Anda di halaman 1dari 2

Nama : Hanif Febrianti

NIM : 206121354
Kelas : PBI 6J
TUGAS UTS WAWASAN MODERASI BERAGAMA

PANDANGAN MAYARAKAT NON-MUSLIM TERHADAP TUHAN, MASYARAKAT MUSLIM,


DAN LINGKUNGAN BERMASYARAKAT
Wawasan Moderasi Beragama adalah suatu konsep yang perlu dimiliki oleh
masyarakat Indonesia yang memiliki keberagaman dalam beragama. Dengan kata lain
moderasi beragama juga berarti toleransi. Tentu sebagai warga Indonesia yang memiliki
keberagaman, kita harus bisa toleransi dengan keberagaman tersebut, salah satunya
keberagaman agama. Moderasi berarti tidak berpihak pada pihak manapun, berlaku adil,
dan tidak membenci atau menghina kelompok lain yang berbeda. Dengan begitu, kita akan
membentuk sebuah sistem kemasyarakatan yang rukun, adil, toleransi, dan seimbang.
Lalu, bagaimana masyarakat yang menganut dan percaya pada agama yang
minoritas di Indonesia hidup dan bersosialisasi di lingkungan mayoritas Muslim?
Bagaimana mereka percaya dengan keberadaan Tuhan dalam kepercayaan mereka?
Mungkin hasil wawancara ini bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan ini.
Wawancara ini dilakukan pada seseorang yang memiliki agama Kristen (Nasrani)
yang sudah lama tinggal di kawasan lingkungan tersebut. Beliau bernama, Ibu Hasti. Ibu
Hasti ini tinggal di Sawahan, Jaten, Karanganyar.
Menurut wawancara yang dilakukan, dalam kepercayaan Ibu Hasti dan keluarga
meyakini bahwa adanya keselamatan hati dan jiwa. Beliau dan keluarga meyakini bahwa
dengan adanya keselamatan ini, berarti ada Tuhan bersama mereka. Mereka selalu
melakukan ibadah setiap hari dan setiap waktu. Ketika hari minggu mereka akan
mengunjungi gereja untuk melakukan ibadah dan berkumpul dengan persekutuan umat
Kristen (Nasrani). Selain ibadah di hari minggu, mereka melakukan ibadah mandiri dan
acara-acara lain, seperti syukuran.
Berbicara mengenai bersosialisasi dengan masyarakat Ibu Hasti sangat aktif dalam
mengikuti kegiatan masyarakat. Kegiatan Ibu Hasti dalam bersosialisai dengan lingkungan
sekitar sangat bagus. Karena beliau hidup dalam lingkungan yang mayoritas islam, sebagai
masyarakat minoritas beliau dan keluarga harus menghargai, menghormati, dan rukun,
begitu juga sebaliknya.
Sebagai masyarakat minoritas, beliau dan keluarga harus bisa beradaptasi dan
memberi contoh dan pengertian bahwa hidup bertetangga dengan keluarga yang memiliki
kepercayaan yang berbeda itu tidak masalah dan bukan hal yang salah. Tidak hanya
bersosialisasi dengan masyarakat Muslim saja, dengan masyarakat yang memiliki agama
dan kepercayaan lain pun begitu. Tidak perlu mengunggulkan salah satu yang paling baik
dan benar, saling menghormati dan menghargai. Dengan begitu hidup bermasyarakat akan
lebih rukun, indah, dan nyaman. Dimanapun kita berada, tidak hanya di lingkungan tempat
tinggal, namun juga lingkungan kerja dan sekolah. Untuk mewujudkan kehidupan
bertetangga yang baik, keluarga Ibu Hasti tetap membantu masyarakat yang memiliki acara,
seperti hajatan, tahlilan, dan acara lainnya. Beliau juga akan memberikan buah tangan,
seperti makanan atau yang lainnya untuk tuan rumah acara dan masyarakat yang juga ikut
membantu di acara tersebut.
Ibu Hasti memandang masyarakat muslim sama dengan masyarakat yang lain. Tidak
ada perbedaan yang harus dibandingkan masyarakat muslim dengan masyarakat lain.
Karena dalam lingkungan Ibu Hasti sangat menghargai perbedaan, jadi memang tidak ada
yang menganggap bahwa mereka berbeda. Mereka sama makhluk Tuhan, yang
membedakan adalah bagaimana mereka melakukan ibadah mereka terhadap Tuhan. Ibu
Hasti juga turut serta membantu dalam keamanan ketika masyarakat Muslim memiliki
kegiatan, seperti pengajian, Halal bi Halal, Sholat Idul Fitri, dan acara besar yang mayoritas
masyarakat Islam akan mengikuti acara tersebut. Meskipun beliau adalah masyarakat yang
tidak mengikuti dan tidak memiliki sangkut paut dengan acara tersebut, Ibu Hasti tetap ikut
membantu dalam hal keamanan dan patroli keliling desa untuk mengawasi sekitar dan
mencegah hal-hal yang mungkin akan menganggu kegiatan besar tersebut.
Dari wawancara ini, dapat disimpulkan bahwa tidak selalu hidup dalam persamaan.
Apalagi kita tinggal di Indonesia yang terkenal dengan aneka perbedaan. Sebagai
masyarakat yang mengerti tentang moderasi beragama, kita harus bisa toleransi dengan
segala perbedaan. Masing-masing memiliki kepercayaan mereka terhadap Tuhan. Meskipun
cara ibadah kita berbeda, kita tetap hidup berdampingan sebagai masyarakat Indonesia.
Tidak ada salahnya dalam berteman, bergaul, dan bertetangga dengan masyarakat yang
berbeda agama dan kepercayaan. Saling membantu, toleransi, dan hidup rukun adalah cara
untuk menjaga kesejahteraan masyarakat. Agar tidak ada salah paham yang akan
menyebabkan konflik antar umat beragama.

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai