Anda di halaman 1dari 33

PENGESAHAN DOSEN PENGAMPU MATA KULIAH

Modul yang berjudul “ Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Untuk Difable” telah di setujui
dan di sah kan oleh :

Menyetujui,

Dosen Mata Kuliah

H. Abdul Rahman, M.Pd.I


NIP.197207042000031004

ii
KATA PENGANTAR

Assalamualikum Wr.Wb

Puji syukur  senantiasa selalu kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
limpahan Rahmat,Taufik dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini. Shalawat serta salam tak lupa kita curahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang
telah menunjukan jalan kebaikan dan kebenaran di dunia dan akhirat kepada umat manusia.

Makalah ini di  susun guna memenuhi tugas mata kuliah “Metode Pembelajaran PAI
untuk difable” dan juga untuk khalayak ramai sebagai bahan penambah ilmu pengetahuan serta
informasi yang semoga bermanfaat.

Makalah ini saya susun dengan segala kemampuan kami dan semaksimal mungkin.
Namun, saya menyadiri bahwa dalam penyusunan makalah ini tentu tidaklah sempurna dan
masih banyak kesalahan serta kekurangan. Maka dari itu saya sebagai penyusun makalah ini
mohon kritik, saran dan pesan dari semua yang membaca makalah ini terutama Dosen Mata
Kuliah Metode Pembelajaran PAI untuk Difable yakni Bapak H.Abdul Rahman, M.Pd.I yang
kami harapkan sebagai bahan koreksi untuk kami.

Wasalamu’alaikum Wr.Wb

Curup, 08 Juni 2021

Penyusun

DAFTAR ISI

iii
BAB 1 PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP DIFABLE................................................6
1. Studi umum tentang sejarah difable.................................................................................6
2. ruang lingkup difable.......................................................................................................7
3. tujuan dan kegunaan mata kuliah difable bagi guru PAI................................................7
4. hubungan mata kuliah difable dengan mk lainnya..........................................................8

BAB 2 DIFABLE DARI BERBAGAI PERSPEKTIF............................................................9


1. Difable dari perspektif berbagai agama..........................................................................9
2. Difable dari perpektif kesehatan;.....................................................................................10
3. Difable dari perpektif psikologi;......................................................................................11
4. Difable dari perpektif ekonomi;.......................................................................................13
5. Difable dari perpektif politik dan hukum;.......................................................................15
6. Difable dari perpektif budaya dan sosial,........................................................................15

BAB 3. SISTEM PEMBELAJARAN PAI PADA DIFABLE.................................................17


1. Kurikulum Pembelajaran................................................................................................17
2. Media Pembelajaran;.......................................................................................................18
3. Tujuan Pembelajaran.......................................................................................................18
4. Pendidik,..........................................................................................................................19
5. Metode Pembelajaran......................................................................................................19
6. Sumber pembelajaran......................................................................................................20
7. Evaluasi Pembelajaran....................................................................................................20

BAB 4. PEMBELAJARAN PAI PADA DIFABLE.............................................................21


1. Pembelajaran PAI pada Difable keterbatasan fisik.........................................................21
2. Pembelajaran PAI pada Difable pendengaran,................................................................21
3. Pembelajaran PAI pada Difable penglihatan,..................................................................22
4. Pembelajaran PAI pada Difable ganguan bicara,............................................................22
5. Pembelajaran PAI pada Difable keterbatasan fisik lainnya;...........................................23
6. Pembelajaran PAI pada Difable keterbatasan mental;....................................................23
7. Pembelajaran PAI pada Difable autis,.............................................................................23
8. Pembelajaran PAI pada Difable ganguan konsentrasi,....................................................23

iv
9. Pembelajaran PAI pada Difable hiperaktif,.....................................................................23

BAB 5 PRINSIP-PRINSIP PEMBELAJARAN PAI PADA DIFABLE..............................25


1. Keihklasan dan Kesabaran guru......................................................................................25
2. Memahami Anak Didik dan Psikologi anak didik;.........................................................25
3. Menguasai dan memahami beragam metode;.................................................................26
4. Menguasai dan memahami tujuan materi;.......................................................................27
5. Kolaboratif;......................................................................................................................28
6. Menggunakan Alat bantu,................................................................................................28

BAB 6 PELUANG DAN TANTANGAN G URU PEMBELAJARAN PAI DIFABLE.....30


1. Kekuatan yang Harus dimiliki Guru PAI yang mengajar siswa difable..........................30
2. Tantangan yang dihadapi Guru PAI yang mengajar siswa difable.................................31
3. Peluang Yang dimiliki oleh Guru PAI yang mengajar siswa difable;;............................31
4. Kelemahan Yang harus diketahui oleh Guru PAI yang mengajar siswa difable;...........32

BAB 7 PENUTUP.................................................................................................................

REFERENSI............................................................................................................................33

v
BAB I

Ruang Lingkup Pembelajaran PAI untuk Difable

A. Studi umum tentang Sejarah difable

Sejarah Difabel Mansour Fakih menciptakan istilah Difable, yaitu seorang aktivis
sosial yang ada di Indonesia. Istilah difabel ini mulai dipopulerkan yaitu pada pertengahan
tahun 1990 saat Mansour Fakih mulai berpikir bahwa istilah cacat dan kelainan tersebut tidak
sesuai. Pada tahun 1996, ia menyarankan “difabel” untuk menggantikan istilah penyandang
cacat. Kata ini berasal dari kata diffable yang merupakan singkatan dari differently abled
people. Fakih juga menyatakan kata ini dapat menggantikan kata disabled, karena
menurutnya tidak ada orang yang benar-benar tidak bisa melakukan apa-apa. Ia setiap
melihat orang-orang yang kehilangan lengan atau mata sering dianggap cacat dan dianggap
tidak normal atau tidak berguna. Padahal, belum tentu orang yang memiliki mata dan juga
tangan tidak mempunyai kecacatan yang lain, seperti kecacatan moral. Mansour Fakih
memberikan contoh bahwa seseorang yang kehilangan tangan atau kakinya mungkin
mempunyai kemampuan yang lebih daripada dengan orang yang tidak kehilangan tangan
ataupun kaki. Merupakan hal yang subjekti hubungan antara cacat atau disabilitas dengan
kelainan fisik.1 Adapun Peter membertikan beberapa contoh difabel/disabilitas pada tokoh
pewayangan diantaranya adalah Raden Dastarata yaitu difabel netra dan Arjuna yang
memiliki jari enam. Dalam hal tersebut telah dijelaskan bahwa sebenarnya sebelum era
kolonial masyarakat sudah mengetahui dan mengerti keberadaan difabel di lingkungan
sekitarnya. Pada zaman dahulu para difabel tersebut sering disebut sebagai seseorang yang
memiliki kesaktian. Namun pada era kolonial, difabel dianggap sebagai seorang yang tidak
produktif (normal) sehingga pemerintah mengupayakan untuk ‘menormalkan’ penyandang
disabilitas yaitu melalui rehabilitasi. Difabel mulai diberi keterampilan yaitu memijat serta
menjahit. Sampai saat ini, kedua keterampilan tersebut masih terus digunakkan sebagai suatu
keterampilan yang dapat membantu penghidupan para penyandang difabel. Namun Di era
pascakolonial, terdapat banyak korban saat perang yang mengakibatkan peningkatan jumlah
penyandang disabilitas di Indonesia. Yayasan yang menaungi difabel ini dikelola oleh orang
Indonesia setelah Belanda pergi dari Negar Indonesia. Namun, seiring dengan
berkembangnya waktu fasilitas umum untuk penyandang difable yang ada di Indonesia
belum memadai.2 Dalam artikel Slamet Tohari menambahkan penjelasan dengan judul “The
1
Fikri, Abdullah. “Fikih Ramah Difabel”. 2015
2
Zaini, R. “Implementasi pembelajaran pendidikan agama islam pada anak berkebutuhan khusus”. 2013

6
Shift of Disability Conception in Javanese Society: A Case of Yogyakarta” bahwasanya
Difabel yang ada di Yogyakarta memiliki kesulitan mengakses dalam menjalani kehidupan
sehari-hari. Hampir dalam semua aspek para difabel tidak mudah untuk mengaksesnya seperti
pada pelayanan umum, transportasi, lembaga pendidikan, dan pasar. Penting untuk
mengetahui dinamika sejarah difabel dari satu zaman ke zaman yang lain agar masyarakat
memahami dan mengerti keberadaan mereka di tengah kehidupan sosial. Jika dahulu difabel
adalah korban perang, namun untuk zaman sekarang banyak orang menjadi difabel
diakibatkan kecelakaan

B. Ruang Lingkup

Ruang lingkup PAI untuk difabel meliputi keselarasan, keserasian dan


keimanan,yang diantaranya:

1. Hubungan manusia dengan AllahSWT


2. Hubungan manusia dengan manusia
3. Hubungan manusia dengan dirinya sendiri
4. Hubunganmanusiadenganalamataulingkungannya.

Ada pun ruang lingkup bahan pelajaran pendidikan agama islam pada difabe
lmeliputi 7 unsur pokok diantaranya sebagai berikut:
1. Keimanan
2. Ibadah
3. Al-Qur’an
4. Muamalah
5. Syariah,dan
6. Tarik

C. Tujuan Dan Kegunaan Matakuliah Difabel Bagi Guru Pai


Tujuan mata kuliah difabel ini adalah untuk membahas materi yang berkenaan
dengan anak yang berkebutuhan khusus atau anak luarbiasa, anak yang berbeda
dengan anak normal lainnya. Ada beberapa kegunaan atau pentingnya matakuliah
difabel bagi guru pai yaitu sebagai berikut:
1. Agar guru mengetahui cara mengajar yang tepat pada anak yang
berkebutuhan khusus atau difabel

7
2. Agar guru bisa menerapkan metode yang tepat pada anak yang
berkebutuhan khusus atau difabel.
3. Agar guru bisa menghargai anak murid yang memiliki keterbatasan atau
kekurangan untuk lebih diperhatikan.

D. Hubungan Matakuliah Difabel dengan MK Lainnya


Materi gerak irama diperkenalkan untuk dikaji oleh semua mahasiswa
jurusan pendidikan luar biasa (PLB) secara khusus melalui mata kuliah gerak irama.
Meskipun secara kekhususan terdapat perbedaan dalam persepsi, pemahaman,
kretivitas, dan abstraksi dari masing-masing ABK, tetapi gerak irama merupakan
topik kajian penting dan sangat relevan dalam konteks pendidikan bagi ABK,
Sehingga aplikasinya juga sangat luas,

Aplikasi gerak irama dalam pembelajaran dapat membantu para guru


dalam konteks pembelajaran yang bersifat individu ( SD maupun SMP). Pola gerak
dalam materi mata kuliah yang berkaitan dengan Bimbingan Perilaku Adaptif dan
Pembelajaran Anak Berkebutuhan khusus sangat membantu guru dan peserta didik
yang mendapat kesulitan saat melakukan kegiatan belajar mengajar dikelas, terutama
peserta didik yang tergolong sebagai anak dengan kebutuhan khusus. Sasaran pola
gerak dalam dunia pendidikandidasari oleh kepentingan terhadap perkembanagn
anak itu pendidikan inklusi yang lebih menekankan pada kegiatan deteksi dini
(asesmn) pada bentuk observasi, bukan pada intrumens asesmen yang bersifat tanya
jawab. Observasi adalah bentuk instument yang lebih tepat diterapkan untuk ABK,
karena hak-hak anak lebih dapat diperhatikan. Intrumens asesmen yang sesuai dengan
ABK menurut buku ini : “Model Delta Phi Seri B dan Delta Phi Seri C”, beakar pada
model “Play Assessment Chart dan Geddes Psychomotor Invetory”3

BAB II

3
Nugroho, Agung, and Lia Mareza. "Model dan Strategi Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus dalam
Setting Pendidikan Inklusi." JurnalPendidikanDasarPerkhasa:JurnalPenelitianPendidikanDasar2.2
(2016): 145-156.

8
DIFABLE DARI BERBAGAI PERSPEKTIF

A. Difabel dari Prespektif Islam


Dalam perspektif Islam, difabel identik dengan istilah dzawil âhât, dzawil
ihtiyaj al-khashah atau dzawil a’dzâr: orang-orang yang mempunyai keterbatasan,
berkebutuhan khusus, atau mempunyai uzur.4 Nilai-nilai universalitas Islam seperti al-
musawa (kesetaraan/equality: Surat Al-Hujurat: 13), al-‘adalah (keadilan/justice:
Surat An-Nisa: 135 dan Al-Maidah ayat 8), al-hurriyyah (kebebasan/freedom: Surat
At-Taubah ayat 105) dan semisalnya, sebagaimana Keputusan Muktamar NU Ke-30
tahun 1999 di Kediri meniscayakan keberpihakan terhadap penyandang disabilitas
sekaligus menegasi sikap dan tindakan diskriminatif terhadap mereka.
Lebih spesifik Al-Quran, Hadits, dan pendapat para ulama secara tegas
menyampaikan pembelaan terhadap difabel

( ‫) أَ َّما َم ِن ا ْستَ ْغنَى‬4( ‫) أَوْ يَ َّذ َّك ُر فَتَ ْنفَ َعهُ ال ِّذ ْك َرى‬3( ‫ك لَ َعلَّهُ يَ َّز َّكى‬
َ ‫) َو َما يُ ْد ِري‬2( ‫) أَ ْن َجا َءهُ اأْل َ ْع َمى‬1( ‫س َوتَ َولَّى‬ َ َ‫َعب‬
)10( ‫) فَأ َ ْنتَ َع ْنهُ تَلَهَّى‬9( ‫) َوهُ َو يَ ْخ َشى‬8( ‫ك يَ ْس َعى‬ َ ‫) َوأَ َّما َم ْن َجا َء‬7( ‫ك أَاَّل يَ َّز َّكى‬
َ ‫) َو َما َعلَ ْي‬6( ‫ص َّدى‬ َ َ‫) فَأ َ ْنتَ لَهُ ت‬5

)11(ٌ‫َكاَّل إِنَّهَا ت َْذ ِك َرة‬

Artinya, “Dia (Muhammad) berwajah masam dan berpaling. Karena seorang tuna
netra telah datang kepadanya. Dan tahukah engkau (Muhammad) barangkali ia ingin
menyucikan dirinya (dari dosa). Atau ia ingin mendapatkan pengajaran yang memberi
manfaat kepadanya. Adapun orang yang merasa dirinya serba cukup (para pembesar
Quraisy), maka engkau (Muhammad) memperhatikan mereka. Padahal tidak ada
(cela) atasmu kalau ia tidak menyucikan diri (beriman). Adapun orang yang datang
kepadamu dengan bersegera (untuk mendapatkan pengajaran), sementara ia takut
kepada Allah, engkau (Muhammad) malah mengabaikannya. Sekali-kali jangan
(begitu). Sungguh (ayat-ayat/surat) itu adalah peringatan. …” (Surat ‘Abasa ayat 1-
11).
Ulama mufassirin meriwayatkan, bahwa Surat ‘Abasa turun berkaitan dengan
salah seorang sahabat penyandang disabilitas, yaitu Abdullah bin Ummi Maktum
yang datang kepada Nabi Muhammad SAW untuk memohon bimbingan Islam namun
diabaikan. Kemudian turunlah Surat ‘Abasa kepada beliau sebagai peringatan agar
memperhatikannya, meskipun tunanetra. Bahkan beliau diharuskan lebih

4
https://islam.nu.or.id/post/read/83401/pandangan-islam-terhadap-penyandang-disabilitas

9
memperhatikannya daripada para pemuka Quraisy. Sejak saat itu, Nabi Muhammad
SAW sangat memuliakannya dan bila menjumpainya langsung menyapa:
‫َمرْ َحبًا بِ َم ْن عَاتَبَنِي فِي ِه َربِّي‬
Artinya, “Selamat wahai orang yang karenanya aku telah diberi peringatan oleh
Tuhanku.”
Semakin jelas, melihat sababun nuzul Surat ‘Abasa, Islam sangat
memperhatikan penyandang disabilitas, menerimanya secara setara sebagaimana
manusia lainnya dan bahkan memprioitaskannya.
B. Difabel dari perspektif Kesehatan
Salah satu aspek penting untuk menentukan apakah pelayanan kesehatan bisa
dianggap ideal atau tidak adalah melihat respons dari konsumennya, para difabel. .
Persepsi mereka terhadap pelayananmkesehatan yang telah tersedia perlu untuk
diketahui. Persepsi masyarakat terikat oleh nilai-nilai (Ziviani et al., 2013). Nilai dapat
dilihat sebagai variabel bebas dan terikat. Sebagai variabel bebas, nilai mempunyai
dampak yang luas terhadap hampir semua aspek perilaku manusia dalam konteks
sosial. Sebagai variabel terikat, nilai merupakan hasil pembentukan dari faktor-faktor
kebudayaan, pranata, dan pribadi dalam masyarakat (Lowell, 2013). Prinsip nilai
menjadi posisi sentral di dalam kebudayaan manusia sebagai anteseden dan akan
berdampak pada perilaku sehari-hari. Keberadaan nilai sebagai suatu bentuk
penghargaan dapat mengacu pada penghargaan yang baik dan buruk. Dalam hal ini,
nilai dapat menjadi dasar penentu tingkah laku seseorang. Tingkah laku yang timbul
pun berdampak pada sikap seseorang dalam memandang dan menanggapi fenomena
di sekitarnya.
Para difabel memiliki pengalaman masing-masing dalam memanfaatkan
pelayanan kesehatan. Usaha pengobatan tidak hanya dilakukan di fasilitasmedis
formal kesehatan seperti Puskesmas, rumah sakit umum, balai pengobatan, dokter
praktik swasta, bidan praktik swasta, posyandu, tapi juga balai pengobatan medis non-
formal seperti klinik di Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC) dan pengobatan
tradisional seperti jamu dan panti pijat. Secara umum, terdapat dua jenis pelayanan
kesehatan yang banyak diakses oleh para disabilitas yaitu pengobatan dan fisioterapi.
Pelayanan pengobatan dilakukan baik itu penyakit yang berhubungan langsung
maupun tidak langsung dengan disabilitas yang dialami, sedangkan pelayanan
fisioterapi biasanya berhubungan langsung dengan disabilitasnya. Disabilitas dewasa
lebih banyak memanfaatkan pelayanan pengobatan, sedangkan disabilitas anak-anak

10
banyak mengakses keduanya. Dari segi intensitas, disabilitas anak- anak pun lebih
banyak memanfaatkan pelayanan kesehatan dibandingkan para disabilitas dewasa.
Fasilitas kesehatan tidak membuat catatan registrasi pasien dengan klasifikasi
disabilitas sehingga tidak didapatkan data yang menunjukkan seberapa banyak
disabilitas yang mengakses fasilitas kesehatan.
Kondisi disabilitas fisik yang banyak dialami oleh para penyandang di
Sukoharjo membuat para fisioterapis sebagai agen kesehatan yang penting. Para
fisioterapis bertanggung jawab pada dua jenis pelayanan, yaitu pembatasan
kecacatan dan rehabilitasi. Pentingnya upaya pembatasan kecacatan pada
difabel adalah untuk mencegah kecacatan bertambah parah. Orang tua yang memiliki
anak dengan kelainan akan berupaya untuk mencari pengobatan, namun kurangnya
pemahaman tentang kesehatan dan penyakit serta kurang sabar mengikuti proses
pengobatan sehingga proses pengobatan tidak tuntas. Tenaga medis, khususnya
fisioterapis berperan penting untuk memberikan pemahaman kepada keluarga atau
pendamping mengenai proses pengobatan dan perkembangan penyakit. Pemahaman
yang baik akan berpengaruh dengan dukungan keluarga atau pendamping dalam
upaya pengobatan sehingga dapat membatasi disabilitas yang diderita.5
C. Difabel Perspektif Psikologi
Dalamperspektif psikologis, orang yang difabel itu memiliki
beban ganda. Maksudnya seseorang yang normal mempunyai suatu
permasalahan, maka dari itu dari permasalahan yang sama, seorang
difabel merasakan beban masalah yang berganda. Ada beberapa faktor
yang membuat sebuah permasalahan menjadi berlipat-lipat ganda untuk
orang yang difabel. Hal tersebut karena orang yang difabel mempunyai
anggapan bahwa dia memang mempunyai kekurangan dan dia juga
sadar bahwa dirinya itu lain daripada yang lain atau bisa dikatakan
berbeda dengan orang normal pada umumnya. Hal inilah yang membuat
orang yang difabel tadi merasa bahwa dirinya tidak sempurna dan tidak
normal6
Orang yang difabel mempunyai alat kebutuhan khusus. Ketika
kebutuhan tersebut tidak terpenuhi maka ruang gerak, ekspresi serta

5
Hall,L.,2011.“The Role of Disabled Person’s Organisations in Development: Key Princip lesand Strategies for
Succes” Development Buletin
6
https://pijarpsikologi.org/mereka -bagian-dari-hidup-kita, diakses pada tanggal 30 Maret 2021

11
eksistensi akan terbatas. Terkadang lingkungan yang tidak mendukung
keberadaannya untuk seorang yang difabel. Contohnya mereka
menganggap bahwa kekurangan yang ada pada mereka hanya menjadi
aib bagi keluarga dan lingkungan sekitar mereka. Terkadang tak jarang
orang yang difabel mendapatkan perlakuan yang aneh dan berbeda
kadang juga dianggap merepotkan sampai mereka dikucilkan oleh
orang yang berada di lingkungan sekitarnya.
Menurut naluri orang yang difabel mempunyai kecendrungan serta
kondisi psikologis yang sedikit asing dan berbeda. Orang yang difabel
cenderung mempunyai sifat kurang percaya diri, insecure, serta merasa
rendah diri karena harus menerima penolakan yang sangat banyak. Hal
inilah yang mengakibatkan seorang yang difabel harus mengisolasi atau
membatasi dirinya dari orang banyak atau lingkungan sekitarnya.
Kemudian seorang difabel mempunyai sifat lain berupa adanya
keinginan untuk disayangi dan dikasihi atas kekurangan yang mereka
punya.
Kemudian orang yang difabel juga memiliki kecenderungan
emosi yang masih labil, sangat rentan tersinggung, juga mudah
berputus asa, apatis serta sering juga beriskap berlebihan dalam
mengungkapkan perasaan. Adanya dorongan biologis dan perilaku
yang agresif sehingga menjadi imbas dari ketidaksampaian keinginan
akibat penolakan yang mereka terima.
Terbentuknya karakter dan sikap difabel sangat dipengaruhi
oleh lingkungan dalam menyikapi aneka ragam persoalan dalam
kehidupan sehari-hari. Orang yang berada disekeiling dan pembedaan
perlakuan atau disebut diskriminasi yang diperoleh oleh orang yang
difabel akan membuat dirinya merasa tidak percaya diri (insecure).
Dalam hal ini orang yang difabel melakukan pertahanan ego nya
dengan membela dirinya sendiri. Yang seharusnya dilakukan
lingkungannya yaitu memperlakukan dengan baik bukan malah
menghilangkan pemikiran negatif serta jangan pernah beranggapan
bahwa orang yang difabel itu merepotkan dan orang yang tidak bisa
melakukan apa-apa. Tetapi, banyak juga orang yang difabel yang
berhasil dalam mengatasi sulitnya masalah kehidupan dari sudut

12
pandang mereka. Bahkan banyak dari mereka yang berhasil mengukir
segudang prestasi dalam bidangnya masing-masing. Untuk itu seorang
yang difabel harus mendapatkan dukungan, motivasi serta berdamai
pada diri sendiri, mempunyai pemikiran yang positif, yang memiliki
hobi serta minat dan passion, perasaan percaya diri dan orang yang slalu
bersyukur. Orang yang difabel harus terus mempunyai pikiran yang
positif untuk menuju kesuksesannya, seperti contoh mereka harus
menyadari bahwa mereka tidak patut untuk dikasihani dan mereka juga
bisa melakukan banyak hal, seperti yang dilakukan oleh orang normal
dengan caranya sendiri.
Ketika mulai mempunyai pemikiran yang positif maka orang
yang difabel perlahan-lahan akan menemukan sendiri hobi, minat dan
passionnya sendiri. Jika mereka telah menekuni salah satu hal yang
disukainya maka secara perlahan oran yang difabel ini tadi akan
menemukan kebahagiannya sendiri. Dari kegagalan tadi akan
membuatnya bangkit dan mempunyai mental yang kuat. Karena mereka
sudah biasa dengan penolaan atas ketidaksampaian keinginannya.
Seorang difabel yang dikatakan berhasil adalah mereka yang telah
banyak melewati perjuangan yang sangat keras. Mereka telah melewati
jalan yang buruk serta terjal saat mereka sedang meraih cita-cita. Tapi
itu bukan berarti orang yang menyandang disabilitas tidak dapat
merasakan keberhasilan. Karena tidak sedikit dari mereka yang
menyandang disabilitas yang sukses dalam meraih mimpi bahkan
banyak menoreh prestasi dengan memandang dunia dengan cara
berbeda.

D. Difabel Perspektif Ekonomi


Difabel merupakan merupakan salah satu keistimewaan yang
dimiliki oleh seseorang dengan bentuk melakukan aktivitas khusus,
sebenarnya difabel bukan merupakan se4buah permasalahan melainkan
keistimewaan yang harus diperhatikan dan diperdayakan. Setiap
penyandang difabel memiliki keistimewaan yang berbeda dengan orang
normal lainnya. Sejadtinya pandangan difabel dalam ekonomi, difabel
tidak mengganggu sistem perekonomian yang ada. Sistem ekonomi

13
dapat berjalan sebagaimana mestnya, difabel dapat melaksanakan
aktivitas perekonomian dengan sitem dan cara yang berebeda tetapi
tetap bisa dilakukan.7
Hak ekonomi khusunya mengenai pekerjaan didalam undang-
undang disebutkan mengenai hak pekerja kewirausahaan dan koperasi.
Jelas disebutkan dalam undang-undang sebagai warga negara berhak
memilik pekerjaan yang dalam hal ini dipemerintahan maupun swasta
tanpa ada pembedaan antara tenaga kerja normal, tetap memperoleh
hak berupa kewajiban pihak pemerintah atau swasta untukpekerja
tersebut seperti upah dalam melakukan pekerjaan darisipekerja. Hak dan
kewajiban serta tugas tetap sama begitupun akomodasi yang diterima
dengan layak.
Selain itu, mengenai pemberhentian hubungan kerja (Phk)
dengan alasan disabilitas atau difabel, alasan dengan pemberhentian ini
tidak semata penyandang disabilitas tidak menndapatkan pekerjaan
yang layak. Terdapat ptogam yang diberikan untuk dapat bekejra
kembali dengan penempatan kerja yang adil, proposional dan
bermartabat. Difabel tetap mendapatkan kesempatan untuk
pengembangan karir dengan berjenjang, begitupun dengan hak normatif
untuk memajukan usaha, selainn itu dapat memiliki pekerjan dan usaha
sendiri.
Manusia difabel dan manusia dengan status normal tetap
memiliki hubungan yang erat berupa saling membutuhkan keduanya.
Seperti contoh manusia normal dapat membuka lapangan kerja baru
yang dapat menarik dengan melibatkan keterampilan khusus yang
dimiliki oleh difabel. Kemungkinan keterampilan tidak dapat dilakukan
oleh manusia normal tetapi difabel dapat melakukannya, begitupun
sebaliknya. Maka manusia normal dan difabel tetap memilki hubungan.
Jelas disebutkan dalam Undang-undang Nomor 4 Tahun 1997
tetnang penyandang cacat yang kemudian di revisi yang melahirkan
Undang-undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang penyandang disabiltias,

7
https://nalarpolitik.com/Ham-dan-konstitusi-ekonomi-difabel, diakses pada
tanggal 30

Maret 2021

14
yang banyak menjelaskan mengenai kuota penyandangan disabilitas di
penyedia kerja swasta Badan Usaha Milik Negara (BUMN) atau
pemerintah.
Dengan penjelasan yang telah diuraikan, bahwa sebenarnya
difabel dalam perspektif ekonomi adalah difabel tidak menjadi
penghambat ekonom karena difabel masih dapat beraktifitas dalam
bekerja dan usaha untuk melangsungkan kebutuhan ekonomi dengan
kebutuhan khusus yang istimewah dimiliki difabel. Walaupun dalam
praktek berkehidupan ditengah gemburapn persaingan dunia kerja dan
penumbuhan ekonomi yang primer banyak penyandang difabel
terkesampingkan. Kebutuhan dunia kerja yang disebutkan oelh
pemerintah untuk wajib menempatkan 1% atau 2 % dari jumlah pekerja
yang minoritas nomal tidak dilaksanakan.

E. Difabel dalam Perspektif Politik dan Hukum

Beberapa jenis gangguan yang menyebabkan tergolongnya seorang menjadi difabel


adalah sebagai berikut: tuna netra (buta), tuna rungu (tuli), tuna wicara (bisu), tuna daksa
(cacat tubuh), tuna grahita (cacat mental), dan tuna ganda (kompilasi antara dua atau lebih
bentuk kecacatan). Banyak sebutan bagi penyandang difabel secara esensial maknanya sama
tetapi ada pargeseran makna dari paradigma lama ke paradigma baru seperti yang akan
dijelaskan sebagai berikut.
1. Undang-Undang no 4 tahun 1997 tentang penyandang cacat dalam pokok konvensi
point 1 (pertama) memberikan pemahaman yakni: “Setiap orang yang mempunyai
kelainan fisik atau mental yang dapat mengganggu dan hambatan bagi dirinya untuk
melakukan sebagaimana biasanya, yang terdiri dari penyandang cacat fisik,
penyandang cacat mental dan fisik.
2. Menurut Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2011 Tentang Pengesahan Hak- Hak
Penyandang Disabilitas, yaitu orang yang memiliki keterbatasan fisik, mental,
intelektual atau sensorik dalam jangka waktu lama yang dalam berinteraksi dengan
lingkungan dan sikap masyarakatnya dapat menemui hambatan yang menyulitkan
untuk berpartisipasi penuh dan efektif berdasarkan kesamaan hak.

F. Difabel dalam perspektif Budaya dan Sosial

Di Indonesia difabel merupakan masalah sosial yang dihadapi masyarakat,


kebanyakan orang memberikan stigma negatif tentang penyandang difabel,sehingga
penyandang difabel merasa minder atau kurang percaya diri di dalam segala aspek

15
kehidupan sehari-hari. Difabel merupakan singkatan dari different ability yaitu
kesulitan dalam melakukan tugas atau peran pada diri sendiri karena masalah
kesehatan. Masalah kesehatan tersebut diantaranya fisik, sensorik, emosional, atau
kognitif menyatakan bahwa dalam perkembangannya difabel memiliki perbedaan
dengan anak normal dalam beberapa hal,yaitu:

(a) ciri mental

(b) kemampuan pancaindra

(c) kemampuan komunikasi

(d) perilaku sosial

(e) sifat-sifat fisiknya

Perbedaan tersebut membuat difabel diperlalukan secara khusus sesuai dengan


kecacatannya. Sehingga difabel membutuhkan praktik pendidikan khusus untuk
mengembangkan kemampuan khusus yang dimilikinya.

Dalam dunia nyata penyandang difabel daksa terlihat sebagai kaum terpinggirkan.
Sebagian orang beranggapan bahwa penyandang difabel daksa adalah orang yang patut
dikasihani karena perbedaan fisik dengan manusia pada umumnya (Poznaniu, 2014). 8
Difabel Daksa daksa memiliki perasaan malu yang muncul karena kondisi individu yang
berbeda sehingga membuat beberapa individu tidak percaya diri, merasa minder, dan malu
untuk bepergian jauh (Aini, 2016). Maka dari itu diskriminasi tersebut menimbulkan
adanya batasan ruang di berbagai dimensi kehidupan mereka. Perbedaan dunia nyata (
offline) dan dunia Online penyandang difabel memiliki banyak dukungan dalam
dunia O f l i n e Sedangkan pada dunia nyata atau offlinepenyandang difabel dalam segi
psikologisnya merasa minder, rendah diri, apatis, malu dan terkadang muncul rasa egois
terhadap lingkungannya. Sehingga hal tersebut yang mempengaruhi difabel daksa sulit
dalam berinteraksi sosial

8
Azkiya,M.B.(2015).“PESAN PROFETIK KAUM DIFABEL DALAM MEDIA SOSIAL”(Analisis Isi
Timeline Akun Facebook Mahasiswa Difabel Universitas Islam Sunan Kalijaga Yogyakarta)

16
BAB III

SISTEM PEMBELAJARAN PAI PADA DIFABEL

A. Kurikulum Pembelajaran

Kurikulum dalam satuan pendidikan memliki perbedaan dan antara siswa


berkebutuhan khusus dan siswa yang berkebutuhan normal. Dalam pembahasan
kurikulum saat ini akan membahas kurikulum siswa berkebutuhan khusus pada
sistem pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada siswa berkebutuhan khusus
seperti Difabel. Siswa berkebutuhan khusus merupakan siswa yang melaksanakan
pembelajaran didalam satuan pendidikan sangat berbeda dari siswa normal pada
umumnya. Maka dalam hal ini, sistem pendidikan seperti dari kuluum pembelajaran
sangat berbeda.
Pembelajaran pada sistem belajar Pendidikan Agama Islam (PAI) pada
siswa atau anak berkebutuhan khusus biasanya dilaksanakan di Sekolah Luar biasa,
dimana semua itu bertujuan untuk dapat belajar hidup mandiri serta dapat
menyesuaikan diri dengan keberadaan siswa atau anak berkebtuhan khusus dalam
hal ini difabel tempat mereka berada.9
Dari sumber yang ada, biasanya kurikulum pendidikan khusus atau
kurikulum yang digunakan untuk Difabel/Anak Berkebutuhan Khusus terdiri dari 8
sampai 10 mata pelajaran yang digunakan, selain pelajaran juga ada muatan lokal,
program khusus dan pengembangan diri. Komponen-komponen inilah yang
menjadi kurikulum pembelajaran pada Difabel. Kemudian sistem ini akan
dihubungkan dengan Sistem pembelajaran PAI pada difabel.
Muatan lokal berbentuk kegiatan kurikulum dalam mengembangkan
kompetensi disesuaikan dengan ciri khas dan ciri keislaman yang ada dengan
mengelompokan dalam mata pelajran PAI yang ada, selanjutnya program khusus
yang berisisi tentang kegiatan yang bervariasi disesuaikan dengan Difabel yang ada
dengan program yang berisi dari program orientasi dan mobilitas untuk peserta
didik, bina komunikasi, bina diri dan bina pribadi
Ketentuan Pemerintah dalam melahirkan kurilulum dalam menjalankan
roda pendidikan disekolah, terlihat usaha pemerintah untuk mencerdaskan
bangsa dengan mengeluarkan kurikulum, sudah terjadi bebrapa kali pergantian
kurikulum seperti saat ini sekolah baik sekolah umum maupun sekolah khusus
menerapkan kurikulum 2013 atau lebih sering dikelan K13. Dalam pembelajaran
PAI di gunakan pada difabel sama halnya menggunakan kurikulum K13. Hal ini
merupakan intruksi pemerintah pada semua sekolah termasuk sekolah luar biasa
atau khusus. Kurikulum ini berbasis karakter yang disesuaikan dengan siswa. Jadi,
bagaimana penggunaan kurikulum ini untuk siswa difabel. Perlu adanya modifikasi
Kurikulum 2013 seperti yang terletak yang sangat menonjol adalah pada metode
pembelajaran serta metode pembelajaran dan penilaian, seperti contoh mengenai

9
Dwi Fitri Wiyono, Model Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Pada
Sekolah Dasar Inklusi di Kota Batu, (Malang: Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, 2016),
hal. 36

17
metode penaralan yang ada di K13 tidak dapat digunakan disekolah pada Difabel.
Maka perlu dilakukan penyesuaian sesuai dengan kondisi siswa yang ada tidak
dapat disamakand dengan siswa normal. Selain itu dilakukan pendekatan siswa
secara psikologis keadaan difabel tersbeut.
Setelah dijelaskan, dapat diketahui bahwa secara umum kurikulum difabel
sama dengan kurikulum siswa normal tetapi perlu adanya penyesuaian serta
modifikasi kurikulum untuk dapat disesuaikan dan dipergunakan untuk
pembelajaran dalam hal ini PAI untuk difabel.

B. Media Pembelajaran Difabel


Media pembelajaran untuk para difabel disebut dengan media pembelajaran
adaptif. Media pembelajaran adaftif adalah media pembelajaran yang dibuat,
digunakan, dan disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik anak berkebutuhan
khusus.seperti Braile digunakan untuk penyandang tuna netra

C. Tujuan dan Dasar Pembelajaran


Sistem pembejaran PAI yang diterapkan kepada difabel, pasti memiliki
tujuan pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan agar mencapai tujuan yang
diingkan maka hal tersebutklah dilakukan pembelajaran tersebut. Dalam
penerapan pembelajaran PAI kepada difabel memiliki tujuan yang sama
dengankeadaan umum yaitu menumbuh kembangkan aqidah melalui
pembelajaran PAI diberi, dipupuk dam diberikan pengembangan pengetahuan,
menghayati, amalan, pembiasaan serta memberikan pengalaman tentang agama
Islam untuk menjadi muslim beriman dan rakawa kepada Allah Swt.
Kemudian memiliki tujuan untuk memuliakan difabell menjadi produktif,
slalu berbuat jujur, adil , etis, berdisplin serta bertoleransi (tasammuh) dan dapat
menjalankan kehidupan yang penuh harmonu rukun dan dapat berinteraksi
dengan masyarakat sosial. Tujuan ini lah yang menjadi landasan pembelajaran
PAI yang diterapakan dlama belajar difabel, tujuan lain mampu memperediksi
kebutuhan-kebutuhan dan kesiapan difabel untuk dapat berinteraksi dan menjadi
tenaga pendidik antar difabel nantinya menjadi insan Sumber daya manusia yang
diperlukan selaras dengan kebutuhan siswa, orang tua dan masyarakat10
Kemudian menjadi dasar atau rujukan pembelajaran PAI dengan sistem
pembelajaran untuk difabel terdapat lima unsur pokok seperti al-quran,
kemudian aqidah, selanjutnya syari’ah, serta akhlak dan tarikh. Dasar inilah
menjadi pondasi sistem pembelajaran PAI pada difabel harus dilakukan karen
manusia memiliki kedudukan yang sama yaitu belajar dan melaksanakan
kehidupan menjadi titipan Allah dibumi untuk melangsungkan peradaban
kehidupan di dunia yang ada.
Dasar pembelajran yang telah disebutkan memiliki penekanan yang menjadi
pondasi dsar dilakukannya adalah difabel harus berhubungan dengan rukun iman
atau kepercayaan, kemudian mengenai perbuatan berkaitan dengan ibadah
10
Farida Isroani, Embelajaran Pendidikan Agama Islam Bagi Anak Berkebutuhan Khusus Di Sekolah Inklusi,
(Tuban:, STITMA Tuban, 2019), Volume 7, Nomor 1, 2019: 50-65, hal. 53

18
kepada sang pencipta dan perbuatan mengenai etika berupa kesusilaan, adab,
budi pekerti serta adab sopan santun kepada sesama pemeluk penghuni.

D. Pendidik pada Difabel


Guru pendidik khusus (GPK)/guru shadow Dalam kegiatan pembelajaran
PAI, guru PAI berkolaborasi dengan guru shadow untuk menangani siswa
program inklusif. Jumlah guru shadow disesuaikan dengan kebutuhan siswa
program inklusif, jadi bisa saja dalam satu kelas terdapat lebih dari satu guru
shadow. Peran guru shadow dalam pembelajaran PAI yakni sebagai
pendamping siswa ABK serta bekerja sama dengan guru PAI
dalam proses pembelajaran PAI untuk mewujudkan iklim pembelajaran
kondusif11

E. Metode
Metode sering diartikan sebagaoi cara cepat dan tepat yang merupakan
langkah-langkah strategis untuk melakukan suatu pekerjaan tertentu. Seperti
cara seorang pendidik memberikan atau menyampaikan materi pembelajaran
kepada peserta didiknya dengan tujuan pembelajaran dapat dicapai serta dapat
dipahami oleh peserta didiknya pa yang disampaikan dari pendidik.
Seperti contoh salah satu penggunaan metode pembelajaran yang menalami
modifikaksi dimana disesuaikan dengan keadaan difabel, seperti pada siswa
tunagrahita menggunakan metode inquiry, discover. Metode ini mengalami
modifikasi dan penyesuaian dengan kondisi serta kekmapuan siswa. Dapat
dicontohkan dari metode inquiry yang memiliki 5 komponen berupa question,
student engangement, cooperative interaction, performance evaluation dan
varrety of resource12
Sebagai contoh dalam metode ini dilakukan penampilan sebuah video dan
siswa diharapkan untuk memahami maksud hewan tersebut sedang apa yang
iya lakukan. Tentu semua itu dilakukan untuk menyeimbangkan dari
kemampuan siswa difabel yang dapat menangkap dan tingkat kemudahan dalam
menangkap sebuah pembelajaran harus mengkombinasikan metode satu dengan
metode lainnya seperti hadap berhadapan (faec to face).
Demikian dengan pembelajaran PAI siswa difabel dapat diberikan
pembelajaran sesuai dengan metode yang dapat disesuaikan dengan keadaan
siswa difabel yang ada. Seperti metode mengaji menggunakan al quran braile
dan bisa juga menggunakan dengan audio murotal mengaji untuk dapat
diguakan difabel tunanetra
Selain itu juga dalam pembelajaran PAI pada difabel dapat digunakan
metode contoh dimana dapat diberikan sebuah contoh dari difabel itu sendiri
bahsawannya dapat melakukan kegiatan aktivitas ibadah dan dapat melakukan
kegiatan yang baik, hal tersebut merupakan contoh tauladan seorang difabel, hal
11
Didaktika Religia Volume 3, No. 2 Tahun 2015

12
Achmad Dahlan Muchtar, Ibid.

19
ini dapat dijadikan sebagai metode demontrasi atau motivasi.

F. Sarana dan Prasarana Pembelajaran Difabel


Mereka yang memiliki kekurangan di dalam mobilisasi dan memerlukan alat
bantu seperti tongkat, braces, frames, bahkan kursi roda sangat kurang nyaman
bilamana sebua sarana dan prasarana di dalam bangunan tidak memenuhi kriteria
persyaratan aksesibilitasnya13

BAB IV

PEMBELAJARAN PAI PADA DIFABEL


13
Tamba Jefri, IJDS 2016; Vol.3: No. 1: Page 16 - 25

20
A. Pembelajaran PAI pada Difabel Keterbatasan Fisik
Merupakan perantara yang diciptakan untuk memudahkan proses belajar
mengajar sehingga terjalin komunikasi antara peserta didik dan pendidik dengan
pembelajaran ini sehingga mereka yang memiliki keterbatasan tidak mengurangi
semangat belajarnya walaupun dengan kondisi yang kurang memadai mereka yang
dianggap SLB tidak menutup kemungkinan. keluar kemungkinan mereka tidak
memiliki Kemampuan yang mereka miliki adalah mereka yang memiliki keterbatasan
fisik yang ilmunya melebihi orang normal pada umumnya. Jadi secara keseluruhan
pendidik tersebut menggunakan semua jenis media pembelajaran sesuai dengan
situasi dan kondisi, sedangkan media pembelajaran untuk anak difabel berperan
penting di kalangan pendidik agar peserta didik memahami apa yang dijelaskan
pendidik kepada mereka, sehingga akan terjadi timbal balik antara pendidik dan
peserta didik. Adapun metode yang sering digunakan pada pembelajaran PAI untuk
anak Yang memiliki Keterbatasan pada fisik adalah metode ceramah, metode tanya
jawab.14

B. Pembelajaran PAI pada Difabel Pendengaran


Anak yang mengalami gangguan pendengaran (Tunarungu) disebabkan oleh
rusaknya sistem saraf pada pendengarannya atau tidak berfungsi sebagaimana orang
normal. Dengan kekurangan tersebut, para tuna rungu harus menggunakan alat bantu
dengar agar lebih mudah mendengar suara. Tunarungu adalah istilah umum yang
digunakan untuk menggambarkan seseorang yang memiliki atau memiliki masalah
pendengaran. Menurut Sutjihanti Soemantri mengatakan bahwa ketulian merupakan
suatu kondisi yang diderita seseorang akibat gangguan pendengaran yang disebabkan
oleh rusaknya sistem saraf yang tidak berfungsi lagi sehingga mengalami kendala
dalam perkembangan bahasanya. Metode yang digunakan adalah metode
pembelajaran PAI, Metode Ceramah. , Metode Latihan, dan Media stimulasi sosial.15

C. Pembelajaran PAI Pada Difabel Penglihatan

Pendidikan Agama Islam (PAI) merupakan upaya sadar dan terencana yang
dilakukan seseorang untuk menyiapkan siswa, menghayati, serta mengamalkan
ajaran islam dengan melakukan kegiatan pembelajaran. Mata merupakan indra

14
DEPAG RI, 2007, Pedoman Umum PAI Sekolah Umum dan Luar Biasa, Mapel PAI SDLB, Jakarta
15
Sutjihati Somantri, psikologi Anakluar biasa,(Bandung,Refika Aditama,2006)hlm 93

21
penglihatan yang dimiliki setiap manusia yang memiliki kedudukan peringkat
paling awal. Karena sepanjang waktu selama manusia masih terjaga maka mata
akan membantu manusia untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
Organ mata yang tidak normal atau tidak berfungsi dalam proses fisiologis
melihat disebut Tunanetra sebagai berikut: benda yang ditanghkap oleh mata
tidak bisa diteruskan pada kornea, lensa mata, retina, dan saraf karena
disebabkan pada suatu sebab yang mengalami suatu gangguan. Seseorang yang
menderita seperti itu disebut dengan penyandang atau penderita tunanetra
(adanya kelainan pada mata).
Anak tunanetra merupakan seseorang yang indra penglihatannya (kedua-
duanya) tidak bisa berfungsi lagi untuk mendengarkan atau mendapatkan suatu
informasi pada kegiatan sehari-hari seperti orang normal lainnya16
D. Pembelajaran PAI Pada Difabel Gangguan Bicara
Adalah sebuah komunikasi yang dilakuakan manusia baik secara verbal
maupun nonverbal dalam melaksanakan pembeljaran ini maka diperlukan
komunikasi antar peserta didik dan pendidik suapaya pendidik mengetahui apakah
peserta didik normal atau kurang normal itulah fungsi dari komunikasi,dengan
adanya komunikasi maka maka terlihat ekpersi atau ciri khas dari mereka yang
tunarugu wicara,beda dengan mereka yang memiliki serabah kecukup baik lahir
maupun batin. Dengan demikian perlu dilakukan komunikasi secara inrapersonal
antar pendidik dengan peserta didik, mereka yang keterbatsan fisik ini mereka akan
bermomunikasi dengan mengunakan bahasa tubuh suapaya berintaraksinya bisa
dipahami oleh orang lain.17

E. Pembelajaran PAI Pada Difabel Keterbatasan Fisik Lainnya

Dengan adanya pembelajaran PAI ini maka anak yang tergolong difabel ini atau
keterbatasan fisik cara mengembangakan karakternya dengan cara kemandirian atau
sosial, justru peserta didik yang normal sangat mengapresiasi atas kegigihan yang
16
JokoYuwono, MemahamiAnak Autistik, Bandung: Alfabeta, 2012,Cet. Ke-2Edi Suardi, Pedagogik II
(Bandung Angkasa, 1966)

17
JokoYuwono, MemahamiAnakAutistik, Bandung: Alfabeta, 2012,Cet. Ke-2

22
mereka capai bagi anak distabilitas itu biasa-biasa saja,karena mereka yang normal
lebih bisa dari meraka sedangakan mereka hanyala orang- orang yang keterbatsan
fisik tidak mungkin bisa bersaing didunia pendidikan akan tetapi kita tidak bisa
menerkah nasib seseorang karena kita yang merangacanag tapi tuhan yang
nentukanya apa yang terjadi itu atas kehendak oleh maha kuasa yang mencipatakn
manusia berserta seisinya dimuka bumi ini tamapa terkecuali, mnusia itu sama dimata
allah tidak ada yang semprnah melaikan yang menjadi pembeda itu adalah iman
dan ketaqaan yang mereka mililiki

F. Pembelajaran PAI Pada Difabel Gangguan Bicara

Adalah sebuah komunikasi yang dilakuakan manusia baik secara verbal


maupun nonverbal dalam melaksanakan pembeljaran ini maka diperlukan
komunikasi antar peserta didik dan pendidik suapaya pendidik mengetahui
apakah peserta didik normal atau kurang normal itulah fungsi dari
komunikasi,dengan adanya komunikasi maka maka terlihat ekpersi atau ciri khas
dari mereka yang tunarugu wicara,beda dengan mereka yang memiliki serabah
kecukup baik lahir maupun batin. Dengan demikian perlu dilakukan komunikasi
secara inrapersonal antar pendidik dengan peserta didik, mereka yang
keterbatsan fisik ini mereka akan bermomunikasi dengan mengunakan bahasa
tubuh suapaya berintaraksinya bisa difahami oleh orang lain.

G. Pembelajaran PAI Pada Difabel hiferaktif

1. hal yang harus guru lakukan dalam menghadapi anak hiferaktif

kita harus selalu memberikan pengawasan terhadap anak hiferaktif ini ,


memperbanyak komunikasi, tidak emosian atau memaharahi anak,
berinasehat dan pengarahan. Serta memberikan hukuman yang bermanfaat
bagi anak dan tidak memberakatkan sianak.
2. Media yang digunakan guru dalam menghadapi anak hiferaktif

Kita harus memanfaatkan media visual gambardan audio visual , yang


paling penting media yang kita gunakan harus sesuai dengan materi yang
akan kita ajarkan agar mendapatkan hasil yang maksimal.

23
3. Faktor pendukung dalam menghadapi anak hiferakif iala daya ingin tahu
anak hiferakif yang tinggi akan membuat anak memiliki pengetahuan
yang lebih luas18

BAB V

PRINSIP PRINSIP PEMBELAJARAN PAI PADA DIFABEL

1. Kepintaran dan Kesabaran

18
JokoYuwono, MemahamiAnakAutistik, Bandung: Alfabeta, 2012,Cet. Ke-2Edi Suardi, Pedagogik II
(Bandung Angkasa, 1966)

24
Menurut Paul Suparno, sikap guru kelas yang ideal terhadap anak
berkebutuhan khusus hendaknya memiliki semangat sebagai berikut.
a. Cintai siswa
b. Menghormati nilai-nilai kemanusiaan lebih dari aturan formal
c. Sikap pembebasan dan tidak membelenggu. Sikap ideal ini merupakan
landasan yang harus ada dan dimiliki oleh seorang guru, termasuk guru kelas,
guru luar biasa, guru mata pelajaran, dan guru lainnya.

Guru pendamping bergabung dengan kelas dan memberikan bimbingan belajar


tambahan ketika anak tersebut tidak dapat mengikuti pembelajaran klasik seperti
teman lainnya. Guru kelas memainkan peran penting dalam pendidikan anak
berkebutuhan khusus di sekolah inklusif. Sikap guru kelas tidak hanya dilihat dari
sikap terhadap anak berkebutuhan khusus tetapi juga terkait dengan anak normal.19

2. Memahami Anak Dan Psikologi Anak


Sebagai seorang guru, kita harus mengetahui psikologi siswa. Setiap manusia
pasti memiliki karakter yang dapat dikatakan berbeda, oleh karena itu sebagai
seorang guru kita harus memiliki pemahaman yang mendalam tentang psikologi
perkembangan, dalam hal ini dapat membantu guru dalam melakukan pendekatan
kepada siswa. Seorang anak akan mengalami fase yang berbeda seiring dengan
pertumbuhannya serta pendidikan internalnya
Suatu proses pembelajaran atau dalam dunia pendidikan harus sesuai dengan
perkembangan anak dalam artian guru dari siswa diharapkan dapat melakukan
atau menenangkan siswa pada saat siswa sulit dalam mengelola.
Dikatakan bahwa pola tumbuh kembang anak merupakan pola kompleks yang
dihasilkan dari beberapa proses yaitu proses biologis dari proses kognitif dan
proses emosional siswa. Proses biologis dapat dikatakan sebagai suatu perubahan
pada tubuh anak dapat dikatakan merupakan warisan atau genetik baik dari orang
tua maupun dari keluarga lain proses biologis dalam hal ini berperan dalam
perkembangan otak, tinggi badan, bentuk, berat badan dan Perkembangan dalam
hal ini proses kecerdasan kognitif dan proses perkembangan kognitif anak
membuat anak mampu mengingat suatu masalah yang dapat menyelesaikan suatu

19
Paul Suparno.(2005). Guru Demokratis di Era Reformasi.Jakarta:Grasindo. Hal.71

25
masalah, kita mendapat manfaat apabila memahami psikologi atau ciri-ciri anak
antara lain dengan memahami perkembangan anak didik, seorang guru akan
mampu memberikan harapan. atau memberikan hal-hal yang realistis kepada
siswa. Dan juga guru akan memiliki pemahaman tentang perkembangan anak dan
dapat membantu anak dalam merespon dengan tepat perilaku seorang siswa,
pengetahuan tentang perkembangan siswa dapat membantu guru mengenali kapan
perkembangan normal seorang anak benar-benar dimulai, dengan mengetahui pola
normal perkembangannya. . ini akan memungkinkan seorang guru untuk
mempersiapkan seorang anak. Nantinya untuk menghadapi perubahan yang akan
terjadi pada tubuh dan perilakunya, perilakunya disini mengetahui tentang
perkembangan bimbingan belajar yang tepat bagi siswa atau siswanya, dalam
suatu perkembangan pendidikan dapat membantu guru untuk lebih memahami diri
dan memahami siswa melalui perkembangan psikologi dari hal tersebut. kita akan
mendapatkan wawasan dan pemahaman tentang pendidikan anak-anak kita.20

3. Menguasai dan Memahami Metode


Metode Pembelajaran atau Metodik berasal dari bahasa Yunani yaitu metha
berarti melalui dan hodos berarti jalan atau cara. Metodik berarti jalan atau cara
yang harus dilalui untuk mencapai tujuan tertentu. Atau dengan perkataan lain,
metodik ialah ilmu atau cara yang harus dilalui dalam proses pembelajaran agar
dapat mencapai tujuan pembelajaran.4 Metode dalam bahasa Arab dikenal dengan
istilah thuriquh yang berarti langkahl-angkah strategis dipersiapkan untuk
melakukan suatu pekerjaan.
Pembelajaran adalah kegiatan terencana yang mengkondisikan atau
merangsang sesorang agar bisa belajar dengan baik sesuai dengan tujuan
pembelajaran.3Pada proses pembelajaran guru mengupayakan dengan berbagai
strategi, metode, dan pendekatan agar dapat mengoptimalkan potensi yang
dimiliki oleh peserta didik. Hasil akhir yang diharapkan dari pembelajaran bukan
hanya penguasaan materi tetapi juga pengembangan potensi peserta didik,
sehingga pembelajaran dikatakan berhasil apabila potensi peserta didik dapat

20
Suyono dan Hariyanto, Belajar Dan Pembelajaran: Teori Dan Konsep Dasar (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2011), hlm, 12.

26
berkembang sesuai tujuan pembelajaran, sedangkan belajar dikatakan berhasil
apabila seseorang mampu mengulangi kembali materi yang telah dipelajarinya.
Dari uraian diatas tentang pengertian metode sekaligus metode pembelajaran
memberikan pemahaman bahwa metode atau metode mengajar adalah suatu ayang
berperan penting dalam mendukung proses belajar mengajar ,dengan adanya
metode pembelajaran proses nelajar akan berjalan dengan baik dan dapat saling
menguntungkan anta guru dan murid .Dimana murid akan merasa tenang dan
nyaman akan pemberian materi yang disalurkan oleh guru ,Dan begitu pula
sebaliknya guru akan senng mengajari siswa-siswi nya akatif saat proses belajar
berlangsung dan juga gurunya akan merasa senang karena peningkatan hasil
belajar siswanya.
Kompetensi professional, meliputi kecakapan melaksanakan tugas Dan
memecahkan suatu masalah Jadi dalam proses belajar mengajar anak difabel
Ini.dapat akan salah satunya itu peluang kompentensi dasar dimana guru tersebut
mengajaran anak-anak itu mengenai huruf- huruf yang paling dasar suapaya
menarik perhatianan peserta didik tersebut.21

4. Menguasai Materi Kalaboratif


Manusia pada hakekatnya adalah makhluk yang terus berusaha meningkatkan
keterbatasan dirinya, keterbatasan pikirannya dan keterbatasan tradisi yang
mengikatnya, dengan menolaknya sebagai suatu fakta dan sebagai satu
kenyataan.5 Oleh karena itu manusia akan selalu melakukan interaksi dan
kerjasama dengan orang lain dalam mencapai tujuan- tujuan yang diinginkannya.
Lebih-lebih dalam era globalisasi seperti saat ini, ada kecenderungan
ketergantungan antar manusia dalam segala hal. Dengan demikian keterampilan
bekerjasama dengan orang lain sangat dibutuhkan, dan merupakan suatu aspek
sosial yang harus dimiliki oleh setiap orang dalam kehidupannya.
Pada dasarnya menguasai materi kalaboratif itu sangat penting karena dengan
adanya kalaboratif proses pembelajaran dapat mendukung satu sama
lain.Kalaboratif dapat meningkatkan interaksi dengan baik sesama peeserta didik
dan guru.Materi ini juga dapat memecahkan masalah secara baik dan tuntas

21
Efendi,M.(2006).Psikopedagogik Anak Berkelainan. Jakarta: Bumi Aksara.

27
karena didorong oleh kerja sama yang bagus serta bereaksi dan bekerja untuk
memahami terhadap pertanyaan lain, pengertian yang mendalam dan solusi dan
bahkan masingmasing anggota menguasakan pada anggota lain untuk berbicara
dan memberi masukan dan untuk mempertimbangkan kontribusi mereka
Collaborative learning sejatinya merupakan metode pembelajaran yang lebih
menekankan pada tugas spesifik dan berbagi tugas dalam kerja kelompok,
membandingkan kesimpulan dan prosedur kerja kelompok, dan memberikan
keleluasaan yang lebih besar pada peserta didik dalam kerja kelompok
(Dillenbourg, 1999). Hal tersebut tentu saja sangat bertolak belakang dengan
metode konvensional, yang lebih menekankan pada ceramah dan diskusi
kelompok yang ketat dengan pengawasan pendidik, yang membuat peserta didik
menjadi kurang aktif dalam bekerja dan berpendapat. Pada proses pembelajaran
yang konvensional, pembelajar memberikan materi belajar secara searah, yakni
dalam bentuk satu arah komunikasi (teacher oriented), namun pada proses
pembelajaran inovatif, arah komunikasi adalah dua arah (student oriented).

5. Alat Bantu
Selanjutnya system penyelenggaraan pendidikan agama islam terhadap anak –
anak yang berkebutuhan khusus. Terkait penyelenggaraan pendidikan agama
Islam bagi anak berkebutuhan khusus dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang
Sisdiknas Pasal 37 Ayat 1 menyebutkan bahwa “Kurikulum pendidikan dasar dan
menengah wajib memuat: a. Pendidikan agama. kehidupan manusia.Pada
dasarnya pendidikan untuk anak-anak yang berkebutuhan khusus harus dipelajari
dengan untuk lebih dipertegaskan .Karena dalam mengajari anak-anak yang
berkebutuhan khusus merupakan proses pemberian bantuan pendidikan dalam
membantu anak-anak berkebutuhan khusus agar bisa mendapatkan pengetahuan
layaknya anak-anak normal pada umumnya.Sebab Allah Swt. pun tidak
membebani kecuali sesuai dengan kapasitas yang dimiliki seseorang dan manusia
sendiri pun diperintahkan Allah SWT. untuk melakukan takwa sesuai dengan
kemampuannya22.Berdasarkan pemikiran tersebut menegaskan bahwa pentingya
pendidikan agama islam bagi anak- anak yang berkebutuhan khusus .
Dalam mengajari anak – anak yang berkebutuhan khusus alat bantu itu
22
QS. At-Taghabun (64) ayat 16

28
memang sangat dibutuhkan karena dengan adanya alat bantu tiap pembelajaran
yang tersampaikan dapat terkontrol dengan baik.Misalnya pada anak yang
mengalami atau para penyandang tunarungu biasanya menggunakan bahasa
isyarat, membaca gerak bibir, atau strategi lainnya untuk berkomunikasi dengan
orang lain. Selian itu, penyandang tunarungu menggunakan alat bantu seperti
implan koklea untuk memudahkannya berkomunikasi.
Begitu juga untuk anak – anak yang berkebutuhan khusus Akibat hilangnya
fungsi penglihatan seseorang penyandang tuna netra maka dari itu orang yang
memiliki keterbatasan fisik tuna netra biasanya menggunakan indera – indera
yang lainnya seperti indera penciuman ,perabaan dan pendengaran guna untuk
memaksimalkan aktivitas yang ingin ia lakukan. Dalam pendidikan atau proses
pembelajaran bagi penyandang tuna netra ini memiliki alat khusus untuk
medukuang kemampuannaya agar bisa mempelajari pelajaran yang disampaikan
disekolahnya. Misalkan Bagi penyandang tuna netra ia bias membaca buku
dengan menngunakan buku khusus . Begitu pula dalam mempelajari pendidikan
agama islam ,guru yang mengajar pendidikan agama islam pada anak – anak yang
mengalami gangguan penglihatan biasa naya menggunakan alat pendukung
pembelajaran ,seperti kegiatan membaca al-quran guru pendidikan agama islam
membutuhkan al-quran yang bias diraba untuk dibacakan oleh anak- anak yang
memiliki keterbatasan atau berkebutuhasn khusus seperti tuna netra itu .Disabilitas
tnanetra merupakan seseorang yang memiliki kelainan penglihatan dari tingkatan
ringan, berat, atau buta total. Dengan kondisi tersebut, penyandang disabilitas
tunanetra sangat membutuhkan pendidikan dan akses informasi secara khusus.
Perpustakaan umum dituntut dapat menyediakan pengelolaan akses informasi
secara accessible bagi disabilitas tunanetra

BAB VI

PELUANG DAN TANTANGAN GURU PEMBELAJARAN PAI


DIFABEL

29
A. Kekuatan (strategi) yang harus dimiliki guru PAI yang mengajar siswa difabel

Strategi merupakan suatu kekuatan atau tindakan yang harus disiapkan dan
dilaksanakan oleh guru dalam melaksanakan proses pembelajaran agar siswa dapat
mencapai tujuan tertentu. Dalam mendidik siswa berkebutuhan khusus terdapat kekuatan
(strategi) yang harus dilakukan guru yaitu sebagai berikut:

1. Perencanaan
Yakni penataan yang telah direncanakan oleh guru untuk dilaksanakan dalam
pembelajaran yang ingin dilakukannya guna mencapai tujuan tertentu. Dalam
melaksanakan suatu proses pembelajaran dilakukan suatu perencanaan yang harus
sesuai dengan target yang ingin dicapai. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan
guru dalam perencanaan:

a. Mempelajari catatan pribadi siswa sehingga guru dapat dengan mudah melihat
kekurangan apa yang ada pada siswa tersebut dan melihat serta memahami latar
belakang siswa. Begitu juga dengan guru Pendidikan Agama Islam, yang harus
dilakukan adalah memahami latar belakang siswanya
b. Menciptakan situasi pembelajaran yang konstruktif, seperti memberikan
penghargaan kepada siswa dalam rangka merekomendasikan konsep
pembelajaran dan mendorong motivasi siswa untuk maju.
c. Memberi kesempatan kepada penyandang disabilitas untuk berpartisipasi dalam
pembelajaran dan dapat berteman dengan aktif dalam kegiatan sosial
d. Membimbing peserta didik berkebutuhan khusus untuk menyadari, menerima,
dan memberikan motivasi dan semangat agar dapat maju tanpa disadari memiliki
kekurangan.
e. Membantu, membimbing, dan mengarahkan anak-anak penyandang disabilitas
untuk bersenang-senang
f. Materi yang dijelaskan guru kepada siswa harus jelas agar siswa lebih memahami
baik mata pelajaran Pendidikan Agama Islam maupun mata pelajaran lainnya.
g. Memberikan materi sesuai kemampuan dan pemahaman siswa serta tidak
terkalahkan dengan alokasi waktu.
h. mengajarkan banyak pelajaran tentang amalan ibadah, menghafal dan
menggunakan metode pembiasaan agar siswa terbiasa dan terbawa suasana
dalam kesehariannya.

B. Tantangan

Secara aktual, guru-guru dihadapkan pada situasi zaman yang terus

30
bergerak dan semakin kompleks. Tantangan dalam mendidik anak-anak
bangsa semakin kompleks. Gambaran Freire dan Ki Hadjar Dewantara
yang memosisikan guru sebagai kompas kemanusiaan semakin terkikis di
era pragmatis ini. Setidaknya ada empat hal yang menyebabkan guru
semakin sulit untuk mendidik anakanak bangsa;

Pertama, terkait dengan visi mendidik anak di tengah semakin


pragmatisnya cara pandang masyarakat. Mendidik dipersempit sebatas
transfer pengetahuan dan keterampilan yang berguna bagi anak-anak di di
dunia kerja.

Kedua, pemosisian guru dalam lingkup administratif dan manajemen


pembelajaran semata. Pada posisi ini guru menjadi petugas yang
menyelesaikan berbagai tagihan administratif atau memberikan penilaian
kepada siswa.

Ketiga, tantangan sosiokultural yang terkait dengan pola adaptasi


yang dihadapi ketika mengajar siswa yang beragam. Guru masih
cenderung gebyah-uyah ketika mengajar. Bagaimana guru memahami
keberagaman peserta didik dari berbagai latar menjadi penting. Guru
perlu responsif terhadap konteks geografis, sosiokultural, dan
demografis ketika mereka mengajar.

Keempat, keterbatasan untuk meningkatkan kapasitas seperti


peluangmendapat pelatihan dan beasiswa. Peluang untuk mendapat
beasiswa baik untuk melanjutkan studi maupun pelatihan bagi guru
menjadi sangat penting. Prioritas utama ialah bagi mereka yang memiliki
keterbatasan akses.

C. Peluang

Di samping tantangan, guru Pendidikan Agama Islam juga


mempunyai peluang untuk mengembangkan pemikirannya dalam
mencarikan ide-ide dalam mengatasi tantangan-tantangan yang ada.
Selain itu seorang guru juga memiliki peluang untuk membuka jawaban
terhadap persoalan tersebut dengan cara menjadikan mata pelajaran PAI
sebagai mata pelajaran yang penting dan paling dibutuhkan bagi siswa
kemudian diikuti dengan proses pembelajaran yang menarik dan

31
menyenangkan. Dengan cara seperti itu diharapkan mata pelajaran PAI
mendapat perhatian yang sama oleh siswa diantara mata pelajaran
lainnya.

D. Kelemahan

Berikut beberapa kelemahan dan kessalahan yang sering ditemui oleh


guru dalam pembelajaran dikelas:

a. Dalam mengajar guru belum menyiapkan atau membuat sendiri


perangkat pembelajaran yang disebut dengan RPP.

b. Sering kali dalam mengajar guru tidak membawa media atau alat
pembelajaran di kelas.
Guru jarang membawa siswa kedunia nyata anak-anak hanya menjalaskan
dan menjabarkan teori. Guru jarang menggunakan metode mengajar yang
menyenangkan

32
REFERENSI

DEPAG RI, 2007, Pedoman Umum PAI Sekolah Umum dan Luar Biasa, Mapel PAI SDLB,

Jakarta

Dwi Fitri Wiyono, Model Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Pendidikan Agama

Islam Pada Sekolah Dasar Inklusi di Kota Batu, (Malang: Universitas Islam Negeri Maulana

Malik Ibrahim Malang, 2016)

Efendi,M.(2006).Psikopedagogik Anak Berkelainan. Jakarta: Bumi Aksara

JokoYuwono, MemahamiAnakAutistik, Bandung: Alfabeta, 2012,Cet. Ke-2Edi Suardi,

Pedagogik II (Bandung Angkasa, 1966)

Nugroho, Agung, and Lia Mareza. "Model dan Strategi Pembelajaran Anak

Berkebutuhan Khusus dalam Setting Pendidikan Inklusi” Jurnal pendidikan

Dasar Perkhasa : Jurnal pendidikan dasar2 (2016): 145-156

Paul Suparno.(2005). Guru Demokratis di Era Reformasi.Jakarta:Grasindo

Zakiah Darajad, dkk, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, cet.II (Jakarta: Bumi

Aksara, 2011)

https://nalarpolitik.com/Ham-dan-konstitusi-ekonomi-difabel , diakses pada


tanggal 30
Maret 2021

https://islam.nu.or.id/post/read/83401/pandangan-islam-terhadap-penyandang-disabilitas,
diakses pada tanggal 30 Maret 2021

33

Anda mungkin juga menyukai