PROPOSAL SKRIPSI
Oleh:
ERIN SILVIYA MANDA SARI
2011240047
Puji syukur kepada Allah SWT berkat Rahmat, hidayah, dan karunia-Nyalah
sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian yang berjudul
“Problematika Guru dalam Implementasi Project Pelajar Pancasila Pada
Kurikulum Merdeka SD Negeri 35 Seluma” Tepat pada waktunya.
Pada kesempatan ini, penulis hendak menyampaikan terimakasih kepada
semua pihak yang telah memberikan dukungan moril maupun materil sehingga
proposal penelitian ini dapat selesai.
Meskipun telah berusaha menyelesaikan proposal penelitian ini sebaik
mungkin, penulis menyadar bahwa proposal penelitian ini masih ada kekurangan.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
para pembaca guna menyempurankan segala kekurangan dalam penyusunan
proposal penelitian ini. Akhir kata, penulis berharap semoga proposal penelitian
ini berguna bagi para pembaca dan pihak-pihak lain yang berkepentingan.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL......................................................................................... i
KATA PENGANTAR....................................................................................... ii
DAFTAR ISI...................................................................................................... iii
.............................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................. 1
B. Batasan Masalah................................................................................ 6
C. Rumusan Masalah.............................................................................6
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian......................................................... 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori..................................................................................8
1. Pengertian Problematika Guru....................................................... 8
2. Macam-Macam Problematika Guru di Sekolah............................. 10
3. Implementasi.................................................................................. 13
4. Project Pelajar Pancasila................................................................ 14
5. Kurikulum Merdeka....................................................................... 26
B. Kajian Pustaka...................................................................................36
C. Kerangka berpikir ............................................................................. 39
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian........................................................ 41
B. Tempat dan Waktu Penelitian........................................................... 41
C. Sumber Data...................................................................................... 41
D.Teknik Pengumpulan Data............................................................... 42
E. Keabsahan Data................................................................................ 43
F. Teknik Analisis data.......................................................................... 44
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk memberikan
bimbingan atau pertolongan dalam mengembangkan potensi jasmani dan
rohani yang diberikan oleh orang dewasa kepada peserta didik untuk mencapai
kedewasaannya serta mencapai tujuan agar peserta didik mampu melaksanakan
tugas hidupnya secara mandiri. Dalam pendidikan sesorang yang memberikan
bimbingan dinamakan dengan pendidik atau guru sedangkan orang yang diberi
atau menerima bimbingan dinamakan dengan peserta didik atau murid.
Pendidikan memiliki tujuan yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dan
mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, karena dengan pendidikan
menjadikan manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha
Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan,
kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap. Pendidikan Nasional
berdasarkan Pancasila dan UndangUndang 1945.
Dalam Al-Qur'an Q.S. Al-Mujadilah ayat 11, Allah Subhanahu wa ta'ala
berjanji, akan meninggikan derajat orang-orang yang berilmu:
ِقْي َل َو ِاَذ ا َلُك ْۚم ُهّٰللا َي ْف َس ِح َفاْف َس ُحْو ا اْلَم ٰج ِلِس ِفى َتَفَّسُحْو ا َلُك ْم ِقْي َل ِاَذ ا ٰا َم ُنْٓو ا اَّلِذ ْي َن ٰٓي َاُّي َه ا
ِبَم ا َو ُهّٰللا َد َر ٰج ٍۗت اْلِع ْلَم ُاْو ُتوا َو اَّلِذ ْي َن ِم ْنُك ْۙم ٰا َم ُنْو ا اَّلِذ ْي َن ُهّٰللا َي ْر َفِع َفاْنُشُز ْو ا اْنُشُز ْو ا
(١١) َخ ِبْيٌر َت ْع َم ُلْو َن
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu
“Berilah kelapangan di dalam majelis-majelis,” lapangkanlah,
niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Apabila
dikatakan, “Berdirilah,” (kamu) berdirilah. Allah niscaya akan
mengangkat orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang
yang diberi ilmu beberapa derajat. Allah Mahateliti terhadap apa
yang kamu kerjakan”. (Q.S. Al-Mujadilah [58]:11)
1
2
4
Andriani Yusuf Tri Herlambang, Dwi Wulandari, “Proyek Penguatan Profil Pelajar
Pancasila sebuah orientasi baru pendidikan dalam meningkatkan karakter siswa Indonesia,” Jurnal
Basicedu 6, no. 4 (2022), h.7077.
5
I Wayan Wijania Dyah M. Sulistyati, Sri Wahyaningsihh, "Buku Panduan Guru Projek
Penguatan Profil Pelajar Pancasila untuk Satuan PAUD", (Jakarta: Pusat Kurikulum dan
Pembukuan, 2021), h.2.
4
A. Landasan Teori
1. Problematika Guru
Istilah problema atau problematika berasal dari Bahasa Inggris yaitu
“problematic” yang artinya persoalan atau masalah. Sedangkan menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia, problem ialah persoalan, sesuatu yang
harus diselesaikan. Problematika merupakan sesuatu yang harus
diselesaikan atau harus dicarikan jalan keluarnya. 8 Di dalam kamus filsafat
dan psikologi karangan Sudarsono menjelaskan bahwa problem adalah
masalah atau pernyataan yang memerlukan pemecahan masalah. Sedangkan
masalah ialah suatu keadaan yang mengakibatkan seseorang atau kelompok
menjadi rugi, atau sulit dalam melakukan sesuatu. 9 Jadi dapat dikatakan
bahwa yang dimaksud dengan problematika adalah persoalan atau masalah
yang masih belum dapat dipecahkan sehingga untuk mencapai suatu
tujuannya maka harus dicarikan jalan keluarnya.
Menurut Suharso, dkk, problematika adalah sesuatu yang
mengandung masalah. Permasalahan dapat juga diartikan sebagai sesuatu
yang menghalangi tercapainya tujuan. Secara umum, suatu masalah
didefinisikan sebagai keadaan atau kesenjangan antara harapan dan
kenyataan. Masalah sebagai gap antara kebutuhan yang dinginkan dan
kebutuhan yang ada. Problematika dalam sastra adalah masalah dalam diri
satu tokoh, permasalahan antara dua tokoh, dan permasalahan bisa saja
terjadi karena dorongan dasar dari sendiri, dapat juga dari lingkungan
keluarga ataupun masyarakat dan sebagainya.10
8
Dendy Sugono, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat Bahasa, 2008), h.921-922.
9
Imam Mutaqin dan Erni Wijayanti, ”Problemtika Penerapan Kurikulum 2013 Pada Mata
Pelajaran tematik Madrasah Ibtidaiyah Di Kecamatan Jogoroto”, Jombang: Jurnal Pendidikan
Dasar Islam Vol.1 No.2 (2019), h.11.
10
Suharso dan Ana Retnoningsih, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Semarang: CV. Widya,
2009), h.391.
8
9
15
Nazarudin Rahman, Menjadi Guru Profesional, (Yogyakarta: Pustaka Felicha, 2014), h.
11
16
M. Sulton Baharuddin dan Binti Maunah, “Problematika Guru di Sekolah”, Nusra:
Jurnal Penelitian dan Ilmu Pendidikan Vol.3 No.1 (2022), h.48-55.
11
21
Deddy Mulyadi, Studi Kebijakan Publik dan Pelayanan Publik, (Bandung: Alfabeta,
2008), h.24.
22
Moh. Taufik Isril.” "Implementasi Peraturan Daerah Badan Permsuyawaratan Desa,"
Jurnal Kebijakan Public Vol. 4 No. 2 (2016), h.136.
15
dengan huruf i panjang berarti peraturan tingkah laku yang penting atau baik
atau senonoh.23 Arti "syila" lebih bersifat luas dibanding "syiila" yang
terbatas pada masalah tingkah laku. Dengan demikian, secara etimologi
Pancasila dapat diartikan sebagai "Lima dasar" atau lima aturan tingkah laku
yang baik dan penting.24 Pancasila merupakan rumusan dan pedoman
kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia. Secara
terminologi, istilah Pancasila digunakan oleh Ir. Soekarno yang dicetuskan
dalam pidatonya dalam sidang BPUPKI (Dokuritsu Ziumbi Tyoosakai) pada
tanggal 1 Juni 1945. Pancasila adalah dasar Negara Indonesia dan
merupakan identitas Negara Indonesia yang tidak dimiliki oleh Negara
lain.25
Menurut Notonegoro Pancasila adalah dasar falsafah negara
Indonesia, sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa Pancasila merupakan
dasar falsafah dan ideologi negara yang diharapkan menjadi pandangan
hidup bangsa Indonesia sebagai dasar pemersatu, lambang persatuan serta
kesatuan serta sebagai pertahanan bangsa dan negara Republik Indonesia.26
Pelajar Pancasila merupakan pelajar sepanjang hayat yang memiliki
kompetensi, karakter, dan perilaku global sesuai kaidah Pancasila.
Pernyataan tersebut menjelaskan tiga komponen penting yaitu pelajar
sepanjang hayat, kompetensi, dan karakter sesuai nilai-nilai Pancasila.
Pelajar sepanjang hayat membutuhkan kemandirian, dimana seseorang
mengenali kebutuhan belajarnya, memiliki motivasi tinggi untuk tetap
belajar, dan mampu mencari sumber serta metode belajar yang sesuai
dengan dirinya.27
23
Arianus Harefa dan Sodialman Daliwu, Teori Pendidikan Pancasila dan Anti Korupsi
(Jawa Tengah: Luthfi Gilang, 2021), h.5.
24
Kirana Silkia Maulida, "Implementasi Profil Pelajar Pancasila dalam Pembelajaran PAI
di SMK Negeri 2 Salatiga Tahun Ajaran 2021", (Skripsi, IAIN Salatiga, 2022), h.11.
25
Suyahman, Pengembangan Bahan Ajar PPKn di SD, cet 1. (Jawa Tengah: Lakeisha,
2021), h.151.
26
Irwan Gesmi dan Yun Hendri, Buku Ajar Pendidikan Pancasila, cet 1. (Ponorogo: Uwais
Inspirasi Indonesia, 2018), h.1.
27
Dini Irawati, dkk., “Profil Pelajar Pancasila Sebagai Upaya Mewujudkan Karakter
Bangsa”, Jurnal Pendidikan Edumaspul Vol 6. No.1 (2022), h.6.
16
1) Akhlak beragama
2) Akhlak pribadi
3) Akhlak kepada manusia
4) Akhlak kepada alam
5) Akhlak bernegara.
b. Berkebinekaan Global
Berkebinekaan Global bahwa pelajar Indonesia mempertahankan
budaya luhur, lokalitas dan identitasnya serta tetap berpikiran terbuka
dalam berinteraksi dengan budaya lain, sehingga dapat menumbuhkan
rasa saling menghargai dan kemungkinan terbentuknya dengan budaya
luhur yang positif dan tidak bertentangan dengan budaya luhur bangsa.
Elemen dan kunci kebinekaan global ialah mengenal dan menghargai
budaya, kemampuan komunikasi interkultural dalam berinteraksi dengan
sesama, dan refleksi dan tanggung jawab terhadap pengalaman
kebinekaan.
c. Bergotong Royong
Pelajar Indonesia kita harus memiliki kemampuan
bergotongroyong, yakni kemampuan untuk melakukan kegiatan secara
bersama-sama dengan suka rela agar kegiatan yang dikerjakan dapat
berjalan lancar, mudah dan ringan. Elemen-elemen dari bergotong
royong ialah kolaborasi, kepedulian, dan berbagi.
d. Mandiri
Mandiri bahwa sebagai pelajar Indonesia kita harus menjadi pelajar
mandiri, yakni pelajar yang bertanggung jawab atas proses dan hasil
belajarnya. Elemen kunci dari mandiri terdiri dari kesadaran akan diri
dan situasi yang dihadapi serta regulasi diri.
e. Bernalar Kritis
Pelajar yang bernalar kritis mampu secara objektif memproses
informasi baik kualitatif maupun kuantitatif, membangun keterkaitan
antara berbagai informasi, menganalisis informasi, mengevaluasi dan
menyimpulkannya. Elemen-elemen dari bernalar kritis adalah
18
Struktur Kurikulum
Pendekatan pengorganisasian muatan pembelajaran ialah kewenangan
dari satuan pendidikan sekolah yang mana boleh tetap menggunakan
pembelajaran tematik ataupun beralih ke pendekatan berbasis mata pelajaran
yang disesuaikan dengan capaian pembelajaran dan Profil Pelajar Pancasila.
Struktur Kurikulum Merdeka Belajar di sekolah dasar sebagai berikut:
a. Sistematika penulisan terbagi menjadi 4 tabel struktur, yaitu: kelas 1,
kelas 2, gabungan kelas 3,4, dan 5, serta kelas 6.
b. Beban belajar setiap mata pelajaran ditulis dengan Jam Pelajaran (JP) per
tahun. Sekolah dapat mengelola alokasi waktu setiap minggunya secara
fleksibel dalam 1 tahun ajaran.
c. Mata pelajaran Pendidikan Agama diikuti oleh seluruh siswa sesuai
dengan agamanya masing-masing.
d. Pengorganisasian muatan pembelajaran menggunakan pendekatan mata
pelajaran atau tematik.
e. Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial (IPAS) mulai diajarkan ke siswa
mulai kelas 3, walaupun dalam capaian pembelajaran sudah ada untuk di
kelas 1 dan 2.
f. Muatan Seni dan Budaya disediakan oleh sekolah minimal 1 jenis seni
(seni musik, seni rupa, seni teater, dan/atau seni tari) dan siswa dapat
memilih 1 jenis seni.
g. Untuk muatan lokal dapat ditambahkan oleh masing-masing sekolah
sesuai dengan ketetapan dari pemerintah dan karakteristik
daerah/kearifan lokal secara fleksibel melalui 3 cara, antara lain:
1) Mengintegrasikannya ke dalam mata pelajaran lain.
2) Mengintegrasikannya ke dalam tema projek penguatan Profil Pelajar
Pancasila.
3) Mengembangkannya menjadi mata pelajaran yang tersendiri.
a) Mata pelajaran Bahasa Inggris dapat dipilih tergantung kesiapan
dari sekolah. Jika sekolah belum siap maka dapat diintegrasikan ke
dalam mata pelajaran lain, dan/atau ekstrakurikuler dengan
20
28
Hairunisa jeflin, Hade Afriansyah, ”Pengertian Kurikulum, Proses Administrasi
Kurikulum dan Peran Guru dalam Administrasi Kurikulum”, (Padang: Universitas Negeri Padang,
2019), h.18.
29
Hadi Soekamto Handoyo, Perencanaan Pembelajaran Geografi, (Madiun: CV. Bayfa
Cendikia Indonesia, 2019), h.201.
30
Utomo, Buku Ajar Pengeolaan Pendidikan, (Sukabumi: Nusa Putra, 2010), h.50.
28
beragam dimana konten akan lebih optimal agar peserta didik memiliki
cukup waktu untuk mendalami konsep dan menguatkan kompetensi.
Kurikulum Merdeka Belajar diterapkan untuk melatih kemerdekaan
dalam berpikir. Inti paling penting dari kemerdekaan berpikir ini
ditujukan kepada guru .31 Merdeka Belajar mempunyai makna
kemerdekaan dalam belajar, artinya memberikan kesempatan bebas dan
senyaman mungkin kepada peserta didik untuk belajar dengan rasa
tenang, santai, dan gembira tanpa adanya tekanan dengan memperhatikan
bakat yang dimiliki oleh peserta didik tanpa memaksa untuk mempelajari
maupun menguasai suatu bidang pengetahuan diluar hobi dan
kemampuan dari peserta didik, sehingga mereka mempunyai portofolio
yang sesuai dengan kegemarannya .32
Kurikulum merdeka merupakan kurikulum pembelajaran yang
beragam. kurikulum merdeka berfokus pada konten penting untuk
memastikan bahwa siswa memiliki waktu yang cukup untuk
mengeksplorasi konsep dan memperkuat kompetensi mereka. Kurikulum
merdeka merupakan kurikulum yang memberikan pembaharuan dan
penyempurnaan serta melengkapi kurikulum sebelumnya. Kurikulum ini
terfokus pada konten yang esensial hingga dapat memberikan waktu yang
cukup bagi siswa untuk mengeksplorasi konsep dan memperkuat
kompetensi siswa.33.
Kurikulum menentukan materi yang diajarkan dikelas dan juga
mempengaruhi kecepata serta metode mengajar yang digunakan guru
untuk memenuhi kebutuhan peserta didik. Kemendikbudristek kemudian
mengembangkan Kurikulum Merdeka Belajar sebagai bagian penting
dalam upaya memulihkan pembelajaran dari krisis pendidikan di
Indonesia.
31
Dwi Nurani.Lanny Anggraini, Misiyanto Kharisma Rizqi Mulia, Saku Edisi Serba Serbi
Kurikulum Merdeka Kekhasan Sekolah Dasar, (Jakarta Pusat: Tim Pusat Kurikulum dan
Pembelajaran (Puskurjar), BSKAP, 2009), h.204.
32
Ana Widyastuti, Merdeka Belajar dan Implementasinya, Merdeka Guru- Siswa, Merdeka
Dosen-Mahasiswa, Semua Bahagia, (Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2010), h.53.
33
Khoirurrijal, F. S, Pengembangann Kurikulum Merdeka, (Malang: CV. Literasi Nusantara
Abadi, 2005), h.20.
30
35
Khoirurrijal dan dkk, Op.Cit., h.20–21.
32
36
Kemendikbud, Merdeka Belajar: Pokok-Pokok Kebijakan Merdeka Belajar, (Jakarta:
Makalah Rapat Koordinasi Kepala Dinas Pendidikan Seluruh Indonesia, 2019), h.145.
37
Ahmad Khori, “Mudrikah dan Hamdani, “Implementasi Merdeka Belajar Kampus
Merdeka (MBKM) di Universitas Islam Nusantara,” Jurnal Islamic Management Vol.5 No.1
(2022), h.34
34
B. Kajian Pustaka
Dalam penelitian ini, peneliti akan mendeskripsikan kajian-kajian atau
skripsi yang relevan dengan judul skripsi:
36
39
Suci Rahayu, Dwi Vianita Rossari, Susana Aditiya Wangsanata, dkk, Hambatan Guru
Sekolah Dasar Dalam Melaksanakan Kurikulum Sekolah Penggerak Dari Sisi Manajemen Waktu
Dan Ruang Di Era Pandemi Covid-19, (Jawa Tengah: Jurnal Pendidikan Tambusi, 2021, Vol. 5
No. 3), h.5767.
40
Sabriadi HR, dan Nurur Wakia, Problematika Implementasi Kurikulum Merdeka Belajar
di Perguruan Tinggi, (Makassar: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, 2021, Vol. 11 No. 2), h.182-
183.
37
43
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya.,
2012), h.56.
41
42
52
Ibid., h. 247
53
Ibid., h. 247-249
46
DAFTAR PUSTAKA
Anggraini, Dwi Nurani.Lanny dan Misiyanto Kharisma Rizqi Mulia. 2009. Saku
Edisi Serba Serbi Kurikulum Merdeka Kekhasan Sekolah Dasar. Jakarta
Pusat: Tim Pusat Kurikulum dan Pembelajaran (Puskurjar), BSKAP.
54
Ibid., h. 249
47
Arifin, Bambang Samsul, Dini Irawatai, Aji Muhamad Iqbal, dan Aan Hasanah.
2022. “Profil Pelajar Pancasila sebagai upaya mewujudkan karakter
Bangsa,” Jurnal Pendidikan 6(1): 1229.
Balti Levandra, Winda Trisnawati, Randi Eka Putra. 2022. “Tinjauan Aksiologi
pada Profil Pelajar Pancasila kurikulum merdeka,” Jurnal muara
Pendidikan 7(2): 287.
Daga, Agustinus Tanggu. 2021. “Makna Merdeka Belajar dan Penguatan Peran
Guru di Sekolah Dasar”. Jurnal Educatio 7(3): 1085.
Dyah I Wayan Wijania, dkk. 2021. Buku Panduan Guru Projek Penguatan Profil
Pelajar Pancasila untuk Satuan PAUD. Jakarta: Pusat Kurikulum dan
Pembukuan.
Gesmi, Irwan dan Yun Hendri. 2018. Buku Ajar Pendidikan Pancasila. : Uwais
Inspirasi Indonesia.
Harefa, Arianus dan Sodialman Daliwu. 2021. Teori Pendidikan Pancasila dan
Anti Korupsi. Jawa Tengah: Luthfi Gilang.
Herlambang, Andriani Yusuf Tri dan Dwi Wulandari. 2022. “Proyek Penguatan
Profil Pelajar Pancasila sebuah orientasi baru pendidikan dalam
meningkatkan karakter siswa Indonesia,” Jurnal Basicedu 6(4): 7077.
Irawati, Dini, dkk. 2022. “Profil Pelajar Pancasila Sebagai Upaya Mewujudkan
Karakter Bangsa”, Jurnal Pendidikan Edumaspul 6(1): 6.
Mulyadi, Deddy. 2008. Studi Kebijakan Publik dan Pelayanan Publik. Bandung:
Alfabeta.
Rahayu, Suci, Dwi Vianita Rossari, dan Susana Aditiya Wangsanata, dkk. 2021.
”Hambatan Guru Sekolah Dasar Dalam Melaksanakan Kurikulum Sekolah
Penggerak Dari Sisi Manajemen Waktu Dan Ruang Di Era Pandemi Covid-
19”. Jurnal Pendidikan Tambusi 5(3): 5767.
Sibagariang, Dahlia, Hotmaulina Sihotang, dan Erni Murniarti. 2019. “Peran Guru
Penggerak dalam Pendidikan Merdeka Belajar di Indonesia”, Jurnal
Dinamika Pendidikan 14(2): 97.
Suharso dan Ana Retnoningsih. 2009. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Semarang:
CV. Widya.
Media Komputindo.