Anda di halaman 1dari 30

ADMINISTRASI ORGANISASI SEKOLAH

MAKALAH
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kuliah Manajemen Pendidikan

JURUSAN PENDIDIKAN SENI RUPA


FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2010

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Organisasi menggambarkan adanya perbandingan fungsi dan tugas dari


masing-masing kesatuan. Dalam suatu susunan atau struktur organisasi dapat dilihat
bidang, tugas dan fungsi masing-masing kesatuan serta hubungan vertikal-horizontal
antara kesatuan-kesatuan yang ada. Muljani A. Nurhadi membedakan adanya
organisasi pendidikan makro dan mikro (1983:54-65).
Organisasi pendidikan mikro adalah organisasi pendidikan dilihat dengan titik
tolak pada unit-unit yang ada pada suatu sekolah atau lembaga penyelenggara
langsung proses belajar mengajar. Struktur organisasi disetiap sekolah tidak
seluruhnya sama, disebabkan oleh kompleks tidaknya kegiatan dan tenaga yang ada
atau sarana lain.
Pengorganisasian suatu sekolah tergantung pada jenis, tingkat dan sifat
sekolah yang bersangkutan. Susunan organisasi sekolah tertuang dalam Keputusan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tentang susunan organisasi dan tat kerja jenis
sekolah tersebut (Depdikbud, 1983:2). Lebih lanjut dijelaskan pila bahwa dari
struktur organisasi terlihat hubungan dan mekanisme kerja antara kepala sekolah,
guru, murid dan pegawai tata usaha sekolah serta pihak lainnya diluar sekolah.
Koordinasi,

integrasi,

dan

sinkronisasi

kegiatan-kegiatan

pendidikan

harus

diselenggarakan oleh kepala sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan sekolahnya.


Koordinasi,integrasi, dan sinkronisasi kegiatan-kegiatan yang terarah memerlukan
pendekatan pengadministrasian yang efisien dan efektif.

BAB II
ISI DAN PEMBAHASAN
A. Pentingnya Organisasi Sekolah

Pengorganisasian di sekolah dapat didefenisikan sebagai keseluruhan


proses untuk memilih orang orang (guru dan personel sekolah lainnya) serta
mengalokasikan prasarana dan sarana untuk menunjang tugas-tugas orangorang itu dalam rangka mencapai tujuan sekolah. Pengorganisasian ini seperti
penetapan tugas, tanggung jawab serta wewenangnya. Menurut Siagian
(1985) mengemukakan prinsip pengorganisasian itu adalah :
a. Organisasi itu mempunyai tujuan yang jelas
1. Tujuan itu harus dipahami, dan diterima oleh setiap anggota organisasi
2. Adanya kesatuan arah
3. Adanya kesatuan perintah
4. Adanya kesimbangan antara wewenang dan tanggung jawab seseorang
dalam melaksanakan tugasnya
5. Adanya pembagian tugas yang jelas
6. Adanya struktur organisasi
7. Adanya balas jasa yang setimpal
8. Penempatan orang yang bekerja sesuai dengan kemampuan
b. Pengarahan
Pengarahan diartikan sebagai suatu usaha untuk menjaga agar apa
yang telah direncanakan dapat berjalan seperti dikehendaki, kegiatan
pengerahan ini dapat
dilakukan dengan :
1. melaksanakan orientasi tentang pekerjaan yang akan dilakukan atau
kelompok

2. memberikan petunjuk umum atau petunjuk khusus, baik lisan atau tulisan
secara langsung maupun tidak langsung (Suharsimi 1988)
c. Pengorganisasian
Pengoganisasian

di

sekolah

diartikan

sebagai

usaha

untuk

menyatupadukan kegiatan dari berbagai individu atau unit sekolah agar


kegiatan mereka berjalan selaras dengan anggota atau unit lainnya dalam
berbagai acara seperti:
1. melaksanakan penjelasan singkat (briefing)
2. mengadakan rapat kerja
3. memberikan petunjuk pelaksanaan/ petunjuk teknis
4. memberikan balikan tentang hasil suatu kegiatan
d. Pembiayaan
Pembiayaan sekolah adalah kegiatan mendapatkan biaya serta
mengelola anggaran pendapatan dan belanja pendidikan.
e. Penilaian
Maksud penilaian ini adalah untuk:
1. untuk memperoleh dasar bagi pertimbangan apakah pada akhir suatu
periode kerja, pekerjaan tersebut berhasil
2. menjamin cara bekerja yang efektif dan efisien
3. memperoleh fakta-fakta tentang kesukaran-kesukaran dan untuk
menghindari situasi yang dapat merusak serta
4. mengajukan kesanggupan para guru dan orangtua murid dalam
mengembangkan organisasi sekolah.

Sekolah sebagai lembaga pendidikan sudah semestinya mempunyai


organisasi yang baik agar tujuan pendidikan formal ini tercapai sepenuhnya.
Kita menegtahui unsure personal didalam lingkungan sekolah adalah, kepala

sekolah, guru, karyawan, dan murid. Disamping itu, sekolah sebagai lembaga
pendidikan formal ada dibawah instansi atasan baik itu dikantor dinas atau
kantor wilayah departemen yang bersangkutan. Di negara kita, kepala sekolah
adalah jabatan tertinggi disekolah itu, sehingga ia berperan sebagai pemimpin
swkolah dan dalam struktur organisasi sekolah ia didudukkan pada tempat
paling atas.
Organisasi sekolah yang baik menghendaki agar tugas-tugas dan
tanggung jawab dalam menjalankan penyelenggaraan sekolah untuk mencapai
tujuannya dibagi secara merata dengan baik sesuai dengan kemampuan,
fungsi, dan wewenang yang telah ditentukan. Melalui struktur organisasi yang
ada tersebut orang akan mengetahui apa tugas dan wewenang kepala sekolah,
apa tugas guru, apa tugas karyawan sekolah (yang biasa dikenal sebagai
pegawai tata usaha).
Demikian juga terlihat apakah disuatu sekolah dibentuk satuan tugas
(unit kerja) tertentu seperti bagian UKS (Usaha Kesehatan Sekolah), bagian
perpustakaan, bagian kepramukaan, dan lain-lain sehingga keadaan ini
tentunya akan memperlancar jalannya roda pendidikan disekolah tersebut.
Dengan organisasi yang baik dapat dihindari tindakan kepala sekolah
yang menunjukkan kekuasaan yang berlebihan (otoriter); suasana kerja dapat
lebih berjiwa demokratis karena timbulnya partisipasi aktif dari semua pihak
yang bertanggung jawab. Partisipasi aktif yang mendidik (pedagigis) dapat
digiatkan melalui kegairahan murid sendiri yang bergerak dengan wadah
OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah). Oleh karena itu didalam memikirkan
pembentukan organisasi sekolah, maka fungsi dan peranan OSIS tidak boleh
dilupakan.
B. Faktor-faktor yang Perlu Dipertimbangkan dalam Menyusun Organisasi

Sekolah
Sebenarnya pedoman untuk menyusun organisasi sekolah yang baik
tidak mudah ditentukan. Perbedaan sekolah yang satu dengan yang lainnya

adalah penyebab kesulitan itu. Tetapi sangat mungkin apabila sekolah yang
sejenis mempunyai organisasi yang sama atau seragam dalam hal struktur atau
susunannya.
Di bawah ini bebrapa factor yang mempengaruhi perbedaan susunan
organisasi sekolah.
1. Tingkat Sekolah

Kita ketahui bahwa berdasar tingkatannya sekolah-sekolah yang


ada di Indonesia dapat dibedakan atas:
a. Sekolah Dasar (SD)
b. Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP)
c. Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA)
d. Perguruan Tinggi.
Dalam hal ini Taman Kanak-kanak adalah lembaga pendidikan
prasekolah

yang

bertujuan

mempersiapkan

dan

mengembangkan

kepribadian anak-anak agar cukup matang untuk memasuki jenjang


sekolah yang pertama. Jadi kurang tepat apabila orang mengatakan bahwa
Taman Kanak-kanak adalah sekolah yang pertama atau tingkatan yang
paling rendah.
Tentunya dapatlah kita bayangkan bahwa tugas-tugas kegiatankegiatan pendidikan baik yang bersifat kurikuler maupun ekstrakurikuler
dalam rangka mencapai tujuan pendidikan pada masing-masing tingkat
sekolah tersebut sangat berbeda. Perbedaan tingkat berarti juga perbedaan
usia sekolah.
Dengan demikian keadaan fisik dan perkembangan jiwa anak jelas
berbeda antara anak tingkat yang satu dengan tingkat sekolah berikutnya.
Sebagai contoh: misalnya di Sekolah Dasar sekarang biasanya tidak ada
seksi bimbingan penyuluhan (Guidance and Counseling), sebab masalah
ini merupakan tugas rangkapan dari kepala sekolah, dan hingga saat ini

memang pemerintah atau Departemen P dan K tidak atau belum


mengangkat seorang pembimbing khusus bagi Sekolah Dasar.
Lain halnya pada sekolah lanjutan, disekolah ini biasanya sudah tersedia
satu orang tenaga konselor (pembimbing) dengan tugas pokoknya sebagai
pembimbing. Karena itu biasanya disekolah lanjutan dalam struktur
organisasinya kita dapati GC (Guidance and Counseling).
Diatas ini baru sekedar contoh perbedaan, masih banyak bidangbidang lain yang ditangani secara khusus pada sekolah lanjutan tetapi
tidak denikian pada Sekolah Dasar, misalnya masalah Organisasi Siswa
Intra Sekolah (OSIS), penggarapan penggarapan majalah dinding,
pengelolaan

perpustakaan

sekolah,

dan

bagian

pengajaran

yang

menangani kelancaran dan pengembangan kurikulum/program pendidikan


dan pengajaran.
Belum lagi apabila kita bicarakan organisasi perguruan tinggi,
disini kita jumpai banyak bidang tugas yang ditangani secara khusus lebih
banyak daripada tugas-tugas dari sekolah lanjutan. Disamping itu satu cirri
khas perguruan tinggi di Indonesia yang mengemban tugas tri dharma
perguruan tinggi yakni pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat
memungkinkan perguruan tinggi berkembang secara otonom, sehingga
semakin bervariasi susunan organisasinya.
2. Jenis Sekolah

Berdasarkan jenis sekolah kita membedakan ada sekolah umum


dan sekolah kejuruan. Sekolah umum adalah sekolah-sekolah yang
program pendidikannya bersifat umum dan bertujuan utama untuk
memberikan bekal pengetahuan dan kecakapan untuk melanjutkan studi
ketingkat yang lebih tinggi lagi. Sekolah ini tidak lain adalah SMP dan
SMU.

Sedangkan yang dimaksud sekolah kejuruan ialah sekolah yang


program pendidikannya mengarah kepada pemberian bekal kecakapan dan
keterampilan khusus agar setelah selesai studinya, anak didik dapat
langsung memasuki dunia kerja dalam masyarakat. Sekolah-sekolah
kejuruan antara lain Sekolah Menengah Ekonomi Atas (SMEA), Sekolah
Teknik Menengah (STM). Sekolah Teknologi Kerumahtanggaan (SMTK),
Sekolah Pertanian Menengah Atas (SPMA), dan sebagainya.
Di tingkat SLTP kita jumpai Sekolah Menengah Ekonomi Pertama
(SMEP) dan Sekolah Kesejahteraan Keluarga Pertama (SKKP) walaupun
pada masa-masa mendatang tampaknya ada kecenderungan pemerintah
untuk menciutkan jumlah sekolah kejuruan pada tingkat SLTP ini.
Kiranya kita dapat memaklumi dengan melihat perbedaan program
pendidikan (kurikulum) dan tujuan yang hendak dicapai maka struktur
organisasi sekolah yang berlainan jenis tersebut pasti berlainan pula.
Perbedaan organisasi ini mungkin dapat digambarkan antar lain sebagai
berikut:
a) Pada sekolah kejuruan terdapat petugas (koordinator) praktikum, pada

sekolah umum tidak .


b) Pada sekolah kejuruan terdapat petugas bagian ketenagakerjaan/
penempatan alumni, sedangkan pada sekolah umum tidak.
Demikianlah, beberapa perbedaan lainnya masih dapat kita
ketemukan dilapangan.
3. Besar Kecilnya Sekolah

Sekolah yang besar tentu memiliki jumlah murid, jumlah kelas,


jumlah tenaga guru, dan karyawan serta fasilitas yang memadai. Sekolah
yang kecil adalah sekolah yng cukup memenuhi syarat minimal dari
ketentuan yang berlaku.

Di bawah ini beberapa contoh tipe sekolah yang dikutip dari buku
Pedoman Pembakuan Bangunan dan Perabot Sekolah yang diterbitkan
oleh Proyek Pembakuan Sarana Pendidikan Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan tahun 1978. Dengan memperhatikan tipe-tipe sekolah ini kita
dapat memebandingkan mana-mana sekolah yang besar dan mana yang
kecil, sehingga gambaran kita tentang organisasi sekolah yang
bersangkutan akan berlawanan pula.
a. Taman Kanak-kanak

Berdasarkan atas kuantitas keadaan fisik maupun material


maupun personel dan tingkat mutu yang dicapai oleh suatu Taman
Kanak-kanak di Indonesia dibedakan ada 4 macam jenis Taman
Kanak-kanak.

1. Taman Kanak-kanak persiapan

Ialah Taman kanak-kanak yang secara teknis manajemen


maupun edukatif belum memenuhi persyaratan yang dituntut oleh
kurikulum yang berlaku.
2. Taman Kanak-kanak Biasa

Ialah Taman Kanak-kanak yang secara teknis manajemen


maupun edukatif sudah sesuai dengan kurikulum yang berlaku,
walaupun masih harus memantapkan dan berusaha meningkatkan
baik secara kuantitatif maupun kualitatif di bidang fisik, materiil,
personel, dan kurikulum.
3. Taman Kanak-kanak Teladan

Ialah Taman Kanak-kanak yang ditinjau dari


penyelenggaraan teknis manajemen dan edukatif dinilai layak
dijadikan contoh bagi Taman kanak-kanak disekitarnya karena

telah mantap melaksanakan kurikulum yang berlaku di samping


keadaan fisik, materiil, personel, yang memadai.
4. Taman kanak-kanak Pembina

Ialah Taman Kanak-kanak yang didirikan oleh pemerintah


di ibukota provinsi atau kabupaten/kota madya sehingga berstatus
sebagai Taman Kanak-kanak negeri yang dijadikan model
percontohan dengan syarat-syarat yang relatif lebih baik dari
Taman Kanak-kanak teladan.
Dari 4 macam jenis Taman Kanak-kanak tersebut khusus untuk
Taman Kanak-kanak Pembina dan Taman kanak-kanak teladan dibagi
lagi dalam beberapa tipe didasarkan atas daya tampung dan
perhitungan ruangan sesuai dengan kurikulum yang berlaku.
a. Taman Kanak-kanak Pembina

Taman Kanak-kanak ini ditetapkan 3 tipe yaitu:


1. Tipe A mempunyai daya tamping maksimal 6 kelompok
belajar, @ 36 murid minimal 6 kelompok belajar @ 20 murid.
2. Tipe B mempunyai daya tamping maksimal 5 kelompok
belajar, @ 36 murid minimal 5 kelompok belajar @ 20 murid.
3. Tipe C mempunyai daya tamping maksimal 4 kelompok
belajar, @ 36 murid minimal 4 kelompok belajar @ 18 murid.
b. Taman Kanak-kanak Teladan
1. Tipe A mempunyai daya tamping maksimal 3 kelompok

belajar, @ 36 murid minimal 3 kelompok belajar @ 20 murid.


2. Tipe B mempunyai daya tamping maksimal 3 kelompok
belajar, @ 36 murid minimal 3 kelompok belajar @ 18 murid.
c. Taman Knak-kanak biasa

Biasanya mempunyai daya tampung antara 2 sampai dengan 3


kelompok belajar @ 20 murid maksimal.

d. Taman kanak-kanak Persiapan

Mempunyai daya tampung antar 2 sampai dengan 3 kelompok


belajar @ 36 murid maksimal.
Perlu dikemukakan bahwa pada dasarnya setiap jenis Taman
kanak-kanak diperuntukkan bagi semua tingkat meliputi tingkat A
(untuk anak usia 3-4 tahun), tingkat B (untuk anak 4-5 tahun) dan
tingkat C (untuk anak usia 5-6 tahun).

4. Letak dan Lingkungan Sekolah


Berdasarkan letak dan lingkungannya, sekolah-sekolah di seluruh
tanah air menunjukkan perbedaan situasi, kondisi, dan sifat-sifat
lingkungannya. Letak sebuah sekolah dasar yang ada di daerah pedesaan
akan mempengaruhi kegiatan sekolah tersebut berbeda dengan sekolah
dasar yang ada di kota, demikian pula sekolah lanjutan pertama yang kini
mulai didirikan hampir disetiap daerah kecamatan, kegiatan dan
programnya tentulah berbeda dengan sekolah-sekolah lanjutan di kota
apalagi di kota-kota besar. Kegiatan yang dimaksudkan dalam hal ini
adalah kegiatan ekstra kurikuler maupun kegiatan kurikuler seperti tugastugas pada laboratorium sekolah dan kegiatan pengabdian pada
masyarakat. Ada kecenderungan yang nyata bahwa sekolah-sekolah
dipedesaan lebih berintegrasi dengan masyarakat sekitarnya, dibanding
sekolah-sekolah dikota. Hal ini berakibat pula ada hubungan yang lebih
akrab antara orang tua murid dengan sekolah.
Dari segi keadaan lingkungan atau masyarakat sekitar sekolah
mungkin ada dalam lingkungan masyarakat petani, masyarakat nelayan,
masyarakat buruh, masyarakat pegawai negeri, dan lain-lain. Perhatian
kelompok masyarakat yang berbeda ini terhadap dunia pendidikan

khususnya

pendidikan

bagi

anak-anak

mereka

di

sekolah

pasti

menunjukkan berbagai variasi perbedaan. Oleh karenanya, dalam


penyusunan struktur organisasi sekolah, hal-hal tersebut diatas perlu
diperhatikan.
b. Sekolah Luar Biasa

Selain berdasarkan daya tamping tipe sekolah ini ditentukan


juga atas dasar kurikulum, efisiensi pemakaian ruang dan penggunaan
tenaga secara optimal. Tipe-tipe itu adalah sebagai berikut.
Sekolah Luar Biasa A, B, C, dan D masing-masing terdiri atas
4 macam tipe:
1. Tipe A; mempunyai daya tampung maksimal 20 kelompok belajar
@ 12 murid, minimal 100 murid.
2. Tipe B; mempunyai daya tampung maksimal 15 kelompok belajar
@ 12 murid, minimal 75 murid.
3. Tipe C; mempunyai daya tampung maksimal 10 kelompok belajar
@ 12 murid, minimal 50 murid.
4. Tipe D; mempunyai daya tampung maksimal 8 kelompok belajar
@ 12 murid, minimal 40 murid.
Sekolah Luar Biasa bagian A tempat pendidikan bagi anakanak tuna netra, Sekolah Luar Biasa Bagian B tempat pendidikan
anak-anak tuna rungu (bisu-tuli), Sekolah Luar Biasa bagian C tempat
pendidikan bagi anak-anak terbelakang mental, Sekolah Luar Biasa
bagian D tempat pendidikan bagi anak cacat tubuh.
c. Sekolah Dasar

Untuk Sekolah Dasar ditetapkan 4 macam tipe ialah tipe A, tipe


B, tipe C, dan tipe D. Setiap tipe pada dasarnya mempunyai 6 kelas
dari kelas 1 sampai dengan kelas VI.
1. Tipe A; mempunyai daya tampung maksimal 12 kelompok belajar

@ 40 murid, minimal 361 murid maksimal 480 murid.

2. Tipe B; mempunyai daya tampung antara 6 9 kelompok belajar

@ 40 murid, maksimal 360 dan minimal 181 murid.


3. Tipe C; mempunyai daya tampung 6 kelompok belajar maksimal
180 murid dan minimal 91 murid.
4. Tipe D; mempunyai daya tampung 6 kelompok belajar maksimal
90 murid dan minimal 60 murid.
Keterangan:
Sekolah Dasar tipe B merupakan tipe paling banyak sekarang ini, tipe
A untuk daerah padat dan tipe D untuk daerah yang penduduknya
jarang.
d. Sekolah Menengah Pertama

1.
2.
3.
4.

Untuk Sekolah Menengah Pertama ditetapkan 4 macam tipe:


Tipe A; mempunyai daya tampung maksimal 33 kelompok belajar
@ 40 murid, jumlah murid minimal 1.200 orang.
Tipe B; mempunyai daya tampung maksimal 23 kelompok belajar
@ 40 murid, jumlah murid minimal 800 orang.
Tipe C; mempunyai daya tampung maksimal 12 kelompok belajar
@ 40 murid dengan jumlah murid minimal 400 orang.
Tipe D; mempunyai daya tampung maksimal 7 kelompok belajar
@ 40 murid dengan jumlah murid minimal 250 orang.

e. Sekolah Menengah Umum (SMU)

Untuk Sekolah Menengah Umum ditetapkan 3 macam tipe:


1. Tipe A; mempunyai daya tampung maksimal 33 kelompok belajar
@ 35 murid, minimal 850 orang.
2. Tipe B; mempunyai daya tampung maksimal 24 kelompok belajar
@ 35 murid, minimal 400 orang.
3. Tipe C; mempunyai daya tampung maksimal 12 kelompok belajar
@ 35 murid, minimal 200 orang.

f.

Sekolah Pendidikan Guru


Pertimbangan-pertimbangan untuk menentukan tipe-tipe
Sekolah Pendidikan Guru selain didasarkan pada daya tampung
sekolah, juga memperhitungkan beberapa hal yakni kurikulum yang
berlaku, efisiensi pemakaian uang, penggunaan tenaga secara optimal,
dan penerimaan jurusan masing-masing sesuai dengan kebutuhan
pendidikan dasar.

1.
2.
3.
4.

Ada 4 tipe Sekolah Pendidikan Guru:


Tipe A; mempunyai daya tampung maksimal 35 kelompok
@ 40 murid, minimal 1.360 murid.
Tipe A; mempunyai daya tampung maksimal 24 kelompok
@ 40 murid, minimal 910 murid.
Tipe A; mempunyai daya tampung maksimal 12 kelompok
@ 40 murid, minimal 450 murid.
Tipe A; mempunyai daya tampung maksimal 6 kelompok
@ 40 murid, minimal 220 murid.

belajar
belajar
belajar
belajar

Keterangan:
SPG (Sekolah Pendidikan Guru) mempunyai dua jurusan yakni
jurusan guru Sekolah Dasar dan jurusan guru Taman Kanak-kanak.
g. Sekolah Menengah Ekonomi Atas

Tipe-tipe ini ditentukan sebagai berikut.


Tipe

A.
B.
C.

Jumlah murid PerJumlah murid menurut jurusan:


Kelas 40 orang

Tata Usaha

Tata Buku

Tata Niaga

721-840
601-720
481-600

241-280
201-240
161-200

241-280
201-240
161-200

241-280
201-240
161-200

D.
E.

361-480
Kurang dari 360

121-160
Kurang
120

121-160
dariKurang

121-160
dariKurang

120

120

Demikianlah gambaran sekilas mengenai tipe-tipe bebrapa


jenis sekolah di Indonesia dewasa ini.
Tipe sekolah secara implisit menunjukkan besar kecilnya
sekolah yang bersangkutan. Dengan begitu akan mempengaruhi
penyusunan struktur organisasi sekolah karena makin besar jumlah
murid tentu saja semakin beraneka ragam kegiatan yang dapat
dilakukan baik yang bersifat kurikuler maupun kegiatan-kegiatan
penunjang pendidikan.
Sebagai gambaran misalnya dapat ditunjuk kasus sebagai
berikut: sebuah SMP di desa memiliki halaman yang cukup luas baik
yang ada di depan maupun yang ada di belakang gedung sekolah. Di
samping itu karena terjalin hubungan baik dan saling pengertian, pihak
kepala desa tidak keberatan meminjamkan satu petak sawah Kas
Desa kepada SMP tersebut untuk ajang berlangsungnya pendidikan
keterampilan agraris bagi anak-anak sekolah itu, maka logislah apabila
hubungan organisasinya sekolah tersebut mempunyai seksi usaha
halaman dan seksi keterampilan agraris.
Hal ini jelas tidak mungkin direalisasikan pada sekolah lain
yang tidak tersedia fasilitas tanah; tetapi sebaliknya karena suatu hal
sekolah tersebut mungkin tidak mengembangkan seksi UKS seperti
sekolah-sekolah lain di kota.
Demikianlah paling sedikit empat faktor yang perlu
diperhatikan dalam penentuan susunan organisasi sekolah. Ternyata
dalam pengembangannya walaupun sudah ditentukan oleh kurikulum
yang sama, sekolah-sekolah tatap mengalami corak yang berlainan
satu sama lain dalam pengorganisasiannya. Hal ini karena adanya
pengaruh dari beberapa faktor tersebut diatas.

dari

C. Contoh Susunan Organisasi Sekolah

Dari sumber beberapa skripsi para mahasiswa Jurusan Manajemen


Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) yang ditulis atas dasar
survey di lapangan, dibawah ini disajikan contoh-contoh susunan organisasi
sekolah. Contoh yang dimaksudkan disini adalah bukannya untuk ditiru oleh
sekolah-sekolah lain, tetapi sekedar sebagai bahan banding bagi sekolah
lainnya, dan yang terpenting di sini ialah memberikan visualisasi kepada para
pembaca yang sedang mampelajari seluk-beluk manajemen pendidikan di
sekolah.
Oleh karenanya contoh-contoh susunan organisasi sekolah diambilkan
dari beberapa jenis dan tingkat sekolah, meliputi:
1. Susunan organisasi sebuah SD
2. Susunan organisasi sebuah SMP
3. Susunan organisasi sebuah SMA
4. Susunan organisasi sebuah Sekolah Inklusi.

Contoh Struktur Organisasi Sekolah Dasar di Yogyakarta


Penilik SD

Pemda Kelurahan

Kepala SD

Ketua BP3

DEWAN GURU
Dengan tugas-tugas meliputi:
1. Seksi Kesenian

5.

Seksi

Perpustakaan
2. Seksi PKK
3. Seksi Pertanian
4. Seksi Olahraga

6. Seksi UKS
7. Seksi Pramuka
8. Seksi Keagamaan

Keterangan:

Murid

= Garis Komando
= Garis Konsultasi
Contoh Struktur Organisasi Sekolah Sebuah SMP
Kabid PMU

Kepala Sekolah
Wakil Kep. Sek.

Kasi Pengajaran

Kasi GC

Kasi

Ketua BP3

Kasi Perpustakaan

Kasi Ekstra Kurikuler

SISWA
Contoh Struktur Organisasi Sekolah Sebuah SMU di Yogyakarta

Kepala Sekolah
Wakil Kep. Sek.

BP3
Keterangan:

Bagian
Pengajara
n

Bagian
Kesiswaan

Bagian
Perpustakaa
n

= Garis Komando
Bagian
Bagian
= Garis Konsultasi
Keuanga
Kesejahteraa
n

Wali Kelas

Kelas

Catatan:
Berdasar Kurikulum Tahun 1984, susunan organisasi SMA sudah ditentukan
sebagaiman tercantum dalam buku Petunjuk Pelaksanaan dan Pengelolaan
Kurikulum, adalah sebagai berikut.

Kepala Sekolah

Kepala Tata Usaha

WAKASEK
UR.
KESISWAA

WAKASEK
UR.
KURIKULU

WAKASEK
UR.
SARANAAPRASARANA

KOORDINATOR
BP

GURU-GURU

SISWA

Struktur Organisasi SMU Secara Operasional


Kepala Sekolah

BP3/POMG

WAKASEK

Tata Usaha

WAKASEK
UR.
KERJASAMA
DENGAN
MASYARAKAT

Urusan

Urusan

Sarana

Urusan

Urusan

Kurikulum Pembinaan

Prasarana

Siswa

Hubungan
Kerja sama
Masyarakat

Wali

Guru Mata

Guru

Tenaga

Kelas

Pelajaran

Pembimbing

Kependidikan
Lainnya

Koordina
tor Guru
Mata
Pelajaran
(MGMP)
PPKn

Koordinat
or Guru
Mata
Pelajaran
(MGMP)
.

Koordinat
or Guru
Mata
Pelajaran
(MGMP)
..

Koordina
tor Guru
Mata
Pelajaran
(MGMP)
..

SISWA
(Sumber: Depdikbud,1994:6)

Struktur Organisasi Sekolah Inklusi

Agar semua komponen di atas dapat dilaksanakan sebaik mungkin, struktur


organisasi Sekolah Inklusi dapat dibuat seperti alternatif di bawah ini.
Alternatif 1: Terutama untuk Sekolah besar, yang memiliki lebih dari 12 rombongan
belajar.

Alternatif 2: Terutama untuk Sekolah cukup besar, yang memiliki lebih dari 6
rombongan belajar

Catatan:
Kes-Ling = Kesiswaan dan Lingkungan
Akademik = Kurikulum, Sarana-Prasarana, dan Kegiatan belajr Mengajar

Alternatif 3: Terutama untuk Sekolah kecil, yang memiliki tidak lebih dari 6
rombongan belajar.

Pembinaan Sekolah Inklusi


1. Alternatif 1
Sekolah reguler (SD) yang ditunjuk sebagai sekolah inklusi bila belum
memiliki Guru Pembimbing Khusus (Guru Tetap), berlokasi tidak lebih dari 5 km
dari SDLB/SLB Basis. Dengan demikian, Guru SDLB/SLB yang diberi tugas
sebagai Guru Pembimbing Khusus di Sekolah Inklusi (mungkin beberapa sekolah)
merasa tidak terlalu jauh, sehingga dapat melaksanakan tugasnya lebih efektif.
Secara organisatoris, pola pembinaan sekolah inklusi ini sama dengan
sekolah reguler (SD), yang secara diagramatis seperti di bawah ini.

2. Alternatif 2
Sekolah reguler (SD) yang ditunjuk sebagai sekolah inklusi memiliki Guru
Pembimbing Khusus (Guru Tetap) yang berlatar belakang pendidikan luar biasa
atau berlatar belakang pendidikan umum tetapi sudah mendapatkan pelatihan yang
memadai tentang ke-PLB-an, sehingga factor jarak dengan lokasi SDLB/SLB tidak
menjadi pertimbangan, karena Sekolah ini sudah dapat mandiri. Sekolah Dasar ini
disebut SD Inklusi Basis (memiliki Guru Pembimbing Khusus Tetap).
Secara organisatoris, pola pembinaan sekolah inklusi ini sama dengan
sekolah reguler (SD), yang secara diagramatis seperti di bawah ini.

D. Pembagian Tugas Pimpinan Sekolah


1. Kepala Sekolah
Kepala Sekolah berfungsi dan bertugas sebagai manajer, administrator,
educator, dan supervisor.

a.Kepala Sekolah adalah penanggung jawab pelaksanaan pendidikan sekolah,


termasuk di dalamnya adalah penanggung jawab pelaksanaan administrasi
sekolah.
b.

Kepala Sekolah mempunyai tugas merencanakan, mengorganisasikan,


mengawasi, dan mengevaluasi seluruh proses pendidikan di sekolah, meliputi
aspek edukatif dan administratif, yaitu pengaturan:
1) administrasi kesiswaan
2) administrasi kurikulum
3) administrasi ketenagaan
4) administrasi sarana-prasarana
5) administrasi keuangan
6) administrasi hubungan dengan masyarakat
7) administrasi kegiatan belajar-mengajar.

c.Agar tugas dan fungsi Kepala Sekolah berjalan baik dan dapat mencapai
sasaran perlu adanya jadwal kerja Kepala Sekolah yang mencakup:
1) kegiatan harian
2) kegiatan mingguan
3) kegiatan bulanan
4) kegiatan semesteran
5) kegiatan akhir tahun pelajaran, dan
6) kegiatan awal tahun pelajaran.
2. Tata Usaha
Kepala Tata Usaha adalah penanggung jawab pelayanan pendidikan di
sekolah. Ruang lingkup tugasnya adalah membantu Kepala Sekolah dalam
menangani pengaturan:
a. administrasi kesiswaan
b. administrasi kurikulum
c. administrasi ketenagaan

d. administrasi sarana-prasarana
e. administrasi keuangan
f. administrasi hubungan dengan masyarakat
g. administrasi kegiatan belajar-mengajar.
3. Wakil Kepala Sekolah
Tugas Wakil Kepala Sekolah adalah membantu tugas Kepala Sekolah
dan dalam hal tertentu mewakili Kepala Sekolah baik ke dalam maupun keluar,
bila Kepala Sekolah berhalangan. Sesuai dengan banyaknya cakupan tugas, 7
(tujuh) urusan yang perlu penanganan terarah di sekolah, yaitu:
a. Urusan Kesiswaan, Ruang lingkupnya mencakup:

1) Pengarahan dan pengendalian siswa dalam rangka menegakkan disiplin dan


tata tertib sekolah;
2) Pembinaan dan pelaksanaan koordinasi keamanan, kebersihan, ketertiban,
keindahan, kekeluargaan, dan kerindangan (6K);
3) Pengabdian masyarakat.
b. Urusan Kurikulum, Ruang lingkupnya meliputi pengurusan kegiatan belajar-

mengajar, baik kurikuler, ekstra kurikuler, maupun kegiatan pengembangan


kemampuan guru melalui Kelompok Kerja Guru (KKG) atau pendidikan dan
pelatihan (diklat), serta pelaksanaan penilaian kegiatan sekolah.
c. Urusan Ketenagaan, Ruang lingkupnya mencakup merencanakan (planning),

mengorganisasikan
(organizing),
mengarahkan
(directing),
mengkoordinasikan
(coordinating),
mengawasi
(controlling),
dan
mengevaluasi (evaluation), hal-hal yang berkaitan dengan ketenagaan.
d. Urusan sarana-prasarana, Ruang lingkupnya mencakup merencanakan

(planning), mengorganisasikan (organizing), mengarahkan (directing),


mengkoordinasikan
(coordinating),
mengawasi
(controlling),
dan
mengevaluasi (evaluation), hal-hal yang berkaitan sarana-prasarana sekolah.

e. Urusan Keuangan, Ruang lingkupnya mencakup merencanakan (planning),

mengorganisasikan
(organizing),
mengarahkan
(directing),
mengkoordinasikan
(coordinating),
mengawasi
(controlling),
dan
mengevaluasi
(evaluation),
hal-hal
yang
berkaitan
dengan
keuangan/pendanaan sekolah.
f.

Urusan Hubungan dengan Masyarakat (Humas), ruang lingkupnya


mencakup:
1) Memberikan penjelasan tentang kebijaksanaan sekolah, situasi, dan
perkembangan sekolah sesuai dengan pendelegasian Kepala Sekolah;
2) Menampung saran-saran dan pendapat masyarakat untuk memajukan
sekolah;
3) Membantu mewujudkan kerjasama dengan lembaga-lembaga yang
berhubungan dengan usaha dan kegiatan pengabdian masyarakat.

g. Urusan

Kegiatan Belajar Mengajar, Ruang lingkupnya mencakup


mengorganisasikan
(organizing),
mengarahkan
(directing),
mengkoordinasikan
(coordinating),
mengawasi
(controlling),
dan
mengevaluasi (evaluation), hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan belajarmengajar yang dilaksanakan oleh guru.

BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Organisasi secara umum dapat diartikan memberi struktur atau susunan yakni
dalam penyusunan/penempatan orang-orang dalam suatu kelompok kerja sama,
dengan maksud menempatkan hubungan antar orang-orang dalam kewajibankewajiban, hak-hak dan tanggung jawab masing-masing. Penentuan struktur,
hubungan tugas dan tanggung jawab masing-masing. Penentuan struktur, hubungan
tugas dan tanggung jawab itu dimaksudkan agar tersusun suatu pola kegiatan untuk
menuju kearah tercapainya tujuan bersama.
Faktor-faktor yang Perlu Dipertimbangkan dalam Menyusun Organisasi
Sekolah adalah Tingkat Sekolah, Jenis Sekolah, Besar Kecilnya Sekolah, Letak dan
Lingkungan Sekolah.
Organisasi sekolah dilihat dari tingkatannya atau jenjang sekolah terdapat:
tingkat prasekolah dan Taman Kanak-kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), Sekolah
Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), Sekolah Menengah Umum (SMU) dan Sekolah

Menengah Kejuruan (SMK) serta Perguruan Tinggi. Ditinjau dari jenis sekolah,
dibedakan atas sekolah umum dan sekolah kejuruan, sedangkan ditinjau dari
penyelenggara pendidikan, terdapat sekolah negeri dan sekolah swasta.
Faktor-faktor yang Perlu Dipertimbangkan dalam Menyusun Organisasi
Sekolah adalah Tingkat Sekolah, Jenis Sekolah, Besar Kecilnya Sekolah, Letak dan
Lingkungan Sekolah.

DAFTAR PUSTAKA
Subroto, B Suryo. 2004. Manajemen Pendidikan Di Sekolah. Rineka Cipta: Jakarta.
Sukirman, Hartati, dkk. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Jurusan Administrasi
Pendidikan FIP-UNY. ( Tanpa Tahun).
http://www.ditplb.or.id/profile.php?id=54

Anda mungkin juga menyukai