Anda di halaman 1dari 14

PROFESIONALISME DALAM PENDIDIKAN ISLAM

Makalah
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Ilmu Pendidikan Islam
Dosen Pengampu:
Dr. H. Nur Efendi, M.Ag.

Disusun Oleh:
Ratna Wulandari (12211193011)
Dzulhilmi (12211193039)

Adi Agus Tamimi (12211193074)

JURUSAN TADRIS FISIKA


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI TULUNGAGUNG
FEBRUARI 2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat ALLAH SWT yang karena anugerah dari-Nya penulis dapat
menyelesaikan makalah tentang “Profesionalisme Dalam Pendidikan Islam”. Sholawat dan salam
semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukkan jalan
yang lurus berupa ajaran agama Islam yang sempurna dan menjadi anugerah serta rahmat bagi
seluruh alam semesta.

Penulis sangat bersyukur karena telah menyelesaikan makalah ini, dan penulis berharap
semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca.
Disamping itu, penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah
mebantu selama proses pembuatan makalah ini sehingga makalah ini dapat terselesaikan.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman, penulis yakin masih banyak


kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik
yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Tulungagung, 24 Februari 2020

Penyusun

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................................... 1

KATA PENGANTAR....................................................................................................... 2

DAFTAR ISI...................................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................. 4

A. Latar Belakang ............................................................................................................. 4


B. Rumusan Masalah ........................................................................................................ 5
C. Tujuan Penulisan.......................................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................... 6
A. Pengertian Profesionalisme.......................................................................................... 6
B. Karakteristik Profesionalisme Dalam Pendidikan Islam ............................................ 8
C. Aplikasi Profesionalisme Dalam Pendidikan Islam..................................................... 10
BAB II PENUTUP ............................................................................................................ 13
A. Kesimpulan .................................................................................................................. 13
B. Saran ............................................................................................................................ 13
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 14

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan adalah suatu proses pembelajaran yang merupakan jembatan untuk
meningkatkan taraf kehidupan manusia. Melalui pendidikan manusia menjadi cerdas,
memiliki kemampuan, sikap hidup yang baik sehingga dapat bergaul dengan baik di dalam
masyarakat. Pendidikan menjadi investasi yang memberi keuntungan sosial dan pribadi
untuk menjadikan seseorang bermartabat dan menjadikan pribadi yang baik. Pelaksanaan
pendidikan, terdapat unsur-unsur yang harus dipenuhi diantaranya harus ada pendidik dan
tenaga kependidikan.1
Pendidikan adalah segala daya upaya dan semua usaha untuk membuat masyarakat
mengembangkan potensi manusia agar memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian
diri, berkepribadian, memiliki kecerdasan, berakhlak mulia, serta memiliki keterampilan
yang diperlukan sebagai anggota masyarakat dan warga Negara. Di samping itu pendidikan
merupakan usaha untuk membentuk manusia yang utuh lahir dan cerdas, sehat, dan berbudi
pekerti luhur.2
Untuk mendapatkan pribadi yang berakhlak mulia maka diperlukan pendidikan agama.
Pendidikan agama merupakan salah satu dari tiga subyek pelajaran yang harus dimasukkan
dalam kurikulum setiap lembaga pendidikan formal di Indonesia. Hal ini karena kehidupan
beragama merupakan salah satu dimensi kehidupan yang diharapkan dapat terwujud secara
terpadu.
Menurut Zakiyah Darajat pendidikan agama Islam adalah suatu usaha untuk membina
dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami ajaran Islam secara
menyuluruh. Lalu mengahayati tujuan, yang pada akhirnya dapat mengamalkan serta
menjadikan Islam sebagai pandangan hidup.
Mata pelajaran agama Islam secara keseluruhannya dalam lingkup Al-Qur’an dan Al-
hadits, keimanan, akhlak, fiqih/ibadah, dan sejarah sekaligus menggambarkan bahwa ruang
lingkup pendidikan keserasian, keselarasan dan keseimbangan hubungan manusia dengan

1
Nursya’adah Br Ginting, “Profesionalisme Tenaga Kependidikan Dalam Pelaksanaan Administrasi
Pendidikan Di MTsN 2 Medan”, diakses dari Jurnal Cendikian, Juli 2019.

2 Yuli Sectio Rini, “Pendidikan: Hakekat, Tujuan, Dan Proses”, diakses dari jurnal Uny.

4
Allah SWT, diri sendiri sesama manusia, makhluk lainnya maupun lingkungannya
(hablun minallah wa hablum minannas).
Jadi pendidikan agama Islam merupakan usaha sadar yang dilakukan pendidik dalam
rangka mempersiapkan peserta didik untuk meyakini, memahami, dan mengamalkan ajaran
Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau pelatihan yang telah ditentukan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. 3 Untuk mencapai tujuan dari pendidikan Islam tentu
dibutuhkan profesionalisme, dalam makalah ini akan dijelaskan maksud dari
profesionalisme, karakteristik profesionalisme pendidikan, dan bagaimana aplikasi
profesional pendidikan Islam.
B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian profesionalisme?
2. Bagaimana karakteristik profesionalisme pendidikan ?
3. Bagaimana aplikasi profesional pendidikan islam ?
C. Tujuan
1. Mendeskripsikan pengertian profesionalisme.
2. Mendeskripsikan karakteristik profesionalisme pendidikan.
3. Mendeskripsikan aplikasi profesionalisme dalam pendidikan islam.

3 Khabib, “Bab III, Pendidikan Agama Islam”, hlm 65-67

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Profesionalisme

Profesi dan profesionalisme dapat dibedakan secara konseptual. Kalberss dan Fogaty
menyatakan bahwa profesi merupakan jenis pekerjaan yang memenuhi beberapa kriteria,
sedangkan profesionalisme merupakan suatu atribut individual yang penting tanpa melihat suatu
pekerjaan merupakan suatu profesi atau tidak. Sebagai profesional, akuntan publik mengakui
tanggung jawabnya terhadap masyarakat, terhadap klien dan terhadap rekan seprofesi termasuk
untuk berperilaku yang terhormat, sekalipun ini merupakan pengorbanan pribadi. 4

Istilah profesionalisme barasal dari kata profession. Profesion mengandung arti yang
sama dengan kata occupation atau pekerjaan yang memerlukan keahlian yang diperoleh melalui
pendidikan atau latihan khusus. Profesional secara bahasa berarti “orang yang mempunyai
keahlian tertentu”. Adapun menurut istilah profesional berarti “ orang yang melakukan suatu
pekerjaan sesuai dengan keahliannya dan ia mengabdikan diri pada pengguna jasa dengan di
sertai tanggung jawab atas kemampuan dan keahliannya”.

Profesionalisme berasal dari kata profesi yang artinya suatu bidang pekerjaan yang ingin atau
akan ditekuni oleh seseorang. Profesi juga dapat di artikan sebagai suatu jabatan atau pekerjaan
tertentu yang mensyarat pngetahuan dan ketrampilan khusus yang diperoleh dari pendidikan
akademis yang intensif. Dengan demikian kata profesi secara harfiah dapat diartikan dengan
suatu pekerjaan yang memerlukan keahlian dan ketrampilan tertentu, dimana keahlian dan
ketrampilan tersebut didapat dari suatu pendidikan atau pelatihan khusus.5

Profesionalisme sangat penting dalam suatu pekerjaan dan menjadi tuntunan sebuah profesi.
Profesionalisme membutuhkan sebuah ketrampilan dan keahlian yang dimiliki sesuai dengan
profesiyang digeluti. Ketrampilan dan keahlian dalam suatu bidang tentunya butuh waktu untuk
mempelajari. Kemampuan akademik menjadi syarat dalam suatu profesi, supaya tidak terjadi
mal-praktek dalam pelaksanaannya. Berbagai macam profesi tentunya memiliki keahlian yang
berbeda-beda. Profesionalisme menjadi sebuh tuntunan dalam menjalankan tugasnya serta
dibutuhkan disiplin ilmu yang harus dipelajari sebelumnya untuk mengaplikasikan pengetahuan
ilmu yang didapat. Maka profesionalisme sangat penting dan sangat dibutuhkan dalam
menjalankan sebuah profesi.

4 Marfin Sinaga, “Analisis Pengaruh Profesionalisme Terhadap Tingkat Materialitas Dalam Proses
Pemgauditan Laporan Keuangan”, diakses dari Jurna Pendidikan, (Skripsi Fakultas Ekonomi Dan Bisnis, UNDIP),
2012.
5 Siti Suwaibatul Aslamiyah, “Profesionalisme Guru Dalam Perspektif Islam”, diakses dari Akademika, Vol.

10, No. 2, Desember 2016. Hlm. 174.

6
Dari pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pekerjaan profesional adalah
pekerjaan yang membutuhkan suatu keahlian intelektual yang secara sengaja dipelajari dan
kemudian diterapkan kepada diri sendiri dan orang lain.

Secara harfiah dapat diartikan dengan suatu pekerjaan yang memerlukan keahlian dan
ketrampilan tertentu, dimana keahlian dan ketrampilan tersebut didapat dari suatu pendidikan
atau pelatihan khusus. Adapun pengertian profesi secara terminologi, sesuai apa yang
diungkapkan oleh para ahli adalah sebagai berikut:
a. Menurut Prof. Dr. M. Surya dkk, mengartikan bahwa profesional mempunyai makna
yang mengacu kepada sebutan tentang orang yang menyandang suatu profesi dan sebutan
tentang penampilan seseorang dalam mewujudkan pekerjaan yang sesuai dengan
profesinya.
b. H.A.R. Tillar menyatakan bahwa seorang profesionalisme menjalankan pekerjaannya
sesuai dengan tuntunan profesinya.
c. Kunandar dalam bukunya guru Profesional Implementasi Kurikulum Satuan Tingkat
Pendidikan (KTSP) dan sukses dalam sertifikasi guru menyebutkan bahwa
profesionalisme berasal dari kata profesi yang artinya suatu bidang pekerjaan yang ingin
atau akan ditekuni oleh seseorang.

Suatu pekerjaan dikatakan profesional apabila memiliki ciri-ciri sebagai berikut:


a. Mementingkan layanan kemanusiaan.
b. Diperlukan waktu yang panjang untuk mempelajari konsep dan prinsip pengetahuan
khusus yang mengandung keahliannya.
c. Memiliki kualifikasi tertentu untuk memasuki profesi tersebut.
d. Memiliki kode etik.
e. Membutuhkan suatu kegiatan intelektual yang tinggi.
f. Memberikan kesempatan untuk kemajuan spesialis dan kemandirian.
g. Adanya organisasi profesi.
h. Memandang profesi sebagai suatu karir hidup.

Dapat disimpulkan bahwa profesionalisme adalah pekerjaan yang dilakukan oleh seseorang
yang khusus dipersiapkan dengan penuh tanggung jawab yang seperti dijelaskan dalam Al-
Qur’an surat Al-Ahzab ayat 21:

َ ‫َّلل أ ُ ۡس َوة ٌ َح‬


‫سنَة‬ ُ ‫لَّقَ ۡد َكانَ لَ ُك ۡم فِي َر‬
ِ َّ ‫سو ِل ٱ‬

َ َّ ‫ٱَّلل َو ۡٱليَ ۡو َم ۡٱۡلٓ ِخ َر َوذَ َك َر‬


٢١ ‫ٱَّلل َكثِيرا‬ َ َّ ْ‫ِل َمن َكانَ يَ ۡر ُجوا‬
yang artinya:

“sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu sari tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi
orang-orang yang mengharapkan (rahmat) Allah dan (keselamatan) hari kiamat dan banyak
menyebut (mengingat) Allah.” (QS. Al-Ahzab:21)

7
Selain surat Al-Ahzab masih ada beberapa ayat Al-Qur’an dan hadist yang memerintahkan
agar manusia bekerja secara profesional diantaranya:

a. (QS. Al-An’am:135, Az-Zumar:39, Huud:93) Bekerjalah sesuai dengan kemampuan atau


kapasitasnya.
b. (QS. Al-Mulk:2) Bekerjalah dengan hasil yang terbaik.
c. (QS. Al-Isra’:84) Bekerja sesuai dengan bidang keahlian.
d. (QS. An-Nahl:97, Al-Anbiya’:94, Al-Zalzalah:7) Bekerja sesuai dengan patut dan layak
e. (HR. Bukhari) Jika suatu urusan diserahkan bukan pada ahlinya maka tunggulah
kehancurannya.6

B. karakteristik Profesionalisme

Kata profesi masuk ke dalam kosakata bahasa Indonesia melalui bahasa Inggris (profession)
atau bahsa Belanda (professie). Kedua bahasa Barat ini menerima kata tersebut dari bahsa latin.
Dalam bahasa latin kata professio berarti pengakuan atau pernyataan. Kata kerja untuk tindak
mengakui atau tindak menyatakan ialah profiteri. Apa yang telah dinyatakan atau diakui disebut
professus. Berdasarkan pengertian–pengertian di atas, dapat dinyatakan sekarang, bahwa pada
mulanya kata profesi seperti yang kita pergunakan sekarang ini arti sebenarnya tidak lain dari
pernyataan atau pengakuan tentang bidang pekerjaan atau bidang pengabdian yang dipilih. Jadi,
seseorang yang menyatakan bahwa profesinya sebagai ahli music, sebenarnya tidak lain daripada
memberitahukan kepada orang lain bahwa bidang pekerjaan yang dipilihnya adalah bermain
musik.7

Pada perkembangan selanjutnya setelah timbul perserikatan-perserikatan atau asosiasi-


asosiasi yang menghimpun orang-orang yang sama-sama mengabdikan diri pada suatu jabatan,
tersusunlah petunjuk-petunjuk lebih lanjut mengenai perilaku yang harus ditaati oleh setiap
anggota profesi. Dalam hubungan ini disepakati adanya tiga kriteria suatu pekerjaan profesional.
Ketiga kriteria itu adalah sebagai berikut:

1. Mengandung Unsur Pengabdian

6 Siti Suwaibatul Aslamiyah, loc.cit hlm. 175-177.


7
Nata, Abuddin. 2001. Paradigma Pendidikan Islam. Grasindo: Jakarta

8
Setiap profesi dikembangkan untuk memberikan pelayanan tertentu kepada
masyarakat. Pelayanan itu dapat berupa pelayanan individual, yaitu pelayanan kepada
perseorangan, tetapi dapat juga bersifat kolektif, yaitu pelayanan kepada sekelompok
orang sekaligus. Dengan demikian, setiap orang yang mengaku menjadi pengemban dari
suatu profesi tertentu harus benar-benar yakin bahwa dirinya memiliki pengetahuan dan
keterampilan yang memadai untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat tersebut.
Setiap saat ia harus siap untuk memperlihatkan atau mendemonstrasikan pengetahuan dan
keterampilannya kepada masyarakat yang membutuhkannya.
2. Mengandung Unsur Idealisme
Setiap profesi bukanlah sekadar mata pencaharian atau bidang pekerjaan yang
mendatangkan materi saja, melainkan dalam profesi itu tercakup pengertian pengabdian
pada sesuatu yang luhur dan idealis, seperti mengabdi untuk tegaknya keadilan,
kebenaran, meringankan beban penderitaan sesama manusia, dan sebagainya. Dengan
demikian, setiap orang yang menganggap dirinya sebagai anggota dari suatu profesi harus
benar-benar mengetahui pengabdian apa yang akan diberikannya kepada masyarakat
melalui perangkat pengetahuan dan keterampilan khusus yang dimilikinya. Pada
umumnya, melalui pengetahuan dan keterampilan khusus ini setiap anggota suatu profesi
mempunyai kewajiban untuk melindungi masyarakat dari praktik-praktik penipuan yang
dilakukan oleh para professional gadungan. Dalam melaksanakan tugas keprofesionalan,
guru berkewajiban antara lain:
a. Merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu, serta
menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran.
b. Meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara
berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
c. Bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan jenis kelamin,
agama, suku, ras dan kondisi fisik tertentu, atau latar belakang keluarga, dan status
social ekonomi peserta didik dalam pembelajaran.
d. Menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum, dan kode etik guru, serta
nilai-nilai agama dan etika; dan
e. Memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa. (UndangUndang nomor
14 Tahun 2005 Bab IV, Pasal 20)

9
3. Mengandung unsur pengembangan
Setiap bidang profesi mempunyai kewajiban untuk menyempurnakan prosedur
kerja yang mendasari pengabdiannya secara terus-menerus. Secara teknis profesi tidak
boleh berhenti, atau mandek. Kalau kemandekan teknis ini terjadi, profesi itu dianggap
sedang mengalami proses kelayuan (decaying) atau sudah mati. Dengan demikian,
profesi pun menjadi punah dari kehidupan masyarakat. Berdasarkan uraian tersebut,
tingkat profesionalisme dapat diketahui melalui tiga hal: (1)Apakah dalam bidang
pekerjaan itu terdapat unsur-unsur pengabdian dalam kadar yang memadai; (2)Apakah
kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam bidang pekerjaan itu merupakan kegiatan-
kegiatan yang bertumpu pada temuan dan wawasan akademik; (3)Apakah prosedur kerja
yang dipergunakan dalam bidang pekerjaan tersebut merupakan prosedur kerja yang
terus-menerus mendapatkan pembaruan. Berdasarkan ketentuan-ketentuan itu, dapat
diketahui bahwa pengakuan atas klaim sebagai seorang professional, sebagai seorang
pengemban profesi membawa kewajiban-kewajiban tertentu. Jika kewajiban-kewajiban
ini diabaikan, anggota profesi yang lalai ini oleh rekan-rekan sejawatnya dan oleh
masyarakat pada umumnya akan dipandang melanggar etika profesi. Akibat dari keadaan
itu ia dapat dikucilkan dari lingkungan profesinya. 8
Berdasarkan uraian di atas, profesionalisme dapat diartikan sebagai konsep
mengenai bidang pekerjaan, yaitu pandangan yang menganggap bidang pekerjaan sebagai
suatu pengabdian melalui keahlian tertentu dan menganggap keahlian ini sebagai sesuatu
yang harus diperbarui secara terus-menerus dengan memanfaatkan kemajuan-kemajuan
yang terdapat dalam ilmu pengetahuan.
Selanjutnya sebagai professional, juga harus memiliki etos kerja yang maju,
antara lain dapat bekerja dengan hasil kualitas yang unggul, tepat waktu, disiplin,
sungguh-sungguh, cermat, teliti, sistematik, dan berpedoman pada dasar keilmuan
tertentu.

8
Mochtar Buchori, Ilmu Pendidikan dan Praktek Pendidikan dalam Renungan. Jakarta: IKIP

Muhammadiyah Press, 1994.

10
C. Aplikasi Profesionalisme Dalam Pendidikan Islam

Sebagai guru yang professional, ilmu pengetahuan dan keterampilan harus terus ditambah
dan dikembangkan dengan melakukan kegiatan penelititan, baik penelitian kepustakaan maupun
penelitian lapangan. Untuk itu, seorang guru yang professional harus memiliki kemampuan
meneliti yang didukung oleh pengetahuan tentang penelitian, teori-teori dan statistik penelitian. 9
Kemampuan meneliti ini semakin penting dimiliki dan dilakukan mengingat perkembangan ilmu
pengetahuan sudah demikian pesat. Dengan cara demikian ilmu pengetahuan yang diajarkan oleh
guru kepada para siswanya akan tetap up to date, actual, dan relevan dengan kebutuhan
masyarakat. Kedua, seorang guru professional harus memiliki kemampuan menyampaikan
pengetahuan yang dimilikinya secara efisien dan efektif. Untuk itu, sebagai guru professional
harus mempelajari Ilmu Keguruan dan Ilmu Pendidikan, terutama yang berkaitan dengan
didaktik dan metodik serta metodologi pembelajaran yang didukung oleh pengetahuan di bidang
psikologi anak atau psikologi pendidikan. Diadakannya Program Akta IV, misalnya
dimaksudkan untuk memberikan bekal ilmu keguruan atau ilmu mendidik dan mengajar,
sehingga dapat membawa peserta didik pada tujuan pendidikan yang ditetapkan. Ketiga, sebagai
guru professional, terutama guru agama harus memiliki kepribadian dan budi pekerti yang mulia
yang dapat mendorong para siswa untuk mengamalkan ilmu yang diajarkannya dan agar para
guru dapat dijadikan sebagai panutan.

Dalam hubungan ini Mohamad Athiyah al-Abrasyi mengatakan bahwa seorang guru
agama harus bersifat zuhud (tidak mengutamakan materi), berpenampilan bersih lahir batin,
ikhlas dalam bekerja, suka pemaaf, ber-kepribadian sebagai bapak, mengetahui tabiat murid.
Selain itu, sebagai seorang guru agama harus pula memiliki sifat-sifat sebagai berikut:

1) Senantiasa menyayangi murid muridnya;


2) Mau memberi nasihat;
3) Bertujuan ibadah dalam mengajar;
4) Lemah lembut;
5) Tidak merendahkan pelajaran lain;
6) Menyesuaikan dengan kemampuan muridnya;

9 Ibid. Mochtar Buchori.

11
7) Mengamalkan ilmu yang diajarkannya;
8) Mendorong para murid agar berpikir;
9) Mengajarkan ilmu dimulai dari yang rendah;
10) Bersikap adil terhadap semua murid.10

Dalam hubungan ini Crow and Crow juga mengatakan bahwa seorang pendidik harus
memiliki sepuluh ciri sebagai berikut:

1) Memiliki perhatian dan kesenangan pada subjek didik;


2) Memiliki kecakapan dalam merangsang subjek didik untuk belajar dan
mendorong berpikir;
3) Berpenampilan simpatik;
4) Bersikap jujur dan adil terhadap para siswanya;
5) Dapat menyesuaikan diri dan memperhatikan pendapat orang lain;
6) Menampakkan kegembiraan dan antusiasme;
7) Luas perhatiannya;
8) Adil dalam tindakan;
9) Menguasai diri;
10) Menguasai ilmu yang diajarkannya.

Dengan menguasai ilmu pengetahuan yang diajarkan kepada para siswa,


guru dapat menyampaikan dan mengajarkan ilmu pengetahuan tersebut secara
efektif dan efisien serta memiliki budi pekerti dan kepribadian yang luhur dan
sifat-sifat lainnya sebagaimana disebutkan di atas, maka seorang guru dapat
dikatakan sebagai petugas professional. 11

10 Mohamad Athiyah al-Abrasyi, Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam, (Terj.)

11 Sumber : Jurnal M. Dhofir Dosen, STAI Salahuddin Pasuruan.

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Profesionalisme adalah suatu pekerjaan tertentu yang mensyaratkan ilmu pengetahuan


dan keterampilan khusus yang diperoleh dari pendidikan. Seorang bisa dikatakan
profesionalisme apabila orang itu ahli dalam bidangnya, tapi profesionalisme tidak hanya
mencakup ilmu pengetahuan saja. Profesonalisme mengandung beberapa aspek penting yang
harus diterapkan dalam kehidupan. Seperti, kode etik, mengutamakan layanan masyarakat
dan lainnya.

Profesionalisme dalam bidang pendidikan harus memiliki kemampuan menyampaikan


pengetahuan yang dimilikinya secara efisien dan efektif. Untuk itu, sebagai guru professional
harus mempelajari Ilmu Keguruan dan Ilmu Pendidikan, terutama khususnya untuk guru
agama harus memiliki kepribadian dan budi pekerti yang mulia yang dapat mendorong para
siswa untuk mengamalkan ilmu yang diajarkannya dan agar para guru dapat dijadikan
sebagai panutan.

B. Saran
Untuk pembaca diharapkan agar menjadi lebih memperhatikan betapa pentingnya
profesionalisme dalam ranah pendidikan. Memiliki profesi seorang pendidik tidaklah mudah,
seorang pendidik harus selalu memperhatikan sikapnya dimanapun dan kapanpun. Seorang
pendidik harus mengerti bagaimana bersikap dengan siswa, teman sebaya ,dan atasannya serta
ketika terdapat siswa yang memperhatikannya diluar lingkungan/jam pendidikan.

13
DAFTAR PUSTAKA

Al-Abrasyi, M. A. (1985). Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam terj. Jakarta: Bulan Bintang.

Arifin, M. (1991). Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.

Bahri, B. A. (1974). At-Tarbiyah Al-Islamiyah. Jakarta: Bulan Bintang.

Buchori, M. (1994). Ilmu Pendidikan dan Praktek Pendidikan dalam Renungan. Jakarta: IKIP
Muhammadiyah Press.

Crow, C. A. (1996). Pengantar Ilmu Pendidikan . Yogyakarta: Rake Sarasin.

Dhofir, M. (2018). Karakter Guru Profesional. Pendidikan.

Nata, A. (2001). Paradigma Pendidikan Islam. Jakarta: Grasindo.

Sidi, I. D. (2001). Menuju Masyarakat Belajar. Jakarta: Wacana Ilmu.

Tafsir, A. (Ilmu Pendidikan dalam Prespektif Islam). 1994. Bandung: Remaja Rosdakarya.

14

Anda mungkin juga menyukai