NIM : 12201193159 Jurusan : Pendidikan Agama Islam
TOLERANSI BENTUK PERWUJUDAN SIKAP
MODERASI BERAGAMA DALAM MELANGSUNGKAN KEBUDAYAAN LOKAL DI DESA PAKISREJO
Bulan Januari tahun 2022 tepatnya pada pertengahan
libur perkuliahan pada semester ganjil, dilaksanakan progam pengabdian kepada Masyarakat. Pengabdian ini akan diikuti oleh berbagai mahasiswa dari berbagai fakultas dan jurusan yang terdapat di, Universitas Islam Negeri Sayyid Ali Rahmatullah. Progam pengabdian kepada masyarakat tersebut di selenggarakan oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat atau biasa disebut LP2M.
Progam pengabdian kepada masyarakat ini oleh LP2M
diberi nama yakni, kuliah kerja nyata atau (KKN). Terdapat 3 (tiga) bentuk kkn yang diselengarakan oleh LP2M pada tahun 2022, diantaranya adalah : 1) KKN Membangun Desa Berkelanjutan, 2) KKN Berbasis Komunitas Organisasi Mahasiswa Kedaerahan, dan 3) KKN Reguler Multisektoral. KKN Reguler Multisektoral pada tahun 2022 bertemakan “ Moderasi Beragama dan Pemberdayaan Masyarakat Multisektoral Berbasis Potensi Lokal “. Dalam pelaksanaan KKN Reguler Multisektoral terbagi menjadi 2 (dua) gelombang, yakni gelombang 1 dan gelombang 2. Gelombang pertama dilaksanakan pada tanggal 3 Februari 2022. KKN Reguler Multisektoral pada tahun ini diselenggarkan dengan metode blanded, yakni berkegiatan di desa tanpa menginap di desa tempat lokasi pengabdian.
Pada kesempatan ini saya Anggun Wibawa
diperkenankan untuk mengikuti KKN pada gelombang pertama, dan lokasi tempat saya mengabdi kepada masyarakat terletak di Desa Pakisrejo, Kecamatan Tanggung Gunung, Kabupaten Tulungagung. Desa Pakisrejo ini terletak di perbukitan, yakni bagian selatan dari Kabupaten Tulungagung. Akses jalan menuju lokasi desa sedikit menanjak.
Dalam kelompok KKN 20 desa Pakisrejo ini terbagi
menjadi beberapa devisi seperti : 1) pengurus harian, 2) divisi moderasi beragama, 3) divisi berdesa, 4) divisi antologi karya, dan 5) divisi komunikasi dan informasi. Dari berbagai divisi tersebut memiliki tugas dan fungsi masing-masing dalam rangka menunjang keberhasilan pengabdian kepada masyarakat di desa.
Walaupun terdiri dari beragai divisi dalam satu
kelompok, akan tetapi memiliki tujuan pokok yakni, menggali dan mencari informasi tentang moderasi beragama kepada masyarakat desa Pakisrejo, dan juga memberdayakan masyarakat desa Pakisrejo yang bersifat multisektoral dengan berbasis potensi lokal.
Dalam pendefinisian tentang moderasi beragama, lebih
saya tekankan kedalam sikap toleransi. Bebicara tentang sikap toleransi dapat didefinisiakan sebagai sikap dan bentuk perilaku terpuji yang dimiliki oleh masing-masing individu khususnya manusia. Kenapa bisa saya katakan bahwa sikap toleransi ini hanya dimiliki oleh manusia ? karena, manusia bisa dikatakan sebagai mahluk yang sempurna diantara mahluk-mahluk cipataan Tuhan lainnya, karena manusia selain dianugrahi oleh Allah Swt. berupa hawa nafsu juga diberikan anugrah berupa akal/pikiran dan perasaan.
Sikap toleransi inilah yang merupakan salah satu akar/
fondasi dari munculnya istilah moderasi dalam beragama, tanpa adanya toleransi maka bisa dikatakan bahwa moderasi dalam beragama tidak akan pernah tercapai atau hanya sebuah angan-angan belaka. Membahas tentang definisi dari apa yang disebut toleransi, bahwa sikap toleransi dapat diartikan sebagai bentuk penghargaan antar individu yang memiliki perbedan. Seperti menghargai suku orang lain, menghargai agama/ kepercayaan orang lain, menghargai ras orang lain, menghargai berbagai golongan orang lain, dan lain sebagainya.
Bentuk dari penghargaan-penghargaan tersebut kepada
perbedaan yang dimiliki individu lain itulah yang disebut sebagai sikap toleransi. Toleransi merupakan sikap yang urgen dan perlu dimiliki oleh setiap warga negara dan masyarakat di Indonesia, karena kondisi sosial dan alam di Negara Kesatuan Republik Indonesia berbentuk majemuk. Artinya, negara Indonesia terdiri dari berbagai ragam suku, agama, ras, dan antar golongan, dan kebudayaan yang terletak dari Sabang sampai Merauke.
Sebenarnya apabila ditinjau kebelakang, sikap toleransi
harusnya sudah mandarah daging dan dimiliki oleh setiap warga Negara Kesatuan Republik Indonesia. Karena dalam kenyataannya Negara Indonesia memiliki dasar Negara berupa Pancasila dan UUD 1945 dan juga semboyan “Bhineka Tunggal Ika“. Dalam setiap butir sila Pancasila dan UUD 1945 memiliki nilai-nilai yang intinya adalah persatuan dan kesatuan serta sikap toleransi yang harus dimiliki oleh setiap warga negara Indonesia. Selanjutnya, makna dari semboyan Bhineka Tunggal Ika yang artinya berbeda-beda namun tetap satu jua, yang sudah jelas bahwa artinya masyarakat Indonesia walaupun terdiri dari berbagai perbedaan akan tertapi harus saling menghargai dan bertoleransi atas perbedaan tersebut, supaya dapat mewujudkan persatuan dan kesatuan.
Dalam pandangan salah satu tokoh masyarakat desa
Pakisrejo yang saya temui bernama bapak Margiono, beliau merupakan Ketua RT (rukun tetangga) di dusun Tanggung Baran, desa Pakisrejo. sapaan akrab beliau sehari-hari adalah pak Joko. Selain menjadi ketua RT beliau juga merupakan ketua kelompok tani di dusun Tanggung Baran. Pada sore hari itu beliau menjelaskan bahwa untuk mewujudkan moderasi beragama di tengah-tengah masyarakat desa Pakisrejo adalah dengan membudidayakan sikap toleransi antara warga yang satu dengan yang lain. Walaupun sebenarnya di desa Pakisrejo mayoritas masyarakatnya memeluk agama Islam, bahkan apabila di presentase di dusun Tanggung Baran menurut taksiran bapak Joko Margiono selaku ketua RT adalah sebanyak 100%. Menurut penjelasan dari bapak Joko Margiono, pemeluk agama Islam di desa Pakisrejo mayoritas beraliran Aswaja (Ahlu Sunnah Wal Jamaah), dan tergabung dalam organisasi Islam Nahdatul Ulama. Bapak Joko Margiono juga merupakan salah satu anggota dari organisasi Islam tersebut.
Dikarenakan mayoritas masyarakat di desa Pakisrejo
meruakan pemeluk agama Islam jadi menurut beliau selama ini, sikap toleransi sebagai perwujudan moderasi beragama masih terjaga dan baik-baik saja. Dan terlebih lagi walaupun mayoritas masyarakat desa memeluk agama Islam akan tetapi, menurut penuturan beliau masih sangat suka dengan tradisi budaya lokal yakni seni tari jaranan dan pencak silat. Hal tersebut dapat dikatakan sebagai salah satu perwujudan sikap moderasi beragama dalam melangsungkan kebudayaan lokal di desa Pakisrejo. Dengan dibuktikan adanya kelompok perguruan persilatan Setia Hati Terate (PSHT) di desa Pakisrejo dan terkadang diadakannya pertunjukan seni tari jaranan, pada hari dan tanggal peringatan tertentu, seperti hari peringatan kemerdekaan Indonesia dan lain sebagainya.
Selanjutnya, narasumber yang saya temui berikutnya
adalah Ibu Fitriana, beliau adalah salah satu warga masyarakat di dusun Tanggung Baran, RT 02/ RW 01, desa Pakisrejo. Ibu Fitriana ini merupakan istri dari bapak Margiono. Pekerjaan beliau adalah mengurus rumah atau biasa disebut Ibu Rumah Tangga. Selain menjadi IRT, ibu Ana juga aktif dalam mengikuti kegiatan rutin yang biasa dilaksanakan di desa Pakisrejo seperti khotmil qur’an ibu-ibu, yasinan dan tahlilan ibu-ibu, dan lain sebagainya.
Beliau menuturkan bahwa sikap
toleransi merupakan suatu perkara yang urgen dan harus dimiliki oleh setiap individu, bukan hanya warga masyarakat desa Pakisrejo saja. Karena toleransi dapat memunculkan perasaan hidup dengan perasaan kekeluargaan dan kebersamaan di tengah masyarakat yang beragam, walaupun kenyataannya di desa pakisrejo mayoritas warganya memeluk agama Islam akan tetapi sikap toleransi perlu untuk tetap dijaga, dalam rangka sebagai perwujudan sikap moderasi beragama dalam melangsungkan kebudayaan lokal di desa Pakisrejo. Dengan dibuktikan dengan mengikuti kegiatan yang diadakan oleh lingkungan masyarakat seperti kenduri, takir klontang, peringatan maulid nabi dan lain sebagainya. Narasumber yang saya temui selanjutnya ialah Ibu Suparmi. Beliau merupakan seorang petani di desa Pakisrejo. saat saya temui beliau sedang mengolah hasil panennya bersama saudaranya yang berasal dari kota Trenggalek. Alamat lengkap beliau terletak di dusun Tanggung Baran, RT 01 / RW 01, desa Pakisrejo. kesan pertama say saya bertemu bilau adalah orangnya yang sangat ramah.
Menurut penuturan beliau
setiap individu pasti memiliki sikap toleransi, dan menurut beliau, di lubuk hati yang paling dalam setiap individu pasti tetap memiliki toleransi. Alasannya sederhana, yakni seburuk-buruknya sifat pasti ada sifat kebaikan. Jadi, hanya perlu menerapkan sifat kebaikan tersebut di kehidupan bermasyarakat yang beragam dengan sikap toleransi dan saling menghargai. Apabila toleransi tersebut sudah dilaksanakan pada kehidupan bermasyarakat, pasti akan tercipta sikap moderasi beragama di tengah-tengah masyarakat. Dan apabila moderasi antar umat beragama sudah tercapai maka dapat melangsungkan kebudayaan lokal tanpa adanya pihak yang merasa diganggu atau terganggu.