Anda di halaman 1dari 73

ANALISIS KOMPETENSI PROFESIONALISME GURU

(Studi Kualitatif di SDIT An Najm Pondok Gede Bekasi)

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Syarat-Syarat Untuk Menyelesaikan


Program Strata Satu (S1) Manajemen Pendidikan Islam

Oleh :
ISLAH LATIFAH
NIM : 16.02.0070

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
AL – QUDWAH DEPOK
2020
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah, penulis panjatkan ke hadirat Allah

SWT atas segala limpahan rahmat dan hidayahnya kepada kita semua. Shalawat

serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW,

keluarga, sahabat, serta kepada ummatnya yang selalu melaksanakan ajarannya.

Proposal skripsi yang berjudul “Analisis Kompetensi Profesionalisme

Guru (study kualitatif di SDIT An Najm Pondok Gede Bekasi)” ini disusun dengan

tujuan untuk melengkapi persyaratan pembuatan skripsi program studi strata satu

(S1) Fakultas Tarbiyah Jurusan Manajemen Pendidikan Islam Sekolah Tinggi

Agama Islam AlQudwah Depok. Dalam penulisan proposal skripsi ini tentu masih

banyak kekurangan dan kelemahannya, untuk itu penulis ingin menyampaikan

permohonan kritik dan saran dalam rangka penyempurnaannya.

Depok, 2019

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................ i

DAFTAR ISI ........................................................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN..................................................................... iii

DAFTAR GAMBAR .............................................................................. iv

DAFTAR TABEL ................................................................................... v

BAB I. PENDAHULUAN ....................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1


B. Fokus Penelitian ........................................................................... 8
C. Pertanyaan Penelitian................................................................ 8
D. Kegunaan Penelitian ...................................................................... 9

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................ 10

A. Kajian Teori.................................................................................. 10
B. Penelitian yang Relevan............................................................... 36
C. Kerangka Berfikir ........................................................................ 41

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ............................................. 43

A. Tujuan Penelitian ......................................................................... 43


B. Waktu dan Tempat Penelitian ...................................................... 43
C. Metode Penelitian ............................................................... ......... 44
D. Sumber Data ....................................................................... ......... 46
E. Teknik Pengumpulan Data ................................................. ......... 47
F. Teknik Analisa Data .................................................................... 49
G. Pemeriksaan Keabsahan Data ...................................................... 51

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 53


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dunia pendidikan selalu mengalami berbagai macam perubahan

sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan masyarakat, serta di tantang untuk

dapat menjawab berbagai permasalahan lokal dan perubahan global yang

terjadi begitu pesat. Salah satu persoalan pendidikan yang sedang dihadapi

bangsa adalah persoalan mutu pendidikan pada suatu jenjang dan satuan

pendidikan. Berbagai usaha telah dilakukan untuk meningkatkan mutu

pendidikan nasional antara lain melalui berbagai pelatihan dan

peningkatan kompetensi guru, pengadaan buku, dan alat pelajaran,

perbaikan sarana dan prasarana pendidikan, dan meningkatkan mutu

manajemen sekolah.

Pendidikan sangat penting, sebab tanpa pendidikan manusia akan

sulit berkembang dan akan mengalami pendidikan yang terbelakang, akan

tersesat, juga tidak selamat di dunia dan akhirat. Imam Syafi’i pernah

berkata “bila kau tak tahan lelahnya belajar, maka kau harus menahan

perihnya kebodohan. Di dalam kitab karya Imam Bayhaqi yang berjudul

Manaaqib Asy-Syafi’i (2/139, cet.Maktabah Daar at-Turats) Imam syafi’i

juga menjelaskan :
‫من أراد الدنيا فعليه بالعلم ومن أراد األخرة فعليه بالعلم ومن أرادهما فعليه‬

‫بالعلم‬

Artinya : “Barangsiapa yang menghendaki kebaikan di dunia maka

dengan ilmu, barang siapa menghendaki kebaikan di akhirat maka dengan

ilmu. Barangsiapa menghendaki keduanya maka dengan ilmu”.

Di dalam atsar juga disebutkan, dari Hasan Al-Bashri dari Abu

Darda ia berkata :

)‫كن عالما أو متعلما أو مستمعا أو محبا وال تكن خامسا فتهلك (رواه البيهقي‬

Artinya : Jadilah engkau orang yang berilmu (pandai), atau orang

yang belajar, atau orang yang mendengarkan ilmu, atau orang yang

mencintai ilmu, dan janganlah engkau menjadi orang yang kelima maka

kamu akan celaka.1

Dan yang paling istimewa bagi seorang yang berilmu, Allah SWT

akan meninggikan derajatnya sebagaimana tertuang dalam Q.S Al-

Mujadilah : 11

1
Muhammad Abdurrahman Bin Abdurrahim Al-Mubarakfuri, Tuhfah Al-Ahwadzi Syarh Jami‟ At-
Tirmidzi (Darul Fayha’ : Beirut , 1432 H) sumber: http://rumaysho.com/
Artinya : “Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan

kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah

niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan:

"Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan

orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu

pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu

kerjakan”.2

Mutu kehidupan satu bangsa benar-benar dipengaruhi oleh aspek

pendidikan.3 Salah satu fungsi pendidikan adalah sarana untuk

mencerdaskan kehidupan bangsa. Peningkatan kualitas pendidikan harus

selalu diusahakan dari waktu ke waktu baik dari segi sarana dan prasarana,

profesionalisme guru, maupun manajemen sekolah. Tidak ada tujuan yang

lebih penting dalam proses pembelajaran kecuali mengusahakan agar

perkembangan dan belajar siswa mencapai tingkat yang optimal.

Tujuan pendidikan yang ditetapkan oleh bangsa Indonesia adalah

untuk membentuk manusia Indonesia seutuhnya. Dalam hal ini lembaga

pendidikan merupakan institusi-institusi yang dipandang paling tepat

dalam mempersiapkan sumber daya manusia berkualitas. Hal ini sesuai

2
Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya (Bandung : CV. Penerbit
Diponegoro,2010) hlm.543
3
Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta : PT.Bumi Aksara,2010), hlm. 53.
dengan yang tertuang dalam Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional bahwa pendidikan dan tenaga kependidikan

berkewajiban (1) menciptakan suasana pendidikan yang bermakna,

menyenangkan, kratif, dinamis, dan dialogis, (2) mempunyai komitmen

secara profesional untuk meningkatkan mutu pendidikan dan (3) memberi

teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi dan kedudukan sesuai

dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya.4

Salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi bangsa

Indonesia adalah masih rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang

dan satuan pendidikan. Khususnya pendidikan dasar dan menengah

(Tilaar, 2003).5

Pendidikan merupakan usaha sadar untuk menumbuh kembangkan

potensi sumber daya manusia melalui kegiatan pengajaran dan tujuan

pembelajaran yang diinginkan tentu yang optimal. Hal ini sejalan dengan

tujuan pendidikan yakni menyiapkan peserta didik menjadi anggota

masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan profesional yang

dapat menerapkan, mengembangkan atau memperkaya khasanah ilmu

pengetahuan, teknologi dan kesenian. Modal dan teknologi yang dimiliki

akan menjadi lebih efektif, jika ditangani oleh orang-orang yang

berkemampuan memadai dan yang lebih lagi mempunyai kinerja yang

profesional.

4
UU No. 20 tahun 2003 Sistem Pendidikan Nasional dan UU No 14 Tahun 2005, pasal 40 no.2 (
Jakarta : Transmedia Pustaka,cet ke-2 2008) hal.20
5
Budiman. Peranan penerapan sertifikasi guru terhadap kinerja guru(integrasi psikologi industri
dan organisasi islami). (Jurnal psikologi Islami, Vol.4 no.1,2018) hal 74-75
Guru merupakan komponen yang paling menentukan dalam sistem

pendidikan secara keseluruhan, yang harus mendapatkan perhatian sentral,

pertama dan utama. Figur yang satu ini akan menjadi sorotan yang

strategis ketika berbicara masalah pendidikan, karena guru selalu terkait

dengan komponen maupun dalam sistem pendidikan. Proses pendidikan

efektif di sekolah diperlukan kinerja guru yang tinggi, proses pembelajaran

yang menyenangkan semangat yang tinggi dalam melakukan pekerjaan.

Guru memegang peran utama dalam pembangunan pendidikan, khususnya

yang diselenggarakan secara formal di sekolah. Guru juga sangat

menentukan keberhasilan peserta didik, terutama dalam kaitannya dengan

proses belajar mengajar dan yang paling berpengaruh terhadap terciptanya

proses dan hasil pendidikan yang berkualitas. Oleh karena itu upaya

perbaikan apapun yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan

tidak akan memberikan sumbangan yang signifikan tanpa di dukung oleh

guru yang profesional dan berkualitas.

Rasullullah sebagai contoh pendidik profesionalisme dalam

menyampaikan suatu pengajaran karena Rasulullah mendapatkan

pendidikan dari Allah Swt secara langsung. Keberhasilan pendidikan

dilihat dari korelasi pendidik dan peserta didik dalam proses pembelajaran

dengan dasar dalam Surah Abasa 1-10 sebagai berikut:


Artinya : “ Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling.

Karena telah datang seorang buta kepadanya(Abdullah bin Ummi

Maktum). Tahukah kamu barangkali ia ingin membersihkan dirinya (dari

dosa). Atau Dia (ingin) mendapatkan pengajaran, lalu pengajaran itu

memberi manfaat kepadanya?. Adapun orang yang merasa dirinya serba

cukup. Maka kamu melayaninya( pembesar-pembesar Quraisy). Padahal

tidak ada (celaan) atasmu kalau Dia tidak membersihkan diri (beriman).

Dan Adapun orang yang datang kepadamu dengan bersegera (untuk

mendapatkan pengajaran). Sedang ia takut kepada (Allah). Maka kamu

mengabaikannya. ”6

Berdasarkan surah Abasa ayat 1-10 tentang Rasulullah dalam

mendidik umatnya untuk dapat masuk Islam. Suatu ketika ada seorang

murid yang buta namun haus akan ilmu dan datang kepada Rasullah Saw

tetapi yang didapat pengabaian dari Rasulullah karena lebih mementingkan

orang-orang terkemuka dalam pendidikanya. Dalam hal ini Allah menegur

bahwa dalam pengajaran agar pendidik tidak pilih-pilih dan membedakan.

Sehingga Rasulullah dituntut untuk memiliki kompetensi profesional yang

dapat mengelola pembelajaran dan dibuktikan Rasullah Saw dalam

menyampaikan ilmu dengan memahami peserta didik yaitu memilih

metode pembelajaran yang sesuai.7

6
Departemen Agama RI, op.cit., hlm.585
7
Fitriani Lubis, Profesionalisme Guru Dalam Alquran Kajian Surah „ Abasa.( Jurnal Edu
Riligia, Vol 2 no 3,2018), 430–441
Undang-undang RI Nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen

menyatakan bahwa kedudukan guru sebagai tenaga profesional berfungsi

untuk meningkatkan martabat guru serta perannya sebagai agen

pembelajaran dan meningkatkan mutu pendidikan nasional.8 Selain itu

istilah guru sebagai pendidik profesional juga tertuang dalam Undang-

undang No. 14 tahun 2005 Bab 1 pasal 1 dijelaskan bahwa guru adalah

pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,

membimbing, mengarahklan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta

didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan

dasar, dan pendidikan menengah.9

Guru menjadi seorang pendidik karena adanya motivasi untuk

mendidik. Bila tidak punya motivasi maka ia tidak akan berhasil untuk

mendidik atau jika dia mengajar karena terpaksa saja karena tidak ada

kemauan yang berasal dari dalam diri guru, karena motivasi menjadi

aktualisasi seorang guru untuk meningkatkan kinerjanya. Namun di sisi

lain, keberhasilan guru dalam melaksanakan pendidikan dan pembelajaran

tidak terlepas dari kompetensi yang dimilikinya. Betapapun tinggi

semangat dan motivasi yang dipunyai oleh guru, maka kinerja guru tidak

dapat maksimal jika tidak diimbangi dengan penguasaan kompetensi

profesional yang di persyaratkan. Menurut UU No.14 tahun 2005 pasal 1

ayat 10, disebutkan “kompetensi adalah seperangkat pengetahuan

keterampilan dan prilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh

8
Op cit, Bab II pasal 4.hal.63
9
Ibid, Bab I pasal 1, hal.60
10
guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. Sedangkan

dalam Permendiknas RI No.16 tahun 2007 tentang standar kualifikasi

akademik dan kompetensi Guru, kompetensi guru dikembangkan secara

utuh dalam empat kompetensi meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi

kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang

diperoleh melalui pendidikan profesi.11 Dan kompetensi yang menjadi

fokus dalam penelitian ini adalah kompetensi profesional guru.

Kompetensi profesional menurut permendiknas No.16 tahun 2007

merupakan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam

yang mencakup penguasaan materi kurikulum mata pelajaran di sekolah

dan substansi keilmuan yang menaungi materinya, serta penguasaan

terhadap struktur dan metodologi keilmuannya. Indikator kompetensi

profesional yang dimaksud menurut permendiknas No.16 tahun 2007

meliputi : menguasai materi,struktur, konsep dan pola pikir keilmuan

yang mendukung mata pelajaran yang diampu, menguasai standar

kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran yang diampu,

mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif,

mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan

tindakan reflektif, dan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi

untuk mengembangkan diri.12

10
Ibid, Bab 1 ayat 1 pasal 10, hal.61
11
Permendiknas RI No.16 tahun 2007 tentang standar kualifikasi akademik dan kompetensi Guru,(
sumber : http://vervalsp.data.kemdikbud,go.id/) hal.3
12
Febrialismanto. Analisis Kompetensi Profesional Guru Pg Paud Kabupaten Kampar Provinsi
Riau.( Jurnal PG- PAUD Trunojoyo. Vol. 6 edisi 2, 2017) hal.124
Guru memikul tugas dan tanggung jawab yang tidak ringan,

disamping itu dia harus membuat pintar anak muridnya secara akal

(mengasah kecerdasan IQ). Untuk kepentingan sekolah memiliki guru

yang profesional merupakan kunci keberhasilan proses pembelajaran.

Guru profesional adalah orang yang terdidik dan terlatih dengan baik,

berarti guru bukan hanya memperoleh pendidikan formal tetapi juga harus

mengatasi landasan kependidikan.

Berdasarkan pra-observasi, kemampuan guru dalam menguasai

kompetensi dasar belum optimal. Hal ini terlihat dari kompetensi dasar

yang tidak relevan dengan indikator pencapaian. Dalam proses

pembelajaran guru hanya menekankan pada ranah kognitif saja, sedangkan

ranah afektif dan psikomotoriknya tidak terlalu diperhatikan. Selain itu

juga kemampuan guru dalam mengembangkan materi secara kreatif juga

belum optimal. Guru sangat jarang menggunakan metode yang bervariasi

saat proses belajar mengajar di kelas. Metode bervariasi disini maksudnya

adalah saat mengajar guru memang menggunakan metode, namun metode

yang digunakan itu-itu saja setiap kali guru menyampaikan materi di kelas.

Guru dalam proses pembelajaran lebih cenderung menggunakan metode

ceramah sehingga proses belajar mengajar terkesan monoton.

Fenomena kurang optimalnya kompetensi profesionalisme guru

seperti diatas sangat menarik, mengingat guru adalah faktor kunci didalam

proses pembelajaran yang sangat menentukan kualitas sumber daya

manusia. Berdasarkan kenyataan tersebut diatas, penulis ingin mengetahui


lebih jauh mengenai kompetensi profesionalisme guru. Sebagai objek

penelitian yang berjudul “Analisis Kompetensi Profesionalisme Guru

(Studi Kualitatif di SDIT An Najm Pondok Gede Bekasi)”.

B. Fokus Penelitian

Sehubungan dengan latar belakang masalah diatas, maka penulis

dapat mengidentifikasikan beberapa masalah yang berhubungan dengan

kompetensi profesionalisme guru, antara lain :

1. Kurangnya penguasaan terhadap materi bidang studi dan kurikulum

sekolah.

2. Kurangnya metode dan strategi belajar yang digunakan guru.

3. Kurang memahami standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam

suatu mata pelajaran.

4. Belum mampu mengembangkan materi pembelajaran secara kreatif.

5. Belum ada pengembangan keprofesionalan secara berkelanjutan

dengan melakukan tindakan reflektif.

6. Belum ada pengoptimalan pemanfaatan teknologi informasi dan

komunikasi untuk berkomunikasi dan pengembangan diri.

C. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan masalah diatas, maka perumusan masalahnya adalah :

1. Bagaimana kompetensi profesionalisme guru di SDIT An Najm

Pondok Gede Bekasi?


2. Faktor- faktor apa saja yang mendukung kompetensi profesionalisme

guru di SDIT An Najm Pondok Gede Bekasi?

3. Faktor- faktor apa yang menghambat kompetensi profesionalisme

guru di SDIT An Najm Pondok Gede Bekasi?

4. Usaha apa saja yang sudah dilakukan dalam mengatasi hambatan

kompetensi profesionalisme guru di SDIT An Najm Pondok Gede

Bekasi?

D. Kegunaan Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan :

1. Bagi Peneliti

a. Penelitian ini dapat meningkatkan pengetahuan peneliti tentang

bagaimana kompetensi profesionalisme guru yang ada di SDIT An

Najm Pondok Gede Bekasi.

b. Merupakan suatu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana

Pendidikan pada Fakultas Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam

Al-Qudwah (STAIQ) Depok.

2. Bagi Sekolah

Dapat meningkatkan pemberdayaan guru untuk menunjang kualitas

kompetensi profesionalisme guru dalam proses kegiatan belajar

mengajar sehingga mampu melahirkan output yang berkualitas dalam

bidang IMTAQ dan IPTEK.


3. Bagi Kepala Sekolah

Sebagai bahan masukan dan evaluasi kepala sekolah untuk

meningkatkan kompetensi profesionalis guru.

4. Bagi Guru

Mengetahui dan melaksanakan tugasnya secara optimal dan

meningkatkan kompetensinya, sehingga mempengaruhi peningkatan

belajar peserta didik.

5. Bagi Masyarakat.

Merasakan hasil positif dari output sekolah.


BAB II

KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERFIKIR

A. Kajian Teori

1. Kompetensi Guru

a. Pengertian Kompetensi

Kompetensi berasal dari bahasa inggris yaitu competence.

Maknanya sama dengan being competent, sedangkan competent sama

artinya dengan having ability,power, authoority, skill, knowledge,

attitude, dan sebagainya.13

David McClelland adalah Guru manajemen pertama yang

menggunakan istilah “Kompetensi” pada tahun 1953 (Chouhan dan

Srivastava, 2014: 14).14

Istilah kompetensi sebenarnya memiliki banyak makna

sebagaimana yang dikemukakan oleh para ahli berikut.

a) Broke and Stone (1975), descriptive of qualitative nature or

teacher behavior appears to be entirely meaningful.

Kompetensi merupakan gambaran hakikat kualitatif dari

perilaku guru yang tampak sangat berarti.

b) Charles E. Johnson (1974), competency as a rational

performance which satisfatorily meets the objective for a

13
Muh. Ilyas Ismail, Kinerja dan Kompetensi Guru ( Jurnal Lentera Pendidikan, Vol.13 No.1,
2010), hlm. 53
14
Elga Andina, Efektifitas pengukuran Kompetensi Guru (Jurnal Masalah-masalah Sosial , Vol.9
No.2, 2018) hlm. 206
desired condition. Kompetensi merupakan perilaku yang

rasional untuk mencapai tujuan yang disyaratkan sesuai

dengan kondisi yang di harapkan.

c) MC. Leod (1989), The state of legally competent or

qualified. Keadaan berwewenang atau memenuhi syarat

menuntut ketentuan hukum.15

d) Uzer Usman (2000), teacher competency is the ability of a

teacher to responsibility perform has or her duties

appropriately. Kemampuan seorang guru dalam

melaksanakan kewajiban- kewajiban secara bertanggung

jawab dan layak.

e) Mc. Ashan (1981) dalam Mulyasa (2002), ... is a

knowledge, skills, and abilities or capa bilities that a

person achieves, which become part of his or her being to

the exent he or she can satisfactorily perform particular

cognitive, afective, and psychomotor behaviors.

Kompetensi diartikan sebagai pengetahuan keterampilan

dan kemampuan yang dikuasai oleh seseorang yang telah

menjadi bagian dari dirinya, sehingga ia dapat melakukan

perilaku perilaku kognitif,afektif dan psikomotor dengan

sebaik-baiknya.16

15
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional ( Bandung : PT REMAJA
ROSDAKARYA,2017), hlm.14
16
Rita Mariyana, Kompetensi Guru dalam Pembelajaran Berbasis Pendidikan Karakter untuk
Anak Usia Dini ( Jurnal Ilmu Pendidikan PEDAGOGIA vol 12 (1), 2016), hlm. 3
f) Kurikulum tahun 2004 , kompetensi merupakan

pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai- nilai yang

diwujudkan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak.

Kompetensi bisa dikenali dari sejumlah indikator yang

dapat diukur dan diamati, serta dapat dicapai melalui

pengalaman belajar yang dikaitkan dengan bahan kajian

dan bahan pelajaran secara kontekstual.

g) Keputusan Menteri Pendidikan Nasional nomor 45 tahun

2002, Kompetensi adalah seperangkat tindakan cerdas dan

penuh tanggung jawab yang dimiliki seseorang sebagai

syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam

melaksanakan tugas-tugas di bidang pekerjaan tertentu.17

h) UU No.14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 1,

ayat 10, disebutkan “ Kompetensi adalah seperangkat

pengetahuan keterampilan dan perilaku yang harus dimiliki,

dihayati dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam

melaksanakan tugas keprofesionalan.18

Berdasarkan pendapat-pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa

kompetensi merupakan satu kesatuan utuh yang menggambarkan

kemampuan pada aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang

dinilai , yang berkaitan dengan profesi tertentu dan berkenaan dengan

17
Eko Setiawan, Kompetensi Pedagogis dan profesional Guru PAUD dan SD/MI (Jakarta :
ESENSI divisi Penerbit Erlangga, 2018) hlm. 28
18
Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan (Bandung :
ALFABETA, cv ,2013) hlm. 23
bagian - bagian yang dapat diaktualisasikan serta diwujudkan dalam

bentuk tindakan atau kinerja untuk menjalankan profesi tertentu.

Secara garis besar, kompetensi menjelaskan apa yang dilakukan

orang di tempat kerja pada berbagai tingkatan dan memerinci standar

masing-masing tingkatan, mengidentifikasi karakteristik pengetahuan

dan keterampilan yang diperlukan individual yang memungkinkan

menjalankan tugas dan tanggung jawab secara efektif sehingga

mencapai standar kualitas profesional dalam bekerja.19

b. Pengertian Guru

Secara etimologi (asal usul kata), istilah “Guru” berasal dari bahasa

India yang artinya “orang yang mengajarkan tentang kelepasan dari

sengsara” Shambuan, Republika. Shanti Niketan atau rumah damai

untuk tempat para guru mengamalkan tugas mulianya membangun

spiritualitas anak-anak bangsa di India ( spiritual intellegence).20

Undang-undang (UU) No. 20/2003 tentang Sisdiknas; UU No.

14/2005 tentang Guru dan Dosen; PP No. 74/2008 tentang Guru,

mendefinisikan guru sebagai pendidik profesional dengan tugas utama

mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan

mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur

pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Profesi

19
Kompri, Standarisasi Kompetensi Kepala Sekolah : Pendekatan Teori untuk Praktik
Profesional, (Jakarta: Kencana,2017) hlm.1-4
20
Sutomo, Upaya peningkatan kompetensi guru dalam menyusun rencana pelaksanaan
pembelajaran melalui bimbingan berkelanjutan di UPT SDN Petahunan 1 kecamatan Gadingrejo
Kota Pasuruan. (Jurnal Pendidikan Agama Islam, Vol.3 No.1 ,2017) hlm.86
guru dikukuhkan sebagai jabatan fungsional berdasarkan keputusan

Presiden No. 87/1999 tentang Rumpun Jabatan Fungsional Pegawai

Negeri Sipil (PNS), dan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan

Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi NO. 16/2009 tentang Jabatan

Fungsional Guru dan Angka Kreditnya. Pengertian jabatan fungsional

guru adalah jabatan fungsional yang mempunyai ruang lingkup, tugas,

tanggung jawab, dan wewenang untuk melakukan kegiatan mendidik,

mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan

mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur

pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah sesuai

dengan peraturan perundang-undangan yang diduduki oleh PNS.21

Dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 74 Tahun 2008 tentang Guru, sebutan

guru mencakup:

a. Guru itu sendiri, baik guru kelas, guru bidang studi, maupun guru

bimbingan dan konseling atau guru bimbingan karier.

b. Guru dengan tugas tambahan sebagai kepala sekolah.

c. Guru dalam jabatan pengawas.22

Guru adalah salah satu komponen manusiawi dalam proses belajar-

mengajar, yang ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya

manusia yang potensial di bidang pembangunan. Oleh karena itu, guru

yang merupakan salah satu unsur dibidang kependidikan harus berperan

serta secara aktif dan menempatkan kedudukannya sebagai tenaga

21
Oding Supriadi, Profesi Kependidikan. (Yogyakarta: LaksBang PRESSindo, 2013) hlm.29
22
Musriadi, Profesi Kepenidikan Secara Teoritis dan Aplikatif Panduan Praktis Bagi Pendidik
dan Calon Pendidik, (Yogyakarta: Deepublish, 2016) hlm. 40-41
profesional, sesuai dengan tuntukan masyarakat yang semakin

berkembang. Dalam arti khusus dapat dikatakan bahwa pada setiap diri

guru itu terletak tanggung jawab untuk membawa para siswanya pada

suatu kedewasaan atau taraf kematangan tertentu. Dalam rangka ini guru

tidak semata-mata sebagai “pengajar” yang melakukan transfer of

knowledge, tetapi juga sebagai “pendidik” yang melakukan transfer of

values dan sekaligus sebagai “pembimbing” yang memberikan pengarahan

dan menuntun siswa dalam belajar. Berkaitan dengan ini, sebenernya guru

memiliki peranan yang unik dan kompleks di dalam proses belajar-

mengajar, dalam usahanya untuk mengantarkan siswa/anak didik ke taraf

yang dicita-citakan. Oleh karena itu, setiap rencana kegiatan guru harus

dapat didudukan dan dibenarkan semata-mata demi kepentingan anak

didik, sesuai dengan profesi dan tanggung jawabnya.23

Guru merupakan jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian

khusus sebagai guru. Pekerjaan ini tidak bisa dilakukan oleh orang yang

tidak memiliki keahlian untuk melakukan kegiatan atau pekerjaan sebagai

guru. Orang yang pandai berbicara dalam bidang-bidang tertentu, belum

dapat disebut sebagai guru. Untuk menjadi guru diperlukan syarat-syarat

khusus, apalagi sebagai guru yang profesional yang harus menguasai betul

seluk beluk pendidikan dan pengajaran dengan berbagai ilmu pengetahuan

23
Sadirman, Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2011)
hlm.125
lainnya yang perlu dibina dan dikembangkan melalui masa pendidikan

tertentu atau pendidikan prajabatan.24

Guru sebagai tenaga pendidik yang dipandang memiliki keahlian

tertentu dalam pendidikan dan pembelajaran, diserahi tugas dan wewenang

untuk mengelola kegiatan pembelajaran agar dapat mencapaitujuan

tertentu yaitu terjadinya perubahan tingakah laku siswa dengan tujuan

pendidikan nasional dan tujuan institusional yang telah dirumuskan.

Menurut Danim, guru memiliki multiperan yaitu sebagai pendidik,

pengajar, dan pelatih.25

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa guru

merupakan seorang yang memiliki seperangkat koleksi nilai dan

kemampuan yang lebih, dimana dengan koleksi itu dia dapat merubah

tantangan menjadi peluang. Tugas guru merupakan suatu proses,

mendidik, mengajar dan melatih peserta didik. Mendidik berarti

meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup.

c. Peran dan Tugas Guru

Guru memegang peranan penting yang sangat strategis terutama

dalam membentuk watak bangsa serta mengembangkan potensi siswa.

Kehadiran guru tidak tergantikan oleh unsur yang lain, lebih-lebih dalam

masyarakat kita yang multikultural dan multidimensial, dimana peranan

teknologi untuk penggantian tugas-tugas guru sangat minim.

24
Moh. Uzer Usman,op.cit, hlm.5
25
Rusydi Ananda, dkk., Inovasi Pendidikan (Medan: CV Widya Puspita, 2017), hlm.33
Guru memiliki peranan yang sangat penting dalam menentukan

keberhasilan pendidikan. Guru yang profesional diharapkan menghasilkan

lulusan yang berkualitas. Profesionalisme guru sebagai ujung tombak di

dalam implementasi kurikulum di kelas yang perlu mendapat perhatian.

Guru tidak lagi sebagai pemberi ceramah dan penyaji informasi,

lebih mengutamakan kemampuan merencanakan dan pengelolaan kelas.

Guru harus menguasai materi pelajaran secara mantap dan

mengembangkan model belajar yang relevan dengan bahan ajar.

Banyak peranan yang diperlukan dari guru sebagai pendidik, atau

siapa saja yang telah menerjunkan diri menjadi guru. Semua peranan yang

diharapkan dari guru seperti dibawah ini

1. Korektor

Sebagai korektor, guru harus bisa membedakan mana nilai yang baik

dan mana nilai yang buruk.

2. Inspirator

Sebagai inspirator, guru harus dapat memberikan ilham yang baik bagi

kemajuan belajar anak didik.

3. Informator

Sebagai informator, guru harus dapat memberikan informasi

pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, selain sejumlah bahan

pelajaran untuk setiap mata pelajaran yang telah di programkan dalam

kurikulum.

4. Organisator
Sebagai organisator selain adalah sisi lain dari peranan yang

diperlukan dari guru.

5. Motivator

Sebagai motivator, guru hendaknya dapat mendorong anak didik agar

bergairah dan aktif belajar.

6. Inisiator

Dalam peranannya sebagai inisiator, guru harus dapat menjadi

pencetus ide-ide kemajuan dalam pendidikan dan pengajaran.

7. Fasilitator

Sebagai fasilitator, guru hendaknya dapat menyediakan fasilitas yang

memungkinkan kemudahan kegiatan belajar anak didik.

8. Pembimbing

Peranan guru yang tidak kalah pentingnya dari semua peran yang telah

disebutkan diatas, adalah sebagai pembimbing.

9. Demostrator

Dalam interaksi edukatif, tidak semua bahan pelajaran dapat anak

didik pahami.

10. Pengelola kelas

Sebagai pengelola kelas, guru hendaknya dapat mengelola kelas

dengan baik, karena kelas adalah tempat berhimpun semua anak didik

dan guru dalam rangka menerima bahan pelajaran dari guru.

11. Mediator
Sebagai mediator, guru hendaknya memiliki pengetahuan dan

pemahaman yang cukup tentang media pendidikan dalam berbagai

bentuk dan jenis nya baik media nonmaterial maupun materiil

12. Supervisor

Sebagai supervisor, guru hendaknya dapat membantu, memperbaiki,

dan menilai secara kritis terhadap proses pengajaran.

13. Evaluator

Sebagai evaluator, guru dituntut untuk menjadi seorang evaluator yang

baik dan jujur, dengan memberikan penilaian yang menyentuh aspek

ekstrinsik dan intrinsik.26

Menurut Gage dan Berliner dalam Makmun (2005: 23)

mengemukakan tiga fungsi atau peran guru dalam proses mengajar,

yaitu : pertama, perencana (planner) yang harus mempersiapkan apa

yang harus dilakukan di dalam proses belajar mengajar (pre-teaching

problems). Kedua, pelaksana (organizer) yang harus menciptakan

situasi, memimpin, merangsang, menggerakan dan mengarahkan

kegiatan belajar mengajar sesuai dengan rencana, bertindak sebagai

nara sumber (source person), konsultan kepemimpinan (leader), yang

bijaksana dalam arti demokaratis dan humanistic (manusiawi) selama

proses berlangsung (during teaching problems). Ketiga, penilai

(evaluator) yang harus mengumpulkan, menganalisis, menafsirkan,

dan akhirnya harus memberikan pertimbangan (judgement) atas tingkat

26
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan anak didik dalam interaksi edukatif suatu pendekatan teoritis
psikologis (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hlm.43-48
keberhasilan belajar mengajar tersebut berdasarkan kriteria yang

ditetapkan baikmengenai aspek keefektifan prosesnya, maupun

kualifikasi produk (out put)-nya.27

Guru bertanggung jawab mencari cara untuk mencerdaskan

kehidupan anak didik dalam arti sempit dan bangsa dalam arti luas.

Dalam pengamatan hampir tidak ada guru yang benar yang tidak

menginginkan kesuksesan anak didiknya, atau menjadi sampah

masyarakat. UU No. 14 Tahun 2005 pasal 1 menyatakan guru adalah

pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,

membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi

peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal,

pendidikan dasar, dan pendidikan menengah28.

Sedangkan secara khusus, tugas guru sebagai pengelola proses

pembelajaran sebagai berikut.

a. Menilai kemajuan program pembelajaran.

b. Mampu menyediakan kondisi yang memungkinkan peserta didik

belajar sambil berkerja (learning by doing)

c. Mampu mengembangkan kemampuan peserta didik dalam

menggunakan alat-alat belajar.

d. Koordinasi, mengarahkan, dan memaksimalkan kegiatan kelas.

27
Amrizul, Upaya meningkatkan kompetensi Guru dalam menyusun rencana pelaksanaan
pembelajara (RPP) melalui Work Shop dan bimbingan berkelanjutandi SDN 01 Lunang
Kecamatan Lunang. (Jurnal Penelitian Guru Indonesia, Vol.3 No 1,2018), hlm.35
28
Mintarsih Danumiharja, Profesi Tenaga Kependidikan (Yogyakarta: Deepublish,2014), hlm. 25
e. Mengkomunikasikan semua informasi dari dan / atau kepeserta didik

f. Membuat keputusan instruksional dalam situasi tertentu.

g. Bertindak sebagai manusia sumber.

h. Membimbing pengalaman peserta didik sehari-hari.

i. Mengarahkan peserta didik agar mandiri (memberi kesempatan pada

peserta didik untuk sedikit demi sedikit mengurangi

ketergantungannya pada guru).

j. Mampu memimpin kegiatan mengajar yang efektif dan efisien untuk

mencapai hasil yang optimal.29

Begitu pentingnya peranan guru dalam keberhasilan perserta

didik, maka hendaknya guru mampu beradaptasi dengan berbagai

perkembangan yang ada dan meningkatkan kompetensinya sebab guru

pada saat ini bukan sebagai pengajar tetapi juga sebagai pengelola proses

belajar mengajar. Sebagai orang yang mengelola proses belajar mengajar

tentunya harus mampu meningkatkan kemampuan dalam membuat

perencanaan pelajaran, pelaksanaan dan pengelolaan pengajaran yang

efektif, penilaian hasil belajar yang objektif, sekaligus memberikan

motivasi pada peserta didik dan juga membimbing peserta didik terutama

ketika peserta didik sedang mengalami kesulitan belajar.

Tugas guru sebagai suatu profesi menuntut kepada guru untuk

mengembangkan profesionalitas diri sesuai perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi mendidik, mengajar, dan melatih anak didik

29
Hamzah B. Uno, Profesi Kependidikan Problema, solusi, dan reformasi pendidikan di indonesia
(Jakarta: PT. Bumi aksara, 2010), hlm. 22
adalah tugas guru sebagai suatu profesi. Tugas guru sebagai pendidik

berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup kepada anak

didik. Tugas guru sebagai pengajar berarti meneruskan dan

mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi kepada anak didik.

Tugas guru sebagai pelatih berarti mengembangkan keterampilan dan

menerapkannya dalam kehidupan demi masa depan anak didik.

Tugas kemanusiaan salah satu segi dari tugas guru. Sisi ini tidak

bisa guru abaikan, karena guru harus terlibat dengan kehidupan

dimasyarakat dengan interaksi sosial. Guru harus menanamkan nilai-nilai

kemanusiaan kepada anak didik. Dengan begitu anak didik di didik agar

mempunyai sifat kesetiakawanan sosial.30

Salah satu tugas yang dilaksanakan guru disekolah adalah

memberikan pelayanan kepada siswa agar mereka menjadi peserta didik

yang selaras dengan tujuan sekolah. Guru mempengaruhi berbagai aspek

kehidupan baik sosial, budaya maupun ekonomi. Dalam keseluruhan

proses pendidikan, guru merupakan faktor utama yang bertugas sebagai

pendidik. Guru harus bertanggung jawab atas hasil kegiatan belajar anak

melalui interaksi belajar mengajar. Guru merupakan faktor yang

mempengaruhi berhasil tidaknya proses belajar dan karenanya guru harus

menguasai prinsip-prinsip belajar di samping menguasai materi yang

disampaikan dengan kata lain guru harus menciptakan suatu kondisi

30
Syaiful Bahri Djamarah, op.cit., hlm. 37
belajar yang sebaik-baiknya bagi peserta didik, inilah tergolong kategori

peran guru sebagai pengajar.

Disamping peran sebagai pengajar, guru juga berperan sebagai

pembimbing artinya memberikan bantuan kepada setiap individu untuk

mencapai pemahaman dan pengarahan diri yang dibutuhkan untuk

melakukan penyesuaian diri secara maksimal terhadap sekolah.Hal ini

sesuai dengan pendapat Oemar Hamalik, yang mengatakan bimbingan

adalah proses pemberian bantuan terhadap individu untuk mencapai

pemahaman diri dan pengarahan diri yang dibutuhkan untuk penyesuaian

diri secara maksimal terhadap sekolah, keluarga serta masyarakat. 31

Proses belajar dan hasil belajar para peserta didik bukan hanya

ditentukan oleh sekolah, pola, struktur, dan isi kurikulum, akan tetapi

sebagian besar ditentukan oleh kompetensi guru. Kompetensi guru adalah

kemampuan atau kesanggupan guru dalam mengelola pembelajaran

sebagai pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan

dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. Kompetensi yang dimiliki oleh

setiap guru akan menunjukan kualitas guru yang sebenarnya. Hal ini

berarti bahwa guru dituntut mampu menciptakan dan menggunakan sikap

positif dalam kegiatan pembelajaran.32

Adapun sepuluh kompetensi dasar yang harus dikuasai oleh

seorang guru, meliputi: (1) menguasai bahan/ materi pelajaran; (2)

31
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta : Penerbit Bumi Aksara,2011) hlm.30
32
Siti Nafsul muthmainnah dan Marsigit, Gaya mengajar Guru Pemula dan Guru Profesional
dalam pembelajaran matematika SMP di Klaten (Jurnal Pendidikan dan kebudayaan, Vol.3 No.2
,2018), hlm..206-207
mengelola program pembelajaran; (3) mengelola kelas; (4) menggunakan

media dan sumber belajar; (5) menguasai landasan pendidikan; (6)

mengelola interaksi pembelajaran; (7) menilai prestasi belajar siswa; (8)

mengenal fungsi dan layanan bimbingan dan penyuluhan; (9) mengenal

dan menyelenggarakan administrasi sekolah; (10) memahami dan

menafsirkan hasil penelitian guna keperluan pembelajaran.33

d. Standar Profesi Guru

Standar profesi adalah prosedur dan norma-norma serta prinsip-

prinsip yang digunakan sebagai pedoman agar keluaran (output) kuantitas

dan kualitas pelaksanaan profesi tinggi sehingga kebutuhan orang dan

masyarakat ketika diperlukan dapat dipenuhi.

Guru merupakan profesi yang berarti suatu jabatan yang

memerlukan keahlian khusus dan tidak dapat dilakukan oleh sembarang

orang diluar bidang pendidikan hal tersebut dikarenakan propesi adalah

pekerjaan atau jabatan yang menuntut keahlian khusus yang bersangkutan

(Uno, 2007: 15).

Menurut Kontoro (Jurnal education leadership), ukuran guru yang

profesional adalah:

1. Memiliki komitmen pada siswa proses belajarnya didik.

2. Menguasai bahan ajar dan cara mengajar secara mendalam.

33
Rusman, model-model pembelajaran (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2016)hlm. 51
3. Bertanggung jawab memantau kemampuan belajar siswa

melalui berbagai evaluasi.

4. Mampu berfikir sistematis dalam melakukan tugas nya.

5. Menjadi bagian dari masyarakat belajar dalam lingkungan

propesinya.34

Standar di atas menunjukkan bahwa profesi guru merupakan

profesi yang membutuhkan pengetahuan dan keterampilan yang memadai

seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Seorang

guru akan selalu berhadapan dengan siswa yang memiliki karakteristik dan

pengetahuan yang berbeda-beda. Maka guru dibutuhkan untuk

membimbing peserta didik untuk berkembang dan mengarungi dunia ilmu

pengetahuan dan teknologi yang secara tepat berubah sebagai ciri dari

masyarakat abad ke-21 sehingga tuntutan ini mengharuskan guru untuk

memenuhi standar penilaian yang ditetapkan.

e. Pengertian Kompetensi Guru

Menurut Mc. Leod (1989), Teacher Competency, the ability

of a teacherto responsibly perform his or her duties appropriately.

Kompetensi Guru merupakan kemampuan seorang Guru dalam

melaksanakan kewajiban-kewajiban secara bertanggung jawab dan

layak.35

34
Connie Chairunnisa, Manajemen pendidikan dalam multi perspektif (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2016)hlm. 271
35
Moh. Uzer Usman,op.cit., hal.14
Dalam UU No.14 tahun 2005tentang Guru dan Dosen Pasal

1, ayat 10, disebutkan “ Kompetensi Guru adalah seperangkat

pengetahuan keterampilan dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati

dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas

keprofesionalan.36

Kompetensi Guru merupakan gambaran kualitataif tentang

hakikat perilaku guru yang penuh arti.37 Kompetensi guru berkaitan

dengan profesionalisme guru. Guru yang profesional adalah guru

yang kompeten (berkemampuan).

Pengembangan dan peningkatan kualitas kompetensi guru

selama ini diserahkan kepada guru itu sendiri. Jika guru itu mau

mengembangkan dirinya sendiri, maka guru itu akan berkualitas,

karena ia senantiasa mencari peluang untuk meningkatkan

kualitasnya sendiri.38

Ilandou dan Zand (2011, 1145) mengusulkan guru memiliki

kompetensi umum dan kompetensi khusus. Kompetensi umum

meliputi pemahaman dengan psikologi perkembangan dan

pembelajaran, manajemen kelas, metode pengajaran, pengontrolan

dan evaluasi. Sementara itu kompetensi khusus meliputi penguasaan

konten, menyajikan konten dengan urutan yang tepat, mengorganisasi

36
Syaiful Sagala,op.cit., hlm.23
37
E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru (Bandung: Rosdakarya 2013,cet.ke-7),
hal.25
38
Syaiful Sagala, op.cit., hal.31
konten, menguasai penggunaan alat latihan, mencatat secara akurat,

memberikan umpan balik kepada murid.39

Sementara menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional

RI No 16 Tahun 2007 tentang standar kualifikasi akademik dan

kompetensi guru. Standar kompetensi guru dikembangkan secara

utuh ke dalam empat kompetensi, yaitu:

1. Kompetensi pedagogik

2. Kompetensi kepribadian

3. Kompotensi sosial dan

4. Kompetensi profesional40

Kompetensi pedagogik adalah kemampuan yang harus dimiliki guru

berkenaan dengan karakteristik siswa dilihat dari berbagai aspek

seperti moral emosional dan intelektual (Direktorat Tenaga

Kependidikan, 2008 :4).

Kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang

mantap, berakhlak mulia, arif, dan berwibawa serta menjadi teladan

peserta didik (Direktorat Tenaga Kependidikan, 2008 :5).

Kompetensi Sosial adalah kemampuan guru untuk berkomunikasi dan

berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama

39
Elga Andina, op.cit., hlm.208
40
Rusman, op.cit., hlm. 51
guru, oramg tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar

(Direktorat Tenaga Kependidikan, 2008 :6).

Kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi

pelajaran secara luas dan mendalam. (Direktorat Tenaga

Kependidikan, 2008 :6-7).41

Kompetensi kompetensi ini dibuktikan melalui adanya

sertifikat pendidik. Kompetensi ini dibangun bukan hanya melalui

Strata 1(S1) atau Diploma IV (D-IV), tetapi juga melalui pendidikan

profesi, yang nantinya memperoleh sertifikat sebagai pendidik.

Berdasarkan peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2007, untuk

mengembangkan keprofesionalan sebagai guru secara berkelanjutan,

guru harus menunjukan kemampuan melakukan refleksi terhadap

kinerja sendiri secara terus menerus, memanfaatkan hasil refleksi

dalam rangka peningkatan keprofesionalan dan mengikuti kemajuan

zaman dengan belajar dari berbagai sumber.42

2. Kompetensi Profesionalisme Guru

a. Definisi kompetensi profesional

Profesional berasal dari kata “profesi”, yang artinya suatu

bidang pekerjaan yang ingin ditekuni oleh seseorang. Profesi juga

diartikan sebagai suatu jabatan atau pekerjaan tertentu yang

41
Elga Andina, op.cit., hlm. 209-210
42
Eko setiawan, op.cit., hal.21
mensyaratkan pengetahuan dan keterampilan khusus yang

diperoleh dari pendidikan akademis yang intensif (webstar dalam

Kunandar, 2007 :45 ).43

Kata “profesional” berasal dari kata sifat yang berarti

pencarian dan sebagai kata benda yang berarti orang yang

mempunyai keahlian seperti guru, dokter, hakim dan sebagainya.

Dengan kata lain pekerjaan yang bersifat profesional adalah

pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh mereka yang khusus

dipersiapkan untuk itudan bukan pekerjaan yang dilakukan oleh

mereka yang karena tidak dapat memperoleh pekerjan lain (Dr.

Nana Sudjana,1988). Dengan bertitik tolak pada pengertian ini,

maka pengertian guru profesional adalah orang yang memiliki

kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga

mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan

kemampuan maksimal. Atau dengan kata lain, guru profesional

adalah orang yang terdidik dan terlatih dengan baik, serta memiliki

pengalaman yang kaya di bidangnya, (Agus F. Tamyong, 1987).44

Sedangkan terkait istilah pendidik profesional, dalam UU

N0. 14 Tahun 2005 Bab 1 pasal 1 dijelaskan bahwa guru adalah

pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,

membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi

43
Ibid, hal.34
44
Moh. Uzer Usman, op.cit., hlm.15
peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan

formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. 45

Berdasarkan undang-undang tersebut, ada dua hal yang

perlu di garis bawahi. Pertama, guru adalah jabatan profesional,

yakni jabatan yang hanya dapat dilakukan oleh orang- orang yang

memiliki latar belakang akademik keguruan. Kedua, tugas guru

profesional adalah mendidik, mengajar, membimbing,

mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi.

Guru profesional merupakan pribadi yang mendampingi

peserta didik dalm kegiatan belajar mengajar. Apabila mengalami

kegagalan, guru perlu merasa terpanggil untuk menemukan

penyebabnya dan mencari jalan keluar bersama-sama. Guru

profesional akan mampu menciptakan perubahan mutu pendidikan

yang mendasar.

Keberhasilan suatu proses pembelajaran sangat di tentukan

oleh kualitas atau kemampuan guru. Guru yang bermutu niscaya

mampu melaksanakan pendidikan, pengajaran, pelatihan, yang

efektif dan efisien. Guru profesional diyakini mampu memotivasi

peserta didik untuk mengoptimalkan potensi mereka dalam

memenuhi standar pendidikan yang telah di tetapkan.46

b. Standar Profesional Guru di Indonesia

45
Eko setiawan, op.cit., hal.35
46
Ibid, hlm.38
Standar dapat dipahami sebagai kriteria minimalyang harus

dipenuhi. Jadi, standar profesional guru mempunyai kriteria

minimal berpendidikan sarjana atau diploma empat serta

dilengkapi dengan sertifikasi profesi.47 Dalam kasus dunia

pendidikan di Indonesia, seringkali standar bagi pemula atau guru

baru belum dapat dipenuhi. Namun setelah mereka aktif sebagai

guru, kemudian ada langkah-langkah memenuhi standar tersebut.

Guru yang memenuhi standar adalah guru yang memenuhi

kualifikasi yang dipersyaratkan dan memahami benar apa yang

harus dilakukan, baik ketika di dalam maupun di luar kelas.

Disamping tugas mengajar sebagai tugas pokok seorang guru, ada

juga beberapa persoalan atau tugas prinsip yang semua guru harus

mengetahui dan menguasainya sebagai bagian dari tugas seorang

guru yang profesional. Yakni : tugas administrasi kurikulum dan

pengembangannya, pengelolaan peserta didik, personel, prasarana

dan sarana, keuangan, layanan khusus dan hubungan khusus

sekolah-masyarakat.48

c. Ranah Kompetensi Profesionalisme Guru

Kompetensi profesional menurut permendiknas No.16

tahun 2007 merupakan penguasaan materi pembelajaran secara

47
Syaiful Sagala, op.cit., hlm.17
48
Ibid, hal. 18
luas dan mendalam yang mencakup penguasaan materi kurikulum

mata pelajaran di sekolah dan substansi keilmuan yang menaungi

materinya, serta penguasaan terhadap struktur dan metodologi

keilmuannya.49 Indikator kompetensi profesional yang dimaksud

menurut permendiknas No.16 tahun 2007 meliputi : menguasai

materi,struktur, konsep dan pola pikir keilmuan yang mendukung

mata pelajaran yang diampu, menguasai standar kompetensi dan

kompetensi dasar mata pelajaran yang diampu, mengembangkan

materi pembelajaran yang diampu secara kreatif, mengembangkan

keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan

reflektif, dan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi

untuk mengembangkan diri.50

Usman dalam sagala (2008 :4) menyatakan bahwa

kompetensi profesional yang perlu dimiliki guru meliputi :

(1) Penguasaan landasan kependidikan, termasuk :

(a) Memehami tujuan pendidikan,

(b) Mengetahui fungsi sekolah di masyarakat,

(c) Mengenal prinsip-prinsip psikologi pendidikan.

(2) Penguasaan bahan pengajaran, artinya guru memahami dengan

baik materi pelajaran yang diajarkan, baik yang ada dalam

kurikulum maupun bahan pengayaan.

49
Permendiknas RI No.16 tahun 2007 tentang standar kualifikasi akademik dan kompetensi Guru,(
sumber : http://vervalsp.data.kemdikbud,go.id/ ) hal.3
50
Febrialismanto, Analisis Kompetensi Profesional Guru Pg Paud Kabupaten Kampar Provinsi
Riau.( Jurnal PG- PAUD Trunojoyo. Vol. 6 edisi 2, 2017), hal.124
(3) Kemampuan menyusun program pengajaran, yang mencakup

kemampuan menetapkan kompetensi belajar, mengembangkan

bahan pelajaran, serta mengembangkan strategi pembelajaran,

dan

(4) Kemampuan menyusun perangkat penilaian hasil belajar dan

prose pembelajaran.51

Slamet PH (2006) membuka wacana mengenai istilah

kompetensi. Menurut beliau kompetensi profesional diganti

dengan kompetensi bidang studi (subject matter competency).

Berdasarkan pemikiran Slamet PH, Kompetensi bidang studi

terdiri dari sub-kompetensi (1) memahami mata kuliah (bahan

pengajaran) yang telah dipersiapkan untuk mengajar; (2)

memahami kompetensi,kurikulum dan materi pokok yang

dikuliahkan di perguruaan tingginya( d ajarkan di sekolahnya);

(3) memahami struktur, konsep dan metode keilmuan yang

menaungi materi kuliah (materi pembelajaran); (4) memahami

hubungan konsep antar mata kuliah (pelajaran) terkait; (5)

menerapkan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-

hari; dan (6) mengembangkan bidang studi yang ditekuni.52

Menurut Dr. Moh Uzer Usman dalam bukunya Menjadi

Guru Profesional, beliau mengemukakan bahwa kompetensi

profesional itu meliputi 5 hal, yaitu : (1) Menguasai landasan

51
Eko setiawan, op.cit., hlm.38
52
Syaiful Sagala,op.cit., hlm.24-25
kependidikan, (2) menguasai bahan pengajaran, (3) menyusun

program pengajaran, (4) melaksanakan program pengajaran,

dan (5) menilai hasil dan proses belajar mengajar yang telah

dilaksanakan.53

Sedangkan dalam bahan sosialisasi sertifikasi guru

kompetensi profesionalisme itu mencakup sub-kompetensi : (1)

menguasai substansi keilmuan yang terkait dengan bidang studi

yaitu , memahami materi ajar yang ada dalam kurikulum

sekolah, memahami struktur, konsep, dan metode keilmuan

yang menaungi atau koheren dengan materi ajar, memahami

hubungan konsep antar mata pelajaran terkait, dan menerapkan

konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari, dan (2)

menguasai langkah-langkah penelitian dan kajian kritis untuk

menambah wawasan dan memperdalam pengetahuan/materi

bidang studi.54

Dari berbagai sumber yang membahas tentang kompetensi

profesional guru secara umum dapat diidentifikasikan dan

disarikan tentang ruang lingkup kompetensi profesional guru

sebagai berikut :

(1) Mengerti dan dapat menerapkan landasan kependidikan

baik filosofi, psikologis, sosiologis dan sebagainya.

53
Moh. Uzer Usman, op.cit., hlm.18-19
54
Wahyudi, Standar Kompetensi Profesional Guru ( Jurnal Pendidikan Sosiologi dan Humaniora
Vol.1 No.2 Oktober 2010), hlm.108
(2) Mengerti dan dapat menerapkan teori belajar sesuai taraf

perkembangan peserta didik.

(3) Mampu menangani dan mengembangkan bidang studi

yang menjadi tanggung jawabnya.

(4) Mengerti dan dapat menerapkan metode pembelajaran yang

bervariasi.

(5) Mampu mengembangkan dan menggunakan berbagai

alat,media dan sumber belajar yang relevan.

(6) Mampu mengorganisasikan dan melaksanakan program

pembelajaran.

(7) Mampu melaksanakan evaluasi hasil belajar peserta didik.

(8) Mampu menumbuhkan kepribadian peserta didik.55

Menurut Sudarwan (2002 : 30), dapat tidaknya seorang

guru dikatakan sebagai profesional dapat dilihat dari dua

perspektif. Pertama, dilihat dari tingkat pendidikannya, minimal

dari latar belakang pendidikan untuk jenjang sekolah tempatnya

bekerja menjadi guru. Kedua, penguasaan terhadap materi bahan

ajar, mengelola proses pembelajaran, mengelola peserta didik,

melakukan tugas-tugas bimbingan, dan lain-lain.56

3. Penilaian Kompetensi profesionalisme Guru

55
Agus Dudung, Kompetensi Profesional Guru,( Jurnal Kesejahteraan Keluarga dan Pendidikan
Vol.5 No.1, 2018), hlm.13
56
Eko setiawan,op.cit., hlm.42
Kompetensi merupakan landasan untuk mengetahui

gambaran kualitas guru. Berbeda dengan tes potensi, penilaian

kompetensi harus memotret sampel perilaku yang ditampilkan

pada situasi kerja. Undang-Undang Guru dan Dosen mensyaratkan

4 kompetensi yang perlu dimiliki guru yaitu kompetensi

pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi kepribadian, dan

kompetensi sosial.57

Setidaknya ada 3 aktivitas pengujian yang sama-sama

mengukur empat kompetensi yang disebutkan dalam UUGD, yaitu

(1) Pendidikan Program Guru yang mensyaratkan tes potensi

akademik berikut tes pedagogik, tes bidang studi, dan tes bakat

minat; (2) Uji Kompetensi Guru (UKG) yang mengukur

kompetensi pedagogik dan profesional bagi guru yang sudah

sertifikasi maupun yang belum; dan (3) Penilaian Kinerja Guru

(PKG) yang dilakukan 2 kali dalam setahun untuk mengukur

kompetensi pedagogik, profesional, kepribadian, dan sosial.

57
Elga Andina, op.cit., hlm.204
Gambar 2.1. Skema Pengukuran Kompetensi Guru

Meskipun mengukur hal yang hampir serupa, output-nya

berbeda-beda. PPG berbuah sertifikasi yang berujung pada

peningkatan kompensasi

moneter. UKG bertujuan untuk mengetahui landasan

pengembangan, sedangkan PKG bertujuan untuk menilai

kemampuan guru dalam menerapkan semua kompetensi dan

keterampilan yang diperlukan dan menghitung angka kredit (

Dirjen Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan,

2010 : 3).58

Pada intinya, kita fahami bahwa guru merupakan salah satu

faktor yang menentukan keberhasilan dalam sistem belajar siswa.

Karena itu, salah satu upaya yang efektif adalah meningkatkan

mutu guru. Peningkatan mutu guru terfokus pada dua hal, yakni

peningkatan martabat guru baik secara sosial, budaya maupun


58
Elga Andina,op.cit., hlm.210
ekonomi ; kedua, peningkatan mutu guru melalui program yang

terintegrasi, holistik, sesuai dengan hasil pemetaan guru yang jelas

dan penguasaan guru terhadap teknologi dan perkembangan

keterampilan mengajar mutaakhir. Pada konteks inilah sertifikasi

guru menjadi program pemerintah untuk meningkatkan mutu

guru.59

4. Strategi meningkatkan Kompetensi Profesionalisme Guru

Sertifikasi guru merupakan salah satu cara dalam dunia

pendidikan untuk meningkatkan kualitas dan profesionalitas

seorang guru, sehingga ke depan semua guru harus memiliki

sertifikat sebagai lisensi atau ijin mengajar.

Program sertifikasi guru adalah program yang berisi

tentang proses pemberian sertifikat pendidik untuk guru. Guru

yang telah mengikuti program sertifikasi dan dinyatakan lulus akan

memperoleh sertifikat profesi guru sebagai tenaga profesional.

Sertifikasi guru ada dua yakni sertifikasi guru dalam jabatan dan

program sertifikasi untuk calon guru. Sertifikasi berbentuk uji

kompetensi yang terdiri atas dua tahap yaitu tes tertulis dan tes

kinerja yang dibarengi dengan self apparsial dan portofolio dan

59
Muammar, Puji Dwi Darmoko, Srifariyati dan Muntoha, Dampak Tunjangan sertifikasi
terhadap kinerja guru. (Jurnal Madaniyah,Vol.1 edisi XII,2017) hlm.25
appraisal (penilaian atasan). Materi tes didasarkan pada indikator

esensial kompetensi guru sebagai agent pembelajaran.60

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14

Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, dikemukakan bahwa

sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat pendidik untuk guru

dan dosen. Sedangkan sertifikat pendidik adalah bukti formal

sebagai pengakuan yang diberikan kepada guru dan dosen sebagai

tenaga professional. Berdasarkan pengertian tersebut, sertifikasi

guru dapat diartikan sebagai suatu proses pemberian pengakuan

bahwa seseorang telah memiliki kompetensi untuk melaksanakan

pelayanan pendidikan pada satuan pendidikan tertentu, setelah

lulus uji kompetensi yang diselenggarakan oleh lembaga

sertifikasi. Dengan kata lain, sertifikasi guru adalah proses uji

kompetensi yang dirancang untuk mengungkapkan penguasaan

kompetensi seseorang sebagai landasan pemberian sertifikat

pendidik.61

Menurut Mulyasa (2009) bahwa “ Sertifikasi guru

merupakan pemenuhan kebutuhan untuk meningkatkan kompetensi

profesional”. Salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan

mutu guru diberengi dengan peningkatan mutu pendidikan di

Indonesia secara berkelanjutan.

60
Martinis Yasmin dan Maisah, Standarisasi Kinerja Guru. (Jakarta : Gaung Persada,2010),
hlm.150-154
61
Daharti, R., Susilowati, I., Sutanto, H, Strategi Peningkatan Kompetensi Guru Dengan
Pendekatan Analysis Hierarchy Process (JEJAK Journal of Economics and Policy, 6(1), 2013),
hlm.81
Tujuan sertifikasi sangat jelas yaitu untuk meningkatkan

kompetensi guru dan sekaligus meningkatkan penghasilannya.

Apabila kompetensi dan penghasilan guru sudah bagus, maka

diharapkan kinerja guru juga bagus dan meningkat. Dengan

meningkatnya kinerja guru, maka akhirnya bermuara pada

peningkatan mutu pendidikan.

Indikator kompetensi profesional guru dalam

Permendiknas No.16 tahun 2007 meliputi : menguasai

materi,struktur, konsep dan pola pikir keilmuan yang mendukung

mata pelajaran yang diampu, menguasai standar kompetensi dan

kompetensi dasar mata pelajaran yang diampu, mengembangkan

materi pembelajaran yang diampu secara kreatif, mengembangkan

keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan

reflektif, dan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi

untuk mengembangkan diri. Dari indikator- indikator tersebut,

Agus Dudung dalam penelitiannya “Kompetensi Profesional

Guru” beliau menyebutkan untuk meningkatkan kompetensi

profesional guru dapat dilakukan dengan cara: (1) melibatkan

perguruan tinggi dalam penguatan kompetensi profesional; (2)

memberdayakan forum guru dalam bidang mata pelajaran; (3)

mengembangkan kapasitas pengawas sekolah/mata pelajaran yang

bertugas membina kemampuan profesional para guru; (4)

memperkuat dan mengintensifkan peran Pusat Pelatihan dan


Pengembangan Guru (PPPG) sesuai rumpun bidang ilmu; (5)

menyelenggarakan kegiatan workshop atau pelatihan intensif untuk

mematangkan penguasaan materi ajar para guru; dan (6)

memberikan beasiswa studi lanjut bagi para guru.62

Dalam sumber lain dikatakan ada beberapa strategi untuk

meningkatkan kompetensi guru melalui strategi Hierarchy

Process, paling tidak ada empat (4) program yang dapat dijadikan

strategi meningkatkan profesionalisme guru, yaitu: Program Pre

Service Education yaitu upaya meningkatkan profesionalisme

dengan penyaringan yang selektif terhadap calon guru dengan

memperhatikan kualitas dan moralnya; Program In Service

Education yaitu memotivasi guru agar dapat memperoleh

pendidikan yang lebih tinggi melalui pendidikan lanjutan. Tentu

hal ini berangkat dari guru yang bersangkutan dalam artian

lembaga sekolah mengusahakan agar para guru mendapatkan

kesempatan untuk belajar yang lebih tinggi baik melalui program

beasiswa atau atas inisiatif sendiri. Guru harus didorong untuk

meningkatkan pengetahuannya tentang perkembangan masalah-

masalah pendidikan, untuk menghindari kemungkinan bahwa guru

akan ketinggalan dari kemajuan-kemajuan di bidang pendidikan.

Karena itu guru wajib memperbarui dan meningkatkan

pendidikannya untuk mempertinggi taraf keprofesionalnya;

62
Agus Dudung, op.cit., hal.18
Program In Service Training yaitu suatu aktivitas yang berupa

pelatihan-pelatihan, penataran, workshop, kursus- kursus, seminar,

diskusi atau mimbar, baik yang dilakukan oleh intern kelembagaan

atau ekstern kelembagaan; Program On Service Training yaitu

melalui kegiatan tindak lanjut atau Follow Up yang dilakukan

dengan mengadakan pertemuan berkala atau rutin diantara para

guru dan agar selalu memelihara hubungan sejawat keprofesian,

semangat kekeluargaan dan kesetiakawanan sosial.63

B. Penelitian yang Relevan

Ada beberapa penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya, yaitu

sebagai berikut:

1. Aulia Wida Isro, dalam jurnalnya yang berjudul “Analisis

Profesionalisme Guru Dalam Pembelajaran Sentra dan Lingkaran Di

Taman Kanak-Kanak Aisyiyah Bustanul Athfal II Kepatihan”, beliau

menjelaskan bahwa Guru yang profesional adalah guru yang memiliki

kompetensi yang dipersyaratkan untuk melakukan tugas pendidikan

dan pengajaran. Taman kanak-kanak merupakan lembaga pendidik

formal, yang memiliki tujuan hampir sama dengan lembaga

pendidikan formal lainnya. Untuk itu sebuah taman kanak-kanak juga

memerlukan guru yang profesional agar terwujudnya tujuan tersebut.

Supaya terlaksana program pembelajaran sentra dan lingkaran dengan

63
Daharti1, R., Susilowati, I., Sutanto, H, op.cit., hlm.86-87
baik maka dilembaga tersebut juga mempersiapkan gurunya menjadi

guru yang profesional dengan mengikutkannya dalam berbagai

kegiatan yang berhubungan dengan profesionalisme guru.64

2. Nurul Huda, dalam jurnalnya beliau menjelaskan Guru merupakan

faktor yang sangat dominan dan penting dalam pendidikan formal pada

umumnya karena bagi peserta didik guru sering dijadikan tokoh

teladan, bahkan menjadi tokoh identifikasi diri. Oleh karena itu, guru

seharusnya memiliki perilaku dan kompetensi yang memadai untuk

mengembangkan peserta didik secara utuh.65

3. Zulkifli Matondang, dalam jurnalnya beliau menuturkan salah satu

aspek yang diduga penyebab rendahnya mutu pendidikan Indonesia

adalah akibat guru, kerena guru merupakan agen dan pengelola

pembelajaran di kelas. Data menunjukkan bahwa guru yang mengajar

pada sekolah di Indonesia relatif banyak yang kurang kompeten, dan

jumlah guru masih kurang dibandingkan dengan jumlah siswa.

Kebijakan dan program peningkatan kualitas profesional guru harus

dipahami oleh stakeholder pendidikan, khususnya oleh guru itu

sendiri. Sejalan dengan kebijakan peningkatan kompetensi dan jabatan,

guru harus menfokuskan pada peningkatan kualitas proses

pembelajaran.66

64
Aulia Wilda Isro, Analisis Profesionalisme Guru Dalam Pembelajaran Sentra dan Lingkaran Di
Taman Kanak-Kanak Aisyiyah Bustanul Athfal II Kepatihan. (Jurnal PEDAGOGIA Vol.2
N0.1,2013), hal.1-2
65
Nurul Huda, Analisis Kompetensi Profesional Guru Biologi Madrasah Aliyah Negeri Di Kota
Medan.( Jurnal Sabilarrasyad Vol.1 no 1,2016) hlm.140-141
66
Zulkifli Matondang, Kompetensi Profesional Guru SMK Bidang Keahlian Teknik
4. Hernita Pasongli, Hasmawati dan Riski Nuri Amelia, dalam jurnalnya

menjelaskan bahwa Kompetensi yang dimiliki guru berpengaruh

terhadap terciptanya proses dan hasil belajar yang berkualitas. Guru

dituntut untuk berfikir dan bertindak profesional dalam pembelajaran,

proses pembelajaran di kelas harus berlangsung dengan baik apabila

didukung oleh guru yang mempunyai kompetensi yang baik karena

guru merupakan ujung tombak dan pelaksanan terdepan pendidikan

anak-anak di sekolah. Begitu pentingnya peranan guru dalam proses

pendidikan, maka seorang guru dituntut selalu meningkatkan

kemampuannya sebagai tenaga yang professional. 67

5. Irmawati, dalam jurnalnya ia menjelaskan bahwa banyak faktor yang

menentukan suatu sekolah menjadi berkualitas tinggi, tetapi berbagai

penelitian tentang keefektifan mengajar guru dapat disimpulkan bahwa

guru mempunyai pengaruh yang sangat dominan terhadap pencapaian

belajar siswa. Hal ini dapat dipahami karena guru merupakan sumber

daya yang aktif, sedang sumber daya yang lain bersifat pasif. Sebaik-

baik kurikulum, fasilitas, sarana prasarana pembelajaran, tetapi tingkat

kualitas gurunya rendah, akan sulit mendapatkan hasil pendidikan

yang berkualitas tinggi. Guru mempunyai peranan yang sangat penting

dalam mewujudkan tujuan pembangunan nasional khususnya di bidang

pendidikan, karena profesionalisme guru merupakan suatu tuntutan.

Bangunan di Medan. (Jurnal pendidikan dan kebudayaan, Vol.16 No.6,2010) hlm.638-639


67
Hernita Pasongli, Hasmawati dan Riski Nuri Amelia, Analisis Kompotensi Profesional Dan
Pedagogik Guru Ilmu Pengetahuan Sosial (Ips) Di Smp Negeri Se-Kota Ternate ( Jurnal Penelitian
Humano Vol.8 No.1,2017), hlm. 86-87
Oleh karena itu peningkatan kompetensi guru merupakan upaya untuk

membantu guru menjadi lebih professional sehingga memperoleh

kesempatan untuk berkembang.68

6. Ardiansyah Harahap, dalam jurnalnya ia menjelaskan bahwa Guru yang

mempunyai kompetensi profesional dapat memilih konten, rencana

pembelajaran, mengorganisasikan materi dan tugas-tugas tepat dalam

berbagai cara untuk membuat pembelajaran yang dilaksanakan

menjadi efektif. Untuk membuat pembelajaran tersebut menjadi efektif

maka seorang guru harus merencanakan secara matang di mulai dari

pembuatan RPP, penyampaian materi, pemilihan metode, dan beberapa

hal yang dibutuhkan dalam proses pembelajaran. Perencanaan tersebut

dipersiapkan agar apa yang disampaikan dapat tercapai sesuai dengan

apa yang diharapkan. Kompetensi profesional guru sangat dibutuhkan

guna mengembangkan efektivitas pembelajaran, sebab dengan

kompetensi professional guru bisa memanajamen waktu yang telah

disediakan. Dari uraian di atas dapat dilihat bahwa kompetensi

profesional guru sangat berpengaruh terhadap efektivitas

pembelajaran. Ketika seorang guru mempunyai kompetensi

profesional yang mantap maka secara tidak langsung efektivitas

pembelajaran akan berjalan maksimal. Akan tetapi jika guru tidak

memiliki kompetensi profesional yang baik maka tidak menutup

kemungkinan efektivitas pembelajaran pun tidak akan tercapai. Oleh

68
Irmawati, Analisis Kompetensi Profesional Guru Di Sekolah Menengah Pertama.( Jurnal
EKLEKTIKA Vol. 1 No.1,2013) hlm.43-44
karena itu, guru yang menjadi figur bagi anak didik dan masyarakat

harus memiliki kompetensi profesional yang baik sehingga peran guru

sebagai pendidik bisa terlaksana.69

7. Diah Ayu, dalam jurnalnya ia menuturkan guru sangat berperan dalam

membantu perkembangan siswa untuk mewujudkan tujuan hidupnya,

karena siswa tidak akan berkembang secara maksimal tanpa bantuan

guru. Oleh karena itu diperlukan guru yang memahami dan

menghayati profesinya, dan tentunya guru yang memiliki wawasan

pengetahuan dan keterampilan sehingga membuat proses pembelajaran

aktif. Hal ini diharapkan agar guru sebagai tenaga profesional dapat

berfungsi untuk meningkatkan martabat dan peran guru sebagai agen

pembelajaran dan berfungsi untuk meningkatkan mutu pendidikan

nasional. Terlaksananya sertifikasi guru, diharapkan akan berdampak

pada meningkatnya mutu pembelajaran dan mutu pendidikan secara

berkelanjutan.

Pendidikan yang bermutu ditunjang oleh guru yang bermutu dan

profesional. Keberhasilan pendidikan dapat dicapai bila didukung oleh

kurikulum yang bermutu, materi pendidikan yang berbobot dan

berdaya guna, tenaga pendidik yang profesional, penentu kebijakan

pendidikan yang berkompeten, lingkungan masyarakat yang turut

berperan, dan tersedianya sarana dan prasarana yang menunjang.

69
Ardiansyah Harahap, Analisis Kompetensi Profesionalisme Guru Pendidikan Sejarah Di Man
Nagasaribu T.A 2018/2019. (Jurnal Tarombo Pendidikan Sejarah IPTS, Vol.1 No.1,2019), hlm.18
Kualitas pendidikan merupakan hal yang signifikan bagi keberhasilan

lembaga pendidikan.70

8. Febrialismanto, dalam jurnalnya ia menjelaskan bahwa guru merupakan

faktor penentu keberhasilan dari sebuah proses pendidikan. Guru harus

memiliki kompetensi dalam mendidik salah satu kompetensi guru

adalah kopetensi profesional. Kompetensi profesional menggambarkan

kemampuan guru menguasai materi pembelajaran.

Memiliki kompetensi merupakan syarat mutlak yang harus dimiliki

oleh seorang guru dalam melaksanakan pendidikan. Guru sebagai

ujung tombak pendidikan menentukan hasil pembelajaran yang akan

dihasilkan. Proses pendidikan yang diikuti peserta didik berjalan sesuai

dengan kemampuan atau kompetensi yang dimiliki oleh guru

tersebut.71

9. Hengki Frengki Manullang, Fauziyah Harahap, dan Ely Julia, dalam

jurnalnya di sebutkan bahwa seorang guru harus memiliki sikap

profesional agar siswa dapat tumbuh dan berkembang dengan baik.

Dengan adanya guru yang profesional dan berkualitas maka akan

mampu mencetak anak bangsa yang berkualitas pula. Guru yang

profesional dan berkualitas harus memiliki kompetensi yang baik.

Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan dan

70
Diah Ayu, Analisis Kompetensi Profesional Guru Administrasi Perkantoran Dalam Proses
Pembelajaran Di Smk Tamtama Prembun Kabupaten Kebumen. (Economic Education Analysis
Journal Vol.2 No.2,2013), hlm.10
71
Febrialismanto, Analisis Kompetensi Profesional Guru Paud Kabupaten Siak Provinsi Riau.
(Jurnal PG- - PAUD Trunojoyo. Vol.4, No 2,2017), hlm.103-104
perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru untuk

dapat melaksanakan tugas-tugas profesionalanya (Sagala, 2009).72

10. Maimunah, dalam jurnalnya di jelaskan bahwa Guru merupakan

sebuah jabatan professional maka guru diwajibkan memiliki

kompetensi tertentu, yang terukur dan teruji melalui prosedur tertentu.

Termasuk kompetensi profesional guru yang mana merupakan guru

yang ahli dalam merespon tugas-tugasnya secara tepat. Selain itu,

kompetensi profesional merupakan salah satu kemampuan dasar yang

harus dimiliki seorang guru.73

C. Kerangka Berfikir

Guru adalah salah satu komponen manusiawi dalam proses belajar-

mengajar, yang ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya

manusia yang potensial di bidang pembangunan. Oleh karena itu, guru

yang merupakan salah satu unsur dibidang kependidikan harus berperan

serta secara aktif dan menempatkan kedudukannya sebagai tenaga

profesional, sesuai dengan tuntukan masyarakat yang semakin

berkembang. Dalam arti khusus dapat dikatakan bahwa pada setiap diri

guru itu terletak tanggung jawab untuk membawa para siswanya pada

suatu kedewasaan atau taraf kematangan tertentu. Untuk menjalankan

tugasnya dengan baik, guru memerlukan kompetensi yang bagus demi

72
Hengki Frengki Manullang, Fauziyah Harahap, Ely Djulia, Analisis Kompetensi Profesional
Guru Biologi SMA Negeri Se-Kabupaten Deli Serdang. (Jurnal Pendidikan Biologi, Vol.6
No.2,2017) hlm.312
73
Maimunah. Analisis Kompetensi Profesional Guru Sekolah Dasar Negeri 001 Sungai Pinang.
(Jurnal PAJAR (Pendidikan dan Pengajaran), vol.3 (6),2019) hlm.1239 dan 1241
tercapainya tujuan pendidikan. Kompeten atau tidaknya seseorang sebagai

guru bisa dilihat dari latar belakang pendidikannya, pengalaman-

pengalamannya dalam dunia pendidikan dan motivasi dari dirinya untuk

selalu berkembang menjadi lebih baik.

Pada intinya keberhasilan guru dalam melaksanakan pendidikan dan

pembelajaran tidak terlepas dari kompetensi yang dimilikinya. Betapapun

tinggi semangat dan motivasi yang dipunyai oleh guru, maka kinerja guru

tidak dapat maksimal jika tidak diimbangi dengan penguasaan kompetensi

yang di persyaratkan.

Keberhasilan suatu proses pembelajaran sangat di tentukan oleh kualitas

atau kemampuan guru. Guru yang bermutu niscaya mampu melaksanakan

pendidikan, pengajaran, pelatihan, yang efektif dan efisien. Guru

profesional diyakini mampu memotivasi peserta didik untuk

mengoptimalkan potensi mereka dalam memenuhi standar pendidikan

yang telah di tetapkan.

Pengembangan dan peningkatan kualitas kompetensi guru selama ini

diserahkan kepada guru itu sendiri. Jika guru itu mau mengembangkan

dirinya sendiri, maka guru itu akan berkualitas, karena ia senantiasa

mencari peluang untuk meningkatkan kualitasnya sendiri.

Dapat tidaknya seorang guru dikatakan sebagai profesional dapat dilihat

dari dua perspektif. Pertama, dilihat dari tingkat pendidikannya, minimal

dari latar belakang pendidikan untuk jenjang sekolah tempatnya bekerja

menjadi guru. Kedua, penguasaan terhadap materi bahan ajar, mengelola


proses pembelajaran, mengelola peserta didik, melakukan tugas-tugas

bimbingan, dan lain-lain.

Jadi dengan kompetensi guru dalam pembelajaran, maka hasil yang

menentukan dari suatu proses pendidikan adalah pendidik itu sendiri. Hal

ini merupakan kinerja guru paling berkualitas seumpuk tugas serta

tanggung jawab yang dibebannya, guru harus mampu menunjukan bahwa

guru mampu menghasilkan kinerja yang baik,yang kompeten juga

profesional demi terciptanya pendidikan yang bermutu.

Penilaian kompetensi guru selama ini dilakukan pemerintah melalui

program sertifikasi. Selain sebagai alat untuk mengukur kompetensi,

sertifikasi juga menjadi salah satu cara dalam meningkatkan kompetensi

guru.
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan fokus penelitian diatas, maka tujuan penelitian ini

adalah untuk mengetahui bagaimana kompetensi profesionalisme guru

dalam proses belajar mengajar, yang meliputi :

1. Penguasaan terhadap materi bidang studi dan kurikulum

sekolah.

2. Metode dan strategi belajar yang digunakan guru.

3. Memahami standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam

suatu mata pelajaran.

4. Mengembangkan materi pembelajaran secara kreatif.

5. Pengembangan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan

melakukan tindakan reflektif.

6. Pengoptimalan pemanfaatan teknologi informasi dan

komunikasi untuk berkomunikasi dan pengembangan diri.

B. Tempat Dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini rencana akan dilakukan di SDIT An Najm Pondok

Gede Bekasi. Sekolah ini beralamat di Jl.Dieng VIII No.4,


RT.001/RW.009, Jatimakmur, Kec. Pondok Gede Kota Bekasi, Jawa

Barat 17413. Tlp. (021) 8488375.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran

2019/2020, pada bulan Desember 2019 sampai dengan bulan April 2020

(insyaAllah) yang dilakukan secara random atau acak menyesuaikan

dengan kebutuhan informasi dan data serta menyesuaikan dengan

kesediaan responden penelitian.

3. Jadwal Penelitian

Setiap rangkaian aktifitas atau kegiatan yang berkenaan dengan

penelitian ini dituangkan ke dalam bagan sebagai berikut:

Tabel 3.1

Bulan
NO Keterangan Des Jan Feb Mar Apr Mei

1. Pengajuan judul Skripsi

2. Penyusunan Proposal Skripsi

3. Seminar Proposal Skripsi

4. Penyerahan surat izin penelitian kepada

pihak sekolah

5. Pengumpulan Data
6. Pengolahan Data

7. Penyelesaian Skripsi

8. Sidang Skripsi

C. Metode Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

kualitatif deskriptif. Penelitian kualitatif dari sisi definisi dikemukakan

bahwa merupakan penelitian yang memanfaatkan wawancara terbuka

untuk menelaah dan memahami sikap, pandangan, perasaan, dan perilaku

individu atau sekelompok orang.74

Menurut Jane Richie, penelitian kualitatif merupakan upaya untuk

menyajikan dunia sosial, dan prespektifnya di dalam dunia, dari segi

konsep, perilaku, persepsi, dan persoalan tentang manusia yang diteliti.75

Sehingga penelitian kualitatif adalah penelitian yang dituangkan

dalam bentuk kata-kata baik tertulis maupun lisan, dan objeknya adalah

manusia.

Dalam penelitian kualitatif permasalahan yang dibahas tidak

berkenaan dengan angka-angka. Tetapi mendeskripsikan, menguraikan,

dan menggambarkan tentang kompetensi profesionalisme guru di SDIT

An Najm Pondok Gede Bekasi dengan apa adanya. Penelitian kualitatif

adalah suatu jenis penelitian yang prosedur penemuan yang dilakukan

tidak menggunakan prosedur statistik atau kuantifikasi. Dalam hal ini


74
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung:PT Remaja Rosdakarya,2014)hlm.5
75
Ibid., hlm. 6
penelitian kualitatif adalah penelitian tentang kehidupan seseorang, cerita,

perilaku, dan juga tentang fungsi organisasi, gerakan sosial atau hubungan

timbal balik.76 Di dalam penelitian peneliti tidak melakukan manipulasi

atau memberikan perlakuan-perlakuan terhadap variabel atau merancang

sesuatu yang diharapkan terjadi pada variabel. Tetapi semua kegiatan,

keadaan, kejadian, aspek dan komponen berjalan sebagaimana adanya.

Seperti yang ditegasnya Lexy J. Moleong dalam bukunya bahwa

penelitan kualitatif merupakan penelitian untuk memahami fenomena

tentang apa yang dialami oleh subjek peneliti misalnya perilaku, persepsi,

motivasi, tindakan dan lain-lain, secara holistik dan dengan cara deskripsi

dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks yang alamiah dan

dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. Dengan metode

kualitatif, penelitian ini diharapkan dapat mengungkapkan fakta-fakta

yang komprehensif tentang kompetensi profesionalisme Guru di SDIT An

Najm Pondok Gede Bekasi.

D. Sumber Data

Dalam penelitian kualitatif, penentuan sampel dalam penelitian

kualitatif tidak didasarkan perhitungan statistik. Sampel yang dipilih

berfungsi untuk mendapatkan informasi yang maksimum, bukan untuk

digeneralisasikan. Peneliti akan mencari data dari beberapa orang di SDIT

76
Salim dan Syahrum, Metodologi Penelitian Kualitatif (Konsep dan Aplikasi dalam Ilmu Sosial,
Keagamaan dan Pendidikan), (Bandung: Citapustaka Media,2012) hlm: 41
An Najm Pondok Gede Bekasi, yaitu antara lain kepala sekolah,

manajemen, dewan guru. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan

teknik pengambilan sampel non-probability sampling, dengan teknik

sampling yang digunakan Snowball sampling adalah teknik pengambilan

sampel sumber data, yang ada awalnya jumlahnya sedikit, lama-lama

menjadi besar. Hal ini dilakukan karena dari jumlah sumber data yang

sedikit itu tersebut belum mampu memberikan data yang memuaskan,

maka mencari orang lain lagi yang dapat digunakan sebagai sumber data.77

B E G
A

H
C
F

Gambar 3.1
Rancangan penelitian

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling

strategis dalam penelitian. Teknik pengumpulan data adalah teknik atau

cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data.

77
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D)
(Bandung: CV. ALFABETA, 2011) hlm. 220
Teknik menunjukan suatu kata yang abstrak dan tidak diwujudkan dalam

benda, tetapi hanya dapat dilihatkan penggunaannya.78

Teknik yang digunakan untuk pengumpulan data meliputi

dokumentasi, observasi, wawancara yang masing-masing secara singkat

dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Wawancara (interview)

Wawancara adalah sebuah proses memperoleh keterangan untuk

tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka

antara pewawancara dengan informan atau orang yang

diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman

wawancara.79

Esterberg sebagaimana dikutip Sugiyono menjelaskan 3 macam

jenis wawancara yaitu: Wawancara terstruktur, wawancara semi

terstruktur, dan Wawancara tidak terstruktur.

a. Wawancara terstruktur

Wawancara terstruktur digunakan apabila peneliti telah

mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan

diperoleh. Oleh karena itu dalam melakukan wawancara peneliti

telah menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-

pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya telah disiapkan

dan pada wawancara terstruktur ini setiap responden diberi

pertanyaan yang sama.


78
Unaradjan Dominikus Dolet, Metode Penelitian Kuantitatif (Jakarta:Atmajaya,2013) hlm. 130
79
Indranata, Iskandar. Pendekatan Kualitatif Untuk Pengendalian Kualitas, Metode Penelitian.
(Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia 2008), hlm.199
b. Wawancara semi terstruktur

Wawancara semi terstruktur dilakukan lebih bebas dibandingkan

dengan wawancara terstruktur. Tujuan wawancara semi

terstruktur adalah menemukan permasalahan secara lebih

terbuka, di mana pihak yang diajak wawancara diminta pendapat

dan ide-idenya. Dalam melakukan wawancara peneliti

mendengarkan secara teliti dan mencatat apa yang dikemukakan

oleh responden.80

c. Wawancara tidak terstruktur

Wawancara tak terstruktur merupakan wawancara yang berbeda

dengan yang terstruktur. Wawancara semacam ini digunakan

untuk menemukan informasi yang bukan baku atau informasi

tunggal. Wawancara ini sangat berbeda dari wawancara

terstruktur dalam hal waktu bertanya dan cara memberikan

respons, yaitu jenis ini jauh lebih bebas iramanya.81

Dan dalam penelitian ini penulis menggunakan wawancara

terstruktur. Tujuan dari wawancara terstruktur ialah menjaring

data/informasi dari banyak orang. Dalam hal ini peneliti akan

mewawancarai kepala sekolah, guru, pegawai dan orang tua

murid di SDIT An Najm Pondok Gede Bekasi, sebagai sumber

data dalam penelitian.

80
Rusydi Ananda dan Tien Rafida, Pengantar Evaluasi Program Pendidikan,
(Medan: Perdana Publishing, 2017), hlm: 108-109.
81
Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif ( Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2014),
hal: 190-191.
2. Studi dokumentasi.

Studi dokumentasi yaitu mengumpulkan dokumen dan data-data

yang diperlukan dalam permasalahan penelitian lalu ditelaah

secara intens sehingga dapat mendukung dan menambah

kepercayaan dan pembuktian suatu kejadian.82Tujuan untuk

menambah kepercayaan informasi dari macam-macam sumber

dari suatu kejadian.

3. Observasi.

Menurut Syaodih N observasi (observation) atau pengamatan

merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan

jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang

berlangsung.83

Menurut Arikunto dalam menggunakan observasi cara yang

paling efektif adalah melengkapinya dengan format atau

blangko pengamatan sebagai instrumen pertimbangan kemudian

format yang disusun berisi item-item tentang kejadian atau

tingkah laku yang digambarkan. Dari peneliti berpengalaman

diperoleh suatu petunjuk bahwa mencatat data observasi

bukanlah sekedar mencatat rekasi tersebut, tetapi juga menilai

reaksi tersebut apakah sangat kurang, atau tidak sesuai dengan

apa yang dikehendaki.84

82
Satori Djam’an, Profesi Keguruan.(Jakarta : Universitas Terbuka,2010), hlm.149
83
Ibid, hlm. 153
84
Arikunto Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. (Jakarta : PT. Rineka
Cipta,2010) hlm. 229
Tujuan dari obaservasi ini untuk mengumpulkan data tentang

letak geografis, keadaan sekolah, sarana dan prasarana, kondisi

organisasi serta segala aspek yang ada didalam ruang lingkup

peran guru sebagai pendidik di SDIT An Najm Pondok Gede

Bekasi.

F. Teknik Analisa Data

Dalam penelitian kualitatif, data diperoleh dari berbagai sumber,

dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang bermacam-macam

(triangulasi), dan dilakukan secara terus menerus sampai datanya jenuh.

Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan pada saat pengumpulan

data yang berlangsung dan setelah selesai pengumpulan data dalam

periode tertentu. Menurut Sugiyono kegiatan yang dilakukan yaitu data

reduction, data display, dan coclusion drawing/verifivation.85

Data yang diperoleh dari lapangan, kemudian diolah agar lebih

sederhana. Kegiatan analisis data yang dilakukan yaitu :

1. Reduksi data

Menurut Sugiyono reduksi data ialah mereduksi berarti

merangkum, memilih hal-hal yang pokok, mengfokuskan pada hal-hal

yang penting, dicari tema dan polanya.86 Mereduksi data akan

mempermudah dan akan memperjelas dalam memberikan gambaran yang

85
Ibid ,. hlm. 246
86
Ibid,. hlm. 247
telah diperoleh di lapangan serta dapat mempermudah peneliti ketika

melakukan pengumpulan data berikutnya. Selain itu, peneliti dapat

memilah-milah mana yang relevan atau sesuai dengan fokus penelitian,

sehingga akan dapat menjawab pertanyaan peneliti.

2. Penyajian data

Langkah selanjutnya Sugiyono menjelaskan, setelah reduksi data

yaitu men-display-kan data atau penyajian data yang dimaksudkan agar

mudah dipahami apa yang terjadi sebenarnya di lapangan, dapat

merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami. 87

3. Penarikan kesimpulan

Langkah selanjutnya yaitu peneliti menarik kesimpulan.

Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan dapat

berubah apabila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung

pada tahap pengumpulan data berikutnya. Kesimpulan dalam penelitian

kualitatif akan dapat menjawab fokus masalah sejak awal, tetapi juga

mungkin juga tidak sebab fokus masalah dalam penelitian kualitatif masih

bersifat sementara dan akan berkembang setelah penelitian di lapangan.

Sugiyono mengatakan, penelitian kualitatif merupakan temuan baru yang

belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu

objek yang sebelumnya masih remang-remang, sehingga setelah diteliti

menjadi jelas.88

87
Ibid,. Hlm. 249
88
Ibid., hlm. 252
G. Pemerikasaan Keabsahan Data

Penelitian kualitatif dinyatakan absah apabila memiliki derajat

keterpercayaan (credibility), keteralihan (transferability), kebergantungan

(dependability), dan kepastian (confirmability).89 Pengujian data uji

kredibilitas data atau kepercayaaan terhadap data hasil penelitian kualitatif

dilakukan sebagai berikut :

1. Ketekunan pengamatan

Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara

lebih cermat dan berkesinambungan. Dengan cara tersebut maka kepastian

data dan urutan peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan sistematis.

Penulis berupaya untuk mempertajam pengamatan agar mendapatkan data

yang lengkap, akurat yang sesuai dengan fokus penelitian. Dengan

melakukan pengamatan dengan tekun maka penulis akan dapat memahami

masalah yang diteliti secara menyeluruh dan mendalam sehingga hasil

penelitiannya akan valid.

2. Triangulasi

Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai

pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai

waktu.

Triangulasi bisa diartikan juga bahwa peneliti menggunakan teknik

pengumpulan data yang berbeda – beda untuk mendapatkan data dari

sumber yang sama dengan cara peneliti menggunakan observasi

89
Satori Djam’an, op.cit., hlm.64
partisipatif, wawancara mendalam, dan dokumentasi untuk sumber data

yang sama secara serempak.90

3. Menggunakan bahan referensi

Adanya pendukung untuk membuktikan data yang telah ditemukan

oleh peneliti yaitu data hasil wawancara dengan adanya rekaman

wawancara atau gambaran suatu keadaan berupa foto-foto atau

dokumen autentik.91

90
Indranata, Iskandar. Metode Penelitian. (Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia 2008), hlm.138
91
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D)
(Bandung: CV. ALFABETA, 2011) hlm. 270 - 275
DAFTAR PUSTAKA

Amrizul. 2018. Upaya meningkatkan kompetensi Guru dalam menyusun rencana


pelaksanaan pembelajaran (RPP) melalui Work Shop dan bimbingan
berkelanjutan di SDN 01 Lunang Kecamatan Lunang. Jurnal Penelitian
Guru Indonesia, Vol.3 No 1.

Ananda, Rusydi,dkk. 2017. Inovasi Pendidikan. Medan : CV.Widya Puspita.

Ananda, Rusydi dan Tien Rafida. 2017. Pengantar Evaluasi Program Pendidikan.
Medan : Perdana publishing.

Andina, Elga. 2018. Efektifitas Pengukuran Kompetensi Guru. Jurnal Masalah-


Masalah Sosial, Vol.9 (2).
Budiman. 2018. Peranan penerapan sertifikasi guru terhadap kinerja guru
(integrasi psikologi industri dan organisasi islami). Jurnal psikologi
Islami, Vol.4 no.1
B. Uno, H. Hamzah. 2010. Teori Motivasi & Pengukurannya Analisis Dibidang
Pendidikan. Jakarta:Bumi Aksara.
Chairunnisa, Connie. 2016. Manajemen pendidikan dalam multi perspektif
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Daharti, R.,Susilowati,I,.Susanto,H. 2013. Strategi Peningkatan Kompetensi Guru
dengan Pendekatan Analisis Hierarchy Prosess. JEJAK Journal of
Economic and Police, Vol.6 (1).
Djamarah, Syaiful Bahri. 2010. Guru dan anak didik dalam interaksi edukatif
suatu pendekatan teoritis psikologis. Jakarta: Rineka Cipta.

Diah Ayu. 2013. Analisis Kompetensi Profesional Guru Administrasi Perkantoran


Dalam Proses Pembelajaran Di Smk Tamtama Prembun Kabupaten
Kebumen. Economic Education Analysis Journal Vol.2 No.2.

Danumiharja, Mintarsih. 2014. Profesi Tenaga Kependidikan.Yogyakarta:


Deepublish.

Departemen Agama RI. 2010. Al-Quran dan Terjemahannya. Bandung : CV.


Penerbit Diponegoro.

Dudung, Agus. 2018. Kompetensi Profesional Guru. Jurnal Kesejahteraan


Keluarga dan Pendidikan, Vol.5 (1).
Erlina, Cut Zahri Harun dan Nasir Usman (2017). Kinerja Guru Sertifikasi dalam
meningkatkan pembelajaran pada madrasah Aliyah Negeri (MAN)
Beureunuen kabupaten Pidie. Jurnal Magister Administrasi Pendidikan
Pasca Sarjana Universitas Syiah Kuala, Vol.5 No.3

Febrialismanto. 2017. Analisis Kompetensi Profesional Guru Paud Kabupaten


Siak Provinsi Riau. Jurnal PG- - PAUD Trunojoyo. Vol.4, No 2.

Febrialismanto2017. Analisis Kompetensi Profesional Guru Pg Paud Kabupaten


Kampar Provinsi Riau. Jurnal PG- PAUD Trunojoyo. Vol. 6 edisi 2.

Fitriani Lubis,Sa’adah.2018. Profesionalisme Guru Dalam Alquran Kajian Surah


„ „Abasa.Jurnal Edu Riligia, Vol 2 no 3.

Hamalik, Oemar. 2011. Proses Belajar Mengajar, Jakarta : Penerbit Bumi Aksara

Harahap, Ardiansyah. 2019. Analisis Kompetensi Profesionalisme Guru


Pendidikan Sejarah Di Man Nagasaribu T.A 2018/2019. Jurnal Tarombo
Pendidikan Sejarah IPTS, Vol.1 No.1.

Huda, Nurul. 2016. Analisis Kompetensi Profesional Guru Biologi Madrasah


Aliyah Negeri Di Kota Medan. Jurnal Sabilarrasyad Vol.1 no 1.
Ismail, Muh Ilyas. 2010. Kinerja dan Kompetensi Guru dalam Pembelajaran.
Jurnal Lentera Pendidikan, Vol.13 No. 1.

Iskandar, Indranata.2008. Pendekatan Kualitatif Untuk Pengendalian Kualitas,


Metode Penelitian. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia Press.

Isro, Aulia Wilda. 2013. Analisis Profesionalisme Guru Dalam Pembelajaran


Sentra dan Lingkaran Di Taman Kanak-Kanak Aisyiyah Bustanul Athfal II
Kepatihan. Jurnal PEDAGOGIA Vol.2 No.1

Irmawati. 2013. Analisis Kompetensi Profesional Guru Di Sekolah Menengah


Pertama. Jurnal EKLEKTIKA Vol. 1 No.1.

J. Moleong, Lexy. 2014. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung:PT Remaja


Rosdakarya.
Kompri. 2017. Standarisasi kompetensi kepala sekolah : pendekatan teori untuk
praktik profesional. Jakarta : Kencana.
Maimunah. 2019. Analisis Kompetensi Profesional Guru Sekolah Dasar Negeri
001 Sungai Pinang. Jurnal PAJAR (Pendidikan dan Pengajaran), vol.3 (6).
Manullang, Hengki Frengki., Fauziyah Harahap, Ely Djulia. 2017. Analisis
Kompetensi Profesional Guru Biologi SMA Negeri Se-Kabupaten Deli
Serdang. Jurnal Pendidikan Biologi, Vol.6 No.2.
Mariyana, Rita. 2016. Kompetensi Guru Berbasis Karakter untuk Anak Usia Dini,
Jurnal Pendidikan Vol.12 (1). PEDAGOGIA UPI
Muammar, Puji Dwi Darmoko, Srifariyati dan Muntoha. 2017. Dampak
Tunjangan sertifikasi terhadap kinerja guru. Jurnal Madaniyah,Vol.1
edisi XII.
Mulyasa, E. 2013. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung :
Rosdakarya.
Musriadi. 2016. Profesi kependidikan secara teoritis dan Aplikatif, panduan
praktis bagi pendidik dan calon pendidik. Yogyakarta : Deepublish.
Matondang, Zulkifli. 2010. Kompetensi Profesional Guru SMK Bidang Keahlian
Teknik Bangunan di Medan. Jurnal pendidikan dan kebudayaan, Vol.16
No.6.
Muhammad Abdurrahman Bin Abdurrahim Al-Mubarakfuri. 1432. Tuhfah Al-
Ahwadzi Syarh Jami’ At-Tirmidzi. Darul Fayha’ : Beirut. sumber:
http://rumaysho.com/
Nafsul muthmainnah, Siti dan Marsigit.2018. Gaya mengajar Guru Pemula dan
Guru Profesional dalam pembelajaran matematika SMP di Klaten. Jurnal
Pendidikan dan kebudayaan, Vol.3 No.2.
Pasongli, Hernita. , Hasmawati dan Riski Nuri Amelia. 2017. Analisis Kompotensi
Profesional Dan Pedagogik Guru Ilmu Pengetahuan Sosial (Ips) Di Smp Negeri
Se-Kota Ternate. Jurnal Penelitian Humano Vol.8 No.1
Permendiknas RI No. 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan
Kompetensi Guru. Sumber : http://vervalsp.data.kemdikbud,go.id/
Rusman. 2016. Model-Model Pembelajaran. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
Sadirman, A.M. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar Pedoman Bagi
Guru Dan Calon Guru. Jakarta:Rajawali.
Sagala, Syaiful. 2013. Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan.
Bandung : Alfabeta,cv.
Salim dan Syahrum. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif (Konsep dan Aplikasi
dalam ilmu sosial, Keagamaan dan Pendidikan). Bandung: Citapustaka
Media.
Satori, Djam’an. 2010. Profesi Keguruan.(Jakarta : Universitas Terbuka Sukidi.
Setiawan, Eko. 2018. Kompetensi Pedagogis dan Profesional Guru PAUD dan
SD/MI. Jakarta : ESENSI Divisi Penerbit Erlangga.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, Dan R&D). Bandung:Alfabeta.
Suharsimi, Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian suatu pendekatan Praktek.
Jakarta : Rineka Cipta.
Sutomo. 2017. Upaya peningkatan kompetensi guru dalam menyusun rencana
pelaksanaan pembelajaran melalui bimbingan berkelanjutan di UPT SDN
Petahunan 1 kecamatan Gadingrejo Kota Pasuruan. Jurnal Pendidikan
Agama Islam, Vol.3 No.1
Supriadi, Oding. 2013. Profesi Kependidikan. Yogyakarta: Laksbang Pressindo
Undang- Undang RI No. 20 tahun 2003 Sistem Pendidikan Nasional dan Undang-
Undang RI No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. 2008. Jakarta :
Transmedia Pustaka.
Uzer Usman, Moh. 2017. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Unaradjan, Dominikus Dolet. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif.
Jakarta:Atmajaya.
Wahyudi. 2010. Standar Kompetensi Profesional Guru. Jurnal Pendidikan dan
Humaniora, Vol.1 (2)
Yasmin, Martinis dan Maisah. 2010. Standarisasi Kinerja Guru. Jakarta : Gaung
Persada.

Anda mungkin juga menyukai