diperlukan oleh seseorang guru supaya bisa menjadi guru
professional dan kompeten di bidangnya?
c. Bagaimana upaya meningkatkan profesionalisme guru?

1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui kompetensi professional guru
b. Untuk mengetahui indikasi guru professional dan guru yang berkompeten
c. Untuk meningkatkan profesionalisme guru

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Profesionalisme Guru
a. Pengertian Profesionalisme
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, profesionalisme mempunyai makna;
mutu, kualitas, dan tindak tanduk yang merupakan ciri suatu profesi atau yang
profesional. Profesionalisme merupakan sikap dari seorang profesional. Artinya
sebuah term yang menjelaskan bahwa setiap pekerjaan hendaklah dikerjakan oleh
seseorang yang mempunyai keahlian dalam bidangnya atau profesinya. Konsep
profesionalisme, seperti yang dikembangkan oleh Hall, kata tersebut banyak
digunakan peneliti untuk melihat bagaimana para profesional memandang
profesinya, yang tercermin dari sikap dan perilaku mereka.
Konsep profesionalisme seperti yang dijelaskan Sumardi, bahwa ia memiliki lima
prinsip atau muatan pokok, yaitu: pertama, afiliasi komunitas (community
affilition) yaitu menggunakan ikatan profesi sebagai acuan, termasuk di dalamnya
organisasi formal atau kelompok-kelompok kolega informal sumber ide pertama
pekerjaan. Melalui ikatan profesi ini para profesional membangun kesadaran
profesi. Kedua, kebutuhan untuk mandiri (autonomy demand) merupakan suatu
pandangan bahwa seseorang yang profesional harus mampu membuat keputusan
sendiri tanpa tekanan dari pihak lain (pemerintah, klien, mereka yang bukan
anggota profesi).setiap adanya campur tangan (intervensi) yang datang dari luar,
dianggap sebagai hambatan terhadap kemandirian secara profesional. Banyak yang
menginginkan pekerjaan yang memberikan hak-hak istimewa untuk membuat
keputusan dan bekerja tanpa diawasi secara ketat. Rasa kemandirian dapat berasal
dari kebebasan melakukan apa yang terbaik menurut yang bersangkutan dalam
situasi khusus.
Ketiga, keyakinan terhadap peraturan sendiri/profesi (belief self regulation)
dimaksud bahwa yang paling berwenang dalam menilai pekerjaan profesional
adalah rekan sesama profesi, bukan “orang luar” yang tidak mempunyai
kompetensi dalam bidang ilmu dan pekerjaan mereka. Keempat, dedikasi pada
profesi (dedication) dicerminkan dari dedikasi profesional dengan menggunakan
pengetahuan dan kecakapan yang dimiliki. Keteguhan tetap untuk melaksanakan
pekerjaan meskipun imbalan ekstrinsik dipandang berkurang. Sikap ini merupakan
eskpresi dari pencurahan diri yang total terhadap pekerjaan. Pekerjaan didefinisikan
sebagai tujuan. Totalitas ini sudah menjadi komitmen pribadi , sehingga
kompensasi utama yang diharapkan dari pekerjaan adalah kepuasan ruhani dan
setelah itu baru materi. Kelima, kewajiban sosial (social obligation) merupakan
pandangan tentang pentingnya profesi serta manfaat yang diperoleh baik oleh
masyarakat maupun profesional karena adanya pekerjaan tersebut. Kelima
pengertian di atas merupakan kreteria yang digunakan untuk mengukur derajat
sikap profesional seseorang. Berdasarkan defenisi tersebut maka profesionalisme
adalah konsepsi yang mengacu pada sikap seseorang atau bahkan bisa kelompok,
yang berhasil memenuhi unsurunsur tersebut secara sempurna.
b. Pengertian guru
Dalam Kamus Besar Indonesia, definisi guru adalah “orang yang pekerjaan, mata
pencarian atau profesinya mengajar.” Guru merupakan sosok yang mengemban
tugas mengajar, mendidik dan membimbing. Jika ketiga sifat tersebut tidak melekat
pada seorang guru, maka ia tidak dapat dipandang sebagai guru. Menurut Henry
Adam, seperti yang dikutip A. Malik Fadjar, “guru itu berdampak abadi, ia tidak
pernah tahu, dimana pengaruhnya itu berhenti”.
Guru sebagai salah satu komponen di sekolah menempati profesi yang
memainkan peranan penting dalam proses belajar mengajar. Kunci keberhasilan
sekolah dalam mencapai tujuan pendidikan di sekolah ada di tangan guru. Ia
mempunyai peranan dalam proses pertumbuhan dan perkembangan siswanya,
pengetahuan, keterampilan, kecerdasan, dan sikap serta pandangan hidup siswa.
Oleh karenanya, masalah sosok guru yang dibutuhkan adalah guru dapat membantu
pertumbuhan dan perkembangan siswa sesuai dengan tujuan-tujuan pendidikan
yang diharapkan pada setiap jenjang sekolah. Keberadaan guru sebagai salah satu
komponen dalam sistem pendidikan sangat mempengaruhi hasil proses belajar
mengajar di sekolah. Keberadaannya memiliki relasi yang sangat dekat dengan
peserta didiknya. Relasi antara gru dan peserta didik, adalah relasi kewibawaan.
Relasi kewibawaan bukan menimbulkan rasa takut pada peserta didik, akan tetapi
relasi yang membutuhkan kesadaran pribadi untuk belajar. Kewibawaan tumbuh
karena kemampuan guru menampakkan kebulatan pribadinya, sikap yang mantap
karena kemampuan profesionalnya yang dimilikinya, sehingga relasi kewibawaan
itu menjadi katalisator peserta didik mencapai kepribadiannya sebagai manusia
secara utuh atau bulat.
Guru adalah bagian dari masyaraka yang mempunyai tugas besar. Masyarakat itu
berkembang, berubah mengalami kemajuan dan pembaharuan. Masyarakat dinamis
menghendaki perubahan dan pembaharuan untuk mencapai taraf hidup yang lebih
baik, untuk mencapai harkat kemanusiaan yang lebih tinggi dari keadaan dan
statusnya sekarang. Status yang demikian itu, telah dibuktikan oleh sejarah, hanya
dapat dicapai melalui pendidikan. Dalam pendidikan peran guru tidak dapat
dilepaskan, karena guru berperan sebagai agen pembaharuan, mengarahkan peserta
didik dan juga masyarakat itu sendiri. Untuk mencapai pembaharuan yang
diinginkan itu mustahil dilakukan tanpa perubahan. Untuk melakukan perubahan
perlu ada pendidikan, dan proses pendidikan tidak berjalan dengan sendirinya akan
tetapi perlu diarahkan. Di sinilah peranan dan fungsi guru sebagai sebagai agen
pembaharuan.
d. Pengertian profesionalisme guru
Berdasarkan masing-masing pengertian di atas, maka dapat ditarik pengertian
bahwa profesionalisme guru adalah suatu pekerjaan yang di dalamnya terdapat tugas-
tugas dan syarat-syarat yang harus dijalankan oleh seorang guru dengan penuh
dedikatif, sesuai dengan bidang keahliannya dan selalu melakukan improvisasi diri.
Profesionalisme guru dapat dilihat juga dari kesesuaian atau relevansi keluaran
pendidikan dengan profesi yang disandangnya. Dalam bahasa yang lain dapat
dikatakan bahwa, profesionalisme guru sama halnya dengan “skilled performer”
(pelaku yang terampil), seorang guru profesional dapat tampil dengan penuh perkasa,
inovatif, original, dan invensif. Menurut Stevenlor dan Stigler, sebagaimana yang
dikutip Dedi Supriadi, bahwa guru adalah seorang yang senantiasa mencintai
profesinya, dan pengembangan profesionalnya sebagai guru adalah melalui interaksi
dengan sesama guru.
Profesionalisme guru bisa ditilik dari sejauh mana ia menguasai prinsip-prinsip
pedagogis secara umum maupun didaktik-metodik secara khusus yang berlaku setiap
pelajaran. Serta segi lain yang perlu dicatat adalah sikap profesionalisme guru
merupakan wujud dari pengabdian, dan menjunjung tinggi kode etik profesi
kependidikan/keguruan. Di antara faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya
profesionalisme guru antara lain: 1) Masih banyak guru yang tidak menekuni
profesinya secara utuh, hal ini disebabkan oleh banyak guru yang bekerja di luar jam
kerjanya untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari sehingga waktu untuk
membaca dan menulis untuk meningkatkan diri tidak ada; 2) Kemungkinan
disebabkan oleh adanya perguruan tinggi swasta sebagai pencetak guru yang
lulusannya asal jadi tanpa mempehitungkan outputnya kelak di lapangan sehingga
menyebabkan banyak guru yang tidak patuh terhadap etika profesi keguruan; 3)
Kurangnya motivasi guru dalam meningkatkan kualitas diri karena guru tidak
dituntut untuk meneliti sebagaimana yang diberlakukan pada dosen di perguruan
tinggi.

2.2 Kompetensi Seorang Guru


Kompetensi secara umum berarti kewenangan untuk menentukan dan
memutuskan sesuatu. Dalam Pasal 1 ayat 10 UU No 14 tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen, 20 disebutkan bahwa kompetensi adalah seperangkat pengetahuan,
keterampilan dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati dan dikuasai guru atau dosen
dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. Pelaksanaan kurikulum didasarkan pada
potensi, per- kembangan dan kondisi peserta didik untuk menguasai kompetensi yang
berguna bagi dirinya. Kompetensi adalah suatu hal yang menggambarkan kualifikasi
atau kemampuan seseorang baik yang kualitatif maupun kuantitatif. Dari pengertian
ini terdapat dua makna. Pertama sebagai indicator kemampuan yang menunjukkan
kepada perbuatan yang diamati,kedua sebagai konsep yang mencakup aspek-aspek
kognitif, afektif, dan perbuatan-perbuatan serta tahaptahap pelaksanaanya secara utuh.
Menurut Rustiyah kompetensi adalah suatu tugas memadai atau pemilikan
pengetahuan, ketrampilan dan kemampuan yang dituntu oleh jabatan
tertentu.Sedangkan menurut Ida dan Piet Sahertian kompetensi adalah kemampuan
melaksanakan sesuatu yang diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan yang bersifat
kognitif, afektif, dan performens.
Jadi kompetensi guru adalah seperangkat penguasaan kemampuan yang harus
ada dalam diri guru agar dapat mewujudkan kinerjanya secara tepat dan efektif.
Kompetensi tersebut meliputi :
1. Kompetensi kepribadian Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan
personal yang mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, dan berwibawa
, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia. Secara perinci
supkompetensi tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:
a. Supkompetensi kepribadian yang mantap dan stabil memiliki indikator esensial:
bertindak sesuai dengan norma hukum, bertindak sesuai dengan norma sosial,
bangga sebagai guru, dan memiliki konsistensi dalam bertindaksesuai dengan
norma.
b. Subkompetensi kepribadian yang dewasa memiliki indikator esensial:
menampilkan kemandirian dalam bertindak sebagai pendidik dan memili etos
kerja sebagai guru.
c. Subkompetensi kepribadian yang arif memiliki indikator esensial: menampilkan
tindakan yang didasarkan pada kemanfaatan peserta didik, sekolah, dan
masyarakat sertamenunjukkan keterbukaan dalam berpikir dan bertindak.
d. Subkompetensi kepribadian yang berwibawa memiliki indikator esensial: memiliki
prilaku yang berpengaruh positif terhadap peserta didik dan memiliki perilaku
yang disegani.
e. Subkompetensi kepribadian yang akhlak mulia dan dapat menjadi teladan
memiliki indikator esensial: bertindak sesuai norma religius (iman dan takwa,
jujur, ikhlas, suka menolong), dan memiiki perilaku yang diteladani.

2. Kompetensi Pedagogis
Kompetensi pedagogis adalah kompetensi atau kemampuan guru dalam
pengelolaan pembelajaran peserta didik, kompetensi pedagogis meliputi pemahaman
terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi belajar,
dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang
dimilikinya. Kompetensi tersebut diantaranya:
a. Memahami landasan Pendidikan
b. Mampu merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi proses pembelajaran
c. Memahami, meengembangkan potensi peserta didik
d. Kemampuan dalam melaksanakan unsur-unsur penunjang misalnya paham
akan administrasi sekolah, bimbingan, dan konseling
e. Kemampuan dalam melaksanakan penelitian dan berpikir ilmiah untuk
meningkatkan kinerja sebagai pendidik
3. Kompetensi profesional
Kompetensi profesional merupakan peguasaan materi pembelajaran secara luas
dan mendalam, yang mencakup penguasaan materi kurikulum mata pelajarandi
sekolah dan subtansi keilmuan yang menaungi materinya, serta penguasaan terhadap
struktur dan metodelogi keilmuannya. Setiap subkompetensi tersebut memiliki
indikator esensial sebagai berikut:
a. Subkompetensi menguasai keilmuan yang terkait dengan bidang studi
memiliki indikator esensial: memahami materi ajar yang ada dalam kurikulum
sekolah; memahami struktur, konsep dan metode keilmuan yang menaungi atau
koheren dengan materi ajat; memahami hubungan konsep antar mata pelajaran terkait;
dan menerapkan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari.
b. Subkompetensi menguasai struktur dan metode keilmuan memiliki indikator
esensial: memliki langkah-langkah penelitian dan kajian kritis untuk memperdalam
pengetahuan/materi bidang studi.
4. Kompetensi sosial Kompetensi sosialmerupakan kemampuan seorang guru
untuk berkomunikasi secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga
kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. Kompetensi ini
memiliki subkompetensi dengan indikator esensialsebagai berikut:
a. Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik,
subkompetensi ini memiliki indikator esensial:berkomunikasi secara efektif
dengan peserta didik.
b. Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan sesama pendidik dan
tenaga kependidikan.
c. Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan orang tua/wali peserta
didik dan masyarakat sekitar. Perlu dijelaskan bahwa sebenarnya keempat
kompetensi (kepribadian, pedagogis, profesional, dan sosial) tersebut dalam
praktiknya merupakan satu kesatuan yang utuh. Pemilahan tersebut semata-mata
untuk kemudahan memahaminya.
Hal ini mengacu pada pandangan yang menyebutkan bahwa sebagai guru yang
berkompeten memiliki (a) pemahaman terhadap karakteristik peserta didik, (b)
penguasaan bidang studi, baik dari sisi keilmuan maupun kependiidkan, (c)
kemampuan penyelenggaraan pembelajaran yang mendidik, dan (d) kemauan dan
kemampuan mengembangkan profesionalitas dan kepribadian secara berkelanjutan.

2.3 Indikator seorang guru professional dan kompeten dibidangnya


Indikasi merupakan tanda-tanda kemampuan yang dimiliki seseorang, indikasi
seorang guru dikatakan profesional dan memiliki kompetensi antara lain:
1. Mampu menjabarkan berbagai bentuk pembelajaran ke dalam berbagai bentuk
cara penyampaian
2. Mampu merumuskan tujuan pembelajaran kognitif tingkat tinggi, seperti
analisis, sintesis, dan evaluasi. Melalui tujuan tersebut maka kegiatan belajar
peserta didik akan lebih aktif dan komprehensif.
3. Menguasai berbagai cara belajar yang efektif sesuai dengan tipe dan gaya
belajar yang dimiliki oleh peserta didik secara individual.
4. Memiliki sifat positif terhadap tugas profesinya, mata pelajaran yang dibinanya
sehingga selalu berupaya untuk meningkatkan kemampuan dan melaksanakn
tugasnya sebagai guru.
5. Terampil dalam membuat alat peraga pembelajaransederhana sesuai dengan
kebutuhan dan tuntutan mata pelajaran yang dibinanya serta penggunaannya
dalam proses pembelajaran.
6. Terampil dalam menggunakan berbagai model dan metode pembelajaran yang
dapat menumbuhkan minat sehingga diperoleh hasil belajar yang optimal.
7. Terampil dalam melakukan interaksi dengan peserta didik, dengan
mempertimbangkan tujuan dan materi pelajaran, kondisi pesertadidik, suasana
belajar, jumlah peserta didik, waktu yang tersedia, dan faktor yang berkenaan
dengan diri guru itu sendiri.
8. Memahami sifat dan karateristik peserta didik, terutama kemampuan belajarnya,
cara dan kebiasaan belajar, motivasi untuk belajar, dan hasil belajar yang telah
dicapai.
9. Terampil dalam menggunakan sumber-sumber belajar yang ada sebagai bahan
ataupun media belajar bagi peserta didik dalam proses pembelajaran.
10. Terampil dalam mengelola kelas atau memimpin peserta didik dalam belajar
sehingga suasana belajar menjadi menarik dan menyenangkan.
Dalam mengaplikasikan kompetensi profesional, guru dituntut untuk
menyajikan pembelajaran yang bermakna yakni proses pembelajaran yang
mengikutsertakan secara aktif peserta didiknya baik dalam ranah kognitif,
afektif, maupun psikomotorik. Untuk mencapai hal tersebut secara optimal guru
perlu meningkatkan kompetensi profesionalnya secara terus menerus agar
semakin berkualitas dalam menyajikan pembelajaran yang bermakna untuk
peserta didiknya
Beberapa kompetensi yang dikembangkan guru profesional dalam proses
pembelajaran, diantaranya yaitu:
1. Mencerminkan nilai kepribadian
Nilai kepribadian harus dimiliki oleh guru, dimana harus mencerminkan
peran sebagai teladan bagi peserta didik. Nilai kepribadian merupakan
penanaman dari nilai karakter seorang guru. Selama proses pembelajaran
guru harus memiliki menanamkan nilai karakter pada peserta didik, dimana
sejauh ini pendidikan moral semakin berkurang dan menjadi tugas dari guru
dalam ruang lingkup pendidikan di sekolah. Dengan adanya guru yang
peduli terhadap sikap peserta didik maka peserta didik akan lebih terkontrol
dan berpikir bila akan bertindak begitu juga sebaliknya guru kurang dihargai
bila tidak memiliki kepedulian. Sesuai ungkapan Hasibuan (2014) bahwa,
kompetensi kepribadian guru adalah sebuah kompetensi yang sangat
mempengaruhi ketercapaian tujuan pembelajaran sebab melalui kompetensi
kepribadianlah sebenarnya, peserta didik mau mendengarkan dan mematuhi
aturan-aturan yang disampaikan oleh guru dengan rasa senang hati.
2. Menguasai landasan pendidikan dan mengembangkan kompetensi keahlian
Kemampuan menguasai landasan-landasan kependidikan berkaitan
dengan kegiatan sebagai berikut: (a) mempelajari konsep dan masalah
pendidikan dan pengajaran dengan sudut tinjauan sosiologis, filosofis,
historis dan psikologis. (b) mengenal fungsi sekolah sebagai lembaga sosial
yang secara potensial dapat memajukan masyarakat dalam arti luas serta
pengaruh timbal balik antar sekolah dan masyarakat. (c) mengenal
karakteristik peserta didik baik secara fisik maupun psikologis Kompetensi
keahlian sesuai bidang yang ditekuni perlu dikembangkan atau diupdate,
melalui berbagai pelatihan yang diselenggarakan oleh berbagai lembaga
atau instansi tertentu. Guru yang tidak mengembangkan kompetensi
keahlian akan memiliki kecendrungan cara menyampaikan pembelajaran
yang sama. Akibatnya tidak akan mengalami peningkatan kualitas
pembelajaran. Padahal pembelajaran yang baik dilakukan dengan berbagai
variasi untuk diperoleh pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik
peserta didik. Melalui pelatihan yang diselenggarakan sekolah atau
pelatihan kompetensi menjadikan guru lebih menguasai atau mahir pada
bidang yang diajarkan
3. Menyusun dan mengembangkan perangkat pembelajaran
Seorang guru harus mampu menguasai materi pembelajaran yang
dibuktikan dengan menyusun perangkat pembelajaran. Sholeh (2007)
mengungkapkan bahwa perencanaan pembelajaran sangat penting karena
seorang guru sejenis apapun punya keterbatasan. Keterbatasan tersebut
harus disadari sepenuhnya untuk diantisipasi agar ketika di tengah siswa-
siswanya mampu menjadi motivator dalam proses pembelajaran yang
mencerdaskan. Adapun perangkat pembelajaran yang harus disusun sebelum
melaksanakan proses pembelajaran diantaranya rencana pelaksanaan
pembelajaran, program semester dan program tahunan, silabus.
4. Menguasai dan melaksanakan program pembelajaran
Perangkat yang telah dibuat selanjutnya diterapkan dalam proses
pembelajaran, hal ini bertujuan agar pembelajaran yang dilaksanakan lebih
terarah. Pembelajaran yang terencana akan lebih jelas batasan yang akan
disampaikan guru. Sehingga guru jauh lebih siap pada materi yang akan
disampaikan. Namun, guru yang tidak memiliki rencana dalam pelaksanaan
pembelajaran akan menghasilkan pembelajaran sebatas terlaksana tanpa
tujuan yang jelas. Meskipun menjadi kebiasaan guru dalam bidang tertentu,
diharapkan guru memiliki perkembangan dalam program pembelajaran
5. Menilai proses dan hasil pembelajaran
Seorang guru dalam melaksanakan proses pembelajaran harus ada hasil
yang menunjukkan perkembangan dari peserta didik yang diajar. Apabila
hasil pembelajaran tidak mengalami perubahan maka tidak terjadi proses
belajar. Proses belajar ditunjukkan dengan adanya perubahan tingkah laku
dari sebelumnya. Kemampuan guru ditangguhkan dalam menilai
kemampuan peserta didik baik secara pengetahuan, keterampilan dan sikap
yang dibutuhkan pada pembelajaran tertentu. Penilaian dibedakan menjadi
dua jenis yaitu penilaian proses dan penilaian hasil pembelajaran. Penilaian
proses dilakukan seorang guru selama pembelajaran berlangsung dengan
mengamati perkembangan peserta didik sedangkan penilaian hasil yaitu
menguji kompetensi yang diajarkan untuk melihat hasil yang diperoleh.
Sesuai ungkapan Marsh (1996:10) menyatakan bahwa salah satu kompetensi
yang harus dimiliki guru adalah kemampuannya dalam melakukan
penilaian, baik terhadap proses maupun produk pembelajaran.
6. Menyusun administrasi
Kompetensi yang harus dimiliki guru merencana pembelajaran salah
satunya adalah menyusun administrasi pembelajaran. Tujuan dari adanya
administrasi ini ialah, untuk meningkatkan kemampuan para guru ketika
dituntut untuk membuat RPP yang sesuai dengan ketentuan dan benar dalam
pembuatannya (http://www. informasi-pendidikan. com/). Lamanya
administrasi yang harus dibuat dan dikembangkan selama satu semester
menjadikan hal yang sering diabaikan oleh guru, sehingga pada akhir
pembelajaran dokumen-dokumen tersebut tercecer. Hal ini menunjukkan
bahwa kompetensi guru dalam menyusun administrasi perlu dimiliki.
7. Menggunakan berbagai metode sesuai karakteristik peserta didik
Pembelajaran yang baik disesuaikan dengan karakteristik peserta didik
yang dihadapi. Sanaky (2005) menyatakan guru harus memiliki pemahaman
akan sifat, ciri anak didik dan perkembangannya, mengerti beberapa konsep
pendidikan yang berguna untuk membantu siswa, menguasai beberapa
metode mengajar yang sesuai dengan materi pelajaran dan perkembangan
siswa, menguasai sistem evaluasi yang tepat dan baik.
8. Mengkaitkan pembelajaran terhadap masyarakat, industri, dan perguruan
tinggi serta penyesuaian terhadap perkembangan teknologi
Pembelajaran yang disampaikan dihubungkan dengan kondisi
masyarakat, kebutuhan industri dan perguruan tinggi serta melihat
perkembangan teknologi yang ada. Sehingga pembelajaran tidak hanya
sebatas di kelas, melainkan dapat menelaah wawasan secara langsung. Hal
ini membatasi ruang gerak dalam berpikir aktif dan mampu menyiapkan
kebutuhan setelah lulus.
9. Melaksanakan penelitian
Kompetensi guru selain melaksanakan pembelajaran adalah
meningkatkan kualitas pembelajaran dengan cara mengevaluasi
pembelajaran yang dilakukan. Proses pembelajaran bermutu dan berkualitas
apabila peserta didik mengalami peningkatan pengetahuan, keterampilan
dan sikap. Selain itu meningkatkan motivasi, bakat serta minat peserta didik
untuk melakukan perkembangan diri dengan cara belajar mandiri.
Kompetensi tersebut dilakukan melalui penelitian tindakan kelas (class
room action research). Dimana penelitian yang dilakukan guru untuk
melihat perkembangan peserta didik selama proses pembelajaran. Hasil
pembelajaran tersebut disusun dalam karya ilmiah untuk menjadi rujukan
bagi guru yang lain bila mana memiliki karakteristik peserta didik yang
sama. Sukanti (2008) menjelaskan bahwa salah stu faktor yang
mempengaruhi kompetensi guru adalah penelitian tindakan kelas.
Selanjutnya Sukanti (2008) juga menyatakan bahwa, jika penelitian
tindakan kelas dilaksanakan secara sadar dan sistematis diharapkan
kompetensi guru akan meningkat karena guru akan selalu berusaha
memperbaiki kegiatan pembelajaran yang berarti guru akan meningkat
kompetensinya antara lain subkompetensi: (1) mengevaluasi proses dan
hasil pembelajaran, (2) mengevaluasi kinerja sendiri, dan (3)
mengembangkan diri secara berkelajutan, (4) meningkatkan kualitas
pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas. Sehingga penelitian
tindakan kelas berdampingan dengan pembelajaran yang dilakukan oleh
guru.
10. Mempublikasi hasil penelitian
Larasati (2014) dalam penelitiannya menunjukkn bahwa faktor-faktor
penghambat penulisan karya tulis ilmiah dalam kegiatan PKB adalah
pertama terbatasnya waktu yang disebabkan oleh tuntutan administratif
guru, beban tugas mengajar, dan kesibukan pribadi. Kedua, ide/gagasan
penulisan karya tulis ilmiah tidak berkembang karena tidak adanya
pembimbing dan terbatasnya referensi. Ketiga, faktor terbatasnya wawasan
tentang PKB karena sosialisasi oleh pihak terkait belum optimal. Keempat
yakni faktor rendahnya motivasi guru karena usia dan belum adanya pihak
yang menginisisasi para guru untuk menulis karyatulis ilmiah terutama dari
sekolah. Maka dari itu guru yang telah melaksanakan penelitian dalam
pembelajarannya ditulis dalam artikel ilmiah untuk dipublikasikan, sehingga
menjadi referensi bagi guru yang lain.
Menulis merupakan salah satu kelemahan guru, namun harus dibiasakan.
Seorang guru harus mampu mempublikasikan hasil karya tulis ilmiahnya
baik dalam bentuk naskah publikasi, laporan penelitian, laporan akhir,
makalah, artikel ilmiah yang termuat dalam prosiding ataupun jurnal.
Artinya seorang guru telah mempunyai kompetensi keahlian publikasi hasil
penelitian.
BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan
Dari apa yang telah kami tulis di atas, dapat disimpulkan bahwa
Guru merupakan komponen penting dalam kegiatan belajar mengajar.
Guru adalah orang yang diberi kepercayaan untuk menciptakan suasana
kelas yang kondusif untuk pembelajaran. Sehingga harus mempunyai
kompetensi guru yaitu kompetensi secara akademik dan kemampuan
keahlian yang mengacu pada kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial
dan professional. Profesionalisme guru adalah suatu pekerjaan yang di
dalamnya terdapat tugas-Guru merupakan komponen penting dalam
kegiatan belajar mengajar. Guru adalah orang yang diberi kepercayaan
untuk meciptakan suasana kelas yang kondusif untuk pembelajaran.
Sehingga harus mempunyai kompetensi guru yaitu kompetensi secara
akademik dan kemampuan keahlian yang mengacu pada kompetensi
pedagogik, kepribadian, sosial dan professional. tugas dan syarat-syarat
yang harus dijalankan oleh seorang guru dengan penuh dedikatif, sesuai
dengan bidang keahliannya dan selalu melakukan improvisasi diri.
Dan seorang guru tidak dapat dikatakan sebagai guru yang
profesional jika tidak memenuhi empat kopetensi berikut juga indikasi-
indikasinya yang telah kami cantumkan di atas. Adapun ke empat
kompetensi tersenut adalah:
1. Kompetensi kepribadian
2. Kompetensi pedagogis
3. Kompetensi profesional
4. Kompetensi sosial

DAFTAR PUSTAKA

Bhargava, A. & Pathy, M. (2011). Perseption of student teachers about


teaching competencies. Journal of Contemporary Research 1 (1),
77.
Boyatzis, R. E. (2008). Competencies in the 21st century. International
Journal of Management Development, ISSN: 0262-1711, Vol. 27 (1):
pp. 5-12 Cooper, J. M., et al. (2011). Classroom teaching skill. Belmont:
Wadsworth Cengage Learning.
Damin, S. (2002) Inovasi pendidikan dalam upaya peningkatan
profesionalisme tenaga ependidikan. Bandung: Pustaka Setia.
Hasibuan, M. F. (2014). Peranan kompetensi kepribadian guru terhadap
pengembangan nilai-nilai sikap dan perilaku siswa tingkat sekolah
dasar/madrasah ibtidaiyah. Medan-Sumatra Utara: Widyaiswara Balai
Diklat Keagamaan Medan, diunduh pada http://sumut. kemenag. go. id/.
Karsidi R. 2005. Profesionalisme guru dan peningkatan pendidikan di
era otonomi daerah. Makalah disampaikan pada Seminar Nasional
Pendidikan. Dewan Pendidikan Kabupaten. Wonogiri 23 Juli 2005.
Kunandar. (2007). Guru professional implementasi ktsp dan sukses
sertifikasi. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Marsh, C. (1996). Handbook for beginning teachers. Sydney: Addison
Wesley Longman Australia Pry Limited.
Miarso Y. 2008. Peningkatan Kualifikasi Guru dalam Perspektif
Teknologi Pendidikan. Jurnal Pendidikan Penabur 7 (10):66-76.

Anda mungkin juga menyukai