BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Pendidikan adalah hal mutlak yang ada dalam kehidupan. Tanpa pendidikan maka
masyarakat dan individu akan terus terbelenggu dalam kebodohan dan kevakuman sehingga
sulit untuk berbuat sesuatu yang berguna demi meningkatkan kualitas diri. Pendidikan bisa
dilakukan oleh lembaga formal dan informal. Lembaga formal penyelenggara pendidikan
meliputi lembaga-lembaga pendidikan yang terdaftar. Lembaga informal dimulai dri
pendidikan orang tua dan lainnya diluar pendidikan formal. Pendidikan formal akan sangat
berperan penting dalam membentuk kepribadian dan kualitas individu. Seorang tenaga
pendidik yang melatih dan mendidik individu harus benar-benar terlatih. Dengan kata lain
seorang pendidik harus profesional.
Guru sebagai profesi menjadi tenaga pendidik yang diharuskan memiliki kompetensikompetensi tertentu seperti kompetensi paedagogik, kompetensi profesional, kompetensi
personal dan kompetensi sosial. Semua kompetensi itu berkaitan dengan upaya peningkatan
kualitas dan keprofesionalan guru.
Mendidik bukanlah hal yang mudah terutama dilembaga formal. Perlu cara khusus untuk
menangani masing-masing perbedaan karakteristik setiap peserta didik. Oleh karena itu.,
perlu dilakukan upaya untuk peningkatan mutu tenaga kependidikan, karena pendidikan
disuatu negara akan menentukan kualiatas dari negara tersebut. Di Indonesia sendiri banyak
melakukan program Diklat bagi tenaga kependidikan untuk menunjang keberhasilan dalam
mendidik peserta didik. Dan hal mutlak yang harus dipikirkan adalah bahwasanya tenaga
pendidik harus mendapat perlindungan dan jaminan hukum dari pemerintah yang pada
teorinya sudah terdapat dalam UU tentang guru dan dosen, terlepas dari realisasinya yang
masih diragukan.
1.2.Tujuan
Adapun tujuan pembahasan dari topik makalah ini adalah:
1. Mengetahui apa itu profesi,profesionalisme dan profesionalisasi
2. Mengetahui persyarata yang harus dimiliki oleh seorang guru yang profesional
3. Mengetahui dan memahami jenis-jenis tenaga kependidikan
4. Mengetahui apa yang melatarbelakangi pentingnya profesi kependidikan
5. Mengetahui bagaimana profesionalisasi guru
BAB II PEMBAHASAN
2.1.Profesi, Profesinalisme, Profesionalisasi
Profesi
Dari segi bahasa: Profesi adalah kata serapan dari sebuah kata dalam bahasa
Inggris Profess, yang dalam bahasa Yunani adalah , yang bermakna:
Janji untuk memenuhi kewajiban melakukan suatu tugas khusus secara tetap/permanen.
Menurut De George: Profesi, adalah pekerjaan yang dilakukan sebagai kegiatan pokok untuk
menghasilkan nafkah hidup dan yang mengandalkan suatu keahlian.
Kata Profesi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai bidang pekerjaan yang
dilandasi pendidikan keahlian (ketrampilan, kejuruan, dsb) tertentu.
Dari ketiga definisi di atas maka dapat disimpulkan profesi adalah suatu bidang pekerjaan
untuk menghasilkan nafkah hidup yang membutuhkan pelatihan, penguasaan, dan pendidikan
terhadap
keahlian
atau
keterampilan
tertentu
serta
pekerjaan
tersebut
memiliki
a)
peserta didik.
Kompetensi Personal, artinya guru harus memiliki kepribadian yang mantap, sehingga
mampu menjadi sumber identifikasi bagi subjek. Guru memiliki kepribadian yang patut
Menurut UUSPN No. 20 Tahun 2003 khususnya Bab I Pasal 1 ayat (5) menyebutkan
bahwa tenaga kependidikan adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat
untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan. dan ayat (6) pendidik adalah tenaga
kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar,
widyaiswara, tutor, instructor, fasilitator dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya,
serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan. Dimana tenaga kependidikan
tersebut memenuhi syarat yang ditentukan oleh undang-uandang yang berlaku, diangkat oleh
pejabat yang berwenang, diserahi tugas dalam suatu jabatan dan digaji pula menurut aturan
yang berlaku.
Tenaga kependidikan merupakan seluruh komponen yang terdapat dalam instansi atau
lembaga pendidikan yang tidak hanya mencakup guru saja melainkan keseluruhan yang
berpartisipasi dalam pendidikan. Dilihat dari jabatannya, tenaga kependidikan dibedakan
menjadi tiga, yaitu:
a) Tenaga struktural
Merupakan tenaga kependidikan yang menempati jabatan-jabatan eksekutif umum
(pimpinan) yang bertanggung jawab baik langsung maupun tidak langsung atas satuan
pendidikan.
b) Tenaga fungsional
Merupakan tenaga kependidikan yang menempati jabatan fungsional yaitu jabatan yang
dalam pelaksanaan pekerjaannya mengandalkan keahlian akademis kependidikan.
c) Tenaga teknis kependidikan
Merupakan tenaga kependidikan yang dalam pelaksanaan pekerjaannya lebih dituntut
kecakapan teknis operasional atau teknis administratif.
- Urusan Kurikulum
; Kepala Bidang
- Urusan Kesiswaan
* Daerah : Kakandepdiknas
tidak
penyelenggaraan
pendidikan)
langsung
atas
satuan
* Pengawas
* Peneliti
Tenaga Teknis
* Penilik
Pengembangan
Kurikulum
Teknologi Kependidikan
* Pengembang tes
* Pustakawan
(anggota
* Laboran
Pengembangan organisasi)
*
Teknisi
Sumber
Belajar/Sanggar Belajar
Pengembangan
staf
Pendidikan
Perencanaan
kurikulurn terakhir untuk IKIP/FKIP /STKIP, ilmu pendidikan merupakan suatu bidang
pengajaran yang pokok-pokoknya meliputi kurikulum, program pengajaran, metodologi
pengajaran, media pendidikan, pengelolaan kegiatan belajar-mengajar, dan evaluasi
pendidikan.
Jabatan guru dilatarbelakangi oleh adanya kebutuhan tenaga guru. Kebutuhan ini
meningkat dengan adanya lembaga pendidikan yang menghasilkan calon guru untuk
menghasilkan guru yang profesional. Pada masa sekarang ini LPTK menjadi satu-satunya
lembaga yang menghasilkan guru. Walaupun jabatan profesi guru belum dikatakan penuh,
namun kondisi ini semakin membaik dengan peningkatan penghasilan guru, pengakuan
profesi guru, organisasi profesi yang semakin baik, dan lembaga pendidikan yang
menghasilkan tenaga guru sehingga ada sertifikasi guru melalui Akta Mengajar. Organisasi
profesi berfungsi untuk menyatukan gerak langkah anggota profesi dan untuk meningkatkan
profesionalitas para anggotanya. Setelah PGRI yang menjadi satu-satunya organisasi profesi
guru di Indonesia, kemudian berkembang pula organisasi guru sejenis.
2.5.Profesionalisasi Guru
Profesionalisme seorang guru secara garis besar ditentukan oleh tiga faktor, yakni: (1)
faktor internal dari guru itu sendiri, (2) kondisi lingkungan tempat kerja, dan (3) kebijakan
pemerintah. Oleh sebab itu profesionalisasi (upaya meningkatkan profesionalisme) guru agar
menjadi guru profesional harus dilakukan secara sinergis melalui tiga jalur dimaksud. Berikut
adalah penjelasan masing-masing faktor:
(1) Faktor internal guru
Faktor internal guru, yakni kemauan guru untuk menjadi seorang guru yang profesional
memegang peranan sangat penting. Faktor internal ini justru yang mempercepat proses
terwujudnya guru-guru yang profesional. Dengan kata lain, profesionalisasi guru profesional
tidak akan terwujud apabila tidak dimulai dari faktor internal ini. Jadi, upaya yang dilakukan
dalam profesionalisasi guru perlu diarahkan pada terbentuknya kesadaran pada diri setiap
guru agar mereka secara sukarela meningkatkan profesionalismenya sehingga menjadi guru
profesional.
(2) Kondisi lingkungan tempat kerja
Kondisi lingkungan tempat kerja juga sangat menentukan keberhasilan profesionalisasi guru
profesional. Sebab, meskipun sudah dilakukan profesionalisasi agar guru menjadi
profesional, namun apabila lingkungan tempat kerja tidak kondusifapalagi tidak
memberikan penghargaan kepada guru profesionalmaka upaya profesionalisasi tadi juga
akan menemui jalan buntu. Akibatnya, guru yang semula memiliki semangat juang yang
tinggi dalam mengemban profesinya menjadi tak berdaya dan acuh tak acuh dengan
profesinya itu. Hasilnya, guru tidak lagi menjadi profesional, apalagi berusaha untuk menjadi
profesional.
(3) Kebijakan pemerintah
Kebijakan pemerintah dalam profesionalisasi guru profesional ini terutama terkait dengan
award and punishment. Award diberikan kepada para guru profesional (yang telah
menunjukkan kinerja dengan profesionalisme tinggi), sekaligus diberikan kepada mereka
yang selalu berusaha untuk meningkatkan keprofesionalannya. Punishment diberikan kepada
guru yang tidak bekerja secara profesional. Apabila kebijakan pemerintah ini dijalankan,
maka profesionalisasi guru profesional akan semakin mudah mencapai sasaran.
2.6.Perlindungan Profesi
Perlindungan hukum bagi guru merupakan bagian integral dari upaya untuk memenuhi
hak-hak guru, sesuai dengan amanat pasal 14 UU Guru dan Dosen, yaitu:
a.
b. Mendapatkan promosi dan penghargaan sesuai dengan tugas dan prestasi kerja
c.
d.
Memperoleh perlindungan dalam melalksanakan tugas dan hak atas kekayaan intelektual
Memperoleh
kesempatan
untuk
meningkatkan
kompetensi
pembelajaran
untuk
kesempatan
untuk
mengembangkan
dan
meningkatkan
kualifikasi
akademik/kompetensi.
Jaminan Perlindungan Profesi Guru Menurut Pasal 39 UU Nomor 14 Tahun 2005
a.
b.
c.
Perlindungan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mencakup perlindungan hukum
terhadap tindak kekerasan, ancaman, perlakuan diskriminatif, intimidasi, atau perlakuan tidak
adil dari pihak peserta didik, orang tua peserta didik, masyarakat, birokrasi, atau pihak lain.
d. Perlindungan profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mencakup perlindungan terhadap
pemutusan hubungan kerja yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan,
pemberian imbalan yang tidak wajar, pembatasan dalam menyampaikan pandangan,
pelecehan terhadap profesi, dan pembatasan/pelarangan lain yang dapat menghambat guru
dalam melaksanakan tugas.
e.
Perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
mencakup perlindungan terhadap risiko gangguan keamanan kerja, kecelakaan kerja,
kebakaran pada waktu kerja, bencana alam, kesehatan lingkungan kerja, dan/atau risiko lain.
Beberapa kenyataan yang dihadapi guru, sebagai bukti bahwa mereka belum sepenuhnya
memperoleh perlindungan profesi yang wajar:
a.
b.
Pengangkatan guru, khususnya guru bukan PNS untuk sebagian besar belum didasari atas
perjanjian kerja atau kesepakatan kerjasama.
c.
Pembinaan dan pengembangan profesi serta pembinaan dan pengembangan karir guru yang
belum sepenuhnya terjamin.
d. Adanya pembatasan dan penyumbatan atas aspirasi guru untuk memperjuangkan kemajuan
pendidikan secara akademik dan profesional.
e.
f.
Arogansi oknum pemerintahan, masyarakat, orang tua, dan siswa terhadap guru.
Pengenaan tindakan disiplin terhadap guru karena berbeda pandangan dengan kepala
sekolahnya.
i.
Guru yang menjadi korban karena bertugas di wilayah konflik atau di tempat (sekolah) yang
rusak.
Berdasarkan permasalahan guru yang terjadi, Direktorat Profesi Pendidik bekerjasama
dengan LKBH-PGRI Pusat dan Cabang LKBH-PGRI melakukan beberapa upaya untuk
keperluan sosialisasi, konsultasi, advokasi, mediasi, dan/atau bantuan hukum kepada guru.
Dengan adanya Subsidi Perlindungan Hukum bagi Guru/Blockgrant untuk LKBH PGRI
diharapkan:
a.
Bertindak aktif memberikan perlindungan hukum bagi guru, baik diminta maupun tidak
diminta.
Menyebarluaskan informasi dalam rangka meningkatkan kesadaran atas hak dan kewajiban
guru.