Anda di halaman 1dari 22

GURU PROFESIONAL BERKARAKTER

TRAINER

Makalah dikerjakan guna memenuhi tugas yang diberikan Dosen Pembimbing


“Etika Profesi Keguruan” supaya mahasiswa belajar mandiri, terampil
menggunakan media internet, laptop, LCD, sehingga di masa mendatang mereka
mampu merealisasikannya di masyarakat.

Dosen Pembimbing:
Kartika Wanojaelani, S. Pd.I, M. Ag.

Disusun oleh:
Arum Tresna Susanti (PIAUD Semester 4)
NIM. 192200084

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM SUFYAN TSAURI ( STAIS )


JL.KH.SufyanTsauriTelp. (0280)623562 Majenang 53257
Tahun 2020/2021

i
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrohiim,

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah ini disusun untuk melengkapi
tugas mata kuliah “Etika Profesi Keguruan” yang membahas tentang “Guru
Profesional Berkarakter Trainer”.
Terimakasih pula kami ucapkan kepada Ibu Dosen Kartika Wanojaelani,
S. Pd.I, M. yang telah memberikan kepercayaan kepada penyusun dalam
menyelesaikan tugas makalah Etika Profesi Keguruan ini.
Dalam penyusunan makalah ini penulis menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat penulis
harapkan demi kesempurnaan makalah ini pada akhirnya.

Akhir kata, penulis berharap semoga laporan ini dapat memberikan


manfaat yang sebesar-besarnya bagi penulis khususnya dan bagi pembaca
umumnya. Amin.

Cilacap, 26 Maret 2021

Penyususn

Arum Tresna Susanti

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN .....................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................1
C. Tujuan...........................................................................................................1
BAB 2 PEMBAHASAN.........................................................................................2
A. GURU FROFESIONAL BERKARAKTER TRAINER.............................2
a. Jadi guru yang baik atau tidak sama sekali.............2
b. Jalin pertemanan dikelas : rindu dan cinta (jurus kesatu).. . . . . . 3
c. Jadilah Guru Yang Gaul : Hidup Di Saat Ini (jurus kedua).. . . . . 4
d. Perlunya Berfikir Positive (jurus ketiga)..............5
e. Membangkitkan Minat Belajar Siswa (jurus keempat).... . . . . 6
f. Kehebatan Otak (jurus kelima)..................7
g. Lain Siswa Lain Pula Gaya Belajarnya ( jurus keenam)........8
h. Senjatai Siswa Dengan Keterampilan Belajar (jurus ketujuh).....11
i. Yakinkan Bahwa Mereka “Bisa” (jurus kedelapan).........14
j. Menata Kelas Yang Ramah Otak: Membangun Peradaban Dari Sudut
Kelas (jurus kesembilan).....................15
BAB 3 PENUTUP.................................................................................................18
A. Kesimpulan.................................................................................................18
B. Saran.............................18
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................19

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Guru profesional memang banyak di tanah air ini, tetapi guru
profesional berkarakter trainer jarang dimiliki oleh kebanyakan guru.
Guru profesional hanya sebatas dia sudah dapat dihargai oleh orang lain
karena memang pengalaman dan pengetahuannya yang baik di kala
mengajar. Akan tetapi, guru yang memiliki karakter trainer ini adalah
guru yang sangat luar biasa. Guru profesional berkarakter trainer dapat
mengubah proses belajar menjadi sebuah pesta yang menyenangkan. Dia
dapat mengubah cara berpikir sescorang dalam waktu yang singkat.
Kehadirannya sangat dinantikan banyak orang, terutama siswa-siswanya
yang merindukannya.

B. Rumusan Masalah
Bagaimana cara menjadi guru berkarakter Trainer, dan apa saja
langkah-langkah menjadi guru professional dan dapat menciptakan
suasana kelas yang menyenangkan ?

C. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk menjelaskan dan
memaparkantentang Guru Profesional Berkarakter Trainer
BAB 2
PEMBAHASAN

A. GURU FROFESIONAL BERKARAKTER TRAINER


a. Jadi guru yang baik atau tidak sama sekali
Untuk meningkatkan kualitas guru harus dilakukan melalui
faktor internal dan eksternal Faktor eksternal, guru harus banyak diberi
pendidikan dan pelatihan berbagai keterampilan mengajar(metode
pembelajaran) dari para penyelenggara pendidikan baik pemerintah
maupun swasta yang konsen pada perbaikan di dunia pendidikan.
Meminjam kuadralitas Robert T. Kiyosaki, guru dibagi menjadi 4
kuadran berdasarkan mentalitas kerjanya. Kuadran Guru Pekerja, Guru
Profesional, Guru Pemilik, Guru Perancang.
Guru Pekerja. Guru ini berada di posisi yang paling rendah karena
mentalitasnya masih sekadar tuntutan kerja.
Guru Profesional. Guru Profesional adalah guru yang telah
memiliki keterampilan dalam mengajar dengan baik sehingga guru ini
dihargai oleh banyak orang.
Guru profesional hanya sebatas dia sudah dapat dihargai oleh orang
lain karena memang pengalaman dan pengetahuannya yang baik di kala
mengajar. Akan tetapi, guru yang memiliki karakter trainer ini adalah
guru yang sangat luar biasa. Guru profesional berkarakter trainer dapat
mengubah proses belajar menjadi sebuah pesta yang menyenangkan.
Revolusi pembelajaran mutlak perlu dilakukan, karena
pembelajaran dewasa ini terlalu banyak mengandalkan pada
kemampuan mendengar anak dalam menangkap materi pembelajaran,
sehingga hasil belajar yang dicapai tidak maksimal. Padahal manusia
adalah makhluk unik, ia bisa belajar melalui pendengaran, penglihatan,
pengecapan, sentuhan, penciuman, khayalan, intuisi, dan perasaan.

2
Semua kemampuan itu harus diberdayakan agar terlatih se- kaligus
pembelajaran menjadi lebih efektif.
b. Jalin pertemanan dikelas : rindu dan cinta (jurus kesatu).
Berikan kerinduan kepada siswa kita agar mereka membalasnya
dengan kasih sayang yang mendalam, dan cintailah mereka dengan
penuh ketulusan agar mereka membalasnya dengan prestasi dan
kesusksesan.
Tidak cukup hanya sekadar membaca buku kalau tidak ada sikap
nyata. Guru harus senantiasa melakukan eksperimen atau penelitian
bagaimana mengajar yang baik agar apa yang disampaikannya dapat
terserap oleh siswa.
 Menata Panggung Belajar: Buatlah Siswa Tersenyum.
Proses awal dalam mengajar di kelas sangat ditentukan oleh
bagaimana seorang guru mem buka pembelajarannya dengan
baik. Bukalah awal pembelajaran dengan mengondisikan siswa
dalam keadaan siap menerima pelajaran atau kondisi alfa,
kondisi di mana siswa merasa nyaman serta diakui
keberadaannya di kelas.
Guru harus menyadari bahwa siswa kita pada saat datang ke
sekolah pasti membawa sejumlah masalah. Untuk itu, tugas guru
adalah bagaimana mengondisikan siswa sedemikian rupa agar
mereka siap menerima pelajaran. Satukan jiwa dan raganya di
kelas, karena kita harus meyakini bahwa meski wujud raga siswa
ada di kelas, belum tentu pikirannya ada di kelas juga. Bisa jadi
raganya ada di kelas, sedangkan jiwa atau pikirannya ada di luar
kelas. Satukan jiwa dan raganya agar mereka siap untuk belajar.
Ada beberapa strategi bagaimana mengondisikan siswa
dalam keadaan alfa zone, kondisi siap menerima pelajaran:
1. Menyapa dengan tulus.
2. Menyampaikan penemuan-penemuan baru.
3. Memberikan sugesti positif.

3
 Jalin Keakraban dengan Cinta.
Membangun pola hubungan yang baik dengan siswa akan
membawa kebaikan yang banyak. Hubungan ini akan mampu
menghilangkan dinding pembatas antara pendidik dan siswanya.
Hal ini pun akan semakin mendekatkan perbedaan yang ada di
antara pendidik dan anak didik. Akibatnya, siswa tidak akan
merasakan adanya ganjalan dan kesukaran untuk meminta saran
maupun sumbang pendapat ketika mereka dihadapkan pada
berbagai permasalahan.
Tentu saja, hal ini akan jauh lebih baik daripada mereka
mencari pelarian kepada teman-temanya yang sudah tentu
belum memiliki tingkat kebijaksanaan dan amanah.
 Ciptakan Rapport: Guru dan Siswa adalah Mitra Belajar.
Guru profesional harus menanmkan pada dirinya bahwa kita
sebagai guru dan siswa adalah mitra belajar. Ciptakan rapport
sesering mungkin agar apa yang disampaikan kita sebagai guru
dapat masuk meresap dan mudah dipahami siswa.

c. Jadilah Guru Yang Gaul : Hidup Di Saat Ini (jurus kedua).


Selain kesediaan kita menjadi guru "Gaul" dalam pengertian yang
sebenarnya, guru berlabel "Gaul" pun memiliki makna tersendiri.
Dalam hal ini, penulis mendefinisikan guru "Gaul" dengan
akronim: Gali Potensi, Akui-Atraktif, Usaha, dan Luwes. Guru "Gaul"
berarti guru yang selalu mengGali informasi pengetahuan untuk
mengembangkan potensi yang dimiliki siswa. Ia mengAkui dan
memberi apresiasi yang luar biasa bagi setiap prestasi siswa, selalu
berUsaha untuk mencerdaskan siswanya dengan cara apa pun,
memberikan pemahaman dengan berbagai cara agar apa yang
disampaikan dapat bermanfaat bagi kehidupan nyata siswa dan luwes
bergaul bersama siswa sebagai orangtua kedua baginya di sekolah.
 Menjadi Guru Pembelajar.

4
Guru harus banyak mengakses ilmu apa pun agar
pengetahuannya dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh siswa.
Apalagi dalam era globalisasi, guru memiliki peran strategis
dalam persoalan intelektual dan moralitas. Guru harus
memosisikan diri sebagai sosok pembaharu.
Dalam menghadapi tantangan global, guru berperan juga
sebagai agent of change dalam pembaharuan pendidikan.
Gagasan mengenai pendidikan dalam perspektif global dengan
sendirinya membutuhkan upaya yang sungguh-sungguh dalam
menata kembali keahlian profesional guru.
 Tantangan guru.
Ada beberapa alasan mengapa guru harus me nyadari
bahwa zaman ini adalah zaman yang terus berubah dan penuh
tantangan bagi siswa kita. Pertama, dunia berubah dengan laju
semakin kencang. Kedua, kehidupan, masyarakat, dan
perekonomian menjadi masalah kompleks. Ketiga, masa lalu
semakin tidak dapat dijadikan pedoman bagi masa depan.
Keempat, hari ini merupakan zaman yang penuh ketidakpastian.

d. Perlunya Berfikir Positive (jurus ketiga).


Guru hendaknya memiliki kemampuan berpikir positif setiap saat,
baik terhadap dirinya, para siswa, situasi, maupun lingkungannya.
Dengan berpikir positif diharapkan guru dapat melahirkan perilaku
pembelajaran yang positif. Pikiran positif akan menciptakan emosi
yang positif sehingga secara otomatis proses pertemuan guru dan
siswa akan sangat menyenangkan.
 Kekuatan Keyakinan: Semua Siswa Cerdas.
Kecerdasan siswa kita tergantung pada seberapa yakin kita
akan kecerdasan mereka. Kalau kita masih menganggap mereka
tidak bisa melakukan apa apa, maka mereka akan serupa dengan
apa yang kita pikirkan. Keyakinan akan kecerdasan dan

5
kesuksesan siswa merupakan kekuatan yang harus terus dilatih
dan dikembangkan oleh setiap guru. What you thing, you real,
apa yang kamu pikirkan itulah yang akan terjadi. Apa pun yang
akan terjadi di hadapan kita, semuanya merupakan buah dari
keyakinan pikiran kita. Mari kita yakini, bahwa tidak ada siswa
kita yang bodoh dan nakal, semuanya cerdas.
 Fakta Siswa Cerdas.
Menurut Howard Gardner, ada sembilan aspek kecerdasan
manusia, yaitu:
1) Kecerdasan Gambar (Spatial-Visual Intelligence)
2) Kecerdasan Mudah Bergaul (Interpersonal Intelligence)
3) Kecerdasan Kinestetik atau Fisik (Bodily-Kinesthetic
Intelligence).
4) Kecerdasan Bahasa (Verbal-Linguistic Intelligence)
5) Kecerdasan Mengenal Diri Sendiri (Intrapersonal
Intelligence)
6) Kecerdasan Musik (Musical Intelligence)
7) Kecerdasan Mempelajari Alam (Naturalist Intelligence).
8) Kecerdasan Logika-Matematika (Mathematical Logical
Intelligence)
 Menjaga Aib Akademis Siswa.
Jagalah aibsiswa jangan sampai kita bongkar di depan teman-
temannya karena akan berakibat fatal terhadap perkembangan
belajarnya. Jangan merendahkan dan mengumumkan nilai terjelek
seorang siswa di kelas dengan harapan siswa tersebut dapat
berubah.
Cara seperti ini tidaklah salah, namun dapat mengakibatkan
penurunan mentalitas siswa, sehingga kepercayaan dirinya akan
goyah. Akibatnya, siswa tersebut akan mencap dirinya orang yang
paling terkucil dan terbodoh di kelasnya.

6
e. Membangkitkan Minat Belajar Siswa (jurus keempat).
Seseorang dapat termotivasi dengan baik jika ada manfaat yang
banayak dari aktivitas yang dilakukannya. Sebaliknya kalau sama sekali
tidak ada manfaat dari apa yang dilakukannya, maka ia akan
melakukanyya dngan setengah hati atau tidak sama sekali.
 Tanamkan AMBAK (Apa Manfaat Bagiku): Temukan dan
Jelaskan Manfaat Materi Pelajaran.
Dalam banyak situasi , menanamkan AMBAK sama saja
dengan menciptakan minat dalam apa yang sedang anda pelajari
yang dihubungkan dengan “dunia nyata”. Membuat siswa aktif
selama proses belajarberlangsung dapat dimunculkan dengan
menggunakan metode AMBAK.
 AMBAK dan Lingkungan Belajar
Metode belajar Quantum Learning yang dikembangkan
Bobby DePorter member penjelasan bahwa AMBAK dapat
diciptakan apabila lingkungan belajar ditata dengan
baik.lingkungan yang baik akan memberikan sugesti kepada siswa
sehingga muncul motivasi dan semangat dalam belajar.

f. Kehebatan Otak (jurus kelima).


Penelitian mutakhir menunjukkan bahwa otak manusia terdiri dari
bermilyar-milyar sel aktif. Disebutkan, minimal terdiri 1 trilyun sel otak
aktif sejak lahir, dan masing-masing sel dapat membuat jaringan sampai
20.000 sambungan tiap detik. Yang menakjubkan adalah otak kita
berkembang melalui proses belajar dengan kecepatan 3 milyar
sambungan per detik. Sambungan ini adalah kunci kekuatan otak
manusia, sehingga Gordon Dryden dan Jeannette Vos (2003)
menyatakan, “You are the owner of the world's most powerfull
computer" (Anda adalah pemilik komputer [otak Anda] paling hebat di
dunia).
 Bagaimana Otak Manusia Bekerja.

7
Untuk mengetahui bagaimana cara kerja otak manusia, salah
satunya kita dapat memahami tcon Roger Sperry mengenai
fungsi belahan otak kiri dan otak kanan. Belahan otak kanan
terkait mengenai gambar, imajinasi, warna, ritme, dan ruang.
Otak kiri berkenan dengan angka-angka, kata-kata, logika,
urutan atm daftar, dan rincian-rincian. Secara umum, otak kin
memainkan peranan penting dalam pemrosesan logika kata-
kata, matematika, dan urutan, atau yang disebut sebagai otak
yang berkaitan dengan pembelajaran akademis. Otak kanan
berkaitan dengan irama, ritme, musik, gambar dan imajinasi,
atau yang disebut sebagai otak yang berkaitan dengan aktivitas
kreatif.
 Mengajar yang Ramah Otak.
Ada beberapa hal yang dapat dilakukan guru pada saat proses
belajar berlangsung di dalam kelas agar pembelajaran sangat
menyenangkan dan sesuai dengan cara kerja alami otak:
1) menceritakan penemuan-penemuan baru.
2) Memberikan waktu jeda.
3) Mengiringi belajar dengan music.
4) Menggunakan dua belah otak pada saat belajar agar beban
belajar semakin ringan.
5) Libatkan siswa dalam proses belajar agar neokorteknya
berfungsi.

g. Lain Siswa Lain Pula Gaya Belajarnya ( jurus keenam).


Kemampuan seseorang untuk memahami dan yang menyerap
pelajaran sudah pasti berbeda. Ada cepat, sedang, dan ada pula yang
sangat lambat Karenanya, mereka seringkali harus menempuh cara
berbeda untuk bisa memahami sebuah informasi atau pelajaran yang
sama. Sebagian siswa lebih suka guru mereka mengajar dengan cara
menuliskan segalanya di papan tulis. Dengan begitu mereka bisa

8
membaca untuk kemudian mencoba memahaminya. Tapi, sebagian
siswa lain lebih suka guru mereka mengajar dengan cara
menyampaikannya secara lisan dan mereka mendengarkan untuk bisa
memahaminya. Sementara itu, ada siswa yang lebih suka membentuk
kelompok kecil untuk mendiskusikan pertanyaan yang menyangkut
pelajaran tersebut.
Apapun cara yang dipilih, perbedaan gaya belajar itu menunjukkan
cara tercepat dan terbaik bagi setiap individu bisa menyerap sebuah
dirinya. Karenanya, jika kita bisa memahami bagaimana perbedaan
gaya belajar setiap orang, mungkin akan lebih mudah bagi kita jika
suatu ketika, misalnya, kita harus memandu seseorang untuk
mendapatkan gaya belajar yang tepat dan memberikan hasil yang
maksimal bagi informasi dari luar dirinya.
 Melayani Seluruh Gaya Belajar.
Menurut versi Quantum Teaching, modalitas di bagi menjadi
3 bagian, yaitu: Visual, Auditorial, dan Kinestetik.
Pertama, Gaya Belajar Visual (Visual Learners). Gaya belajar
seperti ini menjelaskan bahwa kita harus melihat dulu buktinya
untuk kemudian bisa memercayainya. Gaya belajar visual ini
mengankses citra visual yang diciptakan maupun yang diingfat
seperti warna, hubungan ruang, dan potret mental.
Ada beberapa karakteristik yang khas bagi orang-orang
yang memiliki gaya belajar visual ini:
1) Kebutuhan melihat sesuatu (informasi/pelajaran) secara
visual untuk mengetahuinya atau memahaminya
2) Memiliki kepekaan yang kuat terhadap warna.
3) Memiliki pemahaman yang cukup terhadap masalah
artistic.
4) Memiliki kesulitan dalam berdialog secara langsung.
5) Terlalu reaktif terhadap suara.
6) Sulit mengikuti anjuran secara lisan.

9
7) Seringkali salah menginterpretasikan kata atau ucapan.
Kedua, Gaya Belajar Auditorial (Auditory Learners).Gaya
belajar yang mengandalkan pendengaran dan pembicaraan
untuk bisa memahami dan mengingat, sebagai cara utama
belajarnya. Karakteristik model belajar seperti ini benar-benar
menempatkan pen dengaran sebagai alat utama menyerap
informasi atau pengetahuan.
Strategi untuk mempermudah proses belajar anak
auditorial:
1) Ajak anak untuk ikut berpartisipasi dalam diskusi, baik di
dalam kelas maupun di dalam lingkungan keluarga.
2) Dorong anak untuk membaca materi pelajaran dengan keras.
3) Gunakan musik untuk mengajarkan anak 4. Diskusikan ide
dengan anak secara verbal.
4) Biarkan anak merekam materi pelajarannya ke dalam kaset
dan dorong dia untuk mendengarkannya sebelum tidur.
 Gunakan Media Pembelajaran.
Agar guru dapat melayani dan mengendalikan gaya belajar
siswa, salah satu caranya adalah dengan menggunakan media
pembelajaran yang tepat dan sesuai.
Media pembelajaran dapat digunakan sesuai modalitas para
siswa:
1) untuk modalitas visual alat yang digunakan adalah poster,
OHP, slide proyektor, led, televisi dan lain-lain;
2) untuk modalitas auditorial, alat yang digunakan adalah tape
recorder, Iaand phone, ceramah bercerita, belajar lewat lagu
dll; dan
3) untuk modalitas kinestetik alat yang digunakan adalah
praktikum (alat-alat praktik), simulasi belajar dengan gerak
dll.

10
h. Senjatai Siswa Dengan Keterampilan Belajar (jurus
ketujuh).
Belajar tidak hanya dusekolan tapi ju8ga dapat dilakukan diluar
sekolah. Waktu dikelas sangat terbatas, mustahil para siswa dapat
memahami seluruh materi yang diajarkan dalam waktu terbatas
tersebut. Akan lebih baik jika siswa diberi garis besar tentang materi
apa yang akan dipelajari, lalu tunjukan manfaat dari materi yang akan
dipelajarinya.
Metode belajar yang sedang banyak dipakai adalah Accelerated
Learning atau percepatan pembelajaran yang merupakan program
belajar efektif lebih cepat dan lebih paham dibandingkan dengan
metode belajar yang konvensional.
Siswa tidak hanya belajar di sekolah, tetapi ia lebih banyak waktu
belajar di rumah mereka sendiri. Untuk itu, guru harus mengajarkan
bagaimana cara belajar yang efektif dan cepat agar siswa mampu
menguasai dan memahami seluruh mata pelajaran dengan baik.
 Teknik Membaca Efektif
Salah satu cara mengatasi masalah membaca adalah dengan
mempercepat kemampuan membaca, Keuntungan membaca cepat
adalah memperkecil pe kerjaan fisik, menyelaraskan pemahaman,
meningkatkan motivasi, meningkatkan keaktifan, dan
memperbesar kesempatan.
Di bawah ini adalah beberapa kiat jitu yang disadur dari
Quantum Learning (2007) agar siswa dapat membaca lebih cepat
dan efektif.
1) Mempersiapkan Diri.
2) Minimalkan Gangguan.
3) Duduklah dengan Sikap Tegak.
4) Luangkan Waktu untuk Menenangkan .
5) Gunakan Jari Anda atan Alat Penunjuk Lainnya.
6) Melihat Sekilas Lebih Dahulu Bacaan Anda.

11
Untuk menguasai keterampilan membaca efektif, kita perlu
latihan. Latihan ini meliputi latihan otot mata, pheriperial mata,
dan latihan pernapasan.
1) Pertama, Melatih Otot Mata. Melatih otot mata dapat
dilakukan dengan cara gerakan bola mata dalam keadaan
terpejam ke atas ke bawah, lalu samping kiri dan kanan.
2) Kedua, Melatih Pheriperal Mata. Melatih pheriperal mata
dapat dilakukan dengan cara pandangan mata mengikuti
gerakan telunjuk di depan mata.
3) Ketiga, Latihan Pernapasan yang diatur sesuai dengan
kecepatan mata pada saat membaca buku.
 Teknik Mengingat
Keterampilan kedua yang harus diajarkan kepada siswa kita
adalah keterampilan mengingat. Keterampilan ini sangat penting
untuk dipahami siswa, karena seluruh proses belajar adalah proses
mengingat mata pelajaran.
Rumus yang dikembangkan Colin Rose dalam memperkuat
ingatan (dalam proses pembelajaran) agar fakta tersimpan dengan
kuat adalah 4M (mengulang, merekam, menyimpan, dan
mengingat).
1) Mengulang adalah usaha aktif untuk memasukkan informasi
ke dalam ingatan jangka panjang
2) Merekam adalah usaha aktif untuk memasukkan informasi
ke dalam otak dengan cara memotret secara konkret.
3) Menyimpan adalah usaha aktif untuk menata informasi di
otak kit
4) Mengingat adalah usaha memanggil ulang atau
mengeluarkan informasi yang sudah kita simpan. mengikuti
pelatihan yang berhubungan dengan teknik mengingat
tersebut.
 Teknik Mencatat

12
Mencatat adalah aktivitas seluruh otak yang meng gunakan
belahan otak kanan (emosional) dan belahan otak kiri (logika).
Selain itu, mencatat bukan hanya memindahkan apa yang
dibicarakan sescorang ke dalam buku atau otak sescorang,
melainkan memindahkan ide tersebut agar lebih mudah diingat.
Menurut Bobby DePorter dan Hernacki (2001), teknik
mencatat terbagi menjadi dua bagian. Pertama Catat, Tulis, Susun
(CTS), yaitu teknik mencatat yang mampu menyinergikan kerja
otak kiri dengan otak kanan, sehingga konsentrasi belajar dapat
meningkat sepuluh kali lipat
Teknik mencatat kedua, pemetaan pikiran (mind mapping),
yang menurut Tony Buzan (2004) adalah cara yang paling mudah
untuk memasukkan informasi ke dalam otak dan untuk kembali
mengambil informasi dari dalam otak. Pemetaan pikiran
merupakan teknik visualisasi verbal ke dalam gambar.
Bobby DePorter (2007) menjelaskan bahwa ada be berapa
tahap dalam proses penulisan yang efektif untuk semua bentuk
tulisan.
1) Persiapan, dengan mengelompokkan (clustering) dan
menulis cepat.
2) Draf-Kasar, di sini Anda mulai menelusuri dan
mengembangkan gagasan Anda.
3) Berbagi, mintalah orang lain untuk menilai dan
membaca apa yang kita tulis.
4) manfaatkan umpan balik yang Anda anggap
membantu. Tujuan Anda adalah menulis sebaik
laporan, surat atau makalah.
5) Penyuntingan, inilah saatnya untuk membiarkan
"editor" otak kiri melangkah.

13
6) Penulisan Kembali, tulis kembali tulisan Anda,
masukkan isi yang baru dan perubahan-perubahan
penyuntingan.
7) Evaluasi, periksalah untuk memastikan bahwa Anda
telah menyelesaikan apa yang Anda rencanakan dan
apa yang Anda sampaikan.

i. Yakinkan Bahwa Mereka “Bisa” (jurus kedelapan).


Dengan memperlihatkan dan mengekspresikan sikap positif kepada
para siswa, secara langsung Anda telah membuat contoh teladan bagi
mereka untuk bersikap sama terhadap Anda, dan juga para guru
lainnya.
Pengalaman "AHA" artinya para murid diberi pengalaman bisa
mengerjakan atau berhasil dengan nilai yang baik, walaupun soal yang
kita berikan memang dirancang memunculkan kegembiraan/rasa.
Memprogram ulang pikiran dengan cara demikian adalah upaya
mengubah apa yang telah dimasukkan ke dalam ingatan dengan
menggunakan pembiasaan otogenik.
Memberikan kesempatan kepada siswa untuk meraih keberhasilan
akan mendorong mereka melakukan perjuangan untuk mencapai
keberhasilan itu. Dalam memberikan dan menciptakan kesempatan
kepada siswa untuk berhasil, guru harus bersikap obyektif, jujur, dan
adil, serta tidak berpihak kepada siswa tertentu saja, misalnya, siswa
pintar diberi kesempatan yang luas, sedangkan siswa yang kurang
pintar diberi kesempatan yang terbatas.
 Buatlah Siswa Selalu Juara.
Hal yang harus diingat oleh guru profesional adalah
memupuk sikap juara pada diri siswa jangan dibatasi pada
pelajaran saja. Pupuklah sikap juara dari hasil perubahan sikap
siswa.

14
Penilaian terhadap perilaku dapat memengaruhi perubahan
psikologis mereka. Apabila perubahan perilaku semakin baik,
maka emosi positif akan muncul dalam proses belajar. Dan
tentunya, emosi positif tersebut akan memberikan energi kepada
otak sehingga proses belajar akan semakin luar biasa. Untuk itu,
mari kita angkat harga diri siswa kita untuk menjadi orang-
orang yang juara.

j. Menata Kelas Yang Ramah Otak: Membangun Peradaban


Dari Sudut Kelas (jurus kesembilan).
Siswa akan belajar dengan lebih keras, mengerti lebih banyak, dan
terlibat lebih aktif di kelas ketika mereka belajar dalam suasana yang
kondusif, di mana mereka merasa diterima, disukai, dan dihormati oleh
guru dan kawan-kawannya. Ketika suasana kelas hangat dan
mendukung, siswa akan lebih berani mengekspresikan pikiran mereka
dalam tugas dan diskusi tanpa rasa takut berbuat salah, sehingga
mereka bisa menjadi manusia yang risk-taker (berani mencoba hal yang
baru).
Suasana belajar yang menyenangkan akan membuat siswa merasa
nyaman dan gembira, sehingga dapat membuat proses pembelajaran
lebih efektif. Rasa nyaman dan gembira merupakan cerminan dari
suasana emosi yang positif.
Quantum Learning memberikan tips yang sangat luar biasa dalam
menata lingkungan belajar yang akan memberdayakan siswa dalam
proses pembelajaran.
Menurut Ratna Megawangi (2005), hasil penelitian Lewis dan
Schaos, menunjukkan bahwa suasana lingkungan belajar yang kondusif
akan mempunyai dampak yang positif, karena harapan dan kemampuan
akademik siswa meningkat, motivasi siswa untuk belajar menjadi lebih
besar, siswa lebih menyenangi sekolah, tingkat absensi siswa lebih

15
rendah, kemampuan sosial siswa menjadi lebih baik, masalah kenakalan
siswa jauh berkurang, dan siswa mempunyai sikap yang lebih
 Menata Kelas yang Ramah Otak.
Menurut George lozanov otak manusia secara tidak sadar
memperhatikan banyak hal dari banyak sumber sekaligus.
Lingkungan dan suasana belajar yang baik akan mendorong
kemunculan sugesti-sugesti positifschingga menjadi cahaya
yang mampu menjadi lokomotif yang dapat membangkitkan
energi belajar.
Kalau suasana belajar membuat otak enjoy, menyenangkan,
maka sekolah tersebut telah menerapkan Pendidikan Berbasis
Ramah Otak. Sederhana sebenarnya untuk memahami
Lingkungan yang Ramah Otak.
Lingkungan belajar yang tidak membuat siswa tertekan,
terbelenggu, seperti robot pada saat proses belajar, hal tersebut
dikatakan Ramah Otak. Penataan lingkungan yang baik akan
berpengaruh terhadap cara belajar siswa. Begitu pun dengan
cara mengajar kita akan terasa berpengaruh.
Lingkungan Belajar yang Ramah Otak akan berdampak
pada pembentukan karakter siswa. Dalam suasana yang penuh
dengan cinta dan kasih sayang, tentunya akan menguatkan
karakter sebagai siswa yang berprestasi. Pembentukan karakter
tidak hanya di dalam kelas saja, namun secara nyata dapat
direkayasa lewat penataan lingkungan yang baik. Secara
otomatis, apabila siswa belajar dalam keadaan aman dan
nyaman, otaknya tidak terganggu dan suasana hati yang
menyenangkan, maka hasil belajar akan tercapai secara
maksimal.
 Menata Lingkungan Belaja Ala Quantu Teaching.

16
Lingkungan belajar ini ditata berdasarkan konsep Quantum
Teaching yang mengedepankan lingkungan yang memacu
belajar dan meningkatkan daya ingat siswa.
1) Pertama, tempelkan tulisan dan gambar yang
menginspirasi. Sebuah gambar lebih berarti daripada
seribu kata.
2) Kedua, tumbuhan, aroma, hewan peliharaan, dan
unsur organik lainya.
3) Ketiga, musik berpengaruh pada proses belajar.
4) Keempat, ciptakan kelas yang sangat menggugah
siswa untui nyaman dalam belajar
5) Kelima, jadikan kelas sebagai para juara

17
BAB 3
PENUTUP

A. Kesimpulan
Menjadi guru haruslah pilihan dan keterpanggilan, bukan paksaan
apalagi daripada tidak memiliki pekerjaan. Kedekatan dengan siswa
akan memudahkan transfer pengetahuan ke dalam diri siswa. Guru
berkarakter trainer dapat mengubah proses belajar menjadi sebuah pesta
menyenangakn, suasana menyenangka akan mempermudah mentransfer
ilmu untuk anak didik.

B. Saran
Semoga makalah ini dapat menjadi penambah ilmu pengetahuan
bagi seorang guru dalam memaksimalkan perannya dalam
pembelajaran.

18
DAFTAR PUSTAKA

Mahfud, Asep. 2011. Be a Good Teacher or Never. Bandung : Penerbit


Nuansa.

19

Anda mungkin juga menyukai