Anda di halaman 1dari 6

LANDASAN PENDIDIKAN

A. TUJUAN
Setelah mengikuti perkuliahan, peserta program akta mengajar IV
diharapkan memahami pengertian landasan pendidikan, berbagai jenis
landasan pendidikan dan fungsi landasan pendidikan dalam rangka
praktek pendidikan dan atau studi pendidikan.

B. DESKRIPSI MATERI
1. Pengertian Landasan Pendidikan
Secara leksikal, landasan berarti tumpuan, dasar atau alas, karena
itu landasan merupakan tempat bertumpu atau titik tolak atau dasar
pijakan. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
landasan pendidikan adalah asumsi-asumsi yang menjadi dasar
pijakan atau titik tolak dalam rangka praktek pendidikan dan atau
studi pendidikan.
Praktek pendidikan adalah kegiatan seseorang atau sekelompok
orang atau lembaga dalam membantu individu atau sekelompok
orang untuk mencapai tujuan pedidikan. Kegiatan bantuan dalam
praktek pendidikan dapat berupa pengelolaan pendidikan (makro
maupun mikro), dan dapat berupa kegiatan pendidikan (bimbingan,
pengajaran dan atau latihan).
Studi pendidikan adalah kegiatan seseorang atau sekelompok orang
dalam rangka memahami pendidikan.

2. Jenis-jenis Landasan Pendidikan


Ada berbagai jenis landasan pendidikan, berdasarkan sumber
perolehannya kita dapat mengidentifikasi jenis landasan pendidikan
menjadi:
a. Landasan religius pendidikan, yaitu asumsi-asumsi yang
bersumber dari religi atau agama yang menjadi titik tolak dalam
rangka praktek pendidikan dan atau studi pendidikan.
b. Landasan filosofis pendidikan, yaitu asumsi-asumsi yang
bersumber dari filsafat yang menjadi titik tolak dalam rangka
praktek pendidikan dan atau studi pendidikan.
c. Landasan ilmiah pendidikan, yaitu asumsi-asumsi yang
bersumber dari berbagai cabang atau disiplin ilmu yang menjadi
titik tolak dalam rangka praktek pendidikan dan atau studi
pendidikan. Tergolong ke dalam landasan ilmiah pendidikan
antara lain: landasan psikologis pendidikan, landasan sosiologis
pendidikan, landasan antropologis pendidikan, landasan historis
pendidikan, dsb. Landasan ilmiah pendidikan dikenal pula
1

sebagai landasan empiris pendidikan atau landasan faktual


pendidikan.
d. Landasan yuridis atau hukum pendidikan, yaitu asumsi-asumsi
yang bersumber dari peraturan perundang-undangan yang
berlaku yang menjadi titik tolak dalam rangka praktek pendidikan
dan atau studi pendidikan.
3. Fungsi Landasan Pendidikan
Misi utama mata kuliah landasan-landasan pendidikan dalam
pendidikan tenaga kependidikan tidak tertuju kepada pengembangan
aspek keterampilan khusus mengenai pendidikan sesuai spesialisasi
jurusan atau program pendidikan, melainkan tertuju kepada
pengembangan wawasan kependidikan, yaitu berkenaan dengan
berbagai asumsi yang bersifat umum tentang pendidikan yang harus
dipilih dan diadopsi oleh tenaga kependidikan sehingga menjadi cara
pandang dan bersikap dalam rangka melaksanakan tugasnya.
Berbagai asumsi pendidikan yang telah dipilih dan diadopsi oleh
seseorang tenaga kependidikan akan berfungsi memberikan dasar
rujukan konseptual dalam rangka praktek pendidikan dan atau studi
pendidikan yang dilaksanakannya. Dengan kata lain, fungsi landasan
pendidikan adalah sebagai dasar pijakan atau titik tolak praktek
pendidikan dan atau studi pendidikan.
Landasan deskriptif pendidikanadalah asumsi-asumsi tentang
kehidupan manusia sebagai sasaran pendidikan apa adanya (Dasein) yang
dijadikan titik tolak dalam rangka penddkan. Landasan deskriptif penddkan
umumnya bersumber dari hasil riset ilmah dalam berbagai displin ilmu,
sebab itu landasan deskriptif pendidikan disebut juga landasan ilmiah
pendidikan atau landasan faktual pendidikan. Landasan deskriptif
pendidikan antara lain melput: landasan psikologis pendidikan, landasan
biologis pendidikan, landasan sosiologis pendidikan, landasan antropologis
pendidikan, dsb

Landasan preskriptif pendidikanadalah asumsi-asumsi tentang


kehidupan manusia yang deal , diharapkan , dcta-ctakan (Das Sollen) yang
disarankan menjadi titik tolak studi pendidikan dan atau praktek pendidikan.
Landasan preskriptif pendidikan antara lain meliputi: landasan filosofis
pendidikan, landasan religius pendidikan, dan landasan yuridis pendidikan.

Humanisasi pendidikan adalah proses pendidikan yang ditujukan untuk pengembangan potensi-
potensi peserta didik sebagai manusia seutuhnya, yang dilakukan secara manusiawi
(memanusiakan rnanusia), sehingga peserta didik dapat berkembang baik menuju kearah
kesempurnaan.

5. Pendidikan sebagai Humanisasi


2

Sebagaimana dinyatakan Karl Jaspers, bahwa “to be a man is to


become a man”, sedangkan untuk menjadi manusia, manusia perlu
didik dan mendidik diri, implikasinya maka pendidikan harus befungsi
memanusiakan manusia. Pendidikan adalah humanisasi. Sebagai
Humanisasi, pendidikan hendaknya dilaksanakan untuk membantu
perealisasian/pengembangan berbagai potensi manusia, yaitu
potensi untuk mampu: beriman dan bertaqwa tehadap Tuhan YME,
berbuat baik, hidup sehat, potensi cipta, rasa, karsa dan karya.
Semua itu harus dikembangkan secara menyeluruh dan terintegrasi
dalam konteks kehidupan keberagamaan, moralitas, individualitas,
sosialitas dan kultural. Dalam hal ini, pendidikan hendaknya
dilaksanakan sepanjang hayat. Selain itu, materi dan cara-cara
pelaksanaan pendidikan perlu dipilih atas dasar asumsi tentang
hakikat manusia dan tujuan pendidikan yang diturunkan daripadanya.
Filsafat Pendidikan Idealisme

Ornstein (2011:170) menyatakan bahwa idealisme merupakan suatu


aliran ilmu filsafat yang mengagungkan jiwa. Idealisme memandang realitas
sebagai hal yang ada dalam kehidupan alam bukanlah suatu kebenaran
yang hakiki, melainkan hanya sebatas gambaran dari ide-ide yang ada
didalam jiwa manusia. Idealisme merupakan aliran filsafat yang
berpendapat bahwa objek pengetahuan yang sebenarnya adalah ide (idea)
bahwa ide-ide ada sebelum keberadaan sesuatu yang lain, bahwa ide-ide
merupakan dasar dari keadaan sesuatu. Idealisme mengatakan bahwa
realitas terdiri dari ide-ide, pikiran-pikiran, akal atau jiwa dan bukan benda
material dan kekuatan. Idealisme juga mengatakan bahwa akal itulah yang
riil.

b. Filsafat Pendidikan Realisme


Realisme adalah aliran filsafat yang memandang bahwa dunia materi diluar
kesadaran ada sebagai suatu yang nyata dan penting untuk dikenal dengan
mempergunakan kemampuan intelektual yang dimiliki manusia.Menurut
realisme hakikat kebenaran itu barada pada kenyataan alam ini, bukan
pada ide atau jiwa.
Dalam arti filsafat yang sempit, realisme berarti anggapan bahwa
obyek indra kita adalah real, benda-benda ada, adanya itu terlepas dari
kenyataan bahwa benda itu kita ketahui, atau kita persepsikan atau ada
hubungannya dengan pikiran kita.
3

c. Filsafat Pendidikan Pragmatisme

Pada dasarnya, pragmatisme merupakan suatu sikap hidup, suatu


metode dan suatu filsafat yang digunakan dalam mempertimbangkan nilai
sesuatu ide dan kebenaran sesuatu keyakinan secara praktis. Esensi diri
pragmatisme ini terletak pada metodenya yang sangat empiris dimana
sangat menekankan pada metode dan sikap lebih dari suatu doktrin filsafat
yang sistematis dan menggunakan metode ilmu pengetahuan modern
sebagai dasar dari suatu filsafat.

d. Filsafat Pendidikan Eksistensialisme


Pendidikan menurut pandangan eksistensialisme diarahkan untuk
mendorong setiap individu agar mampu mengembangkan semua
potensinya untuk pemenuhan diri. Pendidikan eksistensialis berusaha
meberikan bekal pengalaman yang luas dan komprehensif dalam semua
bentuk kehidupan.
e. Filsafat Pendidikan Progresivisme
Teori pendidikan progresivisme secara umum dipengaruhi filsafat
pragmatisme, khususnya pemikiran yang dilahirkan John Deway. Itulah ciri
khas teori pendidikan ini. Ia tidak pernah menjadi sistem pemikiran yang
sistematis dan konsisten, tetapi lebih banyak terpusat pada eksperimentasi
yang berdasarkan investigasi ilmiah sains modern. Hal ini sangat identik
dengan pemikiran filsafat Dewey yang memandang betapa pengalaman
selalu menjadi hal pokok dan utama.
f. Filsafat Pendidikan Esensialisme

Pada aliran esensialisme sangat terlihat pijakan mereka pada


pendidikan yang penuh fleksibilitas, terbuka pada perubahan, toleren dan
tidak ada terkait dengan doktrin terntentu. Esensialisme memandang
bahwa pendidikan harus berpijak pada nilai-nilai yang memiliki kejelasan
dan tahan lama yang memberikan kestabilan dan nilai-nilai terpilih yang
mempunyai tata yang jelas.
4

Menurut penganut esensialisme, tugas pendidikan tidak lain adalah


mengajarkan pengatuhuan dasar dan keterampilan-keterampilan dasar
yang berkaitan dengan pemerolehan materi dalam hidup. Dalam
prakteknya, para esensialisme cenderung menekankan sesuatu yang
dikenal 3R ; mulai reaading, writing, dan arithematic (membaca, menulis
dan berhitung). Tiga hal ini dipandang sebagai pengetahuan dasar yang
begitu ditekankan dalam esensialisme.

g. Filsafat Pendidikan Perenilisme

Menurut pandangan perenialisme tujuan pendidikan adalah membantu


peserta didik menyiapkan dan menginternalisasikan nilai-nilai kebenaran
yang abadi agar mencapai kebijakan dan kebaikan dalam hidup. Sekolah
pada dasarnya adalah sebuah tatanan artifisial, yaitu tempat intelek-intelek
yang belum matang berkenalan dengan capaian-capain terbesar manusia.
Metode pendidikan yang digunakan oleh perenialis adalah membaca
dan mendiskusikan karya-karya yang tertuan dalam the Great book dalam
rangka mendisiplinkan pikiran. Peranan guru bukan sebagai perantara
anatar duni dan jiwa anak, melainkan guru juga sebagai murid yang
mengalami proses belajar sementara mengajar.
h. Filsafat Pendidikan Rekonstruksionisme
Rekonstruksionisme berasal dari kata reconstruct yang berarti
menyusun kembali. Dalam konteks filsafat pendidikan aliran
rekonstruksionisme adalah aliran yang berusaha merombak tata susunan
lama dan membangun tat susunan hidup kebudayaan yang bercorak
modern.
Pada prinsipnya rekonstruksionisme sepaham dengan aliran
perenialisme, khususnya keprihatinan mereka pada kehidupan manusia
modern. Kedua aliran tersebut memandang jika kehidupan manusia
modern adalah zaman ketika manusia hidup dalam kebudayaan yang
tergangu, sakit, penuh kebingunagn , serta kesimpangsiuran proses.
Menurut pandangan rekonstruksionalisme pendidikan perlu merombak
tata susunan lama dana menyusun tata kehidupan yang baru, untuk
5

mencapai tujuan utama tersebut memerlukan kerja sama antar umat


manusia.

i. Filsafat Pendidikan Behaviorisme


Behaviorisme atau aliran perilaku adalah filosofis dalam psikologi yang
berdasarkan pada proposisi bahwa semua dilakukan organisme, termasuk
tindakan, pikiran, perasaan, dapat dan harus dianggap sebagai perilaku.
Tujuan pendidikan menurut teori bahavioristik ditekankan pada
penambahan pengetahuan, sedangkan belajar sebagai aktivitas mimetic,
yang menuntut pemelajar untuk mengungkapkan kemabli pengetahuan
yang sudah dipelajari dalam bentuk laporan, kuis, atau tes. Penyajian isi
atau materi pelajaran menekankan pada keterampilan yang terisolasi atau
akumalasi fakta mengikuti urutan dari bagian ke keseluruhan.
A. PENGERTIAN LANDASAN PSIKOLOGIS PENDIDIKAN
Psikologi berasal dari kata Yunani “psyche” yang artinya jiwa. Logos
berarti ilmu pengetahuan. Jadi secara etimologi psikologi berarti : “ilmu yang
mempelajari tentang jiwa, baik mengenai gejalanya, prosesnya maupun
latar belakangnya”. Namun pengertian antara ilmu jiwa dan psikologi
sebenarnya berbeda atau tidak sama (menurut Gerungan dalam Khodijah :
2006) karena Ilmu jiwa adalah ilmu jiwa secara luas termasuk khalayan dan
spekulasi tentang jiwa itu. Ilmu psikologi adalah ilmu pengetahuan
mengenai jiwa yang diperoleh secara sistematis dengan metode-metode
ilmiah.
Landasan psikologis pendidikan adalah suatu landasan dalam
proses pendidikan yang membahas berbagai informasi tentang kehidupan
manusia pada umumnya serta gejala-gejala yang berkaitan dengan aspek
pribadi manusia pada setiap tahapan usia perkembangan tertentu untuk
mengenali dan menyikapi manusia sesuai dengan tahapan usia
perkembangannya yang bertujuan untuk memudahkan proses pendidikan.
Kajian psikologi yang erat hubungannya dengan pendidikan adalah yang
berkaitan dengan kecerdasan, berpikir, dan belajar (Tirtarahardja, 2005:
106).

Anda mungkin juga menyukai