Anda di halaman 1dari 53

PROBLEMATIKA GURU DALAM IMPLEMENTASI PROJECT

PELAJAR PANCASILA PADA KURIKULUM MERDEKA SD NEGERI 35


SELUMA

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat


Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Dalam Ilmu Tarbiyah

Oleh:
ERIN SILVIYA MANDA SARI
2011240047

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


JURUSAN TARBIYAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN TADRIS
UNIVERSITAS ISLAM ENGERI FATMAWATI SUKARNO BENGKULU
2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT berkat Rahmat, hidayah, dan karunia-Nyalah
sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian yang berjudul
“Problematika Guru dalam Implementasi Project Pelajar Pancasila Pada
Kurikulum Merdeka SD Negeri 35 Seluma” Tepat pada waktunya.
Pada kesempatan ini, penulis hendak menyampaikan terimakasih kepada
semua pihak yang telah memberikan dukungan moril maupun materil sehingga
proposal penelitian ini dapat selesai.
Meskipun telah berusaha menyelesaikan proposal penelitian ini sebaik
mungkin, penulis menyadar bahwa proposal penelitian ini masih ada kekurangan.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
para pembaca guna menyempurankan segala kekurangan dalam penyusunan
proposal penelitian ini. Akhir kata, penulis berharap semoga proposal penelitian
ini berguna bagi para pembaca dan pihak-pihak lain yang berkepentingan.

Bengkulu, Maret 2024

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL......................................................................................... i
KATA PENGANTAR....................................................................................... ii
DAFTAR ISI...................................................................................................... iii
.............................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................. 1
B. Batasan Masalah................................................................................ 6
C. Rumusan Masalah.............................................................................6
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian......................................................... 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori..................................................................................8
1. Pengertian Problematika Guru....................................................... 8
2. Macam-Macam Problematika Guru di Sekolah............................. 10
3. Implementasi.................................................................................. 13
4. Project Pelajar Pancasila................................................................ 14
5. Kurikulum Merdeka....................................................................... 26
B. Kajian Pustaka...................................................................................36
C. Kerangka berpikir ............................................................................. 39
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian........................................................ 41
B. Tempat dan Waktu Penelitian........................................................... 41
C. Sumber Data...................................................................................... 41
D.Teknik Pengumpulan Data............................................................... 42
E. Keabsahan Data................................................................................ 43
F. Teknik Analisis data.......................................................................... 44
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk memberikan
bimbingan atau pertolongan dalam mengembangkan potensi jasmani dan
rohani yang diberikan oleh orang dewasa kepada peserta didik untuk mencapai
kedewasaannya serta mencapai tujuan agar peserta didik mampu melaksanakan
tugas hidupnya secara mandiri. Dalam pendidikan sesorang yang memberikan
bimbingan dinamakan dengan pendidik atau guru sedangkan orang yang diberi
atau menerima bimbingan dinamakan dengan peserta didik atau murid.
Pendidikan memiliki tujuan yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dan
mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, karena dengan pendidikan
menjadikan manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha
Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan,
kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap. Pendidikan Nasional
berdasarkan Pancasila dan UndangUndang 1945.
Dalam Al-Qur'an Q.S. Al-Mujadilah ayat 11, Allah Subhanahu wa ta'ala
berjanji, akan meninggikan derajat orang-orang yang berilmu:

‫ِقْي َل َو ِاَذ ا َلُك ْۚم ُهّٰللا َي ْف َس ِح َفاْف َس ُحْو ا اْلَم ٰج ِلِس ِفى َتَفَّسُحْو ا َلُك ْم ِقْي َل ِاَذ ا ٰا َم ُنْٓو ا اَّلِذ ْي َن ٰٓي َاُّي َه ا‬
‫ِبَم ا َو ُهّٰللا َد َر ٰج ٍۗت اْلِع ْلَم ُاْو ُتوا َو اَّلِذ ْي َن ِم ْنُك ْۙم ٰا َم ُنْو ا اَّلِذ ْي َن ُهّٰللا َي ْر َفِع َفاْنُشُز ْو ا اْنُشُز ْو ا‬
(١١) ‫َخ ِبْيٌر َت ْع َم ُلْو َن‬
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu
“Berilah kelapangan di dalam majelis-majelis,” lapangkanlah,
niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Apabila
dikatakan, “Berdirilah,” (kamu) berdirilah. Allah niscaya akan
mengangkat orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang
yang diberi ilmu beberapa derajat. Allah Mahateliti terhadap apa
yang kamu kerjakan”. (Q.S. Al-Mujadilah [58]:11)

Pendidikan Nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan serta


meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia Indonesia dalam rangka
upaya mewujudkan tujuan nasional dan Penyelenggaraan pendidikan.

1
2

Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan


mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman
dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur,
memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani,
kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab
kemasyarakatan dan kebangsaan.1
Kurikulum berasal dari bahasa latin, yakni “Curriculae”, artinya jarak
yang harus ditempuh oleh seorang pelari. Kurikulum diartikan jangka waktu
pendidik yang harus ditempuh oleh peserta didik yang bertujuan untuk
memperoleh ijazah.2 Kurikulum adalah nyawa dari jalannya pendidikan
Pendidikan di Indonesia selalu mengalami perubahan dari waktu ke waktu.
Perubahan kurikulum tentunya tidak dapat dihindari dan dilewati, namun harus
selalu dijalani dan disesuaikan dengan kebutuhan juga prinsip. Sistem
pendidikan nasional dituntut untuk selalu melakukan pembaruan secara
terencana, terarah dan berkesinambungan sehingga mampu menjamin
pemerataan pendidikan, peningkatan mutu juga relevansi dan efensiensi
manajemen pendidikan untuk menyiapkan peserta didik menghadapi tantangan
sesuai tuntutan perubahan kehidupan baik lokal, nasional, hingga global.3
Perubahan kurikulum Pendiddikan Indonesia sudah terjadi pada zaman
orde lama yaitu kurikulum rencana pembelajaran tahun 1947, kurikulum
rencana pendidikan sekolah dasar tahun 1964 dan kurikulum sekolah dasar
1968. Pada zaman orde baru yaitu kurikulum proyek perintis sekolah
pembangunan (PPSP) tahun 1973, Kurikulum SD tahun 1975, kurikulum 1975,
kurikulum 1984, kurikulum 1994, dan revisi kurikulum 1994 tahun 1997. Pada
masa reformasi yaitu Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) tahun 2004,
Kurikulum Tingkat Satuan Pelajar (KTSP) tahun 2006, dan Kurikulum 2013.
Kurikulum terbaru dan tengah dilaksanakan saat ini pada beberapa
sekolah sebagai sekolah penggerak adalah Kurikulum Merdeka. Kurikulum
1
Rahman Abadillah, "Ilmu Pendidikan konsep, teori dan aplikasinya", (Medan, 2019),
h.23-30.
2
Syofnidah Ifrianti, "Konsep dan Pengembangan Kurikulum", (Yogyakarta: Pustaka
Pranala, 2019), h.2.
3
Ibid
3

merdeka tetaplah mengutamakan pendidikan karekter melalui profil pelajaran


pancasila.4 Tujuan utama kurikulum merdeka adalah untuk menciptakan
pendidikan yang menarik bagi peserta didik dan pendidik. Kurikulum merdeka
menerapkan pengembangan aspek keterampilan dan karakter sesuai dengan
nilai-nilai bangsa Indonesia. Pancasila adalah dasar negara Republik Indonesia.
Semua warga negara diwajibkan memahami dan mengamalkan Pancasila serta
menjadikan Pancasila sebagai pegangan hidup. Dalam proses pembelajaran,
Pancasila tidak sebatas pada konteks pengetahuan belaka, namun harus sampai
pada bagaimana mengaplikasikan dalam kehidupan yang nyata.
Profil Pelajar Pancasila merupakan bentuk penerjemahan tujuan
pendidikan nasional, dimana pendidikan diselenggarakan agar setiap individu
dapat menjadi manusia yang “beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kretaif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Profil Pelajar Pancasila
berperan sebagai referensi utama yang mengarahkan kebijakankebijakan
pendidikan termasuk menjadi acuan untuk para pendidik dalam membangun
karakter serta kompetensi peserta didik. Dalam Profil Pelajar Pancasila
pendidikan di Indonesia dijabarkan ke dalam enam dimensi yaitu: (1) beriman,
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia; (2) mandiri; (3)
bergotongroyong; (4) berkebinekaan global; (5) bernalar kritis; dan (6) kreatif.
Profil Pelajar Pancasila dapat dijadikan pegangan bagi seluruh pemangku
kepentingan, terutama guru serta pelajar, dalam menjalankan proses
pembelajaran. Keenam dimensi tersebut juga perlu dilihat sebagai satu
kesatuan yang tidak terpisahkan.5 Apabila salah satu dimensi dari Profil Pelajar
Pancasila ditiadakan, maka profil ini akan tidak akan bermakna. Misalkan,
apabila seorang peserta didik ingin mengeluarkan ide baru dan asli dalam
memecahkan suatu masalah, dibutuhkan kemampuan berfikir kritis untuk

4
Andriani Yusuf Tri Herlambang, Dwi Wulandari, “Proyek Penguatan Profil Pelajar
Pancasila sebuah orientasi baru pendidikan dalam meningkatkan karakter siswa Indonesia,” Jurnal
Basicedu 6, no. 4 (2022), h.7077.
5
I Wayan Wijania Dyah M. Sulistyati, Sri Wahyaningsihh, "Buku Panduan Guru Projek
Penguatan Profil Pelajar Pancasila untuk Satuan PAUD", (Jakarta: Pusat Kurikulum dan
Pembukuan, 2021), h.2.
4

melihat permasalahan yang ada. Pemecahan masalah yang dihasilkan juga


perlu mempertimbangkan akhlak kepada sesama mahkluk hidup yang dapat
dimunculkan dari dimensi beriman, bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa
dan berakhlak mulia, membutuhkan orang lain dalam memecahkan masalah
dari dimensi bergotong royong dan berkebinekaan global, dan memperhatikan
keahlian pada diri sendiri dalam memecahkan masalah dari dimensi mandiri.
Jika dilihat dari nilai guna Profil Pelajar Pancasila dalam modul ajar
kurikulum merdeka belajar di sekolah, menjadi transformasi yang baik guna
perwujudan sumber daya manusia yang unggul. Guru harus memahami dan
mengimplementasikan penilaian dari perwujudan profil Pelajar Pancasila. 6
Profil Pelajar Pancasila, dirumuskan sebagai berikut: “Pelajar Indonesia
merupakan pelajar sepanjang hayat yang kompeten, berkarakter, dan
berperilaku sesuai nilai-nilai Pancasila.” Pernyataan profil dalam satu kalimat
tersebut menunjukkan rangkuman tiga hal besar, yaitu pelajar sepanjang hayat,
kompetensi, dan karakter sesuai nilai-nilai Pancasila. Ketiganya adalah konsep
yang sangat besar. Menjadi pelajar sepanjang hayat membutuhkan
kemandirian, di mana seseorang mampu mengidentifikasi kebutuhannya untuk
belajar, termotivasi, dan mampu untuk mencari sumber dan menggunakan
metode belajar yang sesuai dengan dirinya. Kemandirian ini pada hakikatnya
merupakan visi pendidikan yang dicanangkan oleh Ki Hadjar Dewantara. 7
Tidak kalah pentingnya, pendidikan Pancasila merupakan jalur yang
menyadarkan dan mencerahkan masyarakat Indonesia terhadap situasi dan
persoalan yang terjadi atas dasar Pancasila.
Tujuan Pendidikan Pancasila yaitu menghasilkan peserta didik yang
menanamkan dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila, sehingga menjadi
generasi penerus yang beriman, bertaqwa, dan berbudi pekerti luhur. Nilai-nilai
tersebut akan membentengi siswa tehadap gempuran radikalisme, ateisme,
komunisme, bahkan liberalisme yang mulai merembes ke dalam kehidupan
6
Levandra Balti Winda Trisnawati, Randi Eka Putra, “Tinjauan Aksiologi pada Profil
Pelajar Pancasila kurikulum merdeka,” Jurnal muara Pendidikan Vol. 7 No. 2 (2022), h.287.
7
Bambang Samsul Arifin Dini Irawatai, Aji Muhamad Iqbal, Aan Hasanah, “Profil Pelajar
Pancasila sebagai upaya mewujudkan karakter Bangsa,” Jurnal Pendidikan Vol.6 No. 1 (2022),
h.1229.
5

masyarakat. Penggunaan Profil Pelajar Pancasila dalam dunia pendidikan


memberikan inovasi untuk bisa menyamakan keperibadian bangsa sesuai
dengan nilai-nilai yang terdapat dalam Pancasila.
Strategi awal penerapan Profil Pelajar Pancasila dengan cara memberikan
pemahaman dan arahan terkait filosofi Pancasila. Kemudian,
mengimplementasikan kegiatan dan perilaku di dalam lingkungan sekolah.
Selain di lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat juga harus ikut
berkoordinasi agar kebijakan berjalan dengan optimal. Bayangkan betapa
malangnya jika implementasi Profil Pelajar Pancasila hanya formalitas di
sekolah tanpa dukungan dari masyarakat. Akibatnya, generasi-generasi akan
semakin terperangkap di dalamnya dan menjadi sumber rusaknya karakter
generasi-generasi selanjutnya. Padahal idealnya generasi mendatang harus
menjadi generasi yang produktif dan berjasa memperbaiki Negara.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara awal di lapangan yang
peneliti lakukan di SD Negeri 35 Seluma, menurut salah satu guru kelas bahwa
di SD Negeri 35 Seluma saat ini sudah menerapkan Kurikulum Merdeka yaitu
di kelas I, II, IV dan kelas V, hal itu dibuktikan dari penggunaan modul ajar
dan ATP dalam perencanaan pembelajaran. Dalam Kurikulum merdeka, siswa
tidak hanya dibentuk menjadi cerdas, Namun, juga berkarakter sesuai dengan
nilai-nilai Pancasila atau yang disebut sebagai wujud Profil Pelajar Pancasila.
Profil Pelajar Pancasila menjadi tujuan akhir dari kurikulum merdeka.
Karena masih banyak permasalahan yang di hadapi oleh guru kelas
dalam menerapkan Kurikulum Merdeka salah satunya dalam Project Pelajar
Pancasila di kelasnya seperti salah satu permasalahan yang di hadapi guru
kelas yaitu dalam pembuatan modul serta penyusunan modul dan disamping itu
guru juga harus menyiapkan media belajar sehingga itu menjadi tantangan guru
kelas yang harus di hadapi saat ini, maka penulis tertarik melakukan penelitian
yang berjudul “Problematika Guru dalam Implementasi Project Pelajar
Pancasila Pada Kurikulum Merdeka SD Negeri 35 Seluma”.
B. Rumusan masalah
6

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti merumuskan


masalah sebagai berikut:
1. Apa saja Problematika Guru dalam Implementasi Project Pelajar Pancasila
Pada Kurikulum Merdeka di SD Negeri 35 Seluma?
2. Bagaimana cara Guru menangani permasalahan dalam Penerapan kurikulum
Merdeka Project Pelajar Pancasila bagi Peserta didik SD Negeri 35 Seluma?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui Problematika Guru dalam Implementasi Project Pelajar
Pancasila Pada Kurikulum Merdeka di SD Negeri 35 Seluma.
2. Untuk mengetahui cara Guru menangani permasalahan dalam Penerapan
kurikulum Merdeka Project Pelajar Pancasila bagi Peserta didik SD Negeri
35 Seluma.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis dan
praktis.
1. Secara Teoretis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dan manfaat
bagi kepentingan ilmu pendidikan khususnya dalam dunia pendidikan.
b. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi bahan kajian bagi
usaha penelitian lanjutan, perbandingan, maupun tujuan lain yang
relevan.
2. Secara Praktis
a. Bagi sekolah
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan dalam melakukan
pembenahan atau perbaikan sehingga tercipta suasana baru yang lebih
kondusif.

b. Bagi kepala sekolah


7

Hasil penelitian ini ialah bahan pertimbangan untuk meningkatkan


kualitas sumber daya dan kemampuan pendidik khususnya dalam
penerapan Project Pelajar Pancasila pada Kurikulum Merdeka Belajar.
c. Bagi guru
Penelitian ini dapat mengetahui usaha-usaha yang perlu atau dapat
dilakukan dalam menerapkan Project Pelajar Pancasila Kurikulum
Merdeka Belajar.
d. Bagi siswa
Sebagai bahan refleksi siswa dalam penerapan Project Pelajar Pancasila
pada Kurikulum Merdeka Belajar terhadap siswa/i SD Negeri 35 Seluma.
e. Bagi peneliti
Dibidang pendidikan digunakan sebagai rujukan pengembangan
alternatif solusi pemecahan masalah atas permasalahan yang di hadapi
guru dalam penerapan Project Pelajar Pancasila dalam Kurikulum
Merdeka Belajar pada siswa SD Negeri 35 Seluma.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori
1. Problematika Guru
Istilah problema atau problematika berasal dari Bahasa Inggris yaitu
“problematic” yang artinya persoalan atau masalah. Sedangkan menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia, problem ialah persoalan, sesuatu yang
harus diselesaikan. Problematika merupakan sesuatu yang harus
diselesaikan atau harus dicarikan jalan keluarnya. 8 Di dalam kamus filsafat
dan psikologi karangan Sudarsono menjelaskan bahwa problem adalah
masalah atau pernyataan yang memerlukan pemecahan masalah. Sedangkan
masalah ialah suatu keadaan yang mengakibatkan seseorang atau kelompok
menjadi rugi, atau sulit dalam melakukan sesuatu. 9 Jadi dapat dikatakan
bahwa yang dimaksud dengan problematika adalah persoalan atau masalah
yang masih belum dapat dipecahkan sehingga untuk mencapai suatu
tujuannya maka harus dicarikan jalan keluarnya.
Menurut Suharso, dkk, problematika adalah sesuatu yang
mengandung masalah. Permasalahan dapat juga diartikan sebagai sesuatu
yang menghalangi tercapainya tujuan. Secara umum, suatu masalah
didefinisikan sebagai keadaan atau kesenjangan antara harapan dan
kenyataan. Masalah sebagai gap antara kebutuhan yang dinginkan dan
kebutuhan yang ada. Problematika dalam sastra adalah masalah dalam diri
satu tokoh, permasalahan antara dua tokoh, dan permasalahan bisa saja
terjadi karena dorongan dasar dari sendiri, dapat juga dari lingkungan
keluarga ataupun masyarakat dan sebagainya.10

8
Dendy Sugono, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat Bahasa, 2008), h.921-922.
9
Imam Mutaqin dan Erni Wijayanti, ”Problemtika Penerapan Kurikulum 2013 Pada Mata
Pelajaran tematik Madrasah Ibtidaiyah Di Kecamatan Jogoroto”, Jombang: Jurnal Pendidikan
Dasar Islam Vol.1 No.2 (2019), h.11.
10
Suharso dan Ana Retnoningsih, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Semarang: CV. Widya,
2009), h.391.

8
9

Berdasarkan penjelasan di atas dapat di tarik kesimpulan bahwa


problematika adalah sesuatu masalah yang masih menimbulkan perdebatan
dan membutuhkan penyelesaian untuk pencapaian tujuan yang di inginkan,
sehingga tidak terjadi kesenjangan antara harapan dan kenyataan.
Menurut Abdul Muhith, masalah adalah suatu kendala atau persoalan
yang harus dipecahkan dengan kata lain masalah merupakan kesenjangan
antara kenyataan dengan suatu yang diharapkan dengan baik, agar tercapai
hasil yang maksimal. Yang dimaksud dengan problematika adalah suatu
kesenjangan antara harapan dan kenyataan yang membutuhkan penyelesaian
atau pemecahan.11
Dalam Kamus Bahasa Indonesia, guru diartikan sebagai orang yang
pekerjaanya mengajar.12 Guru ialah salah satu komponen manusiawi dalam
proses belajar mengajar yang ikut berperan serta dalam usaha pembentukan
Sumber Daya Manusia (SDM) yang potensial di bidang pembangunan.
Guru merupakan orang yang berwenang dan bertanggung jawab terhadap
pendidikan siswa-siswi, baik secara individual maupun secara klasikal, baik
di sekolah ataupun di luar sekolah.13
Menurut Sardiman, guru adalah salah satu komponen manusiawi
dalam proses belajar mengajar, yang ikut berperan dalam usaha
pembentukan sumberdaya manusia yang potensional di bidang
pembangunan dan keagamaan, oleh karean itu guru yang merupakan salah
satu unsur bidang kependidikan harus berperan serta secara aktif dan
menempatkan kedudukannya sebagai tenaga profesional, sesuai dengan
tuntutan masyarakat yang semakin berkembang serta Syariat Islam. Guru
tidak semata-mata sebagai “pengajar” transfer of knowledge tetapi juga
sebagai “pendidik” transfer of values dan sekalipun sebagai pembimbing
yang memberikan pengarahan dan tuntunan siswa dalam belajar.14
11
Abd. Muhith, “Problematika Pembelajaran Tematik Terpadu di MIN III Bondowoso”,
Indonesian Journal of Islamic Teaching Vol.1 No.1, (2018), h.47
12
Dendy Sugono, Op. Cit.,h. 509.
13
Hamzah B. Uno dan Nina Lamatenggo, Tugas Guru dalam Pembelajaran, (Jakarta: PT
Bumi Aksara, 2016), h.2.
14
Sardiman, Interaksi dan Motivasi dalam Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2000), h. 123
10

Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,


mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi
peserta didik pada pendidikan anak usia dini, jalur pendidikan formal,
pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Guru sangat penting dan
berpengaruh untuk keberhasilan peserta didiknya.15
Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa problematika
guru adalah permasalahan yang dihadapi guru yang belum dapat
diselesaikan untuk melaksanakan tugas mendidik agar mampu mencapai
tujuan pendidikan.
2. Macam-Macam Problematika Guru di Sekolah
Secara umum problem yang dialami oleh para guru dapat dibagi
menjadi 2 kelompok yaitu problem internal yang berasal dari dalam diri
guru dan problem eksternal yang berasal dari luar pribadi guru. Berikut
penulis akan menjelaskan secara rinci kedua problem tersebut beserta
sedikit solusinya.16
a. Problem Internal
Sebagaimana dengan guru yang baru saja lulus, yang kebanyakan
masih muda dan belum berpengalaman. Biasanya, mereka dihadapkan
pada probem internal yang amat besar, seperti disiplin kelas, motivasi
siswa, adanya perbedaan individu, mengevaluasi siswa, berhubungan
dengan orang tua, mengorganisasi tugas-tugas siswa di kelas,
ketidaktepatan materi pelajaran, sering berganti kurikulum dari pusat,
kurangnya buku-buku sumber, masalah-masalah pribadi siswa, masalah
ekonomi, dan beban melaksankan kurikulum.
Problem internal lain yang dialami oleh guru pada umumnya
berkisar pada kompetensi profesional yang dimilikinya, baik bidang
kognitif seperti penguasaan bahan/materi, bidang sikap seperti mencintai
profesinya (kompetensi kepribadian) dan bidang perilaku seperti

15
Nazarudin Rahman, Menjadi Guru Profesional, (Yogyakarta: Pustaka Felicha, 2014), h.
11
16
M. Sulton Baharuddin dan Binti Maunah, “Problematika Guru di Sekolah”, Nusra:
Jurnal Penelitian dan Ilmu Pendidikan Vol.3 No.1 (2022), h.48-55.
11

keterampilan mengajar, menilai hasil belajar siswa (kompetensi


pedagogik), dan lain-lain.
1) Menguasai Bahan/Materi
Menguasai materi harus dimulai dengan merancang dan
menyiapkan bahan ajar/materi pelajaran yang merupakan faktor
penting dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran dari guru kepada
anak didiknya. Agar proses pembelajaran dapat berlangsung dengan
baik, rancangan dan penyiapan bahan ajar harus cermat, baik dan
sistematis.
2) Mencintai Profesi Keguruan
Bertolak dari kompetensi guru yang harus dimiliki oleh guru dan
adanya keinginan kuat untuk menjadi seorang guru yang baik,
persoalan profesi guru di sekolah terus menarik untuk dibicarakan,
didiskusikan, dan menuntut untuk dipecahkan, karena masih banyak
guru yang punya anggapan bahwa mengajar hanyalah pekerjaan
sambilan, padahal guru merupakan faktor dominandalam pendidikan
formal pada umumnya karena bagi siswa, guru sering dijadikan
teladan dan tokoh panutan.
3) Keterampilan Mengajar
Guru harus memiliki beberapa komponen keterampilan
mengajar agar proses pembelajaran dapat tercapai, diantaranya yaitu
10 kompetensi guru yang merupakan profil kemampuan dasar bagi
seorang guru. adapun 10 kompetensi guru tersebut menurut
depdikbud, adalah menguasai bahan ajar, mengelola program belajar
mengajar, mengelola kelas, penggunaan media atau sumber belajar,
mengelola interaksi belajar mengajar, menilai prestasi siswa untuk
kepentingan pengajaran, mengenal fungsi layanan bimbingan dan
penyuluhan (bp), mengenal administrasi sekolah menguasai informasi
12

dan komunikasi, menafsirkan hasil penelitian pendidikan guru untuk


keperluan pengajaran.17
4) Menilai Hasil Belajar
Siswa Evaluasi diadakan bukan hanya ingin mengetahui tingkat
kemajuan yang telah dicapai siswa saja, melainkan ingin mengetahui
sejauh mana tingkat pengetahuan siswa atau peserta didik yang telah
dicapai.
b. Problem Eksternal
Problem eksternal yaitu problem/ permasalahan yang berasal dari
luar diri guru itu sendiri. Berikut adalah beberapa problematika/
permasalahan eksternal yang pada umumnya sering dialami guru di
sekolah.
1) Problematika Guru dalam Pengelolaan Kelas
Pengelolaan kelas merupakan salah satu kendala yang dihadapi
oleh guru dalam pembelajaran. Pengelolaan kelas adalah suatau usaha
yang dilakukan oleh guru untuk menciptakan, memelihara, dan
mengembangkan iklim belajar yang kondusif. Suasana kelas yang
kondusif akan dapat mengantarkan siswanya pada prestasi akademik
maupun nonakademik. Adapaun ciri-ciri kelas yang kondusif, yaitu:
tenang, dinamis, tertib, suasana saling menghargai, saling mendorong,
kreativitas tinggi, persaudaraan yang kuat, berinteraksi dengan baik,
dan bersaing sehat untuk kemajuan.18
2) Problematika Guru dalam Menerapkan Metode Pembelajaran
Metode adalah cara atau siasat yang diperlukan dalam
pengajaran, sebagai strategi, metode memperlancar kearah pencapaian
tujuan pembelajaran. Berbagai macam metode yang dapat diterapkan
dalam proses belajar mengajar, seperti ceramah, tanya jawab,
demonstrasi, diskusi, simulasi, dan lainlain. Guru harus mampu
memilih dan menggunakan metode pembelajaran. Setiap metode
17
E. Mulyasa, Kurikulum yang di Sempurnakan, (Bandung: PT Remaja. Rosdakarya,
2006), h.5.
18
Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), h.49.
13

pembelajaran memiliki kelebihan dan kelemahan dilihat dari bebagai


sudut, namun yang penting bagi guru metode manapun yang
digunakan harus jelas dengan tujuan yang ingin dicapai.19
3) Problematika Hubungan Guru dalam Berinteraksi dengan Siswa
Hubungan guru dengan siswa atau peserta didik di dalam proses
belajar mengajar merupakan faktor yang sangat menentukan.
Bagaimanapun baiknya bahan pelajaran yang diberikan,
bagaimanapun sempurnanya metode yang digunakan, namun jika
hubungan guru dengan siswa merupakan hubungan yang tidak
harmonis, maka dapat menciptakan suatu hasil yang tidak diinginkan.
4) Problematika Guru dalam Media Pembelajaran
Selain permasalahan dalam hal pengelolaan kelas, yakni
menerapkan metode pembelajaran, terdapat masalah atau kendala lain
yang sering dihadapi oleh guru dalam melaksanakan pembelajaran
yaitu sering tidak adanya penggunaan media sebagai sarana penunjang
kegiatan pembelajaran.
3. Pengertian Implementasi
Implementasi mengacu pada tindakan untuk mencapai tujuan-tujuan
yang telah ditetapkan dalam suatu keputusan. Tindakan ini berusaha untuk
mengubah keputusan-keputusan tersebut menjadi pola-pola operasional
serta berusaha mencapai perubahan-perubahan besar atau kecil sebagaimana
yang telah diputuskan sebelumnya. Implementasi pada hakikatnya juga
merupakan upaya pemahaman apa yang seharusnya terjadi setelah program
dilaksanakan.20
Implementasi terdapat rencana atau program yang telah disusun untuk
mencapai tujuan bersama. menjelaskan bahwa implementasi mengacu pada
tindakan untuk mencapai tujuan yang di tetapkan dalam suatu keputusan.
Tindakan ini mencoba untuk memberikan perubahan menjadi pola
operasional dan upaya untuk mencapai perubahan besar maupun kecil
19
Rusman, Model-Model Pembelajaran, (Jakarta: PT. Raja grafindo Persada, 2011), h.78.
20
Mulyadi, Implementasi Organisasi, (Yogyakarta: Gadjah Mada Univercity Press, 2015),
h.12.
14

seperti yang telah di tentukan sebelumnya. Implementasi juga merupakan


upaya pemahaman yang harus terjadi setelah program telah dilaksanakan. 21
yang menyatakan dari sebuah hasil, implementasi menyangkut tindakan
yang telah di programkan itu benar nyata dan hasilnya memuaskan.22
Berdasarkan pendapat dari berbagai para ahli yang telah diuraikan
maka dapat disimpulkan pengertian implementasi mengacu pada tindakan
untuk mencapai tujuan yang di tetapkan dalam suatu keputusan.
Implementasi juga dapat dikatakan sebagai proses yang berkaitan dengan
program yang akan dilaksanakan oleh suatu organisasi atau instansi.
Khususnya yang berkaitan dengan institusi negara dan pemerintah yang
mencangkup sarana dan prasarana untuk mendukung program yang di
lakukan.
4. Project Pelajar Pancasila
Project adalah sebuah kegiatan yang berlangsung sementara dengan
tenggat waktu awal dan akhir yang sudah ditentukan. Istilah untuk
mengawali project biasa disebut kick off dan akhir dari project dinamakan
closing. Project akan dimulai dari ide, perencanaan yang masih kasar,
kegiataan, dan penutupan. Seluruh tahapannya terintegrasi dengan baik dan
rapi serta dilakukan oleh setiap tim yang terlibat.
Pelajar adalah individu yang ikut dalam kegiatan belajar untuk
mendapatkan ilmu pengetahuan. Pelajar merupakan aset yang sangat
penting bagi suatu negara. Karena generasi penerus banga yang diharapkan
adalah pelajar yang nantinya dapat menjadi individu yang dapat memajukan
agama, bangsa dan negara. Selain itu, pelajaryang diharapkan adalah
generasi yang nantinya dapat membuat pergaulan sosial juga semakin baik.
Pancasila secara etimologi berasal dari bahasa Sansekerta yaitu
"Panca" yang berarti lima dan sila yang dapat memiliki dua arti. Syila
dengan huruf i pendek yang berarti sendi, alas, atau dasar. Sedangkan Syiila

21
Deddy Mulyadi, Studi Kebijakan Publik dan Pelayanan Publik, (Bandung: Alfabeta,
2008), h.24.
22
Moh. Taufik Isril.” "Implementasi Peraturan Daerah Badan Permsuyawaratan Desa,"
Jurnal Kebijakan Public Vol. 4 No. 2 (2016), h.136.
15

dengan huruf i panjang berarti peraturan tingkah laku yang penting atau baik
atau senonoh.23 Arti "syila" lebih bersifat luas dibanding "syiila" yang
terbatas pada masalah tingkah laku. Dengan demikian, secara etimologi
Pancasila dapat diartikan sebagai "Lima dasar" atau lima aturan tingkah laku
yang baik dan penting.24 Pancasila merupakan rumusan dan pedoman
kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia. Secara
terminologi, istilah Pancasila digunakan oleh Ir. Soekarno yang dicetuskan
dalam pidatonya dalam sidang BPUPKI (Dokuritsu Ziumbi Tyoosakai) pada
tanggal 1 Juni 1945. Pancasila adalah dasar Negara Indonesia dan
merupakan identitas Negara Indonesia yang tidak dimiliki oleh Negara
lain.25
Menurut Notonegoro Pancasila adalah dasar falsafah negara
Indonesia, sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa Pancasila merupakan
dasar falsafah dan ideologi negara yang diharapkan menjadi pandangan
hidup bangsa Indonesia sebagai dasar pemersatu, lambang persatuan serta
kesatuan serta sebagai pertahanan bangsa dan negara Republik Indonesia.26
Pelajar Pancasila merupakan pelajar sepanjang hayat yang memiliki
kompetensi, karakter, dan perilaku global sesuai kaidah Pancasila.
Pernyataan tersebut menjelaskan tiga komponen penting yaitu pelajar
sepanjang hayat, kompetensi, dan karakter sesuai nilai-nilai Pancasila.
Pelajar sepanjang hayat membutuhkan kemandirian, dimana seseorang
mengenali kebutuhan belajarnya, memiliki motivasi tinggi untuk tetap
belajar, dan mampu mencari sumber serta metode belajar yang sesuai
dengan dirinya.27

23
Arianus Harefa dan Sodialman Daliwu, Teori Pendidikan Pancasila dan Anti Korupsi
(Jawa Tengah: Luthfi Gilang, 2021), h.5.
24
Kirana Silkia Maulida, "Implementasi Profil Pelajar Pancasila dalam Pembelajaran PAI
di SMK Negeri 2 Salatiga Tahun Ajaran 2021", (Skripsi, IAIN Salatiga, 2022), h.11.
25
Suyahman, Pengembangan Bahan Ajar PPKn di SD, cet 1. (Jawa Tengah: Lakeisha,
2021), h.151.
26
Irwan Gesmi dan Yun Hendri, Buku Ajar Pendidikan Pancasila, cet 1. (Ponorogo: Uwais
Inspirasi Indonesia, 2018), h.1.
27
Dini Irawati, dkk., “Profil Pelajar Pancasila Sebagai Upaya Mewujudkan Karakter
Bangsa”, Jurnal Pendidikan Edumaspul Vol 6. No.1 (2022), h.6.
16

Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) merupakan upaya


untuk mendorong tercapainya Profil Pelajar Pancasila dengan menggunakan
paradigma baru melalui pembelajaran berbasis projek. Profil Pelajar
Pancasila ialah penentu arah perubahan dan petunjuk bagi segenap
pemangku kepentingan dalam melakukan upaya peningkatan kualitas
pendidikan. Profil Pelajar Pancasila sendiri berperan sebagai penentu arah
yang memandu segala kebijakan dan pembaharuan dalam sistem pendidikan
Indonesia, termasuk kurikulum, pembelajaran, dan asesmen. Jadi meskipun
kurikulum berubah, kebijakan tentang asesmen nasional berganti, tetapi
Profil Pelajar Pancasila akan tetap.
Penerapan Profil Pelajar Pancasila ialah dengan membentuk karakter
dan kemampuan yang dibangun dalam keseharian dan dihidupkan dalam
setiap individu pelajar melalui budaya sekolah, pembelajaran intrakulikuler,
kokulikuler, maupun ekstrakulikuler. Profil Pelajar Pancasila ialah tujuan
akhir dari suatu kegiatan pembelajaran yang berkaitan erat dengan
pembentukan karakter peserta didik.
Berdasarkan hal tersebut Profil Pelajar Pancasila berperan sangat
penting karena menjadi pemandu bagi pengembangan kurikulum untuk
menentukan arah tujuan kurikulum nasional serta untuk melihat keterpaduan
komponen-komponen diantaranya yaitu mata pelajaran, kegiatan korikuler,
ekstrakulikuler, dan assesmen. Kompoenen tersebut mengarah pada tujuan
yang sama yaitu tercapainya Profil Pelajar Pancasila.
Dimensi Profil Pelajar Pancasila yang harus dimiliki setiap peserta
didik adalah sebagai berikut:
a. Beriman, Bertakwa kepada Tuhan YME, dan Berakhlak Mulia
Pelajar Indonesia yang beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan
berakhlak mulia merupakan pelajar yang berakhlak dalam hubungannya
dengan Tuhan Yang Maha Esa. Ia memahami ajaran agama dan
kepercayaannya serta menerapkan pemahaman tersebut dalam
kehidupannya sehari-hari. Dalam dimensi ini, ada lima elemen kunci
beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia yaitu:
17

1) Akhlak beragama
2) Akhlak pribadi
3) Akhlak kepada manusia
4) Akhlak kepada alam
5) Akhlak bernegara.
b. Berkebinekaan Global
Berkebinekaan Global bahwa pelajar Indonesia mempertahankan
budaya luhur, lokalitas dan identitasnya serta tetap berpikiran terbuka
dalam berinteraksi dengan budaya lain, sehingga dapat menumbuhkan
rasa saling menghargai dan kemungkinan terbentuknya dengan budaya
luhur yang positif dan tidak bertentangan dengan budaya luhur bangsa.
Elemen dan kunci kebinekaan global ialah mengenal dan menghargai
budaya, kemampuan komunikasi interkultural dalam berinteraksi dengan
sesama, dan refleksi dan tanggung jawab terhadap pengalaman
kebinekaan.
c. Bergotong Royong
Pelajar Indonesia kita harus memiliki kemampuan
bergotongroyong, yakni kemampuan untuk melakukan kegiatan secara
bersama-sama dengan suka rela agar kegiatan yang dikerjakan dapat
berjalan lancar, mudah dan ringan. Elemen-elemen dari bergotong
royong ialah kolaborasi, kepedulian, dan berbagi.
d. Mandiri
Mandiri bahwa sebagai pelajar Indonesia kita harus menjadi pelajar
mandiri, yakni pelajar yang bertanggung jawab atas proses dan hasil
belajarnya. Elemen kunci dari mandiri terdiri dari kesadaran akan diri
dan situasi yang dihadapi serta regulasi diri.
e. Bernalar Kritis
Pelajar yang bernalar kritis mampu secara objektif memproses
informasi baik kualitatif maupun kuantitatif, membangun keterkaitan
antara berbagai informasi, menganalisis informasi, mengevaluasi dan
menyimpulkannya. Elemen-elemen dari bernalar kritis adalah
18

memperoleh dan memproses informasi dan gagasan, menganalisis dan


mengevaluasi penalaran, refleksi pemikiran dan proses berpikir, dan
mengambil keputusan.
f. Kreatif
Pelajar yang kreatif mampu mengubah dan menghasilkan sesuatu
yang baru, bermakna, bermanfaat, dan berdampak. Elemen kunci dari
kreatif terdiri dari menghasilkan gagasan yang orisinal serta
menghasilkan karya dan tindakan yang orisinal.
Jadi keenam dimensi Profil Pelajar Pancasila diatas ialah karakter dan
kompetensi harus dimiliki pelajar Indonesia. Sehingga dimensi Profil
Pelajar Pancasila tersebut harus dipahami secara mendalam oleh pendidik
maupun pelajar agar dapat dihidupkan dalam kegiatan sehari-hari. Dan
keenam dimensi tersebut saling berkaitan dan saling memopang sebagai satu
kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Apabila salah satu dari dimensi
diabaikan, maka Profil Pelajar Pancasila tidak akan tercapai sehingga
dimensi yang lain juga akan sulit dibangun.
Pembelajaran berbasis projek dalam projek penguatan Profil Pelajar
Pancasila diselenggarakan untuk menguatkan upaya pencapaian Profil
Pelajar Pancasila. Projek untuk menguatkan pencapaian Profil Pelajar
Pancasila diatur sebagai berikut:
a. Dikembangkan berdasarkan tema tertentu yang ditetapkan oleh
Pemerintah.
b. Tidak diarahkan untuk mencapai target capaian pembelajaran tertentu,
sehingga tidak terikat pada konten mata pelajaran.
c. Kegiatan pembelajaran yang lebih fleksibel, tidak terpaku pada jadwal
belajar seperti kegiatan reguler, serta lebih banyak melibatkan
lingkungan dan masyarakat sekitar dibandingkan pembelajaran reguler.
d. Peserta didik berperan besar dalam menentukan strategi dan aktivitas
projeknya, sementara guru berperan sebagai fasilitator.
19

Struktur Kurikulum
Pendekatan pengorganisasian muatan pembelajaran ialah kewenangan
dari satuan pendidikan sekolah yang mana boleh tetap menggunakan
pembelajaran tematik ataupun beralih ke pendekatan berbasis mata pelajaran
yang disesuaikan dengan capaian pembelajaran dan Profil Pelajar Pancasila.
Struktur Kurikulum Merdeka Belajar di sekolah dasar sebagai berikut:
a. Sistematika penulisan terbagi menjadi 4 tabel struktur, yaitu: kelas 1,
kelas 2, gabungan kelas 3,4, dan 5, serta kelas 6.
b. Beban belajar setiap mata pelajaran ditulis dengan Jam Pelajaran (JP) per
tahun. Sekolah dapat mengelola alokasi waktu setiap minggunya secara
fleksibel dalam 1 tahun ajaran.
c. Mata pelajaran Pendidikan Agama diikuti oleh seluruh siswa sesuai
dengan agamanya masing-masing.
d. Pengorganisasian muatan pembelajaran menggunakan pendekatan mata
pelajaran atau tematik.
e. Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial (IPAS) mulai diajarkan ke siswa
mulai kelas 3, walaupun dalam capaian pembelajaran sudah ada untuk di
kelas 1 dan 2.
f. Muatan Seni dan Budaya disediakan oleh sekolah minimal 1 jenis seni
(seni musik, seni rupa, seni teater, dan/atau seni tari) dan siswa dapat
memilih 1 jenis seni.
g. Untuk muatan lokal dapat ditambahkan oleh masing-masing sekolah
sesuai dengan ketetapan dari pemerintah dan karakteristik
daerah/kearifan lokal secara fleksibel melalui 3 cara, antara lain:
1) Mengintegrasikannya ke dalam mata pelajaran lain.
2) Mengintegrasikannya ke dalam tema projek penguatan Profil Pelajar
Pancasila.
3) Mengembangkannya menjadi mata pelajaran yang tersendiri.
a) Mata pelajaran Bahasa Inggris dapat dipilih tergantung kesiapan
dari sekolah. Jika sekolah belum siap maka dapat diintegrasikan ke
dalam mata pelajaran lain, dan/atau ekstrakurikuler dengan
20

melibatkan masyarakat, komite sekolah, relawan mahasiswa,


dan/atau bimbingan orang tua.
b) Bahasa Inggris dan Muatan Lokal sebagai mata pelajaran pilihan
dengan jam pelajaran paling banyak 2 JP setiap minggu atau 72 JP
per tahun.
c) Total keseluruhan JP di tabel struktur kurikulum tidak termasuk
Bahasa Inggris, Muatan Lokal, dan/atau pelajaran tambahan yang
diselenggarakan oleh pihak sekolah.
d) Sekolah dasar yang menyelenggarakan pendidikan inklusi dapat
menyediakan layanan program untuk siswa berkebutuhan khusus
sesuai dengan kebutuhan siswa.
Capaian Pembelajaran ditetapkan oleh pemerintah, yaitu kompetensi
pembelajaran yang harus dicapai oleh peserta didik pada setiap tahap
perkembangan untuk setiap mata pelajaran pada satuan pendidikan usia dini,
pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Capaian pembelajaran sendiri
memuat sekumpulan kompetensi dan lingkup materi yang disusun secara
komprehensif dalam bentuk narasi. Menyesuaikan tahap perkembangan
peserta didik pemetaan capaian pembelajaran dibagi dalam fase usia.
Perangkat ajar ialah berbagai bahan ajar yang digunakan oleh seorang
guru dan pendidik lainnya dalam upaya mencapai Profil Pelajar Pancasila
dan capaian pembelajaran. Perangkat ajar meliputi modul ajar, video
pembelajaran, dan buku teks pelajaran serta bentuk lainnya.
Contoh perangkat ajar yaitu sebagai berikut:
a. Projek penguatan profil pelajar Pancasila
Projek penguatan Profil Pelajar Pancasila disusun untuk
menguatkan upaya pencapaian kompetensi dan karakter sesuai dengan
Profil Pelajar Pancasila. Pelaksanaan projek penguatan Profil Pelajar
Pancasila mengambil alokasi waktu 20-30% dari total alokasi jam
pelajaran selama 1 (satu) tahun. Projek penguatan Profil Pelajar Pancasila
memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk mengaplikasikan
21

pengetahuan sebagai proses penguatan karakter, sekaligus kesempatan


untuk belajar dari lingkungan sekitarnya.
b. Modul ajar
Modul ajar yaitu sejumlah alat atau sarana media, metode,
petunjuk, dan pedoman yang dirancang secara sistematis dan menarik.
Modul ajar ialah sebagai implementasi dari alur tujuan pembelajaran
yang dikembangkan dari capaian pembelajaran. Modul ajar dibuat atau
dikembangkan berdasarkan alur dan tujuan pembelajaran. Satuan
pendidikan dapat menyusun, membuat, memilih, dan memodifikasi
modul ajar sesuai dengan karakteristik daerah, satuan pendidik, dan
peserta didik. Komponen Modul Ajar yaitu sebagai berikut:
1) Informasi Umum: Identitas Sekolah, Kompetensi Awal, Profil Pelajar
Pancasila, Sarana dan Prasarana, Target Peserta Didik, Model
Pembelajaran yang Digunakan.
2) Kompetensi Inti: Tujuan Pembelajaran, Pemahaman Bermakna,
Pertanyaan Pematik, Persiapan Pembelajaran, Kegiatan Pembelajaran,
Asesmen, Pengayaan dan Remedial, Refleski Peserta Didik dan Guru.
3) Lampiran: Lembar Kerja Peserta Didik, Bahan Bacaan Guru dan
Peserta Didik, Glosarium, Daftar Pustaka.
Tetapi seorang pendidik mempunyai kemerdekaan untuk memilih
atau memodifikasi modul ajar yang sudah disediakan pemerintah untuk
menyesuaikan modul ajar dengan karakteristik peserta didik, atau
menyusun sendiri modul ajar sesuai dengan karakteristik peserta didik.
c. Buku Teks
Buku teks sendiri terdiri daru buku teks utama dan buku teks
pendamping. Buku teks utama ialah buku pelajaran yang digunakan
dalam proses pembelajaran. Dalam pembelajaran, buku teks utama dibagi
menjadi buku teks siswa dan buku panduan guru. Buku siswa yaitu buku
pegangan bagi siswa dalam belajar, sedangkan buku panduan guru yaitu
panduan atau acuan bagi guru dalam melaksanakan pembelajaran
berdasarkan buku siswa tersebut.
22

d. Alur Tujuan Pembelajaraan (ATP)


Alur Tujuan Pembelajaran (ATP) memiliki fungsi yang sama
dengan silabus, yakni sebagai acuan perencanaan pembelajaran. Tujuan
pembelajarannya adalah jabaran kompetensi yang akan dicapai peserta
didik dalam satu atau lebih kegiatan pembelajaran. Alur Tujuan
Pembelajaran (ATP) merupakan rangkaian tujuan pembelajaran yang
tersusun secara sistematis dan logis, menurut urutan pembelajaran sejak
awal hingga akhir suatu fase.
e. Prinsip Pembelajaran dan Asesmen
1) Prinsip Pembelajaran
Pembelajaran dilaksanakan dengan mengacu pada prinsip
pembelajaran sebagai berikut:
a) Pembelajaran dirancang dengan mempertimbangkan tahap
perkembangan dan tingkat pencapaian peserta didik saat ini, sesuai
kebutuhan belajar, serta mencerminkan karakteristik dan
perkembangan yang beragam sehingga pembelajaran menjadi
bermakna dan menyenangkan.
b) Pembelajaran dirancang dan dilaksanakan untuk membangun
kapasitas untuk menjadi pembelajar sepanjang hayat.
c) Proses pembelajaran mendukung perkembangan kompetensi dan
karakter peserta didik secara holistik.
d) Pembelajaran yang relevan, yaitu pembelajaran yang dirancang
sesuai konteks, lingkungan dan budaya peserta didik, serta
melibatkan orang tua dan masyarakat sebagai mitra.
e) Pembelajaran berorientasi pada masa depan berkelanjutan.
2) Asesmen diagnostik
Asesmen diagnostik bertujuan untuk mendiagnosis kemampuan
dasar siswa dan mengetahui kondisi awal siswa. Asesmen diagnostik
terbagi menjadi asesmen diagnostik non kognitif dan asesmen
diagnosis kognitif. Asesment non-kognitif bertujuan:
23

a) Mengetahui kesejahteraan psikologi dan sosial emosi siswa.


b) Mengetahui aktivitas selama belajar di rumah.
c) Mengetahui kondisi keluarga siswa.
d) Mengetahui latar belakang pergaulan siswa.
e) Mengetahui gaya belajar karakter serta minat siswa.
Asesment kognitif bertujuan:
a) Mengidentifikasi capaian kompetensi siswa.
b) Menyesuaikan pembelajaran di kelas dengan kompetensi rata-rata
siswa.
c) Memberikan kelas remedial atau pelajaran tambahan kepada siswa
yang kompetensinya di bawah rata-rata.
3) Asesmen formatif
a) Metode evaluasi yang dilakukan untuk evaluasi proses pemahaman
murid, kebutuhan pembelajaran, dan kemajuan akademik selama
pembelajaran.
b) Asesmen formatif memantau pembelajaran murid dan memberikan
umpan balik yang berkala, dan berkelanjutan
c) Bagi murid asesmen formatif berfungsi membantu murid
mengidentifikasi kekuatan dan aspek yang perlu dikembangkan.
d) Bagi guru dan sekolah, asesmen formatif berfungsi memberikan
informasi mengenai tantangan apa saja yang dihadapi murid dalam
proses pembelajaran projek sehingga dukungan yang memadai
dapat diberikan.
e) Asesmen formatif dapat diberikan oleh guru, teman, atau diri
sendiri.
4) Asesmen sumatif
a) Metode evaluasi yang dilakukan di akhir pembelajaran.
b) Asesmen sumatif seringkali memiliki taruhan tinggi karena
berpengaruh terhadap nilai akhir murid sehingga sering
diprioritaskan murid dari pada assesment formatif.
24

c) Umpan balik dari assesment hasil akhir ini (sumatif) dapat


digunakan untuk mengukur perkembangan murid untuk memandu
guru dan sekolah merancang aktivitas mereka untuk projek
berikutnya.
5) Paradigma Asesmen
Perencanaan dan pelaksanaan asesmen formatif dan sumatif
memperhatikan beberapa hal sebagai berikut:
a) Penerapan Pola Pikir Bertumbuh (Growth Mindset)
Hal ini diharapkan agar dapat membangun kesadaran bahwa
proses pencapaian tujuan pembelajaran, lebih penting dari pada
sebatas hasil akhir.
b) Terpadu
Asesmen dilaksanakan terpadu dengan pembelajaran
mencakup kompetensi pada ranah sikap, pengetahuan, dan
keterampilan yang saling terkait.
c) Keleluasaan dalam Menentukan Waktu Asesmen
Pada asesmen diagnostik bisa di awal pembelajaran dan awal
lingkup materi. Dan asesmen formatif bisa dilakukan selama proses
pembelajaran. Sedangkan asesmen formatif bisa dilakukan ketika
selesai satu lingkup materi, pada akhir fase, ataupun pada akhir
semester.
d) Keleluasaan dalam Menentukan Jenis Asesmen
Dalam pembelajaran intrakurikuler, pendidik diberikan
keleluasaan dalam merencanakan dan menggunakan jenis asesmen
dengan mempertimbangkan: karakteristik mata pelajaran,
karakteristik dan kemampuan peserta didik, capaian pembelajaran,
dan tujuan pembelajaran, serta sumber daya pendukung yang
tersedia.
e) Keleluasaan dalam Menggunakan Teknik dan Instrumen Asesmen
Teknik asesemen terdiri dari observasi, performa, tes
tertulis/lisan. Sedangkan instrumennya terdiri dari rubrik,
25

eksemplar, ceklis, catatan anekdot, dan grafik perkembangan


peserta didik.
f) Keleluasaan dalam Menentukan Kriteria Ketercapaian Tujuan
Pembelajaran
Kriteria ketercapaian tujuan pembelajaran berfungsi untuk
merefleksikan proses pembelajaran dan mendiagnosis tingkat
penguasaan kompetensi peserta didik agar pendidik dapat
memperbaiki proses pembelajaran dan atau memberikan intervensi
pembelajaran yang sesuai kepada peserta didik.
g) Keleluasaan dalam Mengolah Hasil Asesmen
Pengolahan hasil asesmen dilakukan dengan memanfaatkan
hasil formatif dan sumatif. Terdapat 2 jenis data yaitu data hasil
asesmen yang berupa angka (kuantitatif) serta data hasil asesmen
yang berupa narasi (kualitatif).
h) Keleluasaan dalam Menentukan Kriteria Kenaikan Kelas
Pendidik dan satuan pendidikan diberikan keleluasaan untuk
menentukan kriteria kenaikan kelas, dengan mempertimbangkan:
Laporan Kemajuan Belajar, Laporan Pencapaian Projek Profil
Pelajar Pancasila, Portofolio peserta didik,
Ekstrakurikuler/prestasi/penghargaan peserta didik, dan Tingkat
kehadiran.
6) Pelaporan Kemajuan Belajar
Pelaporan hasil merupakan bagaimana sekolah
mengkomunikasikan apa yang peserta didiki ketahui, pahami, dan bisa
mereka lakukan.
Berbagai bentuk pelaporan yang bisa menjadi pilihan lain selain
rapor adalah sebagai berikut:
a) Portofolio
Tujuan dari portofolio adalah sebagai dokumentasi dari hasil
karya peserta didik. Isi portofolio adalah hasil karya peserta didik
26

yang dipilih oleh peserta didik, berdasarkan hasil diskusi dengan


pendidik.
b) Diskusi/Konferensi
Tujuan diskusi adalah berbagi informasi antara pendidik,
peserta didik dan orang tua. Sekolah perlu menentukan fungsi dari
suatu diskusi untuk dapat mengembangkan struktur, dan
kegiatannya melibatkan menentukan target belajar. Diskusi atau
konferensi bisa dalam struktur formal maupun informal.
c) Pameran Karya
Tujuan dari pameran karya adalah sebagai perayaan proses
belajar peserta didik dan juga sebagai asesmen sumatif. Pameran
karya berisi proses dari pembelajaran hingga produk dari sebuah
proyek belajar. Pameran karya bisa mengundang orang tua peserta
didik, komunitas sekolah maupun mengundang peserta didik dan
pendidik dari sekolah lain untuk saling belajar dan mendapatkan
umpan balik dari audiens yang lebih luas selain pendidik kelas.
5. Kurikulum Merdeka
a. Pengertian Kurikulum Merdeka
Kurikulum adalah rencana yang menyangkut tentang bahan
pembelajaran yang akan digunakan saat proses belajar mengajar.
menjelaskan bahwa secara etimologis, kurikulum berasal dari bahasa
Yunani curir dan currere. Ini adalah istilah untuk waktu yang dibutuhkan
seorang pesaing untuk berlari dari perlombaan yang dibentuk sebagai
semacam arena pacuan kuda. Dengan kata lain, rute harus diperhatikan
dan dilalui oleh antar pesaing. Kurikulum merupakan faktor yang sangat
penting dan menentukan penyelenggaraan pelatihan.
Kurikulum merupakan sarana untuk mencapai tujuan pendidikan,
dan jika tujuan pendidikan berubah maka kurikulum harus berubah
secara otomatis. Bagi siswa kurikulum adalah alat yang berguna untuk
memaksimalkan potensi mereka untuk perbaikan di bawah bimbingan
guru sekolah. Bagi guru kurikulum berfungsi sebagai pedoman dan acuan
27

dalam melaksanakan pembelajaran di sekolah. 28 kurikulum merupakan


rencana tertulis yang menggambarkan ruang lingkup dan struktur yang
diharapkan dari program pendidikan sekolah. Oleh karena itu, kurikulum
adalah berbagai bahan ajar dan pengalaman pembelajaran yang
diprogramkan, direncanakan, dirancang secara sistematis berdasarkan
norma-norma yang telah ditetapkan, dan digunakan sebagai pedoman
proses pembelajaran oleh pengajar dan peserta didik untuk mencapai
tujuan pendidikan. Suatu program pendidikan yang mencakup
pengalaman belajar.29 kurikulum sebagai program, pengalaman belajar,
dan pembelajaran yang diharapkan dirumuskan melalui pengetahuan dan
kegiatan yang disusun secara sistematis yang diberikan kepada siswa di
bawah tanggung jawab sekolah untuk pertumbuhan atau perkembangan
pribadi dan keterampilan sosial siswa. Kurikulum adalah apa yang
dijadikan pedoman bagi semua kegiatan pendidikan yang dilakukan,
termasuk kegiatan belajar mengajar di kelas.30
Struktur kurikulum adalah sebuah pengorganisasian atas capaian
pembelajaran, muatan pembelajaran, dan beban belajar. Pembelajaran
dibagi menjadi 2 (dua) kegiatan utama, yaitu sebagai berikut:
1) Pembelajaran reguler atau rutin yang merupakan kegiatan
intrakurikuler.
2) Projek penguatan profil pelajar Pancasila Kegiatan pembelajaran
reguler untuk setiap mata pelajaran mengarah pada capaian
pembelajaran dan Profil Pelajar Pancasila.
Struktur kurikulum SD dibagi menjadi 3 (tiga) bagian atau 3 (tiga)
Fase, yaitu sebagai berikut:
1) Fase A untuk Kelas I dan Kelas II
2) Fase B utuk Kelas III dan Kelas IV

28
Hairunisa jeflin, Hade Afriansyah, ”Pengertian Kurikulum, Proses Administrasi
Kurikulum dan Peran Guru dalam Administrasi Kurikulum”, (Padang: Universitas Negeri Padang,
2019), h.18.
29
Hadi Soekamto Handoyo, Perencanaan Pembelajaran Geografi, (Madiun: CV. Bayfa
Cendikia Indonesia, 2019), h.201.
30
Utomo, Buku Ajar Pengeolaan Pendidikan, (Sukabumi: Nusa Putra, 2010), h.50.
28

3) Fase C untuk Kelas V dan Kelas VI


Fase A adalah periode pengembangan dan penguatan kemampuan
literasi dan numerasi dasar. Sehingga jumlah mata pelajaran dasar yang
perlu diajarkan di Fase A tidak sebanyak di fase B dan fase C. Ilmu
Pengetahuan Alam dan Sosial (IPAS) belum menjadi mata pelajaran
wajib di Fase A. Muatan mata pelajaran tersebut mulai menjadi wajib
untuk diajarkan sejak masuk di awal Fase B (Kelas III). Pada mata
pelajaran sebelumnya IPA dan IPS merupakan mata pelajaran yang
berdiri sendiri namun pada kurikulum Merdeka Belajar ini mengalami
perubahan yaitu IPA dan IPS digabungkan menjadi satu yakni menjadi
IPAS (Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial) sebagai fondasi anak belajar
IPA dan IPS di jenjang SMP.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti merdeka
adalah bebas. Bebas yang dimaksud adalah berdiri sendiri, tidak terkena
atau lepas dari tuntutan, tidak terikat, dan tidak bergantung kepada pihak
tertentu. Istilah Merdeka Belajar tentu sudah tidak asing lagi di telinga
Bapak dan Ibu guru. Sebab, istilah ini sudah sering diperbincangkan
setelah Kemendikbud memperkenalkan kurikulum baru, yaitu Kurikulum
Merdeka sebagai pengganti Kurikulum 2013.
Merdeka Belajar adalah sebuah program yang digagas oleh Menteri
Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, Nadiem Anwar Makarim
sebagai upaya mewujudkan kemerdekaan dalam belajar. Dikatakan
merdeka dalam belajar artinya siswa memiliki kebebasan untuk berpikir
dan berekspresi. Jadi, bukan berarti siswa tidak perlu belajar lagi, ya.
Dengan adanya program Merdeka Belajar ini, pemerintah berharap dapat
menghadirkan pendidikan yang bermutu tinggi bagi semua peserta didik
di Indonesia.
Menurut Badan Standar Pendidikan Nasional (BSNP) Merdeka
Belajar adalah suatu proses pendekatan yang dilakukan supaya siswa dan
mahasiswa bisa memilih pelajaran yang diminati. Kurikulum Merdeka
Belajar adalah kurikulum dengan pembelajaran intrakurikuler yang
29

beragam dimana konten akan lebih optimal agar peserta didik memiliki
cukup waktu untuk mendalami konsep dan menguatkan kompetensi.
Kurikulum Merdeka Belajar diterapkan untuk melatih kemerdekaan
dalam berpikir. Inti paling penting dari kemerdekaan berpikir ini
ditujukan kepada guru .31 Merdeka Belajar mempunyai makna
kemerdekaan dalam belajar, artinya memberikan kesempatan bebas dan
senyaman mungkin kepada peserta didik untuk belajar dengan rasa
tenang, santai, dan gembira tanpa adanya tekanan dengan memperhatikan
bakat yang dimiliki oleh peserta didik tanpa memaksa untuk mempelajari
maupun menguasai suatu bidang pengetahuan diluar hobi dan
kemampuan dari peserta didik, sehingga mereka mempunyai portofolio
yang sesuai dengan kegemarannya .32
Kurikulum merdeka merupakan kurikulum pembelajaran yang
beragam. kurikulum merdeka berfokus pada konten penting untuk
memastikan bahwa siswa memiliki waktu yang cukup untuk
mengeksplorasi konsep dan memperkuat kompetensi mereka. Kurikulum
merdeka merupakan kurikulum yang memberikan pembaharuan dan
penyempurnaan serta melengkapi kurikulum sebelumnya. Kurikulum ini
terfokus pada konten yang esensial hingga dapat memberikan waktu yang
cukup bagi siswa untuk mengeksplorasi konsep dan memperkuat
kompetensi siswa.33.
Kurikulum menentukan materi yang diajarkan dikelas dan juga
mempengaruhi kecepata serta metode mengajar yang digunakan guru
untuk memenuhi kebutuhan peserta didik. Kemendikbudristek kemudian
mengembangkan Kurikulum Merdeka Belajar sebagai bagian penting
dalam upaya memulihkan pembelajaran dari krisis pendidikan di
Indonesia.
31
Dwi Nurani.Lanny Anggraini, Misiyanto Kharisma Rizqi Mulia, Saku Edisi Serba Serbi
Kurikulum Merdeka Kekhasan Sekolah Dasar, (Jakarta Pusat: Tim Pusat Kurikulum dan
Pembelajaran (Puskurjar), BSKAP, 2009), h.204.
32
Ana Widyastuti, Merdeka Belajar dan Implementasinya, Merdeka Guru- Siswa, Merdeka
Dosen-Mahasiswa, Semua Bahagia, (Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2010), h.53.
33
Khoirurrijal, F. S, Pengembangann Kurikulum Merdeka, (Malang: CV. Literasi Nusantara
Abadi, 2005), h.20.
30

Kurikulum merdeka merupakan kurikulum yang ditetepkan pada


tahun 2022 dimana kurikulum merdeka ini menjadi kurikulum
pembaharuan dari kurikulum 2013. Menurut Nadiem Makarim Menteri
Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Republik Indonesia,
kurikulum merdeka hadir sebagai inovasi, menciptakan lingkungan
belajar yang ideal dan menyenangkan. Nadiem berharap ada pelajaran
yang tidak merepotkan guru atau siswa dengan menunjukkan nilai tinggi
atau KKM. Pembelajaran karakter juga ditekankan pada kurikulum ini
agar dapat menciptakan generasi berkarakter baik yang mampu
menghasilkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas.
Kurikulum juga mengintegrasikan literasi, keterampilan pengetahuan,
keterampilan dan sikap yang terkait dengan teknologi. Siswa diberikan
kebebasan untuk berpikir dan belajar dari sumber manapun, mencari ilmu
dan memecahkan masalah nyata.
Beberapa uraian yang telah dipaparkan di atas maka dapat
disimpulkan bahawa kurikulum merdeka merupakan kurikulum yang
memberikan pembaharuan pada kurikulum yang sebelumnya yaitu
kurikulum 2013. Kurikulum merdeka ini menekankan pada konten
penting untuk memastikan bahwa siswa memiliki waktu yang cukup
untuk mengeksplorasi konsep dan memperkuat kompetensi mereka.
Kurikulum ini terfokus pada konten yang esensial hingga dapat
memberikan waktu yang cukup bagi siswa untuk mengeksplorasi.
b. Tujuan Kurikulum Merdeka
Kurikulum Merdeka Belajar memiliki tujuan untuk menciptakan
pendidikan yang lebih menyenangkan bagi peserta didik dan guru.
Selama ini, pendidikan di Indonesia lebih menekankan kepada aspek
pengetahuan. Sedangkan Kurikulum Merdeka ingin menekankan
pendidikan Indonesia pada pengembangan aspek keterampilan dan
karakter sesuai dengan nilai-nilai bangsa Indonesia.34
34
Rahimah, “Peningkatan Kemampuan Guru SMP Negeri 10 Kota Tebingtinggi dalam
Menyusun Modul Ajar Kurikulum Merdeka Melalui Kegiatan Pendampingan Tahun Ajar
2021/2022”, Jurnal Ansiru PAI Vol.6 No.2 (2022), h.97
31

c. Karakteristik Kurikulum Merdeka


Salah satu karakteristik dari kurikulum merdeka, yaitu fokus
terhadap materi esensial (literasi dan numerasi). Dengan begitu, siswa
diharapkan dapat memiliki kemampuan literasi dan numerasi yang lebih
baik. Agar semakin optimal dalam menerapkan kurikulum merdeka maka
harus mengetahui karakteristik kurikulum merdeka diantaranya adalah
sebagai berikut:
1) Fokus Terhadap Materi yang Esensial
Seperti yang sudah diketahui sebelumnya, kurikulum merdeka
ini lebih fokus terhadap materi esensial. Oleh karena itu, beban belajar
di setiap mata pelajaran menjadi lebih sedikit. Hal ini menunjukkan
kurikulum merdeka lebih mengutamakan kualitas dibandingkan
kuantitas.
2) Lebih Fleksibel
Kurikulum merdeka dinilai lebih fleksibel dibandingkan
kurikulum sebelumnya. Artinya, guru, siswa dan sekolah lebih
"merdeka" dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran di sekolah.
Sebagai contoh, siswa tidak lagi belajar di kelas dengan membaca
buku atau sekadar menghafal, tetapi siswa bisa belajar di mana saja
untuk membuat suatu karya atau proyek.
3) Tersedia Perangkat Ajar yang Cukup Banyak
Dalam kurikulum merdeka, guru juga dibebaskan untuk
menggunakan perangkat ajar yang cukup banyak, mulai dari buku
teks, asesmen literasi dan numerasi, modul ajar, dan lain-lain. Selain
itu, Kemdikbud mengeluarkan aplikasi android dan website, yaitu
platform merdeka mengajar yang bisa digunakan guru sesuai
keperluan. Ada pula modul pelatihan yang dapat diikuti guru dan
kepala sekolah.35
Ketiga karakteristik tersebut membantu sekolah dan guru
merancang pembelajaran yang lebih optimal menyenangkan dan

35
Khoirurrijal dan dkk, Op.Cit., h.20–21.
32

bermakna bagi siswa. Kurikulum merdeka menginginkan pembelajaran


yang dapat menumbuhkembangkan siswa secara holistik menjadi Pelajar
Pancasila dan siap menghadapi masa depan lebih baik
d. Prinsip Pembelajaran Kurikulum Merdeka
Belajar adalah kegiatan dalam berkomunikasi antara peserta didik,
pengajar, serta materi dalam ruang lingkup dumia pendidikan. Berikut
beberapa prinsip pembelajaran kurikulum merdeka sebagai berikut:
1) Pembelaiaran direncanakan dengan pertimbangan tahapan perubahan
serta tingkat kemampuan peserta didik, selain itu juga melihat dari
karakter dari peserta didik yang majemuk. Maka dari itu, kegiatan
pembelajaran akan memiliki makna serta asik dalam belajar.
Contohnya seperti saat dimulainya semester baru, pengajar berusaha
memahami kesiapan belajar anak didik serta pencapaian pada
semester awalnya. Mengadakan sering session, dan hal lainnya yang
sesuai dengan pembelajaran. Pengajar menyusun serta memilah ATP
berdasarkan tahapan kembang anak didiknya, serta berpacu ke
tahapan sebelumnya.
2) Kegiatan belajar disusun agar menjadi kegiatan membangun dapat
mengingat dalam jangka panjang. Contonya: pengajar mendorong
anak didik agar bisa refleksi agar mampu mengetahui kemampuan
serta bakat yang harus ditingkatkan. Pengajar senantiasa memberikan
timbal balik secara langsung yang dapat mendorong keahlian anak
didik agar ingin mempelajari hal baru serta menggali sumber ilmu
yang ada
3) Kegiatan belajar memberi semangat perkembangan kompetensi serta
karakteristik peserta didik secara holistik. Seperti halnya Pengajar
terus mengembangankan media yang digunakan dalam kegiatan
pembelajaran, contohnya adanya proyek dalam pembelajaran.
Pengajar dapat menjadikan belajar itu rileks agar munculnya inovasi
serta pikiran positif dari peserta didik.
33

4) Kegiatan belajar yang bermakna yaitu pembelajaran yang tersusun


secara konteks, ruang lingkup, membangun prinsip positif dan dengan
orang tua bekerja sama. Contohnya Pengajar menyelenggarakan
kegiatan belajar sesuai keperluan dan berhubungan dengan realita,
budaya, lingkungan yang memacu kemampuan anak. Pengajar
mendesain kegiatan belajar interaktif untuk memfasilitasi interaksi
yang terstruktur serta saling menguntungkan kedua belah pihak.
5) Pembelaiaran berorientasi pada masa depan yang berjangka Panjang.
Contohnya seperti Pengajar berusaha agar mengintegrasi prinsip hidup
yang berlanjutan dalam seluruh aktivitas pembelajaran dengan
mengintegrasikan nilai-nilai serta sikap yang memperlihatkan rasa
peduli terhadap dunia, Misal: memakai SDA dengan baik (hemat air,
listrik, dan lainlain.), mengurangi sampah. Pengajar memberi motivasi
anak didik agar sadar akan penting nya masa depan. Maka akan
muncul rasa kepedulian terhadap lingkungan serta menjaganya demi
keberlangsungan yang cukup lama.36
Prinsip-prinsip di atas hendaknya diterapkan baik dalam kegiatan
belajar mengajar di satuan pendidikan. Sekolah memiliki wewenang
untuk mengembangkan dan mengelola kurikulum dan pembelajaran
sesuai dengan karakteristik satuan pendidikan dan peserta didik dengan
tetap memperhatikan lima prinsip tersebut.
e. Tahapan Pelaksanaan Kurikulum Merdeka
Pelaksanaan adalah usaha dalam menerapkan suatu hal.
Implementasi merupakan suatu tindakan dari sebuah rencana yang sudah
disusun secara matang dan terperinci. Implementasi dilakukan ketika
perencanaan sudah sempurna yang bermuara pada aktivitas, aksi,
tindakan, atau adanya mekanisme suatu sistem yang terencana.37

36
Kemendikbud, Merdeka Belajar: Pokok-Pokok Kebijakan Merdeka Belajar, (Jakarta:
Makalah Rapat Koordinasi Kepala Dinas Pendidikan Seluruh Indonesia, 2019), h.145.
37
Ahmad Khori, “Mudrikah dan Hamdani, “Implementasi Merdeka Belajar Kampus
Merdeka (MBKM) di Universitas Islam Nusantara,” Jurnal Islamic Management Vol.5 No.1
(2022), h.34
34

Dalam penerapan kurikulum ada perencanaan kurikulum,


pelaksanaan kurikulum, dan penilaian terhadap pelaksanaan yaitu:
1) Tahap perencanaan yakni menetapkan tujuan tertulis dalam visi dan
misi satuan pendidikan.
2) Tahap pelaksanaan yakni menjadikan perencanaan sebagai pihak yang
terlibat dalam pelaksanaan dengan berbagai pengarahan dan motivasi
agar setiap yang terlibat dapat melaksanakan kegiatan secara optimal
sesuai peran, tugas, dan tanggung jawab masing-masing.
3) Tahap evaluasi yakni merupakan proses penilaian sesuatu berdasarkan
kriteria tertentu yang akan menghasilkan kumpulan data atau
informasi yang dibutuhkan.
f. Keunggulan Kurikulum Merdeka
Kurikulum merdeka belajar yang tidak lama disampaikan dalam
pidato kementrian pendidikan Indonesia Nadiem Makarim, merupakan
salah satu program yang dapat membangunkan sistem pendidikan
Indonesia yang begitu-begitu saja menjadi lebih bergairah dan maju
seperti nama programnya yaitu Merdeka Belajar. Program merdeka
belajar ini tentunya menuai pro dan kontra dari berbagai kalangan karena
kelebihan dan kekurangan program tersebut.38
Adapun kelebihan dari kurikulum merdeka belajar adalah:
1) Anak Didik Bebas Berekspresi
Maksudnya anak didik bebas berekspresi dalam artian leluasa
dalam belajar karna tidak di atur oleh satu pelajaran saja, intinya anak
didik belajar sesuai potensinya masing-masing.
2) Anak Didik Tidak Dituntut Sama
Program merdeka belajar ternyata membawa perubahan pada
sistem pendidikan Indonesia, karena selama ini anak didik ditargetkan
oleh nilai akademik saja, maka program merdeka belajar menjadikan
siswa terlihat istimewa karena skill yang berbeda-beda, dalam proses
38
Herman Sanusi, “Media Kurikulum Merdeka Belajar Suatu Kajian Sosiologi Pendidikan
dalam Menggugah Perspektif Masa Kini”, Jurnal Pemikiran dan Pengembangan Pembelajaran,
Vol.4 No.3 (2022), h.19-20.
35

pembelajar pengenalan bakatnya, kita sebagai guru harus selalu ada


agar anak tidak putus asa dalam berprosesnya.
3) Rpp 1 lembar
Karena anak didik belajar sesuai potensinya masing-masing
maka kita selaku guru yang membimbing anak didik hanya perlu
menyesuaikan arah, dengan adanya rpp 1 lembar beban guru sedikit
berkurang karena itu diharapkan guru pembimbing fokus dalam
mengarahkan dan mendampingi anak didik.
Sedangkan kekurangan program merdeka belajar antara lain:
1) Membutuhkan waktu dan biaya yang tidak sedikit
Dengan bebasnya berekspresi anak didik dalam belajar, tentunya
memakan waktu dan biaya yang tidak sedikit Karen dalam
berprosesnya anak didik berbeda-beda pemahaman.
2) Kurangnya guru yang merdeka
Untuk mewujudkan anak didik yang merdeka dalam belajar
tentunya memerlukan guru yang merdeka dalam mengajar juga, tetapi
pengalaman para guru yang merdeka hanya sedikit kebanyakan dilihat
dari pengalaman para guru pada masa kuliahnya dulu, hal ini
disebabkan oleh kurangnya pengalaman para guru, karena program
merdeka belajar baru-baru ini diterbitkan.
3) Kurangnya referensi
Untuk menjalankan program merdeka belajar ini tentunya
memerlukan referensi atau rujukan seperti buku sebagai alat belajar,
buku yang ada sekarang dinilai rendah, maka dari itu memerlukan
buku yang lebih efesien untuk menjalankan pembelajaran dan
mewujudkan program merdeka belajar ini.

B. Kajian Pustaka
Dalam penelitian ini, peneliti akan mendeskripsikan kajian-kajian atau
skripsi yang relevan dengan judul skripsi:
36

1. Hasil penelitian Suci Rahayu, Dwi Vianita Rossari, Susanana Aditiya


Wangsanata, Nuriana Eka saputri, Nuriani Dwi Saputri (2021), yang
berjudul “Hambatan Guru Sekolah Dasar Melaksanakan Kurikulum Sekolah
Penggerak Dari Sisi Manajemen Waktu dan Ruang di Era Pandemi Covid-
19”. Dengan metode penelitian deskriptif kuantitatif. Hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa terdapat 4 kendala guru dalam mengimplementasikan
kurikulum sekolah penggerak yaitu dalam Alur Tujuan Pembelajaran
kurikulum sekolah penggerak, manajemen waktu pelatihan kurikulum
pembelajaran sekolah penggerak, manajemen waktu pelatihan kurikulum
pembelajaran sekolah penggerak yang singkat dan minimnya informasi
kurikulum sekolah penggerak.39
Persamaan penelitian di atas dengan skripsi penulis yaitu sama-sama
mengkaji mengenai permasalahan guru dalam Kurikulum Merdeka Belajar
di sekolah dasar. Sedangkan perbedaan penelitian di atas dengan skripsi
penulis yaitu dalam jurnal diatas lebih berfokus mengkaji mengenai konsep
merdeka belajar dari sisi manajemen waktu dan ruang di Era Pandemi
Covid-19, sedangkan skripsi penulis berfokus pada masalah guru dalam
menerapkan Project Pelajar Pancasila.
2. Hasil penelitian Sabriadi HR, Nurur Wakia (2021) yang berjudul
“Problematika Implementasi Kurikulum Merdeka Belajar di Perguruan
Tinggi”. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa problematika implementasi kurikulum
merdeka belajar di Perguruan Tinggi yaitu mekanisme kolaborasi antara
PTKIS dan program studi dengan pihak luar kampus, perubahan paradigma
baru pada PTN berbadan hukum untuk bersaing pada skala internasional,
dan mekanisme magang di luar program studi.40

39
Suci Rahayu, Dwi Vianita Rossari, Susana Aditiya Wangsanata, dkk, Hambatan Guru
Sekolah Dasar Dalam Melaksanakan Kurikulum Sekolah Penggerak Dari Sisi Manajemen Waktu
Dan Ruang Di Era Pandemi Covid-19, (Jawa Tengah: Jurnal Pendidikan Tambusi, 2021, Vol. 5
No. 3), h.5767.
40
Sabriadi HR, dan Nurur Wakia, Problematika Implementasi Kurikulum Merdeka Belajar
di Perguruan Tinggi, (Makassar: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, 2021, Vol. 11 No. 2), h.182-
183.
37

Persamaan penelitian di atas dengan skripsi penulis yaitu samasama


mengkaji mengenai problematika Kurikulum Merdeka Belajar. Sedangkan
perbedaan penelitian di atas dengan skripsi dari penulis yakni dalam jurnal
diatas lebih berfokus mengkaji mengenai problematika di Perguruan Tinggi,
sedangkan skripsi punulis mengkaji mengenai problematika guru di tingkat
sekolah dasar.
3. Hasil penelitian Agustinus Tenggu Daga (2021) yang berjudul “Makna
Merdeka Belajar dan Penguatan Peran Guru di Sekolah Dasar”. Jenis
penelitian yang digunakan adalah penelitian pustaka (library research).
Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa Merdeka Belajar bermakna bagi
siswa dan guru yaitu merdeka berpikir, merdeka berinovasi, belajar mandiri
dan kreatif, dan merdeka untuk kebahagiaan. Lahirnya kebijakan Merdeka
Belajar memunculkan peran guru dalam implementasinya yang meliputi
guru penggerak, fasilitator pembelajaran, guru inovatif, guru
berkarakteristik sebagai guru, guru kreatif dan mandiri.41
Persamaan penelitian di atas dengan skripsi penulis yaitu samasama
mengkaji mengenai Kurikulum Merdeka Belajar di sekolah dasar.
Sedangkan perbedaan penelitian di atas dengan skripsi penulis ialah dalam
jurnal tersebut lebih berfokus mengkaji mengenai makna dan penguatan
peran guru dalam Kurikulum Merdeka Belajar, sedangkan skripsi punulis
mengkaji mengenai Problematika guru dalam Implementasi Project Pelajar
Pancasila pada Kurikulum Merdeka.
4. Hasil penelitian Dahlia Sibagariang, Hotmaulina Sihotang, dan Erni
Murniarti (2021) yang berjudul “Peran Guru Penggerak dalam Pendidikan
Merdeka Belajar di Indonesia”. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa
tugas guru penggerak dan guru biasa ialah sama-sama menciptakan suasana
pembelajaran yang menarik dan menyenangkan sehingga peserta didik
termotivasi untuk mengembangkan potensinya secara mandiri. Namun yang
membedahkannya adalah peran guru penggerak dalam Kurikulum Merdeka
Belajar yaitu menjadi guru yang mampu mengelola pembelajaran dengan
Agustinus Tanggu Daga, Makna Merdeka Belajar dan Penguatan Peran Guru di Sekolah
41

Dasar, (NTT: Jurnal Educatio, 2021, Vol. 7, No. 3), h.1085.


38

menggunakan teknologi yang ada dengan melakukan refleksi dan perbaikan


terus menerus sehingga peserta didik terdorong untuk meningkatkan prestasi
akademiknya secara mandiri.42
Persamaan penelitian di atas dengan skripsi penulis yaitu samasama
mengkaji mengenai Kurikulum Merdeka Belajar. Sedangkan perbedaan
penelitian di atas dengan skripsi penulis yakni dalam jurnal tersebut lebih
berfokus mengkaji mengenai peran guru penggerak dalam Kurikulum
Merdeka Belajar, sedangkan skripsi punulis mengkaji mengenai
problematika guru dalam Implementasi Project Pelajar Pancasila pada
Kurikulum Merdeka.
5. Hasil penelitian Dewi Rahmadayanti dan Agung Hartoyo (2022) yang
berjudul “Potret Kurikulum Merdeka, Wujud Merdeka Belajar di Sekolah
Dasar”. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian Library Research
(studi kepustakaan). Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa Kurikulum
Merdeka dengan konsep merdeka belajar di sekolah dasar memberi
“kemerdekaan” bagi pelaksana pendidikan terutama guru dan kepala
sekolah dalam menyusun, mengembangkan dan melaksanakan kurikulum
berdasarkan potensi, dan kebutuhan siswa serta sekolah. Merdeka belajar
membebaskan guru untuk menyusun pembelajaran yang menekankan pada
materi esensial dengan mempertimbangkan karakteristik sehingga capaian
pembelajaran akan tercapai lebih bermakna, menyenangkan, dan mendalam.
Kegiatan projek yang disusun sesuai dengan fasenya dan relevan dengan
keadaan lingkungan membantu siswa mengembangkan karakter dan
kompetensi Profil Pelajar Pancasila dalam dirinya. Dalam mendesain
pengembangan kurikulum di sekolah, kepala sekolah perlu
mempertimbangkan karakteristik siswa, potensi sekolah dan potensi daerah.
Persamaan penelitian di atas dengan skripsi penulis yaitu sama-sama
mengkaji mengenai Kurikulum Merdeka Belajar di sekolah dasar.
Sedangkan perbedaan penelitian di atas dengan skripsi penulis yakni dalam
42
Dahlia Sibagariang, Hotmaulina Sihotang, dan Erni Murniarti, Peran Guru Penggerak
dalam Pendidikan Merdeka Belajar di Indonesia, (Jakarta: Jurnal Dinamika Pendidikan, 2021,
Vol. 14, No. 2), h.97.
39

jurnal tersebut lebih berfokus mengkaji mengenai potret Kurikulum


Merdeka di sekolah dasar, sedangkan skripsi punulis lebih mengkaji
mengenai Problematika guru dalam Implementasi Project Pelajar Pancasila
pada Kurikulum Merdeka.
C. Kerangka Berpikir
Pelaksanaan pembelajaran Project Pelajar Pancasila saat ini adalah
dengan menggunakan pembelajaran Kurikulum Merdeka. Dalam penerapan
kurikulum merdeka di kelas seringkali terdapat hambatan. Hal ini tak lain
karena penerapan kurikulum merdeka ini masih awal sehingga guru dan siswa
masih belum terbiasa dengan perubahan ini. Sehingga masih ada pembelajaran
yang berlangsung kurang inovatif dan masih adanya kendala dan hambatan
yang dialami oleh guru dalam mengimplementasikan Project Pelajar Pancasila
pada kurikulum merdeka sehingga pembelajaran masih bersifat teacher
centered.
Pengimplementasian kurikulum merdeka dalam Project Pelajar Pancasila
disekolah, pembelajaran harus dilakukan dengan menggunakan cara yang
kreatif dan inovatif agar mampu membuat peserta didik lebih aktif dan lebih
bersemangat untuk melakukan pembelajaran. Oleh karena itu, dengan
menerapkan kurikulum merdeka pada Project Pelajar Pancasila diharapkan
guru dapat memberikan pengalaman belajar yang menyenangkan,
membahagiakan dan bermakna bagi setiap siswa. Guru dapat memainkan peran
kunci dalam membantu menerapkan kurikulum baru yang siap diterapkan
untuk siswa. Sehingga dapat memastikan seberapa relevansi dan efektif dari
implementasi kurikulum merdeka dalam penerapan Project Pelajar Pancasila.
Maka dari itu penelitian ini dilaksanakan dalam rangka untuk mengetahui
Problematika guru dalam implementasi Project Pelajar Pancasila pada
kurikulum merdeka. Berikut skema alur pikir dalam penelitian ini:

Problematika Guru dalam Implementasi Project Pelajar


Pancasila pada Kurikulum Merdeka

Guru Kelas SD Negeri 35


Seluma

Project Pelajar Pancasila


Kurikulum Merdeka
40

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir


BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis dan pendekatan penelitian


Metode penelitian yang digunakan dalam problematika guru implementasi
kurikulum merdeka dalam project pelajar Pancasila pada siswa dapat beragam,
tergantung pada tujuan penelitian dan pendekatan yang digunakan. Pendekatan
yang digunakan dalam penelitian ini adalah deksriptif kualitatif. Deskriptif
kualitatif dimaknai sebagai penelitian yang memfokuskan pada fenomena.
Secara holistik dapat dideskripsikan dalam bentuk kata-kata, dan bahasa pada
konteks alamiah dan memanfaatkan metode yang alamiah".43
Beberapa metode penelitian yang umum digunakan dalam penelitian
pendidikan adalah sebagai berikut: Metode Penelitian Deskriptif, Metode ini
digunakan untuk menggambarkan dan menjelaskan karakteristik atau
fenomena yang terkait dengan problematika guru dalam implementasi
kurikulum merdeka dalam project pelajar Pancasila pada siswa. Jadi penelitian
ini mendeskripsikan suatu keadaan menggambarkan problematika guru dalam
implementasi project pelajar Pancasila pada kurikulum merdeka di SD Negeri
35 Seluma.
B. Tempat dan waktu penelitian
Lokasi penelitian atau tempat penelitian ini adalah di SD Negeri 35 Seluma
C. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian kualitatif adalah data primer berupa kata-
kata dan tindakan, selebihnya yaitu tambahan dari data sekunder berupa
dokumen tertulis dan gambar serta data lainnya. Jadi data primer pada
penelitian ini adalah semua data yang diperoleh dari para informan yang
dianggap paling mengetahui secara rinci dan jelas mengenai fokus penelitian
yang diteliti dan segala tindakan menangani problematika guru dalam

43
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya.,
2012), h.56.

41
42

implementasi project pelajar Pancasila melalui budaya sekolah di SD Negeri


35 Seluma. Adapun data sekunder diperoleh dari kata-kata tertulis44.
D. Teknik pengumpulan data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam
penelitian untuk mendapatkan data. Pengumpulan data dapat dilakukan dengan
berbagai cara. Sugiyono menyatakan teknik pengumpulan data kualitatif dapat
dilakukan dengan cara wawancara, observasi dan dokumentasi, 45 maka Untuk
mendapatkan data yang akurat dan konkrit penulis menggunakan teknik
pengumpulan data sebagai berikut:
1. Wawancara (tersrtuktur)
Dalam hal ini penulis menanyakan kepada kepala sekolah, dan guru
kelas tentang apa saja problematika guru dalam implementasi project pelajar
Pancasila pada kurikulum merdeka, Adapun kegiatan wawancara ini untuk
mendapatkan data permasalahan apa saja yang di hadapi guru kelas dalam
implementasi project pelajar Pancasila.
2. Observasi (moderat)
Penelitian ini menggunakan observasi berjenis non participant
observation. Hal ini bertujuan untuk mengetahui problematika guru dalam
implementasi project pelajar Pancasila pada kurikulum merdeka. Observasi
ini akan dilakukan di SD Negeri 35 Seluma, dengan implementasi project
pelajar Pancasila pada kurikulum merdeka Observasi ini dilakukan setelah
tahap pengumpulan data yaitu data dari hasil wawancara mengenai
problematika guru dalam implementasi project pelajar Pancasila pada
kurikulum merdeka. Teknik dalam observasi ini menggunakan instrumen
berupa lembar observasi.
3. Dokumentasi
Dokumentasi dalam penelitian ini diperlukan untuk mengetahui
deskripsi wilayah, sejarah berdiri, data guru, data siswa serta foto-foto
selama penelitian tentang bagaimana implementasi pendidikan karakter
44
Sanapiah Faisal, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Surabaya Usaha Offset Printing,
2011), hal. 97.
45
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2016), h. 308.
43

religius di SD Negeri 35 Seluma. Teknik pengumpulan data dalam


penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara objektif tentang
problematika guru dalam implementasi project pelajar Pancasila pada
kurikulum Merdeka.
E. Keabsahan data
Menurut Sugiyono uji keabsahan data dilakukan untuk membuktikan
apakah penelitian yang dilakukan benar-benar merupakan penelitian ilmiah
sekaligus untuk menguji data yang diperoleh. Uji keabsahan data dalam
penelitian kualitatif meliputi validitas interbal (uji credibility), validitas
ekstenal (transferability), reliabilitas (dependability), dan obyektivitas
(confirmability).46
Penelitian ini menggunakan uji credibility data atau kepercayaan
terhadap data hasil penelitian kualitatif antara lain dilakukan dengan
peningkatan dalam penelitian dan triangulasi. Dalam penelitian ini
menggunakan uji keabsahan kredibilitas antara lain sebagai berikut:
1. Meningkatkan ketekunan
Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara lebih
cermat dan berkesinambungan. Dengan cara tersebut maka kepastian data
dan urutan peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan sistematis. Dengan
meningkatkan ketekunan peneliti dapat melakukan pengecekan kembali
terkait data yang diperoleh apakah sudah benar atau tidak. Berdasarkan hal
tersebut maka peneliti melakukan mengamatan secara lebih cermat dan
berkesinambungan untuk pemperoleh kepastian data dan urutan data secara
sistematis 47
2. Triangulasi
Triangulasi dalam pengujian credibilitas didefinisikan sebagai
pemeriksaan data dari sumber yang berbeda dengan cara yang berbeda dan
pada waktu yang berbeda. Dengan demikian, ada triangulasi sumber,
triangulasi teknik pengumpulan data dan waktu 48
46
Ibid., h. 366.
47
Ibid., h. 272
48
Ibid., h. 273
44

Triangulasi yang digunakan pada penelitian ini yaitu triangulasi sumber.


Triangulasi sumber untuk memvalidasi credibilitas data dilakukan dengan
meninjau data yang diambil dari berbagai sumber. Kemudian
mendeskripsikan dan mengklasifikasikan data yang diperoleh dan mencari
data mana yang sama, berbeda dan spesifik. mengamati, atau meninjau data
pada waktu dan keadaan yang berbeda. Jika hasil pengujian memberikan
data yang berbeda, ulangi ini untuk menemukan kepastian data 49
Penelitian ini menggunakan keabsahan data dengan triangulasi sumber,
triangulasi teknik, dan triangulasi waktu. Data yang akan digunakan sebagai
penelitian untuk memperoleh data atau informasi yang lebih lengkap dan lebih
valid.
F. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian kualitatif, dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung dan
setelah pelaksanaan pengumpulan data selesai. Menurut Sugiyono dalam
penelitian kualitatif, teknik analisis data yang digunakan diarahkan untuk
menjawab rumusan masalah atau untuk menguji hipotesis masalah. Dalam
penelitian kualitatif, data diperoleh dari berbagai sumber, dengan
menggunakan teknik pengumpulan data yang bermacam-macam (triangulasi),
dan dilakukan secara terus-menerus sampai datanya jenuh.50
Menurut Sugiyono analisis data merupakan proses mencari dan
menyusun data yang diperoleh secara sistematis baik dari observasi,
wawancara maupun dokumentasi sehingga dapat mudah dipahami dan hasil
penelitiannya dapat diinformasikan kepada orang lain. Analisis data kualitatif
bersifat induktif, yaitu berdasarkan data yang diperoleh kemudian
dikembangkan menjadi hipotesis. 51
Penyajian Data Dalam penelitian ini, teknik analisis data dilaksanakan di
lapangan dengan menggunakan model Miles dan Huberman dalam yaitu
berikut:
49
Ibid., h. 274
50
Ibid., h. 243
51
Ibid., h. 244
45

1. Pengumpulan data (data collection)


Pengumpulan data dalam penelitian kualitatif dilakukan dengan
wawancara, observasi, dan dokumentasi. Observasi dilakukan berdasarkan
tiga aspek yaitu situasi, aktivitas, dan personal. wawancara yang akan di
gunakan dalam penelitian ini adalah wawancara semiterstruktur.
Dokumentasi yang akan digunakan yaitu dokumentasi kegiatan guru
pembelajaran di kelas, modul ajar, serta perangkat pembelajaran yang
digunakan saat pembelajaran.52
2. Reduksi Data (Data reduction)
Sugiyono menjelaskan bahwa reduksi data adalah merangkum,
memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada penelitian, mencari tema
dan polanya, pada akhirnya memberikan gambaran yang lebih jelas dan
mempermudah untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya.
Dalam penelitian ini data yang direduksi adalah hasil wawancara
dengan narasumber yang terdiri dari kepala sekolah, guru wali kelas, serta
perwakilan dari siswa. Peneliti melakukan reduksi hasil wawancara pada
hari yang sama tetapi dengan waktu yang berbeda ketika wawancara akan
dilakukan.53
3. Penyajian Data (Data display)
Setelah mereduksi data, maka langkah selanjutnya adalah
menyajikan data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data dapat
dilakukan dalam bentuk tabel, grafik, flowchart, pictogram dan sejenisnya.
Melalui penyajian data tersebut, maka data dapat terorganisasikan,
tersusun dalam pola hubungan, sehingga akan mudah dipahami. Selain itu
dalam penelitian kualitatif penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk
uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart, dan sejenisnya
namun yang sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian
kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif. Melalui penyajian data

52
Ibid., h. 247
53
Ibid., h. 247-249
46

tersebut, maka data terorganisasikan, dan tersusun sehingga akan semakin


mudah dipahami.54
Penelitian ini menggunakan data display dengan melakukan uraian
secara singkat untuk menggambarkan data yang telah diperoleh selama
melakukan penelitian.
4. Penarikan Kesimpulan (Conclusion drawing/verivicatin)
Sugiyono mendefinisikan bahwa kesimpulan dalam penelitian
kualitatif dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal,
tetapi mungkin juga tidak, karena seperti telah dikemukakan bahwa
masalah dan perumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat
sementara dan akan berkembang setelah penelitian berada di lapangan.
Kesimpulan dalam penelitian kualitatif merupakan temuan baru yang
sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau
gambaran suatu objek yang sebelumnya masih belum jelas sehingga
setelah diteliti menjadi jelas.
Penelitian ini akan menarik sebuah kesimpulan apabila pengumpulan
data (data collection), reduksi data (data reduction), penyajian data (data
display) sudah dinyatakan benar selesai.
Teknik analisis data ini diperkuat menggunakan aplikasi atlas.ti dengan
tujuan untuk membantu proses analisis data. Setelah semua data terkumpul
dari hasil wawancara dan observasi kemudian peneliti melakukan
pengkodikan dan mengkategorikan data dengan alat bantu software atlas.ti.
Atlas.it merupakan salah satu software qualitative analysis yang digunakan
untuk membaca data besar dan kompleks dari berbagai bentuk.

DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, Dwi Nurani.Lanny dan Misiyanto Kharisma Rizqi Mulia. 2009. Saku
Edisi Serba Serbi Kurikulum Merdeka Kekhasan Sekolah Dasar. Jakarta
Pusat: Tim Pusat Kurikulum dan Pembelajaran (Puskurjar), BSKAP.

54
Ibid., h. 249
47

Arifin, Bambang Samsul, Dini Irawatai, Aji Muhamad Iqbal, dan Aan Hasanah.
2022. “Profil Pelajar Pancasila sebagai upaya mewujudkan karakter
Bangsa,” Jurnal Pendidikan 6(1): 1229.

Baharuddin, M. Sulton dan Binti Maunah. 2022. “Problematika Guru di Sekolah”,


Nusra: Jurnal Penelitian dan Ilmu Pendidikan 3(1): 48-55.

Balti Levandra, Winda Trisnawati, Randi Eka Putra. 2022. “Tinjauan Aksiologi
pada Profil Pelajar Pancasila kurikulum merdeka,” Jurnal muara
Pendidikan 7(2): 287.

Daga, Agustinus Tanggu. 2021. “Makna Merdeka Belajar dan Penguatan Peran
Guru di Sekolah Dasar”. Jurnal Educatio 7(3): 1085.

Dyah I Wayan Wijania, dkk. 2021. Buku Panduan Guru Projek Penguatan Profil
Pelajar Pancasila untuk Satuan PAUD. Jakarta: Pusat Kurikulum dan
Pembukuan.

Faisal, Sanapiah. 2011. Metodologi Penelitian Pendidikan. Surabaya Usaha Offset


Printing.

F. S, Khoirurrijal. 2005. Pengembangann Kurikulum Merdeka. Malang: CV.


Literasi Nusantara Abadi.

Gesmi, Irwan dan Yun Hendri. 2018. Buku Ajar Pendidikan Pancasila. : Uwais
Inspirasi Indonesia.

Handoyo, Hadi Soekamto. 2019. Perencanaan Pembelajaran Geografi. Madiun:


CV. Bayfa Cendikia Indonesia.

Harefa, Arianus dan Sodialman Daliwu. 2021. Teori Pendidikan Pancasila dan
Anti Korupsi. Jawa Tengah: Luthfi Gilang.

Herlambang, Andriani Yusuf Tri dan Dwi Wulandari. 2022. “Proyek Penguatan
Profil Pelajar Pancasila sebuah orientasi baru pendidikan dalam
meningkatkan karakter siswa Indonesia,” Jurnal Basicedu 6(4): 7077.

HR, Sabriadi dan Nurur Wakia. 2021. ”Problematika Implementasi Kurikulum


Merdeka Belajar di Perguruan Tinggi”, Jurnal Manajemen Pendidikan
Islam 11(2): 182-183.

Ifrianti, Syofnidah. 2019. Konsep dan Pengembangan Kurikulum. Yogyakarta:


Pustaka Pranala.
48

Irawati, Dini, dkk. 2022. “Profil Pelajar Pancasila Sebagai Upaya Mewujudkan
Karakter Bangsa”, Jurnal Pendidikan Edumaspul 6(1): 6.

Isril, Mohd Taufik. 2016. "Implementasi Peraturan Daerah Badan


Permsuyawaratan Desa," Jurnal Kebijakan Public 4(2): 136.

Jeflin, Hairunisa dan Hade Afriansyah. 2019. ”Pengertian Kurikulum, Proses


Administrasi Kurikulum dan Peran Guru dalam Administrasi Kurikulum”.
Padang: Universitas Negeri Padang.

Kemendikbud. 2019. Merdeka Belajar: Pokok-Pokok Kebijakan Merdeka Belajar.


Jakarta: Makalah Rapat Koordinasi Kepala Dinas Pendidikan Seluruh
Indonesia.

Khoirurrijal, dkk. 2022. Pengembangan Kurikulum Merdeka. Malang: CV.


Literasi Nusantara Abadi.

Khori, Ahmad. 2022. “Mudrikah dan Hamdani, “Implementasi Merdeka Belajar


Kampus Merdeka (MBKM) di Universitas Islam Nusantara,” Jurnal Islamic
Management 5(1): 34

Maulida, Kirana Silkia. 2022. "Implementasi Profil Pelajar Pancasila dalam


Pembelajaran PAI di SMK Negeri 2 Salatiga Tahun Ajaran 2021". Skripsi,
IAIN Salatiga.

Moleong, Lexy J. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja


Rosdakarya.

Muhith, Abd. 2018. “Problematika Pembelajaran Tematik Terpadu di MIN III


Bondowoso”, Indonesian Journal of Islamic Teaching 1(1): 47

Mulyadi. 2015. Implementasi Organisasi. Yogyakarta: Gadjah Mada Univercity


Press.

Mulyadi, Deddy. 2008. Studi Kebijakan Publik dan Pelayanan Publik. Bandung:
Alfabeta.

Mulyasa, E. 2006. Kurikulum yang di Sempurnakan. Bandung: PT Remaja.


Rosdakarya.

Mutaqin, Imam dan Erni Wijayanti. 2019. ”Problemtika Penerapan Kurikulum


2013 Pada Mata Pelajaran tematik Madrasah Ibtidaiyah Di Kecamatan
Jogoroto”, Jombang: Jurnal Pendidikan Dasar Islam 1(2): 11.
49

Rahayu, Suci, Dwi Vianita Rossari, dan Susana Aditiya Wangsanata, dkk. 2021.
”Hambatan Guru Sekolah Dasar Dalam Melaksanakan Kurikulum Sekolah
Penggerak Dari Sisi Manajemen Waktu Dan Ruang Di Era Pandemi Covid-
19”. Jurnal Pendidikan Tambusi 5(3): 5767.

Rahimah. 2022. “Peningkatan Kemampuan Guru SMP Negeri 10 Kota


Tebingtinggi dalam Menyusun Modul Ajar Kurikulum Merdeka Melalui
Kegiatan Pendampingan Tahun Ajar 2021/2022”, Jurnal Ansiru PAI 6(2):
.97

Rahman, Nazarudin. 2014. Menjadi Guru Profesional. Yogyakarta: Pustaka


Felicha.

Rusman. 2011. Model-Model Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja grafindo Persada.

Sanusi, Herman. 2022. “Media Kurikulum Merdeka Belajar Suatu Kajian


Sosiologi Pendidikan dalam Menggugah Perspektif Masa Kini”, Jurnal
Pemikiran dan Pengembangan Pembelajaran 4(3): 19-20.

Sardiman. 2000. Interaksi dan Motivasi dalam Belajar Mengajar. Jakarta: PT


Raja Grafindo Persada.

Sibagariang, Dahlia, Hotmaulina Sihotang, dan Erni Murniarti. 2019. “Peran Guru
Penggerak dalam Pendidikan Merdeka Belajar di Indonesia”, Jurnal
Dinamika Pendidikan 14(2): 97.

Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sugono, Dendy. 2008. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa.

Suharso dan Ana Retnoningsih. 2009. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Semarang:
CV. Widya.

Suryosubroto. 2002. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.

Suyahman. 2021. Pengembangan Bahan Ajar PPKn di SD. Jawa Tengah:


Lakeisha.
Uno Hamzah B. dan Nina Lamatenggo. 2016. Tugas Guru dalam Pembelajaran.
Jakarta: PT Bumi Aksara.

Utomo. 2010. Buku Ajar Pengeolaan Pendidikan. Sukabumi: Nusa Putra.

Widyastuti, Ana. 2010. Merdeka Belajar dan Implementasinya, Merdeka Guru-


Siswa, Merdeka Dosen-Mahasiswa, Semua Bahagia. Jakarta: PT Elex
50

Media Komputindo.

Anda mungkin juga menyukai